• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Pembuatan Bioetanol Dari Tepung Ampas Tebu Melalui Proses Hidrolisis Termal Dan Fermentasi Serta Recycle Vinasse (Pengaruh Konsentrasi Tepung Ampas Tebu, Suhu Dan Waktu Hidrolisis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Pembuatan Bioetanol Dari Tepung Ampas Tebu Melalui Proses Hidrolisis Termal Dan Fermentasi Serta Recycle Vinasse (Pengaruh Konsentrasi Tepung Ampas Tebu, Suhu Dan Waktu Hidrolisis)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi sekitar 51,66%, gas alam 28,57% dan batubara 15,34%. Persediaan bahan bakar tersebut kian waktu semakin berkurang. Cadangan minyak bumi akan habis sekitar 12 tahun lagi, gas 30 tahun dan batu bara masih bisa dimanfaatkan hingga 70 tahun ke depan. Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil ini menjadi masalah besar dan perlu solusi yang mendesak. Salah satu langkah solusinya adalah memanfatkan bioetanol lignoselulosa sebagai alternatif pengganti [1].

Produksi etanol dari biomassa adalah salah satu cara untuk mengurangi baik konsumsi minyak mentah dan pencemaran lingkungan. Bioetanol sesuai untuk campuran bahan bakar di mesin bensin karena angka oktan tinggi, dan bilangan setana rendah dan panas penguapan tinggi menghambat pengapian otomatis di mesin diesel [2].

Pengembangan bahan bakar nabati (bioetanol) akan memberi berbagai manfaat bagi pembangunan nasional, antara lain peningkatan ketahanan energi nasional, memberikan cadangan energi nasional, pengembangan investasi dalam negeri, penciptaan lapangan kerja, pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta pengembangan usaha untuk efek pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Namun biaya etanol sebagai sumber energi relatif tinggi dibandingkan dengan bahan bakar fosil [3].

(2)

bahan untuk membuat bumbu masak) atau ampas tebu yang dimanfaatkan untuk makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp, particle board dan untuk bahan bakar boiler di pabrik gula. Sedangkan beraneka limbah dalam proses produksi gula seperti blotong dan abu terbuang percuma. Bahkan untuk buangan limbahnya pun menimbulkan pencemaran lingkungan sehingga menambah pengeluaran pabrik gula [4].

Menurut rumus Pritzelwitz [5], tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5% akan memiliki kalor sebesar 1825 kkal. Nilai bakar tersebut akan meningkat dengan menurunnya kadar air dan gula dalam ampas. Dengan penerapan teknologi pengeringan ampas yang memanfaatkan energi panas dari gas buang cerobong ketel, dimana kadar air ampas turun menjadi 40% akan dapat meningkatkan nilai bakar per kg ampas hingga 2305 kkal.

Berdasarkan penelitian Sutjiadi, dkk. [6], jika sampel semakin pekat maka semakin besar perolehan gula (glukosa). Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitiannya yang menggunakan bahan baku kertas bekas dengan variasi % berat 6,25%, 4,76% dan 3,85% pada temperatur 200 °C selama 3 jam diperoleh %yield gula terbesar yaitu sebesar 1,413% (berat) dengan berat kertas bekas 6,25%.

Menurut Febriyanti dan Khoir [7] dalam penelitiannya menggunakan ampas tebu sebagai bahan baku dengan rasio ampas tebu-air 0,05% w/w diperoleh hasil bahwa pada suhu 110 °C , tekanan operasi 3 bar dan waktu reaksi 30 menit menghasilkan kerusakan terbesar pada material ampas tebu dibandingkan pada suhu 50 °C sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan suhu, tekanan dan waktu hidrolisis memperbesar kerusakan material ampas tebu dan memperbesar perolehan kadar monosakaridanya yaitu antara 7,7715 - 215,4825 g/L dan yield berkisar antara 0,3886 – 10,7741 gr monosakarida/gr ampas tebu.

Berdasarkan penelitian Sutjiadi, dkk. [6], semakin lama waktu hidrolisis maka semakin besar perolehan gula (glukosa). Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitiannya yang menggunakan bahan baku kertas bekas dengan variasi % berat 6,25%pada temperatur 200 °C selama 1, 2 dan 3 jam diperoleh %yield gula terbesar pada waktu hidrolisis 3 jam yaitu sebesar 1,413% (berat).

(3)

sebagai umpan fermentasi yang menghasilkan kadar etanol sebesar 2,58% (v/v) pada daur ulang tingkat pertama dan 2,08% (v/v) pada daur ulang tingkat ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa vinasse cukup mempunyai potensi untuk didaur ulang.

Penelitian-penelitian sebelumnya terkait pembuatan bioetanol diperlihatkan pada Tabel 1.1 berikut.

(4)

3. Orchidea R., dkk., 2010

Pengaruh Metode Pretreatment pada Bahan Lignoselulosa terhadap Kualitas Hidrolisat yang Dihasilkan

Bahan baku adalah bagasse, dengan pretreatment LHW (Liquid Hot Water) pada suhu 50 dan 110 °C, tekanan 1 dan 3 bar dan waktu hidrolisis 10, 15, 20 dan 30 menit. Diperoleh kandungan glukosa tertinggi pada suhu 110 °C, tekanan 3 bar dan waktu 30 menit yaitu sebesar 215,4825 g/L [11].

Dengan memperhatikan beberapa hal diatas, yakni kebutuhan bioetanol Indonesia yang cukup tinggi, besarnya kandungan gula dalam ampas tebu yang dapat dikonversi menjadi etanol, tingginya %yield gula yang dihasilkan melalui proses hidrolisis termal, besarnya kadar gula vinasse yang dapat direcycle dan pengaruh variasi konsentrasi tepung ampas tebu, waktu serta temperatur hidrolisis termal yang sangat berpengaruh dalam pembuatan bioetanol maka dilakukan penelitian pembuatan bioetanol dari tepung ampas tebu menggunakan hidrolisis termal dan recycling dengan variasi konsentrasi tepung ampas tebu, suhu dan waktu hidrolisis.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah berapa % yield glukosa yang diperoleh pada proses hidrolisis termal, bagaimana pengaruh konsentrasi tepung ampas tebu, suhu dan waktu hidrolisis terhadap % yield glukosa dalam pembuatan bioetanol,berapa besar kadar bioetanol yang dapat diperoleh dari % yield glukosa hasil hidrolisis termal, berapa besar kadar glukosa hasil hidrolisis termal recycle vinasse dan tepung ampas tebu sebagai bahan baku.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

(5)

2. Mengetahui besar kadar glukosa dari hasil hidrolisis recycle vinasse dan ampas tebu sebagai bahan baku.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai informasi tentang produksi bioetanol dengan bahan baku ampas tebu sehingga dapat diterapkan di masyarakat.

2. Dapat menjadi dasar rancangan atau desain pabrik dengan skala produksi yang lebih besar.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian di lakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik dan Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan bioetanol adalah ampas tebu dari toko minuman air tebu.

Tahapan proses dalam pembuatan bioetanol berbahan baku ampas tebu yaitu pre-treatment bahan baku, hidrolisis termal, fermentasi dalam keadaan anaerob dengan bantuan mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae yang diperoleh dari ragi roti dan pemurnian bioetanol yang dilakukan dengan proses distilasi vakum.

Adapun variabel penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah: 1. Proses Hidrolisis Termal

 Konsentrasi Tepung Ampas Tebu :2,94; 3,85 dan 4,76% dalam 4000 gram air  Suhu hidrolisis : 135, 150 dan 165 ⁰C

 Waktu hidrolisis : 1, 1,5 dan 2 jam 2. Proses Fermentasi

 Waktu Fermentasi : 12 jam

 pH : 4

 Temperatur : 30 ⁰C

 Ragi : Ragi Roti

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian Pendahulu tentang Produksi Bioetanol

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

Pancasila adalah dasar Negara serta dasar hukum tertinggi di Indonesia, karena kedudukan pancasila sebagai dasar, maka dalam pembuatan pembukaan UUD 1945 maupun

Hasil uji statistik rank spearman diperoleh angka signifikan atau nilai probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau (p <  ), maka

Diharapkan hasil penelitian ini akan diketahui mekanisme senyawa brusein-A dalam mematikan sel kanker payudara dan dapat dibuat dari bahan baku tanaman buah makasar yang banyak

Hasil : Penilaian tingkat kecemasan menghadapi persalinan pada i bu hamil trimester III didapatkan untuk primigravida sebagian besar mengalami kecemasan sedang (66,7%)

Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat memicu sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang - orang dengan gemar berganti - ganti pasangan

Skripsi ini bertujuan untuk membandingkan kemandirian suatudaerah pada SWP I .Analisa yang dinggunakan adalah analisa kuantitatif ,yaitu analisa yang sifatnya ,menjelaskan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi hubungan bentuk dengan gerak benda melalui metode eksperimen di kelas III SD Inpres