• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2 Menganalisis struktur keruangan desa dan kota, interaksi desa dan kota, serta kaitannya dengan usaha pemerataan pembangunan. - MODUL POLA KERUANGAN KOTA new

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.2 Menganalisis struktur keruangan desa dan kota, interaksi desa dan kota, serta kaitannya dengan usaha pemerataan pembangunan. - MODUL POLA KERUANGAN KOTA new"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

POLA KERUANGAN KOTA GEOGRAFI KELAS XII

a. Kompetensi Dasar :

3.2 Menganalisis struktur keruangan desa dan kota, interaksi desa dan kota, serta kaitannya dengan usaha pemerataan pembangunan.

4.2 Membuat makalah tentang usaha pemerataan pembangunan di desa dan kota yang dilengkapi dengan peta, bagan, table, grafik, dan/atau diagram.

b. Indikator Pencapaian Kompetensi :

3.2.1 Menjelaskan pengertian, ciri-ciri, unsur, dan potensi kota 3.2.2 Menjelaskan struktur keruangan serta perkembangan kota 3.2.3 Menganalisis pola dan faktor-faktor interaksi desa dan kota 3.2.4 Menjelaskan usaha pemerataan pembangunan di kota

3.2.5 Menganalisis dampak perkembangan kota terhadap masyarakat desa dan kota 3.2.6 Merancang laporan tentang pola keruangan kota dan interaksinya.

4.2.1 Membuat makalah tentang usaha pemerataan pembangunan di kota yang dilengkapi dengan peta, bagan, table, grafik, dan atau diagram.

c. Tujuan Pembelajaran :

(2)

d. Peta Konsep

e. Petunjuk Penggunaan Modul

Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi dalam modul ini dibagi ke dalam beberapa subbab sebagai berikut :

1. Pengertian kota

2. Unsur-unsur kota

3. Potensi kota

4. Struktur ruang kota

5. Klasifikasi kota

6. Teori Pola Keruangan Kota

7. Pola Interaksi Wilayah Desa dan Kota

8. Teori-teori interaksi

(3)

kesulitan dalam memahami materi yang ada dalam modul ini, silahkan diskusikan denga teman dan guru anda.

POLA KERUANGAN KOTA

1. Pengertian Kota

Menurut Bintarto, kota adalah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan nonalami, gejalanya berupa kepadatan penduduk yang tinggi, struktur sosial ekonomi yang heterogen dan corak kehidupan yang materialistik.

2. Unsur-unsur Kota

Unsur-unsur perkotaan antara lain sebagai berikut :

a. Unsur-unsur fisik, antara lain topografi, kesuburan tanah, dan iklim

b. Unsur-unsur social, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan keserasian dan ketenangan hidup warga kota.

c. Unsur-unsur ekonomi, yaitu fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan pokok penduduk perkotaan

d. Unsur-unsur budaya, yaitu seni dan budaya yang dapat memberikan semangat dan gairah hidup penduduk perkotaan.

3. Potensi kota

Potensi yang dimiliki suatu kota, anatar lain sebagai berikut:

a. Potensi sosial, yang adanya badan-badan atau yayasan-yayasan sosial, organisasi pemuda, dan lain-lain

b. Potensi ekonomi, yaitu adanya pasar-pasar, bank-bank, stasiun, dan kompleks pertokoan yang menunjang sistem perekonomian kota

(4)

d. Potensi budaya, yaitu adanya bentuk-bentuk budaya yang ada antara lain di bidang pendidikan (gedung sekolah, kampus), gedung kesenian, dan kegiatan lain yang menyemarakkan kota.

4. Struktur Ruang Kota

Struktur ruang kota atau tata ruang kota dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Inti kota, yaitu pusat kegiatan dari kota itu(ekonomi, politik, kebudayaan, pendidikan, dan hiburan).

b. Selaput inti kota, lokasi pusat kota yang berada di pinggir (luar)inti kota yang merupakan perluasan atau pemekaran, yang pada akhirnya membentuk sentralisasi, nukleasi, desentralisasi, dan segresi.

c. Kota satelit, adalah suatu daerah yang mempunyai sifat perkotaan yang memberi daya dukung bagi kehidupan kota dan berfungsi sebagai kota produksi.

d. Suburban, adalah suatu daerah di sekitar pusat kota yang berfungsi sebagai daerah permukiman dan manufaktur (pabrik). Di suburban menurut W.T Martin terdapat kelompokmasyarakat yang relative kecil dan berdiam dekat pusat kota.

Struktur ruang kota menurut Bintarto, dibagi menjadi wilayah-wilayah zona interaksi yaitu :

a. City diartikan sebagai pusat kota.

b. Suburban (subdaerah perkotaan)

c. Suburban fringe (tepi daerah subperkotaan)

d. Urban fringe (daerah perkotaan paling luar)

e. Rural urban fringe (daerah batas kota dan desa)

f. Rural (daerah pedesaan)

(5)

Klasifikasi kota berdasarkan karakteristik dinamika fungsional dikemukakan oleh Taylor sebagai berikut:

a. Tahap awal/infantil (the infantile stage)

Belum terlihat adanya pembagian yang jelas mengenai daerah-daerah pemukiman dengan daerah-daerah perdagangan. Selain itu juga belum terlihat adanya perbedaan kawasan permukiman kelas bawah dan kelas atas. Bangunan-bangunan yang ada masih tidak teratur.

b. Tahap muda/juvenile(the juvenile stage)

Mulai terlihat adanya proses-proses pengelompokan pertokoan pada bagian\bagian kota tertentu. Kawasan permukiman kelas menengah keatas sudah mulai brmunculan dipinggir kota dan munculnya kawasan pabrik.

c. Tahap dewasa

Mulai terlihat adanya gejala-gejala segregasi fungsi-fungsi (pemisahan fungsi-fungsi). Sudah mulai terlihat adanya perbedaan antara permukiman kelas atas dan kelas bawah.

d. Tahap ketuaan (the senile stage)

Ditandai adanya pertumbuhan yang terhenti (cessation of growth), kemunduran dari beberapa distrik dan kesejahteraan ekonomi penduduknya menunjukkan gejala-gejala penurunan. Kondisi-kondisi ini terlihat di daerah-daerah industri.

Menurut Houston, berdasarkan karakteristik pertumbuhannya, kota dapat diklasifikasikan menjadi tiga, sebagai berikut:

a. Stadium pembentukan inti kota (nuclear phase)

Stadium ini merupakan tahap pembentukan CBD (Central Business Distric). Pada masa lalu ini baru diritis pembangunan gedung-gedung utama sebagai penggerak kegiatan perekonomian.

(6)

Tahap ini mulai menunjukkan ciri-ciri yang berbeda dengan tahap pertama pada awal abad 19. Hal ini timbul sebagai akibat dari revolusi industri yang meledak dikawasan eropa barat. Perkembangan industri pada saat itu mulai meluas dan perkembangan teknologi juga masuk ke sector-sektor lain seperti sector transportasi, komunikasi, serta perdagangan.

c. Stadium modern (modern phase)

Stadium ini mulai pada abad ke 20 sejalan dengan makin majunya teknik elektronika.

Klasifikasi kota menurut tingkat perkembangannya oleh Lewis Mumford meninjau pertumbuhan suatu kota melalu enam fase, yaitu sebagai berikut :

a. Fase Eopolis

Dalam tahap ini dicerminkan oleh adanya kehidupan masyarakat yang semakin maju, walaupun kondisi kehidupannya masih didasarkan pada kegiatan pertanian, pertambangan, dan perikanan.

b. Fase Polis

Tahap ini ditandai oleh adanya pasar yang cukup besar, sementara itu beberapa kegiatan industri yang cukup besar mulai bermunculan dibeberapa bagian kota.

c. Fase Metropolis

Dalam tahap ini kota sudah mulai tumbuh besar. Fungsi-fungsi perkotaannya terlihat mendominasi kota-kota kecil lainnya yang berada di sekitar kota dan daerah-daerah belakangnya (hinterland).

(7)

Tahap ini ditandai oleh adanya tingkah laku manusia yang hanya berorientasi pada materi. Standarisasi produk lebih diutamakan daripada usaha-usaha kerajian tangan.

e. Fase Tiranipolis

Pada tahap ini ukuran dan tolak ukur budaya adalah apa yang tampak secara fisik (display). Masalah uang atau materi dan ketidakacuhan mengenai segala aspek kehidupan mewarnai tingkah laku penduduknya.

f. Fase Nekropolis

Tahap ini disebut sebagai tahap kemunduran dari suatu kota. Hal ini ditandai dengan kemunduran pelayanan kota beserta fungsi-fungsinya, dan menunjukkan gejala-gejala lehancuran yang disebabkan karena adanya peperangan, kelaparan, dan wabah penyakit yang melanda hebat.

Klasifikasi kota menurut jumlah penduduk sebagai berikut :

a. Kota kecil, jumlah penduduk antara 20.000-50.000 jiwa

b. Kota sedang, jumlah penduduk 50.000-100.000 jiwa

c. Kota besar, jumlah antara 100.000-1.000.000 jiwa

d. Kota metropolitan, jumlah antara 1.000.000 – 5.000.000 jiwa

e. Kota megapolitan, jumlah lebih dari 5.000.000 jiwa.

6. Teori Pola Keruangan Kota a. Teori Konsentris

(8)

1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel restoran dan sebagainya.

2. Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial ekonomi. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun demikian sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.

3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini workingmen's homes.

4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar.

(9)

6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.

b. Teori Sektoral

Teori ini dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Teori ini menyatakan bahwa unit kegiatan diperkotaan membentuk sector-sektor yang sifatnya lebih bebas. Sector-sektor yang menjadi bagian dari suatu kota dapat berkembang sendiri-sendiri tanpa banyak dipengaruhi oleh pusat kota.

Susunan kota menurut teori sector :

1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kontor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.

2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.

3. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.

4. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.

5. Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat.

(10)

Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman. Menurut teori ini tidak ada ukuran yang teratur dari zone-zoe seperti dalam teori zone konsentris, tetapi merupakan inti yang berdiri sendiri.

Harris dan Ullman menilai bahwa kota tidak seteratur penggambaran Burgess karena antar kawasan kota seolah berdiri sendiri. Sruktur ruang kota tidaklah sesederhana dalam teori konsentris. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya urutan-urutan yang teratur yang dapat terjadi dalam suatu kota terdapat tempattempat tertentu yang befungsi sebagai inti kota dan pusat pertumbuhan baru.

(11)

kota-kota kecil di sekitar kota besar. Menurut teori ini struktur ruang kota adalah sebagai berikut (Gambar 4.13)

1. Pusat kota atau Central Business District(CBD). 2. Kawasan niaga dan industri ringan.

3. Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh.

4. Kawasan madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah. 5. Kawasan adiwisma atau permukiman kaum kaya.

6. Pusat industri berat.

7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran.

8. Upakota, untuk kawasan mudyawisma dan adiwisma. 9. Upakota (sub-urban) kawasan industri.

Di Indonesia, struktur ruang kota ditandai dengan pemanfaatan lahan yang tidak tertata dengan baik sehingga menimbulkan berbagai macam permasalahan, seperti permasalahan permukiman, pembuatan trotoar, drainase, jalan raya, dan perindustrian.

7. Pola Interaksi Wilayah Desa dan Kota

Istilah interaksi wilayah (spatial interaction) menurut Ullman mencakup berbagai gerak mulai dari barang, penumpang, migran, uang informasi, sehingga konsepnya sama dengan geography of circulation. Ullman juga mengemukakan terdapat tiga faktor utama yang mendasari atau memengaruhi interaksi antar wilayah.

1. Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regional comlementary). 2. Adanya kesempatan untuk saling berintervensi (interventing opportunity).

3. Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability). Untuk mengukur kekuatan interaksi dari berbagai wilayah, termasuk interaksi desa-kota digunakan rumus berikut. :

Interaksi =

Keterangan

(12)

PK2 : jumlah penduduk daerah 2

JK1–2 : jarak antara kedua daerah

Apabila dirunut hingga ke akarnya interaksi antarwilayah muncul karena perbedaan sumber daya alam. Di satu pihak ada wilayah yang surplus, sedangkan pada wilayah lainnya kekurangan sumber daya alam dan sebaliknya sehingga mendorong terjadinya interaksi antar wilayah.

Faktor lain yang memengaruhi pola interaksi antar wilayah adalah adanya kemudahan pemindahan dalam ruang, baik proses pemindahan manusia, barang, maupun informasi yang meliputi hal-hal berikut ini.

1. Jarak mutlak dan jarak relatif antar tiap-tiap wilayah.

2. Biaya angkut atau transport untuk memindahkan manusia, barang dan informasi dari satu tempat ke tempat lain.

3. Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antar wilayah, seperti kondisi jalan, relief wilayah, jumlah kendaraan sebagai sarana tranportasi dan sebagainya.

Dalam proses pembangunan hubungan atau interaksi antara kota dengan desa sangat erat. Eratnya hubungan antara kota dengan desa dapat dilihat dari peran desa dalam pengembangan kota.

1. Desa sebagai pusat penghasil dan pensuplai bahan mentah dan baku untuk pembangunan di kota.

2. Desa menyediakan tenaga kerja yang berperan dalam pembangunan kota.

3. Desa menjadi daerah pemasaran produk-produk hasil industri di kota.

Demikian sebaliknya, kota turut punya peran besar sehingga muncul interaksi antara desa dengan kota.

1. Kota menyediakan pusat-pusat pelatihan bagi peningkatan keterampilan penduduk desa.

(13)

3. Kota menjadi pusat informasi yang bermanfaat bagi desa.

4. Kota menjadi pusat permodalan yang dibutuhkan masyarakat desa.

Interaksi positif akan terjalin bila menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Interaksi positif antara desa dengan kota terwujud dalam halhal berikut ini. 1. Terpenuhinya kebutuhan desa dan kota, meliputi produk dan bahan baku yang

mendukung proses pembangunan.

2. Terpenuhinya kebutuhan terampil baik bagi desa maupun kota. Desa menghasilkan tenaga kerja bagi industri di kota, sedangkan kota menghasilkan tenaga terdidik yang berperan dalam kemajuan desa.

3. Berlangsungnya proses pembangunan yang seimbang antara desa dan kota

Kelengkapan sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor yang mendorong penduduk desa banyak berpindah menuju kota. Pergerakan atau perpindahan penduduk dari desa ke kota disebut urbanisasi.

a. Faktor penarik urbanisasi (dari kota/pull factor)

 Tersedia banyak lapangan kerja, baik disektor formal maupun informal

 Sarana dan prasarana pendidikan lengkap sehingga kesempatan untuk melanjutkan sekolah lebih tinggi.

 Upah pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan di desa

 Fasilitas hiburan dan pelayanan lebih memadai dan lebih lengkap

 Sarana dan prasarana transportasi lebih baik dan lengkap

b. Faktor pendorong urbanisasi(dari desa)/push factor

 Alih fungsi lahan pertanian di desa sehingga lahan pertanian semakin sempit

 Lapangan kerja yang tersedia di desa sangat terbatas

 Upah pekerjaan lebih murah

 Fasilitas sosial kurang lengkap

(14)

c. Dampak negative urbanissasi bagi kota :

 Penduduk di kota bertambah padat

 Tingkat pengangguran, tunawisma, dan gelandangan meningkat

 Terjadi kemacetan lalu lintas

 Meningkatnya kriminalitas

 Timbulnya permukiman kumuh (slum area)

d. Dampak positif urbanisasi bagi kota:

 Pembangunan dapat berjalan cepat

 Tersedianya banyak tenaga kerja

e. Dampak negative urbanisasi bagi desa

 Desa kekurangan tenaga kerja

 Pembangunan desa terhambat

 Produktivitas pertanian menurun karena tenaga kerja banyak yang pindah ke kota.

8. Teori-teori Interaksi

Berikut ini beberapa teori interaksi yaitu :

a. Teori Analisis Gravitasi (Gravitiy Analysis)

(15)

Kekuatan interaksi antarwilayah ditentukan oleh jarak antarwilayah dan jumlah penduduk antarwilayah tersebut, tetapi yang paling besar pengaruhnya adalah jumlah penduduk.

b. Teori Titik Henti (Breaking Point Theory)

Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari Model Gravitasi Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Teori Titik Henti juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi industry atau pusat pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.

(16)

c. Teori Analisa Arus

Penentuan batas wilayah secara fungsional didasarkan pada arah dan intensitas arus penduduk sehingga semakin dekat jarak unit/bagian yang satu dengan unit/bagian yang lain arus migrasinya kuat, semakin jauh jaraknya semakin kurang. Untuk mengetahui kekuatan antarkota berdasarkan jaringan jalan digunakan rumus indeks konektivitas yang dikemukakan oleh K.J Kansky yaitu :

Sumber Pustaka:

Danang Endarto, Sarwono, Singgih Prihadi. 2009. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII.Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

(17)

Geografi 3 : untuk SMA/MA kelas XII / Oleh Danang Endarto. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Dalam https:// simplenews05.blogspot.com/2015/05/klasifikasi-atau-jenis-kota-berdasarkan.html

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat diajukan adalah (1) metode resitasi sebaiknya hanya diterapkan pada kelas kecil saja atau kelas yang jumlah siswanya tidak lebih dari 25 karena

Dengan aplikasi ini, mitra dapat mendata petani secara on-line dan memberi akses petani untuk memanfaatkan aplikasi. Sebelumnya mitra melakukan pendataan secara manual

Pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses penerimaan siswa baru di MAN 1 Kudus dirasakan masih belum optimal karena masih

Questions testing this objective will often begin with one of the following words: deine , state , describe , explain ( using your knowledge and understanding ) or outline

WLK : Wajib Lapor Ketenagakerjaan WKWI : Waktu Kerja Waktu Istirahat TKA : Tenaga Kerja Asing TKI : Tenaga Kerja Indonesia UMP : Upah Minimum Indonesia THR : Tunjangan Hari

Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an menyebut tentang mengusir musuh-musuh umat manusia merupakan salah satu ungkapan tajam berkat Sayyid Qutub “ dan tiada orang yang

Varietas yang memberikan respon yang kurang baik terhadap laju penambahan tinggi tanaman awal yaitu varietas Ciliwung pada perlakuan tanpa perendaman dan varietas

Untuk mengatur nilai tertentu saja yang dapat diberikan ke suatu field, maka dapat dilakukan dengan memberikan kata kunci CHECK diikuti dengan suatu kondisi pada field tertentu.