• Tidak ada hasil yang ditemukan

93 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN QUESTION BOX TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI IPA MAN 1 PONTIANAK Puspa Sari , Tuti Kurniati dan Fitriani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "93 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN QUESTION BOX TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI IPA MAN 1 PONTIANAK Puspa Sari , Tuti Kurniati dan Fitriani"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

93

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)BERBANTUAN QUESTION BOX

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

KELAS XI IPA MAN 1 PONTIANAK

Puspa Sari*,Tuti Kurniati dan Fitriani

Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak Jalan Ahmad Yani No.111 Pontianak Kalimantan Barat

* Email: Puspa.sari94@yahoo.com

ABSTRAK

Rendahnya hasil belajar siswa MAN 1 Pontianak pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsep dasar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan question box dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah berbantuan question box, dan mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan question box. Bentuk penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan Control Pretest Posttest Group Design. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengukuran, observasi dan komunikasi langsung (wawancara). Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 73,8 lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 62,97. Hasil analisis statistik uji U-Mann whitney dengan α sebesar 5% diperoleh nilai 0,00 yaitu lebih kecil dari nilai α (0,00 <0,05). Artinya terdapat perbedaan hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil perhitungan menggunakan effect size menunjukkan nilai ES sebesar 0,91 termasuk kategori tinggi, artinya model kooperatif tipe TGT berbantuan question box

memberikan pengaruh yang tinggi terhadap peningkatan hasil belajar siswa sebesar 31,86%. Kata kunci: Hasil Belajar, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, TGT, Question box

ABSTRACT

The low level of students’ learning outcomes at MAN 1 Pontianak on solubility and the result of solubility multiply was caused by lack of students’ understanding on basic concept. This research had the purpose to find out the difference between the students’ learning outcomes which were taught by using Teams Games Tournament (TGT) type of Cooperative Learning Method Assisted

Question Box and the lectures teaching method assisted Question Box as well as to know the effect of TGT type of Cooperative Learning Method Assisted Question Box. This research was Quasi Experimental Control Pretest Posttest Group Design. The sampling system was simple random sampling technique. The techniques of data collection used measurement technique, observation and direct communication (interview). The result of data analysis showed that the mean score of experimental class was 73.8 which was higher compared to the mean score of control class which was 62.97. The result of statistical analysis using U-Mann whitney test with α 5% obtained 0.00 value which was smaller than α value (0.00 <0.05). It meant that there was difference between the learning outcomes in experimental and control class. The calculation result using effect size showed the value of ES 0.91 which was included in high category. It could be concluded that TGT type of Cooperative Learning Method assisted Quesion Box gave high effect on the improvement of students’ learning outcomes which was 31.86 %.

(2)

94 PENDAHULUAN

Kimia merupakan pelajaran penting di Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini karena kimia sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari - hari, sehingga sangat penting bagi siswa untuk memahami materi kimia. Namun pada kenyataannya, banyak siswa yang masih menganggap kimia sebagai mata pelajaran yang menyulitkan. Kesulitan yang dialami siswa adalah sifat ilmu kimia yang abstrak, terdapat banyak konsep dan konsep yang satu merupakan prasyarat bagi konsep berikutnya (Arifin, 1995). Adanya anggapan seperti itu, mengakibatkan kurangnya keinginan siswa untuk mempelajari kimia lebih lanjut, dan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah kurangnya pemahaman siswa dalam penguasaan konsep dasar kimia. Apabila siswa tidak menguasai konsep dasar, maka siswa sulit untuk menguasai materi selanjutnya (Mukaromah dkk, 2013).

Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah salah satu materi yang dianggap sulit bagi siswa. Hal ini dikarenakan siswa tidak menguasai konsep yang mendasari kelarutan dan hasil kali kelarutan, antara lain konsep mol, persamaan reaksi, dan penentuan pH. Kesulitan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dihadapi siswa salah satunya siswa tidak menguasai konsep dasar persamaan reaksi dan konsep mol (Wahyu dan Alfatie, 2009). Fakta lapangan menunjukkan hasil ulangan harian kimia siswa kelas XI IPA MAN 1 Pontianak pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan diperoleh persentase

ketidaktuntasan sebesar 61,55%, dan sebanyak 38,45% siswa yang tidak mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75. Hal tersebut menunjukkan bahwa penguasaan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa masih rendah.

Ketidaktuntasan materi kimia dipengaruhi kurangnya pemahaman konsep siswa serta penerapan strategi pembelajaran yang digunakan. Apabila suatu strategi belajar mengajar yang diterapkan tepat, maka hal tersebut akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa (Prasetyaningrum dkk, 2013). Namun pada kenyataannya, strategi belajar mengajar yang dilakukan belum menunjukkan hasil yang memuaskan terhadap hasil belajar siswa.

Observasi yang dilakukan pada materi Termokimia kelas XI IPA MAN 1 Pontianak menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah, yaitu pembelajaran yang berpusat kepada guru, sehingga saat proses pembelajaran berlangsung siswa cenderung pasif karena lebih banyak mendengarkan, membaca dan menghafal informasi yang diperoleh dari guru.

(3)

95 pada saat proses pembelajaran. Metode ceramah memiliki beberapa kelemahan yaitu, sulitnya mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan oleh guru atau belum (Sanjaya, 2011). Siswa lebih sering tidak tuntas pada materi-materi perhitungan yang lebih banyak mengaitkan dengan konsep dasar kimia.

Berdasarkan permasalahan- permasalahan yang ada, terlihat bahwa pembelajaran kimia yang digunakan kurang efektif, sehingga diperlukan solusi untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa MAN 1 Pontianak. Salah satunya adalah dengan mengubah model pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dan memberikan penyajian materi kimia menjadi lebih menarik, sehingga siswa menjadi lebih paham dan tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu metode pembelajaran yang mudah diterapkan dan efektif digunakan untuk memotivasi siswa karena melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan (Slavin dan Robert, 2011). Untuk itu, pembelajaran TGT dipilih sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan dapat mengembangkan aktivitas yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

METODE PENELITIAN

Metodelogi dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN I Pontianak pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Penelitian ini menggunakan metode Eksperimen. Jenis eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasy eksperiment) dengan rencana penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode pembelajaran ceramah.

Variabel Penelitian

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas XI IPA materi kelarutan dan hasil kali kelarutan MAN 1 Pontianak. Sedangkan Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama, yaitu peneliti, media question box, jumlah jam pertemuan, alokasi waktu, dan materi.

Populasi dan Sampel.

(4)

96 Tahap Penelitian

Penelitian yang dilakukan terdiri dari 4 tahapan yaitu:

1. Tahap awal : wawancara, observasi, analisis kurikulum dan analisis ulangan harian siswa.

2. Tahap persiapan : membuat perangkat pembelajaran, instrumen penelitian, melakukan validasi, merivisi perangkat pembelajaran, uji coba soal, menentukan reliabilitas dan menentukan kelas eksperimen dan kontrol.

3. Tahap pelaksanaan : mengadakan pretest, perlakuan, posttest dan wawancara.

4. Tahap akhir : menganalisis data, membahas dan menyusun laporan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan 3 tahap yaitu pengukuran, observasi dan komunikasi langsung (wawancara). Teknik pengukuran digunakan untuk melihat hasil belajar siswa melalui pengaruh perlakuan yang akan diberikan. Alat pengumpulan data yang digunakan mengacu pada teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu Tes, lembar observasi dan pedoman wawancara. Hasil belajar dianalisis secara statistik nonparametik menggunakan uji U-Mann

Whitney untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan question box dan siswa yang diajarkan dengan metode ceramah. Selanjutnya menghitung effect size untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil belajar ini diperoleh dari nilai pretest dan posttest siswa. Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol pretest dan posttest dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata dan persentase ketuntasan pretest dan posttest, kelas Kontrol

Persentase

No Nilai Tuntas Tidak tuntas Rata-rata

1. Pretest 0 % 100% 11,17

2. Posttest 16,67% 83,33% 62,29

Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata pretest siswa pada kelas kontrol sebesar 11,17 dan nilai rata-rata posttest sebesar 62,97. Berdasarkan hasil hasil pretest dari 35 siswa sebanyak 0 siswa (0%) yang mancapai KKM yaitu 75, sedangkan 35 siswa (100%) tidak mencapai KKM. Untuk nilai posttest, dari 36 siswa sebanyak 6 siswa (16,67%) yang mencapai KKM yaitu 75, sedangkan 30 siswa (83,33%) tidak mencapai KKM. Perubahan skor pretest dan posttest adalah sebesar 51,8.

Data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen berupa pretest dan posttest dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata dan persentase ketuntasan Pretest dan Posttest, kelas Eksperimen

Persentase % No Nilai Tuntas Tidak tuntas

Rata-rata

(5)

97 9,6

2. Posttest 48,57 51,43 73,8

Tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata pretest siswa pada kelas kontrol sebesar 9,6 dan nilai rata-rata posttest sebesar 73,8. Berdasarkan hasil pretest dari 35 siswa sebanyak 0 siswa (0%) yang mancapai KKM, sedangkan 35 siswa (100%) tidak mencapai KKM. Untuk hasil posttest, dari 35 siswa sebanyak 17 siswa (48,57%) yang mencapai KKM, sedangkan 18 siswa (51, 43%) tidak mencapai KKM. Perubahan nilai pretest dan posttest sebesar 64,2.

Analisis Data

Analisis data hasil pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Langkah pertama uji statistik adalah menguji kenormalan data kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan uji

Kolmogrov-Smirnov yang bertujuan

untuk mengetahui normalitas data. Hasil uji kolmogrov menunjukkan bahwa nilai normalitas pretest kelas eksperimen adalah 0,02. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05) maka data dapat dikatakan tidak terdistribusi normal, sedangkan nilai normalitas pretest pada kelas kontrol adalah 0,03. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05) maka data dapat dikatakan tidak terdistribusi normal. Karena kedua data tidak terdistribusi normal, maka di lanjutkan dengan uji statistik nonparametrik menggunakan uji UMann-Whitney. Hasil uji UMann-Whitney kedua sampeladalah 0,468. Nilai tersebut lebih besar dari nilai α (0,05) artinya tidak ada perbedaan

hasil belajar yang antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

Nilai posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol juga dilakukan uji normalitas. Diperoleh hasil normalitas posttest kelas eksperimen adalah 0,01. Nilai ini lebih kecil dari nilai α (0,05) maka data dapat dikatakan tidak terdistribusi normal, sedangkan nilai normalitas pretest pada kelas kontrol adalah 0,2. Nilai tersebut lebih besar dari nilai α (0,05) maka data dapat dikatakan terdistribusi normal. Oleh karena salah satu tidak terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji statistik nonparametrik menggunakan uji U

Mann-Whitney. Hasil uji U

Mann-Whitney adalah 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05) artinya ada perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

Pembahasan

Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol Kelas kontrol pada penelitian ini adalah kelas XI IPA 3 MAN 1 Pontianak. Perlakuan pada kelas kontrol berupa pembelajaran dengan metode ceramah berbantuan question box sebanyak 2 kali pertemuan, dengan alokasi waktu untuk 1 kali pertemuan 2 x 45 menit. Pertemuan Pertemuan pertama diawali dengan pemberian pretest, setelah pemberian pretest guru menyampaikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada

siswa. Kemudian guru

menginformasikan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

(6)

98 soal dan membahasnya bersama siswa. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, namun tidak ada siswa yang bertanya.

Pada tahap elaborasi guru memberikan soal latihan kepada siswa, dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan saat pengerjaan soal. Soal disiapkan oleh guru dan disimpan didalam box (question box), kemudian guru mengacak soal tersebut untuk dibagikan kepada siswa dengan skor yang telah ditentukan untuk masing-masing siswa. Guru mengamati soal yang dikerjakan siswa di papan tulis dan memberikan kesempatan siswa lain untuk mengoreksi jawaban temannya yang di papan tulis.

Pada tahap konfirmasi guru bersama siswa membahas soal yang telah dikerjakan di papan tulis dan bertanya tentang hal yang masih belum dipahami, namun sebagian besar siswa menjawab sudah paham.

Guru menutup pembelajaran bersama siswa dengan membuat kesimpulan mengenai materi yang telah diajarkan. Selanjutnya guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pertemuan kedua dilakukan untuk melanjutkan materi yang telah disampaikan pada peretemuan pertama. Materi yang diajarkan adalah pengaruh penambahan ion senama. Pertemuan kedua dimulai dengan memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan inti dimulai dengan menyampaikan materi pelajaran yang dilanjutkan dengan memberikan contoh soal dan membahasnya bersama siswa.

Pada tahap elaborasi guru mengambil soal latihan dan meminta masing-masing siswa mengerjakan soal serta membimbing siswa yang mengalami kesulitan saat pengerjaan soal. Soal disiapkan oleh guru dan disimpan didalam box (question box), kemudian guru mengacak soal tersebut untuk dibagikan kepada siswa dengan skor yang telah ditentukan untuk masing-masing soal. Guru mengamati soal yang dikerjakan siswa di papan tulis dan memberikan kesempatan siswa lain untuk mengoreksi jawaban temannya yang di papan tulis.

Pada tahap konfirmasi guru bersama siswa membahas soal yang telah dikerjakan di papan tulis dan bertanya tentang hal yang masih belum dipahami, namun sebagian besar siswa menjawab sudah paham.

Guru menutup pembelajaran bersama siswa dengan membuat kesimpulan mengenai materi yang telah diajarkan. Kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdalah.

Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen

Proses pembelajaran yang digunakan di kelas eksperimen adalah pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan question

box. Pembelajaran pada pertemuan

(7)

99 dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Tahap selanjutnya adalah penyampaikan materi pelajaran. Materi yang diajarkan adalah kelarutan, rumusan hasil kali kelarutan, dan hubungan kelarutan dan hasil kali, yang dilanjutkan dengan memberikan contoh soal dan membahasnya bersama siswa. Kemudian guru menentukan kelompok tournament secara heterogen yang berdasarkan nilai ulangan harian siswa.

Guru menutup pembelajaran bersama siswa dengan membuat kesimpulan mengenai materi yang telah diajarkan. Kemudian guru menginformasikan semua kelompok menyiapkan diri untuk mengikuti tournament yang akan dilaksanakan pada pertemuan kedua. Selanjutnya guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pertemuan kedua dilakukan untuk pelaksanaan tahapan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang terdiri dari 5 fase. Pertemuan kedua diawali dengan menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran. Pada saat penyampaian apersepsi siswa terlihat kurang aktif sehingga kurang terjadi interaksi antara guru dan siswa. Langkah selanjutnya adalah penyampaian materi (fase 1) yang disampaikan secara singkat. Pada saat kegiatan ini siswa terlihat serius dalam memperhatikan. Kemudian guru memberikan contoh soal dan dilanjutkan dengan memberikan soal latihan untuk dikerjakan masing-masing siswa. Pada saat pengerjaan soal siswa terlihat serius. Selanjutnya guru meminta siswa untuk bergabung ke dalam kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya (fase 2). Setiap kelompok

terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang dipilih secara heterogen. Pada fase ini juga guru memberikan soal latihan yang telah dikerjakan sebelumnya untuk dibahas masing-masing kelompok. Pada saat diskusi kelompok siswa terlihat serius dan saling membantu anggota kelompok dalam memecahkan soal. Bersamaan dengan belajar kelompok, guru meminta tiga orang observer mengoreksi nilai latihan siswa untuk menentukan teams tournament berdasarkan nilai yang telah diperoleh siswa Siswa yang memiliki skor di atas 70 akan ditempatkan pada tim A (tinggi), skor 55-70 ditempatkan pada tim B (sedang), dan siswa yang memiliki skor kurang dari 55 ditempatkan pada tim C (rendah). Siswa terlihat antusias dalam diskusi kelompok, siswa juga saling memberikan jawaban dalam memecahkan soal latihan tersebut. Question box telah disiapkan di atas masing-masing meja tournament (fase 3), kemudian guru menjelaskan aturan

games. Tahap selanjutnya adalah

(8)

100 dan kecepatan dalam mengumpulkan soal.

Setelah tournament berakhir, guru menentukan 3 kelompok terbaik yang akan mendapat penghargaan (fase 5). Penghargaan dikatagorikan dalam tiga tingkatan berdasarkan point question box pada saat tournament yang diperoleh masing-masing kelompok yaitu good teams (tim baik), great teams (tim hebat), dan super teams (tim super). Good teams diraih kelompok 5 dengan skor rata-rata kelompok 58, great teams kelompok 2 dengan rata-rata skor 60, dan super teams kelompok 4 dengan rata-rata skor 86. Empat kelompok lainnya tidak berhasil mendapatkan penghargaan karena skor yang diperoleh masing-masing kelompok tidak mancapai kriteria skor yang telah ditentukan. Nilai masing-masing ke-4 kelompok tersebut berturut-turut adalah 38,40,45 dan 48. Tahap selanjutnya pemberian posttest pada kelas eksperimen.

Perbandingan Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil belajar kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan question box dan kelas kontrol dengan metode ceramah berbantuan question box dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 menunjukkan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi yaitu sebesar 73,98 dari kelas kontrol sebesar 62,29. Dari perbandingan keduanya, dapat dilihat kenaikan rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Oleh karena itu dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan question

box menunjukkan hasil belajar lebih tinggi dari pembelajaran metode ceramah berbantuan question box (73,80 ≥ 62,97).

Gambar 1. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi hidrokarbon dapat meningkatkan hasil belajar dengan nilai rata-rata kelas eksperimen 84,00 lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol 76,53 [2]. Meskipun materi yang diajarkan sama yaitu kelarutan dan hasil kali kelarutan namun, nilai rata-rata yang diperoleh lebih tinggi dari peneliti.

Perbedaan hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan pengaruh model pembelajaran yang digunakan. Pada kelas eksperimen menggunakan model kooperatif tipe TGT berbantuan question box, sedangkan pada kelas kontrol diajarkan dengan metode ceramah berbantuan question box. Berdasarkan pembahasan proses pembelajaran kelas kontrol, metode ceramah yang digunakan bersifat monoton, sehingga menyebabkan kegiatan belajar mengajar menjadi tidak kondusif. Kegiatan pembelajaran pada metode ceramah terpusat kepada guru sebagai pemberi informasi, sehingga siswa hanya mendengar dan mencatat

9,6 11,17

73,8

62,29

eksperimentkontrol

Nilai

kelas

pretest

(9)

101 imformasi yang telah diberikan (Jihad dan Haris, 2013). Akibatnya siswa yang berkemampuan tinggi saja yang mencapai KKM.

Untuk mengetahui penyebab rendahnya hasil belajar siswa, peneliti melakukan wawancara dengan 2 orang siswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan metode ceramah membosankan, dan kurang menarik apalagi pada saat pembelajaran materi hitungan seperti kimia, sehingga siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Selain itu, dalam proses pembelajaran sebagian siswa sibuk berbicara dengan teman sebangkunya yang menyebabkan konsentrasi pada saat belajar siswa menurun.

Jumlah ketuntasan siswa kelas eksperimen yang diperoleh lebih tinggi yaitu sebanyak 17 orang dibandingkan kelas kontrol sebanyak 6 orang. Hal ini dikarenakan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang memberikan peluang kepada siswa untuk belajar lebih rileks dan saling bekerja sama dengan teman sekelompok dalam memecahkan soal dengan rasa tanggung jawab. Selain itu, siswa juga dapat saling membantu teman yang

mengalami kesulitan dalam

kelompoknya, sehingga pada saat tournament akan menjadi persaingan yang positif bagi siswa.

Hal ini diperkuat dengan wawancara siswa yang menyatakan bahwa model pembalajaran TGT memberikan nuansa kegembiraan, sehingga siswa termotivasi, dan merasa bertanggung jawab secara

individu maupun kelompok.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi redoks memberikan peluang kepada peserta didik untuk belajar lebih rileks di samping menumbuhkan

tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar (Purnamawati dkk, 2013).

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT dilakukan perhitungan effect size, diperoleh hasil sebesar 0,91. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran model kooperatif tipe TGT berbantuan question box memberikan pengaruh yang tinggi terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Besarnya pengaruh tersebut merujuk pada tabel Z diperoleh nilai sebesar 31,86%.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi hidrokarbon memberikan pengaruh yang sedang terhadap peningkatan hasil belajar, dengan effect size sebesar 0,64, dan memberikan pengaruh sebesar 23,89% (Pratiwi dkk, 2013).

Hal ini dikarenakan perbedaan media yang digunakan yaitu media question box dan media molymod. Selain itu materi yang diajarkan juga berbeda yaitu materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dan materi hidrokarbon

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

(10)

102 ceramah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan question box memberikan pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar siswa yaitu sebesar 31,86 % dengan effect size sebesar 0,91.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. (1995). Pengembangan Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.

Asmara, S., Sumarni, W dan Hadisaputro S. (2013). Pengaruh Metode Konsep Bertingkat Berbantuan Question Box

Terhadap Peningkatan

Kemampuan Berfikir Kritis. Jurnal Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Jihad, A dan Haris, A. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogjakarta: Multi Pressindo.

Mukaromah, Sugiharto dan Sulistyo, S. (2013). Efektivitas Pemberian Problem Posing pada Pembelajaran (TGT) Teams Games Tournament Terhadap Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 4 Surakarta. Jurnal Pendidikan Kimia Vol: 3, No.4.

Prasetyaningrum, D., Martini, K dan Susilowati, E. (2013). Studi Komparasi Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

disertai Media Kartu Soal Dan Roda Impian terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Hidrokarbon Kelas X SMA Negeri 7 Surakarta. Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia Vol: 2, No.3.

Pratiwi D, Martini K, Dan Susilowati, E. (2013). Studi Komperasi Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) disertai Media Kartu Soal dan Roda Impian terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Hidrokarbon Kelas X SMA Negeri 7 Surakarta. Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia Vol: 2, No.3. Hal. 1.

Purnamawati, H., Ashadi Dan Susilowati, E. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan Media Kartu dan Ular Tangga ditinjau dari Kemampuan Analisis Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Reaksi Redoks Kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar

Jurnal Penelitian Pendidikan

Kimia Vol: 3, No. 4.

Sanjaya, W. (2011). Strategi

Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media.

Slavin, E. dan Robert. (2011). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Jakarta : Bumi Aksara.

(11)

103

Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Wahyu, G dan Alfatie. (2009). Identifikasi Kesulitan Siswa Kelas XII IPA-2 MAN Malang 1 dalam Memahami Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) serta Pemahaman Materi Tersebut dalam Kehidupan Sehari-hari. Jurnal

Penelitian Kimia Universitas

Gambar

Gambar 1. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari data masukan dan struktur algoritma setiap metode, CNN LeNet 5 memiliki arsitektur yang cukup baik karna dapat menangkap setiap piksel masukan

Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Hikmawati (2008) yang menunjukkan hasil bahwa pendapatan bukan merupakan faktor risiko kegagalan pemberian ASI

Biaya Peralatan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Padang Bolak : Pompa Air (Metode Garis Lurus)... Jumlah Biaya Penyusutan Alat Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Padang Bolak

Dokumentasi diperoleh dengan mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari sekolah minggu GMIT Anugerah Nobi-Nobi yang berhubungan dengan penelitian,

Penelitian ini berjudul “ Strategi Marketing Communication melalui Event dalam Meningkatkan Brand Image Harian Amanah ” Penelitan ini bertujuan untuk 1) Untuk mengetahui

[r]

Banjarmasin Pusat Arkeologi Nasional 60 Pamong Budaya S1 III/a Arkeologi 1 Balai Arkeologi Makassar Pusat Arkeologi Nasional 61 Pamong Budaya D3 II/c Seni Rupa 1

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah