• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebocoran apikal pada irigasi dengan EDTA lebih kecil dibandingkan yang tanpa EDTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebocoran apikal pada irigasi dengan EDTA lebih kecil dibandingkan yang tanpa EDTA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal. Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa gigi tersebut tanpa simtom, dapat berfungsi dan tidak ada tanda-tanda patologik yang lain. Perawatan endodontik terdiri dari perawatan kaping pulpa, pulpektomi, pulpotomi, mumifikasi, perawatan saluran akar konservatif dan saluran akar yang terinfeksi dan perawatan endodontik bedah.1,2

Perawatan saluran akar adalah perawatan yang paling banyak dilakukan dalam kasus perawatan endodontik. Perawatan saluran akar dapat dibagi atas tiga tahap utama yaitu : preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan (cleaning and shaping), disinfeksi saluran akar dan obturasi saluran akar. Obturasi saluran akar yang hermetis merupakan syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak mungkin dicapai bila saluran akar tidak dipreparasi dan dipersiapkan untuk menerima bahan pengisi.3

Ada bermacam-macam metode preparasi saluran akar, pada penelitian ini menggunakan teknik step back. Preparasi ini mempunyai

Kebocoran apikal pada irigasi dengan EDTA

lebih kecil dibandingkan yang tanpa EDTA

(A comparative study of apical leakage on irrigation using and without EDTA)

Okti Wintarsih *, Moendjaeni Partosoedarmo **, dan Pribadi Santoso **

* Mahasiswa PPDGS Orthodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta-Indonesia

** Departemen Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta-Indonesia

Correspondence: Okti Wintarsih, c/o: PPDGS Bagian Ilmu Orthodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Jln. Mayjen Prof. Dr. Moestopo no 47 Surabaya, Indonesia. E-mail: oktiwintarsih @ yahoo.com

Abstract

Background: Lack of proper sealing of canal leads leakage and penetration of smear layer into the canal which is the most important factor for failure of root canal treatment. Purpose: The objective of the research was to compare the apical leakage between Glass Ionomer Cement and Endomethasone as a sealer either with or without irrigation of EDTA 15%. Method: Thirty two lower premolar – root human teeth was divided into 4 groups (n=8). The teeth root length was made similar to 15 mm. The groups were instrumented to apply K – type files with step back technique. During the preparation, irrigation is done using NaOCl 5,25% and gutapercha obturated with lateral condensation technique. The first group was irrigated using 10 ml EDTA 15% and then 10 ml NaOCl 5,25%. The second was irrigated using 10 ml NaOCl 5,25%. The first and the second utilized Glas Ionomer Cement sealers. The third was irrigated using 10 ml EDTA 15% and then 10 ml NaOCl 5,25%. The fourth utilized 10 ml NaOCl 5,25%. The third and fourth groups utilized Endomethasone sealers. All teeth were being rontgen and then kept in relative humidity during 2 days. The root surfaces were coated with nail varnish and immersed in black ink. The research was analyzed using Anava and T test. Result: Difference apical leakage occured at 4 groups. The apical leakage of GIC sealers was smaller than the endomethasone. Conclusion: The irrigations of EDTA shows a smaller apical leakage compared to the one without EDTA.

(2)

keuntungan : lebih efektif dalam membersihkan saluran akar dibanding dengan yang konvensional, lebih mudah melakukan obturasi saluran akar dengan metode kondensasi lateral serta celah antara gutaperca dan dinding saluran akar juga lebih kecil.4 Pembersihan saluran akar secara menyeluruh merupakan hal yang penting karena bila masih ada sisa jaringan yang tertinggal (debris), maka ada kemungkinan menjadi tempat bagi tumbuhnya bakteri dan dapat menyebabkan peradangan periapikal. Debris yang tertinggal dapat pula mengurangi adaptasi bahan pengisi dengan dinding saluran akar. Kurang baiknya adaptasi bahan pengisi dapat menyebabkan kurangnya kerapatan obturasi sehingga dapat memperbesar kemungkinan kegagalan perawatan.3

Gesekan alat endodontik dengan dinding saluran akar akan mengakibatkan terbentuk suatu lapisan debris yang melekat pada dinding saluran akar yang dikenal sebagai smear layer (lapisan smear) dan mengandung jaringan dentin, jaringan nekrotik, sisa-sisa jaringan odontoblast, sisa jaringan pulpa dan mikroba. Lapisan smear mempunyai sifat khas yaitu terdiri dari 2 lapisan, pada lapisan permukaan dengan ketebalan 1-2 µm dan lapisan dalam tubulus dentinalis sepanjang 40 µm.3,5

Prinsip utama dan pembersihan saluran akar yaitu alat harus mencapai seluruh dinding saluran akar dan melepaskan debris yang kemudian dikeluarkan dari saluran akar oleh larutan irigasi. Larutan irigasi selain berfungsi sebagai disinfektan, pelarut jaringan pulpa, pemutih, juga berfungsi sebagai pelumas yang akan mengurangi kemungkinan patahnya alat endodontik. Larutan irigasi yang sering digunakan dalam endodontik adalah Sodium hypochiorite (NaOCI), EDTA, Citric acid

dan lain-lain. Sodium hypochiorite merupakan irigan paling efektif untuk menghilangkan debris lepas. Irigasi berganti-ganti antara Hidrogen peroksida 3% dan

Sodium hypochlorite 5,2% menghasilkan suatu sifat berbuih sementara tetapi kuat, yang secara mekanis memaksa debris dan mikroorganisme keluar dari saluran akar melalui orifis. Pengambilan lapisan smear dapat dilakukan dengan mengirigasi saluran akar menggunakan EDTA diikuti Sodium hypochiorite.6,7

Untuk mendapatkan hasil perawatan endodontik yang optimal, saluran akar harus seluruhnya terisi dengan bahan padat, terutama pada bagian sepertiga apikal. Obturasi saluran akar menggunakan gutaperca yang dikombinasikan dengan siler saluran akar dengan teknik kondensasi lateral akan memberikan penutupan apikal yang

baik. Penggunaan siler bertujuan menyempurnakan obturasi karena siler berfungsi sebagai perekat dan pengisi celah antara bahan pengisi dan dinding saluran akar, serta mengisi saluran-saluran lateral dan saluran-saluran tambahan.6

(3)

Penelitian oleh Kawahara dkk. menunjukkan reaksi pulpa ringan pada pemakaian Semen Ionomer Kaca yang hampir sama dengan pemakaian semen seng oksid eugenol, dengan alasan tersebut mereka menyatakan bahwa Semen Ionomer Kaca dapat digunakan sebagai kaping pulpa dan pengisi saluran akar.8,9,10

Pada umumnya bahan siler yang digunakan dipilih yang mempunyai unsur zinc oxide dan

eugenol. Bahan-bahan yang terkandung di dalam

Endomethasone (Specialites Septodont, France) adalah Dexamethasone, Hydrocortisone acetate, Thymol iodide, Paraformaldehyde, Lead oxide, Barium sulfat, Zinc oxide, Magnesium stearate. Sedangkan cairannya adalah eugenol. Menurut beberapa ahli, sebagian besar semen pengisi terutama yang mengandung eugenol dalam komposisinya, menunjukkan adanya intasi terhadap foramen apikal dan jaringan periapikal. Endomethasone mempunyai beberapa keuntungan : mempunyai kemampuan antimikroba sebelum mengeras sehingga dapat digunakan untuk melengkapi disinfeksi saluran akar, mempunyai waktu pengerasan lama yaitu 115 menit untuk pengerasan awal dan 160 menit pengerasan akhir, mempunyai toleransi yang bagus dengan jaringan vital. Dilaporkan tentang kasus paresthesia dan gingival kanan bawah dan bibir yang terjadi karena masuknya siler Endomethasone yang mengandung

paraformaldehyde ke dalam inferiormandibular canal

pada waktu perawatan saluran akar gigi molar kedua bawah. Beberapa kasus yang dilaporkan mengenai kerusakan yang disebabkan oleh obat saluran akar yang mengandung paraformaldehyde, diantaranya menyebabkan reaksi alergi, nekrosis tulang, kemampuan paraesthesia dan saraf alveolar bawah.11

Kebocoran apikal adalah kebocoran mikro pada foramen apikal karena terdapat ruang kosong yang dapat ditembus oleh rembesan cairan jaringan periapikal sepanjang interfasial antara bahan pengisi saluran akar dan dinding saluran akar. Kebocoran tersebut mempunyai pengaruh merugikan pada penyembuhan, sehingga dapat menyebabkan kegagalan perawatan saluran akar. Perbandingan pengaruh kebocoran apikal antara bahan pengisi gutaperca dengan hydron, setelah lapisan smear dihilangkan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan gutaperca dengan teknik kondensasi lateral sebagai bahan pengisi saluran akar dengan penghilangan lapisan smear, mempunyai kebocoran apikal yang lebih kecil bila dibandingkan

tanpa penghilangan lapisan smear. Sedangkan pada penggunaan hydron, ada atau tidak lapisan smear tidak berpengaruh pada kebocoran apikal.6,7

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kebocoran apikal antara Semen Ionomer Kaca dan Endomethasone sebagai siler saluran akar dengan dan tanpa irigasi EDTA 15%. Setelah mengetahui perbedaan kebocoran apical antara Semen Ionomer Kaca dan Endomethasone sebagai siler saluran akar dengan adanya irigasi dan tanpa irigasi EDTA 15% untuk menghilangkan lapisan smear maka dapat diketahui kemampuan kedua bahan tersebut dalam menutup bagian apical system saluran akar secara sempurna. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pemilihan siler saluran akar dan pembersihan lapisan smear dalam melakukan perawatan saluran akar agar didapatkan obturasi yang hermetic.

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilakukan terhadap 32 akar gigi tunggal premolar satu bawah yang telah tumbuh sempurna dan lurus kemudian dilakukan preparasi saluran akar dengan cara gigi-gigi yang akan digunakan disimpan dalam larutan formalin 10%, kemudian selama 3 hari direndam dalam larutan NaOCl 5,25% untuk membersihkan jaringan lunak dari permukaan akar gigi. Gigi-gigi sesudah dibersihkan, dicuci dan disimpan dalam larutan salin. Mahkota gigi dihilangkan menggunakan

diamond disc dengan panjang gigi 15 mm diukur dari apikal dengan jangka sorong.

Ekstirpasi jaringan pulpa menggunakan barbed broach. K-file nomor 20 digunakan untuk menembus foramen apikal sampai 3 mm untuk menyamakan kondisi apikal gigi. Kemudian panjang kerja ditentukan dengan cara panjang gigi dikurangi 1 mm. Preparasi saluran akar dilakukan dengan teknik step back. Preparasi pada bagian apikal menggunakan K-file nomor 20 sampai K-file nomor 40 dengan panjang kerja sama. Setelah saluran akar dipreparasi sampai K-file nomor 40 sebagai Master

Apical File (MAF), preparasi saluran akar

(4)

sampai K-file nomor 70 dengan panjang kerja sama dengan K-file nomor 55. Rekapitulasi dilakukan dengan K-file nomor 40 dan selalu dilakukan irigasi saluran akar pada setiap pergantian alat. Kemudian gigi-gigi yang telah dipreparasi disimpan dalam larutan salin sampai saat obturasi.4

Selanjutnya dilakukan obturasi saluran akar pada gigi-gigi yang telah dipreparasi diambil dari larutan salin, kemudian dibagi menjadi 4 kelompok uji masing-masing 8 gigi. Kelompok pertama dan ketiga gigi diirigasi dengan menginjeksikan 10 ml EDTA 15% selama 2 menit kemudian saluran akar diirigasi dengan 10 ml NaOCl 5,25%. Saluran akar dikeringkan dengan paper points, dilanjutkan obturasi saluran akar menggunakan konus gutaperca dengan teknik kondensasi lateral dan menggunakan siler Semen Ionomer Kaca untuk kelompok pertama dan Endomethasone untuk kelompok ketiga. Kelompok kedua dan keempat, masing-masing 8 gigi diirigasi hanya dengan 10 ml NaOCl 5,25%. Setelah dikeringkan dengan paper

points kemudian dilakukan obturasi saluran akar

menggunakan siler Semen Ionomer Kaca untuk kelompok uji kedua dan Endomethasone untuk kelompok uji keempat.

Obturasi saluran akar pada keempat kelompok uji menggunakan teknik kondensasi lateral dengan konus gutaperca utama yang digunakan sesuai dengan MAF yaitu nomor 40. Semen Ionomer Kaca yang digunakan sebagai siler saluran akar kelompok uji I dan II, dicampur diatas plat kaca dengan perbandingan satu sendok takar serbuk dan dua tetes cairan dan diaduk selama 20 detik sesuai dengan petunjuk pabrik. Endomethasone yang dipergunakan sebagai siler kelompok uji III dan IV dicampur diatas plat kaca dengan perbandingan satu bagian cairan dan 7 bagian serbuk dan diaduk selama 40 detik. Kemudian kedua bahan dimasukkan ke dalam saluran akar menggunakan lentulo yang diputar searah jarum jam sampai seluruh dinding saluran akar terlapisi siler. Sepertiga ujung konus gutaperca utama dilapisi siler, kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar sampai tanda yang diberikan pada konus gutaperca. Konus gutaperca ditekan ke arah dinding saluran akar dan ke arah foramen apikal dengan penguak, sehingga terbentuk ruangan untuk konus gutaperca tambahan. Penguak masuk ke dalam saluran akar sampai 2 mm dari apikal. Konus gutaperca tambahan dimasukkan ke dalam ruangan yang telah dibentuk oleh penguak tadi. Pekerjaan ini diulangi sampai seluruh saluran

akar terisi dengan padat dan tidak dapat diisi dengan konus gutaperca lagi. Konus gutaperca yang berlebih pada bagian korona dipotong menggunakan ekskavator yang dipanaskan dan dipadatkan dengan kondensor.

Pada gigi yang telah dilakukan obturasi hasilnya difoto Rontgen dengan cara gigi yang telah diisi diletakkan di atas selembar malam merah kemudian dilakukan pemotretan dari arah bukal. Apabila obturasi belum hermetis, dilakukan obturasi ulang sampai didapatkan obturasi saluran akar yang hermetis.

Keempat kelompok uji kemudian disimpan dalam kelembaban relatif 100% pada suhu kamar (37 °C) selama 2 hari. Selanjutnya permukaan gigi dilapisi dengan sticky wax 1 lapis dan cat kuku 3 lapis sampai 1 mm dan foramen apikal.11

Pada tahap terakhir dilakukan pengukuran kebocoran apikal pada gigi-gigi yang telah dilapisi

sticky wax dan cat kuku mengering, tiap kelompok gigi dimasukkan ke dalam tabung centrifuge kemudian ditambahkan tinta India hingga seluruh permukaan gigi terendam larutan. Kemudian dilakukan centrifuge

selama 3 menit dengan kecepatan 800 rpm. Setelah itu gigi dicuci dengan air mengalir selama 15 menit, kemudian cat kuku dan sticky wax dihilangkan dengan

crown mess. Selanjutnya dilakukan penipisan bagian mesial dan distal menggunakan diamond wheel bur

hingga terlihat peresapan warna tinta yang masuk ke dalam saluran akar, Peresapan warna diamati dan diukur secara langsung dari apikal ke koronal dalam satuan milimeter menggunakan mikroskop stereo dengan perbesaran 60 kali. Kebocoran apikal yang diukur adalah pada peresapan warna yang terpanjang pada permukaan mesial atau distal, dengan pengukuran dilakukan 3 kali kemudian diambil rata-ratanya.7

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratori, dengan analisa Anava satu jalur dan uji T.12

Hasil

(5)

Pembahasan

Hasil penelitian kebocoran apikal menunjukkan bahwa pada obturasi saluran akar menggunakan gutaperca dengan siler SIK maupun Endomethasone dengan irigasi EDTA maupun tanpa irigasi EDTA 15% untuk menghilangkan lapisan smear, semua kelompok menunjukkan adanya kebocoran apikal. Hal ini menunjukkan bahwa kedua siler tersebut belum memenuhi syarat sebagai siler saluran akar yang ideal.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kebocoran apikal pada obturasi saluran akar dengan siler SIK dengan dilakukan irigasi atau tidak dilakukan irigasi EDTA 15% lebih kecil kebocoran apikalnya dibandingkan penggunaan siler Endomethasone dengan dan tanpa irigasi EDTA 15%. Perbedaan hasil tersebut disebabkan oleh adanya ikatan kimiawi antara Semen Ionomer Kaca dengan dentin saluran akar sehingga dapat mencegah kebocoran apikal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ray dan Seltzer (1991) bahwa Semen Ionomer Kaca dapat berikatan secara kimiawi dengan dinding saluran akar, yang memberikan keuntungan dalam perawatan endodontik untuk mencegah kebocoran dan penetrasi bakteri dalam ruang antara dentin dan bahan pengisi saluran akar. Pada penggunaan Semen Ionomer Kaca terjadi adhesi fisikokimiawi pada dentin dan email. Adhesi terjadi pada saat Semen Ionomer Kaca diaplikasikan pada gigi karena adanya ikatan hidrogen gugus karboksil bebas pada Semen Ionomer Kaca, Sejalan dengan waktu, ikatan hidrogen digantikan oleh ikatan ion karena adanya kation baik dari semen maupun dan hidroksiapatit gigi. Penghilangan lapisan smear dilakukan terutama pada penggunaan Semen Ionomer Kaca karena dapat meningkatkan adhesi Semen Ionomer Kaca dan struktur gigi. Hal tersebut dapat dilihat dan hasil penelitian, dimana selisih antara kelompok I dan kelompok II lebih besar dibandingkan selisih antara kelompok III dan kelompok IV.10

Pada obturasi saluran akar menggunakan gutaperca dengan siler Endomethasone dengan dan tanpa irigasi EDTA 15% terjadi kebocoran apikal yang lebih besar daripada kebocoran apikal pada penggunaan siler Semen Ionomer Kaca, karena ikatan yang terjadi antara Endomethasone dengan dentin merupakan ikatan fisis.11

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kebocoran apikal gigi-gigi dengan irigasi EDTA 15% untuk menghilangkan lapisan smear Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran kebocoran apikal gigi

A1 8 13,260 23,683 1,658 0,493

A2 8 42,220 233,089 5,278 1,211

A3 8 70,810 642,528 8,851 1,501

A4 8 90,530 1.036,355 11,316 1,304

Total 32 216,820 1.935,655 6,776 3,879

Keterangan: n = Jumlah Subyek Penelitian

∑ X = Jumlah Hasil Pengukuran SB = Simpangan Baku Al = SIK dengan irigasi EDTA 15% A2 = SIK tanpa irigasi EDTA 15%

A3 = Endomethasone dengan irigasi EDTA 15% A4 = Endomethasone tanpa irigasi EDTA 15

Sumber n ∑ X ∑ X2 Rerata SB

Antar A 426,921 3 142,307 100,511 0,915 0,00

Dalam 39,643 28 1,416 - -

-Total 466,564 31 - - -

-Sumber JK RK

Tabel 2. Rangkuman Analisis Variansi satu jalur kebocoran apikal antara SIK dan Endomethasone dengan dan tanpa irigasi EDTA 15%

db F R2 p

Keterangan: Antar A = antar perlakuan JK = jumlah kuadrat db = derajat kebebasan RK = rerata kuadrat

F = vanansi

R2 = koefisien determinasi p = probabilitas

Tabel 3. Hasil analisis uji t perbedaan kebocoran apikal pada obturasi saluran akar menggunakan siler SIK dan Endomethasone dengan dan tanpa adanya irigasi EDTA 15%

X

Keterangan: A1 -A2 = antar perlakuan

A1 = SIK dengan irigasi EDTA 15% A2 = SIK tanpa irigasi EDTA 15%

(6)

lebih kecil daripada kelompok gigi yang tidak dilakukan irigasi EDTA 15%.

Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu penelitian lanjutan tentang kebocoran apikal menggunakan siler Endomethasone dan Semen Ionomer Kaca dan tanpa irigasi EDTA 15% dalam jangka waktu lebih lama (>5 hari) dan perlu dilakukan penelitian lain untuk mengetahui pengaruh aspek-aspek lain bila SIK digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar.

Daftar Pustaka

1. Bence R. Buku pedoman endodontik klinik (Terj). Jakarta: UI Press; 1990. h. 7- 8, 173-6.

2. Harty FJ. Endodonti klinis (Terj.). Edisi 3. Jakarta: Hipocrates; 1990. p. 1, 5, 125, 137-8, 189-93.

3. Siswadi YLS. Pengaruh preparasi saluran akar terhadap banyaknya debris yang terdorong keluar apeks dan kebersihan dinding saluran akar. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti 1996; 2:776-84. 4. Tarigan R. Perawalan pulpa gigi (Endodonti). Jakarta:

Penerbit Widya Medika; 1994. h. 85- 101.

5. Taylor JK, Jeansonne BG, Lemon RR. Coronal leakage: effects of smear layer, obturation technique and sealer. J Endod 1997; 23(8):508-12.

6. Grossman LL, Oliet S, Rio CED. Ilmu endodontik dalam praktek (Terj). Jakarta: EGC; 1995. p. 205-8, 244-5.

7. Ingle JI, Luebke RG, Zidell JD, Walton RE, Taintor JF. Obturation of the radicular space. Dalam Ingle, JI and Taintor IF, eds. Endodontics. 3th

ed. Philadelphia: Lea and Febiger; 1985. p. 237-9, 242-3.

8. Gunawan JA. Pcnggunaan ionomer gelas sebagai scaler pada pengisian saluran akar dengan basung gutaperca. Kumpulan Makalah Ilmiah Kongres PDGI XIX. 1995. p. 149-153.

9. Ray H, Seltzer S. A new glass ionomer root canal sealer. J Endod 1991; 17(2):598-603.

10. Gunawan JA. Evaluasi biologik semen ionomer gelas memakai kultur jaringan. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti 1996; 2:989-95.

11. Lucena C, Martin C. A comparative study of apical leakage of endomethasone, top seal, and roeko seal sealer cements. J Endod 2005; 28(6):423-6.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran kebocoran apikal gigi

Referensi

Dokumen terkait

Tabel II.1 Penelitian Terdahulu No Judul Peneliti (tahun) variabel Hasil 1 Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi Pengaruh Orientasi Pasar Orientasi Pembelajaran dan

Berbicara tentang saat demi saat, inilah letak kontemporernya. Penyesuaian terhadap sesuatu yang kita ketahui sebagai zaman. Berpikir sesuai zaman tanpa kehilangan identitas

Sistem sirkulasi yang efisien dari tiap anggota gerak atas diperhatikan, dibandingkan warna dan rasa hangat pada kedua sisi lengan, tangan dan jari, denyut radialis kiri dan kanan

Adapun yang dimaksudkan kedua hal tersebut adalah: (a) Triangulasi adalah dengan cara mengumpulkan data yang sejenis dari sumber data yang berbeda berdasarkan hasil

Akan lebih bernas jika pandemi Covid-19 ini dipandang dan dimaknai sebagai cara alam menjelaskan dirinya dengan cara yang diketahui manusia, supaya melalui kesempatan yang

Berdasarkan pengembangan model olah vokal diperoleh simpulan (a) olah vokal kepewaraan dalam upacara pengantin Jawa dapat dipelajari dengan modeling yang berupa media

Pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Belitung Timur tahun 2011 -2015 telah dirumuskan pondasi kebijakan yang secara eksplisit

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai kualitas air Sungai Kapuas dengan parameter Fisika (terdiri atas Residu Terlarut, Residu Tersuspensi dan