• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI ONLINE (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI ONLINE (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI ONLINE

(Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

(Jurnal)

Oleh

IMAS HIDAYANTI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI ONLINE

(Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

Oleh

Imas Hidayanti, Eko Raharjo, Dona Raisa Monica Email : imashidayanti22@gmail.com

Kemajuan teknologi menimbulkan dampak positif dan negatif, implementasi transaksi jual beli online selain memberikan dampak positif bagi masyarakat berupa kemudahan dalam bertransaksi jual beli ternyata transaksi jual beli melalui internet juga masih memiliki banyak kekurangan/kelemahan khususnya mengenai tatacara transaksi jual beli online.Tindak pidana penipuan jual beli online diatur dalam pasal 28 ayat(1) Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Permasalahan adalah bagaimanakah peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana penipuan jual beli online dan apakah faktor penghambat dalam penyidikan tindak pidana penipuan jual beli online. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan yuridis normatif dan Pendekatan yuridis empiris. Narasumber dalam penelitian ini penyidik Kepolisian dan Akademisi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana penipuan jual beli online dilakukan sama dengan tindak pidana konvensioal lain dimana Penyidikan mengacu pada KUHAP.(1) Penyelidikan oleh pihak kepolisian; (2)Melakukan penindakan terhadap pelaku kejahatan; dan (3)Melakukan penyidikan terhadap tersangka dan membuat laporan hasil berkas perkara. Faktor-faktor penghambat paling dominan adalah faktor Sarana dan prasarana yang belum memadai dalam menunjang kinerja kepolisian dalam melakukan penyidikan. Saran yang dapat penulis berikan adalah adalah (1)Perlu adanya sarana dan fasilitas yang memadai guna memaksimalkan kinerja kepolisian. (2)Perlu adanya sosilisasi dari pihak kepolisian dan instansi terkait terhadap mayarakat untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan sosial media khususnya dalam bertransaksi jual beli online.

(3)

ABSTRACT

THE ROLE OF THE POLICE IN THE LAW INVESTIGATION OF CRIMINAL FRAUD TO BUY AND SELL ONLINE

(Study Case in Polresta Bandar Lampung)

By

Imas Hidayanti, Eko Raharjo, Dona Raisa Monica Email : imashidayanti22@gmail.com

Technological advances have positive and negative impacts, the implementation of online buying and selling transactions in addition to providing a positive impact for the community in the form of ease in transactions selling and selling it turns out the sale and purchase transactions through the internet also still have many shortcomings / weaknesses, especially regarding the procedure of online sale and purchase transactions. The criminal act of online trading fraud is regulated in Article 28 paragraph (1) of Law No.11 of 2008 on Information and Electronic Transaction. The problem is how the role of the police in the investigation of criminal acts of online buying and selling fraud and whether the obstacle factor in the investigation of criminal acts of online buying and selling fraud. The approach used is the normative juridical approach and the empirical juridical approach. The interviewees in this research are Police and Academics investigators. Based on the results of research conducted, the role of the police in the investigation of criminal acts of online buying and selling fraud is done similarly with other conventional criminal offenses where the Investigation refers to the Criminal Code Procedure. (1) Investigation by the police; (2) take action on the perpetrators of crimes; and (3) Investigate the suspect and file a case report. The most dominant inhibiting factors are the insufficient facilities and infrastructure in supporting the police performance in conducting the investigation. The suggestions that writers can give are (1) There is a need for adequate facilities and facilities to maximize police performance. (2) It is necessary to have socialization from the police and related institutions to the society to be more careful in using social media, especially in transacting buying and selling online.

(4)

I. PENDAHULUAN

Arus globalisasi yang saat ini membuat jarak bukanlah suatu problematika lagi. Manusia semakin mudah berhubungan dan bertansaksi dengan manusia la,hin melalui perkembangan teknologi, perkembangan teknologi yang sangat pesat menimbulkan adanya suatu gaya baru dalam sistem perdagangan. Beberapa tahun terakhir perdagangan online atau e-commerce semakin marak di Indonesia. Bemunculan situs jual beli online yang memanfaatkan perkembangan teknologi informasi ini. Pada dasarnya setiap teknologi diciptakan untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu manusia, setelah diciptakan teknologi di kembangkan agar semakin efesien dan efektif, untuk memenuhi kebutuhan yang dimaksud.1

Teknologi informasi telah membuka mata dunia akan sebuah dunia baru, interaksi baru, dan sebuah jaringan bisnis dunia yang tanpa batas. Disadari betul bahwa perkembangan teknologi yang disebut internet, telah mengubah pola interaksi masyarakat, yaitu interaksi bisnis, ekonomi, sosial, dan budaya. Internet telah memberikan kontribusi yang demikian besar pada masyarakat, industri maupun pemerintah. Internet seakan sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat, khususnya daerah perkotaan, proses jual beli melalui internet tentu sudah tidakasing lagi. Internet bukan hanya konsumsi golongan tertentu saja seperti tahun-tahun sebelumnya,namun sudah merambah ke masyarakat golongan menengah ke bawah. Kemajuan teknologi saat ini menjadi pedang bermata dua, karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban

1

Josua Sitompul, Cyber Space Cybercrime

manusia, sekaligus menjadi sarana baru dalam melawan hukum. Hukum adalah salah satu aspek yang mencakup dalam semua segi kehidupan manusia, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan manusia, yang diantaranya diatur dalam hukum yang mengatur perdagangan online atau e- commerce. Kegiatan perdagangan dengan memanfaatkan media internet ini dikenal dengan istilah electronic commerce atau disingkat dengan e-commerce. 2 E-Commerce merupakan suatu proses jual beli barang dan jasa yang dilakukan melalui jaringan komputer yaitu internet. Jual beli online menjadi salah satu alternatif yang paling menarik bagi konsumen untuk berbelanja selain berbelanja secara fisik. Bagi pelaku usaha jual beli online dianggap menarik karena tidak memerlukan modal yang besar, pasar yang besar karena internet dapat diakses oleh para konsumen dari seluruh dunia. Sedangkan bagi para konsumen, berbelanja melalui jual beli online dianggap lebih menarik karena konsumen tidak perlu repot untuk berpergian karena hanya dengan memanfaatkan teknologi informasi sudah dapat mengakses dan bertransaksi melalui jual beli online sehingga dapat lebih menghemat biaya. Mereka mendasarkan transaksi jual beli tersebut atas rasa kepercayaan satu sama lain,sehingga perjanjian jual beli yang terjadi diantara para pihak pun dilakukan secara elektronik.Transaksi jual beli melalui internet (E-Commerce) sangat marak dilakukan oleh masyarakat banyak, Mialnya didaerah perkotaan seperti Bandar Lampung. Budaya perkotaan sangat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitarnya, sebagai salah satu contoh adanya kecenderungan pola hidup serba instant dengan alasan kepraktisan dengankemudahan berbelanja menjadi

Cyberlaw, Tinjauan Aspek Hukum Pidana , (

Jakatrta: Tatanusa, 2012), hlm.1. 2

Ahmad M. Ramli , Cyber Law dan HAKI Dalam Sistem

(5)

alasan utama masyarakat perkotaan menggunakan tranksaki jual beli melalui internet (E-Commerce).

Implementasi transaksi jual beli selain memberikan dampak positif bagi masyarakat berupa kemudahan dalam bertransaksi jual beli ternyata transaksi jual beli melalui internet juga masih memiliki banyak kekurangan/kelemahan khususnya mengenai tatacara transaksi jual beli online, karena sistemnya yang tidak mempertemukan secara langsung antara penjual dan pembeli dan hanya atas dasar kesepakatan dan kepercayaan, karena setelah kedua belah pihak sepakat maka pembeli harus mentransfer uang kepada penjual sejumlah harga barang dan ongkos kirim, maka setelah terjadi transaksi penjual mengirimkan barang ke alamat pembeli. Sistem itulah yang menjadi celah besar bagi orang tidak bertanggung jawab untuk melakukan penipuan berkedok jual beli online, karena siapapun dapat mendaftar dan mengakses situs jual beli online secara bebas dan gratis.

Terdapat pengaturan dalam K itab Undang- Undang Hukum Pidana tepatnya pada Pasal 378 di tetapkan kejahatan penipuan (oplichting) dalam bentuk umum, sedangkan yang tercantum dalam Bab XXV Buku II KUHP memuat berbagai bentuk penipuan terhadap harta benda yang di rumuskan dalam 20 pasal, yangmasing-masing pasal mempunyai

Pasal 378 KUHP mengatur sebagai berikut: Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkam diri sendiri atau oranglain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untukmenyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapus piutang, diancam karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur sebagai berikut :

“setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”

R Sugandhi mengemukakan pengertian penipuan sebagai berikut :

“Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipuan muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri dengan tiada hak rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat- kalimatbohong yang tersusun demikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang

3

nama-nama khusus (penipuan dalam bentuk khusus), keseluruhan pasal pada Bab XXV ini di kenal dengan nama bedrog atau perbutan curang. Pengaturan khusus mengenai penipuan dalam transaksi elektronik terdapat dalam pasal 28 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan atau keuntungan seseorang dapat melakukan suatu tindak pidana penipuan. Di Indonesia seringnya terjadi tindak pidana penipuan dikarenakan banyak faktor-faktor yang mendukung terjadinya

3

(6)

suatu tindakan penipuan, misalnya karena kemajuan teknologi sehingga dengan mudah melakukan tindakan penipuan, keadaan ekonomi yang kurang sehingga memaksa seseorang untuk melakukan penipuan, terlibat suatu utang dan lain sebagainya.4

Salah satu upaya kepolisian dalam menangulangi tindak pidana penipuan adalah dengan Memberikan informasi kepada masyarakat dalam bentuk berita di media masa atau media elektronik agar mengantisipasi masyarakat bahwa telah merebaknya penipuan jual beli online, upaya penyebaran yang di lakukan oleh tim Humas Polresta Bandar Lampung langsung di publikasikan kepada masyarakat guna tidak terjadinya lagi penipuan-penipuan yang dapat merugikan masyarakat. Wilayah kota Bandar Lampung sendiri terdapat laporaan terkait penipuan jual beli online, peringatan dari Kapolres Bandar Lampung Kombes Pol Nurochman, menghimbau agar masyarakat mewaspadai penipuan jual beli via online yang marak beberapa pekan terakhir. Sebagai salah satu contoh adalah pengaduan penipuan jual beli online dengan nama pelapor Sr yang berniat membeli sebuah hanphone blackberry via online dengan sarana sosial media facebook ,Sr tergiur bertransakasi jual beli online karena harga yang sangat murah sehingga tertarik untuk membelinya, Sr yang merupakan Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri di Bandar Lampung telah sepakat untuk bertransaksi dengan salah satu online shope melalui media sosial facebook setelah mentransfer sejumlah uang namun barang yang telah menjadi kesepakatan itupun tidak kunjung diterima oleh Sr, karena merasa telah tertipu maka

Sr pun segera melaporkan kasusnya ke Polresta Bandar Lampung. Contoh diatas merupakan salah satu pengaduan kasus tentang maraknya penipuan online yang marak terjadi di Bandar Lampung. Dari diduga dilakukan oleh seseorang yang belum diketahui identitas pelakunya, informasi-informasi atau bahan keterangan itu mampu menjelaskan tentang peristiwa yang diduga merupakan peristiwa pidana, informasi itu bukan hanya terbatas kepada kiblat ketentuan yang ada dalam perumusan perundang-undangan, tetapi lebih pada penyidik harus mampu membongkar pelanggaran hukum yang sesungguhnya.5

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Peran Kepolisian dalam Penyidikan Tindak Pidana Penipuan Jual Beli Online (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)”.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah peran penyidik dalam penegakan hukum tindak pidana penipuan jual beli online?

2. Apakah faktor penghambat dalam penyidikan dalam penegakan hukum tindak pidana penipuan jual beli online?

4

Moeljatno.Asas-Asas Hukum Pidana.Jakarta: Bina

Aksara.1993 hlm 54. 5 Hartono, penyidikan dan penegakan hukum

(7)

Pada penelitian ini penulis melakukan dua pendekatan yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Prosedur pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini dengan cara studi kepustakaan dan lapangan. Data yang diperoleh dikelola dengan menggunakan metode induktif.

II. PEMBAHASAN

A. Peran Kepolisian Dalam Penyidikan Tindak Pidana Penipuan Jual Beli Online

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan, diperoleh jawaban atas permasalahan mengenai peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana penipuan jual beli online adalah sebagai berikut : 1. Penyelidikan Oleh Pihak Kepolisian

juga didasarkan pada kepercayaan dan tidak bertemu secara langsung maka dapat dengan mudah para pelaku kejahatan penipuan melakukan aksinya. Langkah- langkah yang dilakukan pihak kepolisian adalah melakukan pemeriksaan misalnya di warnet yang biasanya digunakan oleh pelaku kejahatan, sekaligus mengumpulkan bukti, melacak, dan melakukan penyitaan terhadap bukti elektronik sperti hard disk, melakukan pengungkapan atau penahanan berdasarkan bukti permulaan atau alat bukti yang cukup. Oleh karena itu dalam mengatasi tindak pidana penipuan jual beli online, aparat kepolisian juga melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain. Seperti diantaranya Kominfo Provinsi Lampung, Perguruan Tinggi di Lampung, penyedia layanan internet service provider (ISP) dan instansi terkait lainnnya. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pemberantasan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana

6

Penyelidikan yang dilakukan Polresta Bandar Lampung terhadap tindak pidana penipuan jual beli online dilakukan oleh Polisi Unit Tindak Pidana Tertentu Polresta Bandar Lampung. Tahap penyelidikan merupakan tahap pertama yang dilakukan penyelidik dalam melakukan penyelidikan tindak pidana serta tahap tersulit dalam proses penyidikan, hal ini disebabkan dalam tahap ini penyelidik harus dapat membuktikan tindak pidana yang terjadi serta bagaimana dan sebab-sebab dari tindak pidana tersebut dalam upaya penanggulangan. Menurut Rinaldi Sucipto dalam penyelidikan kasus penipuan jual beli online, pihak kepolisian banyak mengalami kendala dan kesulitan, karena kasus yang berhubungan dengan kejahatan dunia maya penanganannya berbeda dengan kasus tindak pidana biasa atau konvensional. Apalagi pelaku kejahatan tersebut bisa melakukan aksinya kapan saja tanpa sepengetahuan orang lain dan menggunakan akun palsu. Kesepakatan yang dilakukan antara penjual dan pembeli

penipuan jual beli online.

2. Melakukan Penindakan Terhadap Pelaku Kejahatan

Seperti yang diuraikan dalam contoh kasus penipuan jual beli online pengaduan penipuan jual beli online dengan nama pelapor Sr yang berniat membeli sebuah handphone blackberry via online dengan sarana sosial media facebook , Sr tergiur bertransakasi jual beli online karena harga yang sangat murah sehingga tertarik untuk membelinya, Sr yang merupakan Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri di Bandar Lampung telah sepakat untuk bertransaksi dengan salah satu online shope melalui media sosial facebook setelah korban mentransfer sejumlah uang ke nomer rekening salah satu bank milik pelaku namun barang yang telah menjadi kesepakatan itupun tidak kunjung diterima oleh Sr, karena merasa telah tertipu maka Sr pun segera melaporkan kasusnya ke

6

(8)

Polresta Bandar Lampung. Dalam hal kasus penipuan jual beli online ini melanggar pasal Pasal 378 KUHP di tetapkan kejahatan penipuan (oplichting) dalam bentuk umum dan Pasal 28 ayat (1)

Menurut Rinaldi Sucipto, penyidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian tidak mengenal batas wilayah. Oleh karena itu perlu kerjasama dengan aparat penegak hukum yang lain. Karena hal tersebut sangat penting dilakukan dalam mengumpulkan barang bukti, penyitaan terhadap bukti elektronik pelaku kejahatan

7

Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkam diri sendiri atau oranglain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untukmenyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapus piutang, diancam karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur sebagai berikut :

“setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”

Menurut penulis, upaya penindakan yang dilakukan pihak kepolisian dalam penyidikan tindak pidana penipuan jual beli online akan mengalami banyak hambatan dimana akan kesulitan menemukan dimana pelaku berada karena biasanya pelaku menggunakan akun palsu dan identitas palsu dalam pembuatan nomor rekening.Maka tidakan kepolisian juga seharusnya menghimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi jual beli online, walaupun

cyber crime.

Menurut Gigih, penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian akan menelusuri sumber dokumen elektronik tersebut. Dalam praktiknya, biasanya pertama-tama penyidik akan melacak keberadaan pelaku dengan menelusuri alamat Internet Protocol (“IP Address”) pelaku berdasarkan logIP Address yang tersimpan dalam server pengelola website/homepage yang dijadikan sarana pelaku dalam melakukan penipuan. Permasalahannya adalah, penyidik akan menemui kesulitan jika website/homepage tersebut pemiliknya berada di luar wilayah yurisdiksi Indonesia (seperti facebook, google, twitter, yahoo, dll.). Meskipun saat ini APH (polisi maupun Penyidik Pegawai Negeri Sipil/PPNS Kementerian Komunikasi dan Informatika) telah bekerja sama dengan beberapa pengelola website/homepage di luar wilayah Indonesia, dalam praktiknya tidak mudah untuk mendapatkan IP address seorang pelaku yang diduga melakukan tindak pidana dengan menggunakan layanan web site/homepage tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan prosedur hukum antar- negara. Meskipun pemerintah antar-negara melalui aparat penegak hukumnya telah membuat perjanjian Mutual Legal Asistance (“MLA”) atau perjanjian bantuan hukum timbal balik, pada kenyataannya MLA tidak serta merta memang memudahkan dalam bertansaksi

namun seharusnya masyarakat harus lebih cermat untuk melakukan transaksi jual beli online.

7

(9)

1. Faktor Hukumnya Sendiri menemukan kendala dan faktor Menurut Sanusi Husin, beberapa penghambat pada proses berlaku dalam setiap kasus yang

melibatkan antar-negara. Permasalahan yurisdiksi inilah yang seringkali menjadi penyebab tidak dapat diprosesnya atau tertundanya penyelidikan/penyidikan kasus-kasus cyber crime.8

B. Faktor-faktor Penghambat dalam Penyidikan Tindak Pidana Jual Beli Online

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan, diperoleh jawaban atas permasalahan mengenai faktor penghambat dalam penyidikan tindak pidana penipuan jual beli online adalah sebagai berikut:

pidana atas perbuatan tersebut dengan ketentuan perbuatan tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi orang lain.9

Menurut penulis, peraturan perundang-undangan yang ada sudah cukup baik pada kenyataannya dan sanksi yang diberikan pun sudah cukup untuk membuat pelaku jera. Namun terkadang kurang maksimal dalam melakukan penanganan yang ketat, sehingga masih saja terjadi adanya tindak pidana penipuan jual beli onine. Peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana penipuan jual beli pada dasarnya sama saja dengan penyidikan pada tindak pidana umum lainnya namun penyidikan pada kasus penipuan jual beli online banyak

negara maju mengkategorikan secara terpisah delik penipuan yang dilakukan secara online (computer

related fraud) dalam ketentuan khusus

cyber crime. Sedangkan di Indonesia,

UU ITE yang ada saat ini belum memuat pasal khusus/eksplisit tentang delik “penipuan”. Pasal 28 ayat (1) UU ITE saat ini bersifat general/umum dengan titik berat perbuatan “penyebaran berita bohong

dan menyesatkan” serta pada

kerugian” yang diakibatkan

perbuatan tersebut. Tujuan rumusan Pasal 28 ayat (1) UU ITE tersebut adalah untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak dan kepentingan konsumen. Perbedaan prinsipnya dengan delik penipuan pada KUHP adalah unsur

menguntungkandiri sendiri” dalam

Pasal 378 KUHP tidak tercantum lagi dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE, dengan konsekuensi hukum bahwa diuntungkan atau tidaknya pelaku penipuan, tidak menghapus unsur

8

Hasil wawancara penulis dengan Akademisi Fakultas Informatika Universitas Lampung Gigih Nata Forza, S.T, M.TI, pada tanggal 25 Oktober 2017.

penyidikannya baik menemukan pelaku dan lokasi pelaku maupun mengungkap kasus tersebut.

2. Faktor Penegak Hukum

Menurur Gigih proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik Kepolisian Polresta Bandar Lampung banyak mengalami kendala dikarenkan kurangnya ilmu pengetahuan penyidik mengenai ilmu informatika atau cybercrime yang mana ilmu itu dikuasi oleh para ahli informatika seharusnya penyidik Kepolisian Polreta Bandar Lampung bekerja sama dengan instansi terkait yang ahli dan dapat membantu dalam proses penyidikan tindak pidana penipuan jual beli online.10

9

Hasil wawancara dengan Prof. Dr. Sanusi Husin, S. H., M. H. selaku Akademisi Hukum Pidana Universitas Lampung, pada tanggal 19 September 2017.

10

(10)

Menurut penulis, Penipuan secara online pada prinisipnya sama dengan penipuan konvensional.Yang membedakan hanyalah pada sarana perbuatannya yang digunakan oleh pelaku yakni menggunakan Sistem Elektronik (komputer, internet, perangkat telekomunikasi). proses penyidikan tindak pidana penipuan jual beli online yang dilakukan oleh penyidik Kepolisian Polresta Bandar Lampung tidak semudah penyidikan yang dilakukan terhadap tindak pidana umum lainnya penyidik harus memahami dan menguasi sistem elektonik maka untuk menunjng penyidikan maka penyidik perlu bekerja sama dengan instansi terkait lainnya. Menurut penulis, upaya penindakan yang dilakukan pihak kepolisian dalam penydikan tindak pidana penipuan jual beli online akan mengalami banyak hambatan dimana akan kesulitan menemukan dimana pelaku berada karena biasanya pelaku menggunakan akun palsu dan identitas palsu dalam pembuatan nomor rekening. Maka tidakan kepolisian juga seharusnya menghimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi jual beli online, walaupun memang memudahkan dalam bertansaksi namun seharusnya masyarakat harus lebih cermat untuk melakukan transaksi jual beli online.

3. Faktor Sarana dan Fasilitas yang Mendukung

Menurut Rinaldi Sucipto, keterbatasan sarana dan fasilitas merupakan faktor penghambat yang masih ada pada saat ini. Sarana dan fasilitas tersebut mencakup, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan sebagainya. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, terasa sulit dalam melakukan penyidikan tindak pidana penipuan jual bei online secara sempurna. Sehingga penyidikan tersebut dapat berlangsung dengan baik apabila

didukung dengan sarana dan fasilitas yang cukup seperti yang telah disebutkan.11

4. Faktor Masyarakat

Menurut Gigih, Jual beli online menjadi salah satu alternatif yang paling menarik bagi konsumen untuk berbelanja selain berbelanja secara fisik. Bagi pelaku usaha jual beli online dianggap menarik karena tidak memerlukan modal yang besar, pasar yang besar karena internet dapat diakses oleh para konsumen dari seluruh dunia. Sedangkan bagi para konsumen, berbelanja melalui jual beli online dianggap lebih menarik karena konsumen tidak perlu repot untuk berpergian karena hanya dengan memanfaatkan teknologi informasi sudah dapat mengakses dan bertransaksi melalui jual beli online sehingga dapat lebih menghemat biaya. Mereka mendasarkan transaksi jual beli tersebut atas rasa kepercayaan satu sama lain, sehingga perjanjian jual beli yang terjadi diantara para pihak pun dilakukan secara elektronik.Transaksi jual beli melalui internet (E-Commerce) sangat marak dilakukan oleh masyarakat banyak, Mialnya didaerah perkotaan seperti Bandar Lampung. Budaya perkotaan sangat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitarnya, sebagai salah satu contoh adanya kecenderungan pola hidup serba instant dengan alasan kepraktisan dengan kemudahan berbelanja menjadi alasan utama masyarakat perkotaan menggunakan tranksaki jual beli melalui internet (E-Commerce). Bagian terpenting dalam menentukan penanggulangan tindak pidana adalah kesadaran masyarakat. Semakin tinggi kesadaran masyarakat maka akan semakin memungkinkan

11

(11)

penanggulangan yang baik pula. Sebaliknya semakin rendah tingkat kesadaran masyarakat, maka akan semakin sulit untuk menanggulangi tindak pidana tersebut.12

5. Faktor Kebudayaan

Menurut Sanusi Husin, kebudayaan merupakan salah satu faktor yang paling lama hidup dan berkembang ditengah masyarakat. Budaya mayarakat yang memiliki rasa keingintahuan yang berlebihan membuat para pelaku tindak pidana penipun jual beli onlinememanfaatkan situasi seperti ini. Filterisasi budaya itu harusnya masyarakat menerapkan dengan baik, sehingga dalam penggunaan media elektronik baik itu

hand phone ataupun komputer dapat

dilakukan dengan bijak sesuai kultur budaya masyarakat Lampung itu sendiri. Maka dari itu seharusnya kita sebagai masyarakat haruslah jeli dan memproteksi dari segala kejahatan baik itu kejahatan dunia maya maupun kejahatan konvensional.13

Faktor yang paling relevan dan dominan dalam proses penyidikan tindak pidana penpuan jual beli online ini yaitu faktor sarana dan prsarana yang belum memadai sehingga memperlambat kinerja kepolisian dalam melakukan penyidikan. transaksi jual beli selain memberikan dampak positif bagi masyarakat berupa kemudahan dalam bertransaksi jual beli ternyata transaksi jual beli melalui internet juga masih memiliki banyak kekurangan/kelemahan khususnya mengenai tatacara transaksi jual beli online, karena sistemnya yang tidak mempertemukan secara langsung antara penjual dan pembeli dan hanya atas dasar

12

Hasil wawancara penulis dengan Akademisi Fakultas Informatika Universitas Lampung Gigih Nata Forza, S.T, M.TI, pada tanggal 25 Oktober 2017.

13

Hasil wawancara dengan Prof. Dr. Sanusi Husin, S. H., M. H. selaku Akademisi Hukum Pidana Universitas Lampung, pada tanggal 19 September 2017.

kesepakatan dan kepercayaan, karena setelah kedua belah pihak sepakat maka pembeli harus mentransfer uang kepada penjual sejumlah harga barang dan ongkos kirim, maka setelah terjadi transaksi penjual mengirimkan barang ke alamat pembeli. Sistem itulah yang menjadi celah besar bagi orang tidak bertanggung jawab untuk melakukan penipuan berkedok jual beli online, karena siapapun dapat mendaftar dan mengakses situs jual beli online secara bebas dan gratis.

III. PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan penulis, maka dapat disimpulkan yaitu:

1. Peran Kepolisian Dalam Penyidikan Tindak Pidana Penipuan Jual Beli Online pada dasarnya sama dengan tindak pidana konvensioal lain yang mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dimana Penyidikan merupakan suatu aktifitas yuridis yang dilakukan penyidik untuk mencari dan menemukan kebenaran sejati (membuat terang dan jelas tindak pidana yang terjadi). Adapun rangkaian kegiatan penyidik dalam melakukan penyidikan adalah:

1) Penyelidikan oleh pihak kepolisian; 2) Melakukan penindakan terhadap

pelaku kejahatan; dan

3) Melakukan penyidikan terhadap tersangka dan membuat laporan hasil berkas perkara.

(12)

1) UU ITE yang ada saat ini belum memuat pasal khusus/eksplisit tentang delik “penipuan”. Pasal 28 ayat (1) UU ITE saat ini bersifat general/umum dengan titik berat perbuatan “penyebaran berita bohong dan menyesatkan” serta pada “kerugian” yang diakibatkan perbuatan tersebut. 2) Kurangnya pemahaman

kepolisian mengenai teknologi sehingga dalam proses penyidikan sedikit terkendala.

3) Sarana dan prasarana yang belum memadai dalam menunjang kinerja kepolisian dalam melkukan penyidikan .

4) Ketertarikan masyarakat sekarang dalam bertansaksi jual beli online karena sangat memudahkan namun sistem ini menimbulkan celah kejahatan bagi pelaku. 5) Kebudayaan yang seiring waktu

terkikis oleh moderenisasi sehingga semua menuntut kepraktisan.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam hal ini penulis dapat memberikan saran:

1. Perlu adanya sarana dan fasilitas yang memadai guna memaksimalkan kinerja kepolisian dalam melakukan penyidikan dan menciptakan rasa aman terhadap masyarakat. Disertai dengan peningkatan kualitas dari kepolisian dengan cara diberikannya pemahaman yang mendalam tentang perkembangan teknologi dan informasi serta perlu bekerjasama dengan instansi terkait sehingga kepolisian dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan maksimal.

2. Perlu adanya sosilisasi dari pihak kepolisian dan instansi terkait terhadap mayarakat untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan sosial media khususnya dalam bertransaksi jual beli online.

DAFTAR PUSTAKA

Josua Sitompul, Cyber Space Cybercrime Cyberlaw, Tinjauan Aspek Hukum

Pidana , (Jakatrta: Tatanusa, 2012)

Ahmad M. Ramli , Cyber Law dan HAKI

Dalam Sistem Hukum Indonesia,

(Jakarta: Refika Aditama,2004) Satjipto rahardjo,199. Ilmu hukum ,PT

citra aditya bhakti.bandung.

Moeljatno. 1993. Asas-Asas Hukum

Pidana.Jakarta: Bina Aksara.

Hartono, penyidikan dan penegakan

hukum pidana,(Jakarta: Sinargrafika,

2010)

UU No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

UU No. 8 Tahun 1981 tentang Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Referensi

Dokumen terkait

Inokulasi mikoriza (10 dan 20 spora.tanaman -1 ) tidak berpengaruh terhadap penambahan jumlah daun, ruas dan cabang, persentase kolonisasi mikoriza, kandungan klorofil total

Agar proses belajar mengajar pada pembelajaran PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi guru dan siswa, maka disampaikan saran sebagai

5 utama atau tokoh tambahan dalam cerita atau karya fiksi, dapat dilakukan dengan. berbagai cara dan pertimbangan,

Peta nilai percepatan maksimum tanpa melibatkan faktor geologi wilayah Kabupaten Sorong dan Kota Sorong Probability of exeedance 2% pada gambar 3 menunjukkan

nıamıştım. Ah! o geceden ne kadar uzaklardayım!» diyordu, güya içinden bütün hayatı kemiklerini kıran bir ıstırap arasında mengenelerle, çekiliyormuş gibi

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui lebih medalam tentang praktik pembiayaan gadai emas di BMT-UGT Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Kwanyar Bangkalan. 2)

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, perusahaan diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut untuk meningkatkan kinerja perusahaan membutuhkan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Batang Tinospora crispa Dibandingkan Dengan Kloroquin Terhadap Jumlah Eritrosit Mencit Swiss Yang Diinfeksi Plasmodium berghei.. ARTIKEL KARYA