• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Sifat Kimia Tanah Inceptisol Pada Kebun Inti Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Di Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi Sifat Kimia Tanah Inceptisol Pada Kebun Inti Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Di Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Evaluasi Sifat Kimia Tanah Inceptisol Pada Kebun Inti Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Di Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Gantar Sitanggang selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian proposal ini.

Di samping itu, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua Dosen Staf Pengajar dan Pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, serta teman-teman stambuk 2009 dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2014

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN

Aluminium Yang Dapat Dipertukarkan ... 12

Budidaya Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) ... 14

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Metode Penelitian... 19

Pelaksanaan Penelitian ... 20

Persiapan Awal... 20

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian ... 22

pH Tanah ... 22

N-Total Tanah ... 22

P-Tersedia Tanah ... 23

K-Tukar Tanah ... 24

Kapasitas Tukar Kation... 25

C-Organik Tanah ... 26

Aldd... 27

Pembahasan ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA

(4)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

pH Tanah Dari Setiap Unit Lahan ... N-total tanah (%) dari setiap unit lahan ... P-tersedia tanah (ppm) dari setiap unit lahan ... K-tukar tanah (me/100 g) dari setiap unit lahan ... Kapasitas tukar kationtanah (me/100 g) dari unit lahan ... C-organik tanah (%) dari setiap unit lahan ... Al-dd tanah (me/100 g) dari setiap unit lahan ...

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Data hasil analisis pH tanah dari setiap posisi lahan pada tanah lapisan atas (0-20 cm) ... 37 2. Data hasil analisis pH tanah dari setiap posisi lahan pada tanah

lapisan bawah (20-40 cm) ... 37 3. Data hasil analisis N-total (%) tanah dari setiap posisi lahan pada

tanah lapisan atas (0-20 cm) ... 37 4. Data hasil analisis N-total (%) tanah dari setiap posisi lahan pada

tanah lapisan bawah (20-40 cm) ... 37 5. Data hasil analisis P-tersedia (ppm) tanah dari setiap posisi lahan

pada tanah lapisan atas (0-20 cm) ... 37 6. Data hasil analisis P-tersedia (ppm) tanah dari setiap posisi lahan

pada tanah lapisan bawah (20-40 cm) ... 38 7. Data hasil analisis K-tukar (me/100 g) tanah dari setiap posisi

lahan pada tanah lapisan atas (0-20 cm) ... 38 8. Data hasil analisis K-tukar (me/100 g) tanah dari setiap posisi

lahan pada tanah lapisan bawah (20-40 cm) ... 38 9. Data hasil analisis KTK (me/100 g) tanah dari setiap posisi lahan

pada tanah lapisan atas (0-20 cm) ... 38 10. Data hasil analisis KTK (me/100 g) tanah dari setiap posisi lahan

pada tanah lapisan bawah (20-40 cm) ... 38 11. Data hasil analisis C-Organik (%) tanah dari setiap posisi lahan

pada tanah lapisan atas (0-20 cm) ... 39 12. Data hasil analisis C-Organik (%) tanah dari setiap posisi lahan

pada tanah lapisan bawah (20-40 cm) ... 39 13. Data hasil analisis Aldd (me/100 g) tanah dari setiap posisi lahan

(6)

14. Data hasil analisis Aldd (me/100 g) tanah dari setiap posisi lahan

pada tanah lapisan atas (20-40 cm) ... 39

15. Kriteria Penilaian Hasil Analisis tanah ... 40

16. Data Lokasi Titik Pengambilan Sampel Tanah ... 41

17. Peta Lokasi Kebun... 41

18. Peta Jenis Tanah Kebun Inti Gambir ... 42

19. Peta Lokasi Pengambilan Sampel ... 42

20. Gambar Areal Kebun Inti Gambir ... 43

(7)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta prospek yang baik bagi petani maupun pemasok devisa negara. Produk tanaman gambir adalah getahnya yang diperoleh dari ekstrak daun dan ranting muda yang terlebih dahulu direbus dan terakhir dikeringkan. Gambir termasuk tanaman khas di daerah Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Dairi serta Humbang Hasundutan dan umumnya di daera tropis. Di Indonesia umumnya gambir digunakan untuk Industri bahan pewarna tekstil. Menurut Agoes (2010), gambir juga dapat digunakan untuk campuran obat seperti untuk obat luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, kumur-kumur, sariawan, sakit kulit (dibalurkan), penyamak kulit dan menyirih.

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan penghasil gambir terbesar di provinsi Sumatera Utara setelah Kabupaten Dairi, Deli Serdang, Tapanuli Tengah dan Mandailing Natal. Menurut BPS (2010), negara tujuan ekspor gambir adalah India, Bangladesh, Singapura, Malaysia, Jepang dan beberapa Negara Eropa dengan volume ekspor tercatat 18.360,21 ton dan perolehan devisa sebesar 38,17 juta Dolar AS. Volume ekspor gambir Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, sehingga dapat diperkirakan bahwa tanaman gambir mempunyai prospek masa depan yang cerah.

(8)

sebesar 1.523 ton dengan luas areal tanaman produktif sebesar 909 hektar yang merupakan perkebunan rakyat dimana hampir seluruhnya dikembangkan di lahan perbukitan dan lahan miring serta dengan teknik pengelolaan yang sangat sederhana. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten pakpak bharat untuk meningkatkan produksi gambir yaitu dengan membuat kebun percontohan seluas 100 hektar sebagai Kebun Inti Tanaman Gambir.

Kebun inti tanaman gambir terdapat pada tanah inceptisol dengan topografi berlereng hingga berbukit . Untuk itu perlu dilakukan analisis status hara tanah sehingga kita dapat mengetahui tindakan pengelolaan yang akan dilakukan agar tanaman gambir tersebut dapat berproduksi secara optimal. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang sifat kimia tanah inceptisol yang ada di kebun inti gambir tersebut sehingga dapat mengetahui tingkat kesuburan tanah dan sejauh mana pengolahan yang dapat dilakukan pada tanah tersebut agar tanaman gambir tumbuh dan dapat menghasilkan produksi secara optimum.

Tujuan Penelitian

Untuk mengevaluasi beberapa sifat kimia tanah pada Kebun Inti Tanaman Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) di Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan, khususnya untuk Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat.

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

(9)

Kabupaten Pakpak Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten baru yang terbentuk pada tahun 2003 dengan luas 135.610 Ha yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Dairi di Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis, kabupaten Pakpak Bharat terletak pada 02°15’00” - 03°32’00” LU dan 96°00’ - 98°31’ BT dan berada pada ketinggian rata-rata 250-1.400m dari permukaan laut dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 18o sampai 28oC dan mempunyai kemiringan lereng yang beragam mulai dari datar sampai sangat curam (Pemkab Pakpak Bharat, 2012).

Daerah kabupaten Pakpak Bharat tergolong daerah agraris dimana sektor pertanian lebih dominan dari sektor lainnya, oleh karenanya kabupaten Pakpak Bharat meningkatkan potensi sektor pertanian terutama gambir dan kemenyan sebagai pilar perekonomiannya. Selain itu, daerah ini juga punya potensi kopi Arabica, karet, kelapa sawit dan kayu manis. Tanaman buah seperti nenas dan jeruk juga tumbuh subur dan bisa dioptimalkan (Manan, 2008).

Sifat dan Ciri Tanah Inceptisol

(10)

Reaksi tanah Inseptisol ada yang masam sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5) dan agak masam sampai netral (pH 5,6 – 6,8). Kandungan bahan

organik sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi. Kandungan bahan organik paling atas selalu lebih tinggi daripada lapisan bawah dengan ratio C/N tergolong rendah (5 - 10) sampai sedang (10 - 18). Kandungan P potensial rendah sampai tinggi dan K potensial sangat rendah sampai sedang. Kandungan P potensial umumnya lebih tinggi dari pada K potensial, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa dapat tukar diseluruh lapisan tergolong sedang sampai tinggi. Kompleks absorbs didominasi ion Mg dan Ca, dengan kandungan ion K relatif rendah. Tanah Inseptisol didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi kalium sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi kalium pada larutan tanah berkurang. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai tinggi disemua lapisan. Kejenuhan basa (KB) rendah sampai tinggi. Secara umum disimpulkan kesuburan alami Inceptisol bervariasi dari rendah sampai tinggi (Damanik et al., 2011).

(11)

Sifat Kimia Tanah

Kemasaman Tanah (pH Tanah)

Reaksi tanah atau pH tanah di lapangan dibagi dalam tiga keadaan, yaitu reaksi masam, reaksi netral dan reaksi basa atau reaksi alkali. Reaksi ini secara umum dinyatakan dengan pH tanah, yaitu dari 0 – 14. Pengetahuan untuk reaksi tanah penting karena rekasi tanah (pH) banyak dipertimbangkan dalam pemupukan, pengapuran, dan perbaikan keadaan kimia dan fisik tanah. Adapun pH tanah adalah logaritma negatif dari konsentrasi ion – ion H bebas dalam larutan tanah sehingga konsentrasi ion dalam tanah dinyatakan dalam gram ion oer liter. Di dalam tanah pada sebagian dari molekul air akan terjadi ionisasi menjadi ion hidrogen (H+) dan ion hidroksil (OH-), seperti berikut :

H2O (air) H+ dan OH -(Hakim,dkk, 1986).

Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang komplit sekali, antara lain adalah kejenuhan basa, sifat misel (koloid) tanah, macam kation jerapan. Kejenuhan basa adalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada koloid tanah. Semakin kecil kejenuhan basa maka semakin masam reaksi tanah tersebut atau dengan kata lain pH semakin rendah (Hakim, dkk, 1986).

(12)

(humus), mengandung gugus hidroksil dan karboksil reaktif sebagai asam lemah yang membebaskan H+. Kandungan bahan organik tanah yang beragam dipengaruhi oleh faktor lingkungan, vegetasi dan tanah. Sehingga sumbangannya terhadap kemasaman tanah juga beragam (Damanik et al., 2011).

Unsur Hara Nitrogen

Unsur Nitrogen dari dalam tanah berasal dari hasil dekomposisi bahan organik dan sisa-sisa tanaman maupun binatang, pemupukan (terutama urea dan ammonium nitrat) dan air hujan (Hanafiah, 2005). Bahan organik mengandung protein (N organik), selanjutnya dalam dekomposisi bahan organik protein akan dilapuki oleh jasad-jasad renik menjadi asam-asam amino, kemudian menjadi

ammonium (NH4) dan nitrat (NO3) yang larut di dalam tanah. Bakteri yang berperan dalam dekomposisi ini adalah bakteri-bakteri nitrifikasi.

Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan seluruh tanaman berwarna pucat kekuningan, pertumbuhan lambat dan kerdil, perkembangan buah tidak sempurna dan masak sebelum waktunya(Damanik et al., 2011).

Nitrogen di dalam tanaman dijumpai baik dalam bentuk anorganik maupun organik, yang berkombinasi dengan C,H, O, dan kadang-kadang dengan S membentuk asam amino, enzim, asam nukleat, klorofil dan alkaloid. Walaupun N anorganik terakumulasi dalam bentuk nitrat , akan tetapi bentuk N organik tetap dominan di dalam tanaman sebagai senyawa protein yang mempunyai berat molekul tinggi (Winarso, 2005).

(13)

dekomposisi lebih banyak terakumulasi dalam bentuk NH4+, karena proses nitrifikasi membentuk NO3- terhambat pada pH < 5,39 dan akan optimum ketersediaan N dalam bentuk NO3- pada pH > 6,0 (Barchia, 2009).

Unsur Hara Fosfor

Fosfor (P) termasuk unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Apabila kekurangan unsur P, pertumbuhan tanaman akan terhambat, daun menjadi tipis, kecil dan tidak mengkilat, daun dan buah rontok sebelum waktunya, batangnya menjadi gopong (lubang di tengah), terkadang terdapat bercak pada tepi atau ujung daun (nekrosis). Fungsi penting P lainnya adalah sebagai penyusun adenosin triphosphate (ATP) yang terkait dalam metabolisme tumbuhan (Dobermann and Fairhurst, 2000). Unsur P dibedakan menjadi P organik yang berasal dari sisa tanaman, hewan dan mikroorganisme serta P anorganik yang berasal dari mineral batuan.

Unsur hara fosfor (P) adalah unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian P

di dalam tanah umumnya tidak tersedia untuk tanaman, meskipun jumlah totalnya lebih besar daripada nitrogen. Sumber utama P di dalam tanah terdiri dari

bentuk organik dan anorganik. P organik tanah contohnya antara lain: asam nukleat, fitin dan turunannya, fosfolipid, fosfoprotein, inositol fosfat dan

fosfat metabolik. Sementara P anorganik berasal dari kerak bumi, dan hasil dari pelapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfor seperti mineral apatit

dan kandungannya mencapai 0,12% P (Damanik et al, 2011).

(14)

diberikan kedalam tanah tidak dapat digunakan tanaman karena bereaksi dengan bahan-bahan tanah lainnya sehingga tidak dapat digunakan tanaman.

Sehingga nilai efisiensi pemupukan P pada umumnya rendah hingga sangat rendah. Tanaman menyerap sebagian besar unsur hara P dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-). Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion fosfat sekunder (HPO4-2). Kemasaman tanah (pH) sangat besar pengaruhnya terhadap

perbandingan serapan ion-ion tersebut, yaitu semakin masam kadar H2PO4- makin besar sehingga makin banyak yang diserap tanaman dibandingkan dengan

HPO4-2. Sebagian besar tanah mempunyai pH dibawah 7, sehingga konsentrasi H2PO4- lebih dominan dibandingkan dengan HPO4-2. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tanaman lebih banyak menyerap bentuk H2PO4 -dibandingkan HPO4-2. Bentuk-bentuk P yang lain juga ada yang diserap tanaman akan tetapi jumlahnya sangat sedikit (Winarso, 2005).

Unsur Hara Kalium

Kalium adalah unsur hara makro ketiga yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak setelah nitrogen dan fosfor. Kadar kalium total di dalam tanah pada umumnya cukup tinggi, dan diperkirakan mencapai 2,6% dari total berat tanah, tetapi kalium yang tersedia di dalam tanah cukup rendah. Pemupukan hara nitrogen dan fosfor dalam jumlah besar turut memperbesar serapan kalium dari dalam tanah, ditambah lagi pencucian dan erosi menyebabkan kehilangan kalium semakin besar (Damanik, et al, 2011).

(15)

fotosintesis akan turun, akan tetapi respirasi tanaman akan meningkat. Kejadian ii akan menyebabkan banyak karbohidrat yang ada dalam jaringan tanaman tersebut digunakan untuk mendapatkan energi untuk aktivitas-ativitasnya sehingga pembentukan bagian-bagian tanaman akan berkurang akhirnya pertumbuhan dan produksi tanaman berkurang (Winarso, 2005).

Kalium mempunyai fungsi antara lain membentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukan protein, menetralkan reaksi dalam sel terutama dari asam organik, menaikkan pertumbuhan jaringan meristem, memperkuat tegaknya batang sehingga tidak roboh. Selain hal-hal di atas kalium juga berperan meningkatkan kualitas umbi, mengaktifkan enzim baik secara langsung maupun tidak langsung dan membantu perkembangan akar (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas mineral liat menjerap dan mempertukarkan kation disebut Kapasitas Tukar Kation (KTK). Tanah Inceptisol didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi kalium sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi kalium pada larutan tanah berkurang. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai tinggi disemua lapisan. (Winarso, 2005)

(16)

dilepaskan oleh akar tanaman. Kation-kation yang berupa unsur hara itu kemudian larut dalam air tanah dan diisap oleh tanaman.

Besarnya KTK suatu tanah dapat ditentukan oleh faktor- faktor berikut: 1. Tekstur tanah

Tanah yang memiliki tekstur tanah liat akan memiliki nilai KTK yang lebih besar dibandingkan tanah yang memiliki tekstur tanah pasir. Hal ini karena liat merupakan koloid tanah.

2. Kadar Bahan Organik

Oleh karena sebagian besar bahan organic merupakan humus yang berperan sebagai koloid tanah, maka semakin banyak bahan organic akan semakim besar nilai KTK tanah.

3. Jenis mineral liat yang terkandung di dalam tanah. (Winarso, 2005)

C-Organik Tanah

(17)

membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara menyediakan energi bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran

Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relatif sukar didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein (Hanafiah, 2005)

Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum dijamah. Untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap tahunnya. Hairiah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik :

1. Pengembalian sisa panen

(18)

kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.

2. Pemberian pupuk kandang

Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.

(19)

Aluminium Dapat Ditukar (Al-dd) Tanah

Aluminium dapat ditukar dapat diekstrak dari contoh tanah dengan garam KCl sehingga menjadi AlCl3. Selanjutnya terhidrolisis menjadi HCl lalu dititrasi basa. Ditambahkan NaF dan ion OH- yang bebas dititrasi dengan asam. Sementara itu, keasaman tanah (pH), ditetapkan dengan menukar ion H+ dan Al3+ yang berada dalam kompleks absorpsi dengan KCl. Jumlah ion H+ dan Al3+ dilakukan dengan cara penambahan NaF untuk membebaskan NaOH yang kemudian dititer dengan larutan HCl standard. (Hanafiah, 2005)

Secara fisiologis dan biokimiawi, keracunan Al menyebabkan: (1) terganggunya pembelahan sel pada pucuk akar dan akar lateralnya; (2) pengerasan dinding sel akibat terbentuknya jalinan peptin abnormal; (3) berkurangnya replikasi DNA akibat meningkatnya kekerasan helix ganda DNA; (4) terjadinya penyematan (fiksasi) P dalam tanah menjadi tidak tersedia atau pada permukaan akar; (5) menurunnya respirasi akar; (6) terganggunya enzim-enzim regulator fosforilasi gula; (7) terjadinya penumpukan polisakarida dinding sel; (8) terganggunya penyerapan, pengangkutan dan penggunaan beberapa unsur esensial seperti Ca, Mg, K, P dan Fe ( Hanafiah, 2005).

Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) Kadar aluminium sangat berhubungan dengan pH tanah. Semakin rendah pH tanah, maka semakin tinggi aluminium yang dapat dipertukarkan dan sebaliknya. Disamping kadar aluminium yang dapat dipertukarkan, pengaruh jelek aluminium diukur dengan derajat penjenuhan aluminium yang dinyatakan dengan:

(20)

Bila kejenuhan aluminium > 60%, tanah tersebut sering dikatakan tidak layak untuk tanah pertanian sebelum direklamasi atau ameliorasi terlebih dahulu. Oleh karena kejenuhan aluminium dipengaruhi oleh KTK dan juga dipengaruhi oleh tekstur, maka semakin kasar tekstur tingkat kebahayaan aluminium semakin tinggi.

Budidaya Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.)

Tumbuhan gambir (Uncaria gambir (Hunt.) Roxb) termasuk dalam divisi

Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Gentianales, family Rubiaceae dan genus Uncaria (Nazir, 2000). Tanaman gambir termasuk salah satu jenis tanaman yang masuk dalam suku kopi-kopian. Bentuk keseluruhan dari tanaman ini seperti pohon bougenvil, yaitu merambat dan berkayu. Ukuran lingkar batang pohon yang sudah tua bisa mencapai 45 cm. Daunnya oval sampai bulat dengan panjang 8-14 cm dan lebar 4-6,5 cm (Manan, 2008).

Tanaman gambir dapat tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 900 meter diatas permukaan laut dan memerlukan cahaya matahari yang cukup banyak dengan curah hujan antara 2.500 - 3000 mm/tahun, maksimum 400 – 450 mm pada bulan basah dan minimum 100 - 200 mm pada bulan kering serta merata setiap tahun. Sekalipun tanaman gambir tidak menghendaki tanah yang subur namun biasanya dipergunakan lahan dipinggir hutan yang baru buka atau belum pernah dipergunakan sebelumnya yang letaknya miring / lereng bukit dan mudah meresapkan air, karena tanaman gambir tidak dapat hidup/ berkembang pada air yang tergenang (Hambali dkk, 2000).

(21)

meningkatkan produksi panen daun dan ranting basah sebesar 77,67 % per rumpun. Sedangkan di Kebun Percobaan Laing Solok dengan ukuran yang sama dapat meningkatkan produksi daun dan ranting basah sebesar 6l,59 %. pemupukan tanaman gambir umur 7 tahun di Siguntur dengan NPK 15.15.15 sebanyak 200 kg/ha dapat meningkatkan pertumbuhan rata-rata diameter batang 52,08 %, jumlah daun 62,02 %, jumlah cabang primer 99.68 %, panjang cabang sekunder 46,74%.

Pengendalian hama penyakit pada tanaman gambir belum banyak dilakukan mengingat serangan hama penyakit belum sampai menganggu pertanaman di lapangan, namun demikian ada beberapa jenis hama yang menyerang, di antaranya famili lepidoptera, hemiptera, coleoptera, dan orthoptera yang merusak daun dan pucuk tanaman gambir (Adria dan Idris, l995). Sedangkan Arneti dkk (l999) menemukan 5 jenis serangga yang menyerang pertanaman gambir di sentra produksi, yaitu hama belalang(orthoptera) dengan rata-rata 7,5 %, ulat kantong(lepidoptera) rata-rata 5 % ; kepik (Hemiptera) rata-rata l0% dan kutu daun (homoptera) rata-rata 5 % serta penggulung daun (lepidoptera) rata-rata 7,5 %. Sedangkan serangan penyakit pada tanaman gambir belum banyak diketahui (Mardinus et al., l995), meskipun di lapangan ditemukan gejala bercak daun yang disebabkan serangan jamur.

Tanaman gambir mulai dipanen setelah berumur 1,5 tahun, tetapi produksinya

masih relatif rendah, yaitu sekitar 2.000 kg daun dan ranting muda tanaman gambir

atau setara dengan 100 kg gambir kering per hektar per panen. Panen berikutnya bisa

(22)

melakukan panen 2 kali setahun tergantung keadaan pertumbuhan tanaman dan ketuaan daun, bila pertumbuhan baik dan ketuaan daun memenuhi syarat, maka dapat dilakukan 3 kali setahun. Pada umur 2 dan 2,5 tahun atau panen kedua dan ketiga, produksi meningkat masing-masing dua dan tiga kali lipat dari panen pertama,

yaitu sebanyak 4.000 kg daun dan ranting muda tanaman gambir atau setara dengan

200 kg gambir kering per hektar per panen dan 6.000 kg atau setara dengan 300 kg

gambir kering per hektar per panen. Mulai tanaman berumur tiga tahun ke atas

produksi rata-rata sebanyak 6.900 kg daun dan ranting muda tanaman gambir atau

setara dengan 550 kg gambir kering per hektar per panen dan relatif sama sampai

berumur 10 tahun (Tinambunan,2008). Masa pemanenan paling menguntungkan pada

tanaman gambir dimulai pada tahun ketiga atau keempat dan kadang kadang sampai

umur 20 tahunan, tergantung kepada cara pemangkasan dan perawatan yang

Referensi

Dokumen terkait

sebesar 1,089402639 dengan stress maksimum

Kenyataan yang terjadi didalam praktek, resiko yang diperalihkan tertanggung kepada penanggung itu tidak senantiasa terjadi, dengan demikian bahwa setiap resiko atau bahaya

Untuk bahan penguat berupa potongan rambut tersebut mendapat perlakuan terlebih dahulu sebelum dibuat menjadi komposit yaitu melalui proses alkalisasi dengan menggunakan

Berdasarkan beberapa konsep di muka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah perencanaan dan pengelolaan pembelajaran, meliputi tujuan, materi ajar,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (i) manajemen Pendidikan dan Pelatihan Guru di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bone meliputi empat tahapan yaitu (a)

As a data collection technique, creative drama sessions were conducted with the students to examine their perceptions about the life sciences classes according to some variables

Secara khusus, galian tanah berbatu adalah pekerjaan galian pada lokasi tanah dengan permukaan berbatu yang ditentukan dalam spesifikasi teknis dan gambar kerja dan

Output dari penelitian ini menyarankan agar laju perubahan organisasional dilakukan dengan tepat, yaitu ritme perubahan organisasional yang beraturan (regular) untuk