BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian tentang makna kata dalam Alquran sudah pernah diteliti
oleh peneliti-peneliti sebelumnya antara lain seperti; Analisis semantik Kata Faradah, katabah dan kutiba Dalam Alquran. Oleh Halomoan Lubis (940704020). hasilnya adalah kata faradah terdapat pada 4 surah dan memiliki arti
fardukan, menetapkan, mengerjakan, memerlukan dan mewajibkan dengan makna
leksikalnya fardukan dan mewajibkan dan selebihnya makna gramatikal. Kata
katabah terdapat pada 8 surah memiliki arti, ditetapkan, dihalalkan, ditentukan,
mewajibkan, dituliskan, menanamkan, diperlukan dengan makna leksikalnya
dituliskan dan selebihnya makna gramatikal. Kata kutiba terdapat pada 12 surah
dan memiliki arti diwajibkan, ditetapkan, diperlukan, ditentukan, dituliskan,
diputuskan, diperintahkan, dan ditakdirkan, dengan makna leksikalnya dituliskan
dan selebihnya makna gramatikal.
Selain itu penelitian seperti ini juga telah dilakukan oleh Helwati
(990704006) dengan judul “Analisis Kata Al-Dinu Dalam Alquran”. hasilnya kata
Al-dinu terdapat dalam Alquran sebanyak 94 kata, tersebar pada 40 surah dan
berbagai sigah dan ayat, dan memiliki banyak makna diantaranya : agama 65 kali,
hari pembalasan 17 kali, ketaatan 10 kali, dikuasai 1 kali dan undang-undang 1
kali. Kedua peneliti diatas sudah tentu akan berbeda dengan penelitian ini yakni :
Analisis Kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ Ditinjau Dari Segi Makna Leksikal dan Gramatikal. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji objek yangberbeda, yang tentu saja hasilnya akan berbeda pula.
Semantik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda dalam bahasa.
Dalam bahasa Arab disebut `ilm ad-dalalah. `ilm-ad-dalalah ini terdiri atas dua kata: `ilm yang berarti ilmu pengetahuan, dan al-dilalah yang berarti penunjukkan atau makna. Jadi, ‘ilm al-dilalah menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan yang mengetahui tentang makna. Secara terminologis, ilm- ad-dalalah sebagai salah satu cabang linguistik (`ilm al-lughoh) yang telah berdiri sendiri yaitu ilmu yang mempelajari tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran makna mufrodat
(kosa kata) maupun pada makna dalam tataran tarokib (struktur atau gramatikal bahasa).(http://www.falaaḥis
me.blogspot.com/2013/04/pengertian-ilmu-semantik-atau-ilmu-ad.html).
Menurut Umar, (1998:11) ‘ilm ad-dilalah adalah sebagai berikut:
َﺔَﻳِﺮْﻈَﻧ ُلَوﺎَﻨَـﺘَـﻳ ْيِﺬّﻟا ﺔَﻐّﻠﻟا ِﻢْﻠِﻋ ْﻦِﻣ ُعْﺮَﻔﻟا َﻚِﻟَذ ْوَا َﲎْﻌَﻤْﻟا ُسُرْﺪَﻳ ْيِﺬّﻟا ُﻢْﻠِﻌْﻟَا ْوَا َﲎْﻌَﻤْﻟا ُﺔَﺳاَرِد ُﻪﱠﻧَﺎِﺑ ْﻢُﻬُﻀْﻌَـﺑ ُﻪُﻓﱠﺮَﻌًـﻳ
َﲎْﻌَﳌا
/yu‘arrifuhu ba‘duhum bi`annahu dirāsatu al-ma‘nā au al-‘ilmu al-lażī yadrusu al-ma`nā au żalika al-far‘u min ‘ilmi al-lugati al-lażī yatanāwalu na‘riyata alma‘nā/ “didefenisikan sebagian mereka dengan studi tentang makna atau ilmu yang memepelajari tentang makna, atau merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang teori makna”
Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang menarik. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam
bidang ilmu tertentu yakni dalam bidang linguistik. Ada tiga hal yang coba
dijelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan
istilah makna. Ketiga hal itu, yakni (i)menjelaskan kata secara alamiah,(ii)
mendeskripsikan kalimat secara alamiah dan (iii) menjelaskan makna dalam
proses komunikasi(Kempson,1977:11). Dalam hubungan ini kempson
berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi: (i) kata; (ii)
kalimat; dan (iii) apa yang dibutuhkan oleh pembicara untuk berkomunikasi.
2.2.1 Makna Gramatikal Afiksasi
Makna gramatikal afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada bentuk
dasar. Dalam bahasa indonesia afiksasi merupakan satu proses penting dalam
pembentukan dan penyampaian makna. Jenis afiks dan makna gramatikal yang
dihasilkan cukup banyak dan beragam. Satu hal yang jelas makna afiks yang
dihasilkan mempunyai kaitan dengan fitur semantik bentuk dasarnya.
Umpamanya dalam prefiksasi dengan prefiks ber- pada bentuk dasar nomina yang
berfitur makna [+pakaian] atau [+perhiasan] akan melahirkan makna gramatika
‘mengenakan’ atau ‘memakai’. Misalnya pada kata berdasi, bersepatu, berbedak,
dan berpita. Pada bentuk dasar yang berfitur semantik [+kendaraan] akan
melahirkan makna ‘mengendarai’,’naik’ atau ‘menumpang’. Misalnya pada
besepeda, berkereta, berkuda dan berbemo. (Chaer : 2003)
Bahasa Arab terkenal dengan kekayaan kosakatanya. Kekayaan
kosakatanya ini antara lain disebabkan adanya bentuk tunggal, dual, jamak serta
didapati jenis maskulin dan feminim. Diantara kajian yang dilakukan para ahli
dalam menyatukan persepsi tentang bahasa ini adalah menyatukan kesamaan
pembentukan kata dalam kalimat yang ditinjau dari aspek morfologis. Salah satu
aspeknya adalah afiksasi atau pengimbuhan yang dilekatkan pada kata dasar.
Pengimbuhan pada kata dasar ini mampu memberikan makna yang beragam
sehingga dapat memperkaya kosa-kata dalam suatu bahasa.
Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Chaer,
1994 : 29).
Afiksasi adalah Imbuhan atau bentuk terikat yang apabila ditambahkan
pada kata dasar atau bentuk dasar dapat merubah makna gramatikal (KBBI, 1995 :
10). Penambahan morfem asi, afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks
pada akar atau kata dasar,seperti morfem ber pada kata bertiga, morfem er pada
di temukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun demikian,
pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan
berbeda-beda.
2.2.2 Afiksasi Bahasa Arab
Menurut Nāşif (1994 : 8) dalam Rasyid (2009 : 2). Dalam bahasa Arab
afiks dapat diistilahkan dengan
ةدﺎﻳﺰﻟا فﺮﺣ
/harf-l-ziyādah/, yaitu huruf-huruf tambahan yang masuk dalam sebuah kalimat bahasa Arab sehingga daripenambahan tersebut akan muncul berbagai makna yang berbeda. Kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,
ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ dilihat dari kelas kata merupakan isim sifat (adjektiva), berikut ini jenis-jenis afiksasi dari bentuk dasar isim adjektiva.1. Prefiks (as-sābiq) (--ﺃ ) /a--/:
Menurut Hamalāwī (1953 : 81) dalam Rasyid (2009 : 5) Prefiks (as-sābiq)
(--
ﺃ
) /a--/ ini berlaku padaﻞﻴﻀﻔﺗ ﻢﺳا
/ism tafdhīl/ yang menunjukkan perbandingan dua benda dimana salah satu dari yang dibandingkan itumemiliki kelebihan.
Contoh: Hamzah + (Adj) = N
أ
+
ﲑﺒﻛ
=
ﱪﻛأ
Prefiks hamzah + /kabīrun/’ besar’ = /akbaru/’ yang lebih besar’ Penambahan morfem hamzah di awal kalimat
ﲑﺒﻛ
/kabīrun/’ besar’ menjadiﱪﻛأ
/akbaru/’ yang memiliki makna sangat besar’.Contoh makna gramatikal afiksasi dalam Alquran yang sementara ini
/ṣibgata allahi wa man aḥsanu mina allahi ṣibgatan wa nahnu lahū ‘ābadūna/ “Sibghah Allah.” Siapa yang lebih baik sibghah-nya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah. “(Qs, Al Baqarah : 138)
Pada ayat Alquran di atas terdapat kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/ yang mengalami proses gramatikal afiksasi. Proses afiksasi disini adalah penambahan prefiks alifpada bentuk dasar
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/ sehingga menjadiﻦﺴﺣأ
/aḥsanu/ bermakna gramatikal ‘lebih baik’.
/Wainnahum ‘indanā laminal muśţafainal akhyāri/. “Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS, Shād : 47)
Pada ayat Alquran di atas terdapat kata
ﲑﺧ
/khair/, yang mengalami prosesgramatikal afiksasi. Proses afiksasi disini adalah prefiks alif pada bentuk dasar
ﲑﺧ
/khair/ sehingga menjadi
رﺎَﻴْﺧَْﻷا
/akhyār/ bermakna gramatikal ‘paling baik’.Dari kedua ayat tersebut terdapat perbedaan bahwa kata
ﻦﺴﺣأ
/aḥsanu/ di artikan “lebih baik” atau dengan kata lain menyatakan perbandingan dua,sementara kata
رﺎَﻴْﺧَْﻷا
/akhyār/ diartikan “paling baik” atau dengan kata lainmenyatakan “paling” dan memang didalam alquran kata-kata
رﺎَﻴْﺧَْﻷا
/akhyār/ tidak ada diartikan lebih baik namun hanya di artikan “paling baik” saja dapatdilihat nanti analisis berikutnya di bab III. Sementara peneliti tidak menemukan
2. Infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/:
Infiks ( az-ziyādah) (--
ﺍ
--) /--ā--/ berlaku pada ism yang termasuk dalamkategori
ﺔﺑﺎﺎﳌا
ﺔﻔﺻ
/şifah musyabbahah/ yang terdiri dari beberapa wazan.Salah satu dari wazan dari şifah musyabbahah ini ada yang mendapat
tambahan huruf (az-ziyādah) (--
ﺍ
--) /--ā--/.Contoh :
(Adj)+Alif + = N
ﱭﺟ
+
ا
=
نﺎـﺒﺟ
/jabana/ ‘takut’ + infiks (--ﺍ
--) /--ā--/: = /jabānun/ ‘penakut’penambahan morfem alif di tengah kalimat
ﱭﺟ
/jabana/’ takut’ menjadiنﺎـﺒﺟ
/jabānun/ yang memiliki makna penakut.
Contoh Dalam Qs. Ar-Rahmān : 70 terdapat kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/ yang mendapat infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/
/fihinna khairātun ḥisānun/“di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik” (Qs. Ar-Rahmān : 70 )
/muttaki`īna ‘alā rafrafin khuḍrin wa ‘abqariyyin ḥisānin/“mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.”
Ar-Rahmān: 70) bermakna gramatikal menunjukkan makna jamak dan pada Qs.
Ar-Rahmān: 76 diterjemahkan dengan yang indah bermakna gramatikal menunjukkan makna menerangkan sifat yang baik. Untuk sementara peneliti tidak
menemukan kata
ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ yang mengalami prosese afiksasi Infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ
--) /--ā--/ ini.3. Sufiks (al-lāḥiqah)(ﻥﺍ --) /--āni/
Menurut Yāsīn (1996 : 47) dalam Rasyid (2009 : 5) konfiks ini
ditambahkan pada bentuk dasar nomina (ism) tunggal, maka tambahan alif dan
nun tersebut akan menjadi dual (
ﲎﺜﻣ
/ muśannā), yaitu ism (nomina)yang menunjukkan dua. Proses afiksasinya dilakukan di akhir ism tunggal tersebut.Contoh:
بﺎﺘﻛ
+
ا
ن
=
نﺎﺑﺎﺘﻛ
/kitābun/’ sebuah buku’ + Sufiks (
ﻥﺍ
--) /--āni/ = /kitābāni/’ dua buah buku’Penambahan morfem alif dan nun pada akhir kalimat
بﺎﺘﻛ
/kitābun/’buku’ menjadiنﺎﺑﺎﺘﻛ
/kitābāni/’ yang mengandung makna dua buah buku.’ Peneliti tidak menemukan contohnya pada kata dalam Alquran Kataﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi ini.4. Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--) /--ūna/
Menurut Yāsīn (1996 : 47-48) dalam Rasyid (2009 : 5) dalam bahasa Arab
perempuan’, ketiga,
ﲑﺴﻜﺗ ﻊﲨ
/jama’ taksīr/. Adapun jamak mużakkar–l-sālim adalah jamak yang menunjukkan jamak untuk laki-laki dengan menambahkan(
ﻥﻭ
--) /--ūna/ pada akhir ism (nomina) tunggalnya. ‘beberapa laki-laki yang berpuasa’. Penambahan morfem waw dan nun padakalimat ﻢـﺋﺎﺻ /şāimun/’seorang laki-laki yang berpuasa’ menjadi
نﻮـﻤﺋﺎﺻ
/şāimūna/ beberapa orang laki-laki yang berpuasa.Contoh dalam Qs. An-Nūr: 26 terdapat kata
ﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ yang mendapat sufiks liṭṭayyibātu liṭṭayyibīna wa aṭ-ṭayyibūna liṭṭayyibāti, `ulā`ika mubarra`ūna mimma yaqūlūna, lahum magfiiratun warizqun karīmun/ “wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)”menunjukkan jamak. Sedangkan peneliti tidak menemukan kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/ dalam Alquran mengalami proses afiksasi Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--)/--ūna/,
5. Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--) /--aini/, /--īna/.
Menurut Yāsīn (1996 : 50) dalam Rasyid (2009 : 5) proses afiksasi ya’ dan nun ini belaku juga pada ism (nomina) yang menunjukkan mušannā dalam status
nasab dan kasrah (posisi tempat ‘irab yang mewajibkan baris kasrah atau fathah.
Selain pada mušannā , konfiks ya dan nun juga berlaku pada
ﱂﺎﺳ ﺮﻛﺬﻣ ﻊﲨ
/jamak mużakkar sālim/ yang berada dalam status nasab dan kasrah seperti padamušannā. Namun bedanya kalau pada mušannā sebelum huruf ya’ berbaris fathah
sedangkan pada
ﱂﺎﺳ ﺮﻛﺬﻣ ﻊﲨ
/jamak mużakkar sālim/ sebelum huruf ya’ berbaris kasrah.Contoh :
ﺐﺗﺎﻛ
+
ي
–
ن
=
ﻦـﻴَﺒﺗﺎﻛ
/kātibun/’ seorang penulis laki-laki’ + konfiks ya’dan nun = / katibaini/’dua orang penulis laki-laki’ Penambahan morfem ya’dan nun pada kalimat ﺐﺗﺎﻛ /kātibun/’ seorang penulis laki-laki’ menjadi
ﻦـﻴَﺒﺗﺎﻛ
/katibaini/ yang mengandung makna dua orang penulis laki-laki.Contoh dalam Qs. At-Taubah : 5 terdapat kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/ dan dalam Qs.An-Nūr: 26 terdapat kata
ﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ yang mendapat Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ
--) /--aini/.
/qul hal tarabbaṣūna binā illā iḥdā al- ḥusnayaini.../Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan...( Qs. At-Taubah : 5)
/alkhabīṡātu lilkhabīṡīna wa al-khabīṡūna lil khabīṡāti, wa aṭ-ṭayyibātu
liṭṭayyibīna wa aṭ-ṭayyibūna liṭṭayyibāti, `ulā`ika mubarra`ūna mimma yaqūlūna, lahum magfiiratun warizqun karīmun/ “wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (Qs. An-Nūr: 26)
Dari contoh di atas kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/ mengalami proses afiksasi menjadi bentuk mušannā yang artinya “dua kebaikan” sementara kataﺐﻴﻃ
/ṭayyib/menjadi bentuk
ﱂﺎﺳ ﺮﻛﺬﻣ ﻊﲨ
/jamak mużakkar sālim/ yang diartikan “laki-laki yang baik”. Dan peneliti tidak menemukan kataﲑﺧ
/khair/ dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi ini.6. Sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ--) /--āti/.
Menurut Qabsy (1979 : 45) dalam Rasyid (2009 : 6) sufiks (
ﺕﺍ
--) /--āti/Contoh Dalam Qs. Hūd: 114 terdapat kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/, Qs. Al-Baqarah : 148/Aqimi aṣṣalāta tara fī an-nahāri wa zulafan minallaili, inna al-ḥasanātiyużhibna as-sayyi`āti, żālika żikrāliżżākirīna/ dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.(Qs. Hūd: 114)
/wa likulli wijhatun huwa muwallīhā fastabiqū alkhairāt/“dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.” (Qs. Al-Baqarah : 148)
baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka Menganiaya kami; akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri”. (Qs. Al-Baqarah: 57)
Dari 3 contoh di atas semuanya menunjukkan jamak karena berbentuk
ﻊﲨ
ﱂﺎﺴﻟا ﺚﻧﺆﻣ
/jama’ muannaś –l-sālim/. Namun dari segi penggunaannya terdapatperbedaan seperti kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/ diartikan “perbuatan-perbuatan” yang baik lebih nampak pada prosesnya, dan kataﲑﺧ
/khair/ diartikan “kebaikan” lebih kepada hasil. Misalnya seperti pernyataan ini “Dengan kita melakukanperbuatan-perbuatan yang baik maka yang dihasilkan adalah kebaikan”. Kebaikan jadi disini
lebih kepada hasilnya atau suatu keadaan yang baik. Sementara kata
ﺐﻴﻃ
/ṭayyib/tampak jelas perbedaannya dimana kata
ﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ diartikan “makanan-makanan yang baik” dia lebih kepada sifat suatu benda atau sifat makanan.Peneliti menggunakan teori (Chaer : 2003) Makna gramatikal afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada bentuk dasar. Dalam bahasa indonesia
afiksasi merupakan satu proses penting dalam pembentukan dan penyampaian
makna. Jenis afiks dan makna gramatikal yang dihasilkan cukup banyak dan
beragam. Satu hal yang jelas makna afiks yang dihasilkan mempunyai kaitan
dengan fitur semantik bentuk dasarnya.
untuk istilah dan teori afiksasi arab peneliti mengambil teori (Rasyid
:2009). Dalam bahasa Arab afiks dapat diistilahkan dengan ﺓﺩﺎﻳﺰﻟﺍ ﻑﺮﺣ/ harf-l-ziyādah/, yaitu huruf-huruf tambahan yang masuk dalam sebuah kalimat bahasa Arab sehingga dari penambahan tersebut akan muncul berbagai makna yang
berbeda. jenis-jenis afiksasi dari bentuk adjektiva yaitu : Prefiks (as-sābiq) (--ﺃ)
/a--/, infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/, sufiks ( al-lāḥiqah) (