• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsistensi Perencanaan Strategis Sektor Pertanian pada Pemerintah Kabupaten Situbondo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsistensi Perencanaan Strategis Sektor Pertanian pada Pemerintah Kabupaten Situbondo"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

41

Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)

U R L : h t t p : / / e j o u r n a l f i a . u b . a c . i d / i n d e x . p h p / j i a p

Konsistensi Perencanaan Strategis Sektor Pertanian pada Pemerintah Kabupaten

Situbondo

Tri Wahyudi a 

a Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Indonesia

———

 Corresponding author. Tel.: +62-823-3257-7097; e-mail: twahyudi9679@yahoo.com I N F O R M A S I A R T IK E L A B S T R A C T

Article history:

Dikirim tanggal: 03 Januari 2018 Revisi pertama tanggal: 08 Maret 2018 Diterima tanggal: 18 April 2018 Tersedia online tanggal: 27 April 2018

This study aims to: (1) explain the consistency of agricultural sector strategic planning in Situbondo; (2) explain the role of each local actors in the effort to formulate a consistent agricultural strategic planning document. Based on data and data analysis, this research concludes that the consistency level of strategic planning document of agricultural sector in Situbondo Regency is very good but there are still 33,33% priority program in RPJMD/ Middle Range Work Plans which is not referenced by program of strategic planning document and there are 30% of activity in strategic planning document year 2017 not referenced by Renja/Annual Work Plans year 2017. Some important efforts that have been made by local government actors to produce a consistent Agricultural Strategic Planning document are: Synchronizing between RPJMD and Agricultural Strategic Planning document; Coordinating between BAPPEDA/Local Planning Department and Dinas TPHP/Food Crops, Horticulture and Plantation Department; Assessing the consistency of the Strategic Plan consisting of consistency on targets, programs and activities , performance indicators and activities and indicative strategic ceilings.

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan konsistensi perencanaan strategis sektor pertanian pada pemerintah Kabupaten Situbondo; (2) menjelaskan peran masing-masing aktor daerah dalam upaya merumuskan dokumen perencanaan strategis (strategic planning) sektor pertanian yang konsisten. Berdasarkan data dan analisis data, penelitian ini mendapat kesimpulan bahwa tingkat konsistensi dokumen perencanaan strategis sektor pertanian di Kabupaten Situbondo sudah sangat baik tetapi masih terdapat 33,33% program prioritas pada RPJMD yang tidak diacu dokumen Renstra dan terdapat 30% kegiatan pada Renstra tahun 2017 yang tidak diacu oleh Renja tahun 2017. Beberapa upaya penting yang telah dilakukan aktor pemerintah untuk menghasilkan dokumen Renstra yang konsisten antara lain melakukan sinkronisasi dokumen Renstra dan dokumen RPJMD, koordinasi antara BAPPEDA dan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, menilai konsistensi Renstra yang meliputi konsistensi sasaran, program dan kegiatan, indikator kinerja dan kegiatan dan pagu indikatif renstra.

2018 FIA UB. All rights reserved. Keywords: consistency, strategic

planning, local acotr

(2)

42

1.Pendahuluan

Pemerintah Kabupaten Situbondo adalah salah satu daerah yang merupakan daerah yang tergolong daerah tertinggal di Provinsi Jawa Timur. Sebagaimana yang disebutkan dalam Lampiran Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019 di Jawa Timur terdapat empat kabupaten yang tergolong daerah tertinggal yaitu: (1) Kabupaten Bondowoso; (2) Kabupaten Situbondo; (3) Kabupaten Bangkalan; dan (4) Kabupaten Sampang.

Tingginya angka kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah merupakan indikator yang menjadi titik lemah Kabupaten Situbondo. Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan di Kabupaten Situbondo menurut Badan Pusat Statistik (2016) pada tahun 2014 mencapai 87.670 jiwa atau 13,15% dari total penduduk. Sedangkan warga yang tergolong prasejahtera (yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau

indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs)) di

Kabupaten Situbondo adalah 67.880 keluarga atau 28,82% dari total 235.547 keluarga di Kabupaten Situbondo. Kondisi Keluarga pra sejahtera ini tersebar pada semua kecamatan di Kabupaten Situbondo.

Fenomena tingkat kemiskinan dan keluarga pra-sejahtera tersebut semakin diperparah oleh rendahnya tingkat pendidikan terutama tingkat pendidikan pada penduduk penggerak perekonomian lokal atau penduduk dengan dengan usia 15 tahun ke atas. Data dari Badan Pusat Statistik (2016) menjelaskan bahwa dari 364.834 jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas sebanyak 284.740 atau sekitar 78 % jenjang pendidikan tertingginya adalah tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau di bawahnya.

Ditengah situasi problematis tersebut Kabupaten Situbondo sebenarnya memiliki potensi beberapa sektor basis yang dapat dioptimalkan guna meningkatkan perekonomian daerah. Salah satu sektor basis yang perlu mendapat perhatian adalah sektor pertanian. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tahun 2011-2015 memiliki peran sektoral tertinggi pada PDRB Kabupaten Situbondo yaitu sebesar 33,85% dimana sub sektor tanaman pangan menjadi penyumbang PDRB tertinggi pada sektor tersebut. Peran sektoral sub sektor tanaman pangan memiliki rata-rata peran sektoral tertinggi pada tahun 2011-2015 sebesar 10,42%, diikuti dengan perikanan 8,29% dan perkebunan sebesar 8,26%. Peran masing-masing sektor pada PDRB kabupaten situbondo tahun 2011-2015 tersebut sebagaimana disajikan pada gambar 1.

Besarnya potensi sumber daya alam pertanian tersebut masih belum terkelola dengan baik, berdasarkan capaian pembangunan sektor pertanian Tahun

2011-2015, laju pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian maupun produktivitas (rasio antara produksi dan luas panen) tanaman pangan (padi sawah, padi ladang, jagung dan kedelai) Tahun 2011-2015 sebagai produk unggulan sektor pertanian di Kabupaten Situbondo tidak menampakkan tren yang meningkat. Capaian pembangunan sektor pertanian Tahun 2011-2015 sebagaimana tersaji pada gambar 1, 2, 3, 4 dan 5.

Gambar 1 Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Situbondo Tahun 2011-2015

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Gambar 2 Peran Sektoral Sektor Pertanian pada PDRB Kabupaten Situbondo Tahun 2011-2015 (%)

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Gambar 3 Produktivitas (Rasio antara produksi dan luas panen) Padi Sawah Kabupaten Situbondo

Tahun 2011-2015

(3)

43 Gambar 4 Produktivitas padi ladang Kabupaten

Situbondo Tahun 2011-2015 Sumber: Hasil Analisis, 2017

Gambar 5 Produktivitas Jagung Kabupaten Situbondo Tahun 2011-2015

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Salah satu yang patut dievaluasi dari belum optimalnya output sektor pertanian di Kabupaten Situbondo adalah kualitas perencanaan khususnya perencanaan sektor pertanian. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Zulkifli (2005:95); Robbins and Coulter (2007:38-39) perencanaan adalah:

Langkah pertama dan salah satu fungsi manajemen yang harus dilakukan pada sebuah organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam kontek pembangunan.

Dwijowijoto (2003:67) menjelaskan perencanaan adalah:

Kegiatan utama dari sebuah pembangunan dikarenakan sebuah produk perencanaan pembangunan menentukan arah, prioritas dan strategi pembangunan.

Menurut Caiden dan Wildavsky (1974:275) Sebuah perencanaan yang baik adalah:

Perencanaan yang konsisten, baik konsisten secara vertikal (konsisten pada kebijakan tunggal pada serangkaian periode waktu yang berlanjut di masa depan) maupun konsisten secara horizontal (konsisten pada beberapa kebijakan pada saat bersamaan).

Beberapa penelitian menunjukkan inkonsistensi pada dokumen perencanaan dapat menyebabkan:

(1) buruknya siklus sebuah perencanaan; (2) rendahnya pencapaian target kinerja; dan (3) buruknya efisiensi dan efektivitas pelayanan publik (Darlina dkk, 2016; Osrinda dan Delis, 2016; Burin dkk, 2015).

Dalam konteks perencanaan sektor pertanian didaerah, dokumen Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah yang menangani urusan pertanian adalah satu-satunya dokumen perencanaan strategis

(strategic planning) sektor pertanian yang mengarahkan pembangunan sektor pertanian didaerah, sehingga konsistensi dokumen Renstra sangat diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan sektor pertanian didaerah.

Berangkat dari hal tersebut penelitian ini akan mempelajari fenomena konsistensi perencanaan strategis

(strategic planning) pada kasus perencanaan daerah sektor pertanian di Kabupaten Situbondo dilihat dari konsistensi antara dokumen Rencana Strategis (Renstra) Perangkat daerah dengan dokumen perencanaan lainnya dan peran semua aktor daerah dalam upaya merumuskan dokumen perencanaan strategis (strategic planning)

sektor pertanian yang konsisten.

2.Teori

2.1 Perencanaan dan Perencanaan Strategis

Perencanaan adalah sebuah tindakan yang meliputi: (1) Penetapan tujuan organisasi; (2) Perumusan cara guna meraih tujuan yang telah ditetapkan; dan (3) Perumusan hirarki dari perencanaan yang telah dirumuskan untuk memudahkan dalam melakukan integrasi dan koordinasi (Robbins, 1988; Daft and Marcic, 2015).

Berdasarkan cakupannya (breadth of use), perencanaan terbagi menjadi dua yaitu: (1) Perencanaan strategis (strategic plans), yaitu jenis perencanaan yang mengarahkan semua bagian dari organisasi dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Perencanaan strategis adalah dasar dari perencanaan taktis/ operasional/ fungsional (tactical/ operational/ functional plans); dan (2) Tactical/operational plans, yaitu jenis perencanaan yang lebih spesifik dan detail mengenai bagaimana segala tujuan dapat dicapai.

Lebih khusus Donnelly, et all (1981) menjelaskan Perencanaan strategic sebagai: “A planning processs which deals with long-range goals, selection of activities to achieve those goals, and the allocation of

resources to those activities” atau sebuah proses

(4)

44 (1988) menjelaskan perencanaan strategik (strategic planning) sebagai proses perencanaan yang dimulai dari menemukan misi dari sebuah organisasi dengan melakukan scanning lingkungan guna mengetahui peluang, mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi sehingga sebuah organisasi lebih kompetitif.

2.2 Perencanaan Strategis pada Pemerintah Daerah di Indonesia

Perencanaan strategis pada pemerintah daerah digunakan di Indonesia sejak lahirnya UU. No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Nurmandi dan Purnomo, 2011). Pada penjelasan UU No 22 Tahun 1999 disebutkan bahwa “Keleluasan otonomi mencakup pola kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi”.

Lebih lanjut lahirnya UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional (SPPN) mempertegas perencanaan strategis baik dari sisi definisi maupun dari sisi sistimatika perumusannya. Dalam UU No. 25 Tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa dokumen rencana strategis (Renstra) adalah dokumen perencanaan pada kementrian/ lembaga atau dokumen perencanaan pada perangkat daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Dokumen rencana strategis (Renstra) baik pada pemerintah pusat (Renstra Kementrian/ Lembaga) dan pemerintah daerah (Renstra SKPD) sebagaimana di jelaskan pada UU. No. 25 tahun 2004 pasal 6 memuat: (a) visi; (b) misi; (c) tujuan; (d) strategi; (e) kebijakan; dan (f) program dan kegiatan pembangunan.

2.3 Konsistensi Perencanaan

Konsisten (consistent) adalah salah satu dari ciri sebuah perencanaan yang baik. Sebagai sebuah tindakan rasional ciri sebuah perencanaan yang baik yaitu sistematis, efisien, terkoordinir, konsisten dan rasional, sebagaimana dijelaskan oleh Caiden and Wildavsky (1974: 275) bahwa

Planning is good because it is systematic rather than random, efficient rather than wasteful, coordinated rather than helter-skelter, consistent rather than contradictory,...rational rather than unreasonable.

Caiden and Wildavsky (1974) membagi konsistensi sebuah perencanaan menjadi dua: (1) Konsistensi vertikal, yaitu konsistensi yang berkaitan dengan merencanakan sebuah kebijakan tunggal yang akan dicapai melalui serangkaian waktu yang berlanjut di masa depan. Konsistensi vertikal membutuhkan keberlanjutan dan sebuah rezim yang kuat (powerfull regime) yang dapat memastikan keberlanjutannya; dan

(2) Konsistensi horizontal, yaitu konsistensi yang berkaitan dengan merencanakan beberapa kebijakan yang akan dicapai dalam waktu yang bersamaan. Konsistensi horizontal membutuhkan pengetahuan yang sangat baik mengenai bagaimana beberapa kebijakan saling berinteraksi dan membutuhkan fleksibilitas yang tinggi untuk mengakomodir beberapa kebijakan.

3.Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian tentang Konsistensi Perencanaan Strategis Sektor Pertanian Pada Pemerintah Daerah (Studi pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur) ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dimana konsistensi perencanaan strategis (strategic planning) adalah fenomena yang akan dipelajari sedangkan perencanaan daerah sektor pertanian di Kabupaten Situbondo adalah kasus yang di ambil.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini, adalah sebagai berikut: a) Konsistensi perencanaan strategis sektor pertanian

pada pemerintah Kabupaten Situbondo, dilihat dari:

 Konsistensi antara rencana program dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo dengan program prioritas yang telah

ditetapkan dalam dokumen Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Situbondo; dan

 Konsistensi antara program dan kegiatan dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo tahun 2017 dengan program dan kegiatan Rencana Kerja (Renja) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo tahun 2017. b) Peran masing-masing aktor daerah dalam upaya

merumuskan dokumen perencanaan strategis

(strategic planning) yang konsisten, dilihat dari:

 Peran aktor pemerintah daerah, yaitu aktor dari Bappeda dan aktor dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan dalam upaya merumuskan dokumen perencanaan strategis

(strategic planning) yang konsisten; dan

(5)

45

3.3 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis analisis data yaitu:

a) Matrik Konsolidasi antar Dokumen Perencanaan (MKDP) yang merupakan adaptasi dari Matrik Konsolidasi Perencanaan dan Penganggaran (MKPP) yang mengukur tingkat konsistensi antara perencanaan dan penganggaran. Fitry (2012) serta Osrinda dan Delis (2016) menjelaskan bahwa penyusunan MKPP dilakukan dengan melakukan integrasi antara dokumen perencanaan dan penganggaran. Matrik Konsolidasi antar Dokumen Perencanaan (MKDP) pada penelitian ini akan dilakukan dengan mengintegrasikan antara dokumen Rencana Strategis (Renstra) dengan dokumen RPJMD dan dokumen Rencana Kerja (Renja). Persentase tingkat konsistensi dihitung dengan rumus:

Tingkat konsistensi (%) =

Berdasar pada persentase tingkat konsistensi tersebut tingkat konsistensinya dibagi dalam lima skala, yaitu:

 0% – 19,9% : sangat buruk

 20% - 39,9% : buruk

 40% - 59,9% : sedang

 60% - 79,9% : baik

 80% - 100% : sangat baik

b) Analisis Data Kualitatif Model Interaktif (Interactive Model)(Miles, Huberman and Saldana, 2014):

 Kondensasi Data (Data Condensation)

Kondensasi data adalah proses melakukan seleksi, pem-fokusan data, penyederhanaan, peringkasan dan transformasi data dari semua data yang diperoleh baik melalui observasi dokumen, catatatan/ rekaman wawancara dan peristiwa. Kondensasi data akan dilakukan sebelum pengumpulan data, selama pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data selesai sampai penelitian telah selesai dituangkan dalam naskah secara lengkap (final report).

 Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah proses analisis data yang berupa penyajian data yang telah terorganisir dengan baik dan siap untuk dibahas dan disimpulkan. Penyajian data pada penelitian ini dapat berupa matrik (matrix), jaringan bagan

(network display), gambar maupun text.

c) Pengambilan Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions)

Setelah data telah disajikan dengan sempurna maka dilakukan pengambilan kesimpulan berdasar pada data yang telah tersaji. Kesimpulan dibangun guna menjelaskan fenomena perencanaan strategis

(strategic planning) pada kasus perencanaan daerah sektor pertanian di Kabupaten Situbondo.

4.Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Tingkat Konsistensi Dokumen Perencanaan

Strategis Sektor Pertanian

4.1.1 Konsistensi antara Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo dengan Dokumen RPJMD

Berdasarkan matriks konsolidasi antara rencana program prioritas pembangunan urusan pertanian Tahun 2016-2021 pada RPJMD dan rencana program Dinas TPHP Tahun 2016-2021 pada Renstra. Renstra Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Dinas TPHP) memiliki konsistensi sangat baik, yaitu sebesar 90,91% konsisten terhadap rencana program prioritas pada RPJMD (10 program dari 11 program) namun demikian terdapat 5 dari 15 program prioritas pada RPJMD atau 33,33% tidak diacu oleh dokumen Renstra. Tingkat konsistensi tersebut sebagaimana disajikan pada diagram vein pada gambar 6.

Gambar 6 Diagram Vein Tingkat Konsistensi antara Program Prioritas RPJMD dan Dokumen Renstra

Sumber: Hasil Analisis, 2017

4.1.2 Konsistensi antara Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo dengan Dokumen Renja 2017

Tingkat konsistensi antara rencana program tahun 2017 pada Renstra Dinas TPHP dan rencana program Renja Tahun 2017 tergolong sangat baik, hal ini terlihat dari 11 program pada Renstra semuanya terimplementasi pada Renja (100%) dan hanya terdapat

Jumlah program/kegiatan yang konsisten_

(6)

46 1 rencana program (8,34%) pada Renja Tahun 2017 yang tidak berpedoman pada Renstra Dinas TPHP sebagaimana tersaji pada gambar 7.

Kegiatan pada Renstra Dinas TPHP tahun 2017 telah memiliki konsistensi yang baik yaitu sebesar 70% konsisten/ telah diacu oleh kegiatan pada Renstra Dinas TPHP tahun 2017 (42 kegiatan dari 51 kegiatan) sedangkan sisanya yaitu 18 dari 60 kegiatan pada Renstra Tahun 2017 atau 30% tidak diacu oleh Renja Tahun 2017, sebagaimana tersaji pada gambar 7.

Gambar 7 Diagram Vein Tingkat Konsistensi antara Rencana Program Renstra Tahun 2017 dan Program

Renja 2017

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Gambar 8 Diagram Vein Tingkat Konsistensi antara Kegiatan Renstra Tahun 2017 dan Kegiatan Renja

Tahun 2017

Sumber: Hasil Analisis, 2017

4.2 Hambatan Konsistensi Perencanaan Strategis Sektor Pertanian

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan setidaknya terdapat lima hambatan dalam penyusunan dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan yang akan mengakibatkan program dan kegiatan yang belum sepenuhnya diacu oleh dokumen dibawahnya, antara lain:

a) Rendahnya kualitas SDM perencana dikarenakan seringnya rolling personel pada perangkat daerah;

b) Adanya kebijakan top-down dari pusat yang turun ketika RPJMD dan Renstra telah selesai disusun; c) Adanya campur tangan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) melalui JASMAS; d) Kemampuan keuangan daerah; dan

e) Usulan-usulan baru dari elemen masyarakat yang belum tercantum pada dokumen Renstra.

Kondisi rendahnya Sumber Daya Manusia dalam sebuah proses perencanaan strategis di Kabupaten Situbondo akibat adanya pergeseran ataupun mutasi pegawai sangat erat kaitannya dengan permasalahan kepemimpinan yang menjadi penghambat proses perencanaan strategis pada lembaga pemerintah.

Kepemimpinan yang lemah pada pemerintah daerah akan menyebabkan rendahnya konsistensi sebuah perencanaan strategis yang dihasilkan, hal ini dikarenakan konsistensi sebuah perencanaan strategis tergolong dalam konsistensi vertikal. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Caiden and Wildavsky (1974) bahwa sebuah konsistensi vertikal atau konsistensi sebuah kebijakan yang akan dilakukan pada serangkaian waktu yang berkelanjutan membutuhkan sebuah rezim yang kuat (powerfull regime) dimana pemimpin dari sebuah rezim tersebut akan memastikan konsistensi dan keberlanjutannya.

Faktor lemahnya kepemimpinan yang menjadi penghambat konsistensi perencanaan di daerah juga didukung oleh penelitian Burin, dkk (2015) yang menyimpulkan bahwa komitmen yang berupa ketegasan dan konsistensi dari kepala daerah merupakan faktor pendukung dalam konsistensi perencanaan dan penganggaran didaerah selain faktor kualitas SDM aparatur dan faktor tingkat kelengkapan data dan informasi.

Tim penyusun dokumen Renstra Dinas TPHP yang hanya beranggotakan pegawai internal Dinas TPHP juga mengakibatkan kurangnya keunggulan prespektif dan kredibilitas tim penyusun Renstra. Allison and Kaye (2005) menjelaskan pentingnya peran panitia perencana dalam penyusunan perencanaan strategis, panitia yang efektif memiliki keunggulan perspektif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dan menambah kredibilitas proses perencanaan strategis. Sebuah panitia perencana setidaknya beranggotakan:

 Orang-orang yang visioner dan realistis;

 Orang-orang memiliki kekuasaan informal yang dihormati seluruh organisasi;

 Terdiri dari beraneka ragam stakeholder yaitu stakeholder internal dan eksternal; dan

 Orang-orang yang memiliki sikap bertanggungjawab dalam penulisan sebuah dokumen perencanaan strategis.

(7)

47 diperlukan hal ini dikarenakan dalam proses perencanaan strategis terdapat penilaian akan lingkungan internal (internal enviromental assessment) dan lingkungan eksternal (external enviromental assessment). Penilaian lingkungan eksternal pada proses perencanaan strategis disektor publik menurut Bryson (1988) berfungsi untuk melakukan eksplorasi lingkungan diluar organisasi guna meng-identifikasi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang akan dihadapi, penilaian ini dilakukan bersama semua pihak-pihak eksternal yang berkepentingan. Sedangkan penilaian internal digunakan untuk melakukan identifikasi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) pada organisasi yang mencakup

 Sumber daya (inputs);  Strategi (process); dan

 Kinerja (outputs).

4.3 Peran Aktor Daerah dalam Upaya Merumuskan Dokumen Perencanaan Strategis (Strategic Planning) Sektor Pertanian yang Konsisten

Peran Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) sebagai sector leader pertanian di Kabupaten Situbondo meliputi semua tahap perumusan Renstra, yaitu sebagai berikut:

 Persiapan;

 Penyusunan rancangan;

 Penyusunan rancangan akhir; dan

 Penetapan dokumen Renstra.

Peran Dinas TPHP yang sangat berpengaruh pada konsistensi dokumen Renstra, yaitu pada tahap Penyusunan Rancangan Renstra dimana pada tahap ini dilakukan sinkronisasi antara tabel 1 pada dokumen Renstra dengan bab 5 dan bab 7 pada dokumen RPJMD. Pada tahap penyusunan Renstra juga dilakukan sinkronisasi antara bab 5.1 pada dokumen Renstra dengan bab 8 pada dokumen RPJMD.

Satuan organisasi Dinas TPHP yang mempunyai peran dalam melahirkan dokumen Renstra yang konsisten adalah sub bidang penyusunan program yang telah melakukan upaya antara lain, sebagai berikut: Membuat bagan alir penyusunan Rentra;

 Membentuk tim penyusunan Renstra;

 Mengikuti pelatihan penyusunan Renstra;

 Melakukan sinkronisasi dokumen Renstra dan dokumen RPJMD; dan

 Melakukan asistensi dengan Bappeda.

Aktor pemerintah lain yang berperan dalam melahirkan dokumen perencanaan strategis (strategic planning) sektor pertanian di Kabupaten Situbondo adalah aktor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) yang meliputi tahap:

a) Penyusunan rancangan;

b) Penyusunan rancangan akhir; dan c) Penetapan dokumen Renstra.

Peran Bappeda yang sangat mempengaruhi tingkat konsistensi dokumen Renstra Dinas TPHP adalah tahap Penyusunan Rancangan Akhir Renstra dimana pada tahap ini BAPPEDA menentukan tingkat konsistensi dokumen Renstra.

Satuan organisasi yang berperan utama dalam melahirkan dokumen perencanaan strategis sektor pertanian yang konsisten adalah bidang ekonomi dan bidang litbang dan perencanaan yang telah melakukan upaya, antara lain sebagai berikut:

 Mengadakan Bimbingan Teknis;

 Mengadakan asistensi;

 Berkoordinasi dengan perencana OPD; dan

 Menilai konsistensi Renstra yang meliputi konsistensi sasaran, program dan kegiatan, indikator kinerja dan kegiatan dan pagu indikatif renstra.

Aktor masyarakat dan swasta tidak dilibatkan dalam penyusunan dokumen Renstra Dinas TPHP Tahun 2016-2021, dari keterangan informan ketidakterlibatan aktor pemerintah dan masyarakat dikarenakan beberapa perwakilan dari masyarakat dan swasta telah dilibatkan dalam penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Situbondo Tahun 2016-2021.

Dalam persepsi para informan dari aktor masyarakat keterlibatan mereka sangat penting dalam penyusunan dokumen Renstra Dinas TPHP dikarenakan:

 Masyarakat lebih mengetahui kondisi lingkungan setempat sehingga kegiatan lebih aspiratif dan terarah;

 Dapat memberikan sumbangsih pemikiran pembangunan pertanian; dan

 Kegiatan yang direncanakan tepat sasaran.

4.4 Model Ideal Perencanaan Strategis Sektor Pertanian

Berdasarkan fenomena dan informasi mengenai perencanaan strategis (strategic planning) di Kabupaten Situbondo dapat dirumuskan sebuah model ideal mengenai sebuah proses penyusunan dokumen Rencana Strategis (Renstra) sektor pertanian yang dapat meningkatkan konsistensi dari produk perencanaan dihasilkan.

(8)

48

5.Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis data, penelitian ini mendapat kesimpulan bahwa tingkat konsistensi dokumen perencanaan strategis sektor pertanian di Kabupaten Situbondo sudah sangat baik tetapi masih terdapat 33,33% program prioritas pada RPJMD yang tidak diacu dokumen Renstra dan terdapat 30% kegiatan pada Renstra Tahun 2017 yang tidak diacu oleh Renja Tahun 2017.

Beberapa upaya penting yang telah dilakukan aktor pemerintah untuk menghasilkan dokumen Renstra yang konsisten antara lain melakukan sinkronisasi dokumen Renstra dan dokumen RPJMD, koordinasi antara Bappeda dan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, dengan Bappeda, menilai konsistensi Renstra yang meliputi konsistensi sasaran, program dan kegiatan, indikator kinerja dan kegiatan dan pagu indikatif renstra. Keterlibatan aktor masyarakat dan swasta belum ada dalam penyusunan dokumen Rencana Strategis sektor pertanian di Kabupaten Situbondo.

Daftar Pustaka

Allison, M. & Kaye J. (2005). Perencanaan Strategis bagi Organisasi Nirlaba: Pedoman Praktis dan Buku Kerja, Diterjemahkan oleh Yayasan Obor Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Badan Pusat Statistik. (2016). Kabupaten Situbondo

Dalam Angka 2016. Situbondo: CV. Cahaya Mandiri.

Bryson, JM. (1988). A Strategic Planning Process for Public and Non-profit Organizations. Long Range Planning, Vol. 21(1), pp.73-81.

Burin, FD., Ananda CF. & Kaluge, D. (2015). Analisis Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Daerah. Jurnal Ekonomi-Bisnis, Vol.6(2), pp.177-190.

Caiden, N. & Wildavsky, A. (1974). Planning and Budgetting in Poor Countries. USA: The Twentieth Century Fund, Inc.

Daft, Richard L. & Marcic, D. (2015). Understanding

Management (9th ed.). Canada: Cengage

Learning.

(9)

49 Darlina, M., Yannizar., & Hodijah, S. (2016). Analisis

Perencanaan dan Penganggaran Pada Dinas Pendidikan Provinsi Jambi. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, Vol. 3(4), pp.257-268.

Donnelly, JH., Gibson, JL. & Ivacevich, JM. (1981).

Fundamentals of Management (4th ed.). USA: Business Publications Inc.

Dwijowijoto, RN. (2003). Reinventing Pembangunan: Menata Ulang Paradigma Pembangunan untuk Membangun Indonesia Baru dengan Keunggulan Global. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Fitry, Ramadhiani. (2012). Analisis Konsistensi

Perencanaan dan Penganggaran Bidang

Kesehatan Kota Lubuklinggau Tahun 2010. Tesis Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Nurmandi, A., dan Purnomo, E P. (2011). Making The

Strategic Plan Work in Local Government: A Case Study of Strategic Plan Implementation in Yogyakarta Special Province (YSP). International Review of Public Administration, Vol. 16(2), pp.143-164.

Miles, MB., Huberman AM., and Saldana, J. (2014).

Qualititative Data Analysis: A Methods

Sourcebook. Thousand Oaks, California: Sage Publication, Inc.

Osrinda, Namira, & Delis, A. (2016). Analisis Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran serta Implikasinya terhadap Capaian Target Kinerja pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Merangin. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, Vol. 3(3), pp.151-162.

Robbins, Stephen P. (1988). Management Concepts and Applications (2nd ed.). USA: Prentice-Hall Inc. Robbins, Stephen P. & Coulter, M. (2007).

Management. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Zulkifli, (2005). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Pekanbaru: UIR Press.

Gambar

Gambar 2 Peran Sektoral Sektor Pertanian pada PDRB
Gambar 4 Produktivitas padi ladang Kabupaten
Gambar 6 Diagram Vein Tingkat Konsistensi antara Program Prioritas RPJMD dan Dokumen Renstra Sumber: Hasil Analisis, 2017
Gambar 7 Diagram Vein Tingkat Konsistensi antara
+2

Referensi

Dokumen terkait

According to the Turkish Statistical Institute (TurkSTAT) and Ministry of Food, Agriculture and Livestock (MinFAL), the Turkish national cattle herd is calculated at 14.2 million

Misalnya kosakata r or ehe ( per ahu).. Sam pai sekar ang sebagian kom unit as Kao m asih m em iliki keper cayaan r eligius/ anim ism e.. Ber apa banyak iklan yang m

Masa kerja dimulai baik sejak menjadi guru honorer atau guru bantu maupun ketika diangkat langsung menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, dan (3) variabel terikat

Jurnal Sains dan Teknologi Kimia ISSN : 2087-7412 : Universitas Pendidikan Indonesia... Sifat Magnetik Absorbsi Gelombang

Dahulu pembelajaran yang hanya dapat dilakukan secara langsung, kini dapat dilakukan tanpa adanya proses tatap muka antara guru dan siswa, dan saat ini pembelajaran

mengetahui penyebaran (dispersion) dari suatu bahan yang dibuang atau yang ditimbun diperairan pantai, dengan asumsi bahwa laju air tawar yang didirus sama dengan limpasan

pelabuhan internasional dan pelabuhan kapal pesiar sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengidentifikasi pelanggaran pemanfaatan ruang pada radius