• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP KERU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP KERU"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP KERUGIAN AKIBAT

KELALAIAN TENAGA KESEHATAN DAN IMPLIKASINYA

Set ya Wahyudi

Fakult as Hukum Uniersit as Jenderal Soedirman

Abst ract

Just i f i cat ion hospi t al r esponsi ble f or t he losses r esult i ng f r om t he negl i gence of heal t h wor ker s in hospi t al s, namel y t he exi st ence of t he doct r i ne of r espondeat super i or , t he doct r ine of t he hospi t al r esponsi ble f or t he qual i t y of car e (dut y t o car e); and doct r i ne of vi car ious l i abi l i t y, hospi t al l i abi l i t y, cor por at e l i abi l i t y. These doct r i nes ar e i mpl ement ed on t he pr ovi sions of Ar t i cl e 46 of Law Hospi t al i n Indonesi a, whi ch det er mi nes t hat t he hospi t al l i abl e f or al l l osses i ncur r ed on t he negl i gence of heal t h per sonnel i n hospit al s. The i mpl i cat ions of t he pr ovi sions was not easy f or t he publ i c / pat i ent s t o make compensat i on cl ai ms t o t he hospit al , because it t ur ns out t her e ar e r easons t hat can cause not al l act s of negl i gence of heal t h wor ker s in hospi t al s i s r esponsi bi l i t y of t he hospi t al . These r easons, such as heal t h wor ker s ar e not wor ker s i n t he hospit al ; not know what par t s ar e i ncl uded i n t he t her apeut i c agr eement wit h t he doct or and what par t s ar e i ncl uded i nt o t he i nt o t he cont r act wi t h t he hospi t al .

Key wor ds: hospi t al r esponbi l it y; negl i gence, heal t h wor ker s

Abst rak

Dasar pembenaran rumah sakit bert anggungj awab t erhadap kerugian yang diakibat kan dari kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit , yait u dengan adanya dokt rin r espondeat super ior , dokt rin rumah

sakit bert anggungj awab t erhadap kualit as perawat an (dut y t o car e); dan dokt rin vi car ious l i abi l i t y, hospi t al l i abi l i t y, cor por at e l i abi l i t y. Dokt rin-dokt rin ini diimplement asikan pada ket ent uan Pasal 46

UU Rumah Sakit di Indonesia, yang menent ukan bahwa rumah sakit bert anggungj awab secara hukum t erhadap semua kerugian yang dit imbulkan at as kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit . Implikasi dari ket ent uan it u t ernyat a t idak mudah bagi masyarakat / pasien unt uk melakukan gugat an gant i kerugian kepada rumah sakit , karena t ernyat a t erdapat alasan-alasan yang dapat menyebabkan t idak semua t indakan kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit merupakan t anggung j awab pihak rumah sakit . Alasan-alasan t ersebut , sepert i: t enaga kesehat an t ersebut bukan pekerj a di rumah sakit ; t idak diket ahui bagian mana yang t ermasuk dalam perj anj ian t erapeut ik dengan dokt er dan bagian mana yang t ermasuk ke dalam ke dalam kont rak dengan rumah sakit .

Kat a kunci: t anggung j awab rumah sakit , kelalaian, t enaga kesehat an.

Pendahuluan

Rumah sakit sebagai organisasi badan usaha di bidang kesehat an mempunyai peranan pent ing dalam mewuj udkan deraj at kesehat an masyarakat secara opt imal. Oleh karena it u ru-mah sakit dit unt ut agar mampu mengelola ke-giat annya, dengan mengut amakan pada t ang-gung j awab para prof essional di bidang kese-hat an, khususnya t enaga medis dan t enaga ke-perawat an dalam menj alankan t ugas dan kewe-nangannya. Tidak selamanya layanan medis yang diberikan oleh t enaga kesehat an di rumah

sakit , dapat memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan semua pihak. Ada kalanya la-yanan t ersebut t erj adi kelalaian t enaga kese-hat an yang menimbulkan malapet aka; sepert i misalnya cacat , lumpuh at au bahkan meninggal dunia.1 Kalau hal it u t erj adi, maka pasien at au pihak keluarganya sering menunt ut gant i rugi.

1 Sepert i kasus yang di al amai ol eh Shant i Mar ina set el ah

menj al ankan oper asi amandel di Rumah Sakit Pur i Cine-re, t ernyat a suar anya menj adi bi ndeng. Lihat Bambang Heryant o, 2010, “ Mal prakt ik Dokt er dal am Per spekt if Hukum” , Jur nal Di nami ka Hukum, Vol . 10 No. 2 Mei 2010,

(2)

Permint aan gant i rugi ini karena adanya akibat yang t imbul, baik f isik maupun nonf isik. Keru-gian f isik (mat eriel) misalnya dengan hilangnya at au t idak berf ungsinya seluruh at au sebagian organ t ubuh. Kerugian non f isik (immat eriel) adalah kerugian yang berkait an dengan mart a-bat seseorang. Peluang unt uk menunt ut gant i rugi sekarang ini t elah ada dasar ket ent uannya. Berdasarkan Pasal 46 UU No. 44 Tahun 2009 t ent ang Rumah Sakit , yang menent ukan bahwa rumah sakit bert anggung j awab secara hukum t erhadap semua kerugian yang dit imbulkan at as kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit . Ket ent uan pasal ini menj adi dasar yuridis bagi seseorang unt uk memint a t anggung j awab pi-hak rumah sakit j ika t erj adi kelalaian t enaga kesehat an yang menimbulkan kerugian.

Ket ent uan pasal ini akan dapat menggem-birakan bagi siapa saj a at aupun khususnya pa-sien, sebab j ika seseorang/ pasien menderit a kerugian akibat t indakan kelalaian t enaga kese-hat an akan mendapat gant i rugi. Pengalaman prakt ik t ernyat a t idak mudah menggugat kepa-da rumah sakit . Namun demikian, ket ent uan t ent ang t anggung j awab rumah sakit ini, seba-gai awal t it ik t erang dasar legalit as bagi ma-syarakat unt uk mendapat kan gant i rugi yang di akibat kan at as t indakan kelalaian t enaga kese-hat an di rumah sakit . Undang-undang Rumah Sakit dibuat dengan t uj uan unt uk mempermu-dah akses masyarakat unt uk mendapat kan pela-yanan kesehat an; dapat memberikan perlin-dungan t erhadap keselamat an pasien, masya-rakat , lingkungan rumah sakit dan sumber daya di rumah sakit ; dan dapat meningkat kan mut u, mempert ahankan st andar pelayanan rumah sa-kit , sert a memberikan kepast ian hukum kepada pasien, masyarakat , sumberdaya manusia ru-mah sakit dan pihak ruru-mah sakit .

UU No. 36 t ahun 2009 t ent ang Kesehat an, mengat ur hal-hal yang berkait an dengan masa-lah kelalaian t enaga kesehat an pada Pasal 29 dan Pasal 58. Pasal 29 menent ukan bahwa da-lam hal t enaga kesehat an diduga melakukan kelalaian dalam menj alankan prof esinya, kela-laian t ersebut harus diselesaikan t erlebih dahu-lu meladahu-lui mediasi. Pasal 58 mengat ur, menge-nai hak set iap orang unt uk menunt ut gant i rugi

t erhadap seseorang, t enaga kesehat an, dan/ at au penyelenggara kesehat an yang menimbul-kan kerugian akibat kesalahan at au kelalaian dalam pelayanan kesehat an yang dit erimanya. Berdasarkan ket ent uan t ersebut , t erlihat bah-wa penunt ut an gant i kerugian ini, baik sebagai diakibat kan karena kesalahan (kesengaj aan) at aupun karena kelalaian dalam pelayanan ke-sehat an, dan penunt ut an dit uj ukan kepada se-seorang, t enaga kesehat an maupun kepada pihak penyelenggara kesehat an (rumah sakit ). Sement era it u berdasarkan UU No. 44 Tahun 2009, penunt ut an kerugian hanya dit uj ukan ke-pada pihak rumah sakit , yang diakibat kan seca-ra khusus karena kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit . Dengan demikian dapat dit af sir-kan, bahwa kerugian yang diakibat kan oleh ke-sengaj aan t enaga kesehat an di rumah sakit , maka t idak dapat dilakukan penunt ut an yang dit uj ukan kepada rumah sakit . Pihak rumah sakit t idak akan bert anggung j awab j ika kerugi-an t ersebut karena kesalahkerugi-an dalam art i kese-ngaj aan t enaga kesehat an di rumah sakit .

Tenaga kesehat an yang melakukan kela-laian dapat disebut dengan melakukan malprak-t ik. Malprakmalprak-t ik yang dilakukan oleh malprak-t enaga ke-sehat an, dapat berupa malprakt ik dibidang me-dik dan malprakt ik meme-dik. Dikat akan melakukan Malprakt ik di bidang medik, yait u perbuat -an malprakt ik berupa perbuat -an t idak senonoh (mi sconduct ) yang dilakukan t enaga kesehat an

ket ika ia menj alankan prof esinya di bidang me-dik, sedang malprakt ik medik yait u malprakt ik yang berupa adanya kegagalan (f ai l ur e) dalam

memberikan pelayanan medik t erhadap pasien. Di lain pihak, bent uk-bent uk malprakt ik t enaga kesehat an t erdiri malprakt ik kriminal (cr i mi nal mal pr act i ce), malprakt ik perdat a (ci vi l mal -pr act i ce) dan mal-prakt ik administ rasi (admi ni s-t r as-t ive mal pr acs-t i ce). Dari berbagai variasi

(3)

t anggung j awab pihak rumah sakit sebagaimana dikehendaki UU Rumah Sakit .

Ket ent uan t ent ang rumah sakit bert ang-gungj awab at as kerugian pasien akibat kelalai-an t enaga kesehat kelalai-an ini, dapat menimbulkkelalai-an implikasi lebih lanj ut bagi pihak rumah sakit , t enaga kesehat an maupun bagi pasien (masya-rakat ). Rumah sakit perlu menget ahui bent uk kelalaian t enaga kesehat an yang menj adi t ang-gung j awab rumah sakit dan bent uk kelalain t enaga kesehat an yang t idak menj adi t anggung j awab rumah sakit . Implikasi bagi t enaga kese-hat an, yait u t enaga kesekese-hat an t ent unya unt uk t et ap berhat i-hat i dan t idak gegabah walaupun rumah sakit akan bert anggungj awab at as kela-laiannya. Terdapat kelalaian t enaga kesehat an yang t et ap menj adi t anggung j awab t enaga ke-sehat an yang bersangkut an. Implikasi bagi pa-sien (masyarakat ), yait u pasein harus menge-t ahui bahwa menge-t elah menge-t erj adi kelalaian menge-t enaga ke-sehat an yang menimbulkan kerugian baginya. Jika pasien t idak menget ahui t elah t erj adi ke-lalaian t enaga kesehat an yang t elah merugikan dirinya, maka ket ent uan Pasal 46 UU Rumah Sakit t idak dapat direalisasikan.

Berdasar uraian di at as, permasalahan yang akan dibahas dalam art ikel ini adalah mengenai syarat syarat kelalaian t enaga kesehat -an sepert i apa y-ang menj adi t -anggung j awab rumah sakit berdasar Pasal 46 UU Rumah Sakit ; dan implikasi adanya ket ent uan rumah sakit bert anggung j awab hukum at as kerugian pada seseorang yang diakibat kan karena kelalaian t e-naga kesehat an berdasar pada UU Rumah Sakit .

Pembahasan

Rumah sakit merupakan inst it usi an kesehat an yang menyelenggarakan pelayan- pelayan-an kesehat pelayan-an perorpelayan-angpelayan-an secara paripurna ypelayan-ang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat j a-lan, dan gawat darurat , sebagaimana dapat di-lihat dalam ket ent uan Pasal 1 angka 1 UU No. 44 t ahun 2009 t ent ang Rumah sakit . Dengan demikian kegiat an rumah sakit dilakukan oleh t enaga kesehat an yang t erorganisir sert a pe-nyediaan pelbagai sarana medis dan non medis yang permanen, menyelenggarakan pelayanan medis dan keperawat an secara

berkesinam-bungan, t ermasuk pelayanan diagnosis dan pe-ngobat an pasien. Menurut Crawf ord Morris & Alan Morit z, rumah sakit adalah:

“ a pl ace in whi ch a pat ient r eceive f ood, shel t er , and nur si ng car e whi le r eceiving medi cal or sur gi cal t r eat ment , “ or ” an i nst it ut ion f or t he r ecept i on, car e and medi cal t r eat ment of t he si ck or wound-ed, al so t he bui l di ng used or t hat pur po-se” or “ a pl ace wher e medi cine i s pr ac-t i ced by physi ci an”2

Rumah sakit dibagi berdasarkan pengelo-laannya, dibagi menj adi rumah sakit publik dan rumah sakit privat . Rumah sakit publik dikelola oleh pemerint ah, pemerint ah daerah (propinsi, kabupat en) at aupun yang dikelola oleh Badan hukum yang bersif at nirlaba, sehingga rumah sakit publik dapat disebut sebagai rumah sakit non-komersial. Rumah sakit pemerint ah dise-lenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum at au Badan Layanan Daerah. Rumah sakit yang dikelola oleh pemerint ah t i -dak dapat dialihkan menj adir rumah sakit vat (Pasal 20 UU Rumah Sakit ). Rumah sakit pri-vat (swast a) dikelola oleh badan hukum dengan t uj uan prof it yang berbent uk Perseroan Terba-t as aTerba-t au Persero (Pasal 21 UU Rumah SakiTerba-t ), se-hingga rumah sakit privat dapat sebagai rumah sakit yang komersial.

Rumah sakit diklasif ikasikan berdasar f a-silit as dan kemampuan pelayanannya, yait u Rumah sakit umum dan Rumah Sakit khusus. Rumah sakit umum yang t erdiri at as Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Kelas D, sedangkan Ru-mah sakit khusus, t erdiri dari Kelas A, Kelas B, Kelas C. Rumah sakit umum kelas A adalah ru-mah sakit yang mempunyai f asilit as dan ke-mampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spe-sialis, 5 spesialis penunj ang medik, 12 spesialis lain dan 13 subspesialis. Rumah sakit umum ke-las B adalah rumah sakit umum yang mempu-nyai f asilit as dan kemampuan medik paling se-dikit 4 spesialis, 4 spesialis penunj ang medik, 8 spesialis dan 2 subspesialis dasar. Rumah sakit umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang

2 Lihat dal am Sof wan Dahl an, 2003, Hukum Kesehat an

Rambu-Rambu bagi Pr of esi Dokt er , Semar ang: Badan

(4)

mempunyai f asilit as dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 4 spesia-lis penunj ang medik. Rumah sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai f asilit as dan pelayanan medik paling sedikit 2 spesialis dasar.

Rumah sakit khusus kelas A adalah rumah sakit yang mempunyai f asilit as dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pe-layanan medik subspesialis sesuai dengan ke-khususan yang lengkap. Rumah sakit khusus B adalah rumah sakit khusus yang mempunyai f as-ilit as dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesia-lis sesuai kekhususan yang t erbat as. Rumah sa-kit khusus C adalah rumah sasa-kit khusus yang mempunyai f asilit as dan kemampuan paling se-dikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik spesialis sesuai kekhususan yang mini-mal.

Klasif ikasi rumah sakit dapat didasarkan pada hubungan rumah sakit dengan t enaga ke-sehat an yang bekerj a, dan dihubungkan dengan pasien yang dirawat (baik di dalam maupun di luar rumah sakit ). Maart en Riet ved, mencoba menyusun kat egorisasi rumah sakit melihat pola hubungan t ersebut .3 Per t ama, rumah sakit t

er-buka (open ziekenhui s), yait u rumah sakit di

mana set iap dokt er secara bebas dan dapat me-rawat pasien-pasiennya secara pribadi; kedua,

rumah sakit t ert ut up (gesl ot en zi ekenhui s)

yai-t u suayai-t u rumah sakiyai-t di mana yang bekerj a di sit u adalah t enaga kesehat an, yang t elah diij in-kan oleh rumah sakit , dan ij in t ersebut t ercan-t um dalam suaercan-t u konercan-t rak (t oel at i ngscont r act );

dan ket i ga, rumah sakit t ert ut up mut lak (vol ko-men gesl ot en ziekenui s): rumah sakit yang

ha-nya memperkerj akan t enaga kesehat an yang t elah membuat kont rak kerj a (ar bei dscont r act )

dengan rumah sakit .

Kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit

Tenaga kesehat an adalah set iap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehat an sert a memiliki penget ahuan dan/ at au ket

3 Lihat dal am Soerj ono Soekant o dan Herkut art o, 1987,

Pengant ar Hukum Kesehat an, Bandung: Remaj a Kar ya,

hl m. 139.

pilan melalui pendidikan di bidang kesehat an yang unt uk j enis t ert ent u memerlukan kewena-ngan unt uk melakukan upaya kesehat an (Pasal 1 angka 6 UU No. 36 t ahun 2009). Berdasar ke-t enke-t uan Pasal 2 (1) PP No. 32 ke-t ahun 1996 ke-t en-t ang Tenaga Kesehaen-t an dan Pasal 21 UU Kese-hat an, t enaga keseKese-hat an dapat dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan kualif ikasi yang di-miliki, ant ara lain: t enaga medis; t enaga kef ar-masian; t enaga keperawat an; t enaga kesehat an masyarakat dan lingkungan; t enaga gizi; t enaga ket erapian f isik; t enaga ket eknisian medis; dan t enaga kesehat an lainnya. Sebagaimana dit en-t ukan dalam Pasal 12 UU Rumah Sakien-t , di rumah sakit t erdapat t enaga t et ap, yang t erdiri dari t enaga kesehat an dan t enaga non-kesehat an. Tenaga kesehat an t erdiri: t enaga medis (dokt er dan dokt er gigi); t enaga penunj ang medis; t e-naga keperawat an; t ee-naga kef armasian; dan t enaga manaj emen rumah sakit . Unt uk t enaga non-kesehat an, yait u: t enaga administ rasi; t e-naga kebersihan; dan t ee-naga keamanan.4

Tenaga Kesehat an t erdiri dalam kat egori yang dit ent ukan dalam UU Kesehat an dan UU Rumah Sakit dan t enaga kesehat an yang t erda-pat dalam masyarakat (Tenaga kesehat an yang t erdapat di dalam masyarakat , sepert i: t enaga laborat orium: analis f armasi; analis kimia; ana-lis kesehat an; assist en ront gen; sarj ana psiko-logi; akupunt uris; homepaat s; orang yang

mela-kukan al t er nat ive medi ci ne; t enaga kesehat an

di bidang perawat an: perawat ; pisiot erapis; pe-rawat gigi; t ekniker gigi; sarj ana kesehat an ma-syarakat ; sarj ana gizi; sarj ana kesehat an ling-kungan dan sarj ana kesehat an sekeselamat an kerj a.5 Selain t enaga medis, t erdapat t enaga kesehat an yang sangat berperanan di rumah sa-kit yait u perawat . Secara garis besar perawat

4

Pembagian st af rumah sakit , dapat pul a dikl asif ikasikan t erdir i t enaga medis, t enaga par amedic dan t enaga non-medis, yang bert anggungj aw ab at as menyel enggar akan pel ayanan medi s di rumah saki t , yait u: t enaga medis: dokt er dan dokt er gigi , spesial i s, sub-spesial is; t enaga par amedi s: per awat , bi dan, l abor an, nut r isioni s, ref rak-sionis, t eknisi kesehat an, rekam medi s. Tenaga Manage-rial : t enaga administ r asi, keuangan, kepengawaian, l o-gist ik, hukum, humas; Tenaga non manageri al (suppor t -i ng): t enaga k-i t chen, l aundr y, san-it ar-i an, d-i sposal , wor kshop, gener al ser vi ces, t empat ibadah, r umah duka.

5 Oemar Seno Adj i, 1991, Et i ka pr of essi onal dan Hukum

Per t anggungj aw aban Pi dana Dokt er Pr of esi Dokt er ,

(5)

mempunyai peran sebagai berikut : peran pera-wat an(car ing r ole/ i ndependent ); peran

koordi-nat if (coor di nat i ve r ol e/ independent ); peran

t erapeut ik (t her apeut i c r ol e/ dependent ).

Pe-ran perawat an dan pePe-ran koordinat if adalah t anggung j awab mandiri, sement ara t anggung j awab t erapeut ik adalah mendampingi at au membant u dokt er dalam melaksanakan t ugas kedokt eran, yait u diagnosis, t erapi, maupun t indakan-t indakan medis.

Tenaga kesehat an yang melakukan kela-laian sama dengan melakukan malprakt ik. Mal-prakt ik yang dilakukan oleh t enaga kesehat an, dapat berupa malprakt ik medik dan malprakt ik dibidang medik. Malprakt ik di bidang medik, yait u malprakt ik yang dilakukan t enaga keseha-t an kekeseha-t ika ia menj alankan prof esinya di bidang medik. Dalam hal ini, dapat berupa perbuat an yang disengaj a (i nt ent ional ) sepert i pada mi sconduct t ernt ent u, t indakan kelalaian (negl i -gence), at aupun suat u kekurang mahiran/ ket

i-dak kompet enan yang t ii-dak beralasan (unr ea-sonabl e l ack of ski l l ), yang mengakibat kan

lu-ka, at au menderit a kerugian pada pihak yang dit angani.6 Makna malprakt ik medik, menurut

Wor l d Medi cal Associ at ion, adalah medi cal mal pr akt i c i nvol ves t he physi cian’ s f ai l ur e t o conf or m t o t he st andar d of car e f or t r eat ment of t he pat i ent ’ s condi t i on, ar l ack of ski l l , or negl i gence i n pr ovi di ng car e t o t he pat ient , whi ch i s t he di r ect cause of an i nj ur y t o t he pat i ent .

Wor l d Medi cal Associat ion mengingat kan

t idak semua kegagalan medik adalah malprak-t ik medik. Jika malprak-t erj adi perismalprak-t iwa buruk malprak-t idak dapat diduga sebelumnya (unf or eseeabl e) pada

saat dilakukan t indakan medis yang sesuai st an-dar t et api mengakibat kan cedera pada pasien,

6

Lingkup mal prakt ik di bi dang medik ini, beranj ak dar i pe-ngert ian mal prakt ik secar a umum, sebagaimana dal am Bl ack’ s Law Dict ionar y yang mendef ini sikan mal prakt ik sebagai : “ Prof essional misconduct or unreasonabl e l ack of skil l or f ail ure of one r endering prof essional ser vi ces t o exercise t hat degree of skil l and l earning commonl y appl ied under al l t he cir cumst ances in t he communit y by t he average pr udent reput abl e member of t he prof ession wit h t he resul t of inj ur y, l oss or damage t o t he recipient of t hose ser vi ces or t o t hose ent it l ed t o rel y upon t hem. ” Bl ack, 1999, Law Di ct i onar y, Sevent Edit ion, Copy Right

by West Group Co. 50. West Kel l ogg Boul evard Po. Box 64526 St . Paul Minn, 55164-526, hl m. 111.

maka hal ini t idak t ermasuk ke dalam penger-t ian malprakpenger-t ik.7 Let ak perbedaan ant ara mal-prakt ik di bidang medik dengan malmal-prakt ik me-dik t erdapat unsur kej ahat an at au perbuat an yang t idak senonoh (misconduct ) pada

malprak-t ik di bidang medik. Dalam malprakmalprak-t ik medik lebih ke arah adanya kegagalan (f ai l ur e) dalam

memberikan pelayanan medik t erhadap pasien. Dengan demikian pengert ian malprakt ik di bi-dang medik pengert iannya lebih luas daripada malprakt ik medik.8

Menurut t eori at au dokt rin, t indakan mal-prakt ik medis (khususnya bagi dokt er), t erdiri dari t iga hal.9Per t ama, Int ensi onal Pr of esi onal Mi sconduct , yait u dinyat akan bersalah/ buruk

berprakt ik j ika dokt er dalam berprakt ik mela-kukan pelanggaran t erhadap st andar-st andard dan dilakukan dengan sengaj a. Dokt er berprak-t ik dengan berprak-t idak mengindahkan sberprak-t andar-sberprak-t andar dalam at uran yang ada dan t idak ada unsure kealpaan/ kelalaian. Kedua, Negl i gence. at au t

i-dak sengaj a/ kelalaian, yait u seorang dokt er yang karena kelalaiannya (culpa) yang mana berakibat cacat at au meninggalnya pasien. Se-orang dokt er lalai melakukan sesuat u yang se-harusnya dilakukan sesuai dengan keilmuan ke-dokt eran. Kat egori malprakt ik ini dapat dit un-t uun-t , aun-t au dapaun-t dihukum, j ika un-t erbukun-t i di depan sidang pengadilan. Ket i ga, Lack of Ski l l , yait u

dokt er melakukan t indakan medis t et api di luar kepent ensinya at au kurang kompet ensinya.

7 An inj ur i occurri ng in t he course of medical t reat ment

which coul d not be f oreseen and was not t he resul t of t he l ack of skil l or knowl edge on t he part of t he t reat i ng physi ci an i n unt owar d resul t , f or whi ch t he physician shoul d not bear any l iabil it y. Lihat M. Nasser, 2009, “ Penyel esaian Sengket a Medik Mel al ui Madiasi, Makal ah di sampaikan dal am Seminar ” Penegakan hukum Kasus Mal prakt ik Sert a Perl indungan Hukum Bagi Tenaga Kesehat an dan Pasien” Sabt u, 18 Jul i 2009 di Unsoed Purwokert o, hl m. 6.

8

Lihat Angkasa, “ Mal pr akt ik di bi dang Medik dan Mal prak-t ik Medik dal am perspekprak-t if Vikprak-t mol ogi dan Perl indungan Hukum bagi Pasien (Kor ban Mal prakt ik)” , Makal ah Semi-nar Nasional t ent ang Penegakan Hukum Kasus Mal prakt ik Sert a Perl indungan Hukum bagi Tenaga Kesehat an dan Pasien, Unsoed, Purwokert o, 18 Jul i 2009, hl m. 2. 9 Sudj it o bi n At moredj o, 2009, “ Kaj ian Yur idis Mal prakt ik

(6)

Jika dit inj au dari perspekt if hukum maka malprakt ik yang dilakukan oleh t enaga kesehat -an, dapat merupakan cr i mi nal mal pr act i ce, ci -vi l mal pr act i ce, dan admi ni st r at ive mal pr ac-t i ce.10 Suat u perbuat an dapat dikat egorikan cr i -mi nal mal pr act i ce, karena t indakan malprakt ik

t ersebut memenuhi rumusan delik (t indak

pi-dana). Syarat -syarat cr i mi nal mal pr act i ce

ada-lah perbuat an t ersebut (baik posi t i ve act at au

pun negat i ve act ) harus merupakan perbuat an

t ercela (act us r eus); dan dilakukan dengan

si-kap bat in yang salah (mens r ea), yait u berupa

kesengaj aan (i nt ensional ), kecerobohan (r eck-l essness) at au keaeck-lpaan (negeck-l i gence).

Cr i mi nal mal pr act i ce medi c merupakan

t indakan yang melanggar hukum pidana, se-hingga saat ini t enaga kesehat an yang melaku-kan Cr i mi nal mal pr act i ce medi c, sama dengan

melakukan t indak pidana.11 Cr imi nal mal pr ac-t i ce medi c dilakukan dengan kesengaj aan aac-t au

yang dilakukan dengan kealpaan.

Cr i mi nal Mal pr act i ce medi c dalam bent uk

kesengaj aan (i nt ensional ), diat ur dalam KUHP,

dapat berupa t indak pidana penipuan (Pasal 382 KUHP); t indak pidana pembunuhan yang berupa eut hanasia (Pasal 344 KUHP); aborsi (Pasal 348; Pasal 349 KUHP); membuat t idak j elas asal usul anak (Pasal 277 KUHP); membu-ka rahasia j abat an (Pasal 322 KUHP); penghi-naan dan penist aan (Pasal 310 – 321 KUHP); pe-malsuan surat (Pasal 267, 268 KUHP). Cr imi nal mal pr act i ce medi c dalam bent uk kealpaan,

ke-cerobohan, berupa: kelalaian yang menyebab-kan kemat ian (Pasal 359 KUHP); kelalaian yang menyebabkan luka berat (Pasal 360 KUHP); ke-lalaian wakt u menj alankan j abat an (Pasal 361 KUHP);

Cont oh dari cr i mi nal mal pr act i ce yang

si-f at nya sengaj a (i nt ensi nal ) ant ara lain:

melaku-kan aborsi; melakumelaku-kan eut hanasia; membocor-kan rahasia kedokt eran; t idak melakumembocor-kan per-t olongan per-t erhadap seseorang yang sedang da-lam keadaan emergensi meskipun t ahu bahwa t idak ada dokt er lain yang akan menolongnya

10 Sof wan Dahl an, op. ci t , hl m. 59.

11 Budi Sampurna, “ Mal prakt ic Medic dan Kel al ai an Medik” ,

Uni versit as Indonesia, Jakar t a, Int er net , Upl oad 27 Apr il 2009

(negat ive act ); menerbit kan surat ket erangan

dokt er yang t idak benar; membuat vi sum et r e-per t um yang t idak benar; memberikan ket

era-ngan yang t idak benar di sidang pengadilan da-lam kapasit asnya sebagai ahli.

Disebut ci vi l mal pr act i ce medi c j ika t idak

melaksanakan kewaj iban (ingkar j anj i), yait u t idak memberikan prest asinya sebagaimana yang t elah disepakat i. Ukuran adanya ci vi l mal -pr akt i c (mal-prakt ik perdat a), yait u: adanya

ke-lalaian medik; t indakan medic t anpa perset uj u-an (perbuat u-an melu-anggar hukum); t indaku-an t anpa consent ; pelanggaran j anj i (wanpr est a-si ).12 Tindakan dokt er yang t ermasuk dikat ego-rikan ci vi l mal pr act i ce ant ara lain: t idak

mela-kukan (negat i ve act ) apa yang menurut

kesepa-kat annya waj ib dilakukan; melakukan (posit ive act ) apa yang menurut kesepakat annya waj ib

dilakukan t et api t erlambat ; melakukan sesuat u yang menurut kesepakat an waj ib dilakukan t e-t api e-t idak sempurna; dan melakukan apa yang menurut kesepakat annya t idak seharusnya dila-kukan.

Dikat akan t erdapat admi nist r at i ve mal -pr act i ce j ika dokt er melanggar hukum t at

a-usa-ha negara. Perlu diket ahui bahwa dalam rangka melaksanakan pol i ce power (t he power of t he st at e t o pr ot ect t he healt h, saf et y, mor al s and gener al wel f ar e of i t s ci t i zen) yang menj adi

kewenangannya, pemerint ah berhak menge-luarkan berbagai macam perat uran di bidang kesehat an; sepert i misalnya t ent ang persyarat -an bagi t enaga kesehat -an unt uk menj al-ank-an prof esi medik, bat as kewenangan sert a kewa-j ibannya. Apabila at uran t ersebut dilanggar maka t enaga kesehat an yang bersangkut an da-pat dipersalahkan. Cont oh t indakan yang dada-pat dikat egorikan admi ni st r at ive mal pr act i ce ant

a-ra lain: menj alankan pa-rakt ik kedokt ea-ran t anpa ij in lisensi at au izin; melakukan t indakan medik yang t idak sesuai lisensi at au izin yang dimiliki; melakukan prakt ek kedokt eran dengan meng-gunakan lisensi at au izin yang sudah kadaluar-sa; dan t idak membuat rekam medik.

Menurut perat uran yang berlaku, sese-orang yang t elah lulus dan diwisuda sebagai

(7)

dokt er t idak secara ot omat is boleh melakukan pekerj aan dokt er. Ia harus lebih dahulu meng-urus lisensi agar supaya memperoleh kewena-ngan unt uk it u. Perlu dipahami bahwa t iap-t iap j enis lisensi memerlukan basi c science dan

mempunyai bat as kewenangan sendiri-sendiri. Tidak dibenarkan melakukan t indakan medik melampaui bat as kewenangan yang t elah dit en-t ukan.

Sepert i t elah diuraikan di at as, malprak-t ik yang dilakukan malprak-t enaga kesehamalprak-t an malprak-t erdiri malprakt ik dalam bidang medis dan malprakt ik medis. Pembagian j enis-j enis malprakt i yang di lakukan oleh t enaga kesehat an ini, akan me-nent ukan siapa yang bert anggung j awab at as malprakt ik t ersebut . Let ak perbedaan ant ara malprakt ik di bidang medik dengan malprakt ik medik t erdapat unsur kej ahat an at au perbuat -an y-ang t idak senonoh (mi sconduct ) pada

mal-prakt ik di bidang medik. Dalam malmal-prakt ik me-dik lebih ke arah adanya kegagalan (f ai l ur e)

dalam memberikan pelayanan medik t erhadap pasien. Dengan demikian pengert ian malprakt ik di bidang medik pengert iannya lebih luas dari-pada malprakt ik medic.13

Menurut penulis, t enaga kesehat an yang melakukan malprakt ik di bidang medik, t et ap dipert anggungj awabakan pada t enaga kesehat -an t ersebut . Malprakt ik di bid-ang medik t idak menyangkut kegagalan dalam memberikan pe-layanan medik, t et api menyangkut adanya per-buat an yang t idak senonoh (mi sconduct ) yang

dilakukan oleh t enaga kesehat an ket ika mela-kukan t ugas. Pada umumnya bent uk malprakt ik di bidang medik merupakan perbuat an melang-gar rumusan t indak pidana yang diat ur dalam hukum pidana. Dalam sist em pemidanaan hu-kum pidana dianut asas individual, art inya per-t anggj awaban pidana dij aper-t uhkan pada individu yang melakukan perbuat an pelanggaran hukum pidana t ersebut . Ket ent uan dalam hukum pida-na berlaku bagi set iap orang pada umumnya, sehingga t ermasuk t enaga kesehat an yang me-lakukan pelanggaran hukum pidana.

Perbuat an-perbuat an yang dapat dilaku-kan oleh t enaga kesehat an yang merupadilaku-kan

13

Lihat Angkasa, op. ci t , hl m. 2.

malprakt ik di bidang medik, misalnya: pem-buat an surat palsu (Pasal 263, 267 KUHP); ber-set ubuh dengan wanit a dalam keadaan pingsan at au t idak berdaya (Pasal 286 KUHP); perbuat -an cabul deng-an or-ang pings-an at au t idak ber-daya (Pasal 290 KUHP); perbuat an cabul yang dilakukan dokt er (Pasal 294 (2) KUHP); abort us (Pasal 299, 348 KUHP); membuka rahasia (Pasal 322 KUHP); eut hanasia (Pasal 344 KUHP); pem-bunuhan dengan rencana (Pasal 350 KUHP); ke-alpaan yang menyebabkan kemat ian (Pasal 359 KUHP); kealpaan yang menyebabkan luka berat (Pasal 360 KUHP); kelalaian wakt u menj alankan j abat an (Pasal 361 KUHP); pemalsuan (Pasal 378 KUHP)

Tanggung Jawab Rumah Sakit at as Kelalaian Tenaga Kesehat an

Berdasar Kamus besar bahasa Indonesia, t anggung j awab adalah: “ Keadaan waj ib me-nanggung segala sesuat unya (kalau t erj adi apa-apa boleh dit unt ut , dipersalahkan, diperkara-kan dan sebagainya)” . Menurut Bl ack’ s Law Di c-t i onar y, c-t anggung j awab (l i abi l i c-t y) mempunyai

t iga art i, ant ara lain: an obl i gat ion one i s bound i n l aw or j ust i ce t o per f or m; condi t ion of bei ng r esponsi bl e f or a possi bl e or act ual l oss; and, condit ion whi ch cr eat es a dut y t o per f or m an act immedi at el y or i n t he f ut ur e.

Pengert ian t anggung j awab mengandung unsur–unsur: kecakapan, beban kewaj iban, dan perbuat an. Seseorang dikat akan cakap j ika su-dah dewasa dan sehat pikirannya. Bagi badan hukum dikat akan cakap j ika dinyat akan t idak dalam keadaan pailit oleh put usan pengadilan. Unsur kewaj iban mengandung makna sesuat u yang harus dilakukan, t idak boleh t idak dilaksa-nakan. Jadi sif at nya harus ada at au keharusan. Unsur perbuat an mengandung art i segala se-suat u yang dilakukan. Dengan demikian t ang-gung j awab adalah: “ Keadaan cakap menurut hukum baik orang at au badan hukum, sert a mampu menanggung kewaj iban t erhadap segala sesuat u yang dilakukan” .

(8)

t ersebut yait u: pengelolaan rumah sakit yang berkait an dengan personalia; pengelolaan ru-mah sakit yang berkait an dengan pelaksanaan t ugas; dan pengelolaan yang berkait an dengan

dut y of car e.14 Oleh karena it u, penyelenggaan

kegiat an rumah sakit , t erdapat kegiat ankegiat -an y-ang menimbulk-an t -anggung j awab pengelo-laan at au manaj emen rumah sakit dan t ang-gung j awab para t enaga prof esional kesehat an di rumah sakit ,15 yang t erdiri: t anggung j awab pengelola rumah sakit ; dan t anggung t enaga kesehat an (dokt er, perawat ).

Penyelenggaraan pengelolaan/ manaj e-men rumah sakit , harus memperhat ikan mut u pelayanan kesehat an dalam deklarasi int erna-sional t ent ang human r i ght dan soci al wel f ar e

(Piagam PBB 1945 dan Uni t ed Decl ar at ion Hu-man Ri ght 1948) dan dikembangkan dalam Dec-l ar at ion of HeDec-l si nki 1964, yang kemudian

di-sempurnakan dan diperbaharui oleh hasil kong-res “ The 29” of Wor l d Medi cal Assembl y, Tokyo 1975” yang dikenal dengan nama Helsinki Baru

1976. Penyelenggaran kegiat an manaj emen ru-mah sakit , sej ak t ahun 1976 harus melaksana-kan dasar f ilosof i hukum dan dokt rin pengem-bangan “ St andar prof esi dan akredit asi pelaya-nan kesehat an” .16 Berdasarkan kesepakat an PBB, UDHR, Helsinki, WMA, Tokyo 1975, mana-j emen rumah sakit harus memiliki lima norma moral yang asasi, yait u: t he r i ght t o i nf or ma-t i on; ma-t he r i ghma-t ma-t o sel f dema-t er mi nama-t ion; ma-t he r i ghma-t t o heal t h car e; t he r i ght t o pr ot ect of pr ivacy; t he r i ght t o second opi ni on.

Kelima norma kesehat an t ersebut men-j adi t anggung men-j awab wamen-j ib bagi manamen-j emen ru-mah sakit dan bersif at hakiki yang menj adi nilai norma pelayanan kesehat an di rumah sakit . Hubungan rumah sakit dan pasien sert a dokt er sudah menj adi st andar Int ernasionl yang t er-cakup dalam “Hospit al Pat ient ’ s Char t er 1979,

yang di dalamnya t ediri dari t iga norma mo-ral, yait u: menghormat i pasien; st andar prof e-si; dan f ungsi dan t anggung j awab sosial unt uk

14 Husein Kerl aba, 1993, Segi -Segi Et i s dan Yur i di s Inf or med

Concent , Jakar t a: Pust aka Si nar Har apan, hl m. 97.

15 Perhat ikan Nusye Kl Jayant i, 2009, Penyel esai an Hukum

dal am Mal apr akt i k Kedokt er an, Yogyakart a: Pust aka

Yust i si a, hl m. 24. 16

Ibi d. , hl m. 25.

pelayanan kesehat an rumah sakit . Pengelolaan rumah sakit harus selalu mengedepankan nor-ma-norma t ersebut di at as sesuai dengan st an-dar int ernasional yang mengacu pada “Hospi t al Pat ient ’ s Char t er 1979” yang diperluas dengan

keberlakuan dengan “ The Decl ar at i on of Li sbon 1981” , yang mengat ur berkait an dengan

berba-gai hak dan kewaj iban pasien dan dokt er at au rumah sakit .

Saat ini, t ugas, f ungsi dan kewaj iban ser-t a penyelenggaraan rumah sakiser-t di Indonesia, diat ur dalam UU No. 44 t ahun 2009 t ent ang Ru-mah Sakit . Tugas ruRu-mah sakit adalah memberi-kan pelayanan kesehat an perorangan secara paripurna (Pasal 4). Dengan adanya t ugas mah sakit t ersebut , maka selanj ut nya f ungsi ru-mah sakit di Indonesia dit ent ukan, sebagai be-rikut . Per t ama, menyelenggarakan pelayanan

pengobat an dan pemulihan kesehat an sesuai dengan st andar pelayanan rumah sakit ; kedua,

pemeliharaan dan peningkat an kesehat an per-orangan melalui pelayanan kesehat an yang pa-ripurna t ingkat kedua dan ket iga sesuai dengan kebut uhan medis; ket i ga, penyelenggaraan

pendidikan dan pelat ihan sumber daya manusia dalam rangka peningkat an kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehat an; dan keempat ,

penyelenggaraan penelit ian dan pengembangan sert a penapisan t eknologi bidang kesehat an dalam rangka peningkat an pelayanan kesehat an dengan memperhat ikan et ika ilmu penget ahuan bidang kesehat an (Pasal 5).

(9)

bent uk beban yang diberikan at au dit ent ukan oleh hukum kepada orang at au badan hukum.17

Kewaj iban rumah sakit di Indonesia, t elah dit ent ukan dalam Pasal 29 UU Rumah Sakit , ya-it u: memberikan inf ormasi yang benar t ent ang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat ; memberikan pelayanan kesehat an yang aman, bermut u, ant i diskriminasi, dan ef ekt if dengan mengut amakan kepent ingan pasien sesuai de-ngan st andar pelayanan rumah sakit ; memberi-kan pelayanan gawat darurat kepada pasien se-suai dengan kemampuan pelayanannya; berpe-ran akt if dalam memberikan pelayanan keseha-t an pada bencana, sesuai dengankemampuan pelayanannya; menyediakan sarana dan pelaya-nan bagi masyarakat t idak mampu at au miskin; melaksanakan f ungsi sosial ant ara lain dengan memberikan f asilit as pelayanan pasien t idak mampu/ miskin, pelayanan gawat darurat t anpa uang muka, ambulan grat is, pelayanan korban bencana dan kej adian luar biasa, at au bakt i so-sial bagi misi kemanusiaan; membuat , melak-sanakan, dan menj aga st andar mut u pelayanan kesehat an di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien; menyelenggarakan rekam me-dis; menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak ant ara lain sarana ibadah, parkir, ruang t unggu, sarana unt uk orang cacat , wanit a menyusui, anak-anak, lanj ut usia; melaksana-kan sist em ruj umelaksana-kan; menolak keinginan pasien yang bert ent angan dengan st andar prof esi dan et ika sert a perat uran perundang-undangan; memberikan inf ormasi yang benar, j elas dan j uj ur mengenai hak dan kewaj iban pasien; menghormat i dan melindungi hak-hak pasien; melaksanakan et ika rumah sakit ; memiliki sis-t em pencegahan kecelakaan dan penanggulang-an bencpenanggulang-ana; melakspenanggulang-anakpenanggulang-an program pemerint ah di bidang kesehat an baik secara regional mau pun nasional; membuat daf t ar t enaga medis yang melakukan prakt ik kedokt eran at au ke-dokt eran gigi dan t enaga kesehat an lainnya; menyusun dan melaksanakan perat uran int ernal Rumah Sakit (hospit al by l aws); melindungi dan

memberikan bant uan hukum bagi semua pet u-gas Rumah Sakit dalammelaksanakan t uu-gas; dan

17 Marwan dan Ji mmy, 2009, Kamus Hukum: Di ct i onar y Of

l aw Compl et e Edi t i on, Sur abaya: Real it y Publ isher.

memberlakukan seluruh lingkungan rumahsakit sebagai kawasan t anpa rokok.

Berdasarkan UU Rumah sakit , rumah sakit bert anggung j awab t erhadap semua kerugian yang menimpa seseorang sebagai akibat dari kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit , se-bagaimana dit ent ukan pada Pasal 46 Undang-Undang No. 44 t ahun 2009. Ket ent uan Pasal 46 ini menj adi dasar yuridis bagi seseorang unt uk memint a t anggung j awab pihak rumah sakit j ika t erj adi kelalaian t enaga kesehat an yang menimbulkan kerugian. Berdasarkan rumusan Pasal 46 t ersebut , dapat dit af sirkan beberapa hal. Per t ama, rumah sakit bert anggung j awab

t erhadap kerugian, sebat as akibat dari kelalai-an t enaga kesehat kelalai-an di rumah sakit ; kedua,

rumah sakit t idak bert anggung j awab semua kerugian seseorang, j ika t ernyat a t erbukt i t idak ada t indakan kelalaian dari t enaga kesehat an di rumah sakit ; ket i ga, rumah sakit t idak bert

ang-gung j awab t erhadap t indakan kesengaj aan t e-naga kesehat an yang menimbulkan kerugian se-seorang bukan menj adi t anggung j awab rumah sakit ; dan keempat , rumah sakit bert anggung

j awab t erhadap t indakan kelalain t enaga kese-hat an, j ika kelalaian t ersebut dilakukan dan t erj adi di rumah sakit .

Lebih lanj ut unt uk menent ukan sej auh-mana t anggung j awab rumah sakit t erhadap t indakan kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit , secara t eorit ik dilihat dari pelbagai as-pek, sepert i: Pola hubungan t erapeut ik; Pola hubungan kerj a t enaga kesehat an di rumah sa-kit ; Rumah sasa-kit sebagai korporasi; dan Jenis malprakt ik yang dilakukan oleh t enaga kesehat -an. Sat u persat u akan diuraian t ent ang aspek-aspek yang menj adi dasar pemikiran rumah sa-kit bert anggung j awab at as kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit .

(10)

Jika pola hubungan t erapet ik ant ara pa-sien dan rumah sakit , maka kedudukan rumah sakit sebagai pihak yang memberikan prest asi, sement ara dokt er hanya berf ungsi sebagai

empl oyee (sub-ordinat e dari rumah sakit ) yang

bert ugas melaksanakan kewaj iban rumah sakit . Dalam bahasa lain, kedudukan rumah sakit ada-lah sebagai principal dan dokt er sebagai agent . Sedangkan pasien berkedudukan adalah sebagai pihak yang waj ib memberi kont raprest asi. Hu-bungan sepert i ini biasanya berlaku bagi rumah sakit milik pemerint ah yang dokt er-dokt ernya digaj i secara t et ap dan penuh, t idak didasarkan at as j umlah pasien yang t elah dit angani at au-pun kualit as sert a kuant it as t indakan medi k yang dilakukan dokt er. Dengan adanya pola hu-bungan t erapet i ini (huhu-bungan pasien–rumah sa-kit ), maka j ika t erdapat kerugian yang diderit a oleh pasien karena kelalaian dokt er (t enaga ke-sehat an), maka dalam hal ini rumah sakit yang bert anggung j awab.

Pola hubungan pasien-dokt er t erj adi j ika pasien sudah dalam keadaan berkompet en dan dirawat di rumah sakit yang dokt er-dokt ernya bekerj a bukan sebagai empl oyee, t et api

seba-gai mit ra (at t endi ng physi ci an). Pola sepert i ini

menempat kan dokt er dan rumah sakit dalam kedudukan yang sama deraj at . Dokt er sebagai pihak yang waj ib memberikan prest asi, sedang-kan f ungsi rumah sakit hanyalah sebagai t empat yang menyediakan f asilit as (t empat t idur, ma-kan minum, perawat / bidan sert a sarana medic dan non-medik). Konsepnya seolah-olah rumah sakit menyewakan f asilit asnya kepada dokt er yang memerlukannya. Pola sepert i ini banyak dianut oleh rumah sakit swast a di mana dokt er-nya mendapat kan penghasilan berdasarkan j umlah pasien, kuant it as dan kealit as t indakan medic yang dilakukan. Jika dalam sat u bulan t idak ada pasien pun yang dirawat maka bulan it u dokt er t idak menghasilan apa-apa. Dengan pola hubungan pasien–dokt er, j ika ada kelalai-an dokt er (t enaga kesehat kelalai-an) ykelalai-ang menyebab-kan kerugian pada pasien, maka dokt er (t enaga kesehat an) yang bert anggung j awab, dan bukan menj adi t anggung j awab rumah sakit .

Ada beberapa macam pola yang berkem-bang dalam kait annya dengan hubungan kerj a

ant ara t enaga kesehat an (dokt er) dan rumah sakit ant ara lain: dokt er sebagai t enaga kerj a (empl oyee); dokt er sebagai mit ra (at t endi ng physi ci an); dokt er sebagai i ndependent con-t r accon-t or .18 Masing-masing dari pola hubungan kerj a t ersebut akan sangat menent ukan apakah rumah sakit harus bert anggung j awab at au t idak t erhadap kerugian yang disebabkan oleh kesalahan dokt er sert a sej auh mana t anggung j awab/ gugat yang harus dipikul. Mengenai dok-t er sebagai employee dan dokt er sebagai at t en-di ng physi ci an sudah cukup en-disinggung en-di bagian

depan. Sepert i t elah disinggung di at as t ent ang pola hubungan t erapet ik, j ika hubungan kerj a dokt er sebagai employee, maka j ika t erj adi ke-rugian pada pasien karena t indakan dokt er, pi-hak rumah sakit yang bert anggung j awab. De-mikian pula j ika dokt er sebagai at t endi ng phy-si ci an, j ika ada kelalaian dokt er (t enaga

kese-hat an) yang menyebabkan kerugian pada pa-sien, maka dokt er (t enaga kesehat an) yang ber-t anggung j awab, dan bukan menj adi ber-t anggung j awab rumah sakit .

Unt uk menj elaskan t ent ang dokt er seba-gai i ndependent cont r act or , diberikan ilust rasi

sebagai berikut . Di dalam suat u kegiat an ope-rasi merupakan t indakan medik yang memerlu-kan t im dengan berbagai lat ar belamemerlu-kang keahli-an, t erdiri at as: operat or dan ahli anest esi. Tim t ersebut dapat berupa t im t unggal dengan pim-pinan seorang ahli bedah yang akan bert indak sebagai capt ai n of t he shi p di mana dokt er

anest esi t ermasuk di dalamnya at au bisa j uga berupa 2 t im yang t erdiri at as t im operat or (t erdiri ahli bedah dan asist en dan perawat ) dan t im anest esi (t erdiri ahli anest esi dan pe-rawat anest esi) dengan cat at an masing-masing t im punya pimpinan sendiri-sendiri yang akan bert indak sebagai capt ai n of t he shi p di dalam

t imnya.

Dokt er ahli anest esi at au t im anest esi be-kerj a secara mandiri (t idak sebagai subor di -nat e-nya operat or) maka kedudukan dokt er

at au t im anest esi t ersebut adalah sebagai i nde-pendent cont r act or . Tet api konsep i ndepen-dent cont r act or hanya bisa dit erapkan bila

18

(11)

dudukan dokt er ahli anest esi di rumah sakit se-bagai at t endi ng physi ci an. Kedudukan anggot a

t im, baik anggot a t im operat or maupun anggot a t im anest esi, dapat bermaam-macam. Jika dok-t er bekerj a sebagai at t endi ng physi ci an, maka

ia bisa saj a menggunakan asist en at au perawat yang merupakan empl oyee dari rumah sakit .

Dalam hal ini maka kedudukan asist en at au pe-rawat di ruang operasi adalah sebagai bor r ow-ed ser vant . Apabila operat or menggunakan

asist en at au perawat yang bukan merupakan

empl oyee rumah sakit maka kedudukan asist en

at au perawat t ersebut menj adi sub-or di nat e

dari operat or, bukan sebagai t enaga pinj aman rumah sakit . Dengan uraian di at as, dengan

po-la hubungan dokt er sebagai i ndependent con-t r accon-t or , j ika con-t erj adi kerugian pada pasien

kare-na kelalaian dokt er ini, maka rumah sakit t idak bert anggung j awab.

Rumah sakit , baik yang dikelola oleh pe-merint ah maupun swast a, merupakan organisasi yang sangat komplek. Di t empat ini banyak ber-kumpul pekerj a prof essional dengan berbagai macam lat ar belakang keahlian dan peralat an yang digunakan. Semakin besar dan canggih su-at u rumah sakit semakin komplek pula perma-salahannya. Oleh sebab it u t idaklah mudah menent ukan t anggung j awab rumah sakit . Se-lain pola hubungan t erapet ik dan pola hubu-ngan kerj a t enaga medik, penyebab t erj adinya kerugian it u sendiri j uga sangat menent ukan se-j auh mana rumah sakit harus bert anggung gu-gat . Berdasarkan uraian t ersebut di at as, maka dapat diket ahui sej auhmana rumah sakit harus bert anggung j awab sangat t ergant ung pada po-la hubungan t erapet ik yang t erj adi dan popo-la hubungan kerj a ant ara t enaga kesehat an de-ngan rumah sakit (st at us t enaga kesehat an).

Unt uk kerugian yang disebabkan oleh per-alat an medik maupun non-medik dapat dibe-bankan kepada rumah sakit , baik rumah sakit pemerint ah maupun swast a. Cont oh, apabila pasien j at uh dari t empat t idur karena bednya pat ah sehingga mengakibat kan pat ah t ulang ka-kinya maka kerugian t ersebut menj adi t anggung j awab rumah sakit . Oleh sebab it u rumah sakit harus melakukan kont rol yang ket at t erhadap semua peralat an, ut amanya peralat an medik.

Terhadap kerugian yang disebabkan oleh kesalahan medi cal t r eat ment , t ent unya sangat

t ergant ung pada st at us dokt er yang bersangkut -an. Apabila kedudukannya sebagai at t endi ng physi ci an maka rumah sakit t idak bert anggung

gugat at as kesalahan dokt er. Namun j ika st at us dokt er di rumah sakit sebagai empl oyee, maka

berdasarkan doct r i n of vi car ious l i abi l i t y, t

ang-gung gugat nya dapat dialihkan kepada rumah sakit .

Berdasarkan uraian di at as, t ampak j elas bahwa rumah sakit pemerint ah yang semua t e-naga medik maupun non-medik bekerj a sebagai employee maka t anggung gugat dari ke empat hal di at as sepenuhnya menj adi t anggung gugat inst it usi t ersebut , dengan cat at an, unt uk rumah sakit pemerint ah yang melaksanakan program swadana masih diperlukan klarif ikasi konsep se-hingga implikasi hukumnya menj adi j elas. Persoalannya bukan saj a t idak adil t et api j uga t i -dak logis membebankan t anggung gugat kesa-lahan medik seluruhnya kepada pihak rumah sakit , sement ara dokt er yang j uga menikmat i j asa medik berdasarkan present ase dapat bebas dari t anggung gugat at as kesalahannya sendiri.

Rumah sakit sebagai badan hukum (kor-porasi) dapat dit unt ut dan dipert anggungj a-wabkan at as t indakan-t indakan malprakt ik t e-naga kesehat an di rumah sakit , berdasarkan aj aran-aj aran at au dokt rin pembenaran korpo-rasi dibebani pert anggungj awaban sebagai beri-kut .19 Per t ama, doct r ine of st r i ct l i abi l it y.

Me-nurut aj aran ini, pert anggungj awaban pidana di bebankan kepada yang bersangkut an t idak per-lu dibukt ikan adanya kesalahan (kesengaj aan at au kelalaian) pada pelakunya. Aj aran ini dise-but pula absol ut e l i abi l i t y (pert anggungj

awab-an mut lak). Aj arawab-an ini dit erapkawab-an t erhadap per-buat an-perper-buat an yang sangat merugikan ke-pent ingan publik (masyarakat pada umumnya).

Kedua, doct r i ne of vi car ious l i abi l i t y.

Aj aran ini diambil dari hukum perdat a dalam kont eks pert anggungj awaban melawan hukum yang dit erapkan pada hukum pidana. Aj aran ini disebut pula sebagai aj aran pert anggungj

19 Syahrul Machmud, 2008, Penegakan Hukum dan Per l i

(12)

an penggant i. Seorang maj ikan bert anggungj a-wab at as kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya sepanj ang hal it u t erj adi da-lam rangka pekerj aannya. Hal ini memberikan kemungkinan kepada pihak yang dirugikan ka-rena perbuat an-perbuat an melawan hukum dari mereka it u menggugat maj ikannya agar mem-bayar gant i rugi. dengan aj aran ini, maka kor-porasi dimungkinkan bert anggungj awab at as perbuat an yang dilakukan oleh para pegawai-nya, kuasanya at au mandat arispegawai-nya, at au siapa-pun yang bert anggung j awab kepada korporasi t ersebut . Penerapan dokt rin ini dilakukan set e-lah dapat dibukt ikan t erdapat subordinasi ant a-ra maj ikan dan oa-rang yang melakukan t indak pidana t ersebut , dan perbuat an yang dilakukan dalam lingkup t ugas pegawai yang bersang-kut an.

Ket i ga, doct r i n of del egat i on.

Pendelega-sian wewenang oleh maj ikan kepada bawahan-nya merupakan alasan pembenar bagi dapat di bebankannya pert anggungj awabkan pidana ke-pada maj ikannya at as perbuat an pidana yang dilakukan oleh bawahannya yang memperoleh pendelegasian wewenang it u. Keempat , doct r i -ne of i dent i f i cat ion. Dokt rin ini mengaj arkan

bahwa unt uk dapat mempert anggungj awabkan pidana kepada suat u korporasi harus mampu di ident if ikasi siapa yang melakukan t indak pidana t ersebut . Jika t indak pidana dilakukan personil yang memiliki kewenangan unt uk bert indak se-bagai di r ect i ng mi nd dari korporasi t ersebut ,

maka pert anggungj awaban dibebankan kepada korporasi.

Kel i ma, doct r i ne of aggr egat i on. Dokt rin

ini mengaj arkan bahwa seseorang dianggap mengagregsian (mengkombinasikan) semua per-buat an dan semua unsur ment al/ sikap dari ber-bagai orang yang t erkait secara relevan dalam lingkungan perusahaan unt uk dapat memast i-kan bahwa semua perbuat an dan unsur ment al t ersebut adalah suat u t indak pidana sepert i se-akan-akan semua perbuat an dan unsure ment al it u t elah dilakukan oleh sat u orang saj a.

Kel i ma, r eact ive cor por at e f aul t . Dokt rin ini

mengaj arkan bahwa korporasi yang menj adi t erdakwa diberi kesempat an oleh pengadilan unt uk melakukan sendiri pemeriksaan, siapa

yang dianggap paling bersalah dan t indakan apa yang t elah diberikan perusahaan kepada orang yang dianggap bersalah. Jika laporan perusaha-an at au korporasi cukup memadai, maka korpo-rasi dibebaskan dari pert anggungj awaban. Na-mun apabila laporan korporasi dianggap t idak memadai oleh pengadilan, maka baik korporasi maupun para pimpinan puncak akan dibebani pert anggungj awaban pidana at as kelalaian t i-dak memenuhi perint ah pengadilan it u.

Berdasarkan uraian di at as, t ampak t idak mudah unt uk menent ukan j enis kelalain t enaga kesehat an yang merugikan seseorang dan akan menj adi t anggung j awab rumah sakit . Jika t j adi malprakt ik, maka dilakukan klarif ikasi t er-lebih dahulu t ermasuk malprakt ik medik at au malprakt ik di bidang medik. Jika t ernyat a me-rupakan malprakt ik medik, akan dit elit i pula sej auhmana t enaga kesehat an dalam memberi-kan pelayanan medik ini sesuai dengan st andar. Jika t enaga kesehat an t elah melakukan sesuai st andard, dan t idak ada t indakan kelalaian sert a sert elah sesuai dengan kemahiran/ kompesert ensi -nya, maka akan sulit dikat akan ada malprakt ik. Namun demikian, dengan adanya ket ent uan da-lam UU Rumah Sakit , yang mengat ur bahwa ru-mah sakit akan bert anggung j awab secara hu-kum t erhadap kelalaian t enaga kesehat an, ma-ka menurut penulis sangat waj ar j ima-ka t erj adi malprakt ik medik akan menj adi t anggung j awab pihak rumah sakit , dan bukan menj adi t anggung j awab t enaga kesehat an. Pihak rumah sakit se-bagai pengelola pelayanan kesehat an masyara-kat , dengan unt uk melindungi pasien dan ma-syarakat sert a melindungi sumber daya di ru-mah sakit , maka sesuai dengan ket ent uan Pasal 46 UU Rumah Sakit sebagai pihak yang bert ang-gungj awab secara hukum.

(13)

sebagai-mana diat ur dalam hukum pidana (misalnya: kealpaan yang menyebabkan kemat ian, luka berat , at aupun t imbul penyakit ), makan dapat dipert anggungj awabakan kepada individu t ena-ga kesehat an t ersebut , at au kelalaian ini diper-t anggungj awabkan kepada rumah sakidiper-t . Kela-laian t enaga kesehat an ini dipert anggungj awab-kan pihak rumah sakit , j ika t enaga kesehat an kerugian yang dit erbit kan oleh pelayan-pelayan at au bawahan mereka dalam melakukan peker-j aan unt uk mana orang-orang it u dipakainya” . Tenaga kesehat an merupakan pekerj a di rumah sakit , maka rumah sakit bert anggung j a-wab at as t indakan t enaga kesehat an yang me-rugikan pasien. Ket ent uan Pasal 1367 KUHPer-dat a, dapat sebagai acuan pert anggungj awaban rumah sakit at as t indakan t enaga kesehat an t ersebut . Hal ini sesuai dengan dokt rin r espon-deat super ior . Di dalam dokt rin ini

mengan-dung makna bahwa maj ikan bert anggung at as t indakan-t indakan pelayan-pelayan yang men-j adi t anggung men-j awabnya, t ermasuk t indakan-t indakan yang menyebabkan kerugian bagi orang lain. Dengan adanya dokt rin respondeat superior, merupakan j aminan bahwa gant i rugi diberikan/ dibayarkan kepada pasien yang men-derit a kerugian akibat t indakan medis. Selain it u dengan dokt rin ini, secara hukum dan ke-adilan, menghendaki akan sikap kehat i-hat ian dari para t enaga kesehat an.20 Uraian t ent ang kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit dan pert anggungj awabannya disaj ikan dalam bagan.

Penj elasan dari bagan t ersebut adalah se-bagai berikut . Per t ama, j ika t erdapat dugaan

malprakt ik oleh t enaga kesehat an di rumah sa-kit , maka di sini t erdapat indikasi, t elah t erj adi malprakt ik medik dan at au t erj adi malprakt ik prof essional di bidang kedokt eran. Kedua, t

er-j adi malprakt ik kedokt eran karena t enaga

20

Syahrul Mahmud, op. ci t . , hl m. 105.

hat an t ersebut melanggar et ika disiplin prof esi kedokt eran, dan akan diperiksa oleh Maj elis Khormat an Disiplin Kedokt eran Indonesia. Maj e-lis Kehormat an Disiplin Kedokt eran Indonesia akan menj at uhkan sanksi pembinaan kinerj a t erhadap t enaga kesehat an t ersebut .

Bagan

Pert anggungj awaban Rumah Sakit dan Tenaga Kesehat an akibat Kelalaian

Ket i ga, malprakt ik medik yang dilakukan

(14)

dakan pelayan-pelayan yang menj adi t anggung j awabnya, t ermasuk t indakan-t indakan yang menyebabkan kerugian bagi orang lain. Keem-pat , Jika malprakt ik medik ini sebagai

kesenga-j aan at au kealpaan, yang merupakan pelangga-ran hukum pidana, maka t enaga kesehat an t er-sebut , t et ap dapat diaj ukan ke pengadilan un-t uk memperun-t anggung j awabkan aun-t as kelalaian at au kesengaj aan t ersebut , dan dikenakan san-ksi hukum pidana yang berlaku .

Implikasi bagi Rumah Sakit dan Tenga

Ke-sehat an

Undang-undang Rumah Sakit dibuat unt uk lebih memberikan kepast ian dalam penyeleng-garaan pelayanan kesehat an, maupun membe-rikan perlindungan bagi masyarakat dan perlin-dungan bagi sumber daya di rumah sakit . Dalam UU Rumah Sakit t elah menent ukan bahwa ru-mah sakit akan bert anggungj awab secara hu-kum, j ika t erj adi kelalaian t enaga kesehat an yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat at au pasien. Namun demikian berdasarkan urai-an di at as, ket ent uurai-an ini menurut penulis dapat menimbulkan banyak implikasi prakt is at au im-plikasi aim-plikasinya, sehubungan dengan ket en-t uan Pasal 46 UU Rumah Sakien-t en-t ersebuen-t . Impli-kasi dengan adanya, ket ent uan rumah sakit bert anggung j awab secara hukum at as kelalaian t enaga kesehat an, akan dicoba disebut kan di bawah ini.

Adanya ket ent uan rumah sakit bert ang-gungj awab at as kerugian seseorang sebagai aki-bat t indakan t enaga kesehat an, hal ini sebagai permint aan agar rumah sakit bert anggungj a-wab at as t indakan yang dilakukan oleh pet ugas prof esi bawahannya baik sebagai st at us t et ap maupun t idak t et ap, kecuali bagi mereka yang menj alankan t ugas prof esi sebagai t amu (vi si -t or ).21 Selain it u, ket ent uan t ent ang t anggung j awab rumah sakit ini dimaksudkan agar ada j aminan gant i rugi yang harus didapat kan oleh

21

Lihat pendapat Bambang Poer nomo, t anpa t ahun, Hukum Kesehat an Per t umbuhan Hukum Eksepsi onal di Bi dang Pel ayanan Kesehat an, Yogyakar t a: Program Pendidikan

Pascasarj ana, Magist er Manaj emen Rumah Sakit , Fakul t as Kedokt eran, Uni versit as Gaj ah Mada, hl m. 151.

penderit a, dan sebagai kont rol agar rumah sa-kit melakukan penghat i-hat i. Dengan adanya ket ent uan rumah sakit bert anggungj awab t er-hadap kelalaian t enaga kesehat an ini, merupa-kan genderang pembuka bahwa rumah sakit t erbuka bagi masyarakat unt uk digugat j ika masyarakat merasa dirugikan karena t indakan kelalaian t enaga kesehat an.

Sebagai t indak lanj ut dari dari ket ent uan ini, maka rumah sakit akan melakukan bebera-pa hal. Per t ama, membent uk seperangkat

pem-bant u direkt ur sepert i komisi hukum, unt uk me-nangani aspek-aspek hukum yang berhubungan dengan urusan kesalahan prof esi at au berbagai penyimpangan sebagai keadaan darurat ( nood-t oesnood-t and); kedua, melakukan akredinood-t asi nood-t

erha-dap sumber-sumber daya t enaga prof esi dan daya kerj a kesehat an. Akredit asi dilaksanakan secara t erbuka bagi masyarakat unt uk kepent i-ngan peningkat an pelayanan kualit as pelayan-an kesehat pelayan-an; ket iga, memenuhi hak-hak asasi pasien yang t erdiri dari hak inf ormasi, hak un-t uk memberikan perseun-t uj uan, hak aun-t as rahasia kedokt eran, hak at as pendapat kedua; dan ke-empat , melaksanakan dokt rin kesehat an yait u

pengadaan rekam medik (medi cal r ecor d),

me-ngadakan hak perset uj uan t indakan medis (i n-f or med concent ) dan penert iban rahasia

kedok-t eran (medi cal secr ecy). Hal ini dilakukan unt uk

menent ukan kej elasan dan st andarisasi bent uk f ormulasinya yang beraneka ragam, sert a de-ngan pengecualiannya. Kej elasan dalam hal re-kam medik diperlukan sehingga diket ahui cara-cara yang t elah dilakukan dan akan kelihat an t indakan kelalaian yang t elah t erj adi at aupun t elah t erj adi t indakan akibat adanya resiko me-dis.

(15)

kesehat an t ersebut bukan pekerj a, maka pihak rumah sakit dapat mengelak unt uk t idak ber-t anggung j awab aber-t as kelalaian ber-t enaga kese-hat an di rumah sakit t ersebut . Misalnya seorang dokt er ikut berprakt ek bersama dalam suat u rumah sakit .

Pihak rumah sakit dapat digugat sebagai akibat dari adanya perbuat an t enaga kesehat an yang merugikan, j ika dipenuhi beberapa syarat .

Per t ama, t enaga kesehat an secara periodik

di-gaj i/ honor t et ap yang dibayar secara periodik dari pihak rumah sakit ; kedua, rumah sakit

mempunyai wewenang unt uk memberikan ins-t ruksi yang harus diins-t aains-t i oleh bawahannya; ke-t i ga, rumah sakike-t mempunyai kewenangan

un-t uk mengadakan pengawasan un-t erhadap un-t enaga kesehat an; keempat , adanya kesalahan at au

kelalaian yang diperbuat t enaga kesehat an di rumah sakit , di mana kesalahan at au kelalaian t ersebut menimbulkan kerugian bagi pasien; dan kel i ma, t indakan t enaga kesehat an yang

dilakukan dalam kompet ensinya dan di bawah pengawasan rumah sakit , maka rumah sakit akan bert anggungj awab at as t indakan t enaga kesehat an t ersebut . Namun j ika t indakan it u di luar kompet ensi dan t idak di bawah pengawa-san rumah sakit , maka pihak rumah sakit dapat mengelak unt uk bert anggungj awab.

Adanya ket ent uan Pasal 46 UU Rumah Sa-kit ini, secara psikologis dapat mempengaruhi t enaga kesehat an di dalam memberikan pelaya-nan kesehat an bagi masyarakat dapat bert indak kurang hat i-hat i bahkan dapat seenaknya. Te-naga kesehat an bert indak demikian, karena beranggapan j ika ada kelalaian akan menj adi t anggung j awab rumah sakit . Kesan ini dapat di pahami, karena kit a sering melihat dalam prak-t ik pelayanan kesehaprak-t an pada rumah sakiprak-t pe-merint ah. Tindakan t enaga kesehat an dalam bent uk cr i minal mal pr act i ce, maka akan t et ap

dipert anggungj awabkan pada t enaga kesehat an yang bersangkut an.

Pemilik rumah sakit biasanya t idak mela-kukan pengelolaan pelayanan kesehat an di ru-mah sakit . Hal ini mengakibat kan j ika masyara-kat akan mengaj ukan gugat an t erhadap

kelalai-an t enaga kesehat kelalai-an ini, diaj ukkelalai-an kepada pe-milik rumah sakit at aukah kepada pengelola ru-mah sakit . Walaupun ada dokt rin r espondeat super ior , t idak mudah bagi pasien dan

keluar-ganya unt uk mengaj ukan gugat an, karena harus diket ahui dulu bagian mana yang t ermasuk da-lam perj anj ian t erapeut ik dengan dokt er dan bagian mana yang t ermasuk ke dalam ke dalam kont rak dengan rumah sakit . Hal ini akan me-nent ukan pihak yang akan bert anggung j awab, apakah dokt er pribadi at aukah menj adi t ang-gung j awab rumah sakit . Pasien akan t idak

mu-dah unt uk menent ukan posisi dokt er/ t enaga ke-sehat an yang bekerj a di rumah sakit . Posisi dokt er/ t enaga kesehat an bert indak sebagai at asan at au sebagai pembant u, sebagai bawah-an at au bukbawah-an bawahbawah-an dengbawah-an rumah sakit . Ji-ka t ernyat a dokt er/ t enaga kesehat an t ersebut bukan sebagai bawahan rumah sakit , maka ru-mah sakit dapat t idak bert anggungj awab.

Pasien akan melakukan gugat an kepada rumah sakit , j ika pasien menget ahui dan mera-sa dirugikan oleh t indakan t enaga kesehat an di rumah sakit t ersebut . Adalah t idak mudah bagi pasien unt uk menyat akan bahwa kerugian it u sebagai akibat t indakan t enaga kesehat an. Bisa saj a musibah yang menimpa pasien t erj adi di luar dugaan t enaga kesehat an. Tenaga kesehat an t elah melakukan upaya sebagaimana mest i -nya dan semampu-nya, dan musibah/ kerugian t et ap menimpa pasien, maka hal ini t idak t er-masuk t indakan kelalaian t enaga kesehat an. Dalam kondisi demikian t ent unya menj adi t an-da t anya, apakah ket ent uan Pasal 46 UU Rumah Sakit dapat dit erapkan. Oleh karena it u pasein harus menget ahui rekam medik, sehingga dapat diket ahui bent uk-bent uk t indakan t enaga kese-hat an yang dilakukan kepadanya.

Penut up Simpulan

Simpulan yang dapat diberikan adalah se-bagai berikut . Per t ama, rumah sakit bert

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana

Jumlah penyesuaian modal ini diperbandingkan dengan total nilai pasar perusahaan, yang mana merupakan nilai saham dan hutang perusahaan un-tuk mendapatkan MVA atau perbedaan

Langkah selanjutnya kita akan membuat kubus dengan wizard yang mana dimensi-dimensi secara otomatis menyesuaikan apa yang akan kita buat dalam kubus ini (kita data

Sedangkan Binary Search adalah algoritma pencarian yang dilakukan dengan cara menebak apakah data yang dicari berada di tengah-tengah data, kemudian membandingkan data

Banjarbaru dan Martapura Kab. Prakiraan cuaca dari BMKG Syamsudin Noor Banjarmasin untuk tanggal 28 Juli 2017 terlampir. Patroli darat NIHIL. Patroli udara ke wilayah

3) !enjel !enjelaskan askan aspek aspekaspek aspek layan layanan d an dukun ukungan gan sistem.. &ayanan dukungan sistem merupakan k"mp"nen layanan dan

- Melakukan aktivitas diskusi melalui LMS Google Classroom/ Video Conference (Zoom)/WA Group dengan mahasiswa bimbingan mengenai tugas yang harus dilakukan Daring -

Dari teknik ini peneliti akan memperoleh data-data yang berkaitan dengan penerapan permendiknas nomor 22 tahun 2006, baik itu berupa dokumentasi hasil