• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. akan meneruskan kehidupan kelak. Di masa pertumbuhan sudah sepatutnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. akan meneruskan kehidupan kelak. Di masa pertumbuhan sudah sepatutnya"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak merupakan aset berharga bagi kehidupan, sebab merekalah yang akan meneruskan kehidupan kelak. Di masa pertumbuhan sudah sepatutnya anak memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, terlebih sejak dilahirkan. Sebagai anak mereka berhak untuk mendapatkan hak pendidikan, mendapatkan hak perlindungan, terjaminnya kesehatan, hak untuk mendapatkan identitas, dan lain sebagainya.

Menurut Konvensi Hak-Hak Anak (Convention On The Right Of The Child) menyebutkan bahwa anak adalah setiap individu yang berusia di bawah 18 tahun. Selain itu menurut Kushartati (2004) dari Konvensi Hak-Hak Anak yang dikeluarkan oleh PBB pada tahun 1989 yang kemudian telah dilakukan pengesahan oleh Pemerintah RI Keppres No. 36 tahun 1990, menyebutkan bahwa perlu adanya perlindungan dan perhatian lebih pada anak untuk keberlangsungan hidup mereka, selain itu juga sebagai bagian dari hak-hak anak guna mendapatkan perlindungan. Sebab di masa tumbuh-kembang seorang anak membutuhkan stimulasi yang berkaitan dengan sistem berfikir, bercakap, dan berinteraksi, sehingga perlu adanya pendampingan dari orangtua.

Persoalan mengenai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dapat terjadi pada anak-anak seperti anak terlantar, anak jalanan, anak

(2)

2

yang berhadapan dengan hukum, anak yang menjadi korban kekerasan, dan anak yang memerlukan perlindungan khusus seperti korban penyalahgunaan narkotika. Keberadaan masalah sosial mengenai anak memang tidak dapat dipungkiri, beberapa dari mereka bahkan tidak terpenuhi haknya sebagai seorang anak. Maka dari itu perlu adanya penanganan khusus bagi anak-anak tersebut.

Berkaitan dengan masalah sosial anak seperti anak jalanan, di usia yang masih belum layak untuk melakukan aktifitas pekerjaan sudah tentu akan menghambat tumbuh-kembang dan kehidupan anak-anak seusianya. Seharusnya dimasa tersebut anak jalanan berada di lingkungan belajar dan bermain, mendapatkan perlindungan dari orangtua serta mendapatkan pendidikan yang layak. Tetapi realitasnya anak jalanan lebih banyak menghabiskan waktu mereka di jalanan guna mendapatkan penghasilan. Hal tersebut menyebabkan anak jalanan kurang mendapatkan perhatian lebih dan kasih sayang dari orangtuanya, terlebih soal pendidikan mereka.

Menyinggung soal pendidikan, di masa anak-anak ini pendidikan sangat penting, karena dengan itu orangtua dapat mengetahui potensi apa yang dimiliki oleh anak tersebut. Anak jalanan yang lebih banyak menghabiskan waktunya di jalanan sangat rentan dengan kurangnya pendidikan yang didapat dan bahkan beberapa dari mereka mengalami putus sekolah.

Fenomena maraknya ANJAL atau seringkali disebut dengan Anak Jalanan merupakan permasalahan sosial yang keberadaannya juga memerlukan

(3)

3

perhatian. Kushartati (2004) berpendapat bahwa maraknya jumlah anak jalanan berawal dari adanya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997. Hal tersebut disinyalir sangat berkaitan dengan peningkatan yang terjadi pada jumlah anak jalanan di Indonesia.

Anak jalanan yang berada di Indonesia bersumber dari Kementrian Sosial RI menuturkan pada tahun 2017 berjumlah sebanyak 16.416 anak jalanan. Kemudian data yang dilansir dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat menyebutkan bahwa pada tahun 2017 anak jalanan yang berada di Jawa Barat terdapat sebanyak 10.017, sedangkan di Kabupaten Bogor ditemukan sebanyak 648 anak jalanan, berbanding terbalik dengan Kota Bogor yang hanya memiliki 195 anak jalanan.

Di pusat perkotaan anak jalanan dapat dengan mudah ditemukan disekitar pertokoan, perempatan lampu merah, stasiun, terminal dan kawasan yang menjadi target mereka dan dirasa cukup ramai untuk mencari penghasilan. Biasanya anak jalanan memiliki beragam aktifitas yang dilakukan guna mendapatkan tambahan penghasilan dengan menjadi juru parkir, pengamen, penjual tissue, dan pengemis hingga menjadi ojek payung ketika memasuki musim penghujan.

Definisi anak jalanan sendiri menurut B.S Bambang (Herlina,2014) mengungkapkan bahwa definisi mengenai anak jalanan populer terdengar di Amerika Selatan yaitu menimos de ruas yang artinya sekumpulan anak-anak hidup di jalanan tanpa memiliki ikatan dengan keluarga. Kemudian definisi lain

(4)

4

mengenai anak jalanan terdapat dibeberapa negara seperti di Kolombia anak jalanan disebut gamin atau kesusahan; di Rio De Jenairo Brazil menyebut anak jalanan dengan sebutan marginais atau marginal; dan di Vietnam anak jalanan disebut dengan bui doi atau anak yang lusuh(Herlina, 2014).

Dari sebutan mengenai anak jalanan di beberapa negara tersebut secara tidak langsung mengungkapkan bahwa keberadaan anak jalanan perlu perhatian khusus. Selain itu menurut Putranto (Rizzana &Soeaidy, 2005) mengartikan anak jalanan yaitu anak yang mencari tambahan pendapatan di jalanan atau tempat keramaian, biasanya mereka berusia 6-15tahun dan sudah tidak melanjutkan sekolah bahkan tidak tinggal dengan orangtua. Dari definisi mengenai anak jalanan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak jalanan adalah anak berusia dibawah 18tahun yang menghabiskan waktunya dijalanan guna mencari penghasilan.

Faktor utama dari maraknya anak jalanan yang utama saat ini disinyalir karena ekonomi. Adanya dorongan dari orangtua dengan kondisi ekonomi yang sulit sehingga anak ikut membantu orangtuanya untuk mencari tambahan penghasilan. Selain itu adanya faktor konflik dari orangtua seperti korban brokenhome, sehingga menyebabkan anak jalanan kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang lebih.

Dari pergaulan lingkungan sekitar anak juga diindikasi sebagai faktor penyebab anak turun ke jalanan. Hal tersebut dapat terlihat melalui keberadaan anak jalanan yang selalu bersama sekumpulan teman-temannya ketika berada

(5)

5

di jalan. Lebih dalam alasan lain anak jalanan membantu orangtua mereka mencari tambahan penghasilan karena mereka memiliki rasa atau keinginan untuk bebas mencari penghasilan untuk diri sendiri, dengan begitu mereka dapat dengan bebas menggunakan uang yang mereka hasilkan sendiri.

Hariadi dan Suyanto (Anandar & Wibowo, 2018) mengutarakan terdapat beberapa kategori yang dapat dikelompokan pada anak jalanan yang turun ke jalan, tiga kelompok anak jalanan yang mencari penghasilan dijalanan yaitu:

1. Children on the street, yaitu anak-anak yang memilih menghabiskan waktu mereka dijalanan untuk mencari uang guna dapat membantu perekonomian orangtua mereka, selain itu anak jalanan tersebut masih memiliki ikatan yang kuat dengan orangtua mereka.

2. Children of the street, yaitu anak yang memilih untuk menghabiskan waktu mereka dijalanan dan hanya beberapa dari mereka yang mencari uang dijalan, biasanya mereka turun ke jalan hanya karena faktor tertentu seperti pergi dari keluarganya dan mereka yang pergi dari keluarganya hidup dengan sistem nomaden karena tidak memiliki tempat tinggal.

3. Children in the street, yaitu anak yang berada dijalanan beserta dengan keluarganya, mereka memilih untuk bermukim dijalanan dan mencari penghasilan di jalanan.

Menjadi anak jalanan merupakan hal yang tidak mudah. Kerap kali mereka mendapatkan stigma yang buruk dari masyarakat sekitar seperti anak

(6)

6

yang tidak memiliki pendidikan, sudah terpengaruh oleh obat-obatan dan pergaulan bebas. Beberapa hal tersebut terjadi disebabkan oleh penampilan dan pakaian yang digunakan terlihat lusuh atau kusam, tidak rapih, hingga beberapa bagian tubuh yang penuh dengan tatto.

Nihayah (2016) menjelaskan kehidupan yang dialami oleh anak jalanan sangat beragam dan rentan mengalami ancaman bahaya. Seringkali anak jalanan mengalami tindakan kekerasan seperti korban pelecehan seksual, kekerasan atau konflik yang terjadi dijalanan seperti konflik antara sesama anak jalanan, korban jual-beli narkotika hingga korban trafficking. Maka dari itu perlu adanya perlindungan dan perhatian khusus terhadap masalah sosial anak jalanan.

Sudah merupakan tanggung jawab pemerintah memberikan perlindungan kepada anak jalanan dalam menangani permasalahan yang mereka hadapi, serta merubah pola perilaku mereka. (Putra, Hasanah, & Nuriyah, 2015) menjelaskan bahwa kepedulian pemerintah terhadap maraknya jumlah Penyandang Masalah Sosial Kesejahteraan Sosial (PMKS) berkaitan dengan Anak jalanan dimulai pada tahun 1998, pada tahun tersebut pemerintah mendirikan Rumah Singgah sebagai tempat untuk menaungi anak jalanan. Maka dari itu dengan adanya rumah singgah dapat menangani masalah sosial anak jalanan

Sebagai salah satu tempat yang akan membantu para anak jalanan menangani permasalahan yang dihadapi, maka pembuatan Rumah Singgah ini

(7)

7

didasari oleh Undang-Undang 1945 pasal 34 mengenai bentuk penanganan untuk anak jalanan. Departemen sosial mengartikan istilah Rumah Singgah yaitu tempat yang digunakan untuk menjembatani suatu proses pelayanan antara anak jalanan dan stakeholder yang akan melakukan penanganan terhadap mereka (Putra et al, 2015). Dan saat ini telah banyak organisasi maupun Rumah Singgah yang hadir untuk menangani anak jalanan yang berada di setiap kota. Rumah Singgah merupakan sebuah tempat proses awal dalam memberikan pelayanan kepada anak jalanan, maka dari itu perlu menciptakan suasana rumah singgah yang nyaman dan memberikan ketertarikan kepada mereka agar merasa senang berada di lingkungan sekitar rumah singgah. Hal tersebut dikarenakan tujuan dari rumah singgah yaitu untuk membantu memperbaiki pola perilaku dan membantu menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi serta dengan mencari solusi yang terbaik untuk mengakomodasi kehidupan mereka (Putra et al. 2015). Sehingga anak jalanan yang berada di rumah singgah mendapatkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif seperti rasa jenuh ketika pertama kali beradaptasi.

Sebagai tempat untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi anak jalanan, maka rumah singgah mengimplementasikan tujuan tersebut melalui program pemberdayaan. Pemberdayaan yang dilakukan seperti bimbingan keterampilan dan skill guna adanya peningkatan terhadap anak jalanan agar memiliki kemampuan untuk berproduktif.

(8)

8

Menurut Senja, Rachim, & Darwis (2015) pemberdayaan sebagai suatu tindakan atau kondisi yang dilakukan oleh sebuah kelompok atau beberapa individu guna tercapainya sebuah perubahan dengan melakukan pelatihan keterampilan serta potensi yang telah dimiliki pada kelompok atau individu tersebut. Dalam proses pemberdayaan yang dilakukan oleh rumah singgah perlu adanya struktur atau komponen untuk pencapaian tujuan yang maksimal, struktur tersebut harus terdiri dari: pemilik rumah singgah, supervisor, pekerja sosial, ketua kelompok anak jalanan dan administrasi (Aribowo, 2009). Sehingga dalam melakukan pelayanan yang dilakukan oleh rumah singgah nantinya akan berjalan sesuai dengan prosedur.

Rumah singgah dalam memberikan program pemberdayaan kepada anak jalanan tentu saja diarahkan untuk melatih dan membimbing keterampilan mereka agar lebih terfokus dan terarah, sehingga mereka tidak kembali ke jalanan untuk mencari tambahan penghasilan dengan cara yang biasa mereka lalukan, melainkan mereka mencari penghasilan dengan memanfaatkan potensi yang sudah dimiliki atau skill dan keterampilan yang dikembangkan melalui program pemberdayaan.

Dalam mengentas maraknya anak jalanan yang ada di Indonesia saat ini perlu adanya dukungan dari semua kalangan seperti, masyarakat sekitar, instansi pemerintah dan kalangan lembaga-lembaga maupun rumah singgah. Dengan adanya rumah singgah sebagai tempat pembinaan dan pelayanan bagi

(9)

9

anak jalanan maka diharapkan dapat membawa perubahan bagi anak jalanan yang terampas hak-haknya sebagai seorang anak.

Sumber yang dilansir dari laman yayasansenjacibinong di Kabupaten Bogor sendiri terdapat beberapa Rumah Singgah, salah satu Rumah Singgah yang akan dijadikan lokasi peneliti yaitu Rumah Singgah Sanggar Senja Cibinong, yang berlokasi di Gang Al-Huda, Jalan Jambu 1, RW 03/RW05 Pabuaran, Cibinong Kabupaten Bogor. Berangkat dari adanya kegiatan sosial Cibinong yang ingin merubah stigma mengenai anak jalanan serta adanya kepedulian terhadap pendidikan anak-anak jalanan. Sehingga dari hal tersebut maka dibentuk Rumah Singgah Yayasan Senja Cibinong pada tanggal 19 Maret 2014. Selain itu Rumah Singgah Sanggar Senja mengadakan kegiatan pembelajaran melalui kegiatan seni dan budaya, dengan begitu harapannya dapat membentuk anak-anak sebagai penerus kehidupan selanjutnya yang berakhlak dan berilmu serta berguna bagi bangsa.

Sebab dengan adanya rumah singgah maupun lembaga-lembaga yang menaungi anak jalanan dapat memberikan pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, dan bimbingan keterampilan serta adanya perlindungan. Dengan begitu setelah mereka selesai melakukan program pemberdayaan dan pembinaan yang diberikan oleh rumah singgah, mereka sudah siap dengan potensi yang dimiliki dan keterampilan yang dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk berproduktif dengan baik dan tidak lagi turun ke jalanan yang rentan dengan ancaman bahaya.

(10)

10

Alasan peneliti melakukan penelitian di Rumah Singgah Sanggar Senja Cibinong karena yayasan tersebut memiliki bentuk kepedulian terhadap pendidikan anak-anak jalanan, kemudian Rumah Singgah Sanggar Senja Cibinong dalam melakukan pemberdayaan terhadap anak jalanan melalui program sarana belajar dan bidang seni budaya yang di zaman modern ini beberapa dari anak-anak acuh terhadap seni dan budaya didaerahnya. Selain itu jumlah anak jalanan yang berada di Kabupaten Bogor lebih banyak daripada Kota Bogor, hal tersebut dilihat dari penemuan anak jalanan yang sedang mengamen dilampu merah Cibinong, Kabupaten Bogor.

Oleh sebab itu dari latar belakang diatas yang telah dipaparkan mengenai anak jalanan, maka dapat disimpulkan bahwa anak jalanan merupakan anak berusia dibawah 18tahun yang menghabiskan waktunya dijalanan guna mencari penghasilan. Agar keberadaan mereka tidak mengalami peningkatandi berbagai tempat, maka perlu adanya program pemberdayaan yang dilakukan oleh rumah singgah. Sehingga mereka nantinya dapat memiliki keterampilan dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki serta anak jalanan tidak lagi turun ke jalanan untuk mencari penghasilan.

Pembahasan mengenai Penyadang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)yang terfokus pada anak jalanan ini akan dibahas dan disusun dalam skripsi atau tugas akhir penelitiandengan judul : Program Pemberdayaan Anak Jalanan (Studi Kasus Di Rumah Singgah Sanggar Senja Cibinong Kabupaten Bogor).

(11)

11 B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan oleh peneliti diatas mengenai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang terfokus pada anak jalanan, maka fokus rumusan peneliti yang diambil yaitu:

1. Apa saja bentuk program pemberdayaan bagi anak jalananyang dilakukan oleh Rumah Singgah Sanggar Senja Cibinong?

2. Apa peranan Rumah Singgah Sanggar SenjaCibinong dalam upaya pemberdayaan anak jalanan?

3. Bagaimana manfaat program pemberdayaan yang dilakukan oleh Rumah Singgah Sanggar Senja Cibinong bagi anak jalanan?

C. Tujuan Penelitian

1. Guna mengetahui apa saja bentuk program pemberdayaan bagi anak jalanan yang dilakukan oleh Rumah Singgah Sanggar Senja

2. Guna mengetahui peranan Rumah Singgah Sanggar Senja Cibinong dalam upaya pemberdayaan anak jalanan

3. Guna mengetahui manfaat program pemberdayaan yang dilakukan oleh Rumah Singgah Anak Jalanan Cibinong bagi anak jalanan

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi seluruh elemen terkait seperti instansti pemerintah, masyarakat, serta bagi

(12)

12

kajian disiplin Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dengan topik khusus yaitu Anak Jalanan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat umum

Dapat memberikan pemahaman mengenai permasalahan sosial anak jalanan serta ikut serta membantu dengan tidak memberikan stigma negatif kepada anak jalanan dan informasi terkait rumah singgah

b. Bagi pemerintah

Sebagai kritik dan saran agar instansi pemerintah dapat lebih mengoptimalkan dalam menangani Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan maraknya keberadaan anak jalanan di Indonesia c. Bagi yayasan atau rumah singgah

Sebagai bahan masukan bagi yayasan atau rumah singgah terkait pelaksanaan yang telah dilakukan dalam menangani anak jalanan serta dapat memberikan wawasan kepada anak jalanan yang berada di rumah singgah

d. Bagi peneliti

Dapat menambah ilmu dan wawasan baru mengenai masalah sosial anak jalanan dan memberikan pengalaman serta pengetahuan mengenai rumah singgah sebagai tempat menaungi anak jalanan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah kami lakukan menunjukkan bahwa ekstrak etanolik herba ciplukan ( Physalis angulata L.) memiliki efek sitotoksik terhadap sel HeLa dengan IC

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko osteoarthritis dan dapat melakukan tindakan-tindakan pencegahan

Dalam membangun potensi harmoni sosial anak langkah awal yang dapat dilakukan dengan 5 interaksi sosial di lingkunganya, yang mampu memberikan pengaruh terhadap

26.1 [Untuk pekerjaan yang menggunakan Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan pada bagian harga satuan, apabila terdapat perbedaan

Terapi sleep hygiene pada anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi dapat diterapkan dengan baik karena didukung oleh kemampuan kognitif dan adaptif anak usia

commit to user... commit

The results of the interview with 16 students who became the respondents in this study showed that all students were familiar with monopoly game; however there one student found

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin mengetahui apakah efikasi diri, motivasi dan lokasi dapat mendorong keberhasilan usaha tekstil di pusat industri kecil jalan