• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Fakta tersebut tidak terhindarkan juga terjadi pada Kota Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Fakta tersebut tidak terhindarkan juga terjadi pada Kota Yogyakarta."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Dewasa ini peningkatan pencemaran pada kawasan perkotaan semakin meningkat. Fakta tersebut tidak terhindarkan juga terjadi pada Kota Yogyakarta. Sebagai ibukota provinsi dan letaknya yang berada ditengah dikelilingi daerah lain menjadikan Kota Yogyakarta sebagai pusat berbagai macam kegiatan, misalnya kegiatan perekonomian, kegiatan pemerintahan maupun kegiatan kultural dan budaya. Dengan berbagai macam aktivitas yang sedikit banyak memberikan dampak pada pencemaran lingkungan, tentunya perlu dilakukan tindakan preventif maupun rehabilitasi.

Penghijauan merupakan salah satu tindakan preventif maupun rehabilitasi yang dapat dilakukan terkait terjadinya pencemaran. Pengertian penghijauan dalam KBBI adalah proses, cara, perbuatan membuat supaya jadi hijau. Sedangkan penghijauan lingkungan adalah usaha untuk menghijaukan lahan dengan melaksanakan penanaman di taman, jalur hijau, halaman tempat ibadah, perkantoran, sekolah, dan sempadan sungai.1 Penghijauan di Kota Yogyakarta dapat ditemukan dalam berbagai bentuk seperti, penyedian taman kota aktif maupun pasif, penanaman di sepanjang sempadan sungai, pemakaman, lapangan dan yang terakhir pada jalan-jalan.

1

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.3/Menhut-II/2009 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Bidang Kehutanan.

(2)

Kota Yogyakarta yang merupakan pusat pemerintahan, kegiatan perekonomian, kepariwisataan sekaligus pusat kegiatan kultural di Provinsi DI Yogyakarta memiliki daya tarik tersendiri baik warga sekitar maupun para pendatang. Kondisi ini berdampakpada terciptanya kepadatan penduduk di Kota Yogyakarta, yang mana semakin padat penduduk kota kualitas lingkungan semakin rendah.2 Belum lagi padatnya mobilitas yang ada di Kota Yogyakarta sendiri juga berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan.

Tingginya mobilitas di suatu kota salah satunya ditandai dengan jumlah kendaraan bermotor pada kota tersebut. Berikut ini jumlah pertambahan kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta selama rentan waktu 2011-2013

Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta 2011-2013

Tahun Jumlah Kendaraan Bermotor

2011 243.576

2012 244.276

2013 259.486

Sumber: BLH Kota Yogyakarta Berdasarkan tabel tersebut terlihat kecenderungan jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua maupun roda empat mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah kendaraan yang terus meningkat mengakibatkan jalanan di Kota Yogyakarta menjadi salah satu tempat yang memiliki tingkat pencemaran yang tinggi khususnya pencemaran udara. Pernyataan ini juga didukung oleh

2

Kutanegara, Pande Made.Kebijakan Kependudukan Dan Daya Dukung Lingkungan Kota

(3)

Kepala Sub-Bidang (Kasubid) Pemulihan Lingkungan BLH Kota Yogyakarta, Peter Lawoasal yang menjelaskan bahwa laju pertumbuhan kendaraan pribadi baik motor maupun mobil semakin tinggi, dan mengakibatkan meratanya pencemaran udara di Kota Yogyakarta.

Merespon hal tersebut, perlu dilakukan tindakan untuk menanggulangi serta mengurangi pencemaran udara yang terjadi pada ruas jalan di Kota Yogyakarta. Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya, penghijauan adalah salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi polutan yang ada. Penghijauan pada ruas-ruas jalan di Kota Yogyakarta yang lazim ditemukan adalah pembuatan dan penyediaan perindang jalan.

Penyediaan perindang jalan merupakan wewenang dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta. Hal ini tertuang pada Peraturan Walikota

Yogyakarta Nomor 41 Tahun 2013 Tentang Fungsi Rincian Tugas dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Penyediaan perindang

jalan dilaksanakan dengan mengacu kepada Undang Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP). Penanaman perindang jalan ini dilakukan pada sekitar trotoar, median jalan, taman dan pulau jalan. Jenis tanaman yang digunakan juga sangat beragam seperti tanaman Pohon Tanjung, dan Cempaka.

Selain memiliki fungsi ekologis sebagai penyeimbang lingkungan, perindang jalan juga menjadi semacam identitas bagi Kota Yogyakarta. Perindang

(4)

jalan di jalan-jalan protokol di Kota Yogyakarta merupakan jenis tanaman langka yang menjadi identitas dari Kota Yogyakarta. Beberapa penamaan jalan di Kota Yogyakarta juga disesuasikan dengan tanaman yang ditanam dan tumbuh di jalan tersebut. Sampai sejauh ini penanaman tanaman sesuai dengan nama jalan masih berlangsung. Namun hal ini tidak berarti akan mengganti seluruh tananaman pada jalan tersebut. Pihak BLH Kota Yogyakarta sendiri mengatakan tidak akan merusak pohon yang sudah ada namun akan menambahkan pohon yang sesuai dengan nama jalannya. Jalan-jalan yang disesuaikan jenis tanamannya dengan nama jalan tersebut diantaranya Jalan Ngasem, Jalan Kenari, Jalan Tunjung, dll.

Pemenuhan perindang jalan di Kota yogyakarta sampai saat ini memang tidak mengalami permasalahan yang cukup berarti. Namun mengingat perindang jalan adalah salah satu bagian dari ruang terbuka hijau (RTH) membuat perindang jalan menjadi pembahasan yang menarik. Hal ini disebabkan karena pemenuhan RTH publik Kota Yogyakarta yang belum mencapai besaran yang ditentukan.3 Penentuan besaran kuota RTH publik-privat tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Walaupun usaha pemenuhan RTH publik yang dilakukan dengan pembuatan perindang jalan dan taman-taman oleh pemerintah Kota Yogyakarta terus diupayakan, namun selama tahun 2010-2013 jumlah RTH publik yang

3 Ketentuan RTH publik sebesar 20% dari jumlah seluruhnya 30% ruang terbuka hijau

(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 05/PRT/M/2008) – yang dimaksud RTH Publik pada pengertian ini adalah ruang terbuka yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota atau kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.

(5)

terdiri dari perindang jalan dan taman hanya bertambah sebanyak 0,06%.4 Apabila melihat capaian dari usaha pemenuhan tersebut tentu akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit agar jumlah RTH Kota Yogyakarta memenuhi besaran yang sudah ditentukan. Perlu diketahui bahwa jumlah kawasan RTH publik di wilayah Kota Yogyakarta sampai saat ini masih berkisar pada 18,96 % (BLH Kota Yogyakarta, 2014, Data Pembangunan Sektoral).

Jika menggunakan perhitungan angka pertumbuhan RTH Publik pada kisaran 0,06% per tahun seperti yang sudah penulis paparkan pada paragraf sebelumnya, kekurangan 1,04% tersebut akan terpenuhi dalam kurun waktu (1,04 : 0,06) tahun. Tentu merupakan jangka waktu yang cukup panjang mengingat terus meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan semakin tingginya tingkat pencemaran udara di Kota Yogyakarta. Pemenuhan kuota RTH Publik merupakan salah satu sarana penyeimbang lingkungan.

Indikasi dari belum dapatnya terpenuhi luasan RTH Kota Yogyakarta akibat dari terbatasnya lahan yang ada. Namun hal tersebut bukanlah merupakan penyebab tunggal dari kegagalan pemenuhan kuota RTH publik di Kota Yogyakarta. Berbagai aspek yang dapat dilihat dalam pemenuhan RTH ini. Oleh karena itu untuk mengetahui lebih mendalam, penelitian ini memaparkan kapasitas kelembagaan BLH Kota Yogyakarta dalam penyediaan perindang jalan yang merupakan salah satu bentuk dari RTH.

4

(6)

Kapasitas kelembagaan dianggap penting dan mempengaruhi sebuah organisasi publik dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya. Pengertian kapasitas kelembagaan sendiri adalah kemampuan untuk mengerjakan tugas tugas yang tepat dalam mewujudkan pembangunan yang efektif, efisien dan berkelanjutan.5 Dengan memaparkan kapasitas BLH Kota Yogyakarta dalam penyedian perindang jalan, peneliti berusaha memaparkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki BLH Kota Yogyakarta selama pelaksanaan program perindang jalan. Kapasitas dari BLH sendiri yang berpengaruh pada sukses atau tidaknya penyelenggaraan program perindang jalan. Hal ini kemudian berkontribusi dalam pemenuhan RTH Publik Kota Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah kapasitas kelembagaan BLH dalam penyediaan perindang jalan di Kota Yogyakarta sebagai salah satu upaya pemenuhan kuota RTH Publik?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kapasitas kelembagaan yang ada di BLH dalam melakukan usaha penyediaan perindang jalan di Kota Yogyakarta.

2. Mengidentifikasi kelemahan kapasitas kelembagaan BLH Kota Yogyakarta

5

Grindle, Merilee S. 1997. Getting Good Government Capacity Building in The Public Sectors of Developing Countries. Harvard. Harvard University Press.

(7)

1.4 Manfaat Penenlitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk akademik: Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah acuan bagi penelitian penelitian berikutnya sehingga penelitian selanjutnya mampu menciptakan ide ide kreatif dalam mengatasi permasalahan penyediaan ruang terbuka hijau.

2. Untuk pemerintah: Output dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja BLH.

3. Untuk masyarakat umum: Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran umum bagi masyarakat tentang bagaimana. Sehingga diharapkan masyarakat nanti bisa bekerja sama dengan pemerintah untuk membantu mengatasi permasalahan yang ada.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta 2011-2013

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh dosen jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah berkenan membagikan ilmu, mengajarkan hal baru, dan mendukung berproses selama

Sistem yang akan dibangun merupakan sistem pendukung keputusan penentuan karyawan terbaik berbasis web dengan metode Simple Additive Weighting (SAW) yang bertujuan untuk

Yang dimaksud dengan jenis penilaian adalah berbagai tagihan yang harus dikerjakan oleh murid setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu jenis penilaian

Untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam proses pendidikan, ada beberapa langkah pengembangan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: (1) merancang dan

Moestikaningsih, SpPA (K), sebagai Ketua Program Studi Ilmu Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan selaku pembimbing, yang telah memberikan

Teori hukum murni (The Theory of Law) diperkenalkan oleh seorang filsuf dan ahli hukum terkemuka di Austria yaitu Hans Kelsen (1881-1973). Pandangan Kelsen tentang tata hukum

Sedangkan dari hasil uji hipotesis 2 menunjukkan kecemasan sosial subjek penelitian pada kelompok eksperimen (KE) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (KK) sehingga

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2010 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik Pada Sekolah