• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMBANGKITAN TORSI PADA CAKRAM BAJA MENGGUNAKAN GAYA-MEDAN MAGNET NEODYMIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PEMBANGKITAN TORSI PADA CAKRAM BAJA MENGGUNAKAN GAYA-MEDAN MAGNET NEODYMIUM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

169

STUDI PEMBANGKITAN TORSI PADA CAKRAM BAJA

MENGGUNAKAN GAYA-MEDAN MAGNET NEODYMIUM

Sigit Iswahyudi 1, Wandi Arnandi 2

1,2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tidar Email: sigit.iswahyudi@untidar.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan studi untuk mempelajari kemungkinan pembangkitan torsi pada cakram baja menggunakan gaya-medan dari magnet neodymium. Studi dimulai dari analisis model cakram ferromagnetik dikelilingi magnet. Dalam simulasi, cakram berdiameter 400 mm dibuat dari baja S416. Magnet neodymium berbentuk kubus memiliki sisi 10 mm digunakan dalam simulasi. Sumbu kutub magnet membentuk sudut 42 derajat terhadap jari-jari cakram. Jarak antara pusat cakram ke titik perpotongan antara sumbu magnet dengan permukaan kutub magnet 210,6 mm. Enam konfigurasi magnet, terdiri dari 1, 2, 4, 8, 16 dan 32 susunan, dianalisis pengaruhnya terhadap besarnya torsi yang dialami cakram. Hasil analisis menggunakan software MagNet menunjukkan bahwa konfigurasi 16 susunan magnet memberikan torsi paling tinggi.

(2)

ABSTRACT

This works is a preliminary study that evaluates probability of torque generation in steel disc by field force of neodymium magnet. The study was started by analyzing ferromagnetic disc that is surrounded by magnets. In simulation, the disc had a diameter of 400 m and was made of S416. The magnets used in the simulation had cubed form and length of 10 mm. The magnets were placed around the disc in such a way that the center of their poles made an angle of 42 degrees from the disc radii. The nearest distance between center magnet poles to the center of the disc was 210.6 mm. There were six configurations of magnets to be evaluated, i.e. configurations of 1, 2, 4, 8, 16 and 32 magnets. Effects of magnet configurations on torque generation in the disc were evaluated by using MagNet software. Simulation results show that the highest torque was achieved by 16 magnet configuration.

(3)

171

A. P

ENDAHULUAN

Pada era global ini, kebutuhan masyarakat akan energi semakin me-ningkat. Masyarakat membutuhkan energi yang semakin tinggi untuk mendapatkan akses tempat, barang dan jasa serta informasi. Peningkat-an volume produksi energi dilaku-kan dengan berbagai upaya. Pening-katan produksi minyak dan gas bumi dan pengembangan sumber energi lain seperti energi nuklir, air, mata-hari, biogas, panas bumi dan magnet menjadi kecenderungan saat ini.

Magnet merupakan salah satu sumber energi yang diharapkan da-pat dikembangkan menjadi sumber energi terbarukan yang ramah ling-kungan. Motor magnet yang me-manfaatkan energi dari dalam mag-net telah dikembangkan dan desain-desain-nya telah banyak yang dipa-tenkan (Czerniak, 1976), (Ho, 1997), (Mike, 2006), (Yildiz, 2009). Namun, sumber ini diragukan kebenarannya sehingga paten-paten tersebut diba-talkan. Namun demikian, demo ten-tang sumber energi ini telah dilaku-kan secara ilmiah.

Gaya tarik-menarik yang timbul antara bahan feromagnetik dengan magnet permanen disebabkan oleh adanya gaya medan dari magnet. In-teraksi antara magnet dengan bahan feromagnetik yang nampak berupa gaya tarik-menarik. Medan magnetik dari magnet permanen mempenga-ruhi dipol momen atau momen mag-netik bahan feromagmag-netik di dekat-nya sehingga dipol tersebut menyeja-jarkan diri dengan medan magnetik dari magnet permanen.

Interaksi ini kemungkinan dapat digunakan untuk membangkitkan torsi. Torsi dapat dibangkitkan de-ngan cara membuat eksentrisitas

hubungan antara gaya tarik-menarik antara magnet dan bahan feromagne-tik terhadap pusat masa bahan mag-net atau feromagmag-netik. Pembang-kitan torsi antara magnet dengan bahan feromagnetik ini perlu diteliti karena torsi memiliki pengaruh un-tuk menimbulkan gerakan putar pada suatu sistem yang dapat digu-nakan sebagai penggerak mula jika besarnya mencukupi.

B. METODE PENELITIAN

Studi ini dimulai dari analisis model cakram dikelilingi magnet. Sumbu kutub magnet ditempatkan sedemikian rupa sehingga memben-tuk sudut 42 derajat terhadap jari-jari cakram. Jarak antara pusat cakram ke titik perpotongan antara sumbu net dengan permukaan kutub mag-net ialah 210,6 mm (Gambar 1). Enam konfigurasi magnet, terdiri da-ri 1, 2, 4, 8, 16 dan 32 susunan, dianalisis pengaruhnya terhadap be-sarnya torsi yang dialami cakram (Gambar 2). Analisis konfigurasi dilakukan menggunakan software MagNet 7.4.1.8 versi trial. Software ini menyelesaikan Persamaan Maxwell. Persamaan ini terdiri dari hukum Gauss (1), hukum magnetis-me Gauss (2), hukum Faraday (3) dan hukum Ampere (4). Dimana 𝐃 ialah densitas fluks listrik, 𝜌𝑉 ialah

densi-tas muatan listrik, 𝐁 ialah densidensi-tas fluks magnetik, 𝐄 ialah medan listrik, 𝐇 ialah medan magnetik, dan 𝐉 ialah densitas arus listrik. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan ele-men hingga ialah Newton-Rapshon.

𝛁 ∙ 𝐃 = 𝜌

𝑉

(1)

(4)

𝛁×𝐄 = −

𝜕𝐁𝜕𝑡

(3)

𝛁×𝐇 =

𝜕𝐃𝜕𝑡

+ 𝐉

(4)

Besaran yang diekstrak dari hasil analisis perhitungan ialah torsi ( 𝑇 ) yang dialami oleh cakram terhadap pusat cakram. Kecepatan putar cak-ram ( 𝜔 ) selanjutnya dihitung meng-gunakan (5), dimana 𝐼 ialah momen inersia massa cakram dan 𝑅 ialah jari-jari cakram.

𝑇 = 𝐼𝜔

2

𝑅

(5)

Gambar 1. Formasi dasar cakram-magnet.

(1) Cakram, (2) Magnet

(1) (2)

(3) (4)

(5) (6)

Gambar 2. Variasi konfigurasi magnet

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis masing-masing kon-figurasi disajikan secara grafis dalam Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan distribusi densitas fluks magnetik dalam sistem magnet-cakram-udara untuk berbagai konfigurasi. Analisis model menggunakan software Mag-Net menghasilkan besar torsi. Kece-patan gerak putar cakram terhadap pusatnya kemudian dihitung berda-sarkan besar torsi ini menggunakan persamaan 5.

Grafik hubungan antara jumlah magnet disekeliling cakram dengan torsi yang dihasikan disajikan dalam

(5)

173

Gambar 4. Torsi terbesar dihasilkan oleh sistem dengan konfigurasi 16 susunan magnet. Torsi terbesar yang dihasilkan ialah 1,95 N.m. (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Gambar 3. Hasil analisis medan magnetik sistem cakram-magnet. (1) Konfigurasi 1 magnet, (2) Konfigurasi 2

magnet, (3) konfigurasi 4 magnet, (4) konfigurasi 8 magnet, (5) Konfigurasi 16

magnet, (6) Konfigurasi 32 magnet

Grafik hubungan antara kecepat-an gerak putar cakram dengkecepat-an jumlah magnet disajikan dalam Gambar 5. Dalam simulasi, cakram dapat berpu-tar hingga kecepatan 421,9 rpm.

Gambar 4. Torsi pada cakram

-3 -2 -1 0 0 10 20 30 40

Tor

si

(N.m)

(6)

Gambar 5. Hasil perhitungan kecepatan putaran cakram

Hasil simulasi menunjukkan bah-wa sistem cakram-magnet di dalam udara dapat menghasilkan torsi bersih yang dialami oleh cakram. Torsi ini akan menggerakkan cakram berputar tehadap titik pusatnya. Besar torsi yang dialami oleh cakram tidak ber-banding lurus dengan jumlah magnet di sekelilingnya. Dari enam konfigu-rasi yang disimulasikan, diperoleh dua puncak torsi. Puncak pertama dialami pada jumlah magnet 2 dan puncak ke-dua dialami pada jumlah magnet 16. Kondisi ini dapat dijelaskan melalui Gambar 3. Semakin merapatnya garis densitas fluks magnetik ke daerah de-kat magnet dan keliling cakram maka semakin rendah torsi yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 (3) dan (6). Semakin jauh garis densitas fluks magnetik dari magnet dan keli-ling cakram, semakin besar torsi yang dialami oleh cakram. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 (2) dan (5).

D. KESIMPULAN

Berdasarkan evaluasi sistem cak-ram-magnet menggunakan software MagNet, sistem ini dapat menghasil-kan torsi yang dapat menggerakmenghasil-kan cakram. Besar torsi yang dihasilkan tidak berhubungan secara linier de-ngan jumlah magnet yang dipasang. Besar torsi dipengaruhi oleh distribusi garis densitas fluks magnetik. Semakin merapat garis distribusi densitas fluks magnetik ke keliling cakram semakin

kecil torsi yang dihasilkan. Semakin menjauh distribusi garis densitas fluks magnetik dari keliling cakram, sema-kin besar torsi yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil simulasi ini, su-atu prototipe dapat dibuat untuk mela-kukan validasi hasil simulasi. Prototipe yang dibuat diusahakan mendekati kondisi simulasi sehingga hasilnya da-pat mendekati hasil simulasi.

E. DAFTAR PUSTAKA

Czerniak, L. C. (1976). Patent No. 467,006 . United State.

Ho, W. S. (1997). Patent No. 97119789.X. China.

Mike, B. (2006). Patent No. WO 2006/045333 A1.

Yildiz, M. (2009). Patent No. WO 2009019001 A3. 0 100 200 300 400 500 0 10 20 30 40

K

ec

epa

ta

n

puta

ra

n

ca

kra

m

(r

pm)

Gambar

Grafik  hubungan  antara  jumlah  magnet  disekeliling  cakram  dengan  torsi  yang  dihasikan  disajikan  dalam
Gambar 3. Hasil analisis medan  magnetik sistem cakram-magnet. (1)  Konfigurasi 1 magnet, (2) Konfigurasi 2
Gambar 5.  Hasil perhitungan kecepatan  putaran cakram

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) Pada Anak Usia 0-24 Bulan Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwodadi Kecamatan Purwodadi

Setelah mengikuti mata kuliah konsep kebidanan ini Mahasiswa mampu Menganalisis pengertian, filosofi dan defenisi bidan, Menganalisis perkembangan profesi, pelayanan

Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu maupun sebagai kelompok, baik

Pelaksanaan PTK ini mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan oleh IGAK Wardhani yang tahapannya meliputi : perencanaan ( planning ), pelaksanaan ( acting ), observasi

Ilona seorang peri yang lugu, memiliki mahkota bunga yang sangat cantik yang terpasang indah dikepalanya, Suatu hari Ilona berjanji untuk bertemu dengan

Menurut Rondinelli dan Unwin dalam Arsyad (1999) bahwa teori pusat pertumbuhan didasarkan pada keniscayaan bahwa pemerintah di negara berkembang dapat mempengaruhi pertumbuhan

Penelitian yang dilakukan ini menghasilkan kesimpulan bahwa Aplikasi pembayaran non tunai untuk pengelolaan bisnis pencucian mobil dengan memanfaatkan teknologi QR Code

Data yang dipakai oleh penulis dalam perhitungan kinerja metrik level 1 model SCOR ini adalah data order tipe 1, 2, dan 3 untuk DKI Jakarta dan order tipe 1 dan 3 untuk delapan