• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki potensi sumber daya yang sangat besar baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, untuk sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah mulai dari barang tambang, pertanian, perikanan dan lainnya. Sedangkan untuk sumber daya manusia Indonesia menempati posisi keempat sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Dengan melihat besarnya sumber daya yang dimiliki Indonesia hal tersebut dapat menjadi potensi bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi serta jika dimanfaatkan dengan baik maka bukan tidak mungkin suatu saat Indonesia akan menjadi negara maju yang dapat menguasai dunia.

Kondisi ekonomi Indonesia pada saat ini memang sudah lebih baik jika dibandingkan dengan saat dilanda krisis Asia pada tahun 1998, pada saat itu tingkat inflasi mencapai 77,54 persen sehingga nilai mata uang Rupiah terhadap US dollar terdepresiasi sangat tajam mencapai Rp 14.900, selain itu juga terjadi masalah sosial seperti meningkatnya angka pengangguran akibat banyak pemutusan hubungan kerja dan masalah kemiskinan. Masalah sosial ekonomi yang terjadi melahirkan gejolak politik yang puncaknya ditandai dengan berakhirnya pemerintahan orde baru yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun di Indonesia. Setelah runtuhnya pemerintahan orde baru pada tahun 1998, mencuat sejumlah permasalahan terkait

(2)

dengan sistem ketatanegaraan dan tuntutan daerah-daerah yang selama ini telah memberikan kontribusi yang besar dengan kekayaan alam yang dimilikinya. Wacana otonomi daerah kemudian bergulir sebagai konsepsi alternatif untuk menjawab permasalahan sosial dan ketatanegaraan Indonesia yang dianggap telah usang dan perlu diganti.

Otonomi daerah timbul sebagai tuntutan atas buruknya pelaksanaan birokrasi pemerintahan yang dilaksanakan secara sentralistik. Terdapat kesenjangan dan ketimpangan yang cukup besar antara pembangunan yang terjadi di daerah dengan pembangunan yang dilaksanakan di kota-kota besar, khususnya Ibukota Jakarta.

Ketidakpuasan daerah terhadap pemerintahan yang sentralistik juga didorong karena eksploitasi sumber daya alam yang terjadi di daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam. Eksploitasi kekayaan alam di daerah kemudian tidak berbanding lurus dengan optimalisasi pelaksanaan pembangunan di daerah tersebut. Otonomi daerah di Indonesia dilaksanakan setelah gerakan reformasi 1998. Tepatnya pada tahun 1999 UU otonomi daerah mulai diberlakukan. Pada tahap awal pelaksanaannya, otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Setelah diberlakukannya UU ini, terjadi perubahan yang besar terhadap struktur dan tata pelaksanaan pemerintahan di daerah-daerah di Indonesia.

Secara teoretis desentralisasi di pemerintahan kabupaten-kota memiliki beberapa tujuan penting, diantaranya alokasi sumber daya yang efisien, menjalin koordinasi dengan daerah lain, menciptakan dan memperbaiki daya saing lokal, dan

(3)

meningkatkan legitimasi pemerintah daerah dimata rakyat (Brodjonegoro, 2005). Namun dengan diberlakukannya UU otonomi daerah apakah berdampak positif pada perkembangan pembangunan ekonomi di daerah-daerah tersebut. Seharusnya dengan adanya otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya sendiri sehingga dapat melakukan pembangunan di daerah tersebut dengan baik. Salah satu indikator pembangunan yang dapat kita lihat dalam keberhasilan suatu daerah menerapkan otonomi daerah yaitu pengangguran. Dengan melihat indikator pengangguran kita dapat menilai sejauh mana pemerintah daerah telah menerapkan otonomi daerah.

Tabel 1.1

Persentase Tingkat Pengangguran, Inflasi, Pertumbuhan

Ekonomi dan Pertumbuhan Angkatan Kerja Indonesia Tahun 2004-2010

Tahun Tingkat Inflasi Tingkat Pengangguran Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Angkatan Kerja 2004 6,4 9,86 5,03 3,64 2005 17,11 10,26 5,69 1,75 2006 6,6 10,28 5,5 0,55 2007 6,59 9,11 6,35 3,33 2008 11,06 8,39 6,01 1,82 2009 2,78 7,87 4,63 1,68 2010 6,96 7,14 6,22 2,37 2011 3,79 6,56 6,49 0,72 2012 4,3 6,14 6,23 0,58 2013 8,38 5,92 5,78 2,66

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Dari data nasional pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa setelah masa krisis ekonomi 1998 perekonomian Indonesia belum begitu stabil ini dapat dilihat dari

(4)

tingkat inflasi yang berfluktuatif cukup tajam dan tingkat pengangguran yang masih tinggi pada tahap awal pasca krisis, namun angkanya terus menunjukkan penurunan hingga mencapai 5,92 persen. Selain itu pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dibilang cukup tinggi dengan rata-rata 5 persen per tahun, untuk pertumbuhan tenaga kerja memang terjadi peningkatan namun tidak terlalu tajam, tetapi dengan meningkatnya angkatan kerja harus diimbangi dengan peningkatan lapangan kerja. Hal itu lah yang harus menjadi perhatian pemerintah.

Gambar 1.1

Rata-rata Tingkat Pengangguran dan Inflasi di Setiap Provinsi dari Tahun 2008-2013 (dalam persen)

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 N AD Bab e l Be n gku lu Jamb i Ke p ri La m p u n g Riau Su m b ar Su m se l Su m u t B an te n DIY DK I Jab ar Jat e n g Jat im Kalb ar Ka ls el Kalte n g Kaltim G o ro n ta lo Su lb ar Su ls el Su lte n g Su lte n ggar Sulu t Bali N u ste n gb ar N u ste n gt im Ma lu ku Ma lu ku t Pa p u a Pa p u ab ar Pengangguran Inflasi

(5)

Dapat kita lihat dari Gambar 1.1 provinsi dengan rata-rata tingkat pengangguran tertinggi yaitu Provinsi Banten sebesar 12,82 persen, sedangkan provinsi dengan tingkat pengangguran terendah yaitu Provinsi Bali sebesar 1,79 persen. Jika dilihat dari tingkat inflasi provinsi yang memiliki rata-rata tingkat inflasi tertinggi yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 8,17 persen, sedangkan provinsi dengan tingkat inflasi terendah yaitu Provinsi Nanggro Aceh Darussalam.

Provinsi yang memiliki tingkat pengangguran dan inflasi tertinggi yaitu Provinsi Banten dan Provinsi Nusa Tenggara Barat, hal tersebut menjadi perhatian bagi pemerintah daerah setempat agar meningkatkan kinerja dalam upaya menstabilkan harga-harga kebutuhan sehari-hari dan mengurangi pengangguran.

Gambar 1.2

Jumlah Angkatan Kerja di Indonesia Tahun 2004-2010 (Jiwa)

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Angkatan kerja yang semakin meningkat seharusnya menjadi potensi bagi sektor tenaga kerja, dapat kita lihat dari Gambar 1.2 di atas jumlah angkatan kerja

95 000 000 100 000 000 105 000 000 110 000 000 115 000 000 120 000 000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(6)

dari tahun ke tahun terus meningkat, namun peningkatan jumlah angkatan kerja yang terjadi justru menimbulkan masalah karena sebagian besar tenaga kerja di Indonesia merupakan tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan (unskill labor).

Beberapa sektor yang banyak menyerap tenaga kerja diantaranya yaitu sektor pertanian dan industri. Kedua sektor tersebut memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, terutama pada sektor pertanian karena sektor tersebut menjadi sektor fundamental yang menyangkut ketahan pangan untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota memberikan perhatian lebih terhadap kedua sektor tersebut.

Gambar 1.3

Rata-rata Nilai PDRB Konstan Sektor Pertanian di Setiap Provinsi dari Tahun 2008-2013 (Miliar Rupiah)

0,00 10000,00 20000,00 30000,00 40000,00 50000,00 60000,00 N AD Bab e l Be n gku lu Jamb i Ke p ri Lam p u n g Riau Su m b ar Su m se l Su m u t Ban ten DIY DK I Jab ar Jat e n g Ja ti m Kalb ar Kals el Ka lt e n g Kaltim G o ro n ta lo Su lb ar Su ls el Su lte n g Su lte n ggar Sulu t Bali N u st e n gb ar N u ste n gt im Ma lu ku Ma lu ku t Pa p u a Pa p u ab ar

(7)

Dapat kita perhatikan dari Gambar 1.3 provinsi yang memiliki nilai PDRB sektor pertanian yang tertinggi yaitu Provinsi Jawa Timur, sedangkan yang terendah yaitu Provinsi DKI Jakarta. Dari seluruh provinsi produksi sektor pertanian masih didominasi oleh Pulau Jawa, hal tersebut dapat dilihat posisi dari tiga besar yang ditempati oleh Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kondisi tersebut menunjukkan kurang meratanya produksi sektor pertanian di Indonesia, sehingga biaya distribusi sangat berpengaruh pada harga barang-barang pangan khususnya bagi provinsi yang produktivitas sektor pertaniannya rendah dan letaknya jauh dari Pulau Jawa. Oleh karena itu pemerintah daerah dari masing-masing provinsi harus berusaha meningkatkan produktivitas sektor pertaniannya agar dapat menekan biaya distribusi.

Gambar 1.4

Rata-rata Nilai PDRB Konstan Sektor Industri Setiap Provinsi Dari Tahun 2008-2013 (Miliar Rupiah)

0,00 20000,00 40000,00 60000,00 80000,00 100000,00 120000,00 140000,00 160000,00 N AD Bab e l Be n gku lu Jamb i Ke p ri La m p u n g Riau Su m b ar Su m se l Sum u t Ban ten DIY DK I Jab ar Jat e n g Jat im Kalb ar Kals el Kalte n g Kaltim G o ro n ta lo Su lb ar Su ls el Su lte n g Su lte n ggar Sulu t Bali N u ste n gb ar N u ste n gt im Ma lu ku Ma lu ku t P ap u a Pap u ab ar

(8)

Seperti halnya sektor pertanian, sektor indusri juga masih didominasi oleh provinsi yang berada di Pulau Jawa. Tiga posisi teratas ditempati oleh Provinsi Jawa Barat dengan nilai PDRB sektor industri mencapai 142,28 triliun rupiah, Provinsi Jawa Timur sebesar 90,54 triliun rupiah dan Provinsi DKI Jakarta sebesar 61,36 triliun rupiah. Sedangkan provinsi dengan nilai PDRB sektor industri yang terendah yaitu Provinsi Maluku yang hanya sebesar 215 miliar rupiah. Gambar di atas lagi-lagi menunjukkan kurang meratanya pembangunan yang terjadi di Indonesia.

Tabel 1.2

Beberapa Perusahaan Menurut Subsektor dan Jumlahnya Tahun 2004-2010

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Gambar 1.5

Perkembangan Jumlah Perusahaan menurut Subsektor 2004-2010(Unit)

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

0 10 000 20 000 30 000 40 000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Subsektor 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Makanan dan minuman 4 639 4 722 6 615 6 341 6 063 5 871 5 579

Tembakau 810 858 1 286 1 208 1 131 1 051 978

Tekstil 1 892 1 934 2 809 2 820 2 355 2 601 2 585

Pakaian jadi 1 908 1 922 3 256 2 917 2 655 2 140 1 968

Kayu, barang dari kayu, dan anyaman 1 411 1 325 1 782 1 648 1 435 1 252 1 237

Batu bara, minyak dan gas bumi 48 52 73 96 84 73 75

Furniture dan industri pengolahan lainnya 1 856 1 865 3 135 2 914 2 569 2 409 2 191

(9)

Dari Gambar 1.2 dan Gambar 1.5 di atas kita dapat melihat bahwa pertumbuhan jumlah angkatan kerja lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja. Proses untuk mengukur maju atau mundur dari suatu perekonomian

dan pembangunan suatu negara, dapat dilihat atau diukur dari jumlah pengangguran yang ada di negara tersebut, karena pengangguran menunjukkan salah satu parameter sejahtera atau tidaknya penduduk suatu negara. Oleh karena itu penulis disini ingin meneliti pengangguran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.2 Perumusan Masalah

Pengangguran memang menjadi fenomena sosial yang dihadapi di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia. Pengangguran diakibatkan karena adanya keterbatasan kesempatan kerja sedangkan jumlah angkatan kerja semakin meningkat. Jika kita lihat dari Tabel 1.1 tingkat pengangguran secara nasional dari tahun 2008-2013 menunjukkan penurunan. Namun jika kita lihat data per provinsi pada Gambar 1.1 maka akan terlihat masih ada beberapa provinsi yang memiliki tingkat pengangguran yang tinggi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengangguran yaitu inflasi sebagaimana dijelaskan dalam teori Kurva Phillips yang menunjukkan hubungan negatif antara pengangguran dan inflasi. Selain itu dengan melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pengangguran seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan sektor pertanian dan industri maka kita dapat merumuskan kebijakan untuk menekan tingkat pengangguran tersebut.

(10)

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana koefisien variasi antara inflasi dan pengangguran di seluruh provinsi Indonesia ?

2. Bagaimana persebaran tingkat pengangguran dan inflasi di setiap provinsi Indonesia ?

3. Apakah terdapat hubungan kenaikan pertumbuhan penduduk, sektor pertanian dan sektor industri dengan tingkat pengangguran?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui koefisien variasi antara inflasi dan tingkat pengangguran di seluruh provinsi dari tahun 2008-2013.

2. Untuk mengetahui persebaran tingkat pengangguran dan inflasi di setiap provinsi Indonesia.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kenaikan jumlah penduduk, sektor pertanian dan sektor industri dengan tingkat pengangguran.

1.5 Hipotesis Penelitian

1. Bahwa nilai koefisien variasi inflasi dan tingkat pengangguran di seluruh provinsi rendah.

2. Bahwa persebaran tingkat pengangguran dan inflasi setiap provinsi merata. 3. Bahwa variabel pertumbuhan penduduk berhubungan signifikan dan positif

(11)

pendudukan maka akan meningkatkan tingkat pengangguran. Sedangkan untuk variabel pertumbuhan sektor pertanian dan sektor industri berhubungan signifikan dan negatif terhadap tingkat pengangguran, meningkatnya sektor pertanian dan sektor industri maka akan menurunkan tingkat pengangguran.

1.6 Batasan Penelitian

Untuk menghindari terjadinya pembahasan yang terlalu luas, maka perlu diberikan batasan terhadap permasalahan. Batasan terhadap permasalahan pada penelitian ini diantaranya:

1. Penelitian ini menggunakan data observasi 33 provinsi di Indonesia dengan periode 2008-2013.

2. Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel

3. Peneliti tidak melakukan Uji Mackinnon, White dan Davidson (MWD), dikarenakan terdapat data pertumbuhan yang negatif.

1.7 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah daerah khususnya pada tingkat provinsi dalam upaya mengatasi masalah pengangguran.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah.

(12)

1.8 Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan yang akan dipaparkan adalah penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan bagian ini dijelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, lalu tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II berisi tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini dan menguraikan beberapa penelitian-penelitian terdahulu mengenai Kurva Phillips. Bab III menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan mulai dari sumber data, alat analisis dan program pengolahan data yang digunakan dan tenang analisis dan pembahasan hasil pengujian data yang telah dikumpulan dan di olah serta interpretasinya. Bab IV atau bab yang terakhir berisi kesimpulan dan implikasi kebijakan dari hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Adler dan Reid menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki hubungan dengan kepuasan kerja, namun penelitian tersebut gagal menjelaskan hubungan moderasi

Dengan adanya jaminan dari Pemberi Waralaba, maka Pemberi Waralaba berkewajiban untuk menanggung tuntutan- tuntutan tentang penggunaan nama dan merek dagang dari pihak ketiga. Di

Alat ini terdiri dari 2 lensa (serta kombinasinya) yang dapat dipergunakan untuk melihat pasangan stereo (dua lembar foto udara yang dibuat berurutan dalam satu

Dengan adanya strain virus, jenis ayam, umur ayam dan status vaksin, maka akan terdapat gambaran lesi histopatologi organ limpa dan otak ayam yang teinfeksi penyakit Tetelo

Pembagian Perjanjian Baru atas Ayat-ayat dijumpai pertama kalinya pada Perjanjian Baru dalam bahasa Latin yang dicetak oleh pencetak di Paris, Robert Stephens, yang pada tahun 1555

Pertanian padi organik masih sangat terbatas karena berbagai kendala, diantaranya; kurangnya pemahaman filosofi organik dikalangan petani, supply tidak konsisten

Dalam penelitian sebelumnya hanya menggunakan 4 variabel yang terdiri dari variabel independen yaitu Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Kinerja

Provinsi Lampung yang merupakan daerah dengan populasi ternak kambing terbesar di luar pulau Jawa belum dapat mengimbangi usaha susu kambing yang ada di Jawa Timur, Jawa Barat,