• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga teori Skinner ini disebut “S-O-R” (StimulusOrganisme-Respons). Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

(2)

a. Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)

Perilaku tertutup terjadi bila respons stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus bersangkutan.

b. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observeable behaviour”.

2.1.2. Bentuk Perilaku

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut :

a. Pengetahuan (knowledge) b. Sikap (attitude)

c. Tindakan (practice) a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar

(3)

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt

behavior) (Notoatmodjo, 1993). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesutau yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

(4)

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

b. Sikap

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berprestasi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah

(5)

melibatkan faktor pendapat, dan emosi yang bersangkutan senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik, dan sebagainya.

Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (1993) salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Mengahargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

(6)

Berkowitz dalam Azwar (2000) pernah mendaftarkan lebih dari 30 definisi tentang sikap. Namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok pemikiran, yaitu:

1. Kelompok pertama yang diwakili oleh Louis Thrston (1928). Rensis Linkert (1932), Charles Osgood (1975) Mengatakan bahwa ” sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung dan tidak memihak (unfavorable) terhadap objek sikap tertentu “.

2. Kelompok kedua diwakili oleh Chave (1928), Bogardus (1931), La Piere (1934), Mead (1934), dan Girdon Allport (1934) mengatakan bahwa “Sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon”.

3. Kelompok ketiga adalah yang mengatakan bahwa “ Sikap merupakan konstalasi komponen–komponen kognitif, afektif, dan konatif termasuk dalamkelompok ini Secord dan Backman (1964) mengatakan bahwa “Sikap adalah sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), Pemikiran (kognisi) dan

predisposisis tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.

Sikap terjadi karena adanya rangsangan sebagai objek sikap yang harus diberi respon baik responnya positif ataupun negatif, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap mempunyai dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap negatif terhadap suatu objek sikap. Sikap

(7)

akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui, mendukung, memihak, (fa-vorable) atau tidak menyetujui, tidak mendukung, atau tidak memihak (Unfavorable) suatu objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap mendukung objek sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut. Sebaliknya jika sese-orang tidak mendukung terhadap objek sikap berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif ter-hadap objek yang bersangkutan.(Fishbein 1978 dalam Simangunsong 2011)

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “ tidak setuju “ terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.

c. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap, menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apayang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut pratik (practice) kesehatan. Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kwalitasnya, yakni :

(8)

Apabila suatu subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

3. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,atau bulan yang lalu (recall). Pengkuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku

Menurut Green bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu : 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), adalah faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.

(9)

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

Teori WHO dalam Notoadmodjo (2003) menjelaskan 4 alasan pokok mengapa seseorang berperilaku, yaitu:

1. Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan faktor penganut sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.

4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu. (Notoadmodjo, 2007).

Teori Shenandu B Kar dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa terdapat 5 determinan perilaku yaitu:

a. Adanya niat (intention) : niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya. Misalnya orang mau membuat jamban/WC keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai “niat” untuk melakukan tindakan tersebut.

(10)

b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support)Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa kurang atau tidak “nyaman”. Demikian pula, untuk berperilaku kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya.

c. Terjangkaunya informasi (accessbility of information) Terjangkaunya informasi adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang.

d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personnal otonomy) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personnal otonomy) dalam mengambil suatu keputusan untuk bertindak.

e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation) Untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat misalnya, jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan.

2.2. Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin ”adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud Istilah

(11)

Latin yaitu adolescentia yang berarti masa muda yang terjadi antara 17-30 tahun (Dariyo, 2004). Yulia dan Singgih D. Gunarsa dalam bukunya Dariyo (2004) akhirnya menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12-22 tahun. Santrock (2003), mengartikan remaja sebagai masaperkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Walaupun remaja mempunyai ciri unik, yang terjadi pada masa remaja akan saling berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman pada masa anak-anak dan dewasa.

Sedangkan menurut WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batas usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap mendefinisikan sebagai berikut:

a. Individu berkembang dari saat pertama ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

2.2.2. Ciri-ciri Umum Masa Remaja

Menurut Widyastuti, dkk (2009), berdasarkan sifat atau masa (rentang waktu), remaja ada tiga tahap, yaitu:

(12)

1. Remaja awal (10-12 tahun)

Pada tahap remaja awal ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan dengan teman sebaya. b. Tampak dan merasa ingin bebas.

c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

Pada tahap remaja tengah ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang. e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. 3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

Pada tahap remaja akhir ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. d. Dapat mewujudkan perasaan cinta.

(13)

2.2.3. Karateristik Masa Remaja

Karateristik perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara lain menilai diri secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan demikian pada fase ini, seorang remaja akan :

a. Menilai rasa identitas pribadi

b. Meningkatkan minat pada lawan jenis

c. Menggabungkan perubahan seks sekunder dalam citra tubuh d. Memulai perumusan tujuan okupasional

e. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga

Hurlock (1990) mengemukakan berbagai ciri dari remaja diantaranya adalah : a. Masa remaja adalah masa peralihan

Yaitu peralihan sari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukanlah seorang dewasa. Di mana remaja diberi waktu untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan mereka.

b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan

Ada 4 perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat pola perilaku dan sikap menjadi ambivalen.

(14)

c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Hal ini karena remaja tidak bisa menyelesaikan masalahnya tanpa meminta bantuan oranglain sehingga terkadang penyelesaian masalah tidak sesuai dengan yang diharapkan.

d. Masa remaja adalah masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran mereka di tengah masyarakat.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung perilaku merusak sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun orang lain.

g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa

Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak. (Depkes, 2010)

2.2.4. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock (1991) adalah berusaha :

(15)

1. Mampu menerima keadaan fisiknya;

2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;

3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis;

4. Mencapai kemandirian emosional; 5. Mencapai kemandirian ekonomi;

6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;

7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua; 8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa;

9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;

10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. (M. Ali, 2004)

2.1. Konsep Kesehatan Reproduksi 2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.

(16)

Hak reproduksi adalah hak setiap individu dan pasangan untuk menentukan kapan mempunyai anak, berapa jumlah anak, dan jarak antara anak yang dikehendaki. Dalam hal inin hak reproduksi terkait erat dengan sistem, fungsi, dan prosesnya. Hak-hak reproduksi mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Hak untuk mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi. 2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.

3. Hak atas kebebasan berpikir dan membuat keputusan tentang kesehatan reproduksi.

4. Hak untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran anak.

5. Hak untuk hidup dan bebas dari resiko kematian karena kehamilan atau masalah gender.

6. Hak mendapat kebebasan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan reproduksi.

7. Hak untuk bebas dari segala bentuk penganiyayaan dan perlakukan buruk yang menyangkut kesehatan reproduksi.

8. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan reproduksinya. 9. Hakuntuk membangun dan merncanakan keluarga.

10. Hak dalam kebebasan berkumpul dan berpatisipasi dalam politik yang bernuansa kesehatan reproduksi.

11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dan kesehatan reproduksi. (Kumalasari, 2012)

(17)

2.4. Menstruasi

2.4.1 Pengertian Menstruasi

Menstruasi berasal dari kata latin “mensis” yang berarti bulan disebut menstruasi karena secara rata-rata menstruasi datang sekali sebulan. (Darvill, 2003)

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim endometrium yang disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akhirnya membentuk siklus menstruasi. Menstruasi juga bisa diartikan keluarnya cairan secara berkala dari vagina selama masa usia produktif. (Aulia, 2009)

Menstruasi bukanlah suatu penyakit. Menstruasi merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda ia sudah mampu hamil. (Manuaba, 1999)

Menstruasi adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita secara alami, tanpa suatu sebab dan pada waktu tertentu.

Mendapat menstruasi pada usia antara 9 sampai 16 tahun adalah hal yang wajar. Usia rata-rata mulai menstruasi antara 11 dan 13 tahun, tetapi setiap gadis mengalaminya pada usia yang berbeda. Menstruasi terjadi sebagai akibat dihasilkannya hormon-hormon dari sebuah kelenjar kecil di dasar otak yang disebut normal pertumbuhan (pituitary gland). (Darvill, 2003)

2.4.2. Fisiologi Menstruasi

Menarche adalah saat haid / menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang

(18)

remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial. Jadi ia belum siap untuk hamil, yang terbaik adalah remaja putri mempersiapkan diri untuk mandiri, mencapai tingkat pendidikan yang diwajibkan yaitu paling sedikit 9 tahun, memasuki pernikahan yang direstui orang tua dan masyarakat, kemudian merencanakan kehamilan pada usia 20-30 tahun. Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetati rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum. (Sarwono, 2005)

Kejadian menstruasi dipengaruhi beberapa faktor yang mempunyai sistem tersendiri yaitu sistem susunan saraf pusat dengan panca inderanya, sistem hormonal

aksi hipitalamo-hipofisis-ovarial, perubahan yang terjadi pada ovarium, perubahan

yang terjadi pada uterus sebagai organ akhir, dan rangsangan estrogen dan

progesteron pada panca indera, langsung pada hipotalamus, dan melalui perubahan

emosi. (Manuaba, 1999)

Selain estrogen dan progesteron, hormon-hormon yang berpengaruh terhadap terjadinya proses menstruasi yaitu hormon perangsang folikel (FSH), berfungsi merangsang folikel primordial yang dalam perjalannya mengeluarkan hormon

estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder wanita, luteinizing hormon (LH)

(19)

Proses menstruasi diawali dengan ovulasi (pelepasan sel telur) yang ditandai dengan peningkatan produksi estrogen, menyebabkan menebalnya dinding dalam

rahim (fase poliferasi). Estrogen tersebut menekan hormon FSH tetapi juga

meranngsang LH, Sehingga LH merangsang folikel Graaf melepas sel telur. Sel telur ditangkap oleh rumbai fallopii dan dibungkus oleh korona radiate. Folikel Graaf yang mengalami ovulasi berubah menjadi korpus rubrum dan segera menjadi korpus

luteum dan mengeluarkan hormon estrogen juga progesteron. Estrogen menyebabkan endometrium atau dinding dalam rahim menebal dan mengalami fase sekresi, dimana

pembuluh darah dominan mengeluarkan cairan. Karena tidak terjadi pembuahan,

korpus luteum mati menyebabkan tidak mampu menahan endometrium, oleh karena estrogen dan progesteron berkurang sampai menghilang (fase vasokontriksi atau

pengerutan pembuluh darah). Akhirnya endometrium kekurangan aliran darah diikuti

vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan atau peluruhan endometrium

berupa darah dalam bentuk menstruasi. (Sarwono, 2005) 2.4.3. Siklus Mestruasi

Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari ditambah atau dikurangi 2-3 hari. (Sarwono, 2005)

Pada dasarnya siklus menstruasi pada setiap wwanita bervariasi, karena kadar hormon estrogen yang diproduksi oleh setiap tubuh wanita berbeda. Menarche diikuti menstruasi yang sering tidak teratur karena folikel Graaf belum melepaskan ovum

(20)

yang disebut ovulasi. Tetapi lama-lama sekitar 4 sampai 6 tahun sejak menarche, pola menstruasi sudah terbentuk dengan siklus menstruasi menjadi teratur. (Jones, 2005)

Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 16 cc, bila lebih 80 cc dianggap patologik.

Fase-fase dalam siklus menstruasi adalah sebagai berikut : 1) Fase menstruasi

Berlangsung sekitar 3 sampai 5 hari. Dalam fase ini lapisan stratum kompakta dan spongiosa endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai pendarahan. Hanya tertinggal lapisan stratum basalis 0,5 mm. Darah menstruasi mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami

disintegrasi dan otolasi, dan sekret dari uterus, serviks dan kelenjar-kelenjar

vulva.

2) Fase regenerasi

Fase ini dimulai pada hari ke empat menstruasi, luka bekas pelepasan endometrium sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh epitel selaput lender endometrium. Sel basalis mulai berkembang, mengalami mitosis dan kelenjar endometrium mulai tumbuh kembali.

(21)

3) Fase proliferasi

Berlangsung sejak hari ke 5 sampai 14, pada fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm.

Pada fase regenerasi sampai proliferasi, endometrium dipengaruhi oleh hormon estrogen dan sejak ovulasi korpus luteum mengeluarkan hormon

estrogen dan progesteron yang mempengaruhi terjadinya fase sekresi.

4) Fase sekresi

Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28. Dalam fase ini tebal endometrium tetap, hanya kelenjar lebih bekelok-kelok dan mengeluarkan secret. Sel endometrium mengandung banyak

glikogen, protein, air dan mineral untuk persiapan menerima implantasi dalam

memberikan nutrisi pada zigot. Umur korpus luteum hanya berlangsung 8 hari dan setelahnya mengalami kematian sehingga tidak lagi mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron kemudian menimbulkan iskemia stratum kompakta dan stratum spongiosa diikuti vaso dilatasi pembuluh darah yang menyebabkan pelepasan lapisan endometrium dalam bentuk perdarahan menstruasi dan siklus menstruasi berulang kembali.

Siklus menstruasi juga dipengaruhi oleh stress, kelelahan fisik, pikiran dan penggunaan onbat untuk sakit jangka panjang (missal : hipertensi, diabetes, asma). Hal-hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi pembuatan zat-zat hormon seksual seperti estrogen dan progesteron, sehingga menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi. Namun biasanya tidak akan berlangsung lama karena tubuh

(22)

bisa segera beradaptasi dengan faktor pemicu tersebut. Jadi jika baru terjadi pertama kali, tidak ada yang perlu dikhawatirkan namun sebaiknya pantau terus di bulan-bulan berikutnya. Bila terjadi sampai 3 bulan-bulan berturut-turut sebaiknya segera konsultasikan ke dokter kandungan agar dapat ditemukan penyebab dan solusinya. 2.4.4. Gejala yang Timbul Pada Saat Menstruasi

1. Ketegangan Pramenstruasi (Premenstrual Tension)

Keteganngan Pramenstruasi adalah keluhan-keluhan yang biasanya dimulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan menghilang setelah menstruasi datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai menstruasi berhenti. Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial yang memegang peranan penting dalam ketegangan pramenstruasi. Yang lebih mudah menderita ketegangan pramenstruasi adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus menstruasi dan terhadap faktor-faktor psikologis. (Manuaba, 2001)

Selama 2 hari sebelum menstruasi dimulai, banyak wanita yang merasa tidak enak badan, mereka mengalami pusing-pusing, perut kembung, letih atau mudah tersinggung. Hal ini terjadi karena hormon estrogen dan progesterone mengalami kekacauan keseimbangan menjelang menstruasi.

2. Dismenore

Dismenore adalah nyeri menstruasi menjelang dan selama menstruasi sampai

membuat wanita tersebut tidak dapat beraktifitas seperti biasa. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, muntah dan marah. (Manuaba, 2001)

(23)

Mungkin juga mereka merasakan tekanan di daerah panggul dan sakit perut. Ini disebabkan kontraksi rahim untuk mengeluarkan endometrium juga dipengaruhi oleh hormon prostaglandin. Bila sakitnya masih bias ditahan, bias disebut normal. Tapi bila diikuti pingsan atau sakit yang luar biasa hingga sampai mengganggu aktivitas, itu sudah harus segera diperiksakan ke dokter. Pada umumnya gejala-gejala tersebut di atas hilang ketika menstruasi dimulai. (Manuaba, 2001)

Selama menstruasi mungkin timbul rasa nyeri pada pinggang dan panggul, akibat peregangan otot rahim. Tapi biasanya rasa nyeri itu tidak terlalu hebat dan cepat menghilang. Namun nyeri menstruasi dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Darah berbentuk gumpalan yang keluar pada saat menstruasi bukanlah hal yang berbahaya. Hal tersebut disebabkan karena darah tidak langsung keluar dari vagina tetapi tertampung dahulu sementara di vagina sehingga berkumpul dan akhirnya menggumpal. Sebenarnya salama perdarahan menstruasi tidak terlalu banyak atau mengganggu dirinya, setiap gadis yang menstruasi boleh tetap melakukan kegiatan yang diingini.

Bila seoranganak gadis mengalami menarche sebelum usia 8 tahun (menstruasi precox) atau belum juga mendapat menstruasi sedangkan usianya sudah 16 tahun. Sebaiknya segera konsultasi ke dokter ahli kebidanan untuk mencari sebab-sebab tidak datangnya menstruasi tersebut. Demikian juga terjadi gangguan menstruasi seperti kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan, kalainan siklus, perdarahan di luar menstruasi yang dapat disebabkan oleh kelainan

(24)

organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional, gangguan lain yang ada hubungan dengan menstruasi.

Untuk pengobatan gangguan menstruasi tergantung penyebabnya. Beberapa cara pengobatan yang mungkin diterapkan adalah : mengobati penyakit/kelainan yang nada misalnya : diabetes, infeksi, asma, terapi hormonal, tindakan operasi, terapi psikis berkaitan dengan masalah gangguan menstruasi dan ketidakmampuan reproduksi.

2.4.5. Kebersihan Diri Saat Menstruasi

Secara umum menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan diri, terutama menjaga kebersihan organ reproduksi. Udara panas cenderung lembab dan berkeringat membuat tubuh menjadi lembab, terutama daerah alat reproduksi yang menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan mudah menimbulkan penyakit.

Menurut Siswono (2001), cara dalam menjaga kebersihan diri disaat menstruasi adalah sebagai berikut :

1. Harus selalu bersih. 2. Rutin mandi dan keramas.

3. Membasuh vagina dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) secara hati-hati menggunakan air bersih yang lembut (mild). Jika alergi dengan sabun, cukup gunakan air hangat.

4. Membersihkan bekas keringat dengan tisu atau handuk agar tidak lembab. 5. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut.

(25)

6. Menggunakan pembalut yang bersih dan berbahan yang lembut, menyerap dengan baik serta tidak membuat alergi dan merekat dengan baik pada celana dalam.

7. Mengganti pembalut sesering mungkin sekitar 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang baik pada pembalut serta menghindari bakteri masuk ke vagina.

8. Memilih celana dalam dari bahan alami (katun) dan tidak ketat, sehingga dapat menyerap keringat.

9. Mengganti celana dalam 2 kali sehari untuk menjaga kelembapan yang berlebihan.

10. Tidak membersihkan bagian liang senggama dengan bahan kimia atau sabun. 11. Bila ada kelainan misalnya terlalu banyak darah keluar dan tidak teratur,

periksakanlah ke dokter.

2.4.6. Hal yang Mempengaruhi Kebersihan Diri Saat Menstruasi

Tampon dan pembalut wanita sangat mempengaruhi kebersihan saat menstruasi. Hampir semua gadis lebih suka memakai pembalut saat menstruasi karena mudah penggunaannya, sehingga tidak perlu memasukkannya ke dalam vagina. Selain itu juga pembalut sangat efektif. Pembalut umumnya diproduksi dengan alat penyerap untuk menjaga agar tidak menyebabkan infeksi pada vagina, maka hendaknya mengganti pembalut 4 atau 5 kali dalam sehari.

Untuk jenis tampon, hanya sedikit wanita yang dapat menyangkal bahwa mereka lebih lupa ketika memakai tampon dibandingkan dengan jika memakai

(26)

pembalut. Bila tampon dibiarkan terlalu lama dalam vagina, gulungan serat-seratnya dapat menjadi tempat persemaian infeksi vagina. Tampon sebisa mungkin harus diganti setiap 4 jam sekali karena tampon lebih cenderung memberikan efek kering yang tidak alamiah pada vagina, sehingga membuat vagina peka terhadap infeksi. 2.4.7. Cara Untuk Menghindari Alergi Kulit Organ Intim Saat Menstruasi

1. Ganti jenis atau merek pembalut jika terjadi alergi atau iritasi kulit, mungkin saja iritasi tersebut karena pembalut yang digunakan.

2. Saat mandi, daerah radang atau iritasi jangan dibilas dengan air ledeng, pakailah air aquadest.

3. Hindari pemakaian sabun untuk sementara waktu hingga radang atau iritasi mereda.

4. Pilihlah sabun lunak yang ber-PH rendah.

5. Gunakan sabun cuci, pakailah yang lembut untuk mencuci celana dalam dan oleskan krim anti alergi dengan lembut dan hati-hati.

6. Jangan menggaruk daerah iritasi jika terasa gatal. Sebagai ganti garukan, kompres dengan menggunakan handuk yang dicelup air es pada bagian yang gatal.

7. Hindari penyebab alergi dan iritasi.

2.4.8. Hal-Hal yang Dilarang Pada Saat Menstruasi 1. Berhubungan Seksual

Hubungan seksual yang dilakukan ketika perempuan sedang menstruasi secara tegas dilarang dalam ajaran agama. Namun terlepas dari itu, secara

(27)

medis pun berhubungan intim di kala perempuan sedang haid tidak disarankan. Beberapa alasan medis yang menyertainya antara lain :

a. Tidak steril

Pada saat menstruasi jaringan luar rahim mengalami pelepasan. Peristiwa ini diikuti dengan membukanya pembuluh darah di daerah tersebut. Kondisi ini menyebabkan organ reproduksi perempuan menjadi tidak steril, sehingga tidak aman bila berhubungan seksual.

b. Menyebabkan infeksi

Bersama dengan perdarahan yang terjadi dimungkinkan munculnya kuman. Kuman-kuman ini bias jadi akan menyebabkan infeksi kalau si perempuan melakukan hubungan seksual.

c. Bahaya sudden death

Hal terburuk yang mungkin terjadi adalah sudden death atau kematian mendadak. Pada saat menstruasi banyak pembuluh darah yang membuka. Hubungan intim bisa berakibat terbawanya udara dari luar masuk melalui pembuluh darah yang terbuka sampai ke jantung. Ini berbahaya dan bisa menyebabkan kematian.

d. Perasaan tidak nyaman

Tak bisa dipungkiri hubungan seksual terkait erat dengan suasana hati. Saat menstruasi banyak perempuan yang merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini akan terbawa dan mengganggu suasana hatinya. Bila

(28)

dipaksakan untuk berhubungan seksual, alih-alih merasakan kepuasan, yang didapat justru perasaan tidak nyaman itu tadi.

2. Olahraga berat

Banyaknya pembuluh darah arteri yang terbuka pada saat haid dapat menyebabkan perlukaan. Seorang perempuan yang sedang menstruasi dan melakukan olahraga dikhawatirkan akan mengalami pendarahan berat. Memang tidak semua olahraga akan menyebabkan hal tersebut, tapi sebaiknya sesuaikan olahraga yang dipilih dengan kondisi tubuh. Perempuan dengan kondisi tertentu bisa jadi akan mengalami perdarahan berat ketika memaksakan diri bersenam aerobik saat haid.

Secara umum pun, perempuan yang sedang menjalani siklus bulanannya akan merasa lebih lemas, dan beberapa bahkan menderita nyeri perut, mual, pinggang pegal-pegal, pening, bahkan ada yang sampai pingsan. Oleh karena itu, disarankan untuk mengurangi porsi olahraga yang cukup berat atau sebaiknya pilih saja oalahraga ringan seperti jalan santai.

3. Terbelenggu Mitos

Secara teori, pembuluh darah yang membuka dapat mengecil ketika kontak dengan air. Contoh yang gampang adalah seringkali anak yang jatuh dan terluka dikompres dengan es batu untuk menghentikan perdarahannya. Bedanya, walau darah yang dikeluarkan saat menstruasi hanya sekitar 30 cc, tapi kontak dengan air tidak akan menyebabkan darah tersebut terhenti.

(29)

Kontak dengan air yang dimaksud disini di antaranya berenang, menyelam, berendam di bath tub, whirlpool, dan sejenisnya. Ini penting untuk diketahui, sebab banyak beredar anggapan yang salah, yaitu perempuan yang sedang menstruasi darahnya akan berhenti ketika berada dalam air. Selain itu tidak ada yang dapat memastikan apakah air yang digunakan untuk berendam itu steril. Bisa jadi air kolam renang atau air laut mengandung banyak kuman yang dapat menyebabkan infeksi. Apalagi, bila si perempuan ini berendam dalam waktu lama.

2.5. Perilaku Seksual Remaja

2.5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja

Menurut Elizabeth B, Hurlock, beberapa factor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah sebagai berikut :

1. Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasa dari keluarga di mana anak mulai tumbuh dan berkembanng,

2. Faktor luar, yaitu mencakup kondisi sekolah/pendidikan formal yang mencakup berperan terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya.

3. Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan di segala bidang khusunya teknologi yang dicapai manusia.

(30)

2.5.2 Pengaruh Buruk Akibat Hubungan Seks Pranikah Bagi Remaja 1. Bagi remaja

 Remaja laki-laki menjadi tidak perjaka, wanita menjadi tidak perawan.  Resiko tertular penyakit menular seksual (PMS) meningkat, seperti gonoroe, sifilis, herpes simpleks (genetalis), klamida, kondiloma akuminata, dan HIV/AIDDS.

 Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan, dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan.

2. Bagi keluarga

 Menimbulkan aib keluarga.  Menambah beban ekonomi.

 Mempengaruhi kejiwaan bagi anak karena adanya tekanan (ejekan) dari masyarakat.

3. Bagi masyarakat

 Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun.

 Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.

 Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat menurun.(Kumalasari, 2012)

(31)

2.5.3 Cara Mengatasi Perilaku Seksual Remaja

Beberapa ahli berpendapat bahwa penyimpangan perilaku seksual remaja ini dapat diatasi.

Beberapa cara untuk mengatasi perilaku seksual remaja adalah sebagai berikut : 1. Mengikis kemiskinan, sebab kemiskinan membuat banyak orang tua

melacurkan anaknya sendiri.

2. Menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi.

3. Memperbanyak akses pelayanan kesehatan, yang diiringi dengan sarana konseling.

4. Meningkatkan partisipasi remaja dengan mengembangkan pendidikan sebaya. 5. Meninjau ulang ssegala peraturan yang membuka peluang terjadinya reduksi

atas penikahan dini.

6. Meminimalkan informasi tentang seks bebas.

7. Menciptakan lingkungan keluarga yang kukuh, kondusif dan informatif. (Kumalasari, 2012)

2.6. Kehamilan Pada Remaja

2.6.1 Pengertian Kehamilan Pada Remaja

Kehamilan pada remaja adalah kehamilan yang terjadi pada remaja yang usianya dibawah 17 tahun.

Kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa remaja ini, alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya. Rahim (uterus) baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun.

(32)

Beberapa alasan mengapap remaja dapat menimbulkan resiko adalah sebagai berikut:

1. Rahim belum siap mendukung kehamilan 2. Sistem hormonal belum terkoordinasi lancer.

3. Kematangan psikologis untuk menghadapi proses persalinan yang traumatik dan untuk mengasuh anak/memelihara belum mencukupi.

2.6.2 Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Remaja

Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang terjadi dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.

KTD disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

2. Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami swadarmanya sebagai pelajar.

3. Faktor dari luar, yaitu bebas tanpa kendali orang tua yang menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukukan apa saja yang diinginkan.

4. Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja termasuk hal-hal yang negatif. (Kusmiran, 2011)

2.6.3 Resiko Yang Timbul Akibat Kehamilan Yang Tidak Diinginkan

Beberapa resiko yang timbul akibat kehamilan yang tidak diinginkan adalah sebagai berikut :

(33)

1. Resiko medis

 Aborsi tidak aman berkontribusi pada kematian dan kesakitan ibu.  Gangguan kesehatan.

2. Psikologis

 Rasa bersalah  Depresi.

 Marah dan agresi.

 Remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil. 3. Psikososial

 Ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah.

 Tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.  Dikucilkan dari masyarakat dan hilang kepercayaan diri.

4. Mas depan remaja dan janin  Terganggunya kesehatan.

 Resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi.  Pernikahan remaja dan pengguguran kandungan.

 Putus sekolah

 Bila bayi dilahirkan, masa depan anak mungkin saja terlambat  Perkembangan bayi yang tertahan.

(34)

(Kusmiran, 2011) 2.7. Aborsi Pada Remaja 2.7.1 Penngertian aborsi

Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri.

2.7.2 Resiko Yang Timbul Akibat Aborsi 1. resiko kesehatan dan keselamatan fisik. 2. Resiko psikologis

3. Resiko psikososial

4. Resiko mas depan remaja dan janin yang dikandung

2.8 Penyakit Menular Seksual

2.8.1 Pengertian Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual (PMS) adalah salah satu infeksi saluran reproduksi yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Infeksi saluran reproduksi merupakan infeksi yang disebabkan oleh masuknya dan berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi ke dalam sluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus dan parasit.

2.8.2 Macam-macam Penyakit Menular Seksual 1. Gonore (GO atau kencing nanah)

(35)

3. Herpes genetalis 4. Klamida

5. Kondiloma Akuminata 6. HIV/AIDS

Penyebab infeksi saluran reproduksi sebagai berikut :

1. Sisa kotoran tertinggal karena pembasuhan buang air besar yang kurang sempurna.

2. Kesehatan umum rendah.

3. Kurangnya kebersihan alat kelamin, terutama saat menstruasi. 4. Perkawinan pada usia terlalu muda dan berganti-ganti pasangan. 5. Hubungan seksual dengan penderita infeksi.

6. Perlukaan saat keguguran, melahirkan, atau perkosaan.

7. Kegagalan pelayanan kesehatan dalam sterilisasi alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan/tindakan di sekitar saluran reproduksi.

(36)

2.9 Kerangka Konsep

Berdasarkan pada landasan teori di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian Karekteristik Responden - Umur - Jenis kelamin - Tempat tinggal Kesehatan Reproduksi Sumber Informasi - Media cetak - Media elektronik - Sekolah - Orang tua - Teman Sikap remaja putri Pengetahuan remaja putri

Gambar

Gambar 2.5  Kerangka Konsep Penelitian  Karekteristik Responden -  Umur  -  Jenis kelamin -  Tempat tinggal  Kesehatan  Reproduksi Sumber Informasi -  Media cetak - Media elektronik - Sekolah - Orang tua - Teman Sikap remaja putri Pengetahuan remaja putri

Referensi

Dokumen terkait

Buku ilmiah populer Etnobotani Tumbuhan Leucosyke capitellata di Kawasan Hutan Bukit Tamiang Kabupaten Tanah Laut mempunyai nilai 92,71% dengan kriteria sangat valid yang

3.2 Melakukan penentuan mood/karakter visual yang sesuai dengan karakter/kebutuhan klien, beserta dengan penjabaran kaitan mood visual dengan kebutuhan klien 3.3 Mengidentifikasi

Penelitan ini menggunakan pendekatan yuridis empiris dan teknisk analisis kualitatif, sumber data adalah peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah,

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Klik Menu Pencatatan Aktiva/inventaris Menampilkan form Pencatatan Aktiva/inventaris Dapat melihat tabel Pencatatan

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja, pengetahuan dan motivasi bidan dengan pelaksanaan program Inisiasi Menyusus Dini di

1) Hasil analisis menunjukkan bahwa kompetensi kewirausahaan berpengaruh positif pada keberhasilan usaha. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah

Cara yang paling sederhana untuk merepresentasikan suatu poligon adalah pengembangan dari cara yang digunakan untuk merepresentasikan arc yang sederhana

Investor yang rasional tentu mengharapkan portofolio investasinya adalah portofolio yang optimal (Jogiyanto, 2009:299).Investasi dalam bentuk portofolio saham tersebut