• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BENDUNGAN HILIR 01 PAGI JAKARTA PUSAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BENDUNGAN HILIR 01 PAGI JAKARTA PUSAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DI KELAS V

SEKOLAH DASAR NEGERI BENDUNGAN HILIR 01 PAGI

JAKARTA PUSAT

Heni Lestari

PGSD FIP Universitas Negeri Jakarta hlestari188@gmail.com

Sehati Kaban

PGSD FIP Universitas Negeri Jakarta sehatikaban@unj.ac.id

Fahrurrozi

PGSD FIP Universitas Negeri Jakarta fahrurrozi@unj.ac.id

Abstract: The classroom action research aims to improve reading comprehension skill through a

whole language approach in fifth grade students of Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi Central Jakarta. The sample of this research is thirty students of fifth grade. According to the result of this research is obtained that reading comprehension skill’s percentage in first cycle is 67%, then increase in second cycle to 87%. In addition to improve reading comprehension skill, the result of observing teacher’s activities data in first cycle is 75% then increase in second cycle to 93%. Besides, the result of observing student’s activities in first cycle is 70%, then increase in the second cycle to 90%. Therefore, using whole language approach can improve reading comprehension skill in fifth grade students of Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi Central Jakarta.

Keyword : reading comprehension skill, whole language approach

Abstrak : Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca

pemahaman melalui pendekatan whole language di kelas V Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi Jakarta Pusat. Sampel penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 30 siswa. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data persentase kemampuan membaca pemahaman siswa pada siklus I sebesar sebesar 67%. Kemudian terjadi peningkatan persentase pada siklus II yaitu sebesar 87%. Adapun hasil data pemantau aktivitas guru pada siklus I sebesar 75%, kemudian terjadi peningkatan persentase menjadi 93%. Sedangkan hasil data pemantau tindakan siswa pada siklus I sebesar 70%, kemudian terjadi peningkatan persentase menjadi 90%. Dengan demikian penggunaan pendekatan whole language dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi Jakarta Pusat.

(2)

PENDAHULUAN

Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap manusia. Dalam segala aspek kehidupan, manusia perlu melakukan interaksi sosial yang melibatkan kemampuan bahasa yang baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

kemampuan bahasa adalah melalui

pendidikan formal yaitu sekolah.

Keterampilan berbahasa di sekolah biasanya mencakup empat segi yaitu keterampilan

menyimak, keterampilan berbicara,

keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa yang baik akan membantu siswa dalam menunjang proses pembelajaran serta dalam kegiatan

sehari-hari. Keempat keterampilan

berbahasa ini saling berkaitan satu sama lain. Keterampilan-keterempilan bahasa ini juga tidak datang dengan sendirinya, namun

diperlukan pembelajaran yang

berkesinambungan guna meningkatkan

keterampilan-keterampilan tersebut.

Salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan secara maksimal adalah keterampilan membaca. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan, yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui media

kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 2008). Di sekolah dasar, pembelajaran membaca ini terbagi menjadi dua yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan dilakukan di kelas 1, 2, dan kelas 3. Pada saat membaca permulaan anak mulai berlatih untuk melafalkan huruf hingga kalimat dengan lafal dan intonasi yang baik dan benar. Setelah siswa dapat membaca dengan baik dan benar, selanjutnya pada kelas tinggi yaitu kelas 4, 5, dan kelas 6 kegiatan membaca diarahkan pada membaca lanjut. Dalam membaca lanjut siswa tidak hanya sekedar membaca namun juga harus

memahami makna atau pesan yang

terkandung. Membaca lanjut biasa disebut juga dengan membaca pemahaman.

Kemampuan membaca pemahaman

adalah kemampuan membaca yang

bertujuan untuk mengetahui ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian (Bukhari, 2010). Sebelum memahami suatu makna utuh dari teks, dengan menentukan ide pokok pembaca akan lebih mudah untuk memahami bacaan. Dari ide-ide pokok inilah makna dari teks dapat dipahami secara utuh. Tidak hanya memahami pesan yang dimaksud penulis, seorang pembaca juga bertugas untuk memahami detail-detail penting dan seluruh pengertian yang ada pada teks. Membaca pemahaman adalah

(3)

proses membuat makna dari teks. Karena itu, tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang apa yang dideskripsikan dalam teks daripada untuk mendapatkan makna dari kata atau kalimat yang terisolasi (Woolley, 2011). Dalam membaca pemahaman tujuan utamanya adalah pemahaman makna teks secara keseluruhan. Apabila siswa hanya dapat memahami makna setiap kata atau kalimat saja dapat dikatakan siswa tersebut belum membaca pemahaman secara sempurna karena seharusnya dapat memahami makna teks secara utuh.

Membaca pemahaman memiliki

beberapa tingkatan yang harus dikuasai siswa. Kemampuan membaca dapat di kelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu: (1) pemahaman literal, (2) pemahaman interpretatif, (3) pemahaman kritis, (4) pemahaman kreatif (Dalman, 2013). Tingkatan yang pertama yaitu pemahaman literal. Pemahaman literal artinya pembaca hanya memahami sebuah teks apa adanya. Dalam pemahaman literal tujuan utamanya adalah ketika pembaca dapat menyebutkan fakta-fakta yang hanya terdapat dalam teks. Pembaca harus dapat menyebutkan isi bacaan dengan menjawab pertanyaan yang diajukan. Selain itu,

pembaca juga harus memahami urutan peristiwa yang sesuai dengan teks.

Tingkatan membaca pemahaman

yang kedua yaitu pemahaman interpretatif. Pemahaman interpretatif artinya pemahaman siswa terhadap bacaan sudah melibatkan pemikiran pembaca. Ketika membaca siswa dapat menggunakan daya pikirnya secara luas untuk memahami teks yang dibacanya. Hal ini meliputi kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok dalam paragrapf, menjelaskan sebab akibat, mendapatkan pesan yang ada dalam bacaan serta membuat kesimpulan berdasarkan isi teks. Tingkatan membaca pemahaman yang ketiga adalah pemahaman kritis. Pemahaman kritis artinya pembaca tidak hanya memahami teks saja namun dapat menganalisis isi teks secara mendalam. Pembaca harus mengetahui jenis teks yang dibacanya dan dapat memberikan tanggapan dan penilaian terhadap teks. Tingkat membaca pemahaman yang paling tinggi yaitu pemahaman kreatif. Pemahaman kreatif artinya pembaca sudah dapat membuat dan melakukan sesuatu setelah memahami sebuah teks. Pada tingkatan ini pembaca mampu melanjutkan isi bacaan.

Terdapat beberapa indikasi membaca pemahaman yang harus tercapai yaitu: (1) Melakukan, pembaca memberikan respon fisik terhadap perintah membaca, (2)

(4)

Memilih, pembaca memilih alternatif bukti pemahaman baik secara lisan atau tulisan,

(3) Mengalihkan, pembaca mampu

menyampaikan secara lisan apa yang telah dibacanya, (4) Menjawab, pembaca mampu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan, (5)

Mempertimbangkan, pembaca mampu

menggarisbawahi atau mencatat pesan-pesan penting yang terkandung dalam bacaan, (6) Memperluas, pembaca mampu memperluas bacaan atau minimalnya mampu menyusun bagian akhir cerita [khusus untuk bacaan fiksi], (7) Menduplikasi, pembaca mampu membuat wacana serupa dengan wacana yang dibacanya (menulis cerita berdasarkan versi pembaca), (8) Modeling pembaca

mampu memainperankan cerita yang

dibacanya, (9) Mengubah, pembaca mampu mengubah wacana ke dalam bentuk wacana

lain yang mengindikasikan adanya

pemrosesan informasi (Brown dan Abidin, 2015). Kegiatan membaca pemahaman ini mempermudah siswa dalam memperoleh

pengetahuan-pengetahuan baru dalam

pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, nyatanya banyak siswa yang

hanya sekedar melakukan kegiatan

membaca tetapi masih belum memahami isi dari teks bacaan dengan tepat. Kajian PIRLS (Progress in International Reading

Literacy Study) menunjukan bahwa rata-rata

anak Indonesia berada pada urutan keempat terbawah dari 45 negara di dunia serta kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan hanya 30% dari materi bacaan (Wahyuni, 2010). Padahal kenyataan menunjukkan bahwa soal-soal ujian, baik ujian nasional, ujian sekolah maupun ujian akhir semester khusunya pembelajaran Bahasa Indonesia sebagian besar menuntut pemahaman siswa dalam mencari dan menentukan tema, gagasan pokok, gagasan penjelas, kalimat utama, kesimpulan, dan sebagainya.

Hal ini selaras dengan wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi Jakarta Pusat, menurut guru kelasnya sebagian besar siswa masih memiliki nilai yang rendah pada soal-soal yang menuntut

pemahaman siswa. Siswa seringkali

kesulitan untuk memahami teks bacaan yang cukup panjang. Mereka terbiasa hanya melakukan kegiatan membaca sebagai tugas dari guru namun tidak memfokuskan diri untuk memahami makna dari teks yang dibacanya. Akibatnya saat diberikan soal- soal pemahaman, siswa tidak dapat menjawab dengan tepat.

Kegiatan pembelajaran yang

(5)

utama agar siswa dapat memahami isi bacaan. Seperti halnya yang dilakukan oleh guru kelas V di Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi yang hanya

meminta siswa untuk membaca dan

mengerjakan latihan soal yang membuat siswa merasa bosan dan tidak tertarik untuk membaca. Maka dari itu salah satu pendekatan yang dapat membuat siswa dengan mudah memahami bacaan adalah

dengan pendekatan whole language.

Pendekatan whole language adalah

pembelajaran yang bersifat holistik dimana pembelajaran bahasa disajikan sebagai satu

keterpaduan sehingga keterampilan-

keterampilan tidak disajikan secara terpisah (Weafer and Goodman, 2016). Pendekatan

whole language mengharuskan guru untuk

mengondisikan siswa melakukan empat keterampilan bahasa yaitu meliputi keterampilan membaca, berbicara, menulis dan menyimak sekaligus dalam proses pembelajaran bahasa. Hal ini sangat sesuai karena keempat keterampilan berbahasa saling berkaitan.

Pendekatan whole language didasari

oleh paham kontruktivisme yang

menyatakan bahwa siswa membentuk

sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya belajar secara utuh dan terpadu. (Weafer, 2018). Pendekatan whole language

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggabungkan pengetahuan yang ia miliki ke dalam proses pembelajaran. Siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang telah ia miliki dengan pengetahuan baru yang diperoleh. Hal ini dapat membuat pembelajaran menjadi utuh, terpadu dan bermakna.

Keunggulan whole language dibandingkan dengan pendekatan lain yaitu: (1) Pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata, (2) Dalam kelas whole language siswa berperan aktif dalam pembelajaran. (3) Secara spesifik mengarah pada pembelajaran bahasa Indonesia. Pendapat tersebut

menjelaskan bahwa keunggulan dari

pendekatan whole language terletak pada penyajiannya secara utuh yang meliputi empat keterampilan. Dalam pembelajaran guru juga akan menghadirkan media atau contoh untuk membuat materi menjadi nyata atau konkret. Lingkungan kelas dalam pendekatan whole language akan ditata sedemikian rupa sehingga mendukung pembelajaran bahasa. Selain itu siswa akan bersifat aktif dalam setiap kegiatan sedangkan guru hanya bersifat sebagai fasilitator.

(6)

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Pendekatan

Whole languange pada Siswa Kelas IV SD

Negeri 3 Sidoagung Kebumen” (Setiawan, 2014). Hasil dari penelitian menununjukan bahwa pendekatan whole languange dapat

meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman siswa di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Sidoagung Kebumen. Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian berjudul

“Upaya Meningkatkan Kemampuan

Membaca Pemahaman melalui Pendekatan

Scientifik pada Siswa Kelas V Sekolah

Dasar Negeri Rawamangun 10 Pagi Jakarta Timur” (Rosiana, 2015). Hasil penelitian

juga menunjukkan bahwa penerapan

pendekatan scientific dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rawamangun 10 Pagi Jakarta Timur.

Berdasarkan uraian di atas,

pendekatan whole language sangat cocok diterapkan pada siswa kelas V Sekolah Dasar sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Oleh karena itu, penulis akan mencoba melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun penelitian tindakan kelas ini berjudul “Meningkatkan Kemampuan Membaca

Pemahaman melalui Pendekatan Whole

Language di Kelas V Sekolah Dasar Negeri

Bendungan Hilir 01 Pagi Jakarta Pusat”.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian tindakan kelas. Tujuan

diadakannya penelitian ini yaitu untuk

meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman sisswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi Jakarta Pusat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2019 tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Kemmis dan Taggart, 2012). Tahap yang pertama adalah tahap perencanaan. Pada tahap ini peneliti mencari tahu tentang

apa, mengapa, kapan, dimana, dan

bagaimana penelitian akan di lakukan. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti

harus membuat rencana untuk

mempermudah proses penelitian.

Tahap yang kedua adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Peneliti akan

melaksanakan pembelajaran dengan

(7)

peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa. Tahap yang ketiga adalah pengamatan. Pada tahap pengamatan, peneliti dan guru kelas sama-sama mengamati kegiatan pembelajaran dengan cermat. Peneliti mengamati segala aktivitas

belajar siswa untuk mengetahui

perkembangan membaca pemahaman siswa menggunakan pendekatan whole languange. Sedangkan guru kelas sebagai observer mengisi instrumen lembar pengamatan baik perilaku siswa maupun perilaku peneliti sebagai guru.

Tahap yang keempat adalah refleksi. Pada tahap ini peneliti dan kolabarator

bersama-sama mengevaluasi kegiatan

pembelajaran yang telah dilalukan. Peneliti juga menganalisis data atau nilai siswa untuk pelaksanaan tindakan di siklus selanjutnya. Peneliti dapat mengetahui kekurangan pada pembelajaran sebelumnya dan dapat memperbaikinya pada siklus selanjutnya, dan begitu seterusnya. Apabila target nilai siswa telah terlampaui maka pelaksanaan tindakan dapat dihentikan.

Sampel penelitian adalah siswa kelas VE yang berjumlah 30 orang siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu

dengan test kemampuan membaca

pemahaman yang mencakup pemahaman literal, interpretative, kritis dan pemahaman

kreatif. Soal test yang diberikan berjumlah 15 soal. Selain itu peneliti menggunakan data pemantau tindakan guru dan siswa yang berisi masing-masing 15 pernyataan. Peneliti juga menggunakan catatan lapangan serta dokumentasi berupa foto.

HASIL

Setelah melakukan tindakan melalui pendekatan whole language, peneliti

mengumpulkan data melalui test

kemampuan membaca pemahaman siswa. Pada siklus I didapatkan hasil persentase kemampuan membaca pemahaman siswa sebesar 67% atau sebanyak 20 orang siswa memperoleh skor lebih dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 72. Sedangkan siswa yang memperoleh skor kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) mencapai 10 orang. Hasil tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 80% dari jumlah siswa atau 24 dari 30 siswa mendapatkan skor ≥72.

Sedangkan hasil data pemantau

tindakan guru pada siklus I memperoleh skor sebesar 75% dan hasil data pemantau tindakan siswa sebesar 93%. Pada siklus II terjadi peningkatan jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥72 yaitu sebanyak 24 siswa atau dengan persentase keberhasilan

(8)

sebesar 86,67 %. Persentase tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80% siswa mencapai nilai di atas kriteria ketuntasan minimal yaitu 72. Sedangkan hasil data pemantau tindakan guru meningkat menjadi 93% dan hasil data pemantau tindakan siswa sebesar 90%. Tabel 1. Peningkatan Kemampuan Membaca

Pemahaman Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi Siklus I dan

II Nilai Siklus I Siklus II Indikator ≥ 72 67% 87% 80% ≤ 72 33% 13% 80%

Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:

Diagram 1. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bendungan hilir 01

Pagi Siklus I dan II

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan membaca siswa melalui

pendekatan whole language di kelas V di Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi. Dalam kelas whole language selain pembelajaran yang dilaksanakan dengan memadukan empat keterampilan bahasa yaitu membaca, menyimak, menulis dan keterampilan berbicara, terdapat juga ciri- ciri lain yaitu: (1) Kelas akan penuh dengan barang cetakan, (2) Siswa belajar melalui model atau contoh, (3) Siswa bekerja dan

belajar sesuai dengan tingkat

perkembangannya, (4) Siswa berbagi tanggung jawab dengan temannya dalam proses pembelajaran, (5) Siswa terlibat secara aktif untuk menciptakan pembelajarn bermakna, (6) Siswa bebas bereksperimen dan di tuntut untuk berani mengambil resiko, (7) Siswa mendapat balikan (feed back) positif baik dari guru maupun temannya. (Asih, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, pada siklus I kemampuan membaca pemahaman siswa hanya mencapai 67% dan belum mencapai indikator keberhasilan. Hal ini dikarenakan pada saat pembelajaran siswa belum terlibat Siklus II Siklus I 100% 80% 60% 40% 20% 0% ≥72 ≤72

(9)

aktif, tidak fokus saat membaca, belum menggunakan media dan sumber belajar secara maksimal serta proses pembelajaran

yang kurang menantang. Kemampuan

membaca dapat di kelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu pemahaman literal, pemahaman interpretatif, pemahaman kritis,

pemahaman kreatif. Ketika guru

memberikan soal test kemampuan membaca yang mencakup empat tingkatan tersebut, sebagian siswa masih kesulitan menjawab dan nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Pada siklus II, guru melaksanakan tindakan dengan menggunakan pendekatan whole language kembali. Pada siklus II ini kemampuan membaca pemahaman siswa

meningkat menjadi 87%. Hal ini

dikarenakan suasana kelas dirancang sedemikian rupa dengan meletakkan pojok membaca, serta meletakkan berbagai hasil kerja siswa di dinding kelas. Siswa berperan

aktif dan berani bertanya serta

mengemukakan pendapat. Ketika guru memberikan soal test kemmapuan membaca pemahaman, sebagian besar siswa sudah mampu menjawab soal-soal yang berkaitan dengan pemahaman literal yaitu pemahaman mengenai informasi yang terdapat dalam bahan bacaan, interpretative, kritis dan pemahaman kreatif.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan, penerapan pendekatan whole

language dapat meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman siswa di kelas V Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi. Hal ini dibuktikan dengan perolehan persentase sebesar 87% pada hasil test kemampuan membaca pemahaman siswa. Dengan menggunakan pendekatan whole

language, ketika memahami bacaan siswa

tidak hanya sekedar membaca saja namun juga dipadukan dengan keterampilan- keterampilan bahasa yang lain seperti keterampilan menyimak, menulis dan keterampilan berbicara. Pendekatan whole

language menciptakan suasana

pembelajaran bahasa dan melibatkan peran aktif siswa. Hal tersebut membuat siswa dapat memahami teks secara mendalam baik secara literal, interpretative, kritis dan kreatif. Untuk itu, pendekatan whole language sangat tepat diterapkan dalam

meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman siswa kelas V.

DAFTAR PUSTAKA

Ansoryah, Siti dan Aceng Rahmat. (2018). “Peningkatan Kemampuan Menulis

Populer Mahasiswa melalui

Pendekatan Whole language dengan Pembuatan Media Story Boar,” AKSIS:

(10)

Jurnal Pendidikan bahasa dan Sastra

Indonesia, vol. 2 no. 1.

https://doi.org/10.21009/AKSIS.02010 3.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2012. Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Asih. (2016). Strategi pembelajaran Bahasa

Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Bukhari. (2010). Keterampilan Berbahasa (Membaca dan Menulis). Banda Aceh: Yayasan PeNa Banda Aceh.

Dalman. (2013). Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dameyanti. (2018). “Peningkatan

Kemampuan Menulis Kreatif Puisi dengan Pendekatan Whole language dan Media Tiga Dimensi”, Jurnal

Edukasi Khatulistiwa: Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, vol. 1

no. 2.

http://dx.doi.org/1024618/ekha.v1i2. Guntur Tarigan, Henry. (2008). Membaca

Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Maufur, Syibli dan Abdul Sholeh, (2015). “Penerapan Metode PQR4 untuk Meningkatkan Pemahaman Membaca pada Siswa Kelas IV SDN Pengampon

2 Kec. Lemahwungkuk Kota Cirebon”,

Al-Ibtida: Jurnal pendidikan Guru MI,

vol. 2, no 2.

https://dx.doi.org/10.24235/al.ibtida.snj. v2i2.122.

Rosiana. (2015). Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Pendekatan Scientifik pada Siswa Kelas V SDN Rawamangun 10 Pagi Jakarta Timur, (Skripsi: UNJ) h. 82.

Syarif Sumantri,Mohamad. (2016). Model

Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wahyuni, Sri. (2010). “Menumbuhkan Minat Baca Melalui Masyarakat Literal,” Malang: Universitas Islam Malang.

https://doi.org/10.21831/diksi.v16i2.66 17

Woolley, Gary. (2011) . Reading

Comprehension: Assisting Children with Learning Difficulties. London:

Springer Science+Business Media B.V.

Yogi Setiawan, Anton. (2014). “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Pendekatan Whole languange pada Kelas IV SD Negeri 3 Sidoagung Kebumen,” Eprints@UNY: Lumbung

Pustaka Universitas Negeri

Yogyakarta, vol. 3 no. 5.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Pasangan Usia Subur dan Pendapatan Per Kapita yang mempengaruhi Jumlah Tingkat Kelahiran Total di Propinsi Sumatera Utara adalah Analisis.. Deskriptif dan

Dalam proses perintisan Tim Kerja atau petugas di desa dan di Kecamatan perlu mengkoordinasikan dan menggalang kerjasama dengan semua pihak yang mempunyai

Anak masih belum mampu berkomunikasi secara lisan, kurang memiliki perbendaharaan kata, dan kurang mengenal simbol-simbol huruf untuk persiapan membaca

[r]

Solusi Praktis & Mudah menguasai SPSS 20 untuk Pengolahan data .Cetakan Pertama.Semarang,Indonesia:Andi Publisher.. Buku Saku Analisis Statistik data

PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Universitas Pendidikan Indonesia |

Apabila Ibu/Saudari bersedia ikut dalam penelitian ini, maka kami akan memohon kesediaannya untuk dapat menandatangani surat persetujuan menjadi peserta penelitian:...

Oleh karena itu penulis mencoba menuangkan informasi mengenai anjing trah kecil ini melalui Visualisasi Macromedia Flash MX dengan harapan agar informasi ini bermanfaat dan