• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Teknik Elektro-FTI,Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS,Keputih-Sukolilo,Surabaya-60111

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Teknik Elektro-FTI,Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS,Keputih-Sukolilo,Surabaya-60111"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTM CIKOTOK 4,2 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP

TARIF LISTRIK REGIONAL BANTEN SESUAI UU KETENAGALISTRIKAN 2009

Study Analysis of 4,2 MW Cikotok Mini Hydro Power Plant and it’s influence to Regional Banten

Electricity Tarifs based on Electricity Act 2009

Dinda Putri Berliana – 2208 100 524

Jurusan Teknik Elektro-FTI,Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS,Keputih-Sukolilo,Surabaya-60111 Abstrak

Bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan industri menyebabkan tingginya permintaan kebutuhan listrik. Untuk mengatasi tingginya permintaan akan kebutuhan listrik tersebut, maka muncul konsep pembangkit listrik yang bertumpu pada masyarakat. Konsep ini berbasis pada teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM). Istilah minihidro biasanya dipakai untuk pembangkit listrik yang menghasilkan output 1000 kW. PLTM merupakan salah satu alternatif solusi yang dapat menembus keterbatasan akses transportasi, teknologi hingga biaya.

Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro akan coba diaplikasikan di kabupaten Lebak, Banten, yang dialiri oleh sungai Cimadur.

Kata kunci: Minihidro, Turbin Air , Generator,IPM,Rasio Elektrifikasi,CDM,

1. PENDAHULUAN

Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, makin berkembang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari, seiring dengan pesatnya pembangunan di bidang teknologi, industri dan informasi. Namun pelaksanaan penyediaan energi listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero), selaku lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola masalah kelistrikan di Indonesia, sampai saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik secara keseluruhan.

Kondisi kelistrikan di Pulau Jawa saat ini cukup mengkhawatirkan dikarenakan kebutuhan akan energi listrik di Jawa terus meningkat, sementara pasokan dari pembangkit yang ada di Pulau Bali tidak mencukupi. Kebutuhan akan energi listrik di Jawa juga dipasok dari Pulau Jawa dan ini tentunya juga menjadi masalah tersendiri juga karena beban di Pulau Jawa juga terus meningkat setiap tahunnya disamping masalah transmisi daya antar pulau yang memiliki kerumitan tersendiri.

Penggunan bahan bakar minyak dirasa sudah tidak ekonomis lagi, karena harga bahan bakar minyak yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu PLN berusaha untuk mengurangi pemakaian bahan bakar minyak untuk pembangkit yang ada, yaitu dengan mulai menggalakkan pemakaian bahan Mikrohidro untuk proses pembangkitan. Pembangunan PLTMH Cikotok 4,2 MW ini

sebagai salah satu upaya efisiensi yang dilakukan PLN untuk menggunakan sumber daya alam. Dengan Pembangunan PLTMH Cikotok 4,2 MW diharapkan dapat mengatasi krisis akan energi listrik yang ada saat ini serta masa yang akan datang.

2. TEORI PENUNJANG

2.1 Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro PLTM adalah pembangkit listrik dengan kapasitas daya output sekitar 1000 kW. Pada beberapa PLTM bak pengendap yang berfungsi untuk mengendapkan dan memisahkan partikel-partikel pasir dari air, tidak digunakan. Tujuannya adalah untuk menghemat biaya konstruksi dan alasan fungsi pengendap dan pemisah partikel pasir dari air dapat dilakukan oleh bak penenang (headtank). Bak penenang mengatur perbedaan air antara sebuah penstock dan saluran pembawa (headrace). Selain itu juga berfungsi sebagai pemisah akhir kotoran dalam air seperti pasir, daun-daunan dan kayu-kayuan. Saluran pembawa (headrace) merupakan saluran yang menghubungkan bak pengendap dan bak penenang. Saluran pembawa ini biasanya mengikuti kontur sisi bukit untuk menjaga elevasi dari air yang disalurkan. Saluran pembawa ini umumnya menggunakan sistem terbuka supaya menghemat biaya pengeluaran akibat penstock.

2.2 Metode Peramalan Kebutuhan Listrik

Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk mengetahui akan kebutuhan listrik di tahun yang akan dating dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan metode DKL 3,01. metode ini merupakan metode menghitung peramalan kebutuhan listrik tiap pelanggan dengan memperhitungkan rasio elektrifikasi tiap pelanggan. Metode tersebut paling banyak digunakan oleh PLN.

Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Metodologi yang digunakan pada model sektoral adalah metode gabungan antara kecenderungan, ekonometri dan analitis. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi empat sektor yaitu :

1. Sektor Rumah Tangga 2. Sektor Bisnis

3. Sektor Publik 4. Sektor Industri

(2)

2.3 Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi dari suatu pembangkit terdiri dari: 1. biaya investasi modal (capital cost)

2. biaya bahan bakar (fuel cost)

3. biaya operasi dan perawatan (O&M cost) Keunggulan :

Beberapa kelebihan dari PLTMH antara lain :

• Potensi energi air yang melimpah;

• Teknologi yang handal dan kokoh sehingga mampu beroperasi lebih dari 15 tahun;

• Teknologi PLTMH merupakan teknologi ramah lingkungan dan terbarukan;

Effisiensi tinggi (70-85 persen)

3. KEADAAN UMUM PROPINSI BANTEN 3.1 Letak Geografis Propinsi Banten

Melalui Undang-undang no. 23 tahun 2000, status Karesidenan Banten berubah menjadi Propinsi Banten. Wilayah Propinsi Banten mempunyai luas 9.018,64 km2. Pada awalnya propinsi Banten terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten Pandeglang, Lebak, Serang, Tangerang dan dua Kota yaitu Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Dalam perkembangannya terjadi pemekaran untuk kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang. Selanjutnya Kabupaten Tangerang mekar menjadi Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Sehingga Propinsi Banten terdiri dari empat kabupaten dan empat kota.

Wilayah Propinsi Banten berada pada batas astronomis 10501’11” – 10607’12” BT dan 507’50” – 701’1” LS, mempunyai posisi strategis pada lintas perdagangan Internasional dan Nasional.

Propinsi Banten mempunyai batas wilayah: a. Sebelah utara dengan Laut Jawa

b. Sebelah timur dengan Propinsi DKI Jaakarta dan Jawa Barat.

c. Sebelah selatan dengan Samudra Hindia. d. Sebelah barat dengan Selat Sunda.

Gambar 3.1 Peta Propinsi Banten

3.2 Kabupaten Lebak

Kabupaten Lebak terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri dari 28 Kecamatan dengan 340 desa dan 5 kelurahan. Kabupaten Lebak memiliki batas wilayah administrative.

Sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Serang dan Tangerang Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang

Sebelah Timur : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi

Kabupaten Lebak, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten, Indonesia. Ibukotanya adalah Rangkasbitung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang di utara, Provinsi Jawa Barat di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Pandeglang di barat.

Kabupaten Lebak terdiri atas 28 kecamatan, yang dibagi lagi atas 315 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Rangkasbitung, yang berada di bagian utara wilayah kabupaten. Kota ini dilintasi jalur kereta api Jakarta-Merak.

Secara geografis wilayah Kabupaten Lebak berada pada 105 25' - 106 30 BT dan 6 18' - 7 00' LS. Bagian utara kabupaten ini berupa dataran rendah, sedang di bagian selatan merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Halimun di ujung tenggara, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Sungai Ciujung mengalir ke arah utara, merupakan sungai terpanjang di Banten.

Gambar 3.2 Peta Kabupaten Lebak 3.3 Industri dan Energi

Dalam soal pertambangan, Lebak pernah punya tambang emas yang produktif. Tambang emas itu terletak di Desa Cikotok, Kecamatan Bayah. Tambang yang telah berproduksi sejak 1939 itu pernah memproduksi emas sebanyak 133 kg (1990), 102 kg (1991), 75 kg (1992), dan terakhir cuma 14,23 kg (1993). Produksinya terus menurun. Pada akhirnya pengeksploitasian tambang ini dihentikan pada tahun 1994. Kini bekas tambang emas itu tengah disiapkan untuk dijadikan areal pariwisata dan studi pertambangan.

(3)

Pengembangan pariwisata terutama di wilayah pesisir Samudera Indonesia. Sepanjang Malingping sampai Bayah sejauh 40 km memiliki pemandangan pantai berkarang yang amat mempesona. Daya pikat alamnya yang eksotis bisa menarik wisatawan berkunjung ke sana, yang sudah tentu bisa menjadi sumber pemasukan kas daerah. Pantai Bagedur dengan hamparan pasir yang amat luas, dan Pantai Karang Taraje bisa menjadi obyek wisata pantai yang potensial. Namun, kedua obyek wisata itu belum dikembangan maksimal. Kendala utama adalah soal jalan dan listrik.

4. PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO

4.1 Kondisi Ketenagalistrikan di Banten Saat ini

Kebutuhan listrik penduduk Banten semakin tahun semakin meningkat. Perkembangan ekonomi juga mempengaruhi peningkatan kebutuhan listrik masyarakat banten. Pada tahun 2010 Banten membutuhkan pasokan energi listrik sebesar 4.400 MW. Hal ini seiring dengan dinamika kebutuhan rumah tangga, masyarakat maupun industri yang cenderung meningkat. Kebutuhan energi listrik di Banten pada 2008 lalu sebesar 3.500 MW yang dipenuhi dari sistem kelistrikan yang saat ini. Tahun 2010, ia meneruskan, Provinsi Banten memerlukan dukungan energi listrik sebesar 4.400 MW

Tabel 4.1

Data Setiap tahun kondisi listrik di APJ Banten Selatan

(Sumber: Statistik PLN )

Dapat dilihat pada tabel 4.1 kapasitas daya mampu di Banten Selatan yang disediakan PLN pada tahun 2008 adalah 500 MW dan daya terpasang sebesar 553 MW. Sementara kebutuhan pelanggan di wilayah ini pada beban puncak mencapai 423,46 MW. Dari keterangan tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa kebutuhan listrik di daerah Banten Selatan mengalami peningkatan.

Tabel 4.2

Potensi sumber daya tenaga air di Indonesia

Sumber : Blue Print Pengelolaan Energi Nasional (2005)

4.2 Proyeksi Pertumbuhan penduduk dan Pasokan Tenaga Listrik

Untuk mendapat hasil perkiraan yang tepat sesuai dengan kondisi riil akan sulit, akan tetapi perkiraan hanyalah

merupakan pola yang menggambarkan kondisi sistem. Semakin kecil simpangan dari keadaan riil artinya perkiraan semakin bagus. Untuk itu, pemilihan variable juga menjadi bagian dalam mendapatkan hasil peramalan yang baik. Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk mengetahui akan kebutuhan listrik di tahun yang akan datang dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan metode DKL 3,01. metode ini merupakan metode menghitung peramalan kebutuhan listrik tiap pelanggan dengan memperhitungkan rasio elektrifikasi tiap pelanggan. Metode tersebut paling banyak digunakan oleh PLN.

Perkiraan kebutuhan tenaga listrik daerah Banten sampai tahun 2035 dibagi dalam empat sektor meliputi sektor rumah tangga, sektor industri, sektor komersil, dan sektor publik.

Tabel 4.3

Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok Pelanggan (GWh) wilayah Banten Selatan

Tahun

Rumah

Tangga Bisnis Industri Publik Total 2009 27,620 3,621 2,254 981 34,476 2010 30,557 4,454 2,277 996 38,284 2011 33,494 5,287 2,301 1011 42,093 2012 36,431 6,120 2,325 1026 45,902 2013 39,368 6,953 2,349 1041 49,711 2014 42,305 7,786 2,373 1056 53,520 2015 45,242 8,619 2,397 1071 57,329 2016 48,179 9,452 2,421 1086 61,138 2017 51,116 10,285 2,445 1101 64,947 2018 54,053 11,118 2,469 1116 68,756 2019 56,990 11,951 2,493 1131 72,565 2020 59,927 12,784 2,517 1146 76,374 2021 62,864 13,617 2,541 1161 80,183 2022 65,801 14,450 2,565 1176 83,992 2023 68,738 15,283 2,589 1191 87,801 2024 71,675 16,116 2,613 1206 91,610 2025 74,612 16,949 2,637 1221 95,419 2026 77,549 17,782 2,661 1236 99,228 2027 80,486 18,615 2,685 1251 103,037 2028 83,423 19,448 2,709 1266 106,846 2029 86,360 20,281 2,733 1281 110,655 2030 89,297 21,114 2,757 1296 114,464 2031 92,234 21,947 2,781 1311 118,273 2032 95,171 22,780 2,805 1326 122,082 2033 98,108 23,613 2,829 1341 125,891 2034 101,045 24,446 2,853 1356 129,700 2035 103,982 25,279 2,877 1371 133,509

Kebutuhan atau konsumsi energi listrik total dapat dihitung dengan menjumlahkan konsumsi energi per sektor. Sehingga konsumsi energi total adalah sebagai berikut Tahun Daya Terpasang (MW) Daya mampu (MW) Beban puncak (MW) 2008 553,66 500,94 423,46 2009 556.61 543,61 456,27 2010(maret) 186.56 139.28 144.29

JENIS ET POTENSI KAPASITAS

TERPASANG

Tenaga Air 75.67 GW 4200 MW

Panas Bumi 27 GW 807 MW

Mini/Microhydro 712 MW 206 MW

Biomassa 49.81 GW 445 MW

Energi Surya 4.8 kWh/m2/hari 8 MW

(4)

4.3 Perencanaan Pembangunan PLTM

4.3.1 Survei Potensi Air Kabupaten Bolaang Mangondow Perencanaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) akan dilakukan di desa Cikotok kecamatan Cibeber kabupaten Lebak.

Sistem minihidro adalah:

1. Sumber air untuk sistem ini berasal dari aliran sungai dialirkan menuju ke bak penampung.

2. Dari bak penampung air dialirkan melewati pipa panjang yang disebut pipa pesat atau penstock.

3. Di ujung penstock terdapat nozel yang berfungsi untuk memampatkan aliran air sehingga menghasilkan tekanan yang tinggi.

4. Semprotan air tersebut diterima oleh sudu turbin sehingga memutar turbin.

5. Turbin dihubungkan dengan generator yang menghasilkan listrik kemudian dihubungkan ke kontroler elektronik yang berfungsi untuk mencegah terjadinya naik turunnya tegangan yang dapat merusak peralatan listrik.

6. Setelah itu listrik yang dihasilkan dari generator akan disalurkan melalui sistim jaringan tegangan menengah Menurut Wanielista (1990) metode Rasional adalah salah satu dari metode tertua dan awalnya digunakan hanya untuk memperkirakan debit puncak (peak discharge). Ide yang melatarbelakangi metode Rasional adalah jika curah hujan dengan intensitas I terjadi secara terus menerus, maka laju limpasan langsung akan bertambah sampai mencapai waktu konsentrasi (Tc). Waktu konsentrasi Tc tercapai ketika seluruh bagian DAS telah memberikan kontribusi aliran di outlet. Laju masukan pada sistem (IA) adalah hasil dari curah hujan dengan intensitas I pada DAS dengan luas A. Nilai perbandingan antara laju masukan dengan laju debit puncak (Qp) yang terjadi pada saat Tc dinyatakan sebagai run off coefficient (C) dengan (0 ≤ C ≤ 1) (Chow 1988). Hal di atas diekspresikan dalam formula Rasional sebagai berikut ini (Chow, 1988) :

Tabel 4.4

Curah Hujan per Bulan Kabupaten Lebak

Maka rata – rata curah hujan per jam ialah rata – rata curah hujan per bulan dibagi dengan jumlah hari dalam 1 bulan (asumsi 1 bulan = 30 hari) dan dibagi dengan 24 ( jumlah jam dalam 1 hari). Sehingga akan didapatkan curah hujan yang baru (mm/jam)

4.3.2 Daya Terbangkit PLTM Cikotok

Sumber Air : Sungai Cimadur

Luas Daerah Tangkapan Hujan : 150,8 km' Debit Rata-rata :10,83 m3/detik Debit Minimum : 2,67 m3/detik Debit Banjir Periode 2 tahun : 159 m3/detik Debit Banjir Periode 50 tahun : 398 m3/detik

Debit rencana : 7,9 m3/detik

Daya clan Energi

Tinggi Jatuh : 59,09 m

Kapasitas Terpasang : 1 x 4200 kW (Mesin barn)

Total Produksi Energi Tahunan Pernakaian Senclin (50 WA, cos (p =0,8) clan Rugi-rugi Transmisi (5%) -

Rumus untuk menghitung daya output PLTM adalah: Qh

P=9,8 (kW) dimana:

P = daya output (kW) Q = debit air (m3/detik) h = tinggi jatuh air (m)

Dalam proses konversi tenaga air menjadi energi listrik terdapat efisiensi, dimana efisiensi ini dipengaruhi oleh efisiensi turbin, efisiensi generator dan efisiensi saluran. Jika diasumsikan efisiensi turbin sebesar 90 %, efisiensi generator sebesar 90%, dan efisiensi saluran 95%, maka dengan adanya ketiga faktor efisiensi ini, persamaan daya output diatas menjadi:

P=(0,9)(0,9)(0,95)9,8Qh(kW)

Dengan menggunakan persamaan diatas, maka dapat dihitung daya output untuk PLTM.jika digunakan debit rata-rata saluran dengan pembangkit beroperasi maksimum selama 270 hari dan 90 hari beropeasi seperti biasa, dimana selama 90 hari curah hujan paling rendah dimana debit air saluran juga minimum.maka menggunakan debit rata-rata tahun 2009 sehingga menghasilkan daya output dari PLTM

P=(0,9)(0,9)(0.95)9,8x10,83x60 =7,5x5,21x60

=4,873 MW

4.3.3 Ketinggian Jatuh Air

Dalam perencanaan pembangunan PLTM, tinggi jatuh air yang diambil untuk lokasi desa Cikotok adalah 60 meter. Dan luas daerah tangkapan hujan 150,8 Km2. 4.4 Bagian PLTM Cikotok

4.4.1 Turbin

Turbin merupakan bagian penting dari perencanaan pembangunan PLTM yang menerima energi potensial dari air dan mengubahnya menjadi energi putaran (mekanis). Kemudian energi mekanik ini akan memutar sumbu turbin pada generator. Pada PLTM turbin yang digunakan adalah turbin jenis Francis, yang khusus digunakan untuk

Bulan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Januari 355 344 326 298 275 324 254 367 209 Februari 450 558 500 345 320 462 312 328 349 Maret 220 215 289 200 198 235 188 190 133 April 110 98 156 88 76 114 80 104 89 Mei 112 97 86 126 95 123 113 100 95 Juni 76 73 80 79 65 77 79 60 54 Juli 7 5 1.2 3 0.8 0.5 1 0.4 0,2 Agustus 60 56 45 40 67 77 80 85 73 September 20 15 21 27 45 39 36 44 33 Oktober 90 88 82 75 72 81 84 77 71 Nopember 325 312 246 378 225 264 280 250 245 Desember 368 342 289 223 198 150 170 132 125

(5)

pembangkit yang memiliki kapasitas sedang dengan head 50-100 meter.kecepatan putar turbin 750-1000 rpm Dipilihnya jenis turbin Francis ini disebabkan konstruksinya relatif sederhana, dan memiliki efisiensi yang cukup tinggi.

4.4.2 Generator

Generator adalah salah satu bagian PLTM yang sangat penting. Generator berfungsi sebagai pengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Generator yang digunakan dalam perencanaan pembangunan PLTM ini menggunakan jenis generator sinkron, karena head di bawah 100 m dan debit air sedikit bervariasi dan daya output berada di kisaran 3-4 MW.tegangan output 6,3 kV dengan kecepatan 1000 rpm

4.4.3 Generator Penguat Medan

Generator yang dipakai merupakan DC Generator yang seporos dengan generator utama.Tipenya adalah shunt generator,kecepatan 1000 rpm dan tegangan sebesar 220V 4.4.4 AVR

AVR berfungsi untuk mengatur tegangan kerja normal agar konstan. Cara kerjanya adalah mengatur arus eksitasi 4.4.5 Tranformator

Tranformator yang dipakai adalah tranformator tiga fasa dengan tegangan primer sebesar 6,3 kV dan tegangan sekunder 20 kV

4.5 Analisa Harga Energi

Pada pembahasan ini akan dijelaskan analisis pembangunan pembangkit listrik di Banten ditinjau dari aspek ekonomi

Tabel 4.5

Perhitungan Biaya PLTMH Cikotok dengan suku bunga 6%,9% dan 12%

Perhitungan Suku Bunga

6 % 9 % 12 %

Biaya Pembangkitan (US$ / kW) 2428 2428 2428 Umur Operasi (Tahun) 25 25 25 Kapasitas (MW) 4,2 4,2 4,2 Biaya Bahan Bakar (US$ / kWh) 0,0010 0.0010 0.0010 B. O & M (US$ / kWh) 0.0070 0.0070 0,0070 Biaya Modal (US$ / kWh) 0,027 0.035 0.044 Total Cost (US$ / kWh) 0,035 0.043 0.052

Tabel 4.6

Perhitungan Biaya Pokok Penyediaan PLTM Bantuan

Pemerintah

Biaya Pokok Penyediaan PLTM (Rp/kWh) Suku Bunga 6% Suku Bunga 9% Suku Bunga12% 25% Biaya Modal 400 489 600 50% Biaya Modal 296 325 430 75% Biaya Modal 193 203 259

Dengan kemampuan daya beli masyarakat untuk energi listrik sebesar Rp 665,63/kWh, maka alternatif yang dapat dipilih untuk menentukan besarnya BPP yang baru adalah dengan pemberian bantuan atau subsidi dari pemerintah sebesar 75% dari biaya modal yang dibutuhkan. Pemberian bantuan sebesar 75% dari biaya modal menghasilkan nilai BPP yang sesuai dengan daya beli masyarakat di Banten, yaitu sebesar Rp 193/kWh untuk suku bunga 6%, Rp 203/kWh untuk suku bunga 9%, dan Rp 259/kWh untuk suku bunga 12%.

Tabel 4.7

4.6 Analisa Pembangunan Pembangkit Listrik Ditinjau dari Aspek Sosial

Indeks Pembangunan manusia di Indonesia menunjukan seberapa besar kemajuan tiap Provinsi dalam membangun penduduknya. Untuk mengetahui ini maka terdapat indikator reduksi shortfall. Indikator ini adalah Angka yang mengukur rasio pencapaian kesenjangan antara jarak yang sudah ditempuh dengan yang harus ditempuh untuk mencapai kondisi yang ideal. Dalam pengertian sehari-hari Reduksi shortfall dikatakan sebagai suatu kepekaan terhadap perlakuan yang diberikan berkaitan dengan pembangunan manusia. Semakin tinggi nilai reduksi shortfall di suatu wilayah, maka semakin cepat kenaikan IPM yang dicapai dalam suatu periode

Indeks pembangunan manusia juga dapat menunjukkan seberapa besar tingkat pendidikan di suatu wilayah, dengan IPM yang tinggi atau rendah akan berpengaruh juga pada tingkat pendidikan apakah rendah atau tinggi. Pengeluaran perkapita juga akan berpengaruh pada kondisi indeks

(6)

pembangunan manusia. Pengeluaran perkapita berpengaruh pada kondisi indeks pembangunan manusia karena parameter ini menunjukkan seberapa besar kemampuan materi yang ada pada masing-masing individu tiap wilayah. Hal ini juga berpengaruh pada seberapa besar kemampuan daya beli terhadap kebutuhan termasuk listrik, sehingga secara garis besar akan berpengaruh juga terhadap rasio elektrifikasi masing-masing wilayah

Rata-rata IPM di Indonesia pada tahun 2007 adalah 70,59 dan rata-rata reduksi shortfall-nya sebesar 1,64 sedangkan provinsi Banten terletak pada posisi 2 dengan IPM dan reduksi shortfall-nya sebesar 74,68 dan 1,20 4.7Analisa Pembangunan Pembangkit Listrik Ditinjau

dari Aspek Lingkungan

Dalam pembangunan suatu pembangkit listrik, aspek lingkungan harus tetap diperhatikan. Sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan pemerintah dan untuk memperkirakan besar dan pentingnya dampak yang mungkin terjadi, maka perlu dilakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Aspek-aspek tersebut meliputi:

a. Tahap Pra Konstruksi b. Tahap Konstruksi c. Tahap Operasi d. Tahap Pasca Operasi 4.7.1Tahap pra Konstruksi

Dampak kegiatan pembangunan pembangkit pada tahap pra konstruksi antara lain ketika diadakan survei awal, presepsi masyarakat bisa turun. Hal ini disebabkan karena kegiatan survei dan ketidaktahuan masyarakat terhadap rencana kegiatan menyebabkan masyarakat berfikir negatif terhadap rencana proyek. Untuk mengatasi hal tersebut maka hal yang perlu dilakukan adalah mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dengan secara rutin dan mengadakan pendekatan teradap ulama dan tokoh-tokoh masyarakat setempat.

4.7.2Tahap Konstruksi

Pada tahap konstruksi akan terjadi penurunan kualitas udara berupa meningkatnya kandungan debu akibat transportasi bahan bangunan, peralatan dan pekerja di sepanjang jalan yang dilewati truk/sarana transportasi menuju ke lokasi proyek. Jika lokasi pembangkit di sungai yaitu untuk pembangunan PLTM, maka dampak yang lain adalah terjadi perubahan mendasar pada biota air, khususnya benthos, nekhton dan plankton. Ini akibat dari kerusakan pada bagian sungai. Selain itu, dengan adanya pembangunan pembangkit listrik, maka akan tercipta lapangan kerja selama pembagunan.

4.7.3Tahap Operasi

Pembahasan tentang aspek lingkungan pada tahap operasi PLTM Cikotok 4,2 MW.

Tahap Operasi PLTM Cikotok 4,2 MW

Dampak terhadap lingkungan dari tahap operasi pada PLTM Cikotok 4,2 MW ini adalah sebagai berikut.

a. Ramah Ligkungan

PLTM Cikotok ini tidak mengeluarkan emisi atau gas buangan seperti pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil, sehingga pembangkit ini ramah terhadap lingkungan.

b. Pembangkit Multi Fungsi

Selain berfungsi pembangkit tenaga listrik, PLTM Cikotok ini juga berfungsi untuk menyediakan air irigasi, pengendalian banjir, perikanan dan juga pariwisata. Pada PLTM ini, pembangkitan tenaga listriknya perlu dikoordinasikan dengan keperluan irigasi untuk ladang dan tegalan di sekitarnya. Dari segi pengendalian banjir, PLTM harus dapat diatur air keluarnya sehingga pada saat banyak hujan tidak timbul banjir di sisi hilir.

c. Ekologi Sungai Cimadur

Dengan adanya PLTM Cikotok ini, maka kondisi ekologi air yang ada di sungai Cimadur menjadi terganggu, seperti terganggunya migrasi ikan di sungai Cimadur. Adanya bendungan pada sungai ini mengakibatkan ikan-ikan tidak bisa lagi melewati aliran sungai ini.

d. Sedimentasi Sungai Cimadur

Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi sungai Cimadur akan berubah. Hal ini disebabkan karena terjadinya suatu sedimentasi atau pengendapan pada dasar sungai di sekitar bendungan. Pengendapan ini berpengaruh pada kedalaman sungai. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha pengerukan sungai agar kondisi sungai kembali seperti semula

4.7.4 Tahap pasca Operasi

Pada tahap ini dampak yang ditimbulkannya antara lain adanya pemutusan hubungan kerja dari para pekerja yang sebelumnya telah bekerja untuk membangun pembangkit tersebut. Kemudian dampak yang lain adalah tanah atau lahan bekas pembangkit menjadi tanah yang tandus atau gersang sehingga perlu untuk segera dilakukan pengelolaan tanah atau lahan tersebut.

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya , maka dapat diambil kesimpulan:

1. Total kapasitas terpasang pembangkit listrik yang berada di Propinsi Banten saat ini yaitu sekitar 4.200 MW, ditambah dengan kapasitas terpasang pada PLTU baru (PLTU Suralaya 600 MW, PLTU Labuan 600 MW,dan PLTU Teluk Naga 900 MW) yang sudah akan beroperasi tahun 2009, maka pada tahun 2010 total kapasitas terpasang pembangkit listrik yang berada di Provinsi Banten akan menjadi 6.300 MW atau 6.3 GW

(7)

2. Tambahan daya clan PLTM Cikotok diharapkan dapat memperbaiki kualitas suplai daya listrik di daerah tersebut. Berdasarkan informasi awal, saat ini daerah tersebut dipasok dari Gardu Induk (GI) Saketi dan GI Pelabuhanratu yang berjarak kurang lebih 70 km melalui jaringan 20 kV, yang kemudian diturunkan ke tegangan rendah 380/220 V sejauh kurang lebih 5 km. Hadirnya tambahan pasokan listrik dari PLTM Cikotok akan mengurangi voltage drop jaringan di daerah tersebut

Gambar 5.1 Layout Mini Hidro

3. Besarnya curah hujan untuk wilayah Banten per Desember 2009, curah hujan untuk wilayah Banten bagian Utara dikategorikan rendah hingga sedang, sementara untuk wil. banten bagian Selatan dikategorikan sedang dengan besaran curah hujan yang terukur pada bagian Utara 51-150 mm/bulan, dan bagian Selatan 151-200 mm/bulan.

4. Biaya investasi pembangunan PLTMH dapat dihitung dengan menggunakan rumus. Hasil dari perhitungan adalah perkiraan investasi dari pembangunan PLTMH. Modal awal diperkirakan sekitar 102 Milyar rupiah. 5. PLTM Cikotok ini tidak mengeluarkan emisi atau gas

buangan seperti pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil, sehingga pembangkit ini ramah terhadap lingkungan. CDM adalah satu-satunya mekanisme yang menawarkan win-win solution antara negara maju dengan negara berkembang dalam rangka pengurangan emisi gas rumah kaca (GHGs), dimana negara maju menanamkan modalnya di negara berkembang dalam proyek-proyek yang dapat menghasilkan pengurangan emisi GHGs, dengan imbalan CER (Certified Emission Reductions). Dengan nilai carbon tax=4,5 cent/kWh, maka untuk PLTM dengan biaya total 5,70 cent/kWh kemudian setelah ada kebijakan CDM, maka biaya totalnya menjadi 1,2 cent/kWh

5.2 Saran

Setelah dilakukan beberapa analisa dan perhitungan maka dapat diberikan beberapa saran, antara lain:

1. Karena masih banyak potensi tenaga air yang belum dibangkitkan di Indonesia, khususnya di Pulau propinsi Banten, maka diharapkan adanya kajian kembali

mengenai pemanfaatan potensi tersebut untuk pembangkit listrik dengan kapasitas yang lebih besar. 2. Biaya investasi yang sangat tingi dari pembangunan

PLTM, menyebabkan perlunya dukungan dari pemerintah baik dalam pemberian bantuan subsidi atau usaha dalam pencarian investor. Bentuk subsidi yang dapat diberikan adalah subsidi biaya modal yang diberikan pada awal pembangunan pembangkit atau subsidi silang yang diberikan setiap tahun guna memenuhi target Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik setempat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Artono Arismunandar, Susumu Kuwahara, Buku

Pegangan Teknik Tegangan Tenaga Listrik Jilid I: Pembangkitan dengan Tenaga Air, PT Pradnya

Paramita, Jakarta, 2000.

[2] Chow VT, Maidment DR, and Mays LW. 1988. Applied Hydrology. New York:McGraw-Hill.

[3] Hadi Susilo, Pengembangan Sumber Daya Air, Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB, Jakarta, 2008. [4] Kadir, Abdul, 1995. Energi: Sumber Daya, Inovasi,

Tenaga istrik dan Potensi Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

[5] Majuro. Workshop on Renewable energies. Republik of the Marshall Island. March 17,2005.

[6] Marsudi, Djiteng. Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga. 2005.

[7] Wanielista MP. 1990. Hydrology and Water Quality Control. Florida-USA :John Wiley & Sons.

[8] ……...,Clean Development Mechanism (CDM)

Sebagai Sala Satu Sumber Pendanaan,

http://www.dephut.go.id/

[9] ...,Guide on How to Develop a Small Hydropower

Plant, European Small Hydropower Association–

ESHA, Inggris, 2004.

[10] .…...,Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten tahun 2008, Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2008 [11]

http://www.cd3wd.com/cd3wd_40/vita/hydrmini/en/hyd rmini.htm

[12] www.lebakkab.go.id

[13] .…...,Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten tahun 2008, Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak-Banten, 2008

[14] ..., 2008 Statistik PLN, URL:http://www.pln.co.id

[15]...,2008 Profil daerah Kabupaten Lebak. URL: http://regionalinvestment.com

[16]http://www.a10smart.co.cc/2010/05/pembangkit-listrik-tenaga-mikrohidro.html

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mojokerto - Jawa Timur pada Tanggal 21 Semptember 1986 dengan nama lengkap Dinda Putri Berliana, dilahirkan sebagai anak ke-dua dari tiga bersaudara pasangan Nasib subiyanto dan Pudji Hartati yang bertempat tinggal di Mojokerto, Jawa Timur.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepeluh Nopember Surabaya dengan NRP : 2208 100 524 Jenjang pendidikan yang telah ditempuh adalah sebagai berikut :

• SDN Gedongan 3 Mojokerto, lulus tahun 1999

• SLTPN 1 Mojokerto, lulus tahun 2002

• SMU Negri 1 Puri, Mojokerto, lulus tahun 2005

• D3 Teknik Elektro ITS-Disnaker,lulus tahun 2008 Tahun 2008 terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Lintas Jalur, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepeluh Nopember Surabaya.

Gambar

Gambar 3.2 Peta Kabupaten Lebak
Gambar 5.1 Layout Mini Hidro

Referensi

Dokumen terkait

e) Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik yang diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem Statistik Nasional (SSN)

MIM Ngadirejan juga belum mempunyai media pembelajaran interaktif menggunakan komputer multimedia, proses belajar mengajar di MIM Ngadirejan masih bersifat konvensional sehingga

Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa pelataran, los, kios yang dikelola

Van Hammel merumuskan sebagai berikut yaitu strafbaar feit adalah kelakuan orang (menselijke gedraging ) yang dirumuskan dalam wet yang bersifat melawan hukum, yang

42 Penelitian yang dilakukan secara langsung di lapangan atau responden. 43 Lihat juga Sudarwan Danim, Menjadi Penelitian Kualitatif, Bandung: CV.. hubungan antara dua

Namun demikian Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa jihad untuk mengusir Israel dan melenyapkannya tidak perlu menunggu sampai Khilafah berdiri, bahkan Hizbut Tahrir pada

Memo Pemberitahuan Harga Jual yang sudah dibuat dan ditandatangani Head of BU dan F&A Mgr Distributor didistribusikan via email kepada : # Internal Subdist

Adalah sebuah fakta bahwa material seperti pakaian dapat membuat tubuh menjadi hangat dan berkeringat, namun tidak dapat memancarkan FIR untuk menyerap sampah dan racun tersebut