• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena merupakan institusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena merupakan institusi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena merupakan institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri serta fungsi-fungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai berbagai kelompok profesi dalam pelayanan penderita. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Qauliyah, 2008).

Rumah Sakit merupakan suatu tempat dan juga sebuah fasilitas, sebuah institusi, sebuah organisasi yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap. Rumah Sakit juga merupakan suatu tempat bekerja tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan. Untuk itu rumah sakit dapat dipandang bertanggung jawab atas kesalahan dan atau kelalaian tenaga kesehatan yang bekerja di dalamnya (Aditama, 2002). Rumah sakit umum adalah merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan harus bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik (Anonim, 1992).

2.1.1 Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit oleh WHO (1957) diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, (Integrasi) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau

4 5

(2)

pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial.

Menurut Milton Roemer dan Friedman dalam bukunya Doctors in hostpitals yang dikutip oleh Aditama (2002) fungsi rumah sakit adalah :

a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapetiknya. b. Harus ada memiliki pelayanan rawat jalan.

c. Rumah Sakit juga bertugas untuk melakukan pendidikan pelatihan.

d. Rumah Sakit perlu melakukan penelitian dibidang kedokteran dan kesehatan.

e. Bertanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi populasi di sekitarnya.

Dalam pelaksanaan tugasnya rumah sakit mempunyai fungsi menyelenggarakan pelayanan medis, penunjang medis dan non medis pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta administrasi dan keuangan (Sahadia, 2011).

2.1.2 Tipe-tipe Rumah Sakit

Penggolongan tipe rumah sakit berdasarkan kemampuan rumah sakit tersebut memberikan pelayanan medis kepada pasien. Ada 5 tipe rumah sakit di Indonesia, yaitu rumah sakit tipe A, B, C, D dan E.

1. Rumah Sakit Tipe A

Rumah sakit tipe A adalah Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) atau disebut pula sebagai Rumah Sakit pusat (Anonim, 2011).

(3)

Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas.Rumah Sakit ini didirikan disetiap Ibukota Propinsi yabg menampung pelayanan rujukan di Rumah Sakit Kabupaten (Anonim, 2011).

3. Rumah Sakit Tipe C

Adalah rumah sakit yang mapu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota Kabupaten (Regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas (Anonim, 2011).

4. Rumah Sakit Tipe D

Adalah Rumah Sakit yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini menampung rujukan yang berasal dari Puskesmas (Anonim, 2011)

5. Rumah Sakit Tipe E

Adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja. Saat ini banyak rumah sakit kelas ini ditemukan misalnya, rumah sakit kusta, paru, jantung, kanker, ibu dan anak (Anonim, 2011).

2.2 Diabetes Mellitus

2.2.1 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes melitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa darah terlampau meningkat) dan khususnya menyangkut

(4)

metabolisme hidratarang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan protein juga terganggu (Tjay, 2007).

Diabetes adalah suatu penyakit yang mempunyai tiga nama, yaitu kencing manis, penyakit gula darah, dan diabetes mellitus. Kencing manis artinya air kencing mengandung gula sehingga sering dikerubuti oleh semut karena mempunyai rasa manis. Sedangkan penyakit gula darah artinya penyakit yang di tandai dengan tingginya kadar gula darah yang melebihi batas normal (Soeryoko, 2011).

2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Secara umum pembagian penyakit Diabetes didasarkan pada American Diabetes Asociation (ADA) tahun 2009, yaitu :

1. Diabetes mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM atau DM tipe I )

Sekitar 5-10% dari penderita DM ini tergantung 100% pada insulin, karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin. Sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. DM ini biasa timbul pada anak atau remaja (Tjokroprawiro, 2011).

(5)

2. Diabetes mellitus tak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM atau DM tipe II)

Diabetes mellitus tipe II adalah diabetes mellitus yang kebanyakan mengenai penderita dewasa terutama umur 40 tahun ke atas. Pengobatan diabetes mellitus ini tidak tergantung pada 100% insulin. Insulin diproduksi, tetapi jumlahnya tidak cukup. Sehingga pengobatannya dapat menggunakan insulin dibantu dengan obat hipoglikemik oral (OHO) atau OHO saja (Tjokroprawiro, 2011).

3. Diabetes mellitus kehamilan (Gestational Onset Diabetes Mellitus/GODM)

Diabetes mellitus yang timbul pada waktu hamil dimana sebelum hamil tidak menderita diabetes (Tjokroprawiro, 2011).

4. Diabetes mellitus tipe spesifik lain

Diabetes mellitus tipe ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti defek genetik fungsi sel β, defek genetik aksi insulin, penyakit eksokrin pankreas, dan endokrinopati, dicetuskan oleh obat atau zat kimia, infeksi, bentuk lain pada diabetes yang dipengaruhi imun, dan sindroma genetik lain yang dihubungkan dengan diabetes mellitus (Tjokroprawiro, 2011).

Bentuk diabetes yang paling sering dijumpai adalah tipe 1 dan tipe 2. Walaupun keduanya memiliki penyebab yang berbeda dan menyerang kelompok orang yang berbeda, keduanya memiliki tiga kesamaan (David, 2010).

Pertama, diabetes tipe 1 dan tipe 2 ditandai dengan kelainan metabolisme, termasuk tingginya kadar gula darah, serta meningkatnya hasil pemecahan zat-zat yang dilepas dari tempat penyimpanan. Kedua, penurunan pelepasan insulin atau kepekaan terhadap insulin merupakan akibat dari kelainan metabolism tersebut. Pada diabetes tipe 1, tubuh tidak memproduksi insulin

(6)

atau hanya dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada diabetes tipe 2, tubuh tidak bias memenuhi kebutuhan insulin yang meningkat karena kondisi yang disebut resistensi insulin. Ketiga, kedua tipe diabetes ini dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang yang mempengaruhi pembuluh darah halus di mata, ginjal dan system saraf. Komplikasi ini berhubungan dengan tingginya kadar guka darah dalam jangka waktu lama dan dapat mengakibatkan kebutaan, gagal ginjal, borok di kaki, serta disfungsi organ lainnya (David, 2010).

2.2.3 Penyebab Diabetes Melitus

Pembentukan diabetes yang penting adalah dikarenakan kurangnya produksi insulin (diabetes mellitus tipe I, yang pertama dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes mellitus tipe II, bentuk yang lebih umum). Selain itu, penyebab diabetes mellitus dikarenakan oleh resistensi insulin yang terjadi pada wanita hamil (Fitria, 2009).

Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin. Selain hal tersebut, para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya hal ini, diperlukan kecenderungan genetic (Fitria, 2009). Faktor-faktor yang mempertinggi penyebab diabetes mellitus adalah :

1. Kelebihan karbohidrat

Tingginya jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia diakibatkan pola makan orang Indonesia yang terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat. Dengan nasi sebagai maknan pokok, tidak aneh jika negeri ini menduduki posisi keempat dalam jumlah penderita diabetes

(7)

terbanyak di dunia. Nasi mengandung glukosa dalam kuantitas banyak dan glukosa yang berlebihan merupakan salah satu penyebab penyakit diabetes (Fitria, 2009).

Pola makan yang berbeda dilakukan oleh orang-orang di negara maju. Mereka lebih banyak mengonsumsi protein dan lemak dibanding karbohidrat. Disebutkan, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 8,5 juta orang pada tahun 2000. Setelah lima tahun berselang, diperkirakan telah mengalami peningkatan sebanyak tiga kali lipat (Fitria, 2009).

2. Kelainan Genetika

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik (Fitria, 2009).

3. Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun dan pada mereka yang berat badannya berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin (Fitria, 2009).

4. Stres

Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar lemak serotonin otak. Serotonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko diabetes (Fitria, 2009).

5. Pola Makan Yang Salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko penyakit diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan gemuk berlebih (obesitas)

(8)

mengakibatkan gangguan kerja insulin. Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada janin mungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengonsumsi alkohol selama hamilnya. Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk. Dalam pengobatan penderita DM, selain obat-obatan anti diabetes, perlu ditunjang dengan terapi diet untuk menurunkan kadar gula darah serta mencegah komplikasi-komplikasi yang lain (Fitria, 2009).

Penyebab dari penyakit diabetes mellitus adalah kekurangan horman insulin, yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk dimetabolisir (dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan penderita sering berkemih, merasa amat haus, berat badan menurun dan merasa lelah. Penyebab lain adalah menurunnya kepekaan reseptor sel pada insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan oleh makan terlalu banyak dan kegemukan (overweight). Rata-rata 1,5-2% dari seluruh penduduk dunia menderita diabetes yang besifat menurun (familial) (Soeryoko, 2011).

2.2.4 Gejala Diabetes Mellitus

Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur,

(9)

koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Depkes RI, 2005).

1. Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit) (DepKes RI, 2005).

2. Pada DM Tipe II gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe II seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe II umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Depkes RI, 2005).

2.2.5 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu: 1. Penyuluhan (edukasi)

Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di samping kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat berisiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan (Waspadji, dkk, 2002).

Edukasi dalam pengertian yang luas yang mendukung rawat kesehatan diabetes, pada tiap kontak antara diabetisi dan tim rawat kesehatan. Ini mempersulit pemisahan aspek-aspek edukasi yang terbaik sebagai faktor penyumbang efektivitas. Pengakuan bahwa 95%

(10)

dari rawat kesehatan diabetes disediakan oleh diabetisi sendiri, dan keluarganya, tercermin dalam terminologi saat ini yaitu program edukasi swa-manajemen diabetes (ESMD). Dengan pengertian bahwa pengetahuan sendiri tidak cukup untuk memberdayakan orang untuk mengubah perilaku dan memperbaiki hasil akhir. Dalam laporan teknologi yang memberitahukan panduannya atas pemakaian model edukasi-pasien, NICE menyediakan suatu tinjauan, bukan sekedar meta-analisa formal, karena perbedaan rancangan, durasi, pengukuran hasil akhir dapat mengurangi resiko penyakit Diabetes mellitus tipe 2 (David, 2010).

2. Perencanaan makan

Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur, maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut :

1) Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal.

2) Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan janinnya.

3) Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji, dkk, 2002). 3. Latihan jasmani

Dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes adalah memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko kardiovaskuler (Waspadji, dkk, 2002).

(11)

4. Obat hipoglikemik

Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida dan inhibitor glukosidase alfa (Waspadji, dkk, 2002).

1) Terapi insulin

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti itu badan akan jadi lemah tidak ada sumber energi di dalam sel. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan Diabetes mellitus tipe 2 jumlah lubang kuncinya yang kurang, meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat (Waspadji, dkk, 2002).

Ada berbagai jenis sediaan insulin eksogen yang tersedia, yang terutama berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:

a. Insulin masa kerja singkat (Short-acting Insulin), disebut juga insulin reguler. Yang termasuk disini adalah insulin reguler (Crystal Zinc Insulin/CZI). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara lain:

(12)

Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1-3 macam dan efeknya dapat bertahan sampai 8 jam.

b. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting). Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat dengan menambahkan bahan yang dapat memperlama kerja obat dengan cara memperlambat penyerapan insulin kedalam darah. Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn (NPH), Monotard, Insulatard. Jenis ini awal kerjanya adalah 1,5-2,5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4-15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.

c. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam).

d. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin) merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar 24 – 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard (Anonim, 2008).

2) Terapi obat hipoglikemik oral a. Golongan Sulfonilurea

Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan. Sampai beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat hipoglikemik oral merupakan golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya.

(13)

Senyawa-senyawa sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati, ginjal dan tiroid (DepKes RI, 2005).

Kerja dari obat ini adalah dengan merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel β langerhans pankreas. Rangsangannya melalui interaksi dengan ATP sensitive K channel pada membran sel-sel β yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca++, sehingga ion Ca++ akan masuk sel β, merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Selain itu, sulfonilurea juga dapat mengurangi klirens insulin di hepar (Aryani, 2011).

Sulfonilurea diklasifikasikan menjadi 2, yaitu generasi pertama dan generasi kedua. Penggolongan ini didasarkan perbedaan pada potensi efek terapi, potensi efek samping selektif dan penempelan pada protein serum. Yang termasuk dalam generasi pertama meliputi asetoheksamid, klorpropamid, tolazamid dan tolbutamid. Sedangkan sulfonilurea golongan kedua adalah glimepirid, glipizid dan gliburid, yang mempunyai potensi hipoglikemi lebih besar dari generasi pertama (Farmacia, 2011).

b. Meglitinid

Mekanisme kerja obat golongan ini hampir sama dengan sulfonilurea. Golongan ADO ini merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ATP independent di sel β pankreas. Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan obat ini. Absorbsinya cepat saat diberikan secara oral dan mencapai kadar puncaknya dalam waktu 1jam. Waktu paruhnya 1jam, maka harus diberikan beberapa kali dalam sehari, pada waktu sebelum makan. Obat ini mengalami metabolisme di hati (utamanya), 10% dimetabolisme di

(14)

dalam ginjal. Efek samping utama hipoglikemia dan gangguan saluran pencernaan, juga reaksi alergi (Farmacia, 2011).

c. Biguanid

Fenformin, buformin dan metformin merupakan golongan biguanid. Namun yang sering digunakan adalah metformin, fenformin telah ditarik dari peredaran karena dapat menyebabkan asidosis laktat (Farmacia, 2011). Metformin meningkatkan sensitivitas insulin pada hepar juga pada jaringan otot disekitarnya. Hal ini meningkatkan pengambilan glukosa ke dalam jaringan sensitif insulin. Biguanid merupakan suatu antihiperglikemik, tidak merangsang sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkan hipoglikemik. Metformin oral diabsorbsi di intestin dan tidak terikat dengan protein plasma di dalam darah dan diekskresi melalui urin. Metformin diminum pada saat makan, pada pasien DM yang tidak memberikan respon terhadap sulfonilurea, dapat diberikan metformin atau digunakan sebagai terapi kombinasi bersama insulin atau sulfonylurea (Farmacia, 2011).

d. Peroxisome Proliverators-activated receptor-γ (PPARγ)

Antidiabetik oral ini juga disebut dengan golongan tiazolidinedion, termasuk dalam golongan ini yang tersedia secara komersial adalah rosiglitazon dan pioglitazon. Obat golongan ini mampu meningkatkan sensitivitas insulin terhadap jaringan sasaran, diduga memiliki aktivitas untuk mengurangi resistensi insulin dengan meningkatkan ambilan glukosa dan metabolisme dalam otot dan jaringan adipose. Agen ini juga menahan glukoneogenesis di hati dan memberikan efek tambahan pada metabolisme lemak, steroidogenesis di ovarium, tekanan darah sistemik dan sistem fibrinolitik (Farmacia, 2011).

(15)

e. Penghambat α-glukosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan hiperglikemia postprandial, bekerja di lumen usus, tidak menyebabkan hipoglikemia dan tidak mempengaruhi kadar insulin. Efek samping yang ditimbulkan dapat berupa gejala gastrointestinal, flatulen dan diare (Waspadji, 2004).

2.4 Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti, sudah ada penelitian sejenis yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik dari referensi di salah satu situs penelitian kumpulan sripsi, terdapat penelitian “ Studi Penatalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di RSUP H.Adam Malik September Sampai Desember 2009 “ (Riris Helena Sitinjak). Telaah Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa Penatalaksanaan pasien Diabetes Mellitus tipe II tergolong cukup baik, namun penelitian itu tidak menjamin sepenuhnya bahwa Penatalaksanaan DM tipe II di RSUP H.Adam Malik berjalan dengan baik dan benar karena hanya berdasarkan rekam medis yang beberapa diantaranya tidak lengkap dan tidak berpatokan pada empat pilar penatalaksanaan pasien DM tipe II.

Penelitian itu berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan baik dari metodologi penelitian, tekhnik pengumpulan data maupun substansi isinya.

Referensi

Dokumen terkait

Perolehan batas deteksi baik secara perhitungan maupun percobaan adalah valid, sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada literatur (Moffat, 2002). Literatur

(2) Dokumen pertanggungjawaban biaya sebagaimana pada ayat (1) terdiri dari : SPPD, bukti tanda terima pembayaran lumpsum oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai

 keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Perseroan. Antara lain berdasarkan rekomendasi dari komite-komite yang membantu efektivitas

Pilih kembali Assigned Load Case, masukan informasi besar serta arah beban seperti pada gambar dibawah dan pastikan setiap input tipe beban dilakukan dan SELALU diakhiri dengan

Dengan kondisi tersebut masyarakat memerlukan suatu ruang yang dapat mewadahi segala aktivitas kesenian, khususnya kesenian tradisonal untuk menambah pengetahuan

menceritakan tentang seorang wanita muda yang lugu bernama Andrea yang menjadi asisten dari Miranda Priestly, yang merupakan editor model sebuah majalah. Wanita

Perlakuan interaksi antara asam sitrat dan gula berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar antosianin, total gula, total padatan terlarut, perlakuan konsentrasi

61.. Tafsi>r ini terdiri dari lima belas volume, dan menafsirkan Alquran secara lengkap, tiga puluh juz Al-Qur‟an. Tafsi>r Quraish Shihab ini sangat berpengaruh di