• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA

Gina Mondrida, Siti Darwati, Agus Ariyanto, Sri Setiyowati, Puji Widayati, Wening Lestari, Veronica Yulianti

Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka – BATAN

ABSTRAK

UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA. Telah dilakukan uji klinis terhadap kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dengan pembanding kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. Pada penentuan albumin urine terhadap 15 sampel pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dengan pembanding kit RIA RRC didapatkan 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 μg/ml), baik dengan kit PRR-BATAN manupun kit RIA RRC. Sedangkan pada penentuan albumin urine terhadap 34 sampel pasien di RS Fatmawati, Jakarta, dengan pembanding kit metoda ELISA, didapatkan 6 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 μg/ml) baik dengan kit PRR-BATAN maupun dengan kit metoda ELISA. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut positif (+) mengidap diabet. Dari hasil penentuan kadar albumin urine terhadap 37 pasien (protein urinenya negatif) di RS Fatmawati dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN didapatkan: 30 pasien (81%) negatif (-) dan 7 pasien (19%) positif (+), sedangkan dengan metoda ELISA: 31 pasien (83%) negatif (-) dan 6 pasien (16%) positif (+), jadi 97% data ELISA mendukung data RIA. Kedua metoda tersebut cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik. Bila kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dibanding dengan kit RIA RRC dan kit metoda ELISA, kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN memiliki sensitifitas lebih tinggi dari pada kit RIA RRC dan kit metoda ELISA.

Kata kunci : RIA, mikroalbuminuria, normal albumin

ABSTRACT

CLINICAL TRIAL OF MICROALBUMINURIA RIA KIT. Clinical trial of microalbuminuria RIA kit locally in center of Radioisotope & Radiopharmaceutical-BATAN have been performed by comparising with CIAE (China) kit and ELISA method. Determination of 15 samples of patients in Hasan Sadikin Hospital using CIAE kit as gold standard gave 7 samples with high albumin content (>34 μg/ml), in both CIAE and CRR RIA kit. While the determination of 34 samples in Fatmawati Hospital, Jakarta using ELISA method as gold standard showed 6 samples with high albumin content (>34 μg/ml), in both CRR RIA kit and ELISA method. These results represented the patients have diabetes problem. The rest of the samples showed normal albumin value. Clinical trial in 37 patients Fatmawati Hospital showed 30 patients (81%) with protein negative (-) and 7 patients (19%) with protein positive (+) assayed by CRR RIA kit, while ELISA method gave 31 patients (83%) with protein negative and 6 patients (16%) with protein positive. Ninety seven persent of ELISA data supported the data obtained by RIA. Both methods have a good correlation. However, microalbuminuria RIA kit is more sensitive compared to the ELISA method.

Key words : RIA, microalbuminuria, normal albumin

PENDAHULUAN

erkembangan dalam penelitian Radioimonoassay terutama dalam penentuan albuminuria akhir-akhir ini mendorong penelitian

pato fisiologi dan diagnosa klinis mikroalbuminuria

berkembang pesat. Dikatakan oleh [2] bahwa adanya mikroalbumin dalam urine memberikan peringatan adanya kondisi penting pada penderita kencing manis (diabetes mellitus) atau pada penderita tekanan darah tinggi. Hal tersebut merefleksikan adanya kerusakan pembuluh darah dan pragnosa yang pada tahap berikutnya adalah kegagalan ginjal.

P

Mikroalbuminuria adalah keadaan fisiologis seseorang di mana kadar albumin yang diekskresi ke dalam urine masih berada di bawah ambang kadar albuminuria. Pada kondisi tersebut albumin yang diekskresi ke dalam urine berkisar antara 20 – 200 µg/menit atau 30 – 300 mg/hari. Konsentrasi di atas nilai tersebut proteinuri dan dinyatakan

Nephropathy (gagal ginjal) [3]. Penentuan kadar

albumin dalam jumlah mikro (<200 µg/menit) pada pasien diabetes sangat penting untuk deteksi dini mikroalbumin sebelum menjadi diabetes

nephrophaty (gagal ginjal), agar dapat dilakukan

(2)

Saat ini penentuan kadar albumin dalam urine dilakukan dengan metoda DIPSTICK atau metoda pengendapan dengan asam [1]. Meskipun demikian, penentuan kadar albumin dengan cara

DIPSTICK tidak sensitif, sehingga tidak dapat

mendeteksi kadar albumin dalam orde mikrogram [2].

Teknik RIA merupakan teknik yang cukup sensitif dan spesifik, sehingga dapat digunakan untuk menentukan kadar albumin dalam jumlah mikrogram, umumnya bisa digunakan untuk penentuan kadar mikroalbuminuria [2, 4].

Prinsip metoda RIA untuk penentuan kadar albuminuria dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam suatu campuran yang mengandung albumin bertanda 125I dan albumin dari urine penderita yang

ditambahkan ke dalam coated tube HSA (antibodi HSA yang disalut pada tabung), maka akan terjadi reaksi kompetisi terhadap antibodi tersebut dalam jumlah terbatas. Setelah diinkubasi dalam waktu tertentu, selanjutnya dilakukan pemisahan antara albumin terikat antisera dengan albumin bebas dengan cara dekantasi. Besarnya keradioaktifan fraksi terikat ditentukan dengan pencacah gamma (γ).

Dewasa ini penelitian dan pengembangan kit mikroalbuminuria di Bhabha Atomic Research Centre (BARC), India, yang berhubungan dengan pembuatan dan penggunaannya baru sampai pada tahap uji klinis di laboratorium, belum sampai dipasarkan, sedangkan di China Atomic Energy (CIAE), China, kit mikroalbuminuria telah luas digunakan dan dipasarkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat kit RIA mikroalbuminuria untuk memenuhi kebutuhan domestik, khususnya untuk penentuan albumin kadar rendah di dalam urine. Komponen kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat terdiri dari

tracer (antigen bertanda radioisotop 125I), antibodi

yang dicoated ke dalam tabung dasar bintang, larutan standar HSA dan larutan pencuci. Dalam makalah ini akan dilaporakn hasil uji klinis kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat di PRR-BATAN.

TATA KERJA

Bahan

Bahan dan pereaksi yang digunakan untuk pembuatan urine sintetis antara lain Na2HPO4 bebas

air, KH2PO4. 7H2O, NaCl, NH4Cl dan Urea

masing-masing diperoleh dari E-Merck dan PT. Harum Sari. Obat suntik gentamycin sulfat anti septik untuk pengawet (40 µg/2 ml) diperoleh dari PT. Praja Ph. HSA (Albumin serum manusia) yang digunakan sebagai standar albumin adalah buatan Sigma. Oksidator iodogen untuk iodinasi HSA buatan Pierce, sedangkan BSA (albumin serum sapi) dan tris bufer masing-masing diperoleh dari E-Merck. Kloroform untuk melarutkan iodogen, n-butilalkohol, etil alkohol dan NH4OH untuk uji

kemurnian radiokimia dari E-Merck. Antisera HSA buatan CIAE (China).

Peralatan

Mini assay γ-counter tipe G-20 buatan USA digunakan untuk pengukuran keradioaktifan, kolom Sephadex G-25 PD-10 (Pharmacia), Sentrifuga Allega 21 Beckman digunakan untuk pemisahan fraksi 125I-HSA dan 125I bebas.

Pembuatan ”Coated Tube” Iodogen.

Ke dalam tabung reaksi dilarutkan 2 mg iodogen dalam 2 ml kloroform. Untuk setiap iodinasi diambil 10 μl larutan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pendek (volume 2 ml) untuk penandaan. Larutan iodogen di dalam tabung dikeringkan pada suhu 37 0C selama 5 – 6 jam di

dalam inkubator. Coated tube iodogen ditutup parafiln dan siap digunakan untuk penandaan (disimpan pada suhu 40 C).

Penandaan HSA dengan 125I

Ke dalam coated tube yang telah berisi 10 μg iodogen dimasukkan 50 μl (100 μg) HSA dalam larutan dapar fosfat 0,2 M (1 mg/0,5 ml), kemudian ditambahkan 1-2 μl Na125I (±250 μCi). Larutan

diaduk dengan vorteks, dan reaksi dibiarkan berlangsung selama 90 detik. Untuk menghentikan reaksi ditambahkan 250 μl larutan dapar fosfat 0,2 M, kemudian campuran reaksi dimurnikan menggunakan kolom Sephadex G-25 (PD-10) dan dielusi dengan larutan dapar tris 0,1 N pH 7,4. Hasil elusi ditampung dalam tabung reaksi 4 ml, masing-masing sebanyak 1 ml untuk 12 tabung. Tiap-tiap tabung reaksi kemudian dicacah dengan menggunakan gamma mini assay.

Kemurnian radiokimia hasil penandaan dianalisis dengan kromatografi kertas, menggunakan fasa diam kertas Whatman No. 1 dan fasa gerak campuran n-butanol, etanol dan NH4OH

0,1 M dengan perbandingan 3 : 2 : 1. Immunoreaktivitasnya ditentukan dengan protokol

assay dapat dilihat pada Tabel 1.

(3)

Standar HSA Sampel NSB 0 2 5 10 20 50 100 150 Nomor tabung 1,2 3,4 5,6 7,8 9,10 11,12 13,14 15,16 17,18 19,20 Standar (μl) 50 50 50 50 50 50 50 50 50 Sampel (μl) 50 50 HSA 125I (μl) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 200 200 200 200 200 200 200 200 200

Vortex, inkubasi pada 37 0C selama 1 jam atau 2 jam pada suhu kamar

PEG 15% (μl) 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 Sentrifuge pada 2.500 rpm selama 20 menit, Dekantasi supernatan, Cacah

Pembuatan Urine Sintetis

Urine sintetis digunakan untuk melarutkan HSA, dalam pembuatan standar HSA, pembuatan standar 0 dan untuk menentukan (%) NSB. Urine sintetis disiapkan sebagai berikut: Ke dalam botol 1 liter dimasukkan berturut-turut 64 g Na2HPO4

7H2O, 15 g KH2PO4, 2,5 g NaCl dan 5 g NH4Cl,

kemudian ditambahkan 900 ml aquabides. Campuran larutan selanjutnya disterilisasi dalam

autoclave pada suhu 120 0C selama 30 menit.

Setelah dingin larutan hasil sterilisasi dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter, kemudian ditambahkan 25 g urea dikocok, dan selanjutnya ditambahkan lagi aquabides sampai larut. Kemudian sebanyak 2 ml gentamycin ditambahkan dan akhirnya aquabides ditambahkan sampai volume 1000 ml. Campuran dikocok perlahan-lahan dan siap digunakan. Larutan disimpan pada suhu 0 – 4 0C.

Pembuatan larutan standar Albumin

Larutan standar disiapkan dengan melarutkan sejumlah tertentu HSA dengan menggunakan pelarut urine sintetis. Konsentrasi larutan standar yang dibuat hádala antara 0 μg/ml – 150 μg/ml dan diberi label sebagai standar A = 0 μg/ml, B = 2 μg/ml, C = 5 μg/ml, D = 10 μg/ml, E = 20 μg/ml, F = 50 μg/ml, G = 100 μg/ml, dan H = 150 μg/ml. Pembuatan standar dilakukan mulai dari standar tertinggi 150 μg/ml sebagai standar H. Standar yang lebih rendah A, B, C, D, dan E dibuat melalui pengenceran standar H dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan urine sintetis sebagai pengencer.

Pembuatan “coated tube” antibodi HSA

Antibodi diencerkan dengan bufer karbonat 0,05 M pH 9,6 sesuai dengan titer optimal, kemudian dimasukkan sebanyak 500 μl ke masing-masing tabung star. Diinkubasi semalam pada suhu 4 0C, kemudian dicuci dengan 3 x 1 ml dengan

washing solution (0,1% Tween 20 dalam

aquabides). Lalu tabung dikeringkan (disimpan pada suhu 4 0C).

Penentuan standar PRR dengan standar CIAE (China)

Ketepatan kadar standar PRR-BATAN ditentukan dengan menggunakan standar pembanding (Gold standar) dari CIAE, China. Dalam penentuan ini digunakan tracer dari CIAE (China) dan tracer buatan PRR.

Pengujian dan Validasi kit RIA mikroalbumkinuria 125I

Pengujian dan validasi terhadap kit dilakukan dengan cara menentukan kesetaraan kadar standar, sensitifitas, akurasi, profil ketelitian, daerah kerja, nilai cuplikan kontrol dan % CV “interassay” serta % CV intra assay.

Penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria

Sampel yang ditentukan diperoleh dari 15 pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dan 37 pasien [protein urinenya negatif (-)] di RS Fatmawati. Kemudian albuminnya ditentukan dengan metoda yang menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan pembanding kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. Penentuan albumin urine sebanyak 7 sampel dilakukan juga dengan metoda DIPSTIK dan dengan metoda yang menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN. Penentuan albumin urine terhadap 34 sampel yang diambil secara acak dilakukan pula dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penandaan HSA dengan 125I yang dilakukan

dalam tiga bentuk percobaan memberikan efisiensi penandaan masing-masing 97,9 %, 98,4 %, dan 78,2 % dapat dilihat pada Gambar 1.

(4)

Gambar 1. Hasil Penandaan HAS Dengan 125I

Menggunakan Oksidator Iodogen. Hasil penandaan percobaan pertama dan kedua memberikan hasil yang cukup baik,

sedangkan penandaan percobaan ketiga menunjukkan terjadinya penurunan efisiensi penandaan. Hal ini disebabkan daya oksidasi dari oksidator iodogen sudah mulai menurun. Karena itu sebaiknya “coated tube” iodogen digunakan maksimum 2 minggu setelah pembuatan, karena daya oksidasinya menurun bila digunakan lebih dari waktu tersebut.

Perbandingan kualitas tracer PRR-BATAN dengan tracer CIAE menunjukkan bahwa tracer PRR-BATAN memberikan kemurnian radiokimia cukup baik sebesar 93,9 % sedangkan tracer CIAE 90,6 % dengan imunoreaktifitas tracer PRR-BATAN 69,7 % dan tracer CIAE 69,7 % (lihat Tabel 2). Dapat dikatakan bahwa tracer yang dibuat PRR memiliki kualitas yang baik.

Tabel 2.Perbandingan kualitas tracer PRR-BATAN dengan tracer CIAE Perunut

PRR (Indonesia)

Perunut CIAE (China) Standar CIAE (China) Kemurnian radiokimia: 93,9 %NSB: 1,53 %

B/T : 69,7 % Kemurnian radiokimia: 90,6 % NSB: 1,60 % B/T : 66,9 % Standar PRR (Indonesia) Kemurnian radiokimia: 93,9 % NSB: 1,91 % B/T : 73,9 % Kemurnian radiokimia: 90,6 % NSB: 1,99 % B/T : 70,1 %

Keterangan: NSB = % Ikatan tidak spesifi ; B/T = % Ikatan cacahan standar 0/ cacahan total Begitu juga pengujian standar PRR-BATAN

dan standar CIAE (China) dengan menggunakan

tracer PRR-BATAN diperoleh keterikatan maksimum (% B/T) untuk standar PRR-BATAN 73,9 % sedangkan untuk standar CIAE (China) 69,7 %. Apabila digunakan tracer CIAE (China) maka keterikatan maksimum (% B/T) untuk standar PRR-BATAN adalah 70,1. Sedangkan untuk standar CIAE 66,9 % (lihat Tabel 2). Dari kedua tracer PRR-BATAN dan CIAE, standar PRR-BATAN memberikan % B/T lebih tinggi dar standar CIAE (China). Hal ini menunjukkan bahwa standar PRR-BATAN memiliki kualitas lebih baik dari pada standar CIAE (China).

Uji paralelism standar (lihat Gambar 2) menunjukkan kurva % B/T vs konsentrasi HSA dari standar PRR-BATAN berhimpit cukup baik, dengan standar CIAE (China). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku standar PRR-BATAN mendekati perilaku standar CIAE (China).

Gambar 3 menunjukkan profil ketelitian kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dengan %

CV < 5 % serta daerah kerja cukup lebar yaitu 2-70 μg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa presisi standar kit RIA mikroalbuminuria memenuhi persyaratan analisis (CV < 5 %). Rentang konsentrasi (2 – 70 μg/ml) dengan CV < 5 % merupakan parameter yang penting dalam analisa mikro.

Dari hasil penentuan nilai 0 dengan 10 replikasi, diperoleh sensitifitas (ED 90, konsentrasi yang memberikan B/BO = 90 %) yang cukup baik yaitu 0,49 μg/ml. Diperoleh pula bahwa nilai semua cuplikan kontrol yang mewakili nilai rendah, medium dan tinggi berada pada daerah rentang nilai yang seharusnya (lihat Tabel 3).

(5)

Gambar 2. Kurva Standar kit RIA mikroalbuminuria

Gambar 3. Profil Ketelitian (imprecision profile) Kit RIA Mikroalbuminuria Catatan : daerah kerja yang memberikan %CV < 5% cukup lebar yaitu (2 - >70µg/ml)

Tabel 4 memperlihatkan hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan DIPSTIK. Disini terlihat hasil negatif (-) dengan DIPSTIK sudah dapat dideteksi dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN.

Tabel 3. Nilai Cuplikan kontrol menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN Cuplikan kontrol μg/mlNilai Rentang nilai cuplikan kontrol μg/ml L (Rendah) M (Medium) H (Tinggi) 2,04 10,25 17,73 1,44 – 2,40 7,97 – 13,27 14,67 – 22,45

Table 4. Hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan DIPSTIK

No Sampel Umur/ Kelamin Hasil dengan DIPSTIK Hasil dengan kit RIA Mikroalbumi nuria PRR (μg/ml) 1 43 ♂ - 3,1 2 65 ♂ + 168,2 3 44 ♂ - 4,1 4 46 ♂ + 156,5 5 63 ♂ + 99,8 6 32 ♂ + 163,3 7 39 ♂ + 78,2

Tabel 5 memperlihatkan hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan kit RIA RRC. Di sini terlihat 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 μg/ml), baik dengan kit PRR-BATAN maupun kit RIA RRC.

Table 5. Hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan kit RIA RRC

No Sampel Kelamin Hasil dengan Kit RIA RRC Hasil dengan kit RIA Mikroalbumin uria PRR (μg/ml) 1 ♀ - 13,04 2 ♀ - 27,53 3 ♀ - 5,79 4 ♂ + >150 5 ♀ + 37,38 6 ♂ - 3,47 7 ♂ + >150 8 ♂ + >150 9 ♂ - 6,25 10 ♀ + >150 11 ♂ + >150 12 ♀ - 20,76 13 ♀ - 23,42 14 ♀ - 20,49 15 ♂ + 47,38

Gambar 4 memperlihatkan nilai recovery kit RIA mikroalbuminuria yang cukup tinggi yaitu 96 %. Hal ini menunjukkan akurasi analisa masih cukup tinggi.

Penentuan albumin urine terhadap 34 sampel yang diambil secara acak di RS Fatmawati dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN ditunjukkan di Gambar 5. Dari seluruh sampel yang ditentukan diketahui ada 6 sampel diatas nilai konsentrasi normal albumin (>34

(6)

μg/ml). Sedangkan pada penentuan albuminurin terhadap 15 sampel di RS Hasan Sadikin Bandung dengan kit mikroalbuminuria PRR-BATAN dan pembanding kit RIA RRC ditunjukkan di Gambar 6. Dari seluruh sampel yang ditentukan ada 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 μg/ml). Hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut positif mengidap diabet.

Dari hasil penentuan albumin urine terhadap 37 pasien (protein urine negatif) di RS Fatmawati dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN didapat hasil sebagai berikut: 30 pasien (81 %) negatif (-) dan 7 pasien (19 %) positif (+) sedangkan dengan ELISA: 31 pasien (83 %) (-) dan 6 pasien (16 %) positif (+), jadi 97 % data ELISA mendukung data RIA [hanya 1 sampel yang negatif (-) dengan ELISA tetapi positif (+) dengan RIA]. Di sini terlihat kedua metoda cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik.

Gambar 4. Uji Ketepatan (”Recovery”) kit HAS PRR

Gambar 5. Penentuan Albuminurine kit RIA Mikroalbuminuria PRR

Gambar 6. Penentuan Albuminuria

menggunakan kit RIA

Mikroalbuminuria PRR-BATAN Dengan Pembanding kit RIA-RRC.

KESIMPULAN

1. Dari hasil pengujian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat mempunyai kualitas cukup baik. 2. Dari hasil percobaan validasi menunjukkan

bahwa kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat cukup handal karena kit RIA ini cukup sensitif dengan batas deteksi 0,49 μg/ml, ketepatannya cukup tinggi (recovery = 96 %) dengan ketelitian yang memenuhi persyaratan, di mana % CV intra assay di bawah 10 %. Kit RIA ini mempunyai karakteristik yang baik dimana ikatan tidak spesifiknya kecil (% NSB = 1,38 %) dan mempunyai daerah kerja yang cukup luas (2 - 70 μg/ml). Dari perbandingan dengan kit CIAE (China) menunjukkan kedua kit cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik.

3. Dari hasil penentuan albumin urine terhadap 15 sampel pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dengan pembanding kit RIA RRC, didapatkan 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 μg/ml), baik dengan kit PRR-BATAN maupun dengan kit RIA RRC.

4. Pada penentuan albumin urine terhadap 34 sampel pasien di RS Fatmawati dengan pembanding kit metoda ELISA, didapatkan 6 sampel di atas nilai konsentrasi norma albumin (>34 μg/ml), baik dengan kit PRR-BATAN maupun dengan kit metoda ELISA.

5. Dari hasil penentuan kadar albumin urine terhadap 37 pasien (protein urinenya negatif) di RS Fatmawati dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan kit metoda ELISA, ternyata 97 % data ELISA

(7)

mendukung data yang didapat dari RIA. Dibanding dengan DIPSTIK, kit RIA mikroalbuminuria lebih sensitif.

DAFTAR PUSTAKA

1. M.G.R. RAJAN, Dr., ”Radioimmunoassay kit For Urinary Albumin”. For the detection and quantitative determination of microalbuminuria for the used by the IAEA participants of RAS/6/208. Diabetic Nephropathy Thematic Programme on Health Care.

1. G.C. VIBRETI et al. “Microalbuminuria as a predictor of clinical diabetic nephropathy” Early detection of patient at risk of developing diabetic nephropathy in insulin-dependent diabetes mellitus. “Lancet: (1982) 1430 - 32. 2. H.H. PARVING et al. “Early detection of

patient at risk of developing diabetic nephropathy longitudinal study of urinary albumin excretion, Acta Endocrinologica (1982) 100, 550.

3. MOGENSEN C. “Microalbumin a predictor of clinical diabetic nephropathy (review). Kidney Int. 31, (1987) 687-9.

4. MARK E. COOPER, “Pathogenesis, prevention, and treatment of diabetic nephropathy”., The Lancet vol. 352, Jul 18, (1998).

TANYA JAWAB

M. Syaifudin

−Bagaimana hasil penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria dibanding dengan metoda lain ?

Gina Mondrida

Dari hasil penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN memberikan hasil yang sama dengan kit RIA RRC (kit komersial).

Dibanding dengan metoda lain (ELISA) kit RIA mikroalbuminuria PPR-BATAN lebih sensitif, karena untuk sampel yang kadar sangat rendah, dengan metoda lain belum terdeteksi, sedangkan dengan kit RIA PPR-BATAN sudah terbaca.

Pande Made Udiyani

−Apa itu Mikroalbuminuria ?

−Berapa batas kadar albumin yang aman/diperbolehkan dan apa akibatnya kalau di atas batas ?

Gina Mondrida

Mikroalbuminuria adalah keadaan fisiologis seseorang dimana kadar albumin yang diekskresi ke dalam urine masih berada di bawah kadar ambang albuminuria (20 – 200

µg/menit) atau 30 – 300 mg/hari.

Kalau kadar albumin > 200 µg/menit atau 300 mg/hari akan menyebabkan nephropathy (gagal ginjal), untuk amannya harus sekecil mungkin (<< 20 µg/menit) atau 30 mg/hari.

Widyastuti

−Parameter apa yang menentukan kelayakan suatu kit RIA ?

Gina Mondrida

Suatu kit RIA layak digunakan kalau memenuhi persyaratan sebagai berikut :

NSB (Non Spesifik Binding) < 5%.

Maximum Bounding (% B/T) > 30%.

Nilai cuplikan kontrol masuk dalam batas range.

Sensitivitas (B/Bo) > 90%.

Kurva Standar (B/Bo) vs konsentrasi masih linier.

(8)
(9)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 Nomor sampel ko n se n tr a si a lb u m in ( μ g /m L ) kit RRC kit PRR

---

normal alb.

(10)
(11)

Gambar

Tabel 2.Perbandingan kualitas tracer PRR-BATAN dengan tracer CIAE
Gambar 4. Uji Ketepatan  (”Recovery”)  kit HAS  PRR

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, untuk menggali lebih dalam mengenai etika fotografi dalam pemilihan foto jurnalistik pada sebuah media khususnya Kompas, peneliti berfokus pada buku foto

¾ Retensio urin adalah tidak adanya proses berkemih spontan 6 jam setelah kateter menetap dilepascan atau dapat berkemih spontan dengan sisa urin &gt; 200 ml pada pasien pasca

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan upaya pengawasan, pengendalian peredaran minuman beralkohol yang dilakukan oleh Pemerintah Desa terhadap

2. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan praktek atau percobaan, serta menemukan sesuatu melalui

Berita Acara Rapat Pertimbangan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Bekasi Nomor 910/20- BA.TAPD/BPKAD tentang Pembahasan Rencana Penggunaan Belanja Tidak

Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara media tanam fly ash dan klasifikasi batang stek tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas, umur tunas muncul, dan

Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam upaya meningkatkan keberdayaan diri mereka, masyarakat nelayan Jepara melalui KUB Berkah Samudera melakukan tiga tahapan pemberdayaan:

Sedangkan bagi investor tren turun dari EPS ini menjadi pertanda bahwa perusahaan menjalankan kegiatan bisnisnya dengan tidak baik yaitu tidak dapat menghasilkan laba bersih