• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM KEGIATAN SARJANA MEMBANGUN DESA (SMD) DI KABUPATEN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM KEGIATAN SARJANA MEMBANGUN DESA (SMD) DI KABUPATEN BOGOR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUSUTAMAAN GENDER

PENGARUSUTAMAAN GENDER

DALAM KEGIATAN

DALAM KEGIATAN

SARJANA MEMBANGUN DESA (SMD)

SARJANA MEMBANGUN DESA (SMD)

DI KABUPATEN BOGOR

DI KABUPATEN BOGOR

Hendy Fitriandoyo, SP

Hendy Fitriandoyo, SP

Fungsional Perencana Muda

Fungsional Perencana Muda

(2)

“PENGARUSUTAMAAN GENDER

DALAM KEGIATAN SARJANA MEMBANGUN DESA (SMD) DI KABUPATEN BOGOR”

1. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang.

Pengarusutamaan gender merupakan salah satu strategi pembangunan yang dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dalam mengakomodir kepentingan perempuan dan laki-laki mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan program pembangunan. Didasari oleh pemikiran bahwa perempuan adalah sumber daya manusia yang sangat berharga, sehingga posisi perempuan yang semula termarjinalkan atau berada digaris pinggir perlu diikutsertakan dalam kegiatan pembangunan. Komunitas perempuan didorong sebanyak-banyaknya untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dengan asumsi jika perempuan berperan dalam pembangunan, maka perempuan akan mendapatkan manfaat yang sama dengan laki-laki baik dalam organisasi maupun dalam kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu melalui pelaksanaan kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD), diharapkan petani (laki-laki dan perempuan) terjadi perubahan pola pikir dan pola pengambilan keputusan yang lebih baik, serta munculnya partisipasi aktif melaksanakan kegiatan SMD yang responsife gender. Prinsip partisipasi dalam SMD dilakukan dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, operasional, pemeliharaan sarana dan prasarana, sampai pada tahap evaluasi dan memperoleh manfaatnya. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam kegiatan SMD yang responsif gender: (1) Apakah perempuan dan laki–laki dapat memperoleh akses yang sama terhadap sumber daya pembangunan; (2) Apakah perempuan dan laki-laki mempunyai peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan terutama dalam hal pengambilan keputusan; (3) Apakah

(3)

perempuan dan laki-laki mempunyai kontrol yang sama atas sumber daya pembangunan; dan (4) Apakah perempuan dan laki-laki dapat merasakan manfaat yang sama dari hasil pembangunan. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah mampu menciptakan SMD yang kuat, mandiri, dan berdaya sekaligus menjadi penopang pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi di wilayah perdesaan.

b. Maksud dan Tujuan.

Penulisan jurnal ini dimaksudkan sebagai informasi mengenai penerapan strategi peranan Pengarusutamaan Gender pada Program SMD Kementerian Pertanian pada tahun 2012 ditujukan kepada pada kelompok ternak kelinci di Kabupaten Bogor. Adapun tujuannya untuk mengidentifikasi peran laki-laki dan perempuan dalam setiap tahapan kegiatan budidaya ternak kelinci tersebut.

c. Ruang Lingkup.

Kegiatan ini mencakup informasi mengenai profil SMD ternak kelinci, tata niaga usaha kelinci, sosial ekonomi, keragaan, koperasi, informasi kandungan daging kelinci dan produk olahan berbasis kelinci.

2. METODOLOGI

a. Metode pengumpulan data, menggunakan teknik wawancara dengan Petugas SMD, anggota kelompok ternak kelinci, penyuluh pertanian setempat.

b. Metode pengolahan dengan melakukan prosentase pembobotan peran laki- laki dan perempuan menurut jenis pekerjaan.

3. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Sarjana Membangun Desa adalah seorang sarjana yang mendampingi kelompok peternak di desa dan sarjana bertindak sebagai anggota serta membantu ketua kelompok dalam menjalankan kegiatan

(4)

beternak. Tugas sarjana ini antara lain untuk memajukan peternak dan kelompok dalam menghadapi berbagai kendala guna membangun kelompok Agribisnis Peternakan yang maju dan berwawasan luas serta mampu mengakses permodalan untuk mengembangkan usahanya.

Fasilitasi kegiatan yang diberikan pemerintah berupa pemberdayaan kelompok tani ternak dengan menempatkan seorang tenaga penggerak yang berbasis ilmu di bidang peternakan dengan jenjang pendidikan Sarjana Peternakan dan Kedokteran Hewan maupun D-4 dan D-3 Ilmu-ilmu Peternakan dan Kedokteran Hewan. Dengan penempatan SMD bidang peternakan di pedesaan diharapkan dapat melakukan transfer teknologi ke masyarakat dan meningkatkan jiwa kewirausahaan. Kegiatan ini fokus pada pengembangan usaha sapi potong untuk mendukung program swasembada daging sapi dan kerbau tahun 2014 (PSDSK 2014). Pada Tahun Anggaran 2012 Kementerian Pertanian memfasilitasi kegiatan SMD reguler dan SMD Plus untuk mengakomodir SMD yang difasilitasi tahun sebelumnya yang memiliki kinerja dan perkembangan usaha yang baik.

Program SMD yang berlokasi di wilayah Bogor, lebih fokus pada pengembangan komoditas ternak kelinci. Wilayah Bogor secara umum memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan usaha ternak kelinci dan daging olahan. Potensi dari ternak kelinci tersebut perlu didukung oleh kegiatan yang bersifat promosi sehingga pengembangan kelinci dapat memberi manfaat secara ekologis, sosial dan ekonomis. Populasi ternak kelinci di Kabupaten Bogor terus meningkat dari tahun ke tahun sejak tahun 2009 dan pada tahun 2011 sebanyak 37.892 ekor. Pusat pengembangan/sentra produksi ternak kelinci berada di wilayah Kecamatan Tenjolaya dan beberapa kawasan penyangga sekitarnya meliputi kecamatan Cibungbulang, Pamijahan, Tamasari, Ciampea, Dramaga dan Ciomas serta Cijeruk.

(5)

a. Profil Sarjana Membangun Desa.

Nengsih Kumala Sari merupakan salah satu pengurus Asosiasi Sarjana Membangun Desa Wilayah Bogor periode 2012 yang menggawangi Unit Kebita Meat Procesing daging kelinci Kelompok Binatani Rabbittry dari Kampung

Sindang Barang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamasari, Kabupaten Bogor, yang diakselerasi usaha ternaknya melalui Program SMD Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan tahun 2010. Lebih

lanjut, kelompok Binatani Rabbitry bersama-sama dengan Sarjana-Sarjana pada Program SMD Komoditas Kelinci lainnya di Kabupaten Bogor menjadi pioner pembentukan Koperasi Peternak Kelinci (Kopnakci). Pada Oktober 2011 Wakil Bupati Bogor memberikan penghargaan kepada Binatani Rabbitry sebagai Pembudidaya dan Pengolah Aneka Makanan Daging Kelinci Program Sarjana Membangun Desa.

b. Tata Niaga Usaha Kelinci

Komoditas ternak kelinci sebagai alternatif penghasil protein hewani kini kian digandrungi masyarakat. Alhasil sentra-sentra peternakan di berbagai daerah kelinci mulai banyak berkembang. Sayangnya peternakan yang ada umumnya masih skala kecil yang membuat posisi tawar peternak kelinci lemah sehingga acap kali harga jual kelinci dimainkan para tengkulak. Kondisi ini sempat dialami para peternak kelinci hias di Bogor. Selama ini pola pemasaran kelinci hasil ternaknya masih melalui tengkulak atau pembeli yang datang langsung, dengan memilih menjual ke tengkulak karena ada kepastian pembelian meski dengan harga rendah. Untuk mengubah keadaan tersebut para peternak kelinci bergabung di Koperasi Peternak Kelinci (Kopnakci) di daerah Bogor, dengan harapan menjadi anggota Kopnakci dapat terbantu pemasaran hasil ternaknya. Dengan mensuplai langsung kepada koperasi

(6)

berharap harga jual bisa lebih baik. Selain itu keuntungan menjadi anggota koperasi adalah bisa bertukar pikiran antar peternak terhadap kendala beternak kelinci, yang pada akhirnya mempunyai efek domino terhadap masyarakat sekitar bahwa beternak kelinci sangat menguntungkan.

c. Usaha Koperasi.

Model pemberdayaan peternak kelinci yang dilakukan oleh Kopnakci tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam pengembangan sentra produksi berbasis komoditas. Model integrasi yang dikembangkan juga melibatkan seluruh stakeholder yang terdiri dari intansi pemerintah, swasta, lembaga pendidikan/penelitian dan yang terutama adalah keterlibatan masyarakat peternak. Model pemberdayaan yang melibatkan peternak sebagai owner sekaligus customer dalam Koperasi Peternak Kelinci diwujudkan dengan adanya program kerja dan unit usaha yang terkait dengan penyebaran bibit, pelatihan, pusat informasi, penyediaan sapronak dan jaminan pemasaran serta pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU). Pola integrasi secara teknis yang dikembangkan oleh Koperasi Peternak Kelinci dalam usaha ternak kelinci adalah kegiatan usaha berbasis komoditas yang saling terkait antara satu sama lain. Pengembangan unit pabrik pakan yang terkait dengan pembibitan, pengolahan kompos dan pengolahan daging dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi bagian yang saling terkait dan saling memberi nilai tambah.

(7)

d. Kandungan Daging Kelinci.

Daging kelinci memiliki kandungan proteinnya tinggi (25 %), rendah lemak (4%), dan kadar kolesterol daging juga rendah yaitu 1,39 g/kg. Kandungan lemak kelinci hanya 8%, sedangkan daging ayam, sapi, domba, dan babi masing-masing 12%, 24%, 14%, dan 21%. Kadar kolesterolnya sekitar 164 mg/100 gram daging, sedangkan ayam, sapi, domba, dan babi berkisar 220—250 mg/100 gram daging. Maka, dengan cukup memelihara 2 ekor kelinci betina dan 1 ekor kelinci pejantan, sebuah keluarga dengan 5 penghuni sudah lebih cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar gizi. Karena itulah tak heran jika kelinci bisa menjadi solusi untuk melawan gizi buruk bangsa Indonesia .

e. Produk Olahan Daging Kelinci

Tak sedikit orang yang membayangkan rasa daging aneh, merasa jijik saat akan mengonsumsi daging kelinci. Bahkan, ada yang merasa kasihan karena kelinci dikenal sebagai hewan peliharaan dan kesayangan. Namun, daging kelinci dapat disulap

menjadi penganan lezat layaknya daging ayam. Ada ungkep yang dipadu sambal, gulai, dan rendang, semuanya dari daging kelinci. Saat dicicipi, tekstur dagingnya selembut daging ayam ras dan tak ada bau amis sama sekali. Semuanya

menggoyang lidah dan mengundang selera makan. Ada juga variasi produk olahan daging kelinci dalam bentuk beku. Apa yang kita bayangkan, tak selalu sama dengan kenyataan. Pun halnya dengan produk olahan daging kelinci. Ada trik khusus saat pemotongan dan

(8)

pemasakan agar kelembutan daging kelinci itu pas, bumbunya meresap, dan tidak berbau amis.

f. Peranan Pengarusutamaan Gender Pada SMD Ternak Kelinci

Kelompok Binatani Rabbitry pada saat ini beranggotakan 10 orang, yang terdiri dari 10 orang perempuan dan 2 orang laki-laki. Beragam aktivitas yang dilaksanakan oleh anggota tersebut, ditinjau dari 4 aspek analisis yakni Partisipasi, Akses, Kontrol dan Manfaat.

(1) Faktor Partisipasi

Ditinjau dari faktor partisipasi pengarusutamaan gender pada kelompok Binatani Rabbitry, peran laki-laki ternyata lebih mendominasi dari pada perempuan, ini dapat dilihat pada kegiatan pengelolaan pakan ternak, penanganan kesehatan, perbibitan, pemeliharaan ternak, pengelolaan kandang, dan pengelolaan limbah kotoran. Meskipun ada beberapa kegiatan yang juga dilakukan bersama, namun keterlibatan perempuan sepenuhnya pada kegiatan pengolahan produk daging. Faktor partisipasi secara rinci, dapat melihat Tabel 1.

Tabel 1: Aktivitas Kelompok Binatani Rabbitry Ditinjau dari Aspek Partisipasi. NO KEGIATAN L (%) P (%) KETERANGAN FAKTOR PARTISIPASI:

1. Pembudidayaan 50 50 Dilakukan secara bersama

2. Pengelolaan Pakan Ternak Kelinci Lebih dominan dikerjakan laki-laki, keterlibatan perempuan hanya dominan pada waktu pemberian pakan ternak, ini dimungkinkan perempuan lebih telaten.

a. Pencarian hijauan pakan 90 10 b. Pembuatan / pembelian pakan pelet 90 10 c. Pemberian pakan 10 90 d. Mengikuti penyuluhan 90 10

3. Penanganan Kesehatan Lebih dominan dilakukan oleh laki-laki, perempuan hanya menghubungi petugas penyuluh hewan atau dokter hewan.

a. Vaksinasi 90 10

b. Imunisasi 90 10

(9)

4. Perbibitan Lebih dominan oleh laki-laki, perempuan sekedar membantu menyiapkan kandang khusus dan memisahkan anak dari induk setelah unur 4-5 bulan.

a. Mengawinkan 90 10

b. Menyapih / memisahkan dari induk 90 10

5. Pemeliharaan Ternak Dilakukan bersama, hal ini anak kelinci rawan dengan penyakit.

a. Perawatan 50 50

b. Pembesaran 50 50

6. Pengelolaan Kandang Keterlibatan perempuan sebagian besar untuk membersihkan dan biasanya dilakukan pada pagi dan sore.

a. Perawatan kandang 90 10 b. Perbaikan kandang 90 10 c. Pembersihan kandang 50 50

6. Pengelolaan Limbah Kotoran Keterlibatan perempuan pada waktu membungkus pupuk padat ke dalam kantong plastik dan pupuk cair dalam bobol plastik bekas minuman.

a. Kotoran menjadi pupuk padat 90 10 b. Air kencing menjadi pupuk cair 90 10

7. Pengolahan Produk Daging Kegiatan pengolahan, mayoritas dilakukan oleh perempuan, beberapa anggota perempuan masih tidak tega untuk melakukan pemotongan.

a. Pemotongan ternak 90 10 b. Pengolahan santap siap saji - 100 c. Pengolahan produk beku - 100 8. Pemasaran

a. Pemasaran ternak kecil dan besar 90 10 1) Ternak hidup dipbawa ke pasar ternak, dan tempat wisata; 2) Produk olahan beku di pasarkan melalui “warung esemde” dan kopnakci, sedangkan santap siap saji, dijajakan di warung makan/tenda.

b. Pemasaran hasil produk olahan 10 90

(2) Faktor Akses

Semua anggota kelompok Binatani Rabbitry, baik laki-laki dan perempuan mempunyai akses yang sama dalam mendapatkan informasi pengetahuan dan teknologi tentang budidaya ternak kelinci, pelatihan dan penyuluhan. Dalam mengembangkan dan meningkatkan budidaya ternak kelinci, peranan perempuan hanya sekedar diminta persetujuan untuk mendapatkan permodalan di luar SMD dan kelompok. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Tabel 2.

Tabel 2: Aktivitas Kelompok Binatani Rabbitry Ditinjau dari Aspek Akses. NO KEGIATAN L (%) P (%) KETERANGAN FAKTOR AKSES:

1. Ilmu pengetahuan dan teknologi. 50 50 Semua anggota baik laki dan perempuan mempunyai akses yang sama dalam mengikuti transfer pengetahuan dan

(10)

teknologi dari penyuluh dan SMD 2. Permodalan dari:

a. SMD 50 50 Laki dan perempuan mendapat kesempatan yang sama dalam memanfaatkan modal SMD dan kas kelompok, kecuali lembaga ekonomi mikro.

b. Kas kelompok 50 50

c. Lainnya 90 10

(3) Faktor Kontrol

Seperti yang sudah dijelaskan pada Tabel 1, kaum lelaki masih lebih dominan dalam mengontrol pekerjaan, namun demikian kaum perempuan masih terlibat dalam budidaya, pemeliharaan ternak, pemasaran dan pengambilan keputusan secara musyawarah dan mufakat. Keterlibatan perempuan secara penuh hanya dalam pengolahan produk olahan baik yang siap santap saji maupun olahan beku, hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3: Aktivitas Kelompok Binatani Rabbitry Ditinjau dari Aspek Kontrol. NO KEGIATAN L (%) P (%) KETERANGAN FAKTOR KONTROL:

1. Terhadap usaha budidaya 50 50 2. Terhadap penanganan kesehatan 90 10 3. Terhadap perbibitan 90 10 4. Terhadap pemeliharaan ternak 50 50 5. Tehadap pengelolaan kandang 90 10 6. Terhadap pengelolaan limbah kotoran 90 10 7. Terhadap pengolahan produk daging 10 90

8. Terhadap pemasaran 50 50 Kaum lelaki menjual ternak hidup, sedangkan kaum perempuan menjual dalam produk siap saji dan olahan beku

9. Terhadap pengambilan keputusan 50 50 Keputusan rapat dalam pengembangan usaha, penggunaan modal dan pembangian keuntungan.

(4) Faktor Manfaat

Dari Tabel 4 dapat diketahui, bahwa kelompok Binatani Rabbitry memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para anggotanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentang budidaya ternak kelinci, sehingga setelah mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut dapat

(11)

meningkatkan jumlah populasi dan produksi ternak kelinci, yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat terutama hasil untuk meningkatkan pendapatan kelompok tersebut.

Tabel 4: Aktivitas Kelompok Binatani Rabbitry Ditinjau dari Aspek Manfaat. NO KEGIATAN L (%) P (%) KETERANGAN FAKTOR MANFAAT:

1 Mendapatkan pengetahuan dan teknologi tentang budidaya ternak kelinci

50 50 Semua anggota bisa mendapatkan ilmu tentang cara budidaya ternak kelinci, baik dari segi teknis maupun manajemen. 2 Mendapatkan hasil dari usaha budidaya

ternak kelinci

50 50 Semua anggota memperoleh pembagian keuntungan yang sama dari hasil penjualan ternak kelinci.

4. SIMPULAN dan SARAN

a. Simpulan

1) Kualitas implementasi aplikasi PUG bidang peternakan sangat dipengaruhi oleh petugas lapangan dalam menyampaikan program kerjanya. Hampir sebagian besar petugas lapangan belum menguasai strategi PUG dengan baik, sehingga dalam mengidentifikasi dan membina sasaran kegiatan masih netral atau bias gender. Petugas masih belum mampu membawa misi perubahan dalam mengurangi kesenjangan gender antara laki-laki dengan wanita, sebab masalah budaya masih sangat kuat pengaruhnya dalam kehidupan bermasyarakat di pedesaan.

2) Kegiatan Sarjana Membangun Desa pada umumnya sudah memberikan peluang yang sama bagi laki-laki maupun perempuan dalam melaksanakan kegiatan. Namun kondisi lapangan menunjukkan laki-laki masih mendominasi dalam aspek akses, partisipasi, kontrol dan manfaat, sehingga peran wanita perlu ditingkatkan dalam kegiatan kegiatan usaha kelompok, usaha beternak disamping berperan dalam pekerjaan domestik.

(12)

b. Saran

Untuk mempercepat implikasi PUG dalam kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD), maka petugas lapangan sebagai ujung tombak pembangunan pertanian perlu diberikan pelatihan-pelatihan praktis tentang aplikasi PUG yang dapat disinerjikan dalam melakukan tugasnya sehari-hari. Demikian pula agar anggota kelompok mengelola usahanya secara berimbang antara peran laki-laki dan perempuan sehingga dapat mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.

Gambar

Tabel 1: Aktivitas Kelompok Binatani Rabbitry Ditinjau dari Aspek Partisipasi. NO KEGIATAN L (%) P (%) KETERANGAN FAKTOR PARTISIPASI:
Tabel 2: Aktivitas Kelompok Binatani Rabbitry Ditinjau dari Aspek Akses. NO KEGIATAN L (%) P (%) KETERANGAN FAKTOR AKSES:
Tabel 3: Aktivitas Kelompok Binatani Rabbitry Ditinjau dari Aspek Kontrol. NO KEGIATAN L (%) P (%) KETERANGAN FAKTOR KONTROL:

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi pada sisi lain, pengembangan lintasan Waipirit-Hunimua belum memberikan dampak positif yang cukup signifikan secara ekonomis kepada wilayah Maluku Tengah (akibat

Beberapa alternatif kondisi pasar yang dihadapi oleh perusahaan: (1) suatu pasar dewasa dimana perusahaan memegang posisi market share yang tinggi, maka rencana pasar strategis

CMIFed dapat merubah lingkungan penyajian multimedia yang berisi gabungan komponen multimedia ditambah dengan interaksi pengguna.Berdasarkan pemaparan tersebut, dibangunlah

Selain itu masyarakat Tionghoa dikenal sebagai masyarakat yang memiliki etos kerja yang sangat tinggi, mau tidak mau harus membagi waktu untuk anak-anaknya

ukur tanah II. Dari hasil observasi melalui wawancara personal yang telah dilakukan didapatkan bahwa mahasiswa dalam melaksanakan praktik ilmu ukur tanah II belum

Dengan waktu paro (T 1/2 ) 22,3 tahun radioisotop ini memungkinkan digunakan sebagai tracer untuk mempelajari proses terjadinya sedimentasi. Aktivitas radionuklida ini

a) Koleksi bahan pustaka di perpustakaan SMK Negeri 4 Makassar sudah sesuai dengan kebutuhan siswa, jumlah koleksi bahan pustaka sudah mencukupi dan bahan pustaka lengkap

01 Urusan Wajib Bukan Pelayanan Dasar Tenaga Kerja Organisasi : 2...