• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Serut (Streblus asper) (Kasus : Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Serut (Streblus asper) (Kasus : Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang) Chapter III VI"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), artinya daerah penelitian dipilih berdasarkan tujuan penelitian. Tempat yang menjadi daerah penelitian yaitu desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, dimana di desa ini terdapat banyak pengusaha tanaman hias dan juga telah dikenal sebagai desa wisata bunga di Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Metode Pengambilan Responden

Responden adalah orang yang berperan sebagai informan yang mengetahui ataupun paham serta dapat memberikan keterangan tentang sesuatu berupa fakta/pendapat mengenai bonsai serut. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu ketika mengisi angket/lisan dan ketika menjawab wawancara.

Pengambilan responden untuk Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA) menggunakan teknik purposive sampling yaitu 1 orang dengan pertimbangan bahwa responden tersebut dapat mewakili ASPENTA yang mengetahui tentang penangkaran tanaman serut. Sedangkan untuk pemilik usaha sekaligus penangkar bonsai serut dilakukan dengan metode sensus, yaitu menggunakan seluruh populasi pemilik usaha bonsai sebagai responden yang berjumlah 51 orang sesuai dengan hasil pra survey. Responden untuk konsumen menggunakan metode

(2)

29

Tabel 3.1 Sumber dan Jumlah Responden No. Sumber Responden Jumlah Responden

(orang)

Sumber : Hasil Prasurvey

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelusuran literatur-literatur terkait seperti buku, internet, skripsi, data dari Badan Pusat Statistika (BPS).

Tabel 3.2 Pengambilan Data Primer dan Data Sekunder

NO Jenis Data Sumber

1. Data Primer

- Karakteristik Sampel - Faktor Internal - Faktor Eksternal - Jumlah responden

Kuesioner Kuesioner Kuesioner Prasurvey 2. Data Sekunder

(3)

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Untuk Membuktian Hipotesis 1, Terdapat beberapa faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam mengembangkan usaha bonsai serut.

Untuk pembuktian Hipotesis 1 digunakan metode analisis deskriptif dengan melihat faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembangkan usaha bonsai serut di daerah penelitian.

3.4.2 Untuk Membuktikan Hipotesis 2, Ada beberapa strategi pengembangan usaha bonsai serut di daerah penelitian

Untuk pembuktian hipotesis 2 digunakan metode analisis SWOT untuk menentukan strategi guna mendukung prospek yang ada.

Langkah-langkah pembuatan SWOT, sebagai berikut:

1. Metode SWOT yang merupakan metode penyusunan strategi dengan mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Langkah-langkah yang dilakukan adalah

a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada tujuan penelitian. Langkah yang paling awal dalam membuat SWOT adalah dengan menentukan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peran Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA) dalam pengembangan usaha bonsai serut.

(4)

31

c. Klasifikasi faktor strategis menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA) atau faktor yang dimiliki oleh pelaku usaha, konsumen, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam pengembangan usaha bonsai serut, sedangkan faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA).

2. Penentuan faktor SWOT berdasarkan skor.

Setelah diklasifikasikan faktor-faktor internal dan eksternal, kemudian disusun kuisioner yang akan ditanyakan kepada responden untuk memperoleh penilaian setiap faktor. Skor masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 sampai dengan 1. Setelah diperoleh skor setiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai rata-rata aritmatika dari seluruh responden sehingga dapat ditentukan apakah faktor tersebut termasuk kedalam faktor eksternal (peluang dan ancaman) atau faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Pada internal 1 dan 2 termasuk kekuatan, 3 dan 4 adalah kelemahan. Pada eksternal 1 dan 2 termasuk peluang, 3 dan 4 termasuk ancaman.

3. Penentuan bobot.

(5)

Rincian nilai kepentingan tersebut ditentukan berdasarkan kemampuan responden untuk membedakan nilai antar faktor yang dipasangkan. Semakin besar kemampuan responden untuk membedakan, maka akan semakin rinci juga pembagian nilanya. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala banding berpasangan yang ditemukan oleh Saaty (1998) dengan skala nilai yang dimodifikasi hanya menggunakan skala nilai 1 sampai 3 sebagai berikut:

1 = Kedua faktor sama pentingnya

Dua faktor mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan yang akan dicapai

2 = Satu faktor lebih penting dari pada faktor lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit mempengaruhi satu faktor disbanding faktor yang lain

3 = Satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya

Pengalaman dan penilaian mempengaruhi satu faktor dibanding faktor lainnya

4. Matriks perbandingan seluruh faktor untuk tiap responden.

Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap responden selanjutnya dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.

5. Matriks perbandingan seluruh faktor untuk seluruh responden.

(6)

33

G = n√X1.X2.X3. … Xn

Dimana : n = Jumlah responden X

1 = Nilai faktor ke-i untuk responden 1 X

2 = Nilai faktor ke-i untuk responden 2 X

3 = Nilai faktor ke-i untuk responden 3 X

n = Nilai faktor ke-i untuk responden n 6. Normalisasi dan rata-rata bobot.

Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA)

7. Menentukan skor terbobot dan prioritas.

Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang akan diperoleh dalam tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana reaksi Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA) terhadap faktor strategis eksternal dan faktor strategis internalnya.

(7)

Tabel 3.3. Matriks Faktor Strategi Internal

Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Skor BobotxSkor Kekuatan

1. 2. 3.

Total Skor Kekuatan Kelemahan

1. 2. 3.

Total Skor Kelemahan

Sumber : Freddy Rangkuti, Analisis SWOT. 1997

Tabel 3.4 Matriks Faktor Strategi Eksternal

Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Skor BobotxSkor Peluang

1. 2. 3.

Total Skor Peluang Ancaman

1. 2. 3.

Total Skor Ancaman

Sumber : Freddy Rangkuti, Analisis SWOT. 1997

9. Penentuan Matriks Posisi

(8)

35

Opportunity (O)

(- , +) (+ , +)

Ubah Strategi Strategi Agresif

Weakness (W) Strength (S)

( - , - ) (+ , -)

Strategi Bertahan Diversifikasi Strategi

Threath (T)

Gambar 3.1 Matriks Posisi Dalam SWOT

Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan dan menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk

Kuadran III Kuadran I

(9)

memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri (Anonimous , 2014) 10. Formulasi strategi dengan menggunakan matriks SWOT.

(10)

37

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) Peluang (Opportunities) Strategi S-O

Ciptakan strategi

Ciptakan strategi yang meminimalkan

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman Sumber : Hisyam,Analisis SWOT. 1998

Gambar 3.2 Matriks SWOT

3.5 Definisi & Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1. Bonsai merupakan sebutan untuk tanaman yang dikerdilkan baik di tanah maupun di dalam pot dan memiliki usia yang dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun.

2. Bonsai Serut merupakan tanaman serut yang telah dikerdilkan dan dibentuk sehingga memiliki nilai seni, dan keunikan yang khas baik dari pangkasan daun maupun percabangan yang unik.

3. SWOT merupakan salah satu alat analisis manajemen yang digunakan untuk mensistematiskan masalah dan menyusun pilihan-pilihan strategi.

4. Kekuatan (Strenghts) adalah unsur-unsur yang jika digunakan dengan baik akan memperkuat tujuan atau sasaran.

(11)

6. Peluang (Opportunities) adalah kesempatan yang ada sehingga jika kita mempergunaan kesempatan secara efektif dan tepat una memungkinkan sasaran dapat dicapai dengan baik.

7. Ancaman (Threats) adalah bahaya atau gangguan yang terdapat dlam suatu system yang jika dibiarkan akan menggerogoti kekuatan yang ada dan membuat usaha semakin lemah.

8. Strategi Pengembangan adalah pendekatan tertentu yang dipilih serta memiliki tujuan dalam pengembangan.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

2. Responden penelitian adalah petani/pengusaha bonsai serut, lembaga pendukung, dan konsumen yang berada di daerah penelitian.

(12)

39

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Desa Bangun Sari berada di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 811 Ha, berada pada ketinggian 30 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata 1500-2500 mm/tahun. Suhu udara rata-rata berkisar antara suhu siang 23°C dan malam 33°C, dengan curah hujan 3-4 mm. Desa Bangun Sari berjarak 3,5 km dari Ibukota Kecamatan Tanjung Morawa dan 16 km dari Ibukota Kabupaten Deli Serdang. Dilihat dari jarak antara desa dengan ibukota kecamatan cukup dekat, maka desa tersebut dapat menerima arus informasi yang berasal dari luar daerah, sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan desa.

Adapun batas-batas Desa Bangun Sari adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Limau Manis dan Ujung Serdang - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas dan Ujung Serdang - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bangun Sari Baru (Expose , 2017)

4.1.2 Keadaan Penduduk

(13)

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Presentase (%) -Laki-Laki

-Perempuan

9.051 8.859

50,53 49,47

Total 17.910 100

Sumber : Laporan Pemerintah Desa Bangun Sari Tahun 2017

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Bangun Sari pada tahun 2016 berjumlah 17.910 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk laki-laki sebanyak 9.051 jiwa (50,53%) dan penduduk perempuan berjumlah 8.859 jiwa (49,47%). Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.

Berdasarkan jenis pekerjaan, mata pencaharian penduduk di Desa Bangun Sari ada bermacam-macam, yaitu :

Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2016 No Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Petani 407

2. Industri 2.817

3. Pedagang 1.313

4. Pegawai Negeri Sipil 130

5. Pengrajin/pedagang keramik 119

6. Wiraswasta 13.124

Jumlah 17.910

Sumber : Laporan Pemerintah Desa Bangun Sari Tahun 2017

(14)

41

4.1.3 Fasilitas Pendidikan

Berikut jumlah sarana pendidikan di Desa Bangun Sari :

Tabel 4.3. Jumlah Sekolah Menurut Tingkatan Tahun 2016

No. Tingkat Sekolah Jumlah (Unit)

1. Sekolah Dasar 4

2. Sekolah Menengah Pertama 2

3. Sekolah Menengah Atas 1

Jumlah 7

Sumber : Laporan Pemerintah Desa Bangun Sari Tahun 2017

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat 4 unit sekolah dasar, 2 unit sekolah menengah pertama, dan 1 unit untuk sekolah menengah atas yang ada di Desa Bangun Sari.

4.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini terbagi atas 3 komponen yang terdiri dari pengusaha bonsai serut, konsumen, dan pengurus Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA). Jumlah responden yang diambil untuk pengusaha bonsai serut sebanayak 51 orang, konsumen 14 orang dan pengurus ASPENTA 1 orang. Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi nama, umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman.

4.2.1 Karakteristik Pengusaha Bonsai Serut

Dari hasil wawancara dengan pengusaha bonsai serut maka didapat karakteristik sebagai berikut:

Tabel 4.4. Data Karakteristik Pengusaha Bonsai Serut

No. Uraian Rentang (Tahun) Rataan (Tahun)

1. Umur 23 - 75 45

2. Tingkat Pendidikan 6 - 16 12

3. Pengalaman 2 - 35 13,5

(15)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata umur pengusaha bonsai adalah 45 tahun. Hal ini menunjukkan pengusaha bonsai serut di Desa Bangun Sari masih tergolong usia produktif (23 – 75) tahun yaitu masih potensial dalam melakukan kegiatan usahanya.

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai sarjana. Rata-rata pendidikan petani adalah 12 tahun yaitu setingkat dengan sekolah menengah atas (SMA), dengan tingkat pendidikan yang paling rendah adalah sekolah dasr dan yang paling tinggi adalah setingkat sarjana. Pemilik usaha bonsai serut sudah cukup lama dalam menjalankan usahanya, dengan rata-rata selama 13,5 tahun.

4.2.2 Karakteristik Konsumen

Dari hasil wawancara dengan konsumen bonsai serut di Desa Bangun Sari maka didapat karakteristik konsumen sebagai berikut:

Tabel 4.5. Karakteristik Konsumen

No. Uraian Rentang (Tahun) Rataan (Tahun)

1. Umur 35 - 65 48

2. Pendidikan 12 - 16 13

Sumber: Data diolah dari Lampiran 2

(16)

43

4.2.3 Karakteristik ASPENTA

(17)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pembuktian Hipotesis 1, Terdapat beberapa faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam mengembangkan usaha bonsai serut.

5.1.1 Deskripsi Faktor Internal A. Perencanaan usaha bonsai

Dalam memulai suatu bisnis atau usaha, perencanaan sangat dibutuhkan untuk menjalankan usaha yang tetap berkelanjutan dan dapat memberi keuntungan yang optimal. Perancanaan itu sendiri meliputi visi misi yang jelas, menjamin apakah ada pasar yang dapat menampung produk ataupun jasa yang ingin dipasarkan, memiliki mitra usaha yang dapat mendukung baik dalam ketersedian input produksi, pemasaran, permodalan, dan lain-lain.

B. Ketersediaan bahan tanam

Ketersediaan bahan tanam sangat dibutuhkan dalam usaha bonsai serut. Karena apabila bakalan bonsai tidak terpenuhi maka media untuk menuangkan seni bonsai akan terhambat. Bakalan bonsai dapat diperoleh melalui tiga cara yaitu menggunakan tunasnya sebagai bibit, melakukan pecangkokan dan stek. Namun pecinta bonsai lebih menyukai bakalan yang berasal dari alam langsung, karena pembentukan secara alami membuat bentuknya sangat indah dan menarik.

C. Pameran

(18)

45

D. Pembinaan Pengusaha

Pembinaan pengusaha bonsai serut sangat diperlukan dalam usaha bonsai serut. masih kurangnya keterampilan pengusaha dan minimnya tenaga ahli dalam membentuk bonsai akan menambah biaya untuk membayar tenaga ahli serta tidak mencapai nilai seni yang benar-benar dapat di salurkan pada bonsai serut.

E. Partisipasi Pengusaha

Partisipasi pengusaha juga dibutuhkan dalam keberlangsungan ASPENTA. Karena pada ASPENTA para pengusaha dapat saling berbagi pengalaman dalam menjalankan usaha bonsai serut. Partisipasi dapat berupa keaktifan menghadiri kegiatan yang diadakan ASPENTA, memberikan gagasan baru, membayar iuran, maupun mengikuti peraturan yang telah ditetapkan.

5.1.2 Deskripsi Faktor Eksternal A. Lokasi Usaha

Dalam memulai sebuah bisnis ataupun usaha, pemilihan lokasi usaha adalah hal utama yang perlu dipertimbangkan. Lokasi yang strategis menjadi salah satu faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Lokasi juga berpengaruh terhadap kenyamanan pembeli dan juga pemilik usaha. Lokasi yang strategis ditafsirkan sebagai lokasi dimana ada banyak calon pembeli, dalam artian lokasi ini mudah dijangkau, mudah dilihat konsumen dan lokasi yang banyak dilalui atau dihuni target konsumen yang berpotensi membeli produk atau jasa yang dijual.

(19)

bekerja sebagai pengusaha bunga, dan lokasi usaha nya sendiri berada di pekarangan rumah mereka. Desa Bangun Sari memiliki 14 dusun, penduduk di hampir seluruh dusunnya memiliki usaha tanaman hias dan yang juga mengusahakan bonsai serut.

Berikut merupakan peta wilayah administrasi pemerintahan Desa Bangun Sari

Gambar 5.1 Peta Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa Bangun Sari.

B. Permodalan

(20)

47

1. Pinjaman/ utang

Pinjaman adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang siftanya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali.

2. Modal Sendiri

Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang di dapat atau berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan tersebut untuk waktu yang tidak tentu lamanya (Riyanto, 1998).

Di Desa Bangun Sari, modal yang digunakan oleh para pengusaha secara umum berasal dari modal sendiri. Memulai usaha dengan modal minim untuk membuka usaha kecil-kecilan yang kemudian berkembang karena menggunakan kembali keuntungan yang telah diperoleh sebagai modal untuk mengembangkan usaha. Tidak sedikit dari pengusaha yang hanya melanjutkan usaha keluarga untuk kemudian dikembangkan lagi.

C. Ketersediaan Input Produksi

(21)

D. Keterampilan pengusaha bonsai serut

Keterampilan pengusaha bonsai dalam artian kreatiifitas sangat dibutuhkan dalam usaha bonsai serut. Dimulai dari pemilihan bakalan bonsai yang berkualitas yakni yang berdaun warna hijau, sehat dan kebal dari serangan hama penyakit. Tidak hanya pemilihan, pembentukan dan pemangkasan merupakan hal wajib yang perlu dilakukan untuk mendapatkan bentuk bonsai. Keterampilan para pengusaha serut untuk melakukan hal seperti ini ada yang didapat melalui pelatihan dan ada pula yang belajar secara otodidak, yaitu melalui pengalamannya selama memiliki usaha.

E. Pesaing

Pesaing merupakan perusahaan atau usaha yang dimiliki orang lain yang menghasilkan atau menjual barang atau jasa yang sama atau mirip dengan produk yang kita tawarkan. Karena Desa Bangun Sari didominasi oleh usaha tanaman hias, hal ini tidak menutup kemungkinan tingginya persaingan di desa ini. Namun untuk sebagian pengusaha, mereka menganggap bahwa pengusaha lain merupakan pesaing mereka, tetapi ada juga yang tidak beranggapan demikian. Dan mereka juga beranggapan meskipun mereka saling bersaing, namun harus tetap bersaing sehat .

F. Pemasaran Produk

(22)

49

Para pengusaha bonsai serut tidak menetapkan harga baku untuk satu pohon bonsai nya. Harga yang diberikan kepada konsumen sesuai dengan nilai seni dan keunikan yang terkandung pada bonsai serut dan juga bergantung pada selera konsumen untuk memilih. Dalam pendistribusian, hanya beberapa yang menjajakan bonsai mereka kepada konsumen. Karena biasanya konsumen yang datang langsung ke lokasi usaha. Konsumen biasanya berasal dari dalam dan luar kota seperti Aceh, Pekanbaru, Batam, dan Jambi. Namun ada satu usaha bonsai serut yang mempromosikan bonsainya melalui situs jual beli OLX (OnLine eXchange).

G. Pengalaman Pengusaha bonsai serut

Pengalaman dalam mengelola usaha memberi pengaruh pada keberhasilan usaha skala kecil. Pengalaman ini bisa diperoleh berdasarakan pola asuh orangtua yang berprofesi wirausaha, atau dari pengalaman mengelola usaha sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman dalam berusaha diperoleh bila seseorang terlibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan usaha.

Pengalaman yang dimiliki oleh pengusaha bonsai serut di Desa Bangun Sari dapat menentukan tingkat kreatifitas dalam membentuk dan berinovasi terhadap bonsai serut. Semakin lama pengalaman yang dimilki oleh pengusaha, maka semakin paham dan semakin tinggi nilai seni yang dituangkan pada bonsai serut.

H. Permintaan bonsai serut

(23)

atau jasa yang diminta (quantity demand) dan mampu dibeli oleh konsumen, apakah keinginan konsumen terhadap barang atau jasa diikuti oleh kemampuan membeli barang dengan harga yang ditentukan.

Di Desa Bangun Sari, faktor yang mempengaruhi permintaan bonsai serut ialah selera konsumen dan nilai seni yang terkandung pada bonsai serut. Tingkat permintaan bonsai serut di Desa Bangun Sari tidak menentu jumlahnya. Karena bisa saja pada suatu waktu, konsumen untuk bonsai serut tidak ada, ataupun sebaliknya.

I. Harga bonsai serut

Untuk penjualan bonsai serut, tidak ada harga baku yang ditetapkan oleh penjual. Hanya ada kesepakatan harga antara penjual dan konsumen tergantung dari selera dan nilai seni yang terkandung pada tanaman bonsai. Meskipun demikian pengusaha menganggap bahwa usaha bonsai serut sebagai investasi, karena saat bonsai serut tidak laku, bonsai masih dapat dibentuk dan diperindah lagi untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi.

J. Eksistensi bonsai serut

(24)

51

K. Kriteria bonsai Serut

Kriteria bonsai serut yang diminati umumnya yang sudah jadi, atau yang sudah memiliki keunikan tersendiri. Namun tidak jarang juga ada konsumen yang lebih memilih bonsai serut yang masih setengah jadi, karena mereka lebih ingin memelihara dan membentuk bonsai sesuai dengan selera mereka sendiri dan dapat memperoleh nya dengan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan bonsai yang sudah jadi dan belum tentu bentuk dan keunikannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen.

Gambar 5.2 Bonsai Serut yang Sudah Jadi

L. Kebijakan Pemerintah

(25)

berupa bibit tanaman hias dari pemerintah, menurut para pengusaha tanaman hias kualitas bibit kurang baik dan tidak tersalurkan secara merata.

5.1.3. Skoring Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Skoring adalah mengidentifikasi antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Skor tersebut menentukan apakah faktor tersebut tergolong ke dalam faktor internal sebagai kekuatan atau kelemahan dan sebagai faktor eksternal menjadi peluang atau ancaman.

Tabel 5.1. Skoring Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Faktor – Faktor Strategi Skor Rata-rata Distribusi Skor (%)

1 2 3 4

Sumber : Data diolah dari lampiran 5

(26)

53

memiliki rata-rata skor paling tinggi yaitu sebesar 3 dan pembinaan pengusaha bonsai serta partisipasi pengusaha bonsai yang memiliki rata-rata skor paling rendah yaitu sebesar 2.

Hal tersebut disebabkan karena pada Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA) telah memiliki visi dan misi yang jelas dalam merencanakan pengembangan usaha. Ketersediaan tanaman yang ada pada ASPENTA juga telah mencukupi kebutuhan, meskipun begitu masih tetap dilakukan penangkaran tanaman untuk menyiapkan kebutuhan secara berkelanjutan. Dalam acara pameran, ASPENTA juga sering mengikuti ataupun menyumbangkan tanamannya untuk dipamerkan.

Meskipun demikian, pembinaan yang diberikan kepada pengusaha bonsai mengenai tanaman baik cara pengembangan maupun perawatan nya masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini mengingat bahwa masih minimnya pelaku usaha bonsai yang bergabung pada ASPENTA.

(27)

serut dibeli dalam jumlah yang besar untuk menghiasi taman di instansi-instansi tertentu.

Setelah mengetahui skor rata-rata masing-masing faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal, kemudian mengidentifikasi faktor-faktor internal yang termasuk kelemahan ataupun kekuatan. Faktor internal yang memiliki skor rata-rata 3-4 termasuk ke dalam kekuatan dan faktor yang memilki skor rata-rata 1-2 termasuk kelemahan. Faktor-faktor eksternal yang memilki skor rata-rata 3-4 termasuk dalam peluang dan faktor yang memilki skor rata-rata 1-2 termasuk dalam faktor ancaman.

Tabel 5.2. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Strategi Pengembangan Bonsai Serut

Faktor Strategis Parameter Keterangan Faktor Strategis Internal

• Kekuatan

 Perencanaan visi dan misi ASPENTA yang jelas dalam menunjang usaha tanaman hias

 ASPENTA tetap memiliki sejumlah tanaman yang dikelola di penangkaran  ASPENTA ikut menyumbangkan

tanaman dalam pameran

 Belum ada pembinaan khusus terhadap pengusaha bonsai serut

 Masih jarang pengusaha bonsai serut yang tergabung dalam ASPENTA Faktor Strategis Eksternal

• Peluang 1. Lokasi Usaha

2. Modal Usaha 3. Ketersediaan Input 4. Pengalaman 5. Eksistensi Bonsai 6. Kriteria Bonsai

 Usaha bonsai serut berada di daerah yang mudah dijangkau oleh konsumen  Modal pemilik usaha merupakan modal

sendiri dan bukan pinjaman

 Input produksi yang dibutuhkan tersedia

 Pemilik usaha sudah cukup lama menekuni usaha bonsai serut

 Bonsai serut dikenali dan sering dijumpai

(28)

55

6. Kebijakan Pemerintah

nilai jual

 Pengusaha bonsai serut cukup banyak di daerah penelitian

 Pengusaha bonsai hanya memasarkan di lokasi usaha

 Sebagian pengusaha bonsai serut menggunakan tenaga ahli dalam membentuk bonsai

 Konsumen bonsai tidak terlalu banyak  Bonsai serut memiliki harga yang

cukup tinggi

 Kebijakan pemerintah masih kurang mendukung usaha bonsai serut

Sumber : Hasil Analisis Deskripsi di Lokasi Penelitian

5.2 Hasil Analisis Hipotesis 2, Ada beberapa strategi pengembangan usaha bonsai serut di daerah penelitian

5.2.1. Pembobotan Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Pembobotan dilakukan dengan menggunakan teknik komparasi berpasangan dengan nilai skala banding 1, 2 dan 3. Setelah diperoleh penilaian tiap faktor dari seluruh responden, kemudian dicari rata-rata perbandingan seluruh responden dengan mencari nilai rata-rata geometris dengan menggunakan rumus geometris dan kemudian nilai rata-rata tersebut dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai ini yang menjadi bobot tiap faktor. Pembobotan faktor internal disajikan dalam Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Pembobotan Faktor Internal (IFAS)

No. Uraian Bobot

1. Perencanaan Usaha Bonsai 0,26

2. Ketersediaan Bahan Tanam 0,19

3. Pameran 0,10

4. Pembinaan Pengusaha Bonsai 0,23

5. Partisipasi Pengusaha Bonsai 0,21

(29)

Faktor perencanaan memiliki nilai bobot yang paling besar yaitu 0,26. Faktor yang memiliki bobot paling kecil adalah pameran sebesar 0,10. Hal ini merupakan kondisi dimana pameran dianggap kurang penting dalam penetapan strategi. Alasannya ialah anggapan dimana pameran kurang memberi keuntungan baik kepada ASPENTA maupun pemilik usaha bonsai serut. Dimana yang menjadi pemenang dalam pameran selalu sama. Strategi pengembangan usaha bonsai serut juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Pembobotan eksternal disajikan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Pembobotan Faktor Eksternal (EFAS)

No. Uraian Bobot

1. Lokasi Usaha 0,05

2. Modal 0,11

3. Ketersediaan Input Produksi 0,09

4. Pesaing 0,06

5. Pemasaran produk 0,05

6. Keterampilan 0,12

7. Pengalaman 0,08

8. Permintaan 0,07

9. Harga bonsai serut 0,11

10. Eksistensi bonsai serut 0,07

11. Kriteria bonsai 0,12

12. Kebijakan Pemerintah 0,07

Total 1,00 Sumber : Data lampiran 18

Modal dan kriteria bonsai merupakan faktor yang memiliki bobot yang paling besar yakni 0,13. Hal penting yang dibutuhkan saat mengembangkan sebuah usaha ialah modal, selain itu kriteria bonsai serut yang unik juga mendukung dalam pengembangan usaha bonsai serut ini.

(30)

57

akan membandingkan harga yang lebih terjangkau mengingat Desa Bangun Sari memang terkenal dengan banyaknya pengusaha tanaman hias. Selain itu karena konsumen yang sudah mengenal daerah ini dengan tanaman hias, maka mereka hanya menunggu konsumen yang datang ke lokasi usaha mereka, tanpa ada strategi pemasaran khusus yang dibuat.

5.2.2. Penentuan Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Berdasarkan Analisis SWOT

(31)

Tabel 5.5. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS)

Faktor – Faktor Strategis Internal Bobot Skor Bobot x Skor Kekuatan

Sumber : Data lampiran 19

Pada tahap penentuan skoring, skor diberikan kepada faktor eksternal untuk menentukan mana faktor yang menunjukkan peluang dan ancaman. Setelah itu dilakukan perhitungan hasil skor dengan melakukan perkalian bobot dan skor. Perkalian bobot dan skor faktor strategi pengembangan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari disajikan dalam tabel 5.6.

Tabel 5.6. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal (EFAS)

Faktor – Faktor Strategi Eksternal Bobot Skor Bobot x Skor Peluang

1. Lokasi Usaha 0,05 3,10 0,16

2. Permodalan 0,11 3,90 0,43

3. Ketersediaan Input Produksi 0,09 4,00 0,36

4.Pengalaman 0,09 3,20 0,29

12. Kebijakan Pemerintah 0,07 2,00 0,14

Total 1,00 34,80 2,40

(32)

59

Tabel 5.7. Gabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal Pengembangan Usaha Bonsai Serut

Faktor – Faktor Strategis

Bobot Skor Bobot x Skor FAKTOR STRATEGIS INTERNAL

Kekuatan

1. Perencanaan Usaha Bonsai 2. Ketersediaan Bahan Tanam 3. Pameran

4. Pembinaan Pengusaha Bonsai 5. Partisipasi Pengusaha Bonsai

0,23

Total Skor Kelemahan 0,44 0,88

Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 0,77

FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL Peluang

1. Lokasi Usaha 2. Permodalan

3. Ketersediaan Input Produksi 4.Pengalaman

5. Eksistensi Bonsai 6. Kriteria Bonsai

0,05 3,10 0,16

12. Kebijakan Pemerintah 0,07 2,00 0,14

Total Skor Ancaman 0,47 1,18

Selisih (Peluang – Ancaman) 0,74

Sumber : Data lampiran 19 dan 20

(33)

Selisih faktor eksternal (peluang-ancaman) sebesar 0,74, ini artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan dengan pengaruh ancaman pada pengembangan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari. Hal ini berarti faktor peluang eksternal yang berupa lokasi usaha, modal, ketersediaan input produksi, pengalaman, eksistensi bonsai, kriteria bonsai mampu meminimalkan ancaman eksternal yang menghambat dalam mengembangkan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari.

(34)

61

O (Y +)

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn Around 1,5 0,74 Strategi Agresif

1

0,5 0,77

W S

X ( – ) X ( + )

0,5 1 1,5

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y (-) T

Gambar 5.3. Matriks Posisi Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Serut di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

Pada gambar 5.3 menunjukkan posisi strategi pengembangan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari berada pada kuadran I yang berarti posisi strategi pengembangan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari memiliki kekuatan dan peluang yang besar dalam mengembangkan usaha bonsai serut.

(35)

serut. Fokus strategi yang harus dilakukan yaitu memaksimalkan kekuatan dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

Menurut Rangkuti (2015) menyatakan bahwa kuadran I merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan kekuatan dan peluang sebesar-besarnya. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan agresif (growth oriented strategy).

Hal ini mendukung penelitian Arnol Sitompul (2014) bahwa saat berada di kuadran I memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan kekuatan dan peluang sebesar-besarnya. Strategi yang diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

5.2.3 Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Serut

(36)

63

Tabel 5.8. Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Serut di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang IFAS

EFAS

Kekuatan (Strength) 1. Perencanaan Usaha

Bonsai Serut 2. Ketersediaan bahan

tanam 3. Pameran

Kelemahan (Weakness) 1. Pembinaan pengusaha

bonsai serut

2. Partisipasi pengusaha bonsai serut

Peluang (Opportunity) 1. Lokasi usaha yang

mudah dijangkau 2. Modal usaha milik

sendiri

3. Ketersediaan input produksi yang memadai

4. Pengalaman pengusaha bonsai serut yang sudah cukup lama 5. Eksistensi bonsai

serutyang sudah cukup dikenal masyarakat 6. Kriteria bonsai yang

tetap memiliki nilai jual meskipun belum terbentuk bonsai yang jadi

Strategi SO

1. Perencanaan usaha yang matang

dimanfaatkan untuk mengelola modal dan input produksi yang tersedia (S1,O1,O2) 2. Memanfaatkan

ketersediaan bahan tanam untuk membuka lebih banyak lagi usaha/outlet di lokasi yang mudah dijangkau (S1,O1)

3. Memanfaatkan pameran sebagai wadah untuk lebih memperkenalkan eksistensi bonsai serut yang memiliki

keunikan,daya tarik dan bernilai seni tinggi (S3,O5)

Strategi WO 1. Meningkatkan

pembinaan kepada pengusaha bonsai serut dan memanfaatkan modal usaha dan pengalaman yang dimiliki pengusaha bonsai serut (W1,O2, O4)

2. Meningkatkan partisipasi pengusaha bonsai serut dengan saling berbagi

pengalaman yang telah dimiliki pengusaha bonsai serut (W2, O4)

Ancaman (Threats) 1. Pemasaran yang masih

sederhana, hanya menunggu konsumen di lokasi usaha

2. Keterampilan sejumlah pengusaha bonsai serut yang belum memadai dan masih menggunakan tenaga ahli

3. Pesaing, dimana terdapat banyak pengusaha bonsai serut lainnya 4. Permintaan bonsai

3. Mengoptimalkan

pemasaran bonsai serut (S1, T1)

2. Mengoptimalkan ketersediaaan bahan tanam sebagai bahan latihan untuk

meningkatkan keterampilan dan kretifitas pengusaha bonsai serut (S2, T2)

2. Meningkatkan partisipasi pengusaha bonsai serut untuk menciptakan

persaingan yang sehat serta membentuk jaringan pemasran yang lebih luas Strategi WT 1. Meningkatkan

(37)

serut masih jarang dan tidak tentu kapan waktu nya

5. Harga bonsai serut yang sudah jadi dan bernilai seni cukup mahal

6. Kebijakan pemerintah yang kurang

mendukung usaha bonsai serut

wadah pemasaran bonsai serut (S3, T1) 4. Mengoptimalkan

perencanaan usaha bonsai serut dan pameran untuk persaingan yang sehat meskipun banyak pesaing (S1, T3) 6. Mengoptimalkan

ketersediaan bahan tanam dan pameran sebagai media bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang mendukung (S1, S2, T6)

Sumber : Hasil analisis SWOT

5.2.4 Evaluasi Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Serut Strategi SO (Strenght-Opportunity)

Adapun strategi yang dilakukan untuk mengembangkan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari dengan melihat kekuatan dan peluang adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan usaha yang matang dimanfaatkan untuk mengelola modal dan

input produksi yang tersedia (S1,O1,O2)

2. Memanfaatkan ketersediaan bahan tanam untuk membuka lebih banyak lagi usaha/outlet di lokasi yang mudah dijangkau (S1,O1)

(38)

65

Langkah utama dan merupakan persyaratan dasar untuk mengembangkan usaha bonsai serut ialah dengan adanya perencanaan yang matang untuk mempersiapkan dan memenuhi semua aspek yang dibutuhkan dari hal yang terkecil sekalipun.

Oleh karena itu strategis di atas diperlukan dengan mengoptimalkan beberapa kekuatan dan dengan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya agar tujuan untuk mengembangkan usaha bonsai serut dapat tercapai.

Strategi WO (Weakness-Opportunity)

Adapun strategi yang dilakukan untuk mengembangkan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari dengan melihat kelemahan dan peluang yang dimiliki adalah sebagi berikut :

1. Meningkatkan pembinaan kepada pengusaha bonsai serut dan memanfaatkan modal usaha dan pengalaman yang dimiliki pengusaha bonsai serut (W1,O2, O4)

2. Meningkatkan partisipasi pengusaha bonsai serut dengan saling berbagi pengalaman yang telah dimiliki pengusaha bonsai serut (W2, O4)

(39)

Strategi ST (Strenght-Threats)

Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usah bonsai serut di Desa Bangun Sari dengan melihat kekuatan dan ancaman yang dimiliki adalah sebagai berikut :

1. Mengoptimalkan perencanaan usaha yang dimiliki untuk meningkatkan pemasaran bonsai serut (S1, T1)

2. Mengoptimalkan ketersediaaan bahan tanam sebagai media untuk mengasah keterampilan pengusaha bonsai serut (S2, T2)

3. Mengoptimalkan pameran sebagai wadah pemasaran bonsai serut (S3, T1)

4. Mengoptimalkan perencanaan usaha bonsai serut dan pameran untuk meningkatkan permintaan bonsai serut (S1, S3, T4)

5. Mengoptimalkan perencanaan usaha untuk menciptakan persaingan yang sehat meskipun banyak pesaing (S1, T3)

6. Mengoptimalkan ketersediaan bahan tanam dan pameran sebagai media bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang mendukung (S1, S2, T6)

Strategi ini diperlukan dengan mengoptimalkan peran ASPENTA baik dalam perencanaan, penyediaan bahan tanam serta keikutsertaan dalam pameran agar dapat memberikan masukan kepada para pengusaha bonsai serut dalam meningkatkan usaha bonsai.

Strategi WT (Weakness-Threats)

(40)

67

1. Meningkatkan pembinaan pengusaha bonsai serut dengan lebih mengoptimalkan keterampilan dalam membentuk bonsai serut (W1, T2).

2. Meningkatkan partisipasi pengusaha bonsai serut untuk menciptakan persaingan yang sehat serta membentuk jaringan pemasaran yang lebih luas (W2,T1,T3)

3. Meningkatkan pembinaan pengusaha dengan mengoptimalkan kebijakan pemerintah (W1, T6)

(41)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari meliputi kekuatan yaitu: perencanaan usaha bonsai serut, ketersediaan bahan tanam, pameran, kelemahan yaitu: pembinaan pengusaha bonsai serut, dan partisipasi pengusaha bonsai serut, peluang yaitu: lokasi usaha, permodalan, ketersediaan input produksi, pengalaman, eksistensi bonsai, ancaman yaitu pemasaran, keterampilan, pesaing, permintaan, harga, kebijakan pemerintah.

2. Strategi pengembangan agroindustri salak di daerah penelitian berada pada daerah kuadran I. Hal ini berarti bahwa pengembangan usaha bonsai serut berada strategi agresif (growth oriented strategy) dengan ini seharusnya perencanaan usaha yang matang dimanfaatkan untuk mengelola modal dan input produksi yang tersedia, memanfaatkan ketersediaan bahan tanam untuk membuka lebih banyak lagi usaha/outlet di lokasi yang mudah dijangkau, memanfaatkan pameran sebagai wadah untuk lebih memperkenalkan eksistensi bonsai serut yang memiliki keunikan,daya tarik dan bernilai seni tinggi.

6.2 Saran

Adapun saran yang yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Kepada ASPENTA dan Pengusaha Bonsai Serut

(42)

69

2. Kepada Pemerintah

Agar memberikan bantuan berupa pengadaan penyuluhan tentang tanaman hias terutama bonsai secara gratis guna meningkatkan pengetahuan pengusaha dalam pengembangan usaha bonsai serut.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Gambar

Tabel 3.2 Pengambilan Data Primer dan Data Sekunder
Tabel 3.3. Matriks Faktor Strategi Internal
Gambar 3.1 Matriks Posisi Dalam SWOT
Gambar 3.2 Matriks SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Input dan Output dari usahatani mencakup biaya dan hasil biaya pada usaha pertanian umumnya adalah biaya produksi yang meliputi biaya investasi, yaitu : biaya yang digunakan

Tujuan Penelitian untuk mengetahui (i) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan (ii) Kontribusi

dalam berusahatani tanaman hias agar dapat diperoleh hasil yang lebih

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui seberapa besar pengaruh faktor produksi lahan, tenaga kerja dan modal terhadap pendapatan petani tanaman hias di Desa

Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan industri kecil gerabah yang meliputi modal, bahan baku,

Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah faktor – faktor produksi usahatani tanaman hias di Desa Bangun

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan lansia tentang pengetahuan pencegahan Covid-19 di dusun III desa bangun sari kecamatan tanjung morawa

Masyarakat seringkali acuh tak acuh apatis saat penyelenggaraan Pilkades di Desa Bangun Sari Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Rifai selaku Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa