• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBIASAAN NILAI-NILAI RELIGIUS SISWA DI SMPN 1 NGUNUT TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2016 2017 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBIASAAN NILAI-NILAI RELIGIUS SISWA DI SMPN 1 NGUNUT TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2016 2017 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini begitu cepat, sejalan

dengan kemajuan teknologi dan globalisasi. Dunia pendidikan sedang

diguncang oleh berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan

masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan

lokal dan perubahan global yang terjadi begitu pesat.1 Keadaan yang

demikian semakin menyadarkan masyarakat terhadap tuntutan kehidupan

yang mereka hadapi. Mereka juga merasa prihatin akan kehidupan

generasinya, dengan cara bagaimana mereka dapat memberikan suatu yang

lebih berarti bagi generasi lanjut untuk bisa menghadapi realitas hidup dan

tantangan masa depan.2 Dan karena itu di perlukannya sebuah pendidikan,

bangsa ini tidak akan berkembang dan akan tertinggal dengan negara-negara

lain baik dari kemajuan teknologi maupun kehidupannya yang

mengutamakan pendidikan.

Pendidikan merupakan usaha dari manusia untuk memperoleh ilmu

pengetahuan dan meningkatkan potensi-potensi yang dimiliki agar senantiasa

menjadi insan yang cerdas bermartabat. Seperti halnya dengan tujuan

1

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007), hal. 3

2

(2)

pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang- Undang sistem pendidikan

nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam

bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di sekolah, dan di luar

sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi.

Pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat

memainkan peranan hidup yang tepat. Kematangan profesional (kemampuan

mendidik): yakni menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta

mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan

perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara

mendidik.4

Jadi dijelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan

nilai sebagai langkah bimbingan pada anak yang dicerminkan pada kondisi

kongkrit masyarakat dengan harapan pada pencapaiaan kedewasaan anak

kelak mampu mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada dalam anggota

masyarakat sesuai norma dan undang-undang yang ada sebagai proses

memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bertaqwa kepada

3

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Kloang Klede Putra, 2003), hal. 3

4

(3)

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, baik, bernilai, bermartabat, dan menjadi warga negara yang

bertanggung jawab.

Dalam dunia pendidikan unsur terpenting salah satunya adalah adanya

seorang guru. Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok

arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru

mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak

didik menjadi seseorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru

bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan

membangun dirinya dan membangun Bangsa dan Negara.5

Dalam Islam, guru (pendidik) merupakan figur yang sangat penting,

bagitu pentingnya seorang pendidik sehingga menempatkan kedudukan

pendidikan setingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rasul. Maka dalam

pendidikan Islam, pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam

sistem kependidikan, karena ia yang mengantarkan peserta didik pada tujuan

yang akan ditentukan, bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

komprehensif. Peranan pendidik dalam menunjang keberhasilan pendidikan

sangat penting. Karena itu, upaya apapun untuk meningkatkan mutu

pendidikan harus bersentuhan dengan sumberdaya guru (pendidik).6

Dilihat dari paparan penjelasan di atas, pendidikan merupakan hal

penting dalam sebuah perjalanan kehidupan, dengan melalui proses belajar

5

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hal. 36

6

(4)

dan didampingi oleh guru. Dan dari penjelasan tersebut pula, guru memiliki

tugas yang sangat berat untuk diemban tetapi tugas itu pun juga memiliki

nilai yang sangat mulia. Untuk itu, sudah selayaknya guru memiliki berbagai

kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya, agar menjadi guru yang

profesional. Apalagi dengan berkembangnya Ilmu pegetahuan dan Teknologi,

guru sebagai komponen utama dalam pendidikan dituntut untuk mengimbangi

atau bahkan diharapkan mampu melampaui perkembangan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi yang berkembang dimasyarakat.

Di Era Reformasi sekarang ini, pendidikan nampaknya senantiasa

lebih ditingkatkan pada segi kualitas guru, dimana guru senantiasa dipacu

untuk lebih meningkatkan keprofesionalismenya, demikian juga dalam hal

meningkatkan kualitas pembentukan perilaku siswa yang sebenarnya tidak

terlepas dari pendekatan dalam proses belajar mengajar, karena baik tidaknya

proses belajar mengajar dilihat dari mutu lulusan, dari produknya, atau proses

belajar mengajar dikatakan berhasil apabila menghasilkan banyak lulusan

yang berperilaku baik dan berprestasi tinggi.

Disini jelas bahwa keteladanan seorang guru kepada murid akan

memberikan dampak yang siknifikan terhadap penanaman nilai-nilai

disekolah terlebih nilai religius. Peniruan perilaku siswa terhadap apa yang

dilakukan seorang guru akan lebih tertanam jika hal tersebut dilakukan secara

terus-menerus dalam arti lain guru membiasakan kepada siswa-siswi di

(5)

disekolah yang merupakan salah satu mata pelajaran pengantar yang isinya

ajaran nilai agama.

Dalam Islam guru merupakan profesi yang amat mulia, karena

pendidikan adalah salah satu tema sentral Islam. Nabi Muhammad sendiri

sering disebut sebagai “pendidik kemanusiaan”. Seorang guru haruslah bukan

hanya sekedar tenaga pengajar, tetapi sekaligus adalah pendidik. Dengan

demikian, seseorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan

saja, tetapi lebih penting pula membentuk watak dan pribadi anak didiknya

dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam. Guru bukan hanya sekedar pemberi

ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, tetapi merupakan sumber ilmu dan

moral. Yang akan membentuk seluruh pribadi anak didiknya, menjadi

manusia yang berkepribadian mulia.7

Untuk menciptakan anak yang saleh, pendidik tidak cukup hanya

memberikan prinsip saja, karena yang lebih penting bagi siswa adalah figur

yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut. Sehingga

sebanyak apapun prinsip yang diberikan tanpa disertai contoh tauladan, ia

hanya akan menjadi kumpulan resep yang tak bermakna.

Sungguh tercela seorang guru yang mengajarkan suatu kebaikan

kepada siswanya, sedangkan ia sendiri tidak menerapkan dalam

kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini Allah menyebutkan dalam

firmannya:

7

(6)

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi

Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu

kerjakan.” (QS. Al-Shaff: 2-3)8

Dari firman Allah SWT di atas, dapat diambil pelajaran bahwa

seorang guru hendaknya tidak hanya mampu memerintahkan atau

memberikan teori kepada siswa, tetapi harus mampu menjadi panutan bagi

siswanya, sehingga siswa dapat mengikutinya tanpa merasakan adanya unsur

paksaan. Oleh karena itu keteladanan merupakan faktor dominan dan sangat

menentukan bagi keberhasilan pendidikan.9

Seorang guru yang memiliki ilmu pengetahuan, haruslah

mengamalkan ilmu yang ia miliki, tidak hanya memberikan teori dan teladan

pada muritnya, tetapi juga harus bisa memberikan atau mengamalkan

ilmunya tersebut berupa contoh atau praktik secara langsung yang telah

diajarkanya berupa paktik secara langsung dalam kehidupan sehari-hari dan

melakukan secara terus menerus agar terbiasa untuk mengamalkan apa yang

telah guru ajarkan. Dengan begitu siswa/peserta didik akan terbiasa dalam

8

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2006), hal. 440

9

(7)

menjalankan ibadah sebagai pengamalan ilmunya dimanapun kelak mereka

berada.

Disini jelas bahwa keteladanan seorang guru kepada murid akan

memberikan dampak yang siknifikan terhadap penanaman nilai-nilai

disekolah terlebih nilai religius. Peniruan perilaku siswa terhadap apa yang

dilakukan seorang guru akan lebih tertanam jika hal tersebut dilakukan secara

terus-menerus dalam arti lain guru membiasakan kepada siswa-siswi di

sekolah, sehingga ketika ia berada di dalam masyarakat ia mampu meniru

atau melakukan apa yang telah di contohkan oleh guru di sekolah

sebelumnya.

Pendidikan agama Islam di sekolah umum pada dasarnya bertujuan

untuk membentuk akhlak yang baik dan mulia menuju manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak, dan terampil.

Pendidikan Agama Islam dirancang untuk menumbuhkan nilai-nilai religius

keagamaan sebagai bentuk untuk menghindarkan peserta didik dari

benturan-benturan nilai-nilai religius keagamaan, mengantisipasi adanya

budaya-budaya yang masuk dari luar dan bahaya pergaulan yang makin bebas

dikalangan para remaja.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka agama sebagai pemandunya.

Agama sangat berperan penting sebagai penguat keimanan sekaligus

penyeimbang antara fungsi jasad dan rohani setiap individu. Selain itu agama

(8)

persoalan seperti perubahan sosial, terjadinya perpecahan dalam keluarga,

keadaan ekonomi yang menyebabkan tidak terawatnya anak akibat orang tua

merantau berpengaruh sedemikian besar berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku seseorang terlebih anak. Melihat cerminan keadaan tersebut akan

sangat memprihatinkan jika tidak dibarengi dengan peningkatan nilai

spiritual, sehingga seringkali terlihat kerusakan pada perilaku manusia saat ini

dalam kehidupannya bersosial dan bermasyarakat, seperti kurangnya sopan

santun, dan berperilaku baik dilingkungan keluarga dan masyarakat. Hal itu

sedikit demi sedikit akan mempengaruhi kehidupan para peserta didik di

sekolah terutama pada peserta didik yang menginjak usia remaja di Sekolah

Menengah Pertama (SMP).

Dengan adanya kemampuan guru untuk mendidik dan juga mampu

bertindak dengan nilai-nilai, maka guru juga harus mendidik anak didiknya

sesuai dengan ajaran atau nilai-nilai agama (nilai religius). Salah satu bentuk

dari nilai-nilai religius adalah dengan melakukan shalat berjamaah yang di

lakukan di sekolah sebagai bentuk pembiasaan nilai-nilai religius di

sekolahan, mengingat di usia remaja terutama di tingkat Sekolah Menengah

Pertama (SMP) merupakan awal dimana seorang anak mencari jati dirinya,

jika anak atau remaja ini dibiarkan saja dan tidak diajarkan tentang kebaikan

dan dibina akhlaqnya, di khawatirkan anak tersebut akan kehilangan arah dan

yang paling ditakutkan adalah mereka salah dalam bergaul.

Dengan adanya pembiasaan nilai-nlai religius dalam bentuk shalat

(9)

(SMP) ini, di harapkan akan menambah nilai religius siswa, dengan keahlian

seorang guru dalam mendidik, mengajar, mencontohkan dan mempraktekkan

kegiatan tersebut kepada mereka yang dilakukan setiap hari.

Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a

bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah bersabda:

Shalat jamaah itu lebih utama dari pada shalat sendirian

sebanyak dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim).10

Berdasarkan ayat di atas, bawasannya shalat berjamaah lebih baik

dikerjakan secara bersama-sama yaitu mempunyai keutamaan 27 derajat dari

pada shalat sendirian yang hanya mempunyai keutamaan 1 derajat pahalanya.

Dengan di terapkannya pembiasaan shalat berjamaah di sekolahan ini, remaja

akan lebih tergerak hatinya untuk melakukan shalat berjamaah di sekolah

dengan keutamaan 27 derajat. Tidak hanya di sekolahan, tetapi di rumah dan

juga di lingkungan ia tinggal dan bermasyarakat. Dengan adanya pembiasaan

ini, seorang anak akan terlatih dan terbiasa untuk melakukan shalat

berjamaah. Kita sudah mengetahui bawasannya shalat merupakan ibadah

yang paling utama di bandingkan ibadah lainnya dan tidak bisa ditandingi

dengan ibadah-ibadah yang lain.

10

(10)

Sebagai salah satu lembaga pendidikan formal, SMPN 1 Ngunut

Tulungagung senantiasa meningkatkan peran pendidikan agama Islam dalam

mencetak peserta didiknya untuk berperilaku religius. Hal tersebut salah

satunya dilakukan melalui pembiasaan, membaca surat-surat pendek sebelum

jam pelajaran di mulai, shalat dhuha berjamaah, shalat dhuhur berjamaah,

shalat Jumat berjamaah, selain itu guru juga memberikan keteladanan untuk

dicontoh siswanya seperti berangkat awal, kepala sekolah menanti di halaman

untuk menanti peserta didiknya bersalaman.11

Dari observasi awal tersebut SMPN 1 Ngunut Tulungagung tergolong

aktif dalam melakukan pembiasaan religius dalam bentuk shalat berjamaah,

dan di tambah lagi dengan adanya kegiatan-kegitan keagamaan lain seperti

santunan anak yatim yang dilakukan setiap satu tahun sekali, kegiatan Remaja

Masjid, sholawatan, namun tidak mudah untuk membiasakan nilai-nilai

religius tersebut dan terdapat hambatan yang dijumpai ketika dihadapkan

langsung pada peserta didik. Dari latar belakang keluarga siswa yang

berbeda, serta pengetahuan agama yang berbeda maka menjadi pengaruh

dalam mengamalkan pengetahuannya ke dalam perilaku religius, di tambah

lagi SMPN 1 Ngunut Tulungagung merupakan sekolah umum yang mana di

dalamnya terdapat beragam budaya dan juga agama yang berbeda di setiap

siswanya. Oleh sebab itu dibutuhkan peran orang tua untuk membina

nilai-nilai religius tersebut ketika di rumah dan juga sekolah sebagai peran kedua

11

(11)

untuk mengembangkan fitrah beragama anak dalam mewujudkan perilaku

religius yang sesuai dengan norma-norma agama Islam.

SMPN 1 Ngunut Tulungagung sebagai lembaga Formal yang latar

belakang sekolahnya bersifat umum. Namun dengan adanya jadwal atau

pembiasaan nilai-nilai religius yang ada di sekolah diharapkan siswa dapat

membiasakan kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut khususnya dalam shalat

bejamaah.

Dari paparan di atas penulis menjadi tertarik untuk melaksanakan

penelitian dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap

Pembiasaan Nilai-Nilai Religius Siswa Di SMPN 1 Ngunut Tulungagung

Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka

perlu ditetapkan fokus penelitian yang terkait dengan penelitian ini guna

menjawab segala permasalahan yang ada. Adapun fokus penelitian dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai Motivator

terhadap pembiasaan nilai-nilai religius siswa dalam bentuk shalat

berjamaah di SMPN 1 Ngunut Tulungagung tahun ajaran 2016/2017?

2. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai Fasilitator

terhadap pembiasaan nilai-nilai religius siswa dalam bentuk shalat

(12)

3. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai Edukator

terhadap pembiasaan nilai-nilai religius siswa dalam bentuk shalat

berjamaah SMPN 1 Ngunut Tulungagung tahun ajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan Fokus Masalah penelitian di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai

Motivator terhadap pembiasaan nilai-nilai religius siswa dalam bentuk

shalat berjamaah di SMPN 1 Ngunut Tulungagung tahun ajaran

2016/2017?

2. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai

Fasilitator terhadap pembiasaan nilai-nilai religius siswa dalam bentuk

shalat berjamaah di SMPN 1 Ngunut Tulungagung tahun ajaran

2016/2017?

3. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai

Edukator terhadap pembiasaan nilai-nilai religius siswa dalam bentuk

shalat berjam’ah di SMPN 1 Ngunut Tulungagung tahun ajaran

2016/2017?

D. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Secara Teoristis

Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis yaitu, sebagai

sumbangsih dalam bentuk pemikiran terhadap khazanah dalam

(13)

bahan masukan untuk para pendidik dan praktisi pendidikan untuk

dijadikan bahan analisis lebih lanjut dalam rangka upaya

mengiternalisaikan nilai-nilai Islam kepada peserta didik melalui

pembiasaan nilai-nilai religius di SMPN 1 Ngunut Tulungagung.

2. Secara Praktis, hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi:

Manfaat praktis secara umum dari peneliti yaitu memberikan

gambaran dan wacana keilmuan terhadap pendidik, maupun kepala

sekolah ataupun steakholders tentang pentingnya pembiasaan nilai-nilai

religius untuk membentuk karakter peserta didik. Adapun manfaat praktis

secara rinci yaitu, sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Setelah dilakukannya pengkajian dan penelitian, penulis dapat

mengetahui bentuk nilai-nilai religius yang ditanamkan serta

langkah-langkah menanamkan nilai religius melalui pembiasaan dan

keteladanan dalam upaya mengiternalisasikan nilai-nilai Islam kepada

peserta didik.

b. Bagi Guru

Untuk menambah wawasan juga mengingatkan, akan

pentingnya membiasakan nilai-nilai religius dalam diri siswa, yang

tidak hanya berdampak memperlancar perilaku belajar, namun juga

(14)

merupakan upaya mengembalikan tujuan awal pendidikan sebagai

membangun suatu bangsa yang beriman dan bermartabat.

c. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan oleh kepala sekolah sebagai

bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan, khususnya dalam

mengembangkan program atau kegiatan mengenai nilai-nilai religius

pada peserta didik di SMPN 1 Ngunut Tulungagung.

d. Bagi Peneliti yang akan datang

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti yang akan

datang sebagai bahan kajian penunjang dan bahan pengembang

perancangan penelitian dalam meneliti hal-hal yang berkaitan dengan

topik di atas.

E. Penegasan Istilah

Istilah-istilah yang dipandang penting untuk dijelaskan dalam

penelitian ini dan untuk menghindari kesalahpahaman pembaca sebagai

berikut:

1. Penegasan Konseptual

a. Peran Guru

Peran guru adalah: seperangkat tingkah laku yang diharapkan

oleh orang lain terhadap seserang sesuai kedudukannya dalam suatu

sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun

(15)

adalah peran atau usaha guru PAI dalam membina, mendidik,

memimpin dan mengarahkan siswa kepada yang lebih baik dan

sempurna.12

b. Guru Pendidikan Agama Islam

Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses

belajar mengajar.13 Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah “usaha

sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan”.14

c. Nilai Religius

Nilai Religius terbagi menjadi dua kata, nilai adalah sifat-sifat,

(hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.15 Religius

adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain

dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.16

Dalam membiasakan nilai-nilai religius pada siswa, shalat

berjamaah merupakan salah satu bentuk dari nilai religius yang bersifat

ibadah.

12

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hal. 667

13

Akhyak, Profil Pendidikan…, hal. 3 14

Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam , (Jakarta:PT Bina Ilmu, 2004), hal. 12

15

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 677

16

(16)

Kata “Jamaah” berarti kumpul. Shalat berjamaah dari segi

bahasa adalah shalat yang dikerjakan bersama-sama oleh lebih dari satu

orang. Sedangkan menurut pengertian syara’ adalah shalat yang

dikerjakan bersama-sama oleh dua orang atau lebih, salah seorang

diantaranya bertindak sebagai imam sedangkan lainnya menjadi

ma’mum.

2. Penegasan Operasional

Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang peran guru PAI

terhadap pembiasaan nilai-nilai religius siswa di SMPN 1 Ngunut

Tulungagung tahun ajaran 2016/2017. Yang mana peneliti akan membahas

tentang peran guru sebagai motivator, peran guru sebagai fasilitator dan

peran guru sebagai edukator.

Peran guru sebagai motivator berisi tentang bagaimana seorang

guru memberikan motivasi, dukungan atau dorongan kepada siswa dalam

pelaksanaan shalat berjamaah. Guru sebagai Fasilitator berisi tentang

bagaimana seorang guru memberikan fasilitas kepada siswa dalam

pelaksanaan shalat berjamaah, memberikan fasilitas yang dibutuhkan

oleh siswa seperti fasilitas masjid sebagai tempat untuk melaksanakan

shalat berjamaah, dan peran guru sebagai edukator berisi tentang

bagaimana seorang guru paham betul tentang shalat berjamaah, tidak

hanya memberikan motivasi, memberikan fasilitas tetapi juga sebagai

(17)

melaksanakan shalat berjamaah sehingga siswa mempunyai niatan untuk

shalat berjamaah karena gurunya pun ikut dalam shalat berjamaah juga.

F. Sistematika Pembahasan

Peneliti berusaha menyusun kerangka penelitian secara sistematis,

agar pembahasan lebih terarah dan mudah dipahami, serta sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan. Adapun secara sistematika penulisan skripsi

adalah sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal terdiri dari halaman sampul depan, halaman judul,

halaman persetujuan, halaman pengesahan, moto, persembahan, prakata,

daftar lampiran, abstrak, daftar isi.

2. Bagian Inti

Pada bagian inti ini memuat uraian sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, pada bab ini meliputi latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelian, penegasan

istilah, dan sistematika pembahasan.

Bab II : Kajian Pustaka, terdiri dari : a) Kajian fokus pertama, yaitu

mengenai peran guru PAI sebagai motivator terhadap pembiasaan

nilai-nilai religius dalam betuk shalat berjamaah di SMPN 1 Ngunut

Tulungagung, b) Kajian fokus kedua dan seterusnya, yaitu mengenai

peran guru PAI sebagai fasilitator dan edukator terhadap pembiasaan

(18)

Tulungagung c) hasil penelitian terdahulu d) kerangka berpikir atau

paradigma.

BAB III : Metode Penelitian, pada bab ini meliputi pendekatan dan

pola peneliti, kehadiran peneliti, sumber data, metode pengumpulan data,

metode analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahapan penelitian.

Bab IV : Hasil Penelitian, pada bab ini diuraikan tentang diskripsi

data, temuan penelitian dan analisis data.

Bab V : Pembahasan.

Bab VI : Penutup, pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan, dan

saran.

3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir ini memuat uraian tentang daftar rujukan,

lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan dan daftar riwayat

Referensi

Dokumen terkait

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi

Seorang Staf PSA ingin membuktikan pendapatnya “bahwa rata-rata waktu pendaftaran dengan sistem ON-LINE akan lebih cepat dibanding dengan sistem yang lama” Untuk

dana dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia, dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia,

Membuat Input Data Lebih dari Satu ke Database dengan PHP..

Suatu virus apabila telah menemukan calon korbannya (baik file atau program) maka ia akan mengenalinya dengan memeriksanya, jika belum terinfeksi maka sang virus

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka permasalahan- permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana merancang konstruksi cetakan dengan sistem

joining independent clauses, that is), coordinating conjunctions can join two sentence elements without the help of a comma:+. • Hemingway and Fitzgerald are

Biaya kuliah tersebut di atas untuk pembayaran Sumbangan Gedung ( SPP ), BPP Pokok, BPP SKS dan lain-lain untuk satu tahun pertama atau semester 1 dan 22. (Biaya kuliah paket