BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBENTUKAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Ruang Lingkup Bank
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal banknote.
Kata Bank berasal dari bahasa Italia banca yang berarti tempat penukaran
uang.
Pengertian Bank menurut Kasmir (2012:42) “ Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”. Lembaga keuangan bank sangat penting peranannya dalam
pembangunan ekonomi seuatu negara. Hal ini disebabkan karena lembaga
keuangan bank mempunyai fungsi, asas, dan tujuan yang sangat mendukung
terhadap pembangunan ekonomi suatu negara. Berikut adalah fungsi, asas,
dan tujuan Menurut Pasal 2, 3, dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan dinyatakan bahwa :
Asas : Perbankan berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian.
Fungsi : Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana dan
Tujuan : Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhanekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan rakyat banyak.
Menurut Lukman dalam Marissa (2011:39), pada dasarnya terdapat
tiga prinsip yang harus diperhatikan oleh bank, yaitu :
1. Likuiditas adalah prinsip dimana bank harus dapat memenuhi
kewajibannya.
2. Solvabilitas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Bank yang solvable adalah bank
yang manpu menjamin seluruh hutangnya.
3. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.
2.1.2 Bank Umum Syariah
2.1.2.1 Pengertian Bank Umum Syariah
Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah
merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar
mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha
(investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai
2.1.2.2 Prinsip Dasar Bank Umum Syariah
Secara garis besar produk-produk bank syariah dapat
dikelompokkan ke dalam produk-produk pendanaan, pembiayaan,
jasa perbankan, dan kegiatan sosial dengan berbagai prinsip syariah
yang digunakan dalam akadnya, berbagai jenis akad yang diterapkan
oleh bank syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola, yaitu:
1. Akad Pola Titipan (Wadi’ah)
Secara umum Wadi’ah berarti titipan murni dari pihak penitip
(muwaddi’) yang mempunyai barang/asset kepada pihak
penyimpan (mustawda’) yang diberi amanah/kepercayaan, baik
individu maupun badan hukum dan harus dijaga dari
kerusakan,kerugian dan keutuhannya dan dikembalikan kapan
saja penyimpan menghendaki. Akad Wadi’ah dibagi atas 2
yaitu:
a. Titipan Wadi’ah yad Amanah adalah akad penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak
diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan
dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau
kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan
atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam
perbankan syariah berupa produk safe deposit box.
b. Titipan Wadi’ah yad Dhamanah adalah akad penitipan
mendapatkan izin dari pihak penitip untuk mempergunakan
barang/uang yang dititipkan tersebut untuk aktivitas
perekonomian tertentu dengan catatan bahwa pihak
penerima titipan akan mengembalikan barang/uang yang
dititipkan secara utuh pada saat penyimpan menghendaki.
Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.
2. Akad Pola Bagi Hasil (Profit Sharing)
Akad Pola Bagi Hasil merupakan suatu sistem yang meliputi
tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan
pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini
adalah:
a. Mudharabah, adalah akad kerja sama usaha antara pemilik
dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) untuk
melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak,
sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si
pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct,
negligence atau violation oleh pengelola dana. Akad
Mudharabah secara umum dibagi atas 3 yaitu :
1) Mudharabah Muthlaqah adalah akad kerja sama di
mana pemilik dananya memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
2) Mudharabah Muqayyadah adalah akad kerja sama di
mana pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola antara lain mengenai dana, mengenai lokasi,
cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha.
3) Mudharabah Musytarakah adalah akad kerja sama di
mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya
dalam kerja sama investasi.
b. Musyarakah, adalah akad kerja sama yang didasarkan atas
bagi hasil di mana para mitra berkontribusi dalam modal
maupun kerja. Keuntungan dari usaha syariah akan
dibagikan kepada para mitra sesuai dengan nisbah yang
disepakati para mitra ketika akad, sedangkan kerugian akan
ditanggung para mitra sesuai dengan proporsi modal.Ada
dua jenis Musyarakah yaitu :
1) Musyarakah kepemilikan, yaitu kepemilikan bersama
dua pihak atau lebih dari suatu properti;
2) Musyarakah akad, yang berarti kemitraan yang terjadi
karena adanya kontrak bersama atau usaha komersial
bersama.
3. Akad Pola Jual Beli (Tijarah)
Akad Pola Jual Beli ini merupakan suatu sistem yang
menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli
nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas
nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan
(margin). Akad Jual beli dibagi atas 3 yaitu :
1) Murabahah, yaitu suatu bentuk jual beli tertentu ketika
penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga
barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan
(margin) yang diinginkan.
2) Salam, merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di
muka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced
payment atau forward buying atau future sales) dengan
harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal, dan tempat
penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam
perjanjian. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau
penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak
sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam
maka hal ini disebut salam paralel.
3) Istishna, adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen
yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya
dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau
pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang
meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan
kuantitasnya.
4. Akad Pola Sewa (Ijarah)
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
asset atau jasa sementara hak kepemilikan asset tetap pada
pemberi sewa. Sebaliknya penyewa atau pengguna jasa
memiliki kewajiban membayar sewa atau upah. Ada dua jenis
Ijarah yaitu:
1) Ijarah Murni merupakan akad yang berhubungan dengan
sewa jasa;
2) Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan
sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk
memiliki barang pada akhir masa sewa.
5. Akad Pola Jasa (Fee-Based Services)
Prinsip Pola Jasa (Fee-Based Services) ini meliputi seluruh
layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk
yang berdasarkan prinsip Pola Jasa (Fee-Based Services) ini
antara lain:
1) Wakalah merupakan pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak
(muwakil) kepada pihak lain (wakil) dalam hal-hal yang
boleh diwakilkan. Islam mensyariatkan Wakalah karena
2) Kafalah merupakan Jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
3) Hawalah, Pengalihan utang/piutang dari orang yang
berhutang/berpiutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya/menerimanya.
4) Rahn, adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan
demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk
dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
5) Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini
digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan
sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan
shadaqah.
2.1.2.3 Sistem Operasional Bank Umum Syariah
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana
menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan
bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana
nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang
pembagian keuntungan sesuai kesepakatan (Ema dalam Widya
Wahyuningsih,2012) . Sistem operasional Bank Umum Syariah
tersebut meliputi:
1. Sistem Penghimpunan Dana
Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank
konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang
mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga
kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori
tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan
dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan
deposito. Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak
melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk
penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari
sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:
a. Modal
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner).
Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah,
perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung
menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal
juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu
disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari
modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan
pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan
melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity
participation pada saham perseroan bank.
b. Titipan (Wadi’ah)
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam
memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan.
Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam
prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung
jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak
untuk mengambil setiap saat kapan saja Nasabah tersebut hendak
mengambil titipan tersebut , sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Investasi (Mudharabah)
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah
yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul
maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah
bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan
sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan
return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau
kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.
2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini
dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan
murabahah, salam dan istishna’.
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah
dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun
perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual
beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah
obyek transaksinya jasa.
c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama
yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa,
dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk
pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan
pola-pola musyarakah dan mudharabah.
2.1.3 Bank Umum Konvensional
2.1.3.1 Pengertian Bank Umum Konvensional
Menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 Bank merupakan Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam meningkatkan
aktivitas utama bank adalah masyarakat luas karena dana yang
terhimpun dari masyarakat akhirnya akan disalurkan kepada
masyarakat juga termasuk individu.
2.1.3.2 Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
Adapun Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
berdasarkan (Booklet Perbankan Indonesia 2011) adalah sebagai
berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan hal diatas
lainnya;
2. Memberikan kredit;
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah;
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau
meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan
wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga;
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak;
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah
lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa
efek;
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan
kegiatan wali amanat;
12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia;
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh pihak bank
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang tentang
Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ;
15. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau
perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan
16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh BI; dan
17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
2.1.4 Perbedaan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional
Hal mendasar yang membedakan Bank Umum Konvensional dengan
Bank Umum Syari’ah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian
keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada bank, dan atau yang
diberikan oleh bank kepada nasabah. Hal inilah yang menyebabkan
terdapatnya istilah bunga dan bagi hasil. Bagi hasil menurut terminologi
asing (inggris) dikenal dengan profit sharing. Dalam kamus ekonomi
diartikan dengan pembagian laba. Secara defenitif, profit sharing diartikan
“distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai di sebuah
perusahaan (Muhammad 2001).
Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya
memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai
investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya
mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah
aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga
tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal. Adapun Perbedaan
antara Bunga dan Bagi Hasil dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Perbandingan Antara Bunga dan Bagi Hasil
Bagi Hasil Bunga
a. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
c. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
d. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
e. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil
a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.
b. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan.
c. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”
e. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam
Adapun Perbedaan antara Bank Umum Konvensional dengan Bank
Umum Syariah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Perbedaan Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah
BUK BUS
Fungsi dan Kegiatan Bank
Intermediasi, Jasa Keuangan Intermediasi, Manager Investasi, Investor, Sosial
Tidak bebas nilai (prinsip syariah islam)
Uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi Bagi hasil, jual beli, sewa Prioritas
Pelayanan
Kepentingan pribadi Kepentingan public
Orientasi Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi islam, keuntungan
Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multi-porpose
Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko
Hubungan Nasabah
Terbatas debitor-kreditor Erat sebagai mitra usaha
Sumber Likuiditas Jangka Pendek
Pasar Uang, Bank Sentral Pasar Uang Syariah, Bank Sentral
Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasiona
Struktur Organisasi Pengawas
Dewan Komisaris Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional
2.1.5 Rasio Keuangan
2.1.5.1 Rasio Kecukupan Modal
Kecukupan modal adalah gambaran kemampuan bank
dalam mempertahankan modal yang mencukupi untuk menutup
risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam
aset produktif yang mengandung risiko, serta untuk pembiayaan
dalam aset tetap dan investasi. Rasio Kecukupan Modal yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio yaitu
rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam
menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta
menampung kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank.
Kegiatan utama Bank adalah menghimpun dana dan menyalurkan
kembali dalam bentuk kredit. Dengan CAR yang cukup atau
memenuhi ketentuan, Bank tersebut dapat beroperasi sehingga
terciptalah laba. Besarnya modal suatu Bank juga akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja
Bank. Dengan kata lain semakin tinggi CAR semakin baik kinerja
suatu bank.
CAR = x 100%
H1 : Terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara kinerja Bank
Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional,
2.1.5.2 Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2009:309), Rasio profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Return on Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan asset hal ini juga menunjukkan semakin efektif
perusahaan tersebut karena besrnya ROA dipengaruhi oleh besarnya
laba yang dihasilkan perusahaan.
Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi
kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan
peurusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para
investor untuk menanamkan dananya guna mjemperluas usahanya,
sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para
investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri
profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas
Bank dengan total asset relatif besar akan mempunyai
kinerja yang lebih baik karena mempunyai total revenue yang relatif
besar sebagai akibat aktivitas yang meningkat. Dengan
meningkatnya total revenue tersebut maka akan meningkatkan laba
perusahaan sehingga kinerja keuangan akan lebih baik.
ROA = x 100%
H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank
Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional,
berdasarkan rasio profitabilitas.
2.1.5.3 Rasio Likuiditas
Menurut Harahap (2009:301), Rasio Likuiditas merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang
sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai aset-aset
lancar yang jumlahnya harus lebih besar dari kewajiban-kewajiban
lancarnya.
Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah
Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah
rasio perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh pihak bank yang bersangkutan.
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan
kepada para debiturnya.
Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi
likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan
kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Jika rasio
LDR bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat
(dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan
efektif). Dengan meningkatnya laba, maka kinerja keuangan bank
tersebut akan lebih baik.
LDR = x 100%
H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum
Syariah dengan Bank Umum Konvensional, berdasarkan rasio
likuiditas.
2.1.5.4 Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi adalah perbandingan antara biaya
operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya. Rasio yang digunakan adalah Operating
Efficiency (OER) atau BOPO.
Dalam kasus perusahaan yang bergerak dibidang
bank dalam operasinya yang berhubungan usaha pokok bank,
dilakukan dengan benar dalam arti sesuai yang diharapkan
manajemen dan pemegang saham. Efisiensi operasi juga
berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah
bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat
guna (Mawardi, 2005).
Pada penelitian ini variabel BOPO diambil sebagai salah
satu variabel atau faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bank,
karena bagaimanapun juga jika kita berbicara mengenai kinerja suatu
perusahaan pastilah juga berhubungan dengan efisiensi operasi
perusahaan tersebut.
Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional
yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah persentasenya
semakin kecil.
BOPO = x 100%
H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum
Syariah dengan Bank Umum Konvensional, berdasarkan rasio
2.1.5.5 Rasio Kualitas Aktiva Produktif
Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998
tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik
dalam Rupiah maupun Valuta Asing dalam bentuk kredit, surat
berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan
kontijensi pada transaksi rekening administratif. Non Performing
Loan (NPL) merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva
kurang lancar, diragukan, dan macet.
Risiko, menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 5 tahun
2003 adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat
menimbulkan kerugian bank. Risiko akan selalu melekat pada dunia
perbankan, hal ini disebabkan karena faktor situasi lingkungan
eksternal dan internal perkembangan kegiatan usaha perbankan yang
semakin pesat. Seperti halnya perusahaan pada umumnya,bisnis
perbankan juga dihadapkan pada berbagai resiko-resiko, salah satu
risiko tersebut adalah risiko kredit. Pada penelitian ini rasio
keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu resiko
kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio ini
menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola
kredit bermasalah yang diberikan oleh pihak bank. Sehingga
semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas
besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin besar.
NPL = x 100%
H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum
Syariah dengan Bank Umum Konvensional, berdasarkan rasio
kualitas aktiva produktif
2.1.6 Kinerja Keuangan Secara Keseluruhan
Kinerja bank secara keseluruhan diketahui dengan cara
menjumlahkan seluruh rasio keuangan, yaitu rasio CAR (Capital Adequacy
Ratio), ROA (Return On Asset), LDR (Loan to Deposit Ratio), BOPO, NPL
(Non Performing Loan), yang sebelumnya diberi bobot penilaian tertentu.
Perhitungan presentase dan bobot rasio-rasio tersebut adalah (Lukmam
Dendawijaya, 2001):
a. CAR
Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum sekurang
kurangnya harus memiliki CAR 8%. CAR (Capital Adequacy Ratio)
merupakan salah satu komponen utama dalam perhitungan kesehatan
bank, oleh karena itu penulis memberikan persentase sebesar 20%. Skor
nilai CAR ditentukan sebagai berikut, Jika CAR bernilai:
a) Kurang dari 8%, skor nilai = 0
b) Antara 8% - 12%, skor nilai = 80
d) Lebih dari 20%, skor nilai = 100
Misalnya, suatu bank memiliki rasio CAR 33,84% maka skor akhir CAR
adalah 20%*100 = 20.
b. ROA
Standar terbaik ROA menurut Bank Indonesia adalah 1,5%. Variabel ini
mempunyai bobot nilai 10%. Skor nilai ROA ditentukan sebagai berikut,
Jika ROA bernilai:
a) Kurang dari 0%, skor nilai = 0
b) Antara 0% - 1%, skor nilai = 80
c) Antara 1% - 2%, skor nilai =100
d) Lebih dari 2% , skor nilai = 90
Misalnya, suatu bank memiliki rasio ROA 2,87%, maka skor akhir ROA
adalah 10%*90 = 9.
c. LDR
Standar terbaik LDR menurut Bank Indonesia adalah 85%
-110%.Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai LDR
ditentukan sebagai berikut, Jika LDR bernilai:
a) Kurang dari 50%, skor nilai = 0
b) Antara 50% - 85%, skor nilai = 80
c) Antara 85% - 110%, skor nilai = 100
d) Lebih dari 110%, skor nilai = 90
Misalnya, suatu bank memiliki rasio LDR 74,93%, maka skor akhir LDR
d. BOPO
Standar terbaik BOPO menurut Bank Indonesia adalah 85%
-92%.Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai BOPO
ditentukan sebagai berikut, Jika BOPO bernilai:
a) Lebih dari 125%, skor nilai = 0
b) Antara 92% - 125%, skor nilai = 80
c) Antara 85% - 92%, skor nilai = 100
d) Kurang dari 85%, skor nilai = 90
Misalnya, suatu bank memiliki bank memiliki rasio BOPO sebesar
130%, maka skor akhir BOPO adalah 15%*0 = 0
e. NPL
NPL juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
Bank.Bahkan hampir semua rasio nilainya dipengaruhi oleh NPL.Oleh
karena itu penulis memberikan boobt nilai sebesar 20%.Dengan
mempertimbangkan ketentuan BI yang mengharuskan NPL berada
dibawah 5%. Skor nilai NPL ditentukan sebagai berikut, Jika NPL
bernilai:
a) Lebih dari 8%, skor nilai = 0
b) Antara 5% - 8%, skor nilai = 80
c) Antara 3% - 5%, skor nilai = 90
d) Kurang dari 3%, skor nilai = 100
Misalnya, suatu bank memiliki NPL 6%, maka skor akhir NPL adalah
Setelah data-data tersebut tersedia maka dikonversi ke dalam SPSS 17 untuk
selanjutnya dianalisa dengan menggunakan independent samples T-test.
H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank
Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional secara
keseluruhan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3
Hasil dari Analisis Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) “Kinerja” sebesar 87.96%, lebih besar dibanding dari mean
“Kinerja” Bank syariah memiliki kinerja (CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR) lebih baik dibanding dengan perbankan konvensional.
Dari Hasil Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kinerja keuangan Bank Umum Syariah dan
Bank Umum
NAMA penelitian, dari tujuh rasio keuangan yang Syariah berbeda secara signifikan dengan kinerja perbankan
konvensional,Kinerja Perbankan Syariah secara umum lebih baik
Bank merupakan lembaga perantara (intermediasi) antara pihak yang
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, memperlancar arus
pembayaran dimana aktivitasnya bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan
rakyat. Kinerja keuangan suatu Bank merupakan salah satu fakor penentu untuk
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang
mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui
aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan
efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis
terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan.
Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada
laporan keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sabagai
penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan
dalam manghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan faktor yang penting bagi bank.
Faktor capital atau permodalan digunakan untuk menilai sampai dimana bank
memenuhi permodalan bank, kecukupan penyediaan modal terhadap Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengetahui tingkat laba sebelum
pajak dalam 12 bulan terakhir bila dibandingkan dengan rata-rata volume usaha
dalam periode yang sama. Dengan kata lain, ROA ini digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menggunakan asset yang dimilikinya untuk
menghasilkan laba kotor.
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu indikator kesehatan
likuiditas bank. Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan
bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan
manajemen risiko likuiditas. Loan to Deposit Ratio (LDR) paling sering
seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh
bank.
Beban Operasional per Pendapatan Operasional digunakan untuk
mengetahui tingkat p erbandingan antara biaya operasional yang ditanggung bank
apabila dibandingkan dengan pendapatan operasional yang mampu dihasilkan.
Rasio ini diharapkan kecil karena biaya yang terjadi diharapkan dapat tertutupi
dengan pendapatan operasional yang dihasilkan pihak bank.
Rasio Kualitas Aktiva Produktif diwakili oleh Rasio Non Performing Loan
(NPL). Besaran NPL ditunjukkan dengan persentase perbandingan kredit
bermasalah dengan seluruh kredit atau pembiayaan yang dikucurkan bank.
Semakin Kecil Nilai NPL suatu Bank maka semakin baik kinerja Bank tersebut.
Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional memiliki laporan
keuangan masing masing. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung
sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan
bank. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk
mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan
hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan akan
membantu mengintepretasikan berbagai hubungan serta kecenderungan yang
dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan
dimasa mendatang.
Setelah analisis dilakukan maka akan dapat diketahui kinerja keuangan
bank tersebut. Berikut digambarkan secara skematis kerangka pikir dalam
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual