13 BAB II
PENGELOLAAN BANK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998
TENTANG PERBANKAN
A. Pendirian Bank sebagai Lembaga Keuangan
Pendirian suatu bank, harus diketahui terlebih dahulu jenis bank apa yang
akan didirikan. Mengenai jenis bank yang dikenal di Indonesia dapat dilihat dari
ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Perbankan yang membagi bank dalam dua jenis,
yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat.11
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Adapun yang dimaksud dengan
BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.12
Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan
tertentu. Yang dimaksud dengan “mengkhususkan diri untuk melaksanakan
kegiatan tertentu” adalah antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka
panjang, kegiatan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha
ekonomi lemah/pengusaha kecil, pengembangan ekspor nonmigas, dan
pengembangan pembangunan perumahan.13
11Hermansyah, Op. Cit., hlm. 20. 12Ibid.
Pendirian bank sebagai suatu lembaga keuangan, terdapat hal-hal penting
yang harus diperhatikan untuk menciptakan suatu bank yang baik. Hal-hal penting
terkait pendirian bank sebagai lembaga keuangan antara lain perizinan pendirian
bank, bentuk hukum bank, kepemilikan bank, dan jenis-jenis kantor bank.
1. Perizinan pendirian bank
Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 16 UU Perbankan
dinyatakan bahwa pada prinsipnya setiap pihak yang melakukan kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu
memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau BPR dari pimpinan BI, kecuali
apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan
undang-undang tersendiri.14 Kewajiban untuk memperoleh izin usaha sebagai
bank umum dan BPR adalah karena kegiatan menghimpun dana dari masyarakat,
oleh siapa pun, pada dasarnya merupakan kegiatan yang perlu diawasi karena
kegiatan ini terkait dengan kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya
pada pihak bank. Namun, di masyarakat terdapat pula jenis lembaga lainnya yang
juga melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan atau semacam simpanan, misalnya yang dilakukan oleh kantor pos, oleh
dana pensiun, atau oleh perusahaan asuransi. Kegiatan-kegiatan lembaga tersebut
tidak dicakup sebagai kegiatan usaha perbankan. Kegiatan penghimpunan dana
dari masyarakat diatur dengan undang-undang tersendiri.15
Izin pendirian bank umum dan BPR biasanya diberikan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku. Untuk memperoleh izin usaha bank, persyaratan yang
wajib menurut UU Perbankan adalah:16
1. Susunan organisasi dan kepengurusan.
2. Permodalan.
3. Kepemilikan.
4. Keahlian di bidang perbankan.
5. Kelayakan rencana kerja.
Khusus bagi BPR, untuk mendapatkan izin usaha, di samping syarat-syarat
sebagaimana dimaksud di atas, wajib pula memenuhi persyaratan tentang tempat
kedudukan kantor pusat BPR di kecamatan, yakni kecamatan di luar ibu kota
kabupaten/kotamadya, ibu kota provinsi, atau ibu kota negara. Persyaratan ini
dimaksud agar BPR tetap dapat berfungsi sebagai penunjang pembangunan dan
modernisasi didaerah pedesaan. Walaupun demikian, untuk menunjang
peningkatan pembangunan yang lebih merata, khusus di ibu kota
kabupaten/kotamadya, pemerintah daerah setempat dapat mendirikan BPR, baik
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan koperasi, bank milik negara
dan/atau bank milik pemerintah daerah, asalkan di ibu kota kabupaten/kotamadya
belum terdapat BPR.17
2. Bentuk hukum bank
Pemohon yang telah mengajukan izin pendirian bank, maka dapat memilih
bentuk badan hukum yang diinginkan dan yang telah ditentukan. Pemilihan
16Ibid.
bentuk badan badan hukum ini tergantung dari jenis bank yang dipilihnya.
Masing-masing bentuk badan hukum mempunyai kelebihan dan kekurangannya.18
Bentuk badan hukum usaha bank harus jelas, sehingga diperoleh ketegasan
tentang kekayaan yang terpisah, pengesahan pendiriannya, dan pengurus yang
berwenang mewakili bank. Bentuk hukum suatu bank umum dapat berupa:19
a. perseroan terbatas;
b. koperasi; atau
c. perusahaan daerah.
Sedangkan suatu BPR, bentuk hukumnya dapat berupa salah satu dari:
a. perusahaan daerah;
b. koperasi;
c. perseroan terbatas;
d. bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Bentuk badan usaha selain yang disebutkan di atas, tidak dimungkinkan
menjalankan usaha sebagai bank. Bentuk badan usaha lain yang dimaksud seperti
bentuk usaha perseorangan, firma atau perusahaan komanditer.20
3. Kepemilikan bank
Kepemilikan bank diatur dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 28 UU
Perbankan. Pada prinsipnya pendiri bank umum dan BPR bisa warga negara atau
badan hukum Indonesia dan khusus BPR dapat dimiliki bersama oleh pendirinya.
Di Indonesia, bank tidak dapat didirikan oleh warga negara asing sendiri, kecuali
18
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi 2014 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 42.
didirikan secara kemitraan antara warga negara asing dan/atau badan hukum
Indonesia dengan warga negara asing dan/atau badan hukum asing.21
Bank umum hanya dapat didirikan oleh:22
1. warga negara Indonesia dan/atau bdan hukum Indonesia. Badan hukum
Indonesia tersebut antara lain badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, koperasi, dan badan usaha milik swasta; atau
2. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan waraga
negara dan/atau badan hukum asing secara kemitraan. Jika salah satu pihak
yang mendirikan Bank Umum tersebut adalah badan hukum asing, maka yang
bersangkutan terlebih dahulu harus memperoleh rekomendasi dari otoritas
moneter negara asal. Rekomendasi dimaksud sekurang-kurangnya memuat
keterangan bahwa badan hukum asing yang bersangkutan mempunyai reputasi
baik dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela di bidang perbankan.
Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999
tentang Bank Umum dan Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/34/KEP/DIR
tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah telah diatur
lebih lanjut. Di sana disebutkan bahwa kepemilikan Bank umum oleh badan
hukum Indonesia setinggi-tingginya adalah sebesar modal bersih sendiri badan
hukum yang bersangkutan, yang merupakan penjumlahan dari modal disetor,
cadangan dan laba, dikurangi penyertaan kerugian, bagi badan hukum perseroan
terbatas/perusahaan daerah; atau penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan
21Ibid.
wajib, hibah, modal penyertaan, dana cadangan, dan sisa hasil usaha, dikurangi
penyertaan dan kerugian, bagi badan hukum koperasi.23
Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan bank umum tidak
boleh berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apa pun dari
Bank umum dan/atau pihak lain di Indonesia dan berasal dari dan untuk tujuan
pencucian uang (money laundering), atau berasal dari sumber yang di haramkan
menurut prinsip syariah. Pihak-pihak yang dapat menjadi pemilik bank umum
adalah sebagai berikut:24
1. tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan sesuai dengan
yang diterapkan oleh BI;
2. menurut penilaian BI, yang bersangkutan memiliki integritas yang baik, yakni:
memiliki akhlak dan moral yang baik; mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku; memiliki komitmen yang tinggi terhadap
pembangunan operasional bank yang sehat; dan dinilai layak dan wajar untuk
menjadi pemegang saham bank.
Bank Perkreditan Rakyat menurut Pasal 23 UU Perbankan, hanya dapat
didirikan dan dimiliki oleh:
1. warga negara Indonesia;
2. badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia;
3. pemerintah daerah atau dapat
4. dimiliki bersama di antara warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia
dan/atau pemerintah daerah.
Persyaratan kepemilikan BPR dan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan
Prisip Syariah (selanjutnya disebut sebagai BPRS) lebih lanjut diatur dalam Surat
Keputusan Direksi BI Nomor 32/35/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank
Perkreditan Rakyat dan Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/36/KEP?DIR
tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip
Syariah. Ditegaskan bahwa kepemilikan Bank Perkreditan Rakyat dan BPRS oleh
badan hukum setinggi-tingginya sebesar modal bersih sendiri dari badan hukum
yang bersangkutan, yang merupakan penjumlahan dari modal yang disetor,
cadangan, dan laba, dikurangi penyertaan dan kerugian, bagi badan hukum
koperasi.
Sumber dana yang digunakan untuk kepemilikan BPR dan BPRS tidak
boleh berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apa pun dari
bank dan/atau pihak lain di Indonesia dan berasal dari sumber yang diharamkan
menurut prinsip syariah.
Pihak-pihak yang dapat menjadi pemilik BPR dan BPRS adalah mereka
yang:25
1. tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan sesuai dengan
yang ditetapkan oleh BI;
2. menurut penilaian BI yang bersangkutan memiliki integritas, antara lain:
a. memiliki akhlak dan moral yang baik;
b. mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. bersedia mengembangkan BPR atau BPRS yang sehat.
4.Jenis-jenis Kantor Bank
Jenis-jenis kantor bank dapat dilihat dari luasnya kegiatan jasa-jasa bank
yang ditawarkan dalam suatu cabang bank. Luasnya kegiatan ini tergantung dari
kebijaksanaan kantor pusat bank tersebut. Disamping itu, besar kecilnya kegiatan
cabang bank tersebut tergantung pula dari wilayah operasinya.
Jenis-jenis kantor bank yang dimaksud adalah sebagai berikut:26
a. Kantor Pusat
Merupakan kantor di mana semua kegiatan perencanaan sampai kepada
pengawasan terdapat di kantor ini. Setiap bank memiliki satu kantor pusat
dan kantor pusat tidak melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor
bank lainnya, akan tetapi mengendalikan jalannya kebijaksanaan kantor
pusat terhadap cabang-cabangnya.
b. Kantor Cabang Penuh
Merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa paling lengkap.
Dengan kata lain, semua kegiatan perbankan ada di kantor cabang penuh
dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu.
c. Kantor Cabang Pembantu
Merupakan kantor cabang yang berada di bawah kantor cabang penuh
dimana kegiatan jasa bank yang dilayaninya hanya sebagian saja. Perubahan
status dari cabang pembantu ke cabang penuh dimungkinkan apabila
memang cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai cabang penuh
dari kantor pusat.
d. Kantor Kas
Merupakan kantor bank yang paling kecil di mana kegiatannya hanya
meliputi teller/kasir saja. Dengan kata lain, kantor kas hanya melakukan
sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada di bawah cabang
pembantu atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini banyak kantor kas yang
dilayani dengan mobil dan sering disebut kas keliling.
B. Pengelolaan Bank
Bab terdahulu telah menjelaskan bahwa bank adalah lembaga keuangan
yang mempunyai usaha pokok menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Selain usaha pokok tersebut,
bank juga melakukan kegiatan usaha lain serta mengeluarkan produk-produk
perbankan untuk menunjang kinerja bank.27
1. Kegiatan usaha bank
Kegiatan usaha bank telah dirinci dan di batasi sesuai dengan Pasal 6
sampai Pasal 15 UU Perbankan, yakni: pertama, mengatur kegiatan-kegiatan
usaha yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh bank; kedua, kegiatan
usaha bank tersebut dibedakan antara bank umum dan BPR; dan ketiga, ank
umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan usaha tertentu dan
memilih jenis usaha yang sesuai dengan keahlian dan bidang usaha yang ingin
dikembangkan. Usaha yang dijalankan bank umum lebih luas daripada usaha yang
dijalankan BPR. Bank yang menjalankan usahanya berdasrkan prinsip syariah
wajib menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan usahanya.
Kegiatan-kegiatan usaha perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini
adalah sebagai berikut:28
a. Kegiatan-kegiatan bank umum:
1) menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk:
a) simpanan giro (Demand Deposit)
b) simpanan tabungan (Saving Deposit)
c) simpanan deposito (Time Deposit)
2) menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk:
a) kredit investasi
b) kredit modal kerja
c) kredit perdagangan
3) memberikan jasa-jasa bank lainnya (Service) seperti:
a) transfer (Kiriman Uang)
b) inkaso (Collection)
c) kliring (Clearing)
d) safe deposit box
e) bank card
f) bank notes (Valas)
g) bank garansi
h) referensi bank
i) bank draft
j) letter of credit (L/C)
k) cek wisata (Travellers Cheque)
l) jual beli surat-surat berharga
m)menerima setoran-setoran seperti; pembayaran pajak, pembayaran
telepon, pembayaran air, pembayaran listrik, pembayaran uang
kuliah
n) melayani pembayaran-pembayaran seperti;
gaji/pensiun/honorarium, pembayaran deviden, pembayaran kupon,
pembayaran bonus/hadiah.
o) di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi;
penjamin emisi (underwriter), penjamin (guarantor), wali amanat
(trustee), perantara perdagangan efek (pialang/broker), pedagang
efek (dealer), perusahaan pengelola dana (invesment company).
p) dan jasa-jasa lainnya.
b. Kegiatan-kegiatan BPR terdiri dari:
1) menghimpun dana dalam bentuk:
a) simpanan tabungan
b) simpanan deposito
2) menyalurkan dana dalam bentuk:
a) kredit investasi
b) kredit modal kerja
3) larangan-larangan bagi BPR adalah sebagai berikut:
a) menerima simpanan giro
b) mengikuti kliring
c) melakukan kegiatan valuta asing
d) melakukan kegiatan perasuransian.29
c. Kegiatan-kegiatan Bank Syariah:
Pasal 28 dan 29 Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/34/KEP/DIR/1999
menyebutkan kegiatan usaha bank umum berdasarkan prinsip syariah. Bank
umum wajib menerapkan prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usahanya
yang meliputi:30
1) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang
meliputi:
a) giro berdasarkan prinsip wadi’ah;
b) tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah;
c) deposito berdasarkan prinsip mudharabah; atau
d) bentuk lain berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah.
2) melakukan penyaluran dana melalui:
a) transaksi jual beli berdasarkan prinsip
1. Murabahah;
2. Istishna;
3. Ijarah;
4. Salam;
29 Kasmir, Op cit, hlm.38-40.
5. jual beli lainnya.
b) pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:
1. Mudharabah;
2. Musyarakah;
3. bagi hasil lainnya.
c) pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip:
1. Hiwalah;
2. Rahn;
3. Qardh.
d) membeli, menjual, dan/atau menjamin atas risiko sendiri surat-surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata
(undelying transaction) berdasarkan prinsip jual beli atau hiwalah;
e) membeli surat-surat berharga pemerintah dan/atau BI yang
diterbitkan atas dasar prinsip syariah.
f) memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah
berdasarkan prinsip wakalah.
g) menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan
dan melakukan perhitungan dengan atau antar-pihak ketiga
berdasarkan prinsip wakalah;
h) menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat-surat
i) melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip
wakalah;
j) melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain
dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek
berdasarkan prinsip ujr;
k) memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip
wakalah, murabahah, mudharabah, musyarakah, dan wadi’ah, serta
memberikan garansi bank berdasarkan prinsip kafalah;
l) melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip ujr;
m)melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah;
n) melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank umum syariah
sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah Nasional.31
2. Produk bank
Bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat
mengeluarkan produk-produk sebagai proses kegiatan perbankan maupun untuk
mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi keuangan. Produk-produk
yang dikeluarkan oleh bank antara lain sebagai berikut:
a. Tabungan
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat
tertentu yang disepakati, dan tidak dengan cek atau bilyet giro atau alat
lain yang dapat dipersamakan dengan itu.
b. Kartu kredit
Alat pembayaran yang berupa kartu yang terbuat dari sejenis plastik yang
diatasnya tercetak nama, nomor keanggotaan, dan tanda tangan pemegang
kartu kredit yang dapat memberikan substitusi cara pembayaran disamping
alat pembayaran yang sah seperti uang kertas dan uang logam maupun
surat berharga seperti cek dan giro.
c. Kartu debit
Kartu yang digunakan pada ATM yang memungkinkan pelanggan
memperoleh dana yang langsung didebet (diambil) dari rekening banknya.
d. Rekening giro
Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro pemindahbukuan,
sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan
sebagai alat pembayaran.
e. Deposito
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank.
f. Direct deposit
Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi (misalnya
pemberi kerja atau instansi pemerintah) yang membayar sejumlah dana
(misalnya gaji atau pensiun) melalui transfer elektronik. Dana ditransfer
langsung ke setiap rekening nasabah.
Salah satu bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk
membayar tagihan melalui transfer dana elektronik. Dana tersebut secara
elektronik ditransfer dari rekening nasabah ke rekening kreditor.
h. Pinjaman
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
i. Automated Teller Machine (ATM)
Suatu fasilitas perbankan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan
bagi para nasabah dalam kegiatan transaksi perbankan baik tunai dan
non-tunai dan untuk menghindari antrian panjang.
j. SMS banking
Layanan informasi perbankan yang dapat diakses langsung oleh nasabah
melalui telefon selular/handphone dengan menggunakan media SMS (
Short Message Service).
k. Call banking/phone banking
Produk perbankan elektronik yang disediakan membantu konsumen untuk
dapat menerima layanan informasi perbankan dan melakukan transaksi
finansial non tunai melalui pesawat telepon (touch tone atau handphone).
Layanan bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke
pusat data bank, untuk melakukan beberapa layanan perbankan, menerima
dan membayar tagihan, dan lain-lain.
m. Preauthorized debit (automatic bill payment)
Bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi
pembayaran rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya pada
tanggal-tanggal tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu
(misalnya pembayaran listrik, tagihan, telepon, dan lain-lain).
n. Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP)
Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan atau diinformasikan ke
nasabah atau pelanggan secara online, misalnya melalui email atau catatan
dalam rekening bank.
o. Electronic Fund Transfer (EFT)
Perpindahan uang atau pinjaman dari satu rekening ke rekening lainnya
melalui media elektronik.
p. Payroll card
Diterbitkan oleh pemberi kerja sebagai pengganti cek yang memungkinkan
pegawainya mengakses pembayarannya pada terminal ATM atau Point of
Sales. Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai ke kartu
tersebut secara elektronik.
Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem
perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai
intermediary institution yaitu lembaga yang mampu menyalurkan kembali
dana-dana yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi
yang membutuhkan bantuan dana atau defisit. Fungsi ini merupakan mata rantai
yang penting dalam melakukan bisnis karena berkaitan dengan penyediaan dana
sebagai investasi dan modal kerja bagi unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi
produksi. Oleh karena itu agar dapat berjalan dengan lancar maka lembaga
perbankan harus berjalan dengan baik pula.
Berdasarkan fungsi dan peranan bank tersebut, setiap negara senantiasa
berupaya agar lembaga perbankan selalu berada dalam kondisi yang sehat, aman,
dan stabil. Kesehatan suatu bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku. Suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat
akan menyebabkan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi tidak akan
berfungsi dengan optimal. Terganggunya fungsi intermediasi maka alokasi dan
penyediaan dana dari perbankan untuk kegiatan investasi dan membiayai
sektor-sektor yang produktif dalam perekonomian menjadi terbatas. Sistem perbankan
yang tidak sehat juga akan mengakibatkan lalu lintas pembayaran yang dilakukan
oleh sistem perbankan tidak lancar dan efisien, selain itu sistem perbankan yang
Tingkat kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang
terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun
BI sebagai pembina dan pengawas. Sesuai dengan tanggung jawabnya,
masing-masing pihak tersebut perlu mengikatkan diri dan secara bersama-sama berupaya
mewujudkan bank yang sehat. 32
Tingkat kesehatan bank adalah bankyang dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga danmemelihara kepercayaan
masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,dapat melancarkan lalu lintas
pembayaran serta dapat dipergunakan olehpemerintah dalam melaksanakan
berbagai kebijakan, terutama kebijakanmoneter.
Faktor kepercayaan dari masyarakat juga
merupakan faktor yang utama dalam menjalankan bisnis perbankan, sehingga
bank dituntut untuk mempunyai kemampuan mengelola kinerja keuangan dengan
baik agar dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut.
33
Tingkat kesehatan bank adalah
penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu
sesuai dengan standar BI.34 Oleh karena itu, adanya ketentuan mengenai tingkat
kesehatan bank adalah dimaksudkan sebagai berikut:35
1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah
dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku;
32Ibid., hlm. 129.
33 VethzalRivai, Bank and Financial Institution Management (Jakarta: Rajawali Pers,
2007), hlm. 118.
34 Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management (Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), hlm. 185.
2. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik
secara individual maupun perbankan secara keseluruhan.36
Bank agar selalu sehat, ditetapkan kriteria-kriteriatertentu, yang terpenting
di antaranya adalah sebagai berikut:37
1. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BPMK) atau sering juga disebut sebagai
Legal Lending Limit (3L), yaitu larangan memberikan kredit untuk
perusahaan-perusahaan terafiliasi (satu kelompok dengan bank tersebut) melebihi batas
maksimum yang telah ditetapkan, yang saat ini batas maksimum tersebut
adalah 20 % dari modal setor.
2. Berdasarkan Peraturan BI No. 9/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat
kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah bahwa penilaian tingkat
kesehatan bank umum mencakup fakto-faktor meliputi Capital, Asset,
Management, Earning,dan Liquidity (CAMEL) oleh sebab itu Surat Keputusan
Direksi BI No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang cara penilaian
tingkat kesehatan bank umum, Pasal 2 dinyatakan tidak berlaku lagi.38
Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan
atau penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah,
karena itulah yang diharapkan dan supaya dipertahankan terus kesehatannya.
Akan tetapi, bagi bank terus-menerus tidak sehat, mungkin harus mendapat
pengarahan atau sanksi dari BI sebagai pengawas dan pembina bank-bank.39
36Ibid. 37
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Cetakan I (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 40-41.
38Ibid.
Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan
kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan suatu bank. Pendekatan kuantitatif dimaksud dilakukan dengan
penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif,
manajemen, rentabilitas, dan likuiditas yang disingkat dengan sebutan CAMEL
(capital, asset quality, management quality, earnings, and liquidity).40
Tingkat kesehatan bank dinilai berdasarkan CAMELadalah sebagai berikut
:41
1. Permodalan (Capital)
Permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal
minimum bank. Penilaian tersebut didasrkan kepada CAR (Capital Adequaci
Ratio). 42 Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio
modalterhadap Aktiva Terimbang Menurut Resiko (ATMR).
Sedangkanpenilaian terhadap Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM)berdasarkan Pasal 2 PBI No. 10/15/PBI/2008 Tentang
KewajibanPenyediaan Modal Minimum Bank Umum bank ditetapkan
sebagaiberikut:43
a. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi predikat “sehat” dengan nilai kredit
81, dan untuk setiap kenaikan 0, 1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8%
nilai kredit ditambah 1 hingga maksimal 100.
40
Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 130.
b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat
“kurang sehat” dengan nilai kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0, 1% dari
pemenuhan KPMM sebesar 7, 9% nilai kredit dikurangi 1 dengan minimal
0.
2. Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality)
Penilaian terhadap KAP didasarkan atas 2 (dua) rasio, yaitu :
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif
sebesar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan
0,15% mulai dari 15,5% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh Bank
terhadap penyisihan aktiva produktif yang dibentuk oleh Bank sebesar 0%
diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dimulai dari 0, nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimal 10.
3. Manajemen (Managemant)
Penilaian terhadap manajemen mencakup 2 (dua) komponen, yaitu: manajemen
umum dan manajemen resiko, dengan menggunakan daftar pertanyaan.44
44Ibid., hlm. 41.
Dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga dinilai kualitas
manajemennya. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya
dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari segi pendidikan dan
pengalaman dari karyawannya dalam menangani kasus-kasus yang terjadi.
Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen
likuiditas. Penilaian kesehatan di bidang manajemen tidak lagi didasarkan pada
250 aspek yang berkaitan dengan permodalan, likuiditas, kualitas aset, dan
rentabilitas, tetapi kini penilaiannya hanya didasarkan pada 100 aspek saja.45
4. Rentabilitas (Earning)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu :46
a. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume
usaha dalam periode yang sama.
b. Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan
operasional dalam periode yang sama.
5. Likuiditas (Liquidity)
Rasio untuk penilaian likuiditas dibagi atas 2 (dua ), yaitu :
a. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar dalam rupiah.
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh Bank dalam rupiah dan valas.
Kemudian ada aspek penilaian tambahan yang disebut sensitivitas
(Sensitivity). Aspek ini mulai diberlakukan oleh BI sejak bulan Mei 2004. Seperti
kita ketahui dalam melepaskan kreditnya, perbankan harus memperhatikan dua
unsur, yaitu: tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan resiko yang harus
dihadapi. Pertimbangan risiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan
sensitivitas perbankan. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan
memperoleh laba dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin.
Risiko yang dihadapi terdiri dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko
penyerahan, dan risiko keuangan.47
Kriteria lain yang merupakan syarat-syarat bank sehat yaitu:48
1. Perbandingan pinjaman terhadap simpanan atau yang sering disebutdengan
Loan to Deposit Ratio (LDR), yang dalam hal ini ditetapkansebesar 110 %.
2. Kualitas Aktiva Produktif (KAP).
3. Posisi Devisa Netto (PDN).
4. Margin Trading Limit (MTL), yaitu adanya batasan tertentu (celling) dalam hal
bank melakukan kegiatan margin trading.
5. Kewajiban modal setor menjadi 50 miliar rupiah bagi bank umum nondevisa
dan 150 miliar rupiah bagi bank devisa.
6. Kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM) atau Reserve Requirement(RR)
sebesar 5 % dari total dana Pihak ketiga yang dihimpun. Giro wajib minimum
adalah sejumlah dana yang harus disetorkan kepada bank sentral.49
7. Margin pendapatan bunga bersih.
8. Return on Average Assets (ROA), yaitu angka yang menunjukan berapa besar
relative laba bersih (setelah pajak) terhadap total aktiva.
9. Return on Average Equity (RAE), yaitu cara penilaian kesehatan bank dilihat
dari laba bersih setelah pajak dibagi dengan modal.
10. Debt to Equity (DER), yaitu perbandingan kredit terhadap modal.
11. Kemampuan untuk melunasi utang (Working Capital Ratio).50
47
Kasmir, Op. cit., hlm. 46.
48 Munir Fuady, Op. cit., hlm. 40-41.
49 Mandala manurung, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Jakarta: Fakultas
Masing-masing aspek di atas diberikan nilai, kemudian dijumlahkan secara
keseluruhan dari komponen yang dinilai, hasil dari penilaian ini ditetapkan ke
dalam empat golongan predikat kesehatan bank sebagai berikut:51
a. nilai kredit 81 - 100 mendapat predikat “Sehat”;
b. nilai kredit 66 - < 81 mendapat predikat “Cukup Sehat”;
c. nilai kredit 51 - < 66 mendapat predikat “Kurang Sehat”;
d. nilai kredit 0 - < 51 mendapat predikat “Tidak Sehat”.