• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Steel Slag Sebagai Agregat Halus Terhadap Kuat Tekan dan Lentur pada Beton Bertulang dengan Beton Normal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Pengaruh Penggunaan Steel Slag Sebagai Agregat Halus Terhadap Kuat Tekan dan Lentur pada Beton Bertulang dengan Beton Normal"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang

terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen. Dalam teknik sipil, struktur

beton digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat atau pelat

cangkang. Dalam teknik sipil untuk bangunan air seperti bending, bendungan,

saluran, dan drainase perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik sipil

transportasi untuk pekerjaan rigid pavement (lapis keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya. Bentuk paling umum dari beton

adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral

(biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.

Beton merupakan pencampuran dari semen, agregat halus, agregat kasar

dan air dengan suatu perbandingan tertentu. Perbandingan ini tentu saja tidak

sembarangan dikarenakan kekuatan yang diinginkan, karakteristik bahan dan

fungsi bangunan menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam

pembuatan beton.

Sifat –sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja dari beton yang dibuat. Kinerja dari beton beton tersebut berdampak pada

kekuatan yang diinginkan, kemudahan dalam pengerjaannya dan keawetannya

dalam jangka waktu tertentu.Jika ingin membuat beton berkualitas baik, dalam

arti memenuhi persyaratan yang lebih ketat karena tuntutan yang lebih tinggi,

maka harus diperhitungkan dengan seksama cara-cara memperoleh adukan

beton(beton segar/fresh concrete) yang baik dan beton (beton keras / hardened concrete) yang dihasilkan juga baik. Beton yang baik ialah beton yang kuat, tahan lama/awet, kedap air, tahan aus, dan sedikit mengalami perubahan volume

(2)

Sebagai bahan konstruksi beton mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu :

Kelebihan beton antara lain :

1) Harganya relatif murah.

2) Mampu memikul beban yang berat.

3) Mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.

4) Biaya pemeliharaan/perawatannya kecil.

5) Tahan terhadap temperatur yang tinggi

Kekurangan beton antara lain :

1) Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh

karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).

2) Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat

dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak

beton.

3) Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.

4) Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.

5) Daya pantul suara besar.

2.2 Bahan Penyusun Beton

2.2.1 Agregat (Bahan Pengisi)

a. Umum

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi

dalam campuran beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya

sangat tinggi, yaitu berkisar 60%-70% dari volume beton. Walaupun fungsinya

hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar sehingga

karakteristik dan sifat agregat memiliki pengaruh langsung terhadap sifat-sifat

(3)

Tabel 2.1 Pengaruh sifat agregat pada sifat beton

Sifat Agregat Pengaruh pada Sifat Beton

Bentuk, tekstur, gradasi Beton cair Kelecakan Pengikatan dan Pengerasan

Sifat fisik, sifat kimia,

mineral Beton keras

Kekuatan. Kekerasan,

ketahanan (durability)

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau

agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Ukuran antara

agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih

besar dari 4.80 mm (4.75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil

dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat yang digunakan dalam campuran beton

biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm.

b. Jenis Agregat

Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan

agregat buatan (pecahan). Agregat alam dan pecahan inipun dapat dibedakan

berdasarkan beratnya, asalnya, diameter butirnya (gradasi), dan tekstur

permukaannya.

Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus.

1. Agregat Kasar

Yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat yang semua

butirannya tertinggal di atas ayakan 4,8 mm (SNI.0052,1980) atau 4,75 mm

(ASTM C33,1982). Agregat kasar biasanya dinamakan kerikil, spilit, batu pecah,

kricak, dan lainnya. Sifat yang paling penting dari suatu agregat kasar adalah

kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi

ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang

mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan

(4)

Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi

persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

a) Susunan butiran (gradasi)

Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus tediri dari butiran

yang beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga-rongga akibat ukuran

yang besar, sehingga akan mengurangi penggunaan semen atau penggunaan

semen yang minimal. Agregat kasar harus mempunyai susunan butiran dalam

batas-batas seperti yang terlihat pada tabel

Tabel 2.2 Susunan besar butiran agregat kasar (ASTM, 1991) Ukuran lubang

ayakan (mm)

Persentase lolos komulatif (%)

38,1 95 – 100

19,1 35 – 70

9,52 10 - 30

4,75 0– 5

b) Agregat kasar yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami

basah dan lembab terus menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah

basah, tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali dalam

semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang

berklebihan di dalam mortar atau beton.

c) Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori

atau tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruk cuaca seperti terik matahari

atau hujan.

d) Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no.200),

tidak boleh melebihi 1% (terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur

melebihi 1% maka agregat harus dicuci.

e) Kekerasan butiran agregat diperiksa dengan bejana Rudellof dengan beban

penguji 20 ton dimana harus dipenuhi syarat berikut:

(5)

 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19,1 - 30 mm lebih dari 22% berat.

f) Kekerasan butiran agregat kasar jika diperiksa dengan mesin Los Angeles

dimana tingkat kehilangan berat lebih kecil dari 50%.

2. Agregat Halus

Yang dimaksud dengan agregat halus adalah agregat yang semua

butirannya menembus atau lolos ayakan 4,8 mm (SNI.0052,1980) atau 4,75 mm

(ASTM C33,1982) atau lolos saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200.

Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi spesifikasi yang telah

ditetapkan oleh ASTM. Jika seluruh spesifikasi yang ada telah terpenuhi maka

barulah dapat dikatakan agregat tersebut bermutu baik.

Adapun spesifikasi tersebut adalah :

a) Susunan Butiran ( Gradasi )

Agregat halus yang digunakan harus mempunyai gradasi yang baik, karena

akan mengisi ruang-ruang kosong yang tidak dapat diisi oleh material lain

sehingga menghasilkan beton yang padat disamping untuk mengurangi

penyusutan. Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari agregat

halus tersebut. Melalui analisa saringan maka akan diperoleh angka Fine

Modulus. Melalui Fine Modulus ini dapat digolongkan 3 jenis pasir yaitu :

 Pasir Kasar : 2.9 < FM < 3.2

 Pasir Sedang : 2.6 < FM < 2.9

 Pasir Halus : 2.2 < FM < 2.6

Selain itu ada juga batasan gradasi untuk agregat halus, sesuai dengan

(6)

Tabel 2.3 Batasan gradasi untuk agregat halus

Ukuran Saringan ASTM Persentase berat yang lolos pada tiap saringan

9.5 mm (3/8 in) 100

4.76 mm (No. 4) 95 – 100

2.36 mm ( No.8) 80 – 100

1.19 mm (No.16) 50 – 85

0.595 mm ( No.30 ) 25 – 60

0.300 mm (No.50) 10 – 30

0.150 mm (No.100) 2 – 10

b) Kadar Lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron ( ayakan

no.200 ), tidak boleh melebihi 5 % ( ternadap berat kering ). Apabila kadar

Lumpur melampaui 5 % maka agragat harus dicuci.

c) Kadar Liat tidak boleh melebihi 1 % ( terhadap berat kering )

d) Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organic yang akan

merugikan beton, atau kadar organic jika diuji di laboratorium tidak

menghasilkan warna yang lebih tua dari standart percobaan Abrams – Harder dengan batas standarnya pada acuan No 3.

e) Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan

mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan

dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif

terhadap alkali dalam semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan

pemuaian yang berlebihan di dalam mortar atau beton dengan semen kadar

alkalinya tidak lebih dari 0,60% atau dengan penambahan yang bahannya

dapat mencegah pemuaian.

2.2.2 Semen

a. Umum

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam

pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan

(7)

mortar, sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran

beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete). Adapun sifat-sifat fisik semen yaitu :

1)Kehalusan Butir

Kehalusan semen mempengaruhi waktu pengerasan pada semen. Secara

umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi pada beton segar dan

dapat mengurangi bleeding (kelebihan air yang bersama dengan semen

bergerak ke permukaan adukan beton segar), akan tetapi menambah

kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah

terjadinya retak susut.

2)Waktu Ikatan

Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sutu tahap

dimana pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu

tersebut terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu dari

pencampuran semen dengan air sampai saat kehilangan sifat

keplastisannya disebut waktu ikat awal, dan pada waktu sampai

pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu ikat akhir. Pada

semen portrland biasanya batasan waktu ikaran semen adalah :

 Waktu ikat awal > 60 menit

 Waktu ikat akhir > 480 menit

Waktu ikatan awal yang cukup awal diperlukan untuk pekerjaan beton,

yaitu waktu transportasi, penuangan, pemadatan, dan perataan

permukaan.

3)Panas hidrasi

Silikat dan aluminat pada semen bereaksi dengan air menjadi media

perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi

membentuk media perekat ini disebut hidrasi.

4)Pengembangan volume (lechathelier)

Pengembangan semen dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beon,

karena itu pengembangan beton dibatasi sebesar ± 0,8 % (A.M Neville,

(8)

b.

Sement Portland

Menurut Standar Industri Indonesia (SII 0013-1981), definisi Semen

Portland adalah suatu bahan pengikat hidrolis (hydraulic binder) yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang

umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan

tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.

c. Sifat-Sifat Semen Portland

Sifat semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika dan

sifat kimia.

a) Sifat fisika semen portland

Sifat-sifat fisika semen meliputi :

1) Kehalusan butir (finesess)

Proses hidrasi sangat dipengaruhi oleh kehalusan butir semen. Jika butir

semen lebih kasar maka waktu pengikatan (setting time) menjadi semakin

lama. Sebaliknya jika semakin halus butiran semen, proses hidrasinya

semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan

berkurang. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi

terjadinya bleeding atau kenaikan air kepermukaan, tetapi menambah

kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah

terjadinya retak susut.

2) Kepadatan (density)

Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 Mg/m3. Pada kenyataannya, berat jenis semen yan gdiproduksi berkisar antara 3,05

Mg/m3 sampai 3,25 Mg/m3. Variasi ini akan berpengaruh pada proporsi campuran semen dalam campuran.

3) Konsistensi

Konsistensi semen portland lebih banyak pengaruhnya pada saat

pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat

beton mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio antara

semen dan air serta aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan

keceptan hidrasi. Konsistensi semen mortar bergantung pada konistensi

(9)

4) Waktu pengikatan

Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras,

terhitung dari mulai bereaksi dengna air dan menjadi pasta semen cukup

kaku unutk menahan tekanan. Waktu ikat semen dibagi menjadi dua :

a) Waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat

keplastisan.

b) Waktu ikat akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras.

Pada semen portland initial setting time berkisar 1.0-2,0 jam, tetapi tidak bole kurang dari 1,0 jam, sedangkan initial setting time tidak boleh lebig dari 8,0 jam.

5) Panas hidrasi

Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan

air. Dalam pelaksanaannya, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan

masalah yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan.

6) Perubahan volume (kekalan)

Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang

menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan capurannya dan

kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengiktan terjadinya.

Ketidak-kekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur

bebas yang pembakarannya tida sempurna serta yang terdapat dalam

campuran tersebut.

b) Sifat kimia

Sifat-sifat kimia semen portland terdiri dari :

1) Kesegaran semen

Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran dilakukan pada semen

dengan suhu 900-1000oC. Kehilangan berat ini terjadi karena kelembaban yang menyebabkan yang menyebabkan prehidrasi dan karbonisasi dalam

bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap.

(10)

Sisa bahan yang tk habis bereaksi adalah sisa bahan tak aktif yang terdapat

pada semen. Semakin sedikit sisa bahan ini, semakin baik kualitas semen.

3) Panas hidrasi semen

Seperti yang telah diuraikan, hidrasi terjadi jika semen bersentuhan dengan

air.

d. Jenis-Jenis Semen Portland

Semen Portland menurut Peraturan Beton 1989 (SKBI.4.53.1989) dibagi

menjadi 5 jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu :

1) Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak

memerlukan

persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Semen ini digunakan untuk

bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.

2) Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen ini digunakan

untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus-menerus berhubungan

dengan air kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang tertahan di dalam

tanah yang mengandung air agresif (garam-garam sulfat) dan saluran air

buangan atau bangunan yang berhubungan langsung dengan rawa.

3) Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan

terjadi. Semen jenis ini digunakan pada daerah yang bertemperatur

rendah, terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin (winter season).

4) Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas

hidrasi yang rendah. Semen ini digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang

besar dan masif, umpamanya untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran

besar atau pekerjaan besar lainnya.

5) Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Semen ini digunakan untuk

bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buangan industri,

(11)

untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung

sulfat dalam persentase yang tinggi.

e. Senyawa Kimia

Secara garis besar, ada 4 (empat) senyawa kimia utama yang menyusun semen

portland, yaitu :

1) Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S. 2) Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S. 3) Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) yang disingkat menjadi C3A.

4) Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi

C4AF. (Teknologi Beton,2003)

Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang paling mengikat/mengunci

ketika menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70% - 80% dari berat

semen dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen

(Cokrodimuldjo, 1992). Semen dan air saling bereaksi, persenyawaan ini

dinamakan proses hidrasi, dan hasilnya dinamakan hidrasi semen.

2.2.3 Air

Air diperlukan untuk memicu proses kimiawi semen, serta sebagai bahan

pelumas antar butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan.

Kandungan air yang tinggi menyebabkan gelembung air setelah proses hidrasi

selesai, dan kandungan air yang rendah menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai

seluruhnya.

Air yang digunakan sebagai campuran harus bersih atau dapat diminum,

tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya

yang dapat merusak beton. Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air

memenuhi syarat sebagai berikut :

a) Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2

gram/liter.

b) Tidak mengandung garam-garamm yang dapat merusak beton (asam, zat

organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.

c) Tidak mengandungf klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.

(12)

Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk

pengadukan, tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang

merusak warna permukaan beton. Besi dan zat organis dalam air umumnya

sebagai penyebab utama pengotoran atau perubahan warna, terutama jika

perawatan cukup lama.

Sumber air pada penelitian ini adalah jaringan PDAM Tirtanadi yang

terdapat di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

2.3 Sifat Beton

Karakteristik dari beton dipertimbangkan dalam hubungannya dengan

kualitas yang dituntut untuk tujuan konstruksi tertentu. Pendekatan praktis yang

paling baik adalah mengusahakan kesempurnaan semua sifat beton. Adapun

sifat-sifat beton yaitu:

2.3.1 Sifat-sifat Beton Segar (Fresh Concrete)

Beton segar merupakan suatu campuran antara air, semen, agregat dan

bahan tambahan jika diperlukan setelah selesai pengadukan, usaha-usaha seperti

pengangkutan, pengecoran, pemadatan, penyelesaian akhir dan perawatan beton

dapat mempengaruhi beton segar itu sendiri setelah mengeras.

Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, diangkut,

dituang, dipadatkan, tidak ada kecendrungan untuk terjadi segregasi (pemisahan

kerikil dari adukan) maupun bleeding (pemisahan air dan semen dari adukan). Hal ini karena segregasi maupun bleeding mengakibatkan beton yang diperoleh akan jelek. Tiga hal penting yang perlu diketahui dari sifat-sifat beton segar, yaitu:

kemudahan pengerjaan (workabilitas), pemisahan kerikil (segregation), pemisahan air (bleeding).

a. Kemudahan Pengerjaan (Workability)

Kelecakan adalah kemudahan mengerjakan beton, dimana menuang

(placing) dan memadatkan (compacting) tidak menyebabkan munculnya efek

negatif berupa pemisahan (segregation) dan pendarahan (bleeding).

Ada 3 pengertian disini, yaitu kompaktibilitas, mobilitas dan stabilitas.

(13)

2) Mobilitas: kemudahan mengisi acuan dan membungkus tulangan. Beton

dengan mobilitas yang baik umumnya mempunyai kompaktibilitas yang

baik pula. Jadi umumnya cukup mengandalkan mobilitas.

3) Stabilitas: kemampuan untuk tetap menjadi massa homogen tanpa

pemisahan.

Unsur-unsur yang mempengaruhi workabilitas yaitu :

1) Jumlah air pencampur.

Semakin banyak air yang dipakai makin mudah beton segar itu dikerjakan

( namun jumlahnya tetap diperhatikan agar tidak terjadi segregasi).

2) Kandungan semen.

Penambahan semen ke dalam campuran juga memudahkan cara

pengerjaan adukan betonnya, karena pasti diikuti dengan penambahan air

campuran untuk memperoleh nilai f.a.s (faktor air semen) tetap.

3) Gradasi campuran pasir dan kerikil.

Bila campuran pasir dan kerikil mengikuti gradasi yang telah disarankan

oleh peraturan maka adukan beton akan mudah dikerjakan. Gradasi adalah

distribusiukuran dari agregat berdasarkan hasil persentase berat yang lolos

pada setiap ukuran saringan dari analisa saringan.

4) Cara pemadatan dan alat pemadat.

Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan tingkat

kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih sedikit

daripada tangan.

Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian

slump yang didasarkan pada ASTM C 143-74. Percoban ini menggunakan corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya, yang disebut kerucut

Abrams. Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atas berdiameter 10 cm, dan

tinggi 30 cm (disebut sebagai kerucut Abrams), seperti yang ditunjukkan pada

(14)

b. Pemisahan Kerikil (Segregation)

Beton cair bisa dipandang sebagai suatu suspensi butir agregatdi dalam

matriks mortar semen. Bila kohesi tidak cukup untuk menahan partikel dalam

suspensi maka akan terjadi segregasi. Campuran beton yang tersegregasi adalah

sukar atau tidak mungkin dituang, tidak seragam, sehingga kualitasnya jelek.

Segregasi dapat terjadi karena turunnya butiran ke bagian bawah dari

beton segar, atau terpisahnya agregat kasar dari campuran, akibat cara penuangan

dan pemadatan yang salah. Segregasi tidak bisa diujikan sebelumnya, hanya dapat

dilihat setelah semuanya terjadi.

Faktor – faktor yang menyebabkan segregasi adalah : 1) Ukuran partikel yang lebih besar dari 25 mm,

2) Berat jenis agregat kasar yang berbeda dengan agregat halus,

3) Kurangnya jumlah material halus dalam campuran,

4) Bentuk butir yang tidak rata dan tidak bulat,

5) Campuran yang terlalu basah atau terlalu kering.

Untuk mengurangi kecenderungan segregasi maka diusahakan air yang diberikan

sedikit mungkin, adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian yang terlalu

besar dan cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan harus mengikuti

cara-cara yang betul.

c. Pemisahan Air (Bleeding)

Perdarahan sering terjadi setelah beton dituang dalam acuan. Bisa dilihat

dengan terbentuknya lapisan air pada permukaan beton. Karena berat jenis semen

lebih dari 3 kali berat jenis air maka butir semen dalam pasta, terutama yang cair,

cenderung turun. Pada beton yang normal dengan konsistensi yang cukup,

bleeding terjadi secara bertahap dengan rembesan seragam pada seluruh

permukaan. Namun pada campuran yang kurus (lean) dan basah, akan membentuk saluran sehingga air bisa mengalir dengan cukup cepat untuk

mengangkut butir semen halus ke atas. Yang paling efektif adalah dengan

mengurangi air sambil mempertahankan kelecakan dengan memakai air

(15)

2.3.2 Sifat-sifat Beton Keras

Sifat-sifat beton yang telah mengeras mempunyai arti yang penting selama

masa pemakaiannya antara lain: kekuatan tekan beton dan kekuatan tarik belah

beton. Kinerja beton keras yang baik ditunjukkan oleh kuat tekan beton yang

tinggi, kuat tarik yang lebih baik, perilaku yang lebih daktail, kekedapan air dan

udara, ketahanan terhadap sulfat dan klorida, penyusutan rendah dan keawetan

jangka panjang.

Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kekuatan beton ialah :

1) Faktor air semen dan kepadatan

Semakin rendah nilai faktor air semen semakin tinggi kuat tekan betonnya,

namun kenyataannya pada suatu nilai faktor air semen tertentu semakin

rendah nilai faktor air semen kuat tekan betonnya semakin rendah pula, hal

ini karena jika faktor air semen terlalu rendah adukan beton sulit

dipadatkan. Dengan demikian ada suatu nilai faktor air semen tertentu

(optimum) yang menghasilkan kuat tekan beton maksimum.

Untuk mengatasi kesulitan pemadatan adukan beton dapat dilakukan

dengan cara pemadatan dengan alat getar (vibrator) atau dengan memberi bahan kimia tambahan (chemical admixture) yang besifat mengencerkan adukan beton sehingga lebih mudah dipadatkan.

50 fas 0.4

kekuatan 40 fas 0.5

beton (Mpa) 30 fas 0.6

20 10 0

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 Gambar 2.1 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton

(16)

2) Umur beton

Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton.

Biasanya nilai kuat tekan ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28

hari. Kekuatan beton akan naik secara cepat (linear) sampai umur 28 hari,

tetapi setelah itu kenaikannya tidak terlalu signifikan (Gambar 2.3).

Umumnya pada umur 7 hari kuat tekan mencapai 65% dan pada umur 14

hari mencapai 88% - 90% dari kuat tekan umur 28 hari.

40

35

30

25

20

tegangan

( Mpa ) 28 hari 6 bulan 5 tahun

waktu ( umur)

Gambar 2.2 Perkiraan kuat tekan beton pada berbagai umur

3) Jenis semen

Semen Portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai kualitas

tertentu yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif. Jenis

Portland semen yang digunakan ada 5 jenis yaitu : I, 2, III, IV, V. Jenis-

jenis semen tersebut mempunyai laju kenaikan kekuatan yang berbeda.

4) Jumlah semen

Jika faktor air semen sama (slump berubah), beton dengan jumlah kandungan semen tertentu mempunyai kuat tekan tertinggi sebagaimana

tampak pada Gambar 2.5. Pada jumlah semen yang terlalu sedikit berarti

jumlah air juga sedikit sehingga adukan beton sulit dipadatkan yang

mengakibatkan kuat tekan beton rendah. Namun jika jumlah semen

berlebihan berarti jumlah air juga berlebihan sehingga beton mengandung

banyak pori yang mengakibatkan kuat tekan beton rendah. Jika nilai slump

sama (fas berubah), beton dengan kandungan semen lebih banyak

(17)

40

35

kekuatan 30

beton 25

(Mpa) 20

15

10

220 240 260 280 300 320 340 360

Jumlah Semen per m3 beton (kg)

Gambar 2.3 Pengaruh jumlah semen terhadap kuat tekan beton pada faktor air semen sama (Kardiyono, 1998)

5) Sifat agregat

Sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton ialah

kekasaran permukaan dan ukuran maksimumnya. Permukaan yang halus

pada kerikil dan kasar pada batu pecah berpengaruh pada lekatan dan

besar tegangan saat retak-retak beton mulai terbentuk. Oleh karena itu

kekasaran permukaan ini berpengaruh terhadap bentuk kurva

tegangan-regangan tekan dan terhadap kekuatan betonnya. Akan tetapi bila adukan

beton nilai slump nya sama besar, pengaruh tersebut tidak tampak karena agregat yang permukaannya halus memerlukan air lebih sedikit, berarti fas

nya rendah yang menghasilkan kuat tekan beton lebih tinggi.

a. Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton merupakan kekuatan tekan maksimum yang dapat dipikul beton persatuan luas. Kuat tekan beton normal antara 20 – 40 MPa. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh : faktor air semen (water cement ratio = w/c), sifat

dan jenis agregat, jenis campuran, kelecakan (workability), perawatan (curing)

beton dan umur beton.

(18)

Faktor air semen (water cement ratio = w/c) sangat mempengaruhi kuat

tekan beton. Semakin kecil nilai w/c nya maka jumlah airnya sedikit yang

akan menghasilkan kuat tekan beton yang besar.

D.A Abrams pada tahun 1918 menyatakan bahwa untuk material yang

diberikan, kekuatan beton hanya tergantung pada satu faktor saja, yaitu

faktor air semen dari pasta. Ini dinyatakan dengan rumus :

Dimana: = kuat tekan pada umur tertentu

A = Konstanta Empiris

B = Konstanta tergantung sifat semen

w/c = Faktor air semen.

Duff dan Abrams (1919) meneliti hubungan antara faktor air

semen dengan kekuatan beton pada umur 28 hari dengan uji silinder

yang dapat dilihat pada Gambar 2.5

50 fas 0.4

kekuatan 40 fas 0.5

beton (Mpa) 30 fas 0.6

20 10 0

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 Gambar 2.4 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan

beton selama masa perkembangannya (Tri Mulyono, 2003)

2) Sifat dan jenis agregat

Sifat dan jenis agregat yang digunakan juga berpengaruh terhadap kuat

tekan beton. Semakin tinggi tingkat kekerasan agregat yang digunakan

(19)

butiran agregat yang baik dan tidak seragam dapat memungkinkan

terjadinya interaksi antar butir sehingga rongga antar agregat dalam

kondisi optimum yang menghasilkan beton padat dan kuat tekan yang

tinggi.

3) Jenis Campuran

Jenis campuran beton akan mempengaruhi kuat tekan beton. Jumlah pasta

semen harus cukup untuk melumasi seluruh permukaan butiran agregat

dan mengisi rongga-rongga diantara agregat sehingga dihasilkan beton

dengan kuat tekan yang diinginkan.

4) Perawatan (curing)

Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang diinginkan, maka

beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan dengan tujuan agar

proses hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna. Pada proses hidrasi

semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton

terlalu cepat mengering, akan timbul retak-retak pada permukaannya.

Retak-retak ini akan menyebabkan kekuatan beton turun, juga akibat

kegagalan mencapai reaksi hidrasi kimiawi penuh.

5) Umur Beton

Kuat tekan beton mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya

umur beton. Kuat tekan beton dianggap mencapai 100 % setelah beton

berumur 28 hari. Menurut SNI T-15-1991, perkembangan kekuatan beton

dengan bahan pengikat PC type 1 berdasarkan umur beton disajikan pada

Tabel 2.4 sebagai berikut:

Tabel 2.4 Perkembangan kekuatan beton bahan pengikat PC type 1

Umur beton

(hari) 3 7 14 21 28 90 365

(20)

b. Kuat Lentur Beton

Bila suatu penampang beton bertulang yang dibebani lentur murni

dianalisis, pertama-tama perlu dipakai sejumlah kriteria agar penampang itu

mempunyai probabilitas keruntuhan yang layak pada keadaan batas hancur.

Anggapan yang digunakan dalam menganalisis beton bertulang yang

diberi beban lentur adalah :

1) Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton tidak mempunyai

kekuatan tarik

2) Perubahan bentuk berupa pertambahan panjang dan perpendekan (regangan

tarik dan tekan) pada serat-serat penampang, berbanding lurus dengan jarak

tiap serat ke sumbu netral. Ini merupakan kriteria yang kita kenal, yaitu

penampang bidang datar akan tetap berupa bidang datar.

3) Hubungan antara tegangan dan regangan baja (σs dan εs) dapat dinyatakan secara skematis

4) Hubungan antara tegangan dan regangan beton (σ’s dan ε’s ) dapat dinyatakan

secara skematis.

Untuk menentukan kuat lentur pada balok, berlaku rumus lenturan sebagai

berikut : inersia penampang balok terhadap garis netral (cm4), dan w = besar beban (kg).

c. Tegangan-Regangan Beton

Tegangan didefinisikan sebagai tahanan terhadap gaya-gaya luar. Jika

suatu benda diberi gaya tarik atau tekan akan mengakibatkan adanya tegangan

antar partikel dalam material yang besarnya berbanding lurus dengan gaya yang

diterima. Perubahan tegangan partikel ini menyebabkan adanya pergeseran

(21)

lurus. Karena adanya pergeseran, maka terjadilah deformasi bentuk material misalnya perubahan panjang menjadi L + ΔL (atau L - ΔL). Dimana L adalah panjang awal benda dan ΔL adalah perubahan panjang yang terjadi. Rasio perbandingan antara ΔL terhadap L inilah yang disebut strain (regangan) dan dilambangkan dengan "ε" (epsilon). Dengan demikian didapatkan rumus:

...(2.1)

dimana : ε = regangan/strain

Δl = perubahan panjang benda (cm) l = panjang benda mula-mula (cm)

Gambar 2.5 Regangan (strain)

Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum atau fc’. Perilaku beton tergantung pada hubungan regangan-tegangan yang terjadi di dalam beton dan

juga jenis tegangan yang dapat ditahan. Hal ini mengakibatkan kurva hubungan

tegangan-regangan untuk tiap beton berbeda-beda tergantung nilai kuat tekannya

seperti terlihat pada gambar berikut :

(22)

Terlihat dari kurva tegangan-regangan beton yang berbeda, tampak bahwa umumnya kuat tekan maksimum tercapai pada saat nilai satuan regangan tekan ε’ mencapai ± 0,002. Selanjutnya nilai tegangan fc’ akan turun dengn bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada nilai ε’ mencapai 0,003-0,005. Beton dengan kuat tekan tinggi lebih getas dan akan hancur pada nilai regangan

maksimum. Regangan kerja maksimum yang diperhitungkan di serat tepi beton

tekan terluar adalah 0,003 sebagai batas hancur. Secara umum untuk semua beton

kurva tegangan-regangan terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.7 Kurva tegangan regangan

2.4 Bahan Tambah

2.4.1 Bahan Tambah Kimia (Admixtures)

Bahan Kimia Tambahan adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam

campuran beton selama proses pencampuran beton berlangsung. Tujuan dari

penambahan bahan tambahan adalah memperbaiki sifat-sifat beton dari campuran

beton lunak dan keras. Tujuannya juga untuk menghemat biaya.

Bahan Kimia tambahan yang umum dipakai adalah :

1) Super-plasticizer

Tujuan dari super-plasticizer mempertinggi kelecakan (zona konsistensi

dipertinggi), mengurangi jumlah air pencampur.

2) Pembentuk gelembung udara

Bertujuan untuk meninggikan sifat kedap air, meninggikan kelecakannya.

(23)

Tujuannya dari ’retarder’ adalah memperlambat awal pengikatan/pengerasan, memperpanjang waktu pengerjaan

4. Bahan warna

Bertujuan untuk memberi warna permukaan.

2.4.2 Bahan Tambah Mineral (additive)

Bahan tambah mineral merupakan bahan tambah untuk memperbaiki

kinerja tekan beton, sehingga bahan tambah mineral bersifat penyemenan.

Keuntungan dari bahan tambah mineral adalah :

1) Memperbaiki kinerja workability

2) Mengurangi panas hidrasi

3) Mengurangi biaya pekerjaan beton

4) Mempertinggi usia beton

5) Mempertinggi kekuatan tekan beton

6) Mempertinggi keawetan beton

7) Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton

8) Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat

9) Mempertinggi daya tahan terhadap reaksi alkali-silika

10)Mengurangi penyusutan

a. Limbah Baja (Steel Slag)

Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi, yang dihasilkan oleh industri peleburan baja yang secara fisik menyerupai agregat kasar. Bila

cairan ini didinginkan secara lambat maka akan terjadi kristal yang tak berguna

sebagai campuran semen dan dapat dipakai sebagai pengganti agregat. Namun

membentuk granulated glass yang sangat reaktif, yang cocok untuk pembuatan semen slag. Slag tersebut kemudian digiling hingga halus, dapat dipakai sebagai bahan pengganti semen pada pembuatan beton. Berdasarkan penelitian

sebelumnya limbah slag dapat dimanfaatkan sebagai agregat kasar dan agregat halus dalam bahan konstruksi dan campuran perkerasan aspal. Karakteristik dari

(24)

1) Karakteristik Fisik

Limbah padat (slag) mempunyai butiran partikel berpori pada permukaannya. Limbah padat (slag) merupakan material dengan gradasi yang baik, dengan variasi ukuran partikel yang berbeda-beda. Ukuran

gradasi limbah padat (slag) lebih mendekati ukuran agregat kasar 2/3. 2) Karakteristik Kimia

Komposisi kimia limbah padat (slag) dari hasil analisis dan pengujian Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri, dapat di sesuaikan

dengan tabel 2.5. dibawah ini

Tabel 2.5 Komposisi senyawa kimia dari limbah padat (slag)

Komposisi Slag Standart

SiO2 18,66% 54,12%

CaO 27,36% 7,72%

MgO 4,6% 2,90%

Al2O3 10,4% 21,14%

Fe2O3 13,35% 3,96%

pH 7 6,6

Sumber : ASA (2002 )Australian Slag Association( 2002)

Tabel 2.6 Komposisi kimia kandungan logam dari limbah padat (slag)

No Parameter Satuan Hasil Metode

1 Timbal (Pb) mg/kg 26,6 A A S

2 Kadmium (Cd) mg/kg < 0,003 A A S

3 Tembaga (Cu) mg/kg 97,5 A A S

4 Kromium (Cr) mg/kg 5353 A A S

5 Perak (Ag) mg/kg < 0,001 A A S

6 Selenium (Se) mg/kg < 0,01 A A S

7 Barium (Ba) mg/kg 817 A A S

8 Merkuri (Hg) mg/kg 0,38 A A S

9 Arsen (As) mg/kg 0,21 A A S

(25)

Tujuan dari penelitian beton ringan dan slag sebagai pengganti agregat halus

adalah :

1) Untuk mengetahui karakteristik mekanis beton ringan, dengan pemakaian

slag sebagai agregat halus, pada pengujian kuat tekan, tarik, kuat rekah dan

absorbsi beton.

2) Untuk Mengetahui korelasi presentase substansi agregat slag mutu beton

yang optimum

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun (PLB3) menyebutkan steel slag merupakan hasil proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja dengan menggunakan

teknologi electric arc furnace (EAF), blast furnace, basic oxygen furnace (BOF), induction furnace, kupola, dan/atau submerge arc furnace.Limbah ini, dikategorikan bahaya 2 dengan kode limbah B402 yang berasal dari sumber

spesifik khusus. Limbah ini bisa dijadikan produk samping untuk kegunaan

produksi semen, pengeras jalan dan lainnya.

Limbah Padat (slag) Menurut Paul. N, Antoni (2007) Slag merupakan bahan sisa dari pengecoran besi (piq iron), dimana prosesnya memakai dapur (furnance) yang bahan bakarnya dari udara yang ditiupkan (blast). Pada peleburan Baja, biji besi atau besi bekas dicairkan dengan kombinasi batu gamping, delomite atau

kapur, pembuatan baja dimulai dari dengan menghilangkan ion – ion pengotor baja, diantaranya alumonium, silicon dan phosphor. Untuk menghilangkan ion – ion pengotor tersebut, diperlukan kalsium yang terdapat pada batu kapur.

Campuran kalsium, alumonium, silicon dan phosphor membentuk (slag) yang bereaksi pada temperature 1600º C dan membentuk cairan, bila cairan ini

didinginkan maka akan terjadi kristal, dapat digunakan sabagai campuran semen

dan dapat juga sebagai pengganti agregat. ASTM (1995,494) Slag adalah Produk Non-metal yang merupakan matrial berbentuk halus sampai balok – balok besar, dari hasil pembakaran yang didinginkan. Menurut Lewis (1982), keuntungan

penggunaan limbah padat (slag) dalam campuran beton dari hasil pengujian laboratorium adalah sebagai berikut :

1)Mempertinggi kekuatan tekan beton karena kecenderungan melambatnya

(26)

2)Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan beton

3)Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut

4)Mengurangi serangan alkali-silika

5)Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu

6)Mempertinggi keawetan karena pengaruh perubahan volume

7)Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton

8)Mengurangi porositas dan serangan klorida.

Menurut Cain (1994:505) Faktor-faktor untuk menentukan sifat penyemenan

(cementious) dalam slag adalah komposisi kimia, konsentrasi alkali dan reaksi terhadap sistem, kandungan kaca dalam slag, kehalusan dan temperatur yang ditimbulkan selama proses hidrasi berlangsung. Menurut Lea (1998) kuat tekan

merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat kemampuan mortar atau beton

yang terbuat dari semen yang diuji terhadap beban yang diterimanya. Kuat tekan

semen dipengaruhi oleh proses hidrasi semen. Semen terdiri dari beberapa

senyawa yaitu C3S (3CaO.SiO2), C2S (2CaO.SiO2), C3A (3CaO.Al2O3), dan

C4AF (4CaO.Al2O3. Fe2O3). Apabila semen dicampur dengan air maka akan

terjadi proses hidrasi. Secara fisika proses tersebut akan tampak ditandai dengan

adanya pasta semen yang plastis dan dapat dibentuk, dan beberapa waktu

kemudian pada pasta tersebut mulai terjadi pengerasan dan tidak dapat dibentuk

lagi, sehingga pasta yang telah mengeras tersebut mulai memiliki kekuatan tekan.

Pemanfaatan slag sangat perlu dilakukan dan dikembangkan. Hal ini dikarenakan perkembangan sektor industri dan sektor konstruki setiap harinya terus meningkat.

Pemanfaatan slag selain memberikan keuntungan dari aspek lingkungan karena dapat mengurangi limbah, pemanfaatan slag juga memberikan keuntungan dari aspek ekonomis karena nilai limbah yang kecil jika diolah dapat menghasilkan

keuntungan yang lebih besar. Banyaknya pabrik pengolahan besi dan baja di

Indonesia sangat memungkinkan untuk dilakukan penelitian dan pengembangan

lebih lanjut untuk pemanfaatan limbah padat (slag) ini. Limbah slag (Riky Armadi, 2011) dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku/bahan substitusi untuk:

1) Bahan baku industri semen

(27)

3) Bahan baku industri beton cetak dan ornamen siap pakai (Glassfiber

Reinforced Cement- GRC )

4) Bahan baku pembuatan produk keramik

5) Bahan baku perkerasan jalan beton semen

6) Bahan baku pekerasan jalan sebagai pengganti agregat aspal beton

7) Bahan baku pembuatan paving block

8) Stabilisasi tanah dasar, lapisan fondasi bawah, dan konstruksi penetrasi

macadam pada road base / perkerasan lahan 9) Proses sand blasting bagi industri galangan kapal

10)Limbah slag juga dapat digunakan sebagai penyaring atau penjernih air.

Dari hasil percobaan laboratorium penggunaan slag sebagai bahan substitusi agregat halus dapat meningkatkan nilai kuat tekan beton, kuat rekah, elastisitas

dan kuat lentur beton. Karena slag memiliki berat jenis yang lebih berat dari pasir

maka slag ini belum bisa dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan karena dapat meningkatkan berat dari bangunan itu sendiri tapi dalam hal ini masih perlu

ddilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Namun slag ini sangat baik jika digunakan pada konstruksi jalan raya. Slag dapat digunakan sebagai bahan baku perkerasan jalan baik aspal maupun beton karena memiliki daya tahan yang

Gambar

Tabel 2.1 Pengaruh sifat agregat pada sifat beton
Tabel 2.2 Susunan besar butiran agregat kasar (ASTM, 1991)
Tabel 2.3 Batasan gradasi untuk agregat halus
Gambar 2.1 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk menentukan nilai karakteristik agregat dan nilai kuat tekan beton dari pemanfaatan limbah beton sebagai subtitusi agregat halus dengan

Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang di syaratkan dengan atau tanpa prategang,

Penuangan bahan ke dalam molen Beton segar. Proses pengecoran

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil bidang struktur Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara,

Hasil analisa saringan agregat kasar dari ketiga desa yang dijadikan sampel untuk penelitian pembuatan campuran beton masing-masingnya menghasilkan modulus halus

Dari berbagai macam agregat halus yang bisa di gunakan dalam pembuatan beton penulis memilih menggunakan agregat halus dari pasir sungai yaitu pasir sungai di

Manfaat yang dapat diperoleh pada penelitian ini yaitu memberikan pengetahuan mengenai pengaruh subtitusi agregat halus dengan copper slag sebesar 30% pada beton

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang terjadi pada berat isi dan kuat tekan beton jika digunakan penambahan komposisi Copper Slag sebagai agregat halus