• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lembaga pendidikan Islam (2) docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Lembaga pendidikan Islam (2) docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I Latar belakang

Di dalam dunia pendidikan dikenal adanya tri miliu pendidikan, dapat dimaknai sebagai tiga tempat utama atau lebih dikenal dengan lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan ini mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiganya mempunyai andil yang cukup besar atas tercapainya tujuan di dunia pendidikan. Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama bagi anak mendapatkan pendidikan. Di lingkungan ini anak mulai dikenalkan pada kehiduanya. Lingkungan sekolah pada dasarnya merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga dan pada lingkungan sekolah inilah sebenarnya berfungsi menjembatani individu yang semula mendapatkan pendidikan dalam lingkungan keluarga dengan kehidupan di masyarakatnya kelak. Yang ketiga ialah lingkungan masyarakat sebagai wadah pendidikan yang sesungguhnya. Ini tidak lepas dari manusia sebagai makluk sosial, makluk yang majemuk.

Oleh ki Hadjar Dewantara ketiganya tersebut di sebut juga dengan tri pusat pendidikan. ketiga pusat pendidikan itu bekerja sama secara bertahap dan terpadu mengemban suatu tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya. Berbicara mengenai lingkungan pendidikan maka tidak akan lepas dari lembaga pendidikan, sebab lembaga merupakan wadah berlangsungnya pendidikan dan selalu menyangkut lingkungan pendidikan.1 Berkaitan dengan lembaga pendidikan, di negara kita lazim dikenal lembaga pendidikan umum juga lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan umum diwakili oleh sekolah-sekolah yang dinaungi oleh pemerintah dalam hal ini Kemendikbud, sementara lembaga pendiddikan Islam yang merupakan salah satu model pendidikan agama diwakili oleh sekolah-sekolah yang berada dibawah naungan Kemenag. Dalam tulisan ini penulis menitik beratkan pada pembahasan lembaga pendidikan Islam baik berangkat dari sejarahnya, kemudian macam-macam lembaga pendidikan hingga pada peran lembaga pendidikan dalam pembangunan masyarakat.

(2)

Bab II Pembahasan

A. Memahami Lembaga Pendidikan Islam

Sebagaimana yang penulis singgung pada bagian latar belakang, lingkungan keluarga mempunyai peran sentral dalam mempersiapkan peserta didik. Mulai dari peserta didik lahir hingga ia mengenal lingkungannya, ia dipersiapkan secara fisik maupun mental di dalam keluarga. Artinya selain dari individu peserta didik, keluarga berandil sangat banyak pada kapasitasnya mempersiapkan bekal anak untuk mengarungi tahap di lingkungan selanjutnya. Anak mendapatkan pendidikan pertamnya dari orang tuanya. Keluarga mengajarkan pola-pola perilaku, norma-norma, pranata, serta hubungan atau relasi-relasi di dalamnya. Dengan demikian keluarga menjadi wadah pertama bagi anak dalam menerima proses pendidikan.

Selanjutnya ketika anak beranjak lebih dewasa, dan mulai mampu untuk berinteraksi dengan keadaan sosial, keluarga mulai memberikan kepercayaan kepada wadah lain untuk mendidik anak, yaitu wadah sekolah. Lingkungan sekolah mendidik anak dengan menyempurnakan bekal yang telah diperolehnya dari lingkungan keluarga. Maka tidak mengherankan ketika kondisi keluarga yang kurang memperhatikan terhadap anak, maka akan sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan di sekolah.

Pendidikan di sekolah merupakan jembatan penghantar bagi anak menuju masyarakatnya. Artinya peserta didik memiliki yang bekal bermula dari keluarga, lalu sekolah berperan mengasah bekal itu dan barulah di masyarakat hasil dari pendidikan itu dimunculkan.. Pendidikan ini bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidupnya.

(3)

tersusun relatif atas pola-pola tingkah laku, peranan-peranan dan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum, guna tercapai kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.2

Sedangkan yang dimaksud dengan lembaga pendidikan Islam adalah wadah atau tempat berlangsungya proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan.3 Proses yang dimaksudkan itu adalah dimulai dari lingkungan keluarga, karena disinilah basis pertama peserta didik mendapatkan pendidikan. untuk mencapai tujuan pendidikan, tanggung jawab pendidikan tidak hanya dibebankan kepada lembaga pendidikan formal atau lewat jalur sekolah saja, melainkan integrasi dari ketiga lembaga tersebut. Lembaga pendidikan merupakan subsistem dari sistem yang ada di dalam masyarakat. Dalam operasionalisasinya selalu mengacu pada kebuthuhan perkembangan masyarakat. Tanpa bersikap demikian lembaga pendidikan dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan kultural. Oleh karena itulah pendidikan diselenggarakan haruslah sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat.

B. Sejarah perkembangan lembaga pendidikan Islam di Indonesia

Munculnya lembaga pendidikan Islam di Indonesia, tidak terlepas dari latar belakang proses masuknya agama Islam di Indonesia. Lewat pergaulan antara para muballigh muslim dengan masyarakat sekitar, terkadang melalui proses perkawinan, maka terbentuklah komunitas msyarakat muslim. Masyarakat muslim inilah yang merupakan cikal bakal terbentuk, tumbuh dan berkembangnya kerajaan Islam.4 Kemudian setelah masyarakat muslim ini terbentuk, maka yang terjadi perhaitan di antara mereka untuk mendirikan tempat ibadah. Dimana tempat-tempat itu biasanya mereka gunakan sebagai tempat ritual ajaran ibadah. Dengan proses terbentuknya tempat-tempat ibadah itu, selain sebagai tempat ibadah, mereka juga memfungsikannya sebagai tempat untuk melakukan proses pendidikan. hal ini di dasarkan kepada sejarah

2 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan (Jakarta: rajaGrafindo Persada, 1996), 37. 3 Ibid, 37.

4 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia

(4)

Islam dimana ketika masa awal kehadirannya, Rasulullah juga memfungsikan tempat ibadah sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan agama.5

Di awal berkembangnya Islam di Indonesia, pendidikan islam dilaksanakan di dalam tempat tempat ibadah. Model lembaga pendidikan Islam masih sangat sederhana, misalnya pendidikan dilakukan di langgar, di surau, dan lain-lain. Dapat dikatakan lembaga pendidikan di masa awal kehadiran Islam masih sangat sederhana. Kemudian berkembang dan semakin berkembang sehinnga muncul model pesantren. Model lembaga pendidikan ini merupakan yang paling lama hadir di lingkup lembaga pendidikan Islam. Ditinjau dari sudut sejarah, belum ditemukan data sejarah yang mengatakan kapan pertama kalinya muncul pesantren.6 Namun ketika ditelusuri sejarah pendidikan di Jawa, sebelum datangnya Islam, di Jawa kuni telah berdiri praktik pendidikan yang hampir sama dengan pesantren, lembaga pendidikan itu bernama pawiyatan.7 Dengan menganalogikan pendidikan pawiyatan ini dengan pesantren, sebetulnya tidak terlalu sulit untuk menetapkan bahwa pesantren tumbuh dan berkembang sebagai model lembaga pendidikan sejak kehadiran awal Islam di Indonesia, khususnya di Jawa.

C. Macam-macam lembaga pendidikan Islam

Lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di Indonesia yang dilatarbelakangi kehadiran Islam antara lain:

1. Masjid dan Langgar

Fungsi utama masjid ddan langgar adalah sebagai tempat ibadah. Selain dari fungsi ibadah itu, masjid juga digunakan sebagai tempat untuk pendidikan. biasanya ditempat ini digunakan dilakukan pendidikan untuk anak-anak maupun orang dewasa. Penyampaian ajaran Islam dilakukan biasanya oleh ustadz atau kiai. Bidang pengajaran yang diajarkan sebatas ilmu aqidah, ibadah, akhlak dan pengkajian Al Quran.8

5 Ibid, 20. 6 Ibid, 21.

(5)

2. Pesantren

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.9 Sebagai lembaga pendidikan Islam pesantren dari sudut historis kultural dapat dikatakan sebagai “training center” yang secara otomatis menjadi “cultural center” Islam yang disahkan atau dilembagakan oleh masyarakat, setidaknya oleh masyarakat Islam itu sendiri yang secara de facto tidak ddapat diabaikan oleh pemerintah.

Di pesantren ini kurikulum yang dikembangkan ialah menitik beratkan kepada ajaran Islam baik aqidah, ibdah, akhlak, ilmu bahasa arab melalui kajian “kitab kuning”. Sebuah lembaga pendidikan Islam dikatakan pesantren jika di dalamnya terdapat lima unsur pokok yaitu di dalamnya terdapat masjid, pondo, Kiyai, santri, dan pengajaran kitab-kitab klasik. Sistem pendidikan di pesantren ialah nonklasikal, santri berbentuk halaqah yang ditengahnya ada guru yang mengajar. Metodenya pengajarannya adalah metode wetonan dan sorogan.

3. Rangkang, dayah, meunasah

Tiga model lembaga pendidikan Islam diatas merupaka lembaga pendidikan Islam yang ada di daerah Aceh. Sebagai tempat strategis hadirnya muballig Islam periode awal, di Aceh terdapat lembaga pendidikan Islam. Rangkang adalah tempat tinggal murid yang dibangun berdekatan dengan masjid.10 Sistem pendidikan dan metodenya hampir sama dengan pesantren namun bentuknya lebih sederhana dari pesantren. Selanjutnya adalah dayah, merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran agama yang bersumber dari bahasa Arab, tuhid, tasafuf, fiqih, dan ilmu-ilmu agama lainya.11 Pada dasarnya dayah dan rangkah ini dalam praktiknya sama dengan dengan pesantren. Sementara meunasah lebih dikenal sebagai madrasah. Menurut Daulay

9 Hasbullah, Kapita Selekta., 40.

(6)

secara etimologi meunasah berasal dari perkataan madrasah.12 Di dalam munasah tidak semata-mata digunakan sebagai tempat proses pendidikan namun juga sebagai tmpat ibadah, balai masyarakat, tempat berkumpulnya masyarakat, pusat informasi, pada intinya disini juga difungsikan sebagai sarana berkumpulnya masyarakat pada waktu itu.

4. Surau

Surau lebih dikenal sebagai tempat ibadah menurut orang melayu termasuk di dalamnya Indonesia dan Malaysia. Surau sendiri mempunyai arti tempat suatu bangunan kecil untuk tempat shalat, tempat belajar mengaji, tempat wirid. Menurut Christine Dobbin yang dikutip oleh Daulay, surau adalah rumah yang didiami oleh para pemuda setelah aqil baligh, terpisah dari rumah keluarganya yang menjadi tempat tinggal wanita dan anak-anak.13 sistem pendidikan di surau banyak kemiripanya dengan sistem pendidikan di pesantren, inti pelajarannya adalah ilmu-ilmu agama.

Pada perkembangan pendidikan Islam, masuknya ide-ide pembaruan pemikiran Islam ke Indonesia sengat besar pengaruhnya terhadap relisasinya pembaruan pendidikan. Diawali dari pembaruan pemikiran Islam di Mesir, Arab, Turki dan India.14 Setidaknya di ke tiga negara itu mulai memasukan sistem klaster dalam proses pendidikan. atau kita kenal dengan metode klasikal. Latar belakang pembaruan pendidikan Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, bersumber dari ide-ide para tokoh atau ulama yang menimba ilmu di pusat pendidikan Islam dan kembali ke tanah air. Mereka menularkan wacana pembaruan pendidikan di kalangan umat Islam. Kedua, bersumber dari dalam negeri sendiri yang ketika itu dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda. Hindia Belanda melakukan diskriminasi terhadap pendidikan yang mambagi pendidikan ke dalam tiga strata sosial. Hingga berpengaruh terhadap munculnya lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti :

(7)

1. Madrasah

Kehadiran madarasah dilatar belakangi oleh keinginan untuk memberlakukan secara berimbang antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum dalam kegiatan pendidikan di kalangan umat Islam.15 Kehadiran madrasah juga sebagai upaya penyempurnaan sistem pendidikan di Pesantren dan sebagai upaya menjembatani sistem pendidikan tradisional di pesantren dan sistem pendidikan modern dari hasil akulturasi. Sistem pendidikan yang dipakai madrasah adalah memadukan pendidikan agama dan pengetahuan umum dengan metode klasikal.

2. Perguruan Tinggi Agama Islam

a. Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri

Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) berdiri diresmikan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 34 tahun 1950, dan baru beroprasi pada tahun 1951 dengan jumlah mahasiswa pertama sebanyak 67 orang.16 Tujuan berdirinya PTAIN adalah untuk memberi pengajaran tinggi dan menjadi pusat memperkembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama Islam dan untuk tujuan tersebut diletakkan asas membentuk manusia susila dan cakap serta mempunyai keinsyafan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia.17

b. Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Berdirinya IAIN adalah imbas dari dikeluarkanya dekrit presiden 5 Juli 1959, bahwa pada intinya kembali digunakannya UUD 1945 dan Pancasila sebagai jiwa atau ruh negara. Sehingga mendorong semangat untuk mengamalkan sila pertama pancasila, yang diperankan PTAIN sebagai institusi pendalaman ajaran-ajaran Islam.

c. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

(8)

Semakin pesatnya perkembangan IAIN, sehinga merimbas pada kebutuhan perguruan tinggi di kota-kota lain. STAIN muncul atas latar belakang berkembangnya IAIN sebagai cabang dari fakultas yang berada di IAIN yang ada di daerah-daerah.18 Kebutuhan daerah akan pentingnya pendidikan tinggi direspon oleh pemerintah dengan terbitnya SK. Presiden no. 11 tahun 1997. Sehingga muncul fakultas cabang IAIN di daerah-daerah itu berdiri sendiri dan bertransfirmasi menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).

d. Universitas Islam Negeri (UIN)

Hakikat pendidikan Islam pada Universitas Islam Negeri mengandung makna bahwa ilmu-ilmu yang dikembangkan tidak hanya ilmu-ilmu agama, tetapi telah dikembangkan ke berbagai disiplin ilmu-ilmu yang lain yang tergolong ilmu kealaman, ilmu sosial, dan ilmu humaniora. 19

D. Karakteristik lembaga pendidikan Islam

Seluruh tujuan lembaga pendidikan Islam yang paling menonjol adalah pewarisan nilai-nilai ajaran agama Islam. Hal ini sangat beralasan mengingat aspek-aspek kurikulum yang ada menyajikan seluruhnya memasukan mata pelajaran agama Islam secara komprehensif dan terpadu (walaupun di sekolah-sekolah umum dipelajari juga mata pelajaran agama Islam tetapi tidak komprehensif dan mendalam) sementara di lembaga-lembaga pendidikan Islam kurikulum pendidikan agama Islam menjadi kosentrasi dan titik tekan.

Di dalam pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren pada pada dasarnya hanya mengajarkan agama, sedangkan sumber kajian atau mata pelajaranya ialah kitab-kitab dalam bahasa Arab. Adapun metode yang lazim dipergukan dalam pendidikan pesantren ialah wetonan, sorogan, dan hafalan. Metode wetonan adalah metode kuliah di mana para santri mengikuti pelajaran

(9)

dengan duduk di sekeliling kiai yang menerang pelajaran. Di pesantren terdapat hubungan yang baik antara kiai dan santri. Juga di sini kemandirian santri sangat dipentingkan. Sementara dalam madarasah, secara umum sudah menggunakan sistem klasikal. Madrasah merupakan representasi pendidikan Islam modern yang sudah mensinergikan pendidikan Islam dengan ilmu-ilmu umum.

E. Problematika lembaga pendidikan Islam

Arah pengembangan lembaga pendidikan Islam terlihat lebih ditekankan pada usaha pemahaman, pembentukan watak dan perilaku peserta didik agar sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal ini terlihat dari mata pelajaran agama Islam yang menjadi prioritas dalam pelaksanaannya. Akan tetapi dengan selalu tanggap terhadap perubahan-perubahan situasi dan kondisi, maka pelajaran pelajaran agama Islam di lembaga pendidikan Islam seharusnya dikaitkan dengan persolan-persoalan riil yang dihadapi masyarakat. Hal ini supaya peserta didik dapat menerapkan dan mengimplementasikan ajaran agama secara benar di dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam agama disimbolkan dengan ‘abdullah (hamba Allah) dan khalifatullah

(pengelola alam).20

Pada mulanya memang lembaga pendidikan Islam yang lebih dominan di kalangan masyarakat ialah pondok pesantren. Kurikulum pembelajaran pun hanya mencakup kajian pada wilayah-wilayah agama Islam, misalnya aqidah, akhlah, fiqh dan ilmu-ilmu bahasa arab. Padahal jika kita menelisik lebih jauh, kebutuhan umat semakin beragam. Umat Islam tidak mungkin mempelajari permasalahan aqidah semata, akhlaq “tasawuf”, fiqh saja. Melainkan mereka juga harus mampu keluar untuk mengembangkan ilmu-ilmu di luar itu. Pendidikan Islam yang dalam konteks ini diwakili oleh Pondok Pesantren, sepertinya hanya mengajarkan ilmu-ilmu humaniora – budaya dalam Islam. Dan kesan seolah menolak “science”, ilmu-ilmu eksak

20 Baharuddin, pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Menuju Profesional dan Kompetitif

(10)

dan sejenisnya. Walaupun hal itu juga sah-sah saja dengan bukti bahwa hingga hari ini eksistensinya masih terjaga.

Menurut Tafsir yang dikutip oleh Baharudin, fenomena umum sistem pendidikan Islam menghadapi kendala diantaranya, sistem pendidikan Islam masih enggan dan terkesan curiga dengan pembaharuan model pendidikan barat. Dikotomi dalam pendidikan masih menjadi ciri yang membatasi antara menjunjung nilai transendental (agama) dan pola budaya asing yang kapitalis dan matrealistis. Juga kesan menuntut ilmu itu hanya sebatas formalitas, artinya hanya untuk menggugurkan kewajiban saja.21

Problem sumber daya manusia juga turut mewarnai dalam perkembangan pendidikan Islam. Dalam hal ini sumberdaya manusia diwakili oleh pendidik ataupun pengelola lembaga pendidikan. problem-problem itu antara lain masih banyaknya tenaga-tenaga pendidik yang mempertahankan metode yang monoton dalam menyampaikan materi pendidikan. belum adanya pemerataan dan kesejahteraan yang dalam konteks ini disebabkan sistem penggajian pada masing-masing lembaga pendidikan Islam. Sulitnya menyatukan visi dan misi SDM yang ada dikarenakan perbedaan latar belakang individu. Serta diakui kesulitan merubah budaya kerja karena disebabkan kesulitan merubah mindset yang telah tertanam.

F. Strategi pengembangan lembaga pendidikan Islam

Secara harfiah strategi artinya ilmu atau kiat di dalam memanfaatkan sumber yang dimiliki dan dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.22 Strategi juga dimaksudkan sebagai metode untuk mencapai sesuatu maksud tertentu. Untuk menjawab tantangan dan problematika pendidikan di era global ini, diperlukan strategi yang mampu didaya gunakan untuk kemajuan pendidikan Islam, diantarnya ialah

1. Membangun paradigma pendidikan Islam seutuhnya. 2. Transformasi pada sektor sistem dan metode pendidikan 3. Transformasi sumber daya manusia

(11)
(12)

Bab III Kesimpulan

(13)

Daftar Pustaka

Hasbullah. 2013. Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: raja Grafindo Persada, cet. 11.

Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan (Jakarta: rajaGrafindo Persada. Daulay, Haidar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan

Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, cet. II.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini ditujukan untuk melihat tingkat keterkaitan sektor kehutanan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya dan peranan sektor kehutanan dalam penciptaan output,

(2) Dalam hal terjadi mutasi pejabat PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan Perangkat Daerah melalui Walikota wajib melaporkan mutasi tersebut kepada Menteri

Hasil penelitian ini adalah: (1) Dalam bentuk partisipasi pemilih baik antara pemilih di Dusun Tahele (Pedalaman Desa Buhu) dan Pemilih di Dusun Sentral dan Dusun Alo

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik sarang dan pendugaan populasi orangutan di Cagar Alam Sipirok, Sumatera UtaraI. Penelitian dilakukan

Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis dengan teknik analisis varian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perbedaan tingkat kecemasan menghadapi menopause

Hasil observasi di lapangan juga ditemukan fakta bahwa pada saat proses pembelajaran, siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan

Teknik klasifikasi ini disebut lazy learning karena teknik ini tidak membangun model klasifikasi terlebih dahulu, seperti: pohon keputusan ( decision tree ),

tentang hubungan antara titik, hubungan antara titik, garis, sudut, garis, sudut, bidang ataupun bangun datar, dan bidang ataupun bangun datar, dan