• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Rekrutmen Partai Politik (Studi Tentang Penetapan Calon Kepala Daerah oleh DPC Partai Aceh Pada Pilkada 2017 di Aceh Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Rekrutmen Partai Politik (Studi Tentang Penetapan Calon Kepala Daerah oleh DPC Partai Aceh Pada Pilkada 2017 di Aceh Tengah)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu “produk” gelombang reformasi yang mengemuka sejak 1997

adalah UU No. 22 tahun 1999, yang kemudian mengalami pergantian dengan UU No. 32 tahun 2004 yaitu tentang pemerintah daerah atau yang lebih dikenal dengan otonomi daerah. Kehadiran Undang – Undang tersebut merupakan peluang untuk mewujudkan aspirasi daerah, yaitu keinginan untuk memiliki pemimpin lokal yang disepakati oleh rakyat melalui Pilkada langsung.1

Melalui pemilihan kepala daerah langsung berarti mengembalikan hak-hak dasar masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka rekrutmen politik lokal secara demokrasi.2Rakyat memiliki kedaulatan penuh atas hak politiknya dalam memilih pemimpin mereka.Semangat pemilihan kepala daerah secara langsung adalah memberikan ruang yang luas bagi partisipasi politik masyarakat untuk menentukan kepala daerah sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan di daerah masing-masing sehingga diharapkan kebijakan-kebijakan dari pemerintah nantinya sesuai dengan harapan dan keinginan rakyat pada

1

Irtanto.2008. Dinamika Politik Lokal Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 1

2

(2)

umumnya.3 Hal ini kemudian diharapkan dapat semakin memajukan demokrasi ditingkat lokal karena masyarakat lokal akan memilih sendiri siapakah calon pemimpinnya atau yang mewakilinya di daerah. Keadaan demikian tentu saja memberikan sedikit angin segar dalam proses perpolitikan serta pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia, khususnya dalam proses pemilihan kepala daerah. Namun, meskipun demikian, tentu saja diperlukan perhatian khusus atau bahkan pembenahan dalam beberapa hal tertentu terkait dengan pemilihan kepala daerah.

Salah satu sisi lain yang perlu dicermati dari Pemilukada adalah rekrutmen calon kepala daerah yang dilakukan partai politik menjelang Pemilukada. Partai politik merupakan salah satu jalur pencalonan kepala daerah. Hal ini ditegaskan dalam revisi ke-2 UU No. 32 tahun 2004 pasal 56 ayat (2) bahwa “Pasangan calon diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang memenuhi persyaratan.” Partai politik sebagai

ikon utama demokrasi merupakan organisasi yang berkecimpung dalam proses politik. Partai politik memiliki tujuan untuk menaklukkan kekuasaan atau mengambil bagian dalam pelancaran kekuasaan.Untuk itu kemenangan dalam Pemilukada penting untuk diperoleh sebagai pencapaian tujuan partai politik. Ahmad Nyarwi mengemukakan bahwa makna penting kemenangan Pemilukada bagi partai politik, yaitu:4

3

Donni Edwin. 2005. Pemilukada Langsung :Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance. Jakarta : Patner Ship. hal. 2

4

(3)

“Pertama, sebagai kata kunci awal di dalam memperebutkan kekuasaan

eksekutif di masing-masing daerah.Setidaknya, arena eksekutif inilah nantinya bisa menjadi mesin yang ampuh dalam menjalankan kebijakan dan visi-visi politik masing-masing partai politik. Kedua, sebagai peluang bagi partai politik dalam proses pembelajaran para kader politiknya. Hal ini terutama bagi partai politik yang selama proses Pemilukada cenderung mendorong para kadernya untuk maju sebagai kandidat. Ketiga, sebagai arena untuk menjaring para kader potensial yang populer.”

Seleksi partai politik sangatlah menentukan sosok calon kepala daerah yang tampil dan akan dipilih oleh rakyat. Hal ini menjadikan kehendak partai politik lebih dominan dan belum tentu sama dengan kehendak konstituen pada umumnya. Selama ini proses internal partai politik cenderung tertutup dari keterlibatan konstituen secara langsung. Persaingan elit partai lebih dominan sehingga kerap kali mengabaikan proses rekrutmen yang terbuka dan memberi kesempatan potensial di luar partai untuk berpartisipasi.5

Pada dasarnya peran partai politik dalam pemilukada adalah sebagai kendaraan.Sesuai ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 56, setiap kontestan pemilukada diwajibkan memakai kendaraan berupa partai politik dan gabungan parpol.Kendaraan ini tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk masuk arena, melainkan juga sebagai mesin yang bekerja untuk mengumpulkan

5

(4)

dukungan rakyat.Calon yang belum dikenal publik, mereka harus berusaha keras mendekati publik, memperkenalkan diri, visi misi, program aksi ke publik.Usaha keras ini membutuhkan dukungan kekuatan mesin politik dalam mengambil hati rakyat juga diperlukan dalam meraih kekuasaan.

Partai Politik berproses untuk dapat berkuasa, dan dengan demikian memimpin proses pengambilan kebijakan publik. Hal ini mengharuskan partai politik untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin yang diharapkan mampu mengatur jalannya pemerintahan. Dalam proses internal partai itulah, salah satu fungsi partai politik urgen untuk dibahas, yakni fungsi pengkaderan. Proses pematangan kader untuk mampu memimpin, baik dalam konteks pemerintahan lokal maupun nasional, itulah yang perlu mendapat sorotan tajam, khususnya mengenai partai-partai di Indonesia.Dalam kenyataan Indonesia pasca kemerdekaan, dapat diakatakan adanya kegagalan partai politik dalam melahirkan kepemimpinan yang berkualitas.6Pola kaderisasi yang masih setengah hati, serampangan, dan miskin konsep seolah menjadi identitas yang tepat bagi keseriusan pembangunan sumber daya manusia dalam sebuah partai.Akhirnya kader – kader partai yang muncul akhirnya menjadi pemimpin – pemimpin karbitan.

Berbagai permasalahan yang muncul dalam partai politik selanjutnya bukan saja hanya terjadi pada partai politik nasional. Sangat perlu kemudian untuk

6

(5)

di tinjau apakah hal yang sama terjadi juga terhadap partai politik lokal, salah satunya ialah Partai Aceh. Berbeda dengan provinsi lain di Indonesia, pemilukada di Aceh tidak hanya diikuti oleh partai politik nasional saja, tetapi juga partai politik lokal. Hal ini disebabkan adanya aturan/regulasi mengenai pemilukada untuk daerah Aceh yang diatur dalam Undang – Undang RI No. 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh pasal 67 ayat 1 yaitu:7

Pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur, bupati/wakil bupati. Dan walikota/wakil walikota sebagaimana dimaksud dalam pasal 65 ayat (1) diajukan oleh:

a. partai politik atau gabungan partai politik

b. partai politik lokal atau gabungan partai politik lokal c. gabungan partai politik dan partai politik lokal; dan/atau d. perseorangan

Eksistensi Partai lokal Aceh diakui secara resmi dan sah, sejalan dengan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) Pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 15 Agustus 2005 di Ibukota Finlandia, yaitu Helsinki. Penandatanganan bersejarah ini, menjadi titik awal berdirinya Partai Lokal Aceh sebagai perwujudan diberikannya kewenangan untuk hidup mandiri, terutama dibidang kehidupan berpolitik. Dari sisi politik, kewenangan untuk hidup mandiri, terutama dibidang kehidupan berpolitik, kewenangan untuk mendirikan Partai Aceh tercantum dalam Mou yang berbunyi:

7

Undang – undang No. 11 tentang Pemerintahan Aceh, diakses melalui

(6)

“sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari satu tahun sejak penandatanganan nota kesepahaman ini, pemerintah RI menyepakati dan akan memfasilitasi pembentukan partai –partai politik yang berbasis di Aceh yang memenuhi persyaratan nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk partai – partai politik lokal, pemerintah RI dalam tempo satu tahun, atau paling lambat 18 bulan sejak penandatanganan nota kesepahaman ini, akan menciptakan kondisi politik dan hukum untuk pendirian partai politik lokal di Aceh dengan berkonsultasi dengan DPR. Pelaksanaan kesepahaman ini yang tepat akan memberi sumbangan bagi maksud tersebut.”

Merujuk pada aturan diatas, maka dalam pemilukada di Aceh diperbolehkan keikutsertaan partai lokal. Keikutsertaan partai lokal pada pemilukada Aceh ini menunjukkan perbedaan yang cukup menonjol dengan pemilukada didaerah lainnya, dimana didaerah lain tidak ada aturan yang memperbolehkan keikutsertaan partai lokal dalam pelaksanaan pemilukada.

(7)

Berikut hasil yang diperoleh Partai Aceh pada perhelatan Pilkada Tahun 2017 di Provinsi Aceh.

Tabel 1. Jumlah Suara Partai Aceh di Provinsi Aceh

NO KAB/ KOTA JUMLAH SUARA (%)

1 Aceh Barat 19740 atau (19.2%)

2 Aceh Barat Daya 27415 atau (33.5%)

3 Aceh Besar 36581 atau (19.3%)

4 Aceh Jaya 4259 atau (8.6%)

5 Aceh Selatan 33234 atau (31.5%)

6 Aceh Singkil 8710 atau (15.2%)

7 Aceh Tamiang 17791 atau (14.7%)

8 Aceh Tengah 4798 atau (4.5%)

9 Aceh Tenggara 11354 atau (10.7%)

10 Aceh Timur 20852 atau (11.9%)

11 Aceh Utara 85445 atau (33.0%)

12 Bener Meriah 8051 atau (10.2%)

13 Bireuen 16157 atau (7.6%)

14 Gayo Lues 4460 atau (8.4%)

15 Kota Banda Aceh 18103 atau (19.8%)

16 Kota Langsa 7866 atau (11.0%)

(8)

18 Kota Sabang 2567 atau (13.5%)

19 Kota Subulussalam 6081 atau (18.9%)

20 Nagan Raya 12560 atau (13.1%)

21 Pidie 22613 atau (11.5%)

22 Pidie Jaya 6647 atau (9.1%)

23 Simeulue 7425 atau (15.8%)

Sumber: KPU Provinsi Aceh8

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa angka terendah yang diperoleh Partai Aceh terletak di Aceh Tengah. Hal ini tentu menjadi pertanyaan penting serta sangat menarik untuk dibahas apakah hal ini berkaitan dengan rekrutmen calon kepala Daerah yang diusung Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh pada Pilkada Tahun 2017 di Aceh Tengah?

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah pola rekrutmen Dewan

Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh dalam menetapkan calon Kepala

Daerah pada PILKADA 2017 di Kabupaten Aceh Tengah.”

8

(9)

1.3. Batasan Masalah

Dalam melakukan penilitian ini penulis perlu membuat pembatasan masalah terhadap masalah yang akan di bahas, agar hasil penelitian yang diperoleh tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, yang akan membuat sebuah karya tulis yang sistematis dan tidak melebar. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pola Rekrutmen Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Acehdalam menetapkan calon Kepala Daerah yang di usung pada Pilkada 2017 di Kabupaten Aceh Tengah.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pola rekrutmen Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Acehdalam menetapkan calon Kepala Daerah yang di usung pada Pilkada 2017 di Kabupaten Aceh Tengah

1.5. Manfaat Penelitian

a. Manfaat bagi penulis

(10)

kepala daerah. Penelitian ini juga bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah khususnya tentang studi partai politik.

b. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini menjadi masukan yang berguna bagi partai politik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

c. Manfaat akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya penelitian di bidang partai politik dan pemilukada.

1.6. Kerangka Teori

1.6.1. Partai Politik

(11)

Khoiruddin dengan mengutip Lapalombara dan Weiner serta Maurice Duverger. Ada tiga jenis krisis yang mendorong kemunculan partai, yaitu:9

1. Krisis legitimasi, seiring dengan modernisasi di Eropa dimana terjadi perubahan-perubahan yang besar, termasuk di dalamnya adalah tuntutan perubahan otoritas yang dimiliki oleh kerajaan yang feodal. Masyarakat, terutama kalangan menengah, borjuis, tidak lagi memandang penguasa memiliki legitimasi. Parpol didirikan sebagai upaya untuk mencari pemimpin yang memiliki otoritas dan legitimasi. Adapun keterkaitan antara berdirinya partai dengan upaya memperbaiki krisis legitimasi ini adalah karena terdapat kecenderungan perubahan dasar legitimasi yang sebelumnya legitimasi berasal dari pihak paling atas yaitu kerjaan, maka pada perkembangannya legitimasi datang dari bawah (masyarakat). Dengan demikian partai politik merupakan instrumen kelas menengah untuk memperoleh dukungan dari bawah;

2. Krisis integritas. Hal ini dimulai ketika modernisasi di Eropa juga menimbulkan ancaman berupa disintegrasi wilayah. Kemunculan partai politik dimaksudkan untuk mengatasi krisis integrasi, terutama apa bila partai politik memiliki basis dukungan yang lintas wilayah; dan

3. Krisis partisipasi. Hal ini telah membawa perubahan-perubahan besar di bidang sosial, ekonomi dan sistem stratifikasi. Akibatnya penguasa yang

9

(12)

sudah kehilangan legitimasi juga kehilangan partisipasi masyarakat. Melalui partai politik, rakyat bisa lebih berperan didalam penentuan kabijakan negara.

Adapun beberapa fungsi dari Partai Politik yaitu:10 a. Sebagai Sarana Komunikasi

Komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang dijalankan oleh partai politik dengan segala struktur yang tersedia, yakni mengadakan komunikasi informasi, isu dan gagasan politik.media – media massa banyak berperan sebagai alat komunikasi politik dan membentuk kebudayaan politik.

b. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik merupakan suatu cara untuk memperkenalkan nilai – nilai politik, sikap – sikap dan etika politik yang berlaku atau yang dianut oleh suatu Negara. Pembentukan sikap – sikap politik atau dengan kata lain untuk membentuk suatu sikap dan keyakinan politik dibutuhkan waktu yang panjang melalui proses yang berlangsung tanpa henti.

c. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

Rekrutment politik adalah suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota – anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan –

jabatan administrative maupun politik. salah satu tugas pokok dalam

10

(13)

rekrutmen politik adalah bagaimana partai – partai politik yang ada dapat menyediakan kader – kadernya yang berkualitas untuk duduk dilembaga legislative dan eksekutif.

d. Sebagai Sarana Pengatur Konflik

Disini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasi konflik, atau sekurang – kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin.Elit partai dapat menumbuhkan pengertian diantara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan pendukungnya.

Di negara-negara yang menganut paham demokrasi, gagasan mengenai partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut untuk menentukan siapa-siapa yang akan menjadi menjadi pemimpin yang nantinya menentukan kebijakan umum. Di negara-negara totaliter gagasan mengenai partisipasi rakyat didasari pada pandangan elite politiknya bahwa rakyat perlu dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas yang langgeng.Untuk mencapai tujuan itu, partai politik merupakan alat yang baik. Beberapa definisi mengenai partai politik dari beberapa pakar politik:

a. Menurut Carl J. Friedrich

(14)

pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemamnfaatan baik idealisme maupun kekayaan material.

b. Menurut Roger.H. Soltau

Partai politik adalah sekumpulan warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melakukan kebijakan mereka sendiri.

c. Menurut Sigmund Neuman

Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.11

Selain menurut pakar diatas, dengan cara yang berbeda Austin Renney tidak membuat suatu batasan konseptual tentang partai politik dalam satu definisi, tetapi melihatnya lebih luas melalui karakteristik-karakteristik fundamental, yang setidaknya dimiliki oleh organisasi bernama partai politik, yaitu:

1. They are groups of people-whom labels, are generally applied by both themselves and others. (berwujud kelompok-kelompok masyarakat yang beridentitas)

11

(15)

2. Some of people are organized,-that is, tey deliberately act together to achieve party goals. (terdiri dari beberapa orang yang terorganisasi, yang dengan sengaja bertindak bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan partai)

3. The larger society recognizes as legitimate the right of parties to organize and promote their causes. (masyarakat mengakui partai politik memiliki legitimasi berupa hak-hak untuk mengorganisasikan dan mengembangkan diri mereka)

4. In some of their goal-promoting activities, parties work through the mechanism of representative government. (beberapa tujuannya diantaranya mengembangkan aktivitas-aktivitas, partai bekerja melalui mekanisme-mekanisme “pemerintahan yang mencerminkan pilihan rakyat”)

5. A key activity of parties is thus selecting candidates for elective public office. (aktivitas partai politik ini adalah menyeleksi kandidat untuk jabatan publik).12

Partai politik pada umumnya juga dapat diklasifikasikan menurut komposisi dan fungsi keanggotaannya ke dalam dua bagian, yaitu:13

a. Partai Massa

Partai massa mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota dengan elite kepemimpinan yang diseleksi secara ketat, oleh karena itu partai ini

12

Deden Faturohman dan Wawan Sobari. 2004. Pengantar Ilmu Politik. Malang : UMM. hal. 113-114.

13

(16)

biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari aliran-aliran politik dalam masyarakat yang sepakat untuk bernaung dibawahnya dalam memperjuangkan program yang biasanya luas dan agak kabur. Kelemahan dari partai massa ialah bahwa masing-masing aliran atau kelompok yang bernaung di bawah partai ini cenderung unutk memaksakan kepentingan masing-masing, terutama pada saat krisis, sehingga persatuan dalam partai dapat melemah atau hilang sama sekali sehingga salah satu golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru.

b. Partai Kader

Partai kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja anggotanya. Proses seleksi terhadap anggota-anggota partai dilakukan secara ketat dengan memperhatikan berbagai aspek seperti keterampilan, prestise, pengalaman politik, serta pengaruh-pengaruhnya yang diharapkan bisa menarik pendukung/pemilih sebanyak-banyaknya dalam pemilu. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya dan memecat anggotanya yang menyeleweng dari garis partai yang telah ditetapkan.Selain berdasarkan komposisi dan fungsi anggotanya, Gabriel Almond menggolongkan partai politik berdasarkan basis sosial dan tujuannya. Menurut basis sosialnya, partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu:14

a. partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas atas, menengah dan bawah ;

14Gabriel Almond, 1978, “Kelompok Kepentingan dan Partai Politik”, dalam Mochtar Mas’oed dan Collin

(17)

b. partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, dan pengusaha ;

c. partai poltik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu, seperti Islam, Katholik, Protestan, dan Hindu ; dan

d. partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu, seperti suku bangsa, bahasa, dan daerah tertentu.

1.6.2. Rekrutmen Politik

Menurut Ramlan Surbakti “rekrutmen politik ialah seleksi pemilihan atau

seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada

khususya”.15

Fungsi rekrutmen sangat penting karena merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan sistem politik akan terancam.

Rekrutmen politik merupakan proses dimana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik melalui organisasi-organisasi massa yang melibatkan golongan-golongan tertentu, seperti golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan dan sebagainya.

15

(18)

Sehingga dapat dikatakan bahwa rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Mochtar Mas`oed bahwa rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan ujian.16Pelaksanaan fungsi rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai politik biasanya berdasarkan atas prestasi dalam ujian kecakapan dan kemampuan, tetapi tak jarang juga berdasarkan status orang yang direkrut tersebut.

Putnam juga mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses seleksi elit politik, yaitu:17

1. keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannyadengan peranan dan proses sosial.

2. keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian inisangat penting untuk pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan ketrampilan negoisasi atau mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.

16

Hesel Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik yang Membum. , Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI. hal. 188

17

(19)

3. loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik dari berbagai kekuatan atau golongan masyarakat, karena hal ini akan sangat membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

Dengan memiliki kriteria tersebut diatas, maka orang-orang yang direkrut itu akan banyak mendapatkan kemudahan dalam menjalankan tugas-tugasnya apabila nanti dapat ikut terpilih dan berhak untuk menduduki jabatannya yang baru.Sistem rekrutmen politik menurut Nazaruddin Syamsudin dapat dibagi dua, yaitu :pertama, rekrutmen terbuka, yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang obyektif rasional, dimana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun administrasi atau pemerintahan. Kedua, rekrutmen tertutup, yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara, artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati posisi dalam politik maupun pemerintahan. Dalam cara yang tertutup ini orang mendapatkan posisi elit melalui cara-cara yang tidak rasional seprti pertemanan, pertalian keluarga, dan lain-lain.18

18

(20)

Sedangkan menurut Miftah Thoha bahwa ada tiga sistem yang sering digunakan dalam proses rekrutmen, yaitu:19

1. Sistem Patronit (patronage system)

Sistem patronit dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar pemikirannya dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, dimana dalam mengangkat seseorang unutk menduduki jabatan, baik dalam bidang pemerintahan maupun politik dengan pertimbangan yang bersangkutan masih kawan dekat, sanak famili dan ada juga karena asal daerah yang sama. Sistem kawan ini juga didasarkan atas dasar perjuangan politik karena memiliki satu aliran politik, ideologi dan keyakinan yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan ketrampilan.

2. Sistem Merita (merit system)

Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha mengangkat atau menduduki pada jabatan tertentu sehingga sistem ini lebih bersifat obyektif karena atas dasar pertimbangan kecakapan.Dengan dasar pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia dinamakan sistem jasa. Penilaian obyektif tersebut pada umumnya ukuran yang dipergunakan ialah ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering disebut dengan “spoil system”.

19

(21)

3. Sistem Karir (career system)

Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas unutk menunjukkan pengertian suatu kemajuan sesorang yang dicapai lewat usaha yang dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja maupun politik.

Sistem rekrutmen politik memiliki keseragaman yang tiada terbatas, namun pada dasarnya ada dua cara khusus seleksi pemilihan yakni, melalui kriteria universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan dengan kriteria universal merupakan seleksi untuk memainkan peranan dalam sistem politik berdasarkan kemampuan dan penampilan yang ditunjukkan lewat tes atau ujian dan prestasi.Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria partikularistik adalah pemilihan yang bersifat primordial yang didasarkan pada suku, agama, ras, keluarga, almameter atau faktor status.20

Berkaitan dengan itu maka untuk menciptakan rekrutmen yang sehat berdasarkan sistem politik yang ada sehingga membawa pengaruh pada elit politik terpilih membutuhkan adanya mekanisme yang dapat menyentuh semua lapisan, golongan serta kelas sosial masyarakat.Oleh karena itu, Seligman memandang rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari:21

1. Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada eligibilitas (pemenuhan syarat pencalonan).

20

Michael Rush dan Phillip Althoff. 2003. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Raja Grafindo Persada. hal. 185.

21

(22)

2. Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan.

3. Seleksi, yakni pemilihan calon elit politik yang sebenarnya.

1.6.2.1. Pola Rekrutmen

Pola merupakan corak, model, system, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap dan rencana). Pola rekrutmen adalah konstansi berbagai prakter rekrutmen oleh partai politik. Sungguhpun pada dasarnya setiap partai harus berprinsip untuk terbuka bagi kelompok sosial manapun, namun pada level praktis. Kerapkali sulit dihindari bahwa tiap kecendwrungan tipe partai politik menstrukturkan perbedaan dalam menatap konsep rekrutmen yang dianggap ideal bagi partainya.

Rush dan Altoff mengemukakan bahwa mekanisme rekrutmen partai politik merupakan suatu proses pengrekrutan politik yang memiliki dua sifat yaitu sifat tertutup; adalah suatu sistem pengrekrutan administrtif yang didasarkan atas patronase. Kedua, sifat terbuka; adalah sistem yang berdasarkan pada ujian –ujian tersebut.22 Sistem rekrutmen dibagi menjadi dua cara. Pertama rekrutmen terbuka, yakni dengan menyediakan dan memeberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui prosws dengan syarat – syarat yang telah ditentukan melalui pertimbangan – pertimbangan yang objektif rasional. Dimana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat

22

(23)

mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi. Kedua, rekrutmen tertutup yaitu adanya kesempatan untuk masuk menduduki jabatan politik tidaklah sama setiap warga negara, artinya hanya individu – individu tertentu yang dapat menduduki jabatan politik.

I.7. Metodologi Penelitian

I.7.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu tipe penelitian untuk memberikan gambaran objek penelitian berdasarkan suatu gejala sosial, fakta dan data yang ada melalui konsep- konsep dalam teori sosial.Penelitian deskriptif ini dapat diartikan sebagai prosedur dalam memecahkan masalah yang sedang di teliti atau di selidiki dengan menggambarkan keadaan subyek dan obyek penelitian seseorang, masyarakat, lembaga- lembaga sosial masyarakat dan gerakan organisasi masyarakat berdasarkan fakta – fakta yang ada.Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian masalah-masalah dalam masyarakat, serta cara yang berlaku dalam masyarakat serta dituasi-situasi tertentu, termasuk hubungan-hubungan kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.23

23

(24)

1.7.2. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan dalam penelitian jenis penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif deskriptif yang penulis gunakan dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada. Fakta atau data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan dan kemudian akan dianalisa.24

I.7.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang akan dilakukan oleh penulis mengambil lokasi diDewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh di Kabupaten Aceh Tengah.

1.7.4. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hal tersebut dimaksudkan untuk memastikan keakuratan hasil penelitian:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian, yaitu melalui wawancara, yaitu dengan cara memberikan pertanyaan langsung

24

(25)

kepada sejumlah pihak yang terkait yang didasarkan pada percakapan intensif dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi penelitian yang telah ditetapkan. Wawancara adalah pertemuan antara periset dan responden, dimana jawaban responden akan menjadi data mentah.25Adapun teknik yang dilakukan dalam pencarian Narasumber atau Informan menggunakan teknik snowball sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengajukan pertanyaan kepada subkelompok untuk mengidentifikasi orang lain yang mungkin bisa kita teliti pula; misalnya, anggota kelompok ekstremis atau bawah tanah.26Dalam hal ini pengambilan informan yaitu dengan orang-orang yang bersangkutan, diantaranya:

 Ketua Dewan PimpinanCabang (DPC) Partai Aceh

 Anggota Partai Aceh

 Akademisi Ilmu Politik Serta Informan yang

besangkutan terhadap pencarian data penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:

a. Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data yang di peroleh dari buku-buku, karya ilmiah, jurnal, dokumen, dan pendapat

25

Lihat Lisa Harrison. 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Prenada Media Group. Hal. 104.

26

(26)

para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti yang terkait dengan pola rekrutmen Partai Aceh. b. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh

dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang menyangkut masalah yang sedang di teliti.

I.7.5. Teknik Analisis Data

(27)

I.8. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian ini, maka penulisan dilakukan secara terperinci dan sistematis sebagai salah satu syarat penelitian ilmiah.Penelitian ini terdiri atas 4 bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II :Sejarah Dan Profil Partai Aceh

Dalam bab ini akan dibahas sekilas mengenai sejarah Partai Aceh. Selanjutnya juga akan di uraikan profil dari Partai Aceh.

BAB III :Analisis Pola Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh

dalam menetapkan calon Kepala Daerah pada PILKADA

2017 di Kabupaten Aceh Tengah.”

(28)

BAB IV :PENUTUP

Gambar

Tabel 1. Jumlah Suara Partai Aceh di Provinsi Aceh

Referensi

Dokumen terkait

PLN (Persero) Salatiga dalam hal ini Divisi Pelayanan Pelanggan rata-rata berada pada level Managed and Measurable (proses telah dimonitor dan diukur) dengan score

Kelompok eksperimen yang di berikan multimedia pada pembelajaran sholat mempunyai Mean score variabel pemahaman gerakan sholat dengan benar yang lebih tinggi dari pada

Pada halaman ini administrator dapat mengelola data agenda kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam waktu dekat oleh organisasi. Sehingga pengguna akan dengan

Hasil observasi awal yang dilakukan, diperoleh beberapa jenis obat yang berinteraksi antara lain captopril dengan antasida (minor), amlodipin dengan simvastatin

Obyek dari performance bond adalah barang serta jasa lingkungan hidup (hutan, udara, air) yang dapat terkena dampak polutif atau ekstraktif dari suatu kegiatan ekonomi..

Secara lebih filosofi, hal kecil sebagai pembeda dengan sekolah nampaknya merupakan bentuk perwujudan dari tujuan pendidikan Islam yang telah ditetapkan dalam konferensi Internasional

Sehingga siswa SMA kelas XII yang memiliki ciri karakteristik ini ketika memilih jurusan akan cenderung mengalami kebimbangan dalam mengambil keputusan kariernya, karena

5 Masrudi Muchtar, 2016, Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan (Prespektif Profesi Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan Indonesia) , Yogyakarta: Pustaka Baru Press.. Sriati, 2011,