• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. 16/05/34/Th. X, 15 Mei 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI

PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

SEBESAR 6,30 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan I tahun 2008 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 6,30 persen terhadap triwulan IV tahun 2007 (q-to-q). Pertumbuhan ini terjadi karena sektor pertanian; sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan; serta sektor listrik menguat, sedangkan sektor lainnya mengalami kontraksi. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 78,31 persen karena produksi tanaman bahan makanan (padi dan palawija) meningkat sangat signifikan (108,08 %) akibat faktor musim; sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor konstruksi yang berkontraksi sebesar 26,11 persen.

Sektor pertanian memberikan andil terbesar (11,05 %) terhadap pertumbuhan PDRB triwulan I tahun 2008, sedangkan sektor konstruksi memberikan andil terendah (-2,88 %).

PDRB Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2008 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2007 (y-on-y) mengalami peningkatan sebesar 10,83 persen. Hal ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan sektor pertanian yang mencapai 35,22 persen (y-on-y) karena panen raya padi pada triwulan I 2008 memberikan hasil jauh lebih besar dari pada panen triwulan I 2007 yang terganggu oleh adanya pergeseran musim tanam.

Nilai nominal PDRB Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2008 mencapai Rp 9,09 triliun atas dasar harga berlaku dan nilai riilnya sebesar Rp 4,86 triliun atas dasar harga konstan 2000.

Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2008 adalah sektor pertanian yaitu sebesar 20,41 persen; kemudian diikuti sektor perda-gangan, hotel dan restoran (18,54%); sektor jasa-jasa (18,39%); dan sektor industri (12,80%); sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan terkecil yaitu 0,66 persen. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara riil mengalami kontraksi sebesar 16,64 persen pada triwulan I tahun 2008 dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2007 (q-to-q). Kemudian diikuti oleh pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang menurun sebesar 14,41 persen dan pengeluaran konsumsi rumah tangga juga turun sebesar 1,22 persen.

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2007 (y-on-y) terjadi peningkatan pada komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dan komponen konsumsi pemerintah, yaitu masing-masing naik sebesar 2,68 persen dan 4,60 persen.

(2)

Kinerja perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan I tahun 2008 dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2007 (q-to-q) meningkat sebesar 6,30 persen, setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,84 persen.

Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2008 sebesar 6,30 persen tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan sektor pertanian yang mencapai 78,31 persen. Sektor ini didominasi oleh tanaman bahan makanan, sehingga pergerakan tanaman bahan makanan berpengaruh secara signifikan. Pada triwulan I 2008, subsektor tanaman bahan makanan khususnya komoditi padi dan palawija mengalami siklus awal musim panen raya sehingga tumbuh mencapai 108,08 persen.

Gambar 1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I - 2007 sampai Triwulan I - 2008 (Persen)

Sektor lain yang mempunyai andil positif terhadap pertumbuhan PDRB triwulan I 2008 adalah sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, dengan laju pertumbuhan sebesar 6,01 persen. Hal ini disebabkan oleh kenaikan real estate, khususnya jasa persewaan bangunan bukan tempat tinggal terkait maraknya penyelenggaraan event-event pameran dan promosi produk, yang mencapai 12,22 persen. Demikian pula, sektor listrik dan air bersih mengalami pertumbuhan sebesar 0,18 persen karena kenaikan jumlah kwh listrik yang terjual.

2.73 6.62 -1.84 6.30 -4.02 8.38 6.13 7.11 -0.38 10.83 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

Tw.I-2007 Tw.II-2007 Tw.III-2007 Tw.IV-2007 Tw.I-2007

(3)

Tabel 1.

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha (Persen)

Lapangan Usaha Triw IV-2007 thd Triw III-2007 (q-to-q) Triw I-2008 thd Triw IV-2007 (q-to-q) Triw I-2008 thd Triw I-2007 (y-on-y) Andil thd Pertumbuh an PDRB Triw I-2008 (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian -28,97 78,31 35,22 11,05

2. Pertambangan dan Penggalian -2,17 -4,17 -8,06 -0,03

3. Industri Pengolahan 3,89 -6,86 0,12 -0,99

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,00 0,18 6,40 0,00

5. Konstruksi 16,70 -26,11 -1,34 -2,88

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,57 -3,25 3,87 -0,69

7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,54 -1,52 7,03 -0,16

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 0,71 6,01 15,41 0,58

9. Jasa-jasa 4,87 -3,40 7,11 -0,58

PDRB -1,84 6,30 10,83 6,30

Selain ketiga sektor yang telah disebutkan di atas, semua sektor memberi andil negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2008. Sektor konstruksi memberikan andil negatif terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I 2008 dengan laju pertumbuhan minus 26,11 persen, karena proyek prasarana fisik yang didanai oleh APBN/APBD masih dalam proses perencanaan. Sektor industri pengolahan menurun 6,86 persen, karena permintaan domestik kembali normal setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Sektor penggalian menurun 4,17 persen terkait adanya pergeseran (shifting) sebagian tenaga kerja yang beralih ke sektor pertanian yang sedang bergairah memasuki awal musim panen. Sektor jasa-jasa juga mengalami penurunan hingga 3,40 persen sehubungan belum cairnya belanja pegawai yang berasal dari kegiatan proyek APBN/APBD yang masih dalam proses pelelangan di subsektor pemerintahan umum. Sektor perdagangan, hotel dan restoran turun sekitar 3,25 persen terutama karena sudah berlalunya momen perayaan Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru pada triwulan sebelumnya, dan kemudian permintaan pada triwulan I 2008 kembali normal. Hal itu berdampak pula pada penurunan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,52 persen.

Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2007 (y-o-y), PDRB triwulan I tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 10,83 persen. Sektor-sektor yang memberi andil positif terhadap pertumbuhan triwulan I 2008 adalah sektor pertanian; sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; sektor jasa-jasa; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor industri pengolahan. Sebaliknya, sektor konstruksi dan sektor penggalian memberikan andil negatif terhadap pertumbuhan triwulan I 2008 (y-on-y). Kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2008 lebih baik dibandingkan triwulan yang sama

(4)

terutama didukung oleh pertumbuhan subsektor sewa bangunan bukan tempat tinggal. Pada triwulan I 2008 kegiatan real estate semakin marak oleh penyelenggaraan event-event pameran dan promosi produk, seperti pameran: otomotif, komputer, buku, tanaman hias, dan lain-lain; di samping banyaknya acara pesta/perhelatan pernikahan.

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat sebesar 7,03 persen, menunjukkan aktivitas transportasi pada triwulan I 2008 lebih tinggi dibanding triwulan I 2007. Sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami kenaikan sebesar 3,87 persen. Pertumbuhan (y-o-y) kedua sektor tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pariwisata di Provinsi DIY sudah kembali pulih pasca gempa bumi. Sektor industri pengolahan pada triwulan I 2008 memperlihatkan perkembangan yang relatif stabil dengan tumbuh sebesar 0,12 persen.

Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi memberi andil negatif dengan pertumbuhan masing-masing minus 8,06 persen dan minus 1,34 persen. Penurunan kinerja kedua sektor ini disebabkan oleh tingginya permintaan pada triwulan I 2007 terkait rekonstruksi pasca gempa.

2. NILAI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN TRIWULAN I TAHUN 2008

Nilai nominal PDRB Provinsi DIY atas dasar harga berlaku pada triwulan I tahun 2008 mencapai Rp 9,09 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2007 yang mencapai Rp 8,52 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai dengan harga pada tahun dasar 2000, maka nilai riil PDRB triwulan I tahun 2008 mencapai Rp 4,86 triliun, meningkat 6,30 persen dibanding triwulan IV tahun 2007 yang mencapai sebesar Rp 4,57 triliun.

Atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto terbesar pada triwulan I tahun 2008 adalah sektor pertanian yang mencapai Rp 1,86 triliun, atau mempunyai kontribusi sebesar 20,41 persen terhadap total PDRB. Kemudian, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberi kontribusi terbesar kedua, yaitu sebesar Rp 1,69 triliun. Sektor berikutnya yang memiliki nilai tambah lebih dari Rp 1 triliun,- adalah sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan, masing-masing mencapai Rp 1,67 triliun dan Rp 1,16 triliun. Keempat sektor tersebut merupakan pemasok utama PDRB Provinsi DIY yang sangat penting. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai tambah bruto terkecil sebesar Rp 59,69 miliar,-.

Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000, keempat sektor utama di ataspun memberikan nilai tambah bruto terbesar, berturut-turut: sektor pertanian sebesar Rp 1,15 triliun; sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp 939,46 miliar; sektor jasa-jasa Rp 759,41 miliar; dan sektor industri pengolahan Rp 615,38 miliar,-. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai tambah bruto terkecil sebesar Rp 30,67 miliar,-. (Tabel 2).

(5)

Tabel 2.

PDRB Provinsi DIY menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan 2000 Lapangan Usaha Triw. IV

2007 Triw. I 2008 Triw. IV 2007 Triw. I 2008

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 987.642,56 1.855.842,27 644.910,90 1.149.944,22

2. Pertambangan dan Penggalian 61.446,89 59.692,52 32.004,50 30.670,98

3. Industri Pengolahan 1.209.651,75 1.164.103,11 660.707,85 615.376,97

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 109.869,44 111.176,92 42.420,19 42.497,50

5. Konstruksi 1.010.756,10 758.657,83 503.368,77 371.936,84

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.696.637,65 1.686.369,84 971.029,80 939.461,66

7. Pengangkutan dan Komunikasi 872.202,42 863.418,07 489.291,75 481.843,85

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perush. 844.642,03 923.021,62 441.033,27 467.541,23

9. Jasa-jasa 1.730.310,29 1.672.254,80 786.143,66 759.409,01

PDRB 8.523.159,12 9.094.536,96 4.570.910,70 4.858.682,27

3. STRUKTUR PDRB PROVINSI DIY MENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN I TAHUN 2008 DAN TRIWULAN I TAHUN 2007

Struktur PDRB Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2008, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2007, menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian serta sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan meningkat. Peranan terbesar dipegang oleh sektor pertanian yang meningkat sangat signifikan, yaitu dari 16,36 persen pada triwulan I tahun 2007 menjadi 20,41 persen pada triwulan I tahun 2008, hal ini karena tingginya produksi tanaman bahan makanan (padi dan palawija) pada musim panen raya saat ini sudah menunjukkan pola tanam yang normal seperti kondisi sebelum tahun 2007. Kemudian, peran sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan meningkat dari 9,79 persen pada triwulan I 2007 menjadi 10,15 persen pada triwulan I 2008, karena semakin maraknya persewaan bangunan bukan tempat tinggal. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian memiliki peranan terkecil yaitu 0,66 persen.

Sebaliknya, sektor-sektor yang peranannya menurun adalah: sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa-jasa. Peran sektor konstruksi mengalami penurunan yang tertinggi, yaitu dari 9,41 persen pada triwulan I tahun 2007 menjadi 8,34 persen pada triwulan I tahun 2008. Penurunan peran tersebut disebabkan oleh masih maraknya rekonstruksi pasca gempa pada triwulan I tahun 2007, sedangkan pada triwulan I tahun 2008 sudah kembali normal. Penurunan peran sektor-sektor lainnya lebih disebabkan oleh peningkatan peranan sektor pertanian yang sangat signifikan.

(6)

Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Lapangan Usaha Triw. I 2007 Triw. I 2008 Perbedaan

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian 16,36 20,41 4,04

2. Pertambangan dan Penggalian 0,80 0,66 -0,14

3. Industri Pengolahan 13,71 12,80 -0,91

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,29 1,22 -0,07

5. Konstruksi 9,41 8,34 -1,06

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,35 18,54 -0,80

7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,27 9,49 -0,77

8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 9,79 10,15 0,36

9. Jasa-jasa 19,03 18,39 -0,65

PDRB 100,00 100,00 0,00

4. PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN I TAHUN 2008

Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB Provinsi DIY dirinci menurut komponen-komponen pengeluaran: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB), dan lainnya (gabungan dari ekspor, impor, konsumsi lembaga nirlaba, dan perubahan inventori).

Memasuki triwulan I tahun 2008 (q-to-q), semua komponen PDRB menurut penggunaan menunjukkan pertumbuhan negatif, kecuali komponen lainnya. Pengeluaran konsumsi pemerintah mencatat kontraksi terbesar yaitu -16,68 persen. Penurunan ini terjadi karena pada triwulan IV 2007 merupakan momen tutup anggaran, sehingga banyak kegiatan untuk belanja barang ATK (alat tulis kantor) termasuk belanja perjalanan, pemeliharaan, dan pengeluaran lain yang bersifat rutin yang diselesaikan pada triwulan ini, sedangkan pada triwulan I tahun 2008 kegiatan tersebut belum dilaksanakan atau masih dalam proses perencanaan (Tabel 4).

Perkembangan investasi fisik yang direpresentasikan oleh pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) juga menurun hingga 14,41 persen setelah triwulan sebelumnya tumbuh 6,01 persen. Tujuan investasi diperkirakan ditanam pada bangunan komersial dan residensial yang meningkat pada akhir tahun 2007, kemudian menurun pada awal tahun 2008 terkait belum direalisasikannya pembangunan prasarana fisik oleh pemerintah. Penurunan ini terjadi karena pada triwulan IV 2007 merupakan momen tutup anggaran, sehingga banyak proyek prasarana pemerintah baik fisik maupun non fisik yang diselesaikan pada triwulan ini, sedangkan pada triwulan I tahun 2008 proyek-proyek yang didanai oleh pemerintah (APBN/APBD) belum dilaksanakan atau masih dalam proses perencanaan.

Komponen konsumsi rumahtangga tercatat pada triwulan I tahun 2008 mengalami kontraksi sebesar 1,24 persen, setelah pada triwulan IV tahun 2007 tumbuh cukup tinggi, yaitu 2,18 persen. Momen ekonomi pada triwulan IV tahun 2007 yang didominasi oleh perayaan Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru menjadikan tingkat konsumsi pada triwulan tersebut cukup tinggi, sehingga

(7)

ketika pada triwulan I tahun 2008 konsumsi rumah tangga mengalami penurunan. Kondisi ini bersifat musiman di mana pengeluaran konsumsi akhir masyarakat kembali normal, setelah sebelumnya berkonsumsi tinggi untuk melestarikan budaya mudik dan saling bersilaturahmi dalam memperingati hari-hari raya tersebut.

Tabel 4.

Laju Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Penggunaan (Persen) Komponen Penggunaan Triw IV-2007 thd Triw III-2007

(q to q) Triw I-2008 thd Triw IV-2007 (q to q) Triw I-2008 thd Triw I-2007 (y-on-y) (1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi Rumah tangga 2,18 -1,24 2,67

2. Konsumsi Pemerintah 17,05 -16,68 4,55

3. Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTDB) 6,01 -14,41 -1,69

4. Lainnya*) -66,81 387,42 92,85

PDRB -1,84 6,30 10,83

*) Termasuk Ekspor, Impor, Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2007 (y-on-y), konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan komponen lainnya meningkat masing-masing 2,67 persen; 4,55 persen; dan 92,85 persen. Sedangkan komponen pembentukan modal tetap bruto menurun sebesar 1,69 persen pada triwulan I tahun 2008. Pertumbuhan komponen-komponen penggunaan tersebut menunjukkan bahwa daya beli masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir semakin bergairah, namun investasi fisik belum memenuhi harapan untuk terus meningkat (Tabel 4).

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai nominal PDRB terbesar digunakan untuk konsumsi rumah tangga, yaitu mencapai Rp 4,25 triliun atau kontribusinya sekitar 46,78 persen terhadap total PDRB Provinsi DIY. Penggunaan PDRB terbesar berikutnya adalah untuk PMTDB yang menggambarkan investasi fisik sebesar Rp 2,70 triliun atau sumbangannya sekitar 29,71 persen terhadap total PDRB. Kemudian nilai PDRB yang digunakan untuk konsumsi pemerintah sebesar Rp 1,93 triliun (21,25%). Sedangkan nilai PDRB yang digunakan untuk komponen lain sebesar Rp 0,20 triliun (2,26%). Hal ini menunjukkan bahwa bagian terbesar PDRB masih digunakan untuk keperluan konsumsi, belum mengarah pada kegiatan investasi yang dapat menyerap tenaga kerja.

Tabel 5.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Komponen Penggunaan Triwulan I Tahun 2008

Komponen Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan (Juta Rupiah) Distribusi Persentase (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi Rumah tangga 4.254.231 2.054.834 46,78

2. Konsumsi Pemerintah 1.932.696 808.013 21,25

(8)

PENJELASAN TEKNIS

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :

a. Jumlah nilai tambah (produk barang dan jasa) yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan

pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto

(ekspor dikurangi impor) suatu daerah;

c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side

b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side

c. Pendapatan Income side

Penyajian PDRB:

a. Atas dasar harga berlaku (current prices) harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan.

b. Atas dasar harga konstan (constant prices) harga komoditas barang dan jasa menggunakan tahun dasar referensi 2000.

Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.

Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.

Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth).

Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama satu tahun.

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama satu tahun, tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat.

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu tahun tertentu. Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya.

Gambar

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai nominal PDRB terbesar digunakan untuk konsumsi rumah  tangga, yaitu mencapai Rp 4,25 triliun atau kontribusinya sekitar 46,78 persen terhadap total PDRB  Provinsi DIY

Referensi

Dokumen terkait

a. Nominal yang disetorkan oleh nasabah calon jamaah haji masih kurang atau belum mencapai saldo minimum dan kalah besar nominalnya dengan nasabah yang memiliki nilai nominalnya

Kemasan kompetensi yang digunakan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk Kategori Jasa Profesional, Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok

4 Berdasarkan hal diatas, pada penelitian ini peneliti akan membuat suatu perangkat lunak yang dapat melakukan perbandingan terhadap Algoritma Kruskal dan Aloritma

kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu II Januari  –  Desember Penanggung  jawab upaya KIA 7. Kunjungan ibu nifas

Dari penelitian terdahulu yang menemukan bahwa terdapat beberapa variabel – variabel yang mampu mempengaruhi terhadap purchase intention, seperti pada penelitian

Anggun Cipta Sasmi mempunyai pengalaman yang memadai berkaitan dengan shampo pantene pro-v sehingga layak menjadi model iklan shampo pantene pro-v.. 1 2 3 4

Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa program pendidikan bahasa arab semester 7 (tujuh) UPI mampu mengetahui, memahami hadits-hadits nabi tentang tujuan pendidikan3.

Pengendalian Internal terhadap Aset Tetap pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara saat ini sudah cukup baik, namun akan berjalan dengan efektif dan