ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan hasil analisis terhadap data yang telah terkumpul selama pelaksanaan penelitian. Analisis data yang dilakukan dalam bab ini meliputi analisis statistika. Analisis statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regressions) yang digunakan untuk melakukan uji terhadap hipotesis dengan menggunakan alat uji EViews 5.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan 84 sample perusahaan non keuangan tahun 2008 yang termasuk dalam Indeks Kompas 100 periode Agustus 2008-Februari 2009.
Tabel 4.1
Nama 84 Perusahaan Sample
NO. NAMA PERUSAHAAN NO. NAMA PERUSAHAAN
1 ADHI KARYA PERSERO TBK 43 KALBE FARMA TBK 2 AKR COPORINDO TBK 44 KIMIA FARMA TBK 3 ANEKA TAMBANG PERSERO TBK 45 LAUTAN LUAS TBK 4 APEXINDO PRATAMA DUTA TBK 46 LIPPO KARAWACI TBK
5 ASTRA AGRO LESTARI TBK 47 MATAHARI PUTRA PRIMA TBK 6 ASTRA GRAPHIA TBK 48 MEDCO ENERGI INTERNATIONAL TBK
11 BAKRIELAND DEVELOPMENT TBK 53 MODERNLAND REALTY LTD TBK 12 BERLIAN LAJU TANKER TBK 54 MULTIPOLAR TBK
13 BISI INTERNATIONAL TBK 55 MULTISTRADA ARAH SARANA TBK 14 BUDI ACID JAYA TBK 56 NEW CENTURY DEVELOPMENT TBK 15 BUKIT DARMO PROPERTY TBK 57 NUSANTARA INFRASTUCTURE TBK 16 BUMI RESOURCES TBK 58 PABRIK KERTAS TJIWI KIMIA TBK 17 CENTRAL PROTEINAPRIMA TBK 59 PERUSAHAAN GAS NEGARA TBK 18 CHAROEN POKPHAND INDONESIA TBK 60 POLYCHEM INDONESIA TBK 19 CIPUTRA DEVELOPMENT TBK 61 PP LONDON SUMATERA TBK 20 CIPUTRA PROPERTY TBK 62 RAMAYANA LESTARI SENTOSA TBK 21 CIPUTRA SURYA TBK 63 RICKY PUTRA GLOBALINDO TBK 22 DARMA HENWA TBK 64 SAMPOERNA AGRO TBK 23 DAVOMAS ABADI TBK 65 SEMEN GRESIK (PERSERO) TBK 24 DAYAINDO RESOURCES INTERNATIONAL TBK 66 SENTUL CITY TBK
25 ENERGI MEGA PERSADA TBK 67 SORINI AGRO ASIA COPORINDO TBK 26 ETERINDO WAHANATAMA TBK 68 SUMALINDO LESTARI JAYA TBK 27 FAJAR SURYA WISESA TBK 69 SUMMARECON AGUNG TBK 28 GAJAH TUNGGAL TBK 70 SUPARMA TBK
29 GLOBAL MEDIACOM TBK 71 TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM TBK 30 GUDANG GARAM TBK 72 TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK 31 HOLCIM INDONESIA TBK 73 TEMPO SCAN PACIFIC TBK
32 INDAH KIAT PULP & PAPER TBK 74 TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD TBK 33 INDO TAMBANGRAYA MEGAH TBK 75 TIMAH TBK
34 INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK 76 TOTAL BANGUN PERSADA TBK 35 INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK 77 TRIAS SENTOSA TBK
36 INDOSAT TBK 78 TRIWIRA INSANLESTARI TBK 37 INTERNATIONAL NICKEL IND TBK 79 TRUBA ALAM MANUNGGAL E TBK 38 INTIKERAMIK ALAMASRI INDS TBK 80 TUNAS BARU LAMPUNG TBK 39 JAPFA TBK 81 TUNAS RIDEAN TBK
40 JASA MARGA (PERSERO) TBK 82 UNILEVER INDONESIA TBK 41 JAYA PARI STEEL TBK 83 UNITED TRACTORS TBK 42 KAWASAN INDUSTRI JABABEKA TBK 84 WIJAYA KARYA TBK
4.1 Hasil Pengujian Regresi Model Pertama
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Model Pertama Regresi Berganda (N=84)
Variabel Independen
(Expected sign) Coefficients t-stat. p-value
Constant .687 21.672 .000 IDK -.082 -1.721 .089 KOMAU .029 1.326 .188 KUAUD .122 11.382 .000 N 84 F-stat (p-value) 52.588 (.000) Adjusted R2 0.650
Trans = α + β1KOMAUi + β2KUAUDi + β3IDKi + ei , TRANS = Rasio skor pengungkapan perusahaan i teradap total skor pengungkapan maksimum (85), KOMAU = Variabel dummy untuk keberadaan komite audit pada perusahaan, 1 jika memenuhi ketentuan standar yang berlaku umum dan 0 jika tidak, KUAUD = Variabel dummy untuk ukuran KAP yang digunakan perusahaan i, 1 untuk KAP Big 4 dan 0 untuk KAP Non Big 4, IDK = Proporsi komisaris independen dibanding dengan total dewan komisaris yang ada pada perusahaan i.
Pada Tabel 4.3 diatas dapat dilihat dari jumlah sample (N) sebanyak 84 perusahaan didapatkan nilai Adjusted R2 sebesar 0,650 artinya variabel independen yaitu dewan komisaris independen, komite audit, dan kualitas audit mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen yaitu transparansi sebesar 65%.
tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas signifikansinya 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen secara statistik mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama.
Setelah dilakukan pengujian regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 4.2 diatas bahwa dari ketiga variabel independen, hanya KUAUD saja yang memiliki keterkaitan dengan transparansi. KUAUD merupakan variabel dummy untuk ukuran KAP yang digunakan oleh perusahaan sample, 1 jika perusahaan sample menggunakan KAP Big 4 dan 0 jika Non-Big 4. Dari hasil pengujian regresi berganda pada tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa kualitas audit memilki koefisien sebesar 0,122 terhadap transparansi. Hal ini berarti jika kualitas audit naik 1 maka akan menaikan transparansi sebesar 0,122. Dapat dilihat nilai t-statistik sebesar 11,382 dan p-value sebesar 0,000, karena p-value lebih kecil dari α = 5% (0,000 < 0,05) maka HA6 diterima yang berarti terdapat keterkaitan antara kualitas audit dengan transparansi. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Khomsyiah (2003) dan Jamaan (2007) yang menunjukkan adanya keterkaitan antara kualitas audit dengan pengungkapan. Dapat dianalisis bahwa dalam memberikan informasi yang dibutuhkan pasar mengenai perusahaan, KAP Big 4 lebih jelas dan akurat dalam menyampaikan informasi yang dibutuhkan pasar.
IDK merupakan proporsi dari jumlah komisaris independen dibandingkan dengan total dewan komisaris perusahaan sample. Pada tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa komisaris independen memilki koefisien sebesar -0,082 terhadap transparansi. Hal ini berarti jika komisaris independen naik 1 maka akan menurunkan transparansi
sebesar -0,082. Dapat dilihat nilai t-statistik sebesar -1.721 dan p-value sebesar 0,089, karena p-value lebih besar dari α = 5% (0,089 > 0,05) maka HA4 ditolak yang berarti tidak terdapat keterkaitan antara dewan komisaris independen dengan transparansi. Hasil penelitian Mintara (2008) juga menunjukan tidak terdapat keterkaitan antara dewan komisaris independen dengan pengungkapan laporan keuangan Hal ini bertentangan dengan teori dasarnya, karena seharusnya keberadaan komisaris independen mendukung prinsip responsibilitas dalam penerapan Corporate Governance, yang mengharuskan perusahaan untuk memberikan informasi lebih baik sebagai wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders.
KOMAU merupakan variabel dummy untuk keberadaan komite audit pada perusahaan sample, 1 jika memenuhi standar dan 0 jika tidak memenuhi standar sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh BEI. Pada tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa komite audit memilki koefisien sebesar 0,029 terhadap transparansi. Hal ini berarti jika komite audit naik 1 maka akan menaikan transparansi sebesar 0,029. Dapat dilihat nilai t-statistik sebesar 1,326 dan p-value sebesar 0,188. Karena p-value lebih besar dari α = 5% (0,188 > 0,05) maka HA5 ditolak yang berarti tidak terdapat keterkaitan antara komite audit dengan transparansi. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Mayangsari (2003) dan Mintara (2008) bahwa tidak terdapat keterkaitan antara komite audit dengan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini bertentangan dengan teori dasarnya, karena seharusnya keberadaan komite audit
4.2
Hasil Pengujian Regresi Model KeduaTabel 4.3
Hasil Pengujian Kedua Regresi Berganda (N=84)
Independent variable
(Expected sign) Coefficients t-stat. p-value
Constant 1.001 8.082 .000 IDK .000 .010 .991 KOMAU .061 1.437 .154 KUAUD .006 .287 .774 TRANS -.120 -.819 .414 N 84 F-stat (p-value) 1.8237(.1325) Adjusted R2 0.0381
Q= α + β1KOMAUi + β2KUAUDi +β3IDKi + β4TRANS+ ei, Q = Tobin’s Q = proksi dari nilai perusahaan, KOMAU = Variabel dummy untuk keberadaan komite audit pada perusahaan, 1 jika memenuhi ketentuan standar yang berlaku umum dan 0 jika tidak, KUAUD = Variabel dummy untuk ukuran KAP yang digunakan perusahaan i, 1 untuk KAP Big 4 dan 0 untuk KAP Non Big 4, IDK = Proporsi komisaris independen dibanding dengan total dewan komisaris yang ada pada perusahaan i, TRANS = Rasio skor pengungkapan perusahaan i teradap total skor pengungkapan maksimum (85).
Pada Tabel 4.3 diatas dapat dilihat dari jumlah sample (N) sebanyak 84 perusahaan didapatkan nilai Adjusted R2 sebesar 0,0381 artinya variabel independen yaitu dewan komisaris independen, komite audit, kualitas audit, dan transparansi mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen yaitu Tobin’s Q sebesar 3,81%. Sedangkan untuk sisanya yaitu sebesar 96,19% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang
tidak diikutsertakan dalam model. Nilai F-stat yang diperoleh sebesar 1,8237 dengan tingkat signifikansi 0,1325. Karena probabilitas signifikansinya 0,1325 lebih besar dari 0,05 maka variabel independen secara statistik tidak mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama.
Setelah dilakukan pengujian regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 4.3 diatas bahwa dari keempat variabel independen (IDK, KOMAU, KUAUD, dan TRANS) tidak ada yang memiliki keterkaitan dengan nilai perusahaan yang diproksi dengan Tobin’s Q. IDK merupakan proporsi dari jumlah komisaris independen dibandingkan dengan total dewan komisaris perusahaan sample. Dari hasil pengujian regresi berganda pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa komisaris independen memilki koefisien sebesar 0,000 terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti jika komisaris independen naik 1 maka akan menaikan nilai perusahaan sebesar 0,000. Dapat dilihat nilai t-statistik sebesar 0,010dan p-value sebesar 0,991, karena p-value lebih besar dari α = 5% (0,991 > 0,05) maka HA1 ditolak yang berarti tidak terdapat keterkaitan antara dewan komisaris independen dengan nilai perusahaan, Hasil penelitian Darmawati (2003), Parulian (2004), Wedari (2004) dan Carningsih (2008) juga menunjukkan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara dewan komisaris independen dengan nilai perusahaan. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan hanyalah bersifat formalitas untuk memenuhi regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance (GCG) didalam
fungsi monitoring yang baik dan tidak menggunakan indepedensinya untuk mengawasi kebijakan direksi.
KOMAU merupakan variabel dummy untuk untuk keberadaan komite audit pada perusahaan sample, 1 jika memenuhi standar dan 0 jika tidak memenuhi standar sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh BEI. Dari hasil pengujian regresi berganda pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa komite audit memilki koefisien sebesar 0,061terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti jika komite audit naik 1 maka akan menaikan nilai perusahaan sebesar 0,061. Dapat dilihat nilai t-statistik sebesar 1,437 dan p-value sebesar 0,154, karena p-value lebih besar dari α = 5% (0,154 > 0,05) maka HA2 ditolak yang berarti tidak terdapat keterkaitan antara komite audit dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2003). Nuryanah (2004), dan Lestari (2007) juga menunjukkan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara komite audit dengan nilai perusahaan. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa keberadaan komite audit dalam perusahaan hanyalah bersifat formalitas untuk memenuhi regulasi saja, sama halnya dengan keberadaan komisaris independen didalam perusahaan.
KUAUD merupakan variabel dummy untuk ukuran KAP yang digunakan oleh perusahaan sample, 1 jika perusahaan sample menggunakan KAP Big 4 dan 0 jika Non-Big 4. Dari hasil pengujian regresi berganda dapat pada tabel 4.3 diatas dilihat bahwa kulaitas audit memilki koefisien sebesar 0,006 terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti jika kualitas audit naik 1 maka akan menaikan nilai perusahaan sebesar 0,006. Dapat dilihat nilai t-statistik sebesar 0,287 dan p-value sebesar 0,774, karena p-value lebih besar dari α = 5% (0,774 > 0,05) maka HA3 ditolak yang berarti tidak
terdapat keterkaitan antara kualitas audit dengan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sandra dan Kusuma (2004) juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kualitas audit dengan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ramaniya (2005) juga memberikan hasil yang sama yaitu tidak terdapat keterkaitan antara kualitas audit dengan nilai perusahaan. Dari hasil penelitian tersebut terdapat indikasi bahwa pasar tidak menilai kualitas audit dari besarnya KAP, sehingga ukuran KAP tidak mempengaruhi penilaian pasar terhadap perusahaan.
TRANS merupakan rasio skor pengungkapan perusahaan sample terhadap total skor pengungkapan maksimum (85). Dari hasil pengujian regresi berganda pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa transparansi memilki koefisien sebesar -0,120 terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti jika transparansi naik 1 maka akan menurunkan nilai perusahaan sebesar -0,120. Dapat dilihat nilai t-statistik sebesar -0,819 dan p-value sebesar 0,414, karena p-value lebih besar dari α = 5% (0,414 > 0,05) maka HA7 yang berarti tidak terdapat keterkaitan antara transparansi dengan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2005) juga menunjukkan hasil yang sama, luas pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia masih rendah. Kondisi ini mungkin terjadi karena rendahnya kesadaran manajemen mengenai manfaat yang dapat diperoleh dari pengungkapan informasi perusahaan.