• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD KANISIUS KADIROJO SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2011 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD KANISIUS KADIROJO SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2011 2012"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM

MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV

SD KANISIUS KADIROJO SEMESTER GASAL

TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi PGSD

Disusun oleh:

Tri Wahyuni

091134167

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Langkahku terasa sangat ringan karena Yesus selalu

menuntunku.

Senyum orangtua adalah motivasi terbesar dalam hidupku.

Sebelum kita tersenyum buatlah orang lain tersenyum dulu.

Kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus yang selalu

menemaniku

Bapak dan Ibuku tercinta

Sebagai rasa Hormat dan Baktiku

Kakakku tercinta yang selalu memberikan motivasi.

(Mas Eko dan Mas Dedek)

Keluarga Alm. Bapak Nur

Widiharyono yang selalu memberi motivasi dan dukungan

Almamaterku…

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MATA PELAJARAN PKn

SISWA KELAS IV SD KANISIUS KADIROJO

SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012

Tri Wahyuni

Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk untuk mengetahui apakah model pembelajaran kontektual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn Kelas IV Semester Gasal SD Kanisius Kadirojo Tahun Ajaran 2011 / 2012.

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Kadirojo. Subyek penelitian diambil dari siswa kelas IV yang terdiri dari 44 siswa dan obyek penelitian ini adalah prestasi belajar pada mata pelajaran PKn. Penelitian dilakukan dengan dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 20-21 Oktober 2011 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 27-28 Oktober 2011. Proses penelitian masing-masing siklus meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Hasil penelitian pembelajaran lembaga-lembaga dipemerintahan kabupaten menggunakan model pembelajaran kontekstual dapat mencapai hasil yang sangat memuaskan dengan melihat hasil Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan oleh sekolah yaitu 65. Hasil analisis tes akhir kondisi awal nilai rata-rata kelas mencapai 60. Didapat 20 siswa (61%) belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan 13 siswa (40%) sudah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil analisis tes akhir siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 76 dengan target penelitian 64. Didapat 14 siswa (32%) belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan 30 siswa (68%) sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil analisis tes akhir siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 84 dengan target penelitian 70. Didapat 6 siswa (14%) belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan 38 (86%) siswa sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2011/ 2012.

Kata kunci: prestasi belajar, lembaga-lembaga pemerintahan kabupaten, dan pendekatan kontekstual

(8)

ABSTRACT

INCREASE IN LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH CONTEXTUAL

LEARNING MODEL IN THE PKn SUBJECT OF THE STUDENT CLASS

IV SD KANISIUS KADIROJO SEMESTER 1 IN THE ACADEMIC YEAR

2011 / 2012

Tri Wahyuni Universitas Sanata Dharma

2012

This research is a Class Action Research aimed to determine whether the model of contextual learning can improve student achievement in subjects PKn Class IV Semester odd SD Kanisius Kadirojo in Academic Year 2011 / 2012.

The research was conducted in SD Kanisius Kadirojo. The research subjects drawn from the fourth grade students consisting of 44 students and the object of this study were learning achievement in the PKn subject. The study was conducted in two cycles. Cycle I held on 20-21 October 2011 and the second cycle was held on 27-28 October 2011. The research process of each cycle includes four phases, namely planning, implementation, observation and reflection.

The results of learning institutions in the district uses contextual learning models can achieve very satisfactory results by looking at the results of exhaustiveness Minimum Criteria (KKM), which is determined by the school at 65. The results of analysis of the initial conditions of the final test class average value reaches 60. Obtained 20 students (61%) have not reached minimum completeness criteria (KKM) and 13 students (40%) has reached the minimum completeness criteria (KKM). The results of analysis of the final test cycle I class average value reached 76 with a target of research 64. Obtained 14 students (32%) have not reached minimum completeness criteria (KKM) and 30 students (68%) have reached minimum completeness criteria (KKM). The results of analysis of the final test cycle II, the average value of the class reaches 84 with a target of research 70. Obtained 6 students (14%) have not reached minimum completeness criteria (KKM) and 38 (86%) students have reached the minimum criteria for completeness (KKM). Based on these data it can be concluded that the use of contextual learning model can improve student achievement in PKn subject fourth grade students SD Kanisius Kadirojo in academic year 2011/2012.

Key words: learning achievement, district institutions, and a contextual approach.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya yang tiada henti dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ’’ PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MATA

PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD KANISIUS KADIROJO

SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 ’’. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan dengan program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa dalam neyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara materil maupun spriritual dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapa disurga, Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Roh Kudus yang senantiasa memberikan kekuatan dan rejeki dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP, Universitas Sanata Dharma 3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar yang selalu mendorong dan memotivasi mahasiswa PGSD untuk menyelesaikan skripsi

4. Bapak Drs. P. Wahana, M,Hum, yang dengan sabar memberikan bimbingan, motivasi serta selalu mengarahkan saya selama menyelesaikan skripsi.

5. Para dosen dan seluruh staf sekretariat Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

(10)

6. Ibu Th. Supartinah selaku kepala sekolah SD Kanisius Kadirojo yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian. 7. Ibu Lestari Puji Utami, A.Ma selaku guru kelas IV SD Kanisius Kadirojo

yang memberikan kesempatan pada saya untuk melakukan penelitian

8. Keluarga besar SD Kanisius Kadirojo terutama kelas IV yang telah bersedia membantu penulis selama melakukan penelitian.

9. Keluarga saya, Ayahanda Sarmadiono, Ibunda Sukini, Mas Eko dan Mas Dedek yang selalu mendoakan dan memberi semangat pada saya .

10. Kakekku dan Saudara-saudaraku yang selalu mendoakan dan memberikan dukungannya.

11. Almarhum Bapak Nur Widiharyono dan Ibu Nunuk Hardiati yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi pada saya.

12. Seseorang yang menemani tiap langkahku hingga detik ini P. Tejo Nurhartanto terimakasih atas dukungan, doa, dan motivasi yang tiada henti. 13. Teman-teman di Program Studi Pendidikan Guru sekolah Dasar khususnya

angkatan S1 sore yang selalu memberi semangat padaku

14. Sahabat-sahabatku yang tetap setia menemaniku dan selalu mendukungku dalam menyelesaikan skripsi.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR GAMBAR... .. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 3

C. Perumusan Masalah ... 3

D. Batasan Pengertian ... 4

E. Pemecahan Masalah ... 5

F. Tujuan Penelitian ... 5

G. Manfaat Penelitian ... 5

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar Siswa ... 7

B. Pendekatan Kontekstual ... 12

C. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 31

D. Penggunaan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran PKn . 40 E. Kerangka Berfikir... 43

F. Hipotesis Tindakan... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Setting Penelitian... 46

C. Prosedur Penelitian... 48

D. Pengumpulan Data dan Instrumen ... 54

E. Analisis Data ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 66

B. Pembahasan ... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Penelitian ... 47

Tabel 2 Pengumpulan Data dan Instrumen ... 54

Tabel 3 Kisi-kisi Soal Uji Validitas dan Soal Evaluasi Akhir Siklus I ... 56

Tabel 4 Penskoran Soal Siklus I ... 57

Tabel 5 Kisi-kisi Soal Uji Validitas dan Soal Evaluasi Akhir Siklus II ... 58

Tabel 6 Penskoran Soal Siklus II ... 60

Tabel 7 Kriteria Besar Koefisien Validitas ... 61

Tabel 8 Kriteria Besar Koefisien Reliabilitas ... 62

Tabel 9 Analisis Data Sikus I dan Siklus II ... 64

Tabel 10 Data Kondisi Awal ... 68

Tabel 11 Analisis Nilai Siklus I ... 70

Tabel 12 Perbandingan Nilai Kondisi Awal dan Siklus I ... 72

Tabel 13 Nilai Hasil Evaluasi Siklus II ... 76

Tabel 14 Data Perbandingan Nilai Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ... 79

Tabel 15 Nilai evaluasi kondisi awal, siklus I dan siklus II ... 80

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Silabus ... 92

2. Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a. RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 99

b. RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 102

c. RPP Siklus II Pertemuan 1 ... 105

d. RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 108

3. Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa a. LKS Siklus I Pertemuan 1 ... 111

b. LKS Sklus I Pertemuan 2 ... 112

c. LKS Sklus II Pertemuan 1 ... 113

d. LKS Sklus II Pertemuan 2 ... 114

4. Lampiran 4 Soal dan kunci jawaban Uji Validitas Siklus I dan II ... 115

5. Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabiltas Siklus I ... 123

6. Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabiltas Siklus II... 130

7. Lampiran 7 Soal dan Kunci Jawaban Prestasi Belajar Siklus I da II . 137 8. Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian dari FKIP USD ... 143

9. Lampiran 9 Surat Keterangan telah melakukan penelitian ... 144

10.Lampiran 10 Foto Kegiatan Belajar ... 145

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Ibnu Subiyanto mantan bupati Sleman... 35

Gambar 2 Logo DPRD ... 35

Gambar 3 Gedung DPRD Kabupaten Kediri ... 36

Gambar 4 Polisi yang sedang mengatur lalu lintas ... 36

Gambar 5 Polisi menilang pengendara sepeda motor ... 36

Gambar 6 Tes praktek mencari SIM ... 37

Gambar 7 Polisi berjaga-jaga untuk menjaga keamanan ... 37

Gambar 8 TNI AD menjalankan tugas menjaga keamanan ... 38

Gambar 9 Kodim Depok ... 38

Gambar 10 Logo Koramil Kandangan ... 38

Gambar 11 Pelantikan dan sumpah jabatan di Pengadilan Negeri ... 39

Gambar 12 Peresmian Pengadilan Negeri Balige ... 39

Gambar 13 Gedung Kejaksaan Negeri Ketapang ... 40

Gambar 14 Alur Siklus PTK ... 45

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari pada semua jenjang pendidikan. Mata pelajaran ini mempunyai peranan penting yaitu untuk membentuk masyarakat menjadi warga negara yang baik.

Mengajarkan mata pelajaran PKn di Kelas IV Sekolah Dasar bukanlah hal yang mudah. Banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran PKn sangat menjenuhkan, membosankan dan dianggap tidak begitu penting. Hal ini diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada beberapa siswa. Siswa sering kali meremehkan mata pelajaran ini dan para pengajar kurang optimal dalam menyampaikan mata pelajaran ini. Kebanyakan pengajar hanya menggunakan metode ceramah saja. Penggunaan metode ceramah saja diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa guru di beberapa sekolah.

Materi pelajaran yang disampaikan secara ceramah saja akan membuat siswa bosan, siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar dan siswa kurang merasakan hubungan yang diajarkan dengan kenyataan hidup yang dialaminya sehingga siswa kurang merasakan adanya manfaat dari materi yang dipelajari dan siswa tidak termotivasi untuk mempelajarinya. Sebaiknya siswa didekatkan dengan

(18)

dunia nyata sehingga siswa akan mudah memahami peranan pengetahuan yang diperolehnya itu. Ketidak tertarikan nampak dengan reaksi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, misalnya siswa ribut/ ramai, melamun, jalan-jalan, bermain dengan teman yang lain dan melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan materi yang diajarkan. Akibatnya, banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mata pelajaran PKn dan kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran cukup rendah.

Hal tersebut juga terjadi pada siswa Kelas IV SD Kanisius Kadirojo. Para siswa mengalami kesulitan belajar pada Kompetensi Dasar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi. Beberapa siswa banyak yang salah dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru tentang materi tersebut. Nilai rata – rata PKn khususnya pada Kompetensi Dasar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi hanya 60 atau hanya 39 % siswa yang lolos KKM sedangkan lainnya dibawah KKM. Nilai tersebut tentunya belum mencapai nilai ketuntasan sebab Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.

(19)

pemahaman mengenai pelajaran PKn, cara penyampaiannya yang tepat serta perlunya pemahaman mengenai metode-metode pengajaran dan pemilihan pendekatan-pendekatan yang sesuai dan inovatif. Maka peneliti memilih Pendekatan Kontekstual karena belajar akan lebih menyenangkan jika lingkungan belajar diciptakan secara alami dan belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahui. Pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba sendiri mencari jawaban suatu masalah, bekerja sama dengan teman jauh lebih menantang daripada memahami informasi yang diberikan searah.

B. Pembatasan Masalah

Prestasi belajar siswa tentang Kompetensi Dasar: mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi tergolong rendah.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal – hal di atas, masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(20)

kota dan provinsi di SD Kanisius Kadirojo Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 ?

D. Batasan Pengertian

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

a.Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar yang berupa/ yang disimbolkan dalam bentuk angka.

b.Pendekatan kontekstual

Pendekatan kontekstual adalah konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan situasi kehidupan siswa dan mendorong siswa menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mencari sendiri pengetahuan dan keterampilan batu ketika ia belajar (Puji Purnomo, 2006: 1).

c.Pendidikan Kewarganegaraan

(21)

generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

Kompetensi Dasar : mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi.

E. Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin menggunakan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn bagi siswa Kelas IV Semester Gasal di SD Kanisius Kadirojo Tahun Ajaran 2011 / 2012.

F. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn Kelas IV Semester Gasal SD Kanisius Kadirojo Tahun Ajaran 2011 / 2012.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: 1. Bagi penulis

(22)

2. Bagi siswa

Meningkatkan pemahaman siswa Kelas IV SD Kanisius Kadirojo terhadap materi pelajaran khususnya tentang lembaga-lembaga yang ada di pemerintah kabupaten/ kota, meningkatkan kinerja siswa Kelas IV SD Kanisius Kadirojo dan meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV SD Kanisius Kadirojo.

3. Bagi guru

Memperbaiki pembelajaran karena akan menemukan solusi sendiri dari masalah yang ditemukan sendiri dalam proses pembelajaran, meningkatkan keprofesionalan seorang guru karena dapat menilai atas kelemahan yang dimiliki dan memperbaiki kelemahan guru dan siswanya, serta sebagai referensi dalam mengajarkan materi tertentu, dan dapat dikembangkan untuk materi lain, mata pelajaran lain, dan kelas lain.

4. Bagi Prodi PGSD

Diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai motivator bagi mahasiswa lain untuk mengembangkan penelitian yang lebih luas lagi sehingga hasilnya dapat bermanfaat bagi perkembangan pembelajaran di SD umumnya.

5. Bagi perpustakaan

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian prestasi belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh guru, yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar / tes prestasi (Mulyono, 1995:150).

Untuk menentukan nilai hasil belajar siswa, kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar dilakukan melalui proses evaluasi. Jadi evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Dimana tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau simbol.

Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dari pelajaran-pelajaran yang telah disampaikan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar dimana penguasaan tersebut dibuktikan/ ditentukan dengan tes hasil belajar/ tes prestasi yang disimbolkan dalam bentuk angka.

(24)

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern) , dan faktor pendekatan belajar (approach teaching) (Muhibbin Syah, 2000:122)

a. Faktor intern

1) Aspek fisiologis

Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik. Sebaliknya, keadaan fisik siswa yang kurang baik akan berpengaruh buruk juga pada hasil belajar siswa.

2) Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.( Muhibbin Syah, 2000 : 132 ).

3) Intelegensi siswa

(25)

seorang murid mempunyai tinggi kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencari prestasi yang tinggi. ( Kartono, 1995:1)

4) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya. Sikap positif terhadap guru dan mata pelajaran merupakan awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif terhadap guru dan mata pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa tersebut.

5) Bakat siswa

Bakat ialah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang ( Chaplin, 1972 ). Dalam perkembangan selanjutnya, bakat sering diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. 6) Minat siswa

(26)

7) Motivasi siswa

Pengertian dari motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

b.Faktor Eksternal

1) Lingkungan Sosial

Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan keadaan masyarakat. 2) Keadaan Keluarga

(27)

kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

3) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

4) Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Hal ini disebabkan karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan masyarakat dimana anak itu berada.

5) Lingkungan non sosial

(28)

c. Faktor pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar atau approach to learning adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Strategi dalam hal ini ialah seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

3. Upaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

a. Mengatur waktu belajar baik di rumah maupun di sekolah b. Memilih tempat belajar yang kondusif

c. Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik d. Mendengarkan penjelasan guru dengan baik

e. Jangan malu bertanya untuk hal yang tidak dimengerti

f. Kerjakan PR atau tugas sesegera mungkin, jangan sampai menunda tugas yang diberikan.

g. Setiap pulang sekolah, selalu mengulang pelajaran yang tadi diajarkan.

h. Banyak berlatih pelajaran yang kurang disuka.

B. Pendekatan Kontekstual

1. Definisi pendekatan kontekstual

(29)

akan diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Sehingga dapat mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: konstruktivisme (Constructivism), bertanya(Questioning), menemukan(Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) ( Depdikbud, 2003 dalam Veronika Ari Nugroho Rini, 2007: 6) .

Peserta didik disiapkan tidak hanya untuk menyelesaikan permasalahan dalam jangka pendek, namum untuk mendorong mereka supaya memahami, mengembangkan rasa ingin tahu, merangsang pikiran kritis serta mampu mengambil keputusan secara mandiri, agar dapat menjadi bekal sepanjang hidup. Belajar yang seperti ini dapat dilakukan dengan cara berdiskusi, melakukan percobaab-percobaan, serta kegiatan ekstrakurikuler dan berorganisasi. Sehingga dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh keterampilan kerja, memperoleh kompetensi untuk menghadapi berbagai situasi serta mampu bekerja dalam tim, berkomunikasi dengan baik, peserta didik mampu menangani dan menyelesaikan masalah dan perselisihan. (Aris Pongtuluran, 2008 dalam Tri Wahyuni, 2008: 5)

(30)

diperoleh dari usaha siswa mencari sendiri pengetahuan dan keterampilan batu ketika ia belajar (Puji Purnomo, 2006: 1).

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya.

Jadi pendekatan kontekstual adalah suatu metode pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan situasi kehidupan siswa sehari-hari secara nyata. Sehingga dapat memotivasi siswa agar menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh siswa disekolah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

(31)

kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered. Menurut Depdiknas guru harus

melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:

Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa .

Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.

Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.

Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka.

(32)

2. Prinsip-prinsip Dasar Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual yang dianggap berhasil adalah jika mengikuti prinsip-prinsip berikut (Puji Purnomo, 2007: 50):

a. Belajar Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

Belajar bukanlah sekedar driil ataupun menghafal informasi tetapi bagaimana menggunakan informasi yang ada dan berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang ada di dunia nyata.

Sebelumnya memulai proses belajar-mengajar didalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam masalah yang ada di dunia nyata. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.

b. Pengajaran Autentik (Authentic Instruction)

Pendekatan Kontekstual secara bermakna misalnya, bernyanyi dengan bernyanyi, berenang dengan berenang, belajar cara menjual dengan menjual.

c. Belajar Berbasis Inquiri (Inquiry-Based Learning)

(33)

d. Belajar Berbasis Proyek/ Tugas Terstruktur (Project-Based

Learning)

Proyek membantu orang untuk mendapatkan banyak hal secara komprehensif melalui aktivitas yang melibatkan keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial. Proyek merupakan exercise bagi otak kanan maupun kiri untuk menunjukkan kapasitas yang sesungguhnya.

e. Belajar Berbasis Kerja (Work-Based Learning)

Kerja memberikan peluang untuk mengalami sesuatu, bukan sekedar mendengar pengalaman seseorang.

f. Belajar Jasa Layanan (Service Learning)

Emosi sangat menentukan proses dan hasil belajar. Perasaan positif yang timbul saat belajar dapat mempercepat belajar. Belajar dengan percaya diri, merasa dibutuhkan, bekerja sama/ menolong orang lain dan akrab pada kegiatan di luar maupun di dalam kelas lebih menjanjikan hasil

g. Belajar Bekerja Sama (Cooperative Learning)

(34)

3. Ciri-ciri Pendekatan Kontekstual

Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual adalah:

Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks

Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri.

Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri.

Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.

Menggunakan penilaian otentik.

4. Tujuh Komponen Pendekatan Kontekstual

Menurut Depdiknas untuk penerapannya, Pendekatan Kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya

(Authentic). Adapaun tujuh komponen tersebut sebagai berikut: (Puji Purnomo, 2007: 50)

a. Konstruktivisme (constructivism)

(35)

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidahyang siap untuk diambil dan diingat. Pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia dan manusia harus memberi makna melalui pengalaman nyata.

Pendekatan pembelajaran ini mempunyai asumsi bahwa para peserta didik mempunyai kemampuan untuk membentuk pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang sudah mereka miliki. Siswa harus dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.

(36)

mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi miliknya sendiri.

Dengan dasar itu, pembelajaran perlu dikemas menjadi

proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Mengajar

bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa yang menjadi pusat kegiatan bukan guru.

Dalam pandangan konstruktivisme, “ strategi memperoleh”

lebih diutamakan daripada seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu guru adalah:

1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa Kemampuan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan masing-masing siswa merupakan suatu keunikan individu yang dapat memfasilitasi pembelajaran. Guru perlu mendukung para siswa untuk memperoleh minat dan bakatnya masing-masing di sekolah dan mengaitkan pembelajaran dengan situasi kehidupan nyata mereka. (Tina Arifin – www.inparametric.com)

2) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri

(37)

didik. Memaknai pengetahuan melalui pengalaman nyata dapat diberikan melalui praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, mendemonstrasikan, menciptakan ide dan membangun pengertian.

3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar

Setiap peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk belajar. Kita sebagai pendidik perlu membantu, memperhatikan kebutuhan para peserta didik untuk memahami cara belajar yang menyenangkan yang dirasa itu dunia belajar siswa. Sehingga para peserta didik merasa rileks dan nyaman dengan diri mereka sendiri.

b. Menemukan (Inquiry)

Melakukan inkuiri atau menemukan berarti melibatkan diri dalam tanya jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Karena itu strategi inkuiri dalam proses belajar mengajar adalah strategi yang melibatkan siswa dalam tanya jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan.

(38)

dalam pengajaran, yang berarti peserta didik berlatih dalam proses inkuiri atau menemukan. Dengan inkuiri akan melibatkan peserta didik melakukan penyelidikan terhadap faktor-faktor yang belum pernah dilakukan. Sehingga ini akan memberi motivasi yang tinggi. Pada inkuiri proses merupakan produk dari belajar.

Tujuan utama dari pengajaran inkuiri adalah menyediakan peralatan atau cara bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan intelektualnya yang berkaitan dengan berpikir kritis dan memecahkan masalah. Inkuiri meminta siswa untuk berkembang secara bebas. Sedangkan tujuan dari inkuiri adlah memberikan latihan untuk mengembangkan keterampilan intelektual yang khusus, tidak mencakup menspesifikasi faktor-faktor dari suatu ilmu.

Karena inkuiri adalah pengajaran yang terpusat pada peserta didik, maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, sebagai stimulator, sebagai fasilitator yang berhadapan dengan peserta didik membantu mereka mengidentifikasi pertanyaan dan masalah dan membimbing melakukan penyelidikan. Sejauh mungkin guru berusaha untuk dapat meningkatkan cara kerja siswa secara bebas. Guru tidak menekankan kebenaran jawaban tetapi membantu siswa menemukan dan mengklarifikasi jawaban yang tepat.

(39)

kesempatan untuk melakukan pemilihan alternatif pemecahan. Peranan siswa tidak hanya merespon pertanyaan yang diajukan guru tetapi juga mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya melalui penyelidikan. Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah: 1) Merumuskan masalah

Menyadari adanya suatu masalah disertai dengan keinginan untuk memecahkan masalah. Masalah itu harus dirumuskan secara jelas dan dibatasi ruang lingkupnya supaya pemecahannya menjadi lebih sederhana.

2) Mengamati tau melakukan observasi

Proses mengumpulkan informasi dan data yang ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan semua alat indera dan alat bantu agar data yang diperoleh lengkap dan akurat.

3) Menganalisis dan menyelidiki hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya

(40)

4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lain.

Hasil penyelidikan tadi yang telah disusun dikomunikasikan atau diperlihatkan atau dipresentasikan kepada pembaca, teman, guru atau audien lainnya. Yang mungkin dapat dipergunakan oleh pembaca sabagai pemecah maslah atau sebagai bahan acuan apabila menghadapi kasus atau masalah yang sama atau masalah yang hampir sama.

c. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Dalam segala aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, anatar guru dengn siswa, antara siswa dengan orang lain yang datang ke sekolah.

(41)

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

1) Mengali informasi akademik

Diharapkan para siswa mampu atau dapat mencari informasi tentang pendidikan yang berorientasi dengan pemahaman pendidikan dunia saat ini yang berkembang.

2) Mengecek pemahaman siswa

Mengetahui apakah hal-hal yang sudah disampaikan oleh guru sudah dipahami dan dimengerti oleh siswa atau belum.

3) Membangkitkan respon kepada siswa

Dengan kegiatan bertanya maka dapat menumbuhkan umpan balikan atau semangat siswa untuk menanggapi apa yang disampaikan oleh guru.

4) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

(42)

5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diketahui guru Dengan kegiatan bertanya yang menyenangkan maka perhatian siswa seluruhnya akan tertuju dan terfokus pada sesuatu hal yang disampaikan oleh guru dan yang diketahui oleh guru.

6) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa Dengan kegiatan bertanya yang menyenangkan maka siswa akan mempunyai semangat untuk mengajukan berbagai pertanyaan kepada guru.

7) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

Dengan kegiatan bertanya maka guru dapat mengukur sejauh mana rasa keingintahuan siswa terhadap sesuatu hal. Makin banyak pertanyaan yang diajukan maka semakin besar rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu hal dan sebaliknya.

8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

Dengan kegiatan bertanya yang diajukan oleh guru tentang pengetahuan yang sudah diperoleh oleh siswa maka dapat menyegarkan kembali atau mengingat-ingat lagi pengetahuan yang telah didapat agar dapat menjawab pertanyaan guru.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

(43)

dalam Puji Purnomo, 2007: 52) menemukan bahwa bimbingan belajar oleh kawan itu empat kali lebih efektif untuk meningkatkan prestasi di bidang matematika dan membaca dibandingkan jika jumlah murid dalam kelas dikurangi atau waktu pengajaran diperpanjang dan lebih efektif dibandingkan dengan instruksi individual dengan komputer. Masyarakat belajar dapat diciptakan melalui kegiatan sharing antara teman dalam kelompok besar, penggunaan berbagai sumber belajar yang relevan (misalnya bekerja dengan masyarakat, mendatangkan ahli).

Dalam kelas kontekstual, guru selalu disarankan unuk melakukan pengajaran dalam bentuk kelompok besar. Siswa dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok, dimana anggota kelompok itu heterogen (beragam). Kelompok siswa dapat bervariasi bentuknya, baik anggotanya, jumlahnya, bahkan bisa melibatkan siswa dikelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan

seorang “ahli” ke kelas.

Masyarakat belajar dapat terjadi bila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

(44)

harus merasa bahwa setiap orang mempunyai pengetahuan, pengalaman atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.

Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain maka setiap orang bisa menjadi sumber belajar dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan keterampilan.

e. Pemodelan (Modeling)

(45)

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang berbagai hal yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang hal-hal yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupak respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung “kalau begitu, cara menyimpan file ini salah, mestinya dengan cara yang baru saya pelajari sehingga

file dalam kompuetr saya lebih tertata.”

Pengetahuan diperoleh melalui proses berkesinambungan. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Selama ini jarang

sekali siswa diberi kesempatan untuk “diam sejenak” dan berpikir

tentang apa yang baru saja mereka lakukan atau pelajari.

Guru hendaknya menyisakan waktu untuk refleksi dalam setiap pertemuan untuk mengetahui hasil belajar siswa maupun proses mereka belajar. Refleksi dapat berupa pernyataan langsung, jurnal atau catatan, kesan/ saran siswa, diskusi, atau hasil karya di akhir pertemuan.

(46)

g. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Gambaran tentang kemajuan belajar itu diperoleh dari aktivitas nyata yang dilakukan siswa disepanjang proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Itulah sebabnya, data yang diperoleh disebut data autentik. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil, juga bukan melulu dari hasil tes akhir semester.

Penilaian otentik merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan berbagai penilaian alternati. Penilaian yang cocok dikembangkan adalah suatu kombinasi dari beberapa jenis penilaian sebagai berikut:

1) Penilaian kerja; dapat berupa membaca, menulis, royek, proses, pemecahan masalah ataupun tugas analisis.

2) Observasi sistematik yang bemanfaat untuk menyajikan informasi tentang dampak pembelajaran terhadap sikap siswa, dapat berbentuk daftar cek.

(47)

4) Jurnal yaitu refleksi siswa tentang proses maupun hasil belajarnya; dapat dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar adn bentuk lainnya.

Karakteristik penilaian otentik adalah dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran, dapat digunakan untuk penilaian formatif maupun sumatif. Yang diukur adalah keterampilan dan performansi (bukan mengingat fakta), berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan sebagai umpan balik. Sedangkan hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai prestasi siswa adalah proyek atau kegiatan dan laporannya, PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tertulis adan karya tulis. Jadi penilaian otentik ingin

menjawab pertanyaan “Apakah anak-anak belajar?” bukan “Apa

yang sudah diketahui?”. Untuk itu, siswa dapat dinilai dengan

berbagai cara, bukan melulu dari hasil ulangan tulis.

C. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut Azyumardi Azra adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan

(48)

bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

Pendidikan Kewarganegaraaan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

 Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.

 Tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta antikorupsi.

(49)

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi.

(http://www.definisionline.com/2010/04/definisi-pendidikan-kewarganegaraan-pkn.html diunduh pada tanggal 26-08-2011 jam 19.09)

 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Kardiyat Wiharyanto yaitu:

Secara umum, tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah membawa peserta didik untuk menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis dan berkeadaban, serta menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila ( Kardiyat Wiharyanto, 2001:5 )

Sedangkan tujuan khusus dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah

a. Mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku untuk cinta tanah air Indonesia

(50)

c. Peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam menciptakan ketahanan nasional

Jadi tujuan PKn adalah mewujudkan warga negara yang sadar bela Negara, agar warganegara memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis, rasional, kreatif, bertanggungjawab, berkembang secara positif dan demokratis, mampu berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung maupun tidak langsung, membawa peserta didik untuk menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis dan berkeadaban, dan membentuk warganegara/ peserta didik untuk menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila.

3. Kompetensi Dasar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan

pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi.

Lembaga-lembaga di pemerintahan kabupaten/ kota

Bupati/ walikota

(51)

Gambar 1. Ibnu Subiyanto mantan bupati Sleman

DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)

DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat di daerah. Anggota DPRD dipilih oleh rakyat melalui proses pemilihan umum. DPRD ditingkat kabupaten/ kota disebut DPRD kabupaten/ kota. Lembaga ini merupakan lembaga legislatif yang bertugas mengawasi jalannya pemerintahan di tingkat kabupaten/ kota. DPRD adalah rekan kerja pemerintah dalam membuat peraturan daerah (perda) dan bertugas membahas serta menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

(52)

Gambar 3. Gedung DPRD Kabupaten Kediri

Kepolisian Resort (Polres)

Kepolisian Resort (Polres) adalah lembaga kepolisian tingkat kabupaten/ kota. Lembaga ini dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Resort (Kapolres). Di kota-kota besar lembaga ini bernama Kepolisian Kota Besa (Poltabes) baik Polres maupun Poltabes bertugas mengayomi masyarakat, menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Gambar 4. Polisi yang sedang mengatur lalu lintas

(53)

Gambar 5. Polisi menilang pengendara sepeda motor

Gambar 6. Tes praktek mencari SIM

Gambar 7. Polisi berjaga-jaga untuk menjaga keamanan

Komando Distrik Militer (Kodim)

(54)

Gambar 8. TNI AD menjalankan tugas menjaga keamanan

Gambar 9. Kodim Depok

Gambar 10. Logo Koramil Kandangan

Pengadilan Negeri

(55)

keadilan pada umumnya. Daerah hukum Pengadilan Negeri meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Lembaga ini bertugas mengadili orang/ lembaga yang diduga melakukan tindakan melanggar hukum. Oleh karena itu, pengadilan merupakan lembaga yudikatif di wilayahnya. Dalam memutuskan perkara seorang hakim harus bertindak adil dan tidak pandang bulu. Itulah sebabnya sebelum menjadi hakim seseorang harus disumpah dahulu.

Gambar 11. Pelantikan dan sumpah jabatan di Pengadilan Negeri

(56)

Kejaksaan Negeri

Kejaksaan Negeri adalah lembaga kejaksaan ditingkat kabupaten/ kota. Kejaksaan Negeri disingkat Kejari. Daerah hukum Kejaksaan Negeri meliputi wilayah kekuasaan kabupaten/ kota. Kejaksaan negeri dipimpin oleh kepala kejaksaan negeri. Kejaksaan Negeri bertugas menuntut di pengadilan orang-orang/ lembaga yang melanggar hukum. Kepolisian, kejaksaan dan pengadilan disebut lembaga penegak hukum maka ketiga lembaga tersebut harus dapat bekerjasama agar hukum dinegara kita dapat ditegakkan.

Gambar 13. Gedung Kejaksaan Negeri Ketapang

D. Penggunaan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran PKn

(57)

disekolah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar kegiatan belajar mengajar daat berjalan dengan lancar dan bermakna bagi siswa maka kita harus memperhatikan dan menerapkan tujuh komponen Pendekatan Kontekstual dalam kegiatan belajar mengajar agar yang kita sampaikan kepada siswa lebih mengena, lebih mudah dipahami dan dimengerti.

Dalam pelaksanaan pembelajaran PKn khususnya dalam materi lembaga di pemerintahan kabupaten/ kota, tujuh komponen Pendekatan Kontekstual dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Adapun tujuh komponen Pendekatan Kontekstual antara lain :

1. Kontruktivis

Konstruktivis dapat diterapkan dengan cara memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyebutkan dan menjelaskan lembaga yang ada di pemerintahan kabupaten/ kota dengan cara guru menunjukkan gambar-gambar yang berhubungan dengan lembaga dipemerintahan kabupaten/ kota (misalnya gambar logo DPRD, gambar pelantikan pejabat di Pengadilan Negeri, gambar polisi yang sedang menjalankan tugasnya).

2. Menemukan

(58)

3. Bertanya

Kegiatan bertanya dapat kita lakukan dengan cara menanyakan apa yang sudah diketahui ataupun yang belum dimengertian oleh siswa (sebutkan lembaga yang ada di pemerintahan kabupaten!, apa tugas dari masing-masing lembaga tersebut?)

4. Masyarakat belajar

Masyarakat belajar dilaksanakan dengan cara membentuk kelas dalam kelompok untuk berdiskusi tentang lembaga yang ada dipemerintahan kabupaten/ kota (pengertian, singkatan, tugas dll).

5. Pemodelan

Pemodelan yang berupa hasil karya dapat dilakukan dengan cara menunjukkan gambar mantan bupati Sleman, gambar logo DPRD, gambar gedung DPRD, gambar polisi yang sedang melaksanakan tugasnya, gambar tes praktek mencari SIM, gambar Logo Koramil Kandangan dll. Sedangkan pemodelan yang berupa perilaku dapat dilakukan dengan cara bermain misalnya memerankan jalannya memutuskan perkara dipengadilan.

6. Refleksi

(59)

belajar. Refleski dapat berupa pernyataan langsung (“Apakah kalian

bercita-cita untuk menjadi wakil rakyat?”).

7. Penilaian otentik

Penilaian otentik dilaksanakan dengan cara memberikan soal-soal latihan sebagai evaluasi pada setiap akhir siklus.

E. Kerangka Berpikir

Siswa seharusnya menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam setiap mata pelajaran. Seberapa besar penguasaan siswa terhadap mata pelajaran ditunjukkan dengan menggunakan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Adanya nilai tes atau angka nilai tersebut dapat menentukan prestasi belajar siswa dalam suatu mata pelajaran. Salah satunya dalam mata pelajaran PKn.

(60)

Berdasarkan hal tersebut, dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.`

F. Hipotesis Tindakan

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis penelitian tindakan kelas (PTK) dan model yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 14. Alur Siklus PTK

45

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pengolahan Data

Pelaksanaan Refleksi

(62)

Keterangan :

Perencanaan : Meliputi tindakan apa saja yang akan dilakukan peneliti untuk memperbaiki, meningkatkan proses dan hasil belajar dikelas.

Pelaksanaan Tindakan : Meliputi apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang ada sehingga kondisi yang diharapkan dapat tercapai.

Observasi : Melakukan pengamatan selama proses pembelajaran serta mengamati hasil atau dampak dari tindakannya.

Refleksi : Melakukan evaluasi terhadap hasil temuan-temuan, kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala yang dihadapi selama proses pelaksanaan tindakan.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SD Kanisius Kadirojo, yang beralamat di Kadirojo, Purwomartani, Kalasan, Sleman.

2. Subyek Penelitian

(63)

3. Obyek Penelitian

Obyek yang akan diteliti adalah prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi lembaga-lembaga di Pemerintah Kabupaten/ Kota dengan menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual.

4. Waktu Penelitian

Pengambilan data pada bulan Oktober tahun 2011 yaitu tepat pada waktu materi ini harus diajarkan pada siswa kelas IV.

Tabel 1 . Jadwal Penelitian

(64)

6 Ujian Skripsi

7 Revisi

C. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membagi menjadi 2 siklus setiap siklus terdiri 2 pertemuan :

1. Persiapan

a. Meminta surat ijin dari kampus yang diminta dari sekretariat prodi PGSD untuk melakukan observasi

b. Peneliti meminta ijin kepada Kepala Sekolah dan guru kelas IV SD Kanisius Kadirojo untuk mengadakan penelitian.

c. Mengidentifikasi masalah dan menentukan alternatif pemecahan masalah

d. Mengkaji Kompetensi Dasar, mendiskripsikan materi pokok yaitu lembaga-lembaga di Pemerintah Kabupaten/ Kota

e. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran yang akan digunakan. f. Menyusun Silabus tentang PKn pada Kompetensi Dasar mengenal

(65)

g. Menyusun RPP tentang PKn, mendeskripsikan lembaga-lembaga yang ada dipemerintah kabupaten/ kota.

h. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)

i. Membuat instrumen pengamatan terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn mengenai Kompetensi Dasar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi .

2. Rencana tindakan setiap siklus

Siklus I

a. Rencana tindakan

Pertemuan pertama ( 2 x 35 menit )

Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai.

Guru menunjukkan contoh gambar/ foto bupati dan walikota dari daerah Yogayakarta, gambar gedung DPRD dan gambar polisi. ( Pemodelan)

Peserta didik membentuk kelompok setiap kelompok enam anak ( Masyarakat Belajar)

Guru membagikan amplop yang berisi gambar lembaga dipemerintah kabupaten (bupati, DPRD dan Polres) dan pertanyaan sebagai bahan diskusi (Pemodelan)

Peserta didik membuka amplop dan mengamati gambar yang ada didalam amplop (Pemodelan)

(66)

Peserta didik menjawab pertanyaan yang ada di dalam amplop dengan mencari jawaban dari berbagai sumber.( Bertanya dan Menemukan)

Peserta didik menjelaskan tugas dari lembaga di pemerintahan kabupaten/ kota sesuai dengan gambar yang diterima.

(Konstruktivisme)

Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang telah di pelajarai. ( Penilaian yang sebenarnya)

Pertemuan kedua ( 2 x 35 menit ).

Peserta didik masuk dalam kelompok masing-masing. ( Masyarakat Belajar)

Setiap kelompok membacakan hasil kerja dan kelompok lain memberikan tanggapan. ( Bertanya)

Guru menjelaskan materi tentang lembaga-lembaga yang ada dipemerintahan kabupaten yaitu bupati, DPRD dan Polres.

( Konstruktivisme)

Guru memberikan umpan balik terhadap hasil belajar siswa dan memberikan refleksi pembelajaran.( Refleksi)

Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

(67)

b. Pelaksanaan Tindakan

Apa yang telah direncanakan diatas dilaksanakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disiapkan.

c. Observasi (Pengumpulan Data)

1. Pengamatan dan mencatat temuan-temuan yang ada selama pembelajaran berlangsung.

2. Melakukan ulangan/tes untuk mengukur keberhasilan siswa.

d. Refleksi

1. Melakukan evaluasi terhadap hasil temuan-temuan, kesulitan-kesulitan dan kendala-kendala yang dihadapi selama proses pelaksanaan tindakan.

2. Melaksanakan pertemuan untuk diskusi dengan teman sejawat tentang hasil temuan, kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala yang dihadapi selama proses pelaksanaan tindakan.

(68)

Siklus II

a. Rencana tindakan.

Pertemuan pertama ( 2 x 35 menit )

Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai.

Guru menunjukkan gambar TNI AD, gambar sidang di Pengadilan Negeri, gambar gedung kejaksaan negeri dan gambar logo koramil di salah satu daerah.. ( Pemodelan)

Peserta didik membentuk kelompok setiap kelompok enam anak ( Masyarakat Belajar)

Guru membagikan amplop yang berisi gambar lembaga dipemerintah kabupaten (Kodim, Pengadilan Negeri dan Kejaksaan Negeri) dan pertanyaan sebagai bahan diskusi (Pemodelan)

Peserta didik membuka amplop dan mengamati gambar yang ada didalam amplop (Pemodelan)

Peserta didik menjawab pertanyaan yang ada di dalam amplop dengan mencari jawaban dari berbagai sumber.( Bertanya dan Menemukan)

Peserta didik menjelaskan tugas dari lembaga di pemerintahan kabupaten/ kota sesuai dengan gambar yang diterima.

(69)

Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang telah di pelajarai. ( Penilaian yang sebenarnya)

Pertemuan kedua ( 2 x 35 menit )

Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja dan kelompok lain memberikan tanggapan. ( Bertanya)

Guru memberikan umpan balik terhadap hasil belajar siswa dan memberikan refleksi pembelajaran. ( Refleksi )

Guru menjelaskan tentang materi lembaga-lembaga dipemerintahan kabupaten/ kota. ( Konstruktivisme)

Guru menunjukkan gambar mantan bupati Sleman dan menjelaskan kasus yang sedang dihadapi serta menjelaskan cara lembaga pemerinthan kabupaten menyelesaikan kasus tersebut. (Pemodelan dan Konstruktivism)

Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.( Penilaian yang sebenarnya)

b. Pelaksanaan Tindakan

(70)

c. Observasi

Peneliti mengamati kegiatan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan mencatat hal-hal penting yang terjadi.

d. Refleksi

Melakukan evaluasi terhadap hasil temuan-temuan, kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala yang dihadapi selama proses pelaksanaan tindakan.

D. Pengumpulan Data dan Instrumen

Peubah : Prestasi belajar, Indikator, Data, Pengumpulan Data dan Instrumennya terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 2 : Pengumpulan Data dan Instrumen

(71)

kabupaten yang mencapai KKM

ganda

(72)

Tabel 3 : Kisi-kisi Soal Validitas dan Evaluasi Siklus 1

Indikator Penilaian Tes

Bentuk Evaluasi

Soal Uji Validitas Siklus 1

Soal Prestasi Belajar Sklus 1

(73)

gan

Tabel 4. Penskoran Soal Siklus 1

NO Jenis Soal Jumlah Soal Skor Maksimal Tiap Soal

Jumlah Skor

1 Pilihan Ganda 15 1 15

Jumlah skor maksimal 15

Penyekoran soal evaluasi pilihan ganda

Skor 0 jika jawaban salah atau tidak menjawab

(74)

Nilai :

Pada siklus II peneliti melakukan evaluasi dengan bentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 15 soal, lebih lengkapnya dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 5 : Kisi-kisi Soal Validitas dan Evaluasi Siklus 2

Indikator Penilaian Tes

Bentuk Evaluasi

Soal Uji Validitas Siklus 1

Soal Prestasi Belajar Sklus 1

(75)
(76)

Tabel 6. Penskoran Soal Siklus II

No. Jenis Soal Jumlah Soal Skor Maksimal Tiap Soal

Jumlah Skor

1 Pilihan Ganda 15 1 15

Jumlah skor maksimal 15

Penyekoran soal evaluasi pilihan ganda

Skor 0 jika jawaban salah atau tidak menjawab

Skor 1 jika jawaban benar

Nilai :

Penyusunan Intrumen

(77)

1. Validitas

Menurut Masidjo (1995:242) validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Jenis validitas yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu validitas yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan. Koefisien validitas suatu tes dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00 dengan taraf signifikansi 1% dan 5%. Besar koefisien yang dimaksud adalah:

Tabel 7. Kriteria Besar Koefisien Validitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat rendah

(78)

memuat indikator-indikator pencapaian pembelajaran yang akan dicapai.

2. Reliabilitas Tes

Masidjo (1995:209) menyebutkan bahwa reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran, sehingga taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas atau rtt. Koefisien reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00 dengan taraf signifikansi 1% dan 5%. Besar koefisien yang dimaksud adalah:

Tabel 8. Kriteria Besar Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat rendah

(79)

koefisien reliabilitas menggunakan rumus tersebut, adalah sebagai berikut :

1.Menghitung rata-rata skor total

2.Menghitung varians total

3.Menghitung koefisien reliabilitas

Keterangan :

Σx = skor total N = jumlah siswa M = Mean (rata-rata) St2 = varians total

Hasil dari penghitungan reliabilitas pada siklus 1 diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,76. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel kriteria koefisien reliabilitas. Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa reliabilitas soal siklus 1 termasuk tinggi (0,71 – 0,90).

(80)

tabel tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa reliabilitas soal siklus 2 termasuk tinggi (0,71 – 0,90).

E. Analisis Data

1. Kriteria Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil, apabila jumlah siswa yang memiliki skor di atas KKM pada kondisi akhir adalah 85% dari seluruh jumlah siswa kelas IV.

Tabel 9. Analisis Data Siklus I dan Siklus II

Peubah Indikator

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II Prestasi

belajar siswa

Nilai rata-rata siswa dalam materi lembaga-lembaga dipemerintahan kabupaten

60 64 70

Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM

(81)

2. Analisis Data

a. Rumus Menentukan Banyaknya Siswa yang Memenuhi KKM.

Penghitungan ini dihitung dengan rumus jumlah siswa yang mencapai KKM dibagi jumlah seluruh siswa di kelas dikali 100 .

Jumlah siswa yang lulus x 100 Persentase lulus KKM (%) = ---

N N = jumlah seluruh siswa di kelas

b. Rumus Menentukan Peningkatan Siswa yang Memenuhi KKM. Cara yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan siswa yang memenuhi KKM dalam persen, dengan rumus:

Keterangan:

n : Besarnya peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam persen

N1 : Jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam persen pada siklus I

N2 : Jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam persen pada siklus II

Gambar

tabel maupun dalam bentuk lainnya.
Gambar 1. Ibnu Subiyanto mantan bupati Sleman
Gambar 4. Polisi yang sedang mengatur lalu lintas
Gambar 6. Tes praktek mencari SIM
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pasal 18 Ayat (1) : Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah pajak pada Surat Ketetapan Pajak dan Pemungutan tidak sebagaimana mestinya, maka Wajib Pajak

Kelas Users digunakan untuk menyimpan seluruh data users , kelas BiayaDokter akan menyimpan data biaya dokter, kelas KuotaJamkes akan menyimpan data kuota jaminan

Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber keuangan sendiri, mengelola, dan

2) Actual Product atau a) perilaku tertentu yang kita promosikan, seperti sikat gigi 2 x per hari,penggunaan pasta gigi dan sikat gigi sudah benar seperti yang disarankan

[r]

[r]

Zero fuel weight consists of operating empty weight, maximum payload and which all additional weight must be in fuel so that when the aircraft is in flight, the bending moments