Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Diajukan oleh :
Hendrikus Rendi Kurniawan NIM : 055214036
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain the Sarjana Teknik Degree
in Mechanical Engineering
By :
Hendrikus Rendi Kurniawan Student Number : 055214036
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2009
Makalah Tugas Akhir ini kupersembahkan kepada: Bapak dan Ibu tercinta
Kakak dan Adik tercinta yang selalu memberi
dukungan dan mendoakan demi kesuksesanku. Sahabat-sahabatku yang selalu
membantu demi terlaksananya Tugas Akhir ini.
“Keindahan dalam hidup akan datang pada saatnya”
“Hadapi dengan senyuman”
“jika tidak ingin disakiti jangan menyakiti, jika tidak ingin dipukul jangan memukul, jika tidak ingin direndahkan jangan merendahkan”
“jangan kamu kalah sama keadaan, tetapi kalahkanlah keadaan”
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 24 Januari 2009
Penulis
Hendrikus Rendi Kurniawan
Yang bertanda tanggan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Hendrikus Rendi Kurniawan Nomor Mahasiswa : 055214036
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
TURBIN ALIRAN SILANG DENGAN BUSUR SUDU 950 YANG DIBUAT DARI PIPA DIBELAH
beserta peragkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dam mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 24 Januari 2009
Yang Menyatakan
(Hendrikus Rendi Kurniawan)
sehinngga sudu dibuat dari pipa yang dibelah. Geometri sudu turbin aliran silang sebenarnya sama dengan geometri pipa yang dibelah dengan busur tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari unjuk kerja turbin aliran silang dengan sudu dari pipa yang dibelah yang digunakan untuk pembangkit listrik.
Peralatan yang digunakan adalah sebuah turbin aliran silang. Sudu turbin dibuat dari pipa dengan diameter 1,25 inchi. Diameter roda jalan adalah 98 mm dengan lebar 104 mm. Jumlah sudu yang digunakan pada yaitu 20 sudu dan besar busur sudu 950. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan debit, tinggi nosel, dan beban. Debit air yang digunakan adalah 10,6 l/s, 9,3 l/s, dan 8,3 l/s. Tinggi nosel divariasikan ketinggian 4 mm, 9 mm, dan 14 mm. Untuk menghasilkan listrik turbin dihubungkan dengan alternator. Pengukuran daya yang dihasilkan turbin dilakukan dengan mengukur tegangan dan arus yang dihasilkan alternator pada kondisi alternator diberi variasi pembebanan dari 10 watt s/d 100 watt. Pada setiap pembebanan putaran turbin diukur dengan tachometer.
Hasil penelitian menunjukan bahwa daya terbesar terjadi pada debit 10,6 l/s, tinggi nosel 9 mm dengan besar daya 19,2 watt. Efisiensi terbesar terjadi pada debit 10,6 l/s, tinggi nosel 14 mm dengan besar efisiensi 3,97 %.
dan anugrah-Nya, sehingga laporan Tugas Akihir yang berjudul Turbin Aliran Silang dengan Busur Sudu 950 yang dibuat dari Pipa Dibelah dapat tersusun dan dapat terselesaikan dengan lancar.
Penulisan Tugas akhir merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma. Dengan adanya penulisan Tugas Akhir diharapkan mahasiswa mempunyai daya analisa yang dalam dan memperdalam ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah.
Penulis menyadari selama belajar di Teknik Mesin Sanata Dharma telah melibatkan banyak pihak. Atas segala bimbingan, dukungan, bantuan, kritik dan saran yang membangun, pada kesempatan ini dengan sangat rendah hati penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kapada :
1. Romo Ir. Greg. Heliarko, S.J.,S.S.,B.S.T.,M.A.,M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma.
2. Budi Sugiharto, S.T.,M.T. Ketua Program Studi Teknik Mesin dan sebagai dosen pembimbing akademik yang telah banyak membimbing penulis selama kuliah di Teknik Mesin Sanata Dharma.
3. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah berkenan membimbing dan memberikan saran dengan penuh kesabaran hingga terselesainya tugas akhir ini.
5. Seluruh dosen Teknik Mesin Sanata Dharma yang telah membimbing dan memberikan ilmu selama kuliah.
6. Ir. YB. Lukiyanto, M.T kepala lab konversi energi yang telah memberikan tempat untuk lembur mengerjakan alat.
7. Seluruh karyawan sekretariat FST dan laboratorium Teknik Mesin, keamanan, kebersihan yang telah banyak membantu.
8. Drs. Dwi Sujoko, M.T Guru STM Pembangunan yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan alat.
9. Kedua orang tuaku Laurentius Suparman dan Lucia Sri Wahyuni yang telah memberikan dukungan material dan spiritual selama kuliah.
10.Kakakku Agustinus Heru Krisitianto atas semua saran dan dukungan material, adik-adikku Visia Aprina Rini, Albertus Hari Setiawan, Dionisius Dani Putranto, tanpa kalian aku bukan apa-apa dan tidak menjadi kakak.
11.Teman-teman Teknik Mesin angkatan 2005 atas bantuan dan kebersamaannya selama kuliah di Sanata Dharma.
12.Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terimakasih atas semuanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis
Yogyakarta, 24 Januari 2009
Hendrikus Rendi Kurniawan
HALAMAN PENGESAHAN ………..….….….... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….…...…... v
MOTTO ………...…………...……. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………....……… vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI………...………… viii
ABSTRAK ……….………...………... ix
KATAPENGANTAR ………..………. x
DAFTAR ISI ………...……….. xiii
DAFTAR TABEL………... xv
DAFTAR GAMBAR……….. xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1
1.2. Rumusan Maslah ……… 3
1.3. Batasan Masalah ………. 3
1.4. Tujuan Penelitian ……… 3
1.5. Manfaat Penelitian ……….. 4
BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian turbin Aliran Silang ……….. 5
2.2. Bagian turbin Aliran Silang ……… 6
2.3. Pergerakan turbin Aliran Silang ……… 10
2.4. Perancangan Turbin Aliran Silang ……… 12
2.4.1. Segitiga Kecepatan ………. 12
2.4.2. Perhitungan dimensi turbin ……… 14
2.5. Tinjauan Pustaka ………... 20
3.2.1. Rancangan Turbin Aliran Silang ……….. 24
3.2.2. Pembuatan turbin ……….. 31
3.3. Penelitian Alat ………... 41
3.3.1. Persiapan Alat ………... 41
3.3.2. Variable yang Diukur ………....… 44
3.3.3. Variable yang Divariasi ……… 44
3.3.4. Pengambilan Data ……….……… 44
3.3.5. Pengolahan Data dan Analisa ………... 45
3.4. Kesulitan Penelitian………... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Penelitian ……… 48
4.2. Perhitungan Data ……….. 50
4.3. Pembahasan Data ……….………. 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………... 69
5.2. Saran ………. 70
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Tabel 4.3 Data Penelitian untuk debit 10,6 L/s dan Tekanan 5 Psi…………..… 49 Tabel 4.4 Data Penelitian untuk debit 9,3 L/s dan Tekanan 4,5 Psi…….……… 49 Tabel 4.5 Data Penelitian untuk debit 10,6 L/s dan Tekanan 5 Psi…….…….… 50 Tabel 4.6 Hasil Penelitian untuk debit 10,6 L/s dan Tinggi Nosel 9 mm.……… 52 Tabel 4.7 Hasil Penelitian untuk debit 9,3 L/s dan Tinggi Nosel 9 mm.…..…… 54 Tabel 4.8 Hasil Penelitian untuk debit 10,6 L/s dan Tinggi Nosel 14 mm.…..… 56 Tabel 4.9 Hasil Penelitian untuk debit 9,3 L/s dan Tinggi Nosel 14 mm.……… 58 Tabel 4.10 Hasil Penelitian untuk debit 10,6 L/s dan Tinggi Nosel 14 mm.…… 60
Gambar 2.3 Rumah Turbin………. 8
Gambar 2.4 Alternator (Forcefield, 2003)……….. 9
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian……… 23
Gambar 3.2 Sudu yang Sudah Dibelah………. 32
Gambar 3.3 Piringan Runner……… 33
Gambar 3.4 Poros Runner………. 34
Gambar 3.5 Mal dari Plat Besi……….. 35
Gambar 3.6 Las Poros dan Piringan………. 36
Gambar 3.7 Runner yang Rusak………... 36
Gambar 3.8 Pemasangan Sudu pada Mal………. 37
Gambar 3.9 Runner Penelitian……….. 38
Gambar 3.10 Skema Alat Penelitian………..………... 42
Gambar 4.1 Grafik antara Putaran Poros dan Daya Turbin untuk Debit 10,6 L/s 61 Gambar 4.2 Grafik antara Putaran Poros dan Daya Turbin untuk Debit 9,3 L/s.. 62
Gambar 4.3 Grafik antara Putaran Poros dan Efisiensi untuk Debit 10,6 L/s….. 64
Gambar 4.4 Grafik antara Putaran Poros dan Efisiensi untuk Debit 9,3 L/s….... 65
Gambar 4.5 Grafik antara Putaran Poros dan Daya Turbin untuk Debit 10,6 L/s untuk Turbin Cihanjuang dan turbin Busur 950……… 67
Gambar 4.6 Grafik antara Putaran Poros dan Efisiensiuntuk Debit 10,6 L/s untuk Turbin Cihanjuang dan turbin Busur 950……… 68
1.1 Latar Belakang
Listrik merupakan sumber energi utama yang digunakan manusia. Listrik dihasilkan dari suatu sistem pembangkit listrik. Pembangkit listrik yang banyak dikembangkan antara lain adalah pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTG), Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), dan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). PLTU dan PLTD menggunakan sumber energi berupa batubara ataupun minyak bumi. Batubara maupun minyak bumi termasuk sumber energi yang tidak dapat diperbarui. Ketersediaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui di dunia semakin berkurang. Hal tersebut menimbulkan adanya krisis energi sehingga berdampak pada melonjaknya harga minyak bumi. Bahkan akhi-akhir ini di Indonesia sering terjadi pemadaman listrik bergilir. Tentu saja pemadaman listrik bergilir ini sangat merugikan masyarakat karena listrik merupakan motor penggerak ekonomi.
Dalam rangka mengatasi krisis energi tersebut banyak dikembangkan energi baru maupun yang terbarukan. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya. Air juga memiliki potensi yang sangat besar dan dapat
digunakan sebagai sumber energi yang dapat menggantikan penggunaan energi fosil. Air merupakan sumber energi yang bersih karena tidak menghasilkan polutan. Berbeda dengan sumber energi fosil, air tidak mempunyai potensi merusak ozon maupun potensi pemanasan global.
Pembangkit listrik tenaga air menggunakan turbin sebagai alat untuk mengkonversi potensi energi air menjadi energi mekanik untuk memutar generator listrik. Untuk daya yang kecil (mikrohidro/pikohidro) turbin aliran silang (crossflow)
banyak digunakan. Sudu turbin crossflow biasanya dibuat dari pelat yang dilengkung. Pembuatan sudu tersebut tentu saja tidak mudah, apalagi bagi masyarakat kebanyakan. Geometri sudu turbin crossflow sebenarnya sama dengan geometri pipa yang dibelah dengan besar sudut busur tertentu. Oleh karena itu sudu turbin dapat dibuat dari pipa yang dibelah, sehingga pembuatannya lebih mudah. Pembuatan runner yang mudah akan membuat biaya yang dikeluarkan menjadi murah. Masyarakat akan dapat membuat sendiri sehingga masyarakat dapat berswadaya energi listrik. Sampai sekarang ini pemanfaatan pipa dibelah sebagai sudu turbin
crossflow tidak banyak dilakukan sehingga informasi mengenai unjuk kerjanya
1.2 Rumusan Masalah
Kebanyakan sudu turbin aliran silang dibuat dengan menggunakan plat yang dilengkung. Karena membuat sudu turbin aliran silang dengan menggunakan plat yang dilengkung sulit, maka untuk mempermudah pembuatan sudunya dibuat dengan menggunakan pipa yang dibelah dengan diameter 1,25 inch yang dibelah menjadi 3 dengan besar busur sudu 950 dan jumlah sudu 20 buah.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian yang dilakukan banyak sekali macam turbin aliran silang yang digunakan dalam penelitian. Penulis dalam melakukan penelitian membatasi pengertian turbin aliran silang sebagai berikut: runner turbin terbuat dari besi pipa yang dibelah dengan busur sudu 950 dan jumlah sudu 20 buah.
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat :
1. Menambah kepustakaan teknologi pembangkit listrik tenaga air.
2. Diterapkan di masyarakat yang berada dekat sumber air dan belum mendapat pasokan listrik sehingga dapat menyediakan energi listrik secara swadaya.
3. Mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi.
2.1. Pengertian Turbin Aliran Silang
Turbin aliran silang (cross flow) dikembangkan oleh Michell (Australia) dan
Bangki (Honggaria), sehingga turbin ini disebut juga turbin Michell-Bangki. Turbin
aliran silang disebut juga turbin ossberger, yaitu arah aliran masuk air ke sudu turbin
secara radial. Air dialirkan melewati sudu-sudu jalan yang berbentuk silinder,
pertama-tama air dari luar masuk melalui sudu-sudu silinder dan kemudian kemudian
dari dalam keluar melalui sudu-sudu. Aliran air yang melewati sudu ada dua
tingkatan. Tingkatan pertama, air masuk melalui sudu atas. Daya yang dihasilkan
lebih besar dari tingkat pertama yaitu 80 % dari tingkat kedua. Tingkat kedua, air
keluar melalui sudu bagian bawah. Daya yang dihasilkan kurang lebih 20% dari daya
yang dihasilkan pada tingkat pertama.
Turbin aliran silang sangat baik pada putaran spesifik 11 rpm sampai dengan
50 rpm, tergantung pada perbandingan lebar dan besar kelengkungan sudu. Turbin
aliran silang (cross flow) sangat baik digunakan untuk pusat tenaga air yang kecil
dengan daya yang dihasilkan ± 750 KW. Ketinggian head yang bisa digunakan yaitu
diatas 1 m sampai dengan 200 m. kapasitas aliran air 0,02 m3/detik sampai dengan 7
m3/detik. Kecepatan putaran turbin aliran silang antara 60 rpm sampai 200 rpm. Hal
ini dipengarui oleh diameter roda jalan. Aliran turbin aliran silang sangat besar yaitu
mencapai 87,7 %. Dengan daerah daya turbin yang disebut diatas, turbin aliran silang
cocok digunakan untuk menggerakan penggilingan, penggergaji kayu, generator
listrik kecil, pompa-pompa.
2.2. Bagian Turbin Aliran Silang
Pada dasarnya turbin aliran silang terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:
1. Roda Jalan
Roda jalan (runner) turbin aliran silang terdiri dari beberapa sudu yang
dipasang pada sepasang piringan paralel.
2. Nosel
Nosel pada turbin sering disebut dengan alat pengarahl. Nosel pada turbin
aliran silang berbentuk persegi panjang. Ukuran nosel disesuaikan dengan
ukuran roda jalanturbin.
Gambar 2.2 Alat Pengarah
3. Rumah Turbin
Rumah turbin digunakan untuk memasang turbin agar dapat berputar.
Rumah turbin dilengkapi dengan bantalan agar poros turbin dapat berputar
Gambar 2.3 Rumah Turbin
Turbin aliran silang dapat digunakan untuk mengerakan generator listrik kecil.
Untuk itu perlu adanya komponen tambahan yang disebut generator. Pada prinsipnya
generator dapat juga disebut sebagai alternator, tetapi biasanya altenator lebih
mengacu pada bentuk yang lebih kecil yang biasa digunakan pada otomotif. Altenator
adalah suatu alat elektromekanikal yang mengkonversi daya mekanis menjadi energi
elektrik. Altenator memiliki 3 bagian yang penting, yaitu :
1. Rotor
Yang dimakud dengan rotor adalah bagian yang berputar yang menjadi
satu dengan poros alternator yang terdapat magnet permanen atau lilitan
induksi magnet. Pada rotor terdapat bagian yang berfungsi sebagai kutub
magnet yang terletak pada sisi luar dari lilitan. Rotor ditumpu oleh dua
2. Stator
Stator adalah bagian yang statis pada altenator yang berupa inti besi yang
dibungkus dengan kawat tembaga. Bagian ini berupa lilitan yang
berfungsi untuk menghasilkan arus bolak-balik (AC).
3. Dioda
Dioda mengkonversi arus bolak-balik yang dihasilkan oleh pasangan rotor
dan stator menjadi arus searah.
Gambar 2.4Altenator (Forcefield, 2003)
Besarnya arus yang dihasilkan oleh altenator tergantung pada besarnya
putaran alternator dan kekuatan medan magnet. Altenator menghasilkan listrik
dengan prinsip yang sama pada DC generator, yakni adanya arus pengumpan
alternator dapat di ukur arus (I) dan tegangan keluaran (V) yang kemudian
digunakan untuk menentukan besarnya daya yang dihasilkan
2.3. Pergerakan Air Turbin Aliran Silang
Dari kapasitas air dan tinggi jatuh air dapat diperoleh daya air yang tersedia
yaitu :
Pin = ρ g Q H (Dietzel, 1996, hal 2) ... 2.1
Dengan :
ρ = massa jenis air (Kg/m3)
g = percepatan garvitasi (m/detik2)
Q = debit air (m3/detik)
H = Head ketinggian
Pada gambar 2.2 diasumsikan bahwa pancaran air dari nosel masuk kedalam
runner pada titik A dengan sudut α yang bersinggungan dengan keliling roda jalan.
Kecepatan air sebelum memasuki roda jalan dapat dihitung dengan persamaan :
V1 = C(2gH)1/2 (Banki, 2004, hal 6) ... 2.2
dengan :
V1= Kecepatan absolut.
α adalah sudut antara kecepatan absolut dengan kecepatan keliling lingkaran
roda jalan dan β adalah sudut antara kecepatan relatif dengan kecepatan keliling
lingkaran roda jalan dengan indek 1 menandakan kecepatan masuk dan indek 2
menandakan kecepatan keluar sudu jalan turbin.
Gambar 2.5Aliran pergerakan air pada Turbin Aliran Silang (Mockmore, 2004, hal. 6)
Alur pergerakan air pada kenyataannya tidak seperti yang terdapat dalam
Gambar 2.6Defleksi pada pergerakan air pada Turbin Aliran Silang (Mockmore, 2004, hal. 8)
2.4. Perancangan Turbin Aliran Silang
2.4.1 Segitiga Kecepatan
Sudut β1ditentukan oleh nilai α1,V1, dan u1.
Jika u1= ½ V1cos α1... 2.3
maka tan β1= 2 tan α1... 2.4
jika α1= 160, maka β1=290, 500 atau 300 atau nilai pendekatan.
(Mockmore, 2004, hal 10)
β2' adalah sudut sudu keluar sisi atas pada keliling dalam runner. Dengan
asumsi v1 = v2 dan α1 = α 2 untuk membuat aliran pancaran air radial maka
besarnya β2' = 900.
2.4.2 Perhitungan Dimensi Turbin
c. Perbandingan panjang dan diameter turbin
LD1 = 210.6Q/H1/2 (Mockmore, 2004, hal 17) ... 2.7
d. Jari-jari kelengkungan sudu (ρ)
ρ = 0.3261 r1 (Mockmore, 2004, hal 15) ... 2.8
dengan :
e. Lebar velk radial (a)
a = 0,17D1 (Mockmore, 2004, hal 12) ... 2.9
Gambar 2.9Kelengkungan sudu (Mockmore, 2004, hal. 16)
f. Jarak antar sudu (t)
Jarak antar sudu meliputi jarak antar sudu pancaran air masuk (s1),
jarak sudu pancaran air keluar (s2) dan jarak antar sudu (t) (gambar 2.14)
s1= kD1 (Mockmore, 2004, hal 14) ... 2.10
s2 = t(r2/r1) (Mockmore, 2004, hal 11) ... 2.11
Gambar 2.10Jarak antar sudu (Mockmore, 2004, hal. 9)
g. Jumlah sudu (n)
n = л D1/t (Mockmore, 2004, hal 17) ... 2.13
h. Jarak pancaran dari poros (y1) (gambar 2.17)
y1= (0.1986-0.945k) D1 (Mockmore, 2004, hal 14)... 2.14
i. Jarak pancaran dari keliling dalam (y2) (gambar 2.17)
Gambar 2.11Alur pancaran air (Mockmore, 2004, hal. 13)
j. Efisiensi maksimal turbin
jika u
1 = ½ V1cos α1
maka tan β
1= 2 tan α1
ψ = koefisien empiris yang nilainya sekitar (0,98) (Mockmore, 2004,
hal 9)
k. Nosel
Nosel pada turbin crossflow berbentuk persegi panjang. Ukuran nosel
ditentukan dengan :
A = Q/V1 (Mockmore, 2004, hal 17) ………... 2.17
So = A / L (Mockmore, 2004, hal 17) ... 2.18
l. Sudut pusat sudu jalan (gambar 2.12)
Tan ½ δ = cosβ1/(sin β1 + r2/r1) (Mockmore, 2004, hal 15)….... 2.19
m. Perhitungan poros
Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan poros sebagai
berikut ;
• P = daya yang ditransmisikan (kW)
• Fc = faktor koreksi (Sularso, 2004, hal. 7)
• n = putaran poros (rpm)
Pd = fc×P (kW) ... 2.20
• T = momen puntir rencana (kg.mm)
T = 9,74 × 105 × Pd/n... 2.21
• σB = kekuatan tarik bahan (kg/mm
2
)
• Cb = faktor Cb nilainya 1,2 sampai 2,3. Jika diperkirakan tidak
terjadi pembebanan lentur maka Cb = 1.
• Kt = faktor Kt dipilih 1,0 jika beban dikenakan secara halus;
1,0-1,5 jika dikenakan sedikit beban kejutan atau tumbukan; dan 1,0-
1,5-3,0 jika beban kejutan atau tumbukan besar.
(
Sf1 Sf2)
n. Perhitungan Daya yang Tersedia (Pin)
P =
o. Perhitungan Daya Alternator (Pout)
Dengan :
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere)
p. Perhitungan Torsi Turbin (T)
T =
n = Putaran generator
q. Perhitungan Efisiensi Total (η)
r. Perhitungan kecepatan spesifik
nq = 0,75 H
Q
n ………. 2.28
2.5. Tinjauan Pustaka
Unjuk kerja turbin crossflow dipengaruhi oleh banyak parameter antara lain
adalah jumlah sudu, sudut pancaran air masuk, sudut keluar, posisi pancaran air
diameter dalam dan diameter luar serta manufaktur runner maupun nosel. Penelitian
tentang turbin crossflow banyak dilakukan untuk sudu yang dibuat dari plat yang
dilengkung. Turbin crossflow yang dilengkapi dengan saluran pengarah di dalam roda
jalan pernah dibuat dan diuji (Olgun, 2000). Saluran pengarah dibuat dengan tujuan
untuk mengumpulkan dan mengarahkan air yang keluar dari sudu atas agar dapat
menuju sudu bawah dengan lebih baik. Tiga bentuk saluran telah dibuat dan diuji
dengan berbagai variasi posisi saluran pengarah serta variasi bukaan nosel.
Penambahan saluran didalam roda jalan ternyata tidak menaikkan efisiensi tetapi
justru menurunkan efisiensi turbin crossflow sebesar 5 %.
Penelitian terhadap pengaruh perbandingan diameter dalam dan diameter luar
runner juga telah dilakukan (Olgun, 1998). Dalam penelitian ini digunakan 4 buah
roda jalan. Runner yang diuji mempunyai jumlah sudu 28 buah, diameter luar 170
mm, dan lebar 114 mm. Perbandingan diameter dalam dan diameter luar untuk tiap
rosa jalan dibuat berbeda. Perbandingan diameter dalam dan diameter luar yang
digunakan adalah 0,75; 0,67; 0,58; dan 0,54. Sudut masuk pancaran air dipilih
sebesar 16o. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi tertinggi dicapai pada
perbandingan 0,75 dan terendah pada perbandingan 0,54 dengan perbedaan sebesar
3%. Efisiensi tertinggi yang bisa dicapai adalah sebesar 72%.
Penelitian terhadap pengaruh sudut nosel menunjukkan bahwa efisiensi akan
semakin besar jika sudut nosel semakin besar (Khosrowpanah, 1988). Penelitian ini
jalan dengan diameter setengah dari diameter roda jalan yang lain, sedangkan jumlah
sudunya 20. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa efisiensi tertinggi dari tiap
roda jalan dicapai pada kecepatan spesifik yang sama. Semakin banyak jumlah sudu
akan memberikan efisiensi yang semakin tinggi, namun jumlah sudu tersebut ada
batasnya. Untuk sudut nosel tertentu efisiensi maksimum dicapai pada jumlah sudu
3.1. Diagram Alir Penelitian
START
STUDI PUSTAKA
PERANCANGAN TURBIN ALIRAN SILANG
PEMBUATAN TURBIN ALIRAN SILANG
PENELITIAN TURBIN ALIRAN SILANG
PENGAMBILAN DATA
PENGOLAHAN DATA
SELESAI
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3.2. Pembuatan Alat
3.2.1. Rancangan Turbin Aliran Silang
Dalam merancang sebuah Turbin Aliran Silang diperlukan parameter yang
diketahui sebagai dasar perancangan untuk perhitungan parameter-parameter lain.
Dalam perancangan ini terdapat parameter yang diketahui yaitu :
Tinggi tekan / head (H) = 4,5 meter
= 14,765 ft
Kapasitas aliran / Debit (Q) = 8 liter/detik
= 0.283 cfs
Diameter pipa untuk sudu (d1) = 1,25 inchi
Koefisien nosel (C) = 0,98
Faktor koreksi (k) = 0,087
Sudut masuk (α
1) = 16º
Sudut keluar (β2') = 90°
Perhitungan :
Perancangan Turbin Aliran Silang dengan sudu jalan yang terbuat dari pipa
berdiameter 1,25 in (0,104167 ft).
a. Kecepatan air sebelum masuk roda jalan
gH
b. Jari-jari kelengkungan sudu turbin (ρ)
d. Panjang roda jalan
e. Kecepatan putar roda jalan (N)
f. Lebar nosel
g. Jarak sudu pada roda jalan (t)
h. Jumlah sudu (n)
k. Jarak pancaran air dari pusat poros (y1)
y1 = (0,1986 – 0,945 x k) x D1
=(0,1986 – 0,945 x 0,087) x 3,834
l. Daya yang tersedia (Pin)
h. Perhitungan Poros
Menghitung torsi :
=
i. Geometri Turbin Aliran Silang dalam pembuatan
3.2.2. Pembuatan Turbin
a. Pembuatan Kerangka Turbin
Sebelum membuat turbin aliran silang terlebih dahulu membuat kerangka
turbin. Kerangka turbin digunakan untuk menempatkan generator, puli, pompa, bak
penampungan air, dan unit turbin. Pembuatan kerangka didarsarkan pada
perancangan yang telah ada. Proses pembuatan kerangka turbin :
1. Mengukur rangka dudukan generator, puli, rumah turbin dan bak
penampungan air.
2. Membuat sketsa rangka dan menggambar kerangka.
3. Membeli bahan yang diperlukan, besi L dan plat besi.
4. Memotong bahan sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.
5. Membuat lubang untuk baut dengan mesin bor.
6. Semua potongan dilas dan dibentuk sesuai dengan sketsa.
7. Mengelas dudukan roda dan memasang roda.
8. Bak penampungan air dibuat dan dipasang.
b. Pembuatan Roda Jalan (runner)
Bagian penting dari turbin aliran silang yaitu roda jalan atau roda jalan. Proses
pembuatan roda jalan memerlukan tahapan-tahapan tertentu dan berbeda-beda.
Tahapan yang dilakukan penulis dalam membuat roda jalan yaitu :
1. Pembuatan Sudu
Sudu turbin dibuat dari pipa yang dibelah. Pipa yang digunakan
berdiameter 31,75 mm, panjang pipa untuk sudu 104 mm, dan tebal 1,5
mm. Pipa yang akan dibelah diberi mal dan digaris. Tujuannya untuk
memmudahkan dalam pembelahan. Pipa dibelah dengan menggunakan
mesin sekrap. Pipa dibelah menjadi tiga bagian dengan besar busur sudu
950.
Sudu yang digunakan dalam pembuatan turbin 20 buah.
2. Pembuatan Piringan
Piringan roda jalan dibuat dari plat besi dengan diameter 98 mm dan
tebal 5 mm dan berjumlah 2 buah.
Gambar 3.3 Piringan Runner
Piringan yang dibuat menyerupai piringan pada roda jalan turbin buatan
Cihanjuang. Piringan digunakan sebagai tempat menempelnya
sudu-sudu turbin.
3. Pembuatan Poros
Poros dibuat dari besi pejal dengan panjang 290 mm dan diameter 28
mm. Pembuatan poros menggunakan mesin bubut. Poros dibentuk
Gambar 3.4 Poros Runner
Bagian tengah poros yang digunakan dalam penelitian kali ini dibuat
kecil dengan diameter 9 mm. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya pancaran air yang masuk dan keluar dari sudu-sudu turbin
terhambat oleh poros yang ditengah-tengah turbin. Akibatnya, aliran
tidak berbentuk silang.
4. Pembuatan mal
Mal digunakan untuk memudahkan pemasangan sudu pada kedua
piringan. Pemasangan sudu dengan menggunakan mal bertujuan agar
sudu yang dipasang pada kedua piringan dapat presisi. Mal dibuat dari
seng (pembuatan pertama) dan dari plat besi (pembuatan kedua) dengan
Gambar 3.5 Mal dari Plat Besi
Mal yang dibuat 2 buah. Masing-masing mal ditempelkan pada piringan
roda jalan sebelum dilakukan pengelasan sudu.
5. Pembuatan Roda Jalan (runner)
Roda jalan yang digunakan dalam penelitian dibuat dengan dua kali
proses pembuatan :
1). Pembuatan roda jalan pertama
Komponen roda jalan yang sudah dibuat kemudian dilas. Pertama
poros dan piringan dilas dengan menggunakan las listrik. Piringan
dipasang berhadapan dengan jarak 104 mm. Pengelasan harus
dilakukan dengan benar dan teliti agar hasilnya simetris dan tidak
Gambar 3.6 Las poros dan piringan
Langkah kedua, piringan yang sudah dimal dengan seng kemudian
dipasangi sudu satu persatu dengan cara dilas dengan kuningan.
Pengelasan yang dilakukan hanya pada bagian luar hingga tengah
sudu, sehingga tidak semua bagian sudu dilas penuh. Inilah yang
disebut roda jalan.
Gambar 3.7 Runner yang Rusak
Langkah ketiga, roda jalan yang sudah jadi, dilakukan finishing
dengan mesin bubut. Tujuannya agar permukaan turbin rata
roda jalan dibubut, terjadi kesalahan sehingga sudu roda jalan
hancur dan lepas dari piringan.
2). Pembuatan roda jalan kedua
Proses pembuatan roda jalan kedua tidak jauh berbeda dengan
proses pembuatan pertama. Perbedaannya pada pembuatan roda
jalan kedua menggunakan mal dari plat besi, tidak menggunakan
seng lagi. Langkah pertama yang dilakukan yaitu mencopot
sudu-sudu lama yang sudah dilas pada piringan. Mal dibuat presisi
dengan piringan yang sudah dilas pada poros dengan cara
dijepitkan pada masing-masing piringan.
Sudu-sudu yang baru kemudian dipasang pada mal dengan cara
dilas pada bagian ujungnya. Pengelasan sudu dilakukan secara
bertahap. Hanya empat buah sudu yang dipasang terlebih dahulu.
Tujuannya agar pemasangan sudu dapat presisi dengan mal.
Setelah presisi, mal dilepas dari piringan. Sudu dipasang
satu-persatu pada mal.
Gambar 3.9 Runner Penelitian
Langkah kedua, mal yang sudah dipasangi sudu kemudian
dipotong bentuk V. fungsinya yaitu untuk memudahkan
pemasangan mal pada piringan. Pemasangan mal seperti
pemasangan pusel. Mal dan piringan selanjutnya dilas merata.
Langkah ketiga yaitu finishing. Finishing menggunakan mesin
dibubut, kemudian roda jalan digerinda untuk merapikan sisa-sisa
las yang menonjol dan sudu yang agak tertutup.
c. Perakitan Turbin Aliran Silang
Tahap terakhir sebelum pengujian alat dilakukan yaitu perakitan turbin.
Perakitan dilakukan sesuai dengan rancangan yang sudah ditetapkan. Pemasangan
turbin yang tepat dapat menghindari :
1. Ketidaklurusan bahkan pergeseran antara poros turbin dan poros puli
turbin dan juga antara poros generator dengan poros puli generator.
2. Kebocoran antara turbin dan base frame, antara turbin dengan nosel, dan
antara nosel dengan penstock.
3. Flat belt selalu lepas pada saat beroperasi.
Langkah-langkah pemasangan turbin aliran silang :
1. Pemasangan unit turbin dan unit puli turbin
Rumah turbin dipasang pada kerangka dan dudukan yang telah
ditetapkan. Rumah turbin dipasang tepat diatas bak penampungan air.
Sebelum pemasangan rumah turbin pada kerangka, sebaiknya diberi
sealer agar tidak terjadi kebocoran pada sambungan. Selanjutnya baut
Setelah rumah turbin dipasang, puli turbin dipasang. Pemasangan puli
harus lurus dengan poros turbin. Tujuanya agar putaran turbin dapat
maksimal.
2. Pemasangan unit generator dan unit puli generator
Pemasang pertama yang dilakukan yaitu pemasangan puli generator. puli
generator harus dipasang simetris dengan puli turbin dan puli generator
diatur agar sabuk tidak kendur. Tujuannya agar pada saat puli berputar
sabuk tidak lepas. Selanjutnya baut dipasang.
Generator selanjutnya dipasang. Saat pemasangan generator, poros pada
generator harus lurus seperti rumah turbin dan puli turbin. Jika sudah
lurus, generator dikencang dengan pengatur yang ada dan baut dipasang.
3. Pemasangan pompa dan pipa saluran air
Pompa yang digunakan ada dua buah dan dipasang paralel. Pompa
dipasang pada tempat yang telah ditentukan. Saluran hisap pompa harus
dipasang sejajar dengan lubang pada bak penampungan. Saluran buang
pipa dibuat dua, satu untuk masuk nosel dan satu untuk pembuangan ke
bak. Pemasangan pipa harus sejajar dengan masukan nosel dan tegak
4. Pemasangan rangkaian listrik
Rangkaian listrik yang digunakan sederhana, hanya menghubungkan
rangkaian dari generator ke Panel Hubung Bagi (PHB) selanjutnya ke
beban. Pemasangan dilakukan menurut skema yang ada.
3.3. Penelitian Alat
3.3.1. Persiapan Alat
1. Peralatan yang digunakan :
a. Roda jalan turbin aliran silang yang sudunya dibuat dari pipa besi yang
dibelah. Diameter pipa untuk sudu 1,25 inch. Diameter roda jalan adalah
98 mm dengan panjang runner 104 mm. Jumlah sudu yang digunakan
adalah 20. Besar busur sudu 950.
b. Rumah turbin yang terdapat nosel yang penampangnya berbentuk persegi
panjang.
c. Pompa air berkapasitas 600 liter/menit, daya 327 watt, putaran 1500 rpm,
dan head maksimum 22 meter.
d. Alternator untuk membangkitkan listrik yang dapat menghasilkan
tegangan dan arus.
e. Lampu sebagai beban dengan daya masing-masing lampu 10, 15, 25, 40,
f. Transmisi sabuk dan puli dengan angka transmisi 1:2.
g. Pipa PVC berdiameter 2 inch dan water mur sebagai penstock dan saluran
air.
h. Multimeter, digunakan untuk mengukur arus dan tegangan yang
dihasilkan oleh generator.
2. Skema Alat
3. Cara Kerja
Turbin aliaran silang akan bekerja jika ada aliran air yang memiliki
ketinggian head seperti aliran sungai atau air terjun. Pada penelitian ini, aliran
sungai akan diganti dengan pompa listrik yang berkapisitas 10 l/s dan head 22 m.
Pompa yang digunakan ada dua buah.
Turbin aliran silang yang digunakan dalam penelitian menggunakan sistem
aliran tertutup. Air yang melewati turbin akan digunakan kembali dalam proses
selanjutnya. Pompa akan mengalirkan air yang ditampung pada sebuah bak
dengan kapasitas 240 liter. Air akan dipompa menuju ke nosel melalui pipa
penstock berdiameter 2 inchi. Untuk mengatur debit dipasang dua buah kran pada
sisi buang dan sisi masuk nosel. Sedangkan untuk mengatur nosel menggunakan
kontrol yang terdapat pada rumah turbin.
Air yang masuk ke nosel akan menyembur mengenai sudu-sudu turbin. Air
akan memutar turbin dan akan kembali dalam bak penampungan. Turbin yang
berputar akan menggerakan puli turbin dan selanjutnya akan menggerakan puli
generator dan memutar generator. Generator yang berputar akan menyebabkan
terjadinya perbedaan medan magnet sehingga menghasilkan listrik. Arus listrik
akan disalurkan menuju PHB (Panel hubung Bagi). Dari PHB arus akan dialirkan
3.3.1. Variabel yang Diukur
1. Putaran generator
2. Tegangan yang dihasilkan generator
3. Arus yang dihasilkan generator
4. Tekanan pompa
3.3.2. Variabel yang Divariasi
1. Debit air : 10,6 l/s, 9,3 l/s, 8,3 l/s.
2. Tinggi nosel : 4 mm, 9 mm, 14 mm.
3. Beban alternator : 10, 15, 25, 40, 60, 100 watt
3.3.3. Pengambilan Data
Langkah pengambilan data yang harus dilakukan
1. Atur pemasangan kabel-kabel yang menghubungkan generator, beban,
dan multimeter dan siapkan rangkaian lampu 10, 15, 25, 40, 60, 100
watt untuk beban alternator
2. Pasang roda jalan busur sudu 95o pada rumah turbin.
3. Isi bak penampunngan dengan air.
5. Hidupkan pompa air pertama (saluran hisapnya sejajar dengan lubang
keluar air pada bak). Sebelumnya tutup kran yang menuju ke roda jalan
dan buka penuh kran yang menuju pembuangan.
6. Hidupkan pompa kedua, tetapi sebelumnya hubungkan saluran hisap
pompa kedua dengan saluran buang pompa pertama yang sudah nyala.
7. Atur debit pada keluaran 10,6 l/s dengan cara membuka kran menuju
roda jalan dan menutup kran menuju pembuangan.
8. Ukur dan catat tekanan yang dihasilkan pompa.
9. Pasang beban 10 watt.
10.Ukur dan catat putaran turbin.
11.Ukur dan catat tegangan dan arus listrik yang dihasilkan generator
12.Ulangi langkah 9 s/d 10 untuk beban 15, 25, 40, 60, 100 watt.
13.Ulangi langkah 4 s/d 11 untuk variasi ketinggian nozzle 9 mm dan 14
mm dan variasi debit 9,3 l/s dan 8,3 l/s.
14.Matikan pompa.
3.3.4. Pengolahan dan Anilisi Data
Setelah pengambilan data dilakukan, maka dilakukan pengolahan data
sebagai berikut :
1. Hitung potensi daya air dengan persamaan 2.1 untuk tiap variasi debit
2. Hitung daya yang dihasilkan alternator dengan persamaan 2.25 untuk
tiap variasi beban alternator, ketinggian nosel, debit.
3. Hitung efisiensi total dengan persamaan 2.27 untuk tiap variasi beban
alternator, ketinggian nosel, debit.
4. Hitung putaran spesifik turbin untuk tiap variasi dengan menggunakan
persamaan 2.28.
5. Analisis dilakukan dengan membuat grafik hubungan putaran turbin
dengan daya dan grafik hubungan putaran turbin dengan efisiensi untuk
tiap variasi beban generator, ketinggian nosel, debit dan busur sudu.
3.4 Kesulitan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian dan penulisan Tugas Akhir ini
masih terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan, hal ini terjadi karena beberapa
faktor berikut :
1. Faktor Internal
a. Keterbatasan pengetahuan penulis akan pembuatan roda jalan turbin
aliran silang sehingga roda jalan yang dibuat oleng dan hasil penelitian
2. Faktor Eksternal
a. Pada saat roda jalan sudah jadi, alat uji turbin belum sepenuhnya jadi,
sehingga penulis harus menyelesaikan alat uji sebelum melakukan
pengujian. Pembuatan alat uji memerlukan waktu yang cukup lama.
b. Keterbatasan waktu bekerja di labaoratorium sehingga untuk
menyelesaikan alat harus ditunda pengerjaannya.
c. Alat-alat yang dimiliki laboratorium teknik mesin kurang lengkap dan
terbatas, sehingga untuk menggunakan satu macam alat harus
bergantian.
d. Alat ukur yang dimiliki sangat terbatas dan tidak dapat bekerja dengan
baik. Sehingga dalam penelitian penulis harus mencari dan meminjam
alat dari prodi lain.
e. Tidak adanya skema tentang rangkaian listrik dan buku tentang PHB
4.1. Data Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan varisai debit, ketinggian
nosel, dan beban hasilnya sebagai berikut :
1. Tinggi nosel 4 mm
Untuk penelitian tinggi nosel 4 mm, tidak diperoleh data yang sesuai
untuk perhitungan data.
2. Tinggi nosel 9 mm
Tabel 4.2 Data Penelitian untuk Debit 9,3 l/s dan Tekanan 8 Psi
Tabel 4.3 Data Penelitian untuk Debit 10,6 l/s dan Tekanan 5 Psi Beban
Tabel 4.4 Data Penelitian untuk Debit 9,3 l/s dan tekanan 4,5 Psi
4. Turbin Cihanjuang
Data yang digunakan yaitu data yang mempunya daya paling besar.
Daya terbesar dari turbin ini terjadi pada tinngi nosel 14 mm, tekanan 3 Psi
dan debit 10,6 L/s.
Tabel 4.5 Data Penelitian untuk Debit 10,6 l/s dan Tekanan 5 Psi Beban
Berdasarkan data hasil penelitian, maka pengolahan data yang dapat
dilakukan sebagai berikut :
1. Ketinggian nosel 9 mm
a. Perhitungan untuk debit 10,6 l/s, contoh untuk beban 10 Watt.
Perhitungan daya
• Daya yang tersedia (Pin)
Kecepatan spesifik (nq)
nq = 0,75
• Daya yang dihasilkan generator (Pout)
Arus pengukuran (I) = 0,3 x 200 mA
= 0,06 A
Tegangan terukur (V) = 165 Volt
= 165 x 0,06
= 9,9 Watt
Perhitungan effisiensi total
Effisiensi total (η) = ×100%
Hasil perhitungan untuk beban yang lain dituliskan dalam tabel berikut :
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan untuk Debit 10,6 L/s dan Tinggi Nosel 9 mm Tegangan
b. Perhitungan untuk debit 9,3 l/s, contoh untuk beban 10 Watt.
Perhitungan daya
Daya yang dihitung ada dua macam :
• Daya yang tersedia (Pin)
Tekanan pompa = 8 Psi
Head (H) = 5,63 m
Kecepatan spesifik (nq)
nq = 0,75
• Daya yang dihasilkan generator (Pout)
Arus pengukuran (I) = 0,2 x 200 mA
= 0,04 A
Tegangan terukur (V) = 155 Volt
Daya (Pout) = V x I
= 155 x 0,04
Perhitungan effisiensi total
Hasil perhitungan untuk beban yang lain dituliskan dalam tabel berikut :
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan untuk Debit 9,3 l/s dan Tinggi Nosel 9 mm Tegangan
3. Ketinggian nosel 14 mm
a. Perhitungan untuk debit 10,6 l/s, contoh untuk beban 10 Watt.
Perhitungan daya
Daya yang dihitung ada dua macam :
• Daya yang tersedia (Pin)
= 3,5154 m H2O
Kecepatan spesifik (nq)
nq = 0,75
• Daya yang dihasilkan generator (Pout)
Arus pengukuran (I) = 0,3 x 200 mA
= 0,06 A
Tegangan terukur (V) = 155 Volt
Daya (Pout) = V x I
= 9,3Watt
Perhitungan effisiensi total
Effisiensi total (η) = ×100%
Hasil perhitungan untuk beban yang lain dituliskan dalam tabel berikut :
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan untuk Debit 10,6 l/s dan Tinggi Nosel 14 mm Tegangan
b. Perhitungan untuk debit 9,3 l/s, contoh untuk beban 10 Watt.
Perhitungan daya
Daya yang dihitung ada dua macam :
• Daya yang tersedia (Pin)
Tekanan pompa = 4,5 Psi
Head (H) = 3,16 m
Kecepatan spesifik (nq)
nq = 0,75
• Daya yang dihasilkan generator (Pout)
Arus pengukuran (I) = 0,2 x 200 mA
= 0,04 A
Tegangan terukur (V) = 140 Volt
Daya (Pout) = V x I
= 140 x 0,04
Perhitungan effisiensi total
Hasil perhitungan untuk beban yang lain dituliskan dalam tabel berikut :
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan untuk Debit 9,3 l/s dan Tinggi Nosel 14 mm Tegangan 125 0,08 288,64 10,0 3,46 15,87
4. Turbin Aliran Silang Cihanjuang
Perhitungan untuk debit 10,6 l/s, contoh untuk beban 10 Watt.
Perhitungan daya
Daya yang dihitung ada dua macam :
• Daya yang tersedia (Pin)
Tekanan pompa =3,5 Psi
Head (H) = 2,46 m
• Daya yang dihasilkan generator (Pout)
Arus pengukuran (I) = 0,5 x 200 mA
= 0,1 A
Tegangan terukur (V) = 185 Volt
Daya (Pout) = V x I
= 185 x 0,1
= 18,5 Watt
Perhitungan effisiensi total
Hasil perhitungan untuk beban yang lain dituliskan dalam tabel berikut :
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan untuk Debit 10,6 l/s dan Tinggi Nosel 14 mm Tegangan
(Volt)
Arus (A)
Pin
(Watt)
Pout
(Watt)
Effisiensi (%)
185,0 2,5 255,88 18,50 5,06
180,0 3,0 255,88 21,60 5,91
177,5 4,5 255,88 31,95 8,74
170,0 5,0 255,88 34,00 9,30
160,0 8,0 255,88 51,20 14,01
4.3. Pembahasan Data
4.3.1. Pembahasan tentang daya yang dihasilkan alternator dengan putaran
turbin secara keseluruhan
1. Untuk debit 10,6 l/s
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Daya Keluaran dengan Putaran Generator untuk Debit 10,6 l/s
Daya terbesar untuk debit 10 l/s terjadi pada tinggi nosel 9 mm dan
putaran 791 rpm yaitu 19,2 watt. Daya maksimum terjadi saat lampu
diberi beban 60 watt. Tinggi nosel 14 mm, daya terbesar yang dapat
dihasilkan turbin yaitu 14,5 pada putaran 796,7 rpm saat lampu diberi
2. Untuk debit 9,3 l/s
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Daya Keluaran dengan Putaran Generator untuk Debit 9,3 l/s
Daya terbesar untuk debit 9,3 l/s terjadi pada tinggi nosel 9 mm
dan putaran 793,4 rpm yaitu 16,8 watt. Daya maksimum terjadi saat lampu
diberi beban 60 watt. Tinggi nosel 14 mm, daya terbesar yang dapat
dihasilkan turbin yaitu 10 watt pada putaran 780,2 rpm saat lampu diberi
Pembahasan untuk kedua grafik diatas :
Pada tinggi nosel 9 mm selalu memiliki daya yang lebih besar dari
pada ketinggian 14 mm. Hal ini dikarenakan semakin kecil sudut nosel
maka daya yang dihasilkan akan makin baik. Akan tetapi, sudut terkecil
dari nosel agar turbin dapat bekerja dengan baik mempunyai batas. Pada
penelitian ini, batas terkecil dari sudut nosel yaitu pada ketinggian 4 mm.
Semakin besar putaran poros, maka daya yang terjadi akan makin
kecil. Hal ini karena penurunan tegangan akibat beban diikuti dengan
kenaikan arus. Perbandingan antara penurunan tegangan lebih kecil
dibanding dengan perbandingan kenaikan arus. Daya yang dihasilkan oleh
turbin memiliki batas maksimum. Setelah mencapai batas maksimum,
maka daya akan turun. Kenaikan dan penurunan daya seperti dasar teori
(Mock More, hal 20).
Turbin yang digunakan dalam penelitian tidak menghasilkan daya
yang baik karena debit yang digunakan tidak masuk dalam daerah
penggunaan turbin aliran silang yang baik. Pada buku fritz dietzel turbin
akan bekerja dengan baik jika pada debit minimal 0,02 m3/s. Sedangkan
pada penelitian, debit yang digunakan hanya 0,0106 m3/s. Putaran spesifik
untuk debit 10 l/s tidak masuk dalam daerah turbin aliran silang dan pada
4.3.2. Pembahasan tentang effisiensi turbin dengan putran turbin secara
keseluruhan
1. Untuk debit 10,6 l/s
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Putaran Generator untuk Debit 10,6 l/s
Efisiensi terbesar untuk debit 10,6 l/s terjadi pada tinggi nosel 14
mm dan putaran 796,7 rpm, yaitu 3,97 %. Efisiensi maksimum terjadi saat
lampu diberi beban 25 watt. Tinggi nosel 9 mm, efisiensi terbesar yang
dapat dihasilkan turbin yaitu 2,92 % pada putaran 793,4 rpm saat lampu
2. Untuk debit 9,3 l/s
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Putaran Generator untuk Debit 10,6 l/s
Daya terbesar untuk debit 9,3 l/s terjadi pada tinggi nosel 14 mm
dan putaran 780,2 rpm yaitu 3,46 %. Efisiensi maksimum terjadi saat
lampu diberi beban 40 watt. Tinggi nosel 9 mm, daya terbesar yang dapat
dihasilkan turbin yaitu 3,27 % pada putaran 793,4 rpm saat lampu diberi
beban 60 watt.
Pembahasan untuk kedua grafik diatas :
Efisiensi terbesar selalu terjadi pada tinggi nosel 14 mm. Semakin
tekanan yang dihasilkan, maka daya yang tersedia makin besar. Sehingga
efisiensi akan turun jika daya yang tersedia makin besar.
Semakin besar putaran poros maka efisiensi yang dihasilkan makin
kecil. Hal ini dikarenakan efisiensi bergantung pada daya yang dihasilkan
turbin. Semakin besar daya turbin, maka efisiensi makin besar. Karena
daya yang tersedia tetap sedangkan daya yang dihasilkan turbin selalu
berubah-ubah tergantung pada kenaikan arus maupun penurunan
tegangan. Efisiensi merupakan perbandingan antara daya yang dihasilkan
dengan daya yang tersedia. Efisiensi yang terjadi pada turbin memiliki
batas maksimum. Setelah mencapai batas maksimum, maka efisiensi akan
turun. Kenaikan dan penurunan efisiensi seperti pada dasar teori (Mock
4.3.3. Pembahasan tentang perbandingan antara turbin Cihanjuang dengan dan
turbin busur sudu 950
1. Daya dan putaran poros
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Daya Keluaran dengan Putaran Generator untuk Turbin Cihanjuang dan Turbin Busur 950
Turbin dari cihanjuang memiliki daya yang lebih besar. Hal ini
disebabkan karena besar busur sudu untuk sudut nosel 16 adalah 740. Pada
turbin cihanjuang besar busur sudu adalah 740, sehingga daya yang
dihasilkan akan lebih baik. Selain itu, jumlah sudu turbin cihanjuang lebih
banyak. Semakin banyak jumlah sudu, maka daya yang dihasilkan makin
2. Efisiensi dan putaran poros
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Putaran Generator untuk Turbin Cihanjuang dan Turbin Busur 950
Turbin cihanjuang memiliki efisiensi yang lebih besar dan lebih
baik. Karena efisiensi sangat tergantung pada daya yang dihasilkan oleh
turbin. Telah diketahui bahwa daya turbin cihanjuang lebih besar,
69
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian turbin aliran silang yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Pada variasi tinggi nozzle 9 mm daya keluaran paling besar adalah 19,2 watt, yang diperoleh pada debit 10,6 l/s dan putaran 792,9 rpm.
2. Pada variasi tinggi nozzle 14 mm daya keluaran paling besar adalah 14,5 watt, yang diperoleh pada debit 10,6 l/s dan putaran 785,4 rpm.
3. Pada tinggi nosel 9 mm dan efisiensi total yang paling besar adalah 3,97%, yang diperoleh pada debit 9,3 l/s dan putaran 796,7 rpm.
4. Pada tinggi nosel 14 mm dan efisiensi total yang paling besar adalah 3,46%, yang diperoleh pada debit 9,3 l/s dan putaran 780,2 rpm.
5. Pada ketiga variasi ketinggian nosel, ketinggian nosel 9 mm merupakan ketinggian nosel yang baik.
5.2. Saran
1. Dalam pembuatan runner hendaknya menggunakan piringan yang sudah dimal dengan mesin CNC. Pemasangan sudu dengan menggunakan mal bertujuan agar pemasangan sudu mudah dan sudu dapat presisi.
2. Pada ujung piringan sebaiknya dibuat lebih tipis ketebalannya dibanding pada dasar piringan. Tujuannya untuk menghindari gesekan antara rumah turbin dengan runner.
3. Pengelasan pada runner sebiknya dilakukan sekali dan tidak berkali-kali agar poros tidak bengkong dan turbin tidak oleng.
4. Jika ingin membuat runner yang dimensinya sama dengan cihanjuang sebaiknya melakukan pengukuran yang teliti dan tepat agar turbin dapat masuk dalam rumah turbin dan tidak terjadi gesekan.
5. Menggunakan flow meter agar besar debit yang digunakan dalam penelitian dapat diatur dengan tepat dan benar.
6. Mengurangi belokan saluran air dalam alat penelitian agar rugi-rugi dapat diperkecil.
7. Sebelum melakukan pengambilan data hendaknya periksalah alat ukur yang ada supaya data yang diperoleh dapat maksimal.
Dietzel, Fritz , 1996, Turbin Pompa dan Kompresor, cetakan ke-5, Penerbit Erlangga, Jakarta
Joshi, C. B., Seshadri, V., Singh, S. N., Parametric Study on Performance of Cross-Flow , Journal of Energy Engineering, Vol. 121, No. 1, April 1995, pp. 28-45 Khosrowpanah, S, Fiuzat, A. A., Albertson, M., L., Experimental Study of
Cross-Flow Turbine, Journal of Hydraulic Engineering, Vol. 114, No. 3, March 1988, pp. 299-314
Mockmore, CA., 1949, The Banki Water Turbine, Oregon State College.
Olgun , H, 2000, Effect of interior guide tubes in cross-flow turbine runner on
turbine performance, International Journal of Energy Research, Volume 24
Issue 11 , September 2000, Pages 935 – 964
Olgun, H , 1998, Investigation of the performance of a cross-flow turbine,
a. Tinggi nosel 4 mm
Tabel Data Penelitian untuk Debit 10,6 l/s dan Tekanan 13.8 Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
(x 200 mA) Putaran Keterangan
1 10 60 0,1 743,6 tidak kuat
Tabel Data Penelitian untuk Debit 9,3 l/s dan Tekanan 13 Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
(Watt) (Volt) (x 200 mA)
Tabel Data Penelitian untuk Debit 9,3 l/s dan Tekanan 8 Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
(x 200 mA) Putaran Keterangan
1 10 155 0,2 800,6
Tabel Data Penelitian untuk Debit 8,3 l/s dan Tekanan 7 Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
(Watt) (Volt) (x 200 mA)
Tabel Data Penelitian untuk Debit 9,3 l/s dan Tekanan 4,5 Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
(x 200 mA) Putaran Keterangan
1 10 140 0,2 785,8
Tabel Data Penelitian untuk Debit 8,3 l/s dan Tekanan 4 Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
a. Tinggi nosel 4 mm
Tabel Data Penelitian untuk Debit 10,6 l/s dan Tekanan 14,6 Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
(x 200 mA) Putaran Keterangan
1 10 160 0,3 808,2
Tabel Data Penelitian untuk Debit 9,3 l/s dan Tekanan 13,6 Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
1 10 135 0,3 772,5
Tabel Data Penelitian untuk Debit 10,6 l/s dan Tekanan 9,6 Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
(x 200 mA) Putaran Keterangan
1 10 190 0,6 861,1
Tabel Data Penelitian untuk Debit 9,3 l/s dan Tekanan 8,5 Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
1 10 160 0,3 807,2
Tabel Data Penelitian untuk Debit 10,6 l/s dan Tekanan 5 Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
(x 200 mA) Putaran Keterangan
1 10 185,0 0,5 856,3
Tabel Data Penelitian untuk Debit 9,3 l/s dan Tekanan 4,1Psi
NO Beban (Watt)
Tegangan (Volt)
Arus
1 10 150 0,4 806,8 2 15 148 0,6 791,3 3 25 142 0,8 782,6 4 40 135 0,9 780,1