KATA PENGANTAR
Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Riau disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Dokumen ini memuat tentang gambaran umum pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Riau, isu-isu strategis, visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan strategi pembangunan serta program dan kegiatan dalam periode 5 tahun (2014-2019). Penyusunannya berdasarkan analisis dan pencermatan dinamika lingkungan strategis atas potensi, kelemahan, peluang tantangan yang dihadapi selama kurun waktu 2014-2019 serta mempertimbangkan kebijakan perkebunan secara nasional dan menjangkau lintas bidang, lintas sektor, lintas program, lintas pelaku dan lintas satuan kerja dan mengacu kepada Rencana Pembangunan Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun 2014-2019.
Berdasarkan hasil evaluasi dalam 2 (dua) tahun pelaksanaan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 menunjukkan adanya ketidak sesuaian dengan perkembangan keadaan yang meliputi asumsi kerangka ekonomi daerah, kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan dan lain-lain. Untuk menjaga konsistensi
antara perencanaan dan pengganggaran, maka dilakukan review terhadap Renstra Dinas
Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019. Hasil dari review tersebut berupa dokumen Revisi (perubahan) Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 untuk dijadikan landasan dalam penyusunan Rencana Kerja SKPD tahunan selanjutnya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses penyusunan Revisi Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019. Semoga dokumen ini bermanfaat untuk perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019.
Pekanbaru, Desember 2015
KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROPINSI RIAU,
Ir. MUHIBUL BASYAR, MSi Pembina Utama Muda Nip. 19650701 199003 1 004
|Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 | iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……… i
Daftar Isi ……….……… iii
Daftar Tabel ... iv
Daftar Gambar ... v
I. PENDAHULUAN ...….….………..……… 1
I.1. Latar Belakang ……….……… 1
I.2. Landasan Hukum ... .…….………... 2
I.3. Maksud dan Tujuan ….……… 4
I.4. Sistematika Penulisan ... 4
II. GAMBARAN PELAYANAN ... 6
2.1. Tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi ... 6
2.2. Sumberdaya Dinas Perkebunan Provinsi Riau ... 18
2.3. Kinerja Pelayanan SKPD ... 20
2.4. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Riau ... 24
2.5. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Perkebunan 2.6. Provinsi Riau ... 26
III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI ………... 30
3.1. Indikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Riau... 30
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih ... 34
3.3. Telaahan Renstra Kementerian dan Lembaga ... 37
3.4. Telaahan RTRW dan KLHS ... 45
3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis ... 48
IV. PERUMUSAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN ...….. 50
4.1. Visi Pembangunan Perkebunan ……… 50
4.2. Tujuan dan Sasaran ... 51
4.3. Strategi dan Kebijakan ... 52
V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 59 5.1. Rencana Program dan Kegiatan ... 59
5.2. Indikator Kinerja ... 62
VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD... 69
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangProvinsi Riau memiliki luas 107.932,71 Km2 atau setara dengan 10.793.271 Ha
dengan luas daratan 8.915.016 Ha dan sisanya berupa lautan/perairan. Sesuai dengan kondisi kesuburan lahan, jenis lahan dan kesesuaian lahan serta sosial budaya, maka sebagian besar lahan non kawasan hutan khususnya lahan budidaya, umumnya diusahakan untuk budidaya tanaman perkebunan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Pertanian yang didalamnya termasuk Perkebunan merupakan urusan pilihan, yaitu urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Mengingat potensi pengembangan perkebunan di Provinsi Riau yang cukup besar dan secara nasional perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis secara ekonomi, ekologi dan sosial budaya dalam pembangunan maka dibentuk Dinas Perkebunan Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Daerah No.2 tahun 2014.
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi kepemerintahan di daerah yang lebih berdaya dan berhasil guna serta untuk lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas instansi pemerintah dalam pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan secara umum dan khususnya pembangunan perkebunan, maka disusun dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Penyusunan dokumen Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010.
Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau merupakan dokumen perencanaan pembangunan perkebunan Riau 5 (lima) tahunan yang memuat target-target pembangunan perkebunan selama 5 tahun untuk mengembangkan potensi serta menangani permasalahan perkebunan di Riau. Penyusunan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2014-2019 ini dilakukan secara berjenjang mulai dari RPJPD tahun 2005-2025, kemudian dijabarkan dalam RPJMD 2014-2019. Dalam RPJMD dituangkan visi dan misi pembangunan daerah yang merupakan visi dan misi Gubernur terpilih Provinsi Riau. Visi dan misi ini menunjukkan
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 2
arah pembangunan yang mecerminkan upaya pengembangan potensi maupun penanganan permasalahan pembangunan sehingga mampu meningkatkan peran dan menguatkan posisi strategis Provinsi Riau.
Berdasarkan hasil evaluasi dalam 2 (dua) tahun pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 menunjukkan adanya ketidak sesuaian dengan perkembangan keadaan yang meliputi:
1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan
kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah
2. Pergeseran pagu kegiatan, penambahan atau pengurangan target kinerja dan
pagu kegiatan serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan.
Untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan pengganggaran, maka dilakukan perubahan (revisi) Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 untuk dijadikan landasan dalam penyusunan Rencana Kerja SKPD tahunan selanjutnya.
Perubahan Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 ini memuat visi, misi, tujuan sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau yang akan dilaksanakan dalam sisa waktu periode 5 (lima) Tahun (2014-2019).
1.2. Landasan Hukum
Dalam penyusunan Rencana Strategis Dinas Perkebunanan Provinsi Riau Tahun 2014- 2019 sebagai payung hukum yang dijadikan acuan adalah:
UU N0. 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra I Sumatera Barat,
Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 No.112)
UU N0. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4421)
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 No. 59, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4844)
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 126)
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 3
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 82, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4737)
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 89, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4741)
Peraturan Pemerintah no 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Permendagri no. 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri no. 13 Tahun
2006
Permendagri No. 54/2010 tentang Pelaksanaan PP No. 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Peraturan Daerah No.4 Tahun 2003 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah Provinsi Riau
Peraturan Daerah No. 9 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJPD) Provinsi Riau 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2009 No. 9)
Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2014 tentang Organisasi Dinas Daerah Provinsi Riau
Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMD) Provinsi Riau 2014-2019
Peraturan Daerah No.... Tahun.... tentang Perubahan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Riau 2014-2019
Peraturan Gubernur Riau No.28 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau.
Peraturan Gubernur Riau No.29 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Perkebunan Provinsi Riau.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Riau adalah tersedianya dokumen perencanaan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan program dan kegiatan pembangunan perkebunan di Provinsi Riau untuk jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan (2014-2019) sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau.
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 4
Tujuan dari penyusunan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau adalah sebagaii berikut:
1. Sebagai pedoman dalam penyusunan rencana kerja tahunan program dan kegiatan
pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau
2. Menjamin terwujudnya konsistensi antara perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan dan
pengawasan
3. Memberikan arahan dan pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan perkebunan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
4. Sebagai acuan dalam melakukan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan perkebunan.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 terdiri dari 6 (enam) bab. Secara Garis besar tiap-tiap bab menguraikan hal-hal sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi tentang Latar belakang, Landasan Hukum Penyusunan Maksud dan Tujuan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD
Bab ini memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) SKPD dalam penyelenggaraan urusan pemerintah daerah, mengulas secara rinci sumberdaya yang dimiliki, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah dihasilkan pada periode sebelumnya.
BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
Bab ini menjabarkan tentang persoalan-persoalan yang memiliki dampak signifikan, yang menjadi tugas pokok dan fungsi SKPD yang mungkin untuk diselesaikan dalam kurun waktu perencanaan.
BAB IV PERUMUSAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SKPD
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 5
Bab ini meliputi Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran serta Kebijakan dan Strategi Pembangunan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019.
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
Bab ini menjabarkan Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif.
BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Bab ini menjelaskan Indikator Kinerja SKPD yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 6
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN
2.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas Perkebunan
Pembentukan Dinas Perkebunan Provinsi Riau berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Organisasi Dinas Daerah Provinsi Riau. Pada pasal 19 Peraturan Daerah ini dinyatakan bahwa Susunan Organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Riau terdiri dari:
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, terdiri dari:
- Subbagian Perencanaan Program;
- Subbagian Keuangan dan Perlengkapan;
- Subbagian Umum.
3. Bidang Perlindungan Perkebunan, terdiri dari:
- Seksi Pengamanan Kebun;
- Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun;
- Seksi Perlindungan Perkebunan.
4. Bidang Pengembangan Perkebunan
- Seksi PembinaanPerkebunan Rakyat;
- Seksi Pembinaan Perkebunan Besar;
- Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan.
5. Bidang Sarana dan Prasarana
- Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air;
- Seksi Pupuk dan Pestisida;
- Seksi Peralatan dan Mesin.
6. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil perkebunan
- Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan;
- Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan.
7. UPT
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 7
Gambar 1. BAGAN ORGANISASI
DINAS PERKEBUNAN PROVINSI RIAU Ng masara Bidang Pengembangan Perkebunan Bidang Perlindungan Perkebunan Subbagian Perencanaan Program Subbagian Umum Subbagian Keuangan dan Perlengkapan Bidang Sarana dan Prasarana
Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
KEPALA DINAS
Sekretariat UPT Seksi Pengamanan Kebun Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun Seksi Perlindungan Perkebunan Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat Seksi Pembinaan Perkebunan Besar Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan SeksiPromosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan Seksi
Peralatan Mesin Seksi Pupuk dan Pestisida KELOMPOK
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 8
Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 Peraturan Gubernur Riau No. 28. tahun 2014 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan kebijakan, koordinasi, fasilitasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pada Sekretariat, Bidang Perlindungan Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan serta menyelenggarakan kewenangan yang dilimpahkan Pemerintah kepada Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Gubernur Riau No.2 tahun 2014, maka sesuai dengan Pasal 3 dari peraturan tersebut Dinas Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan pada Sekretariat, Bidang Perlindungan
Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan;
b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pada Sekretariat, Bidang Perlindungan
Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan;
c. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pada Sekretariat, Bidang
Perlindungan Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan;
d. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan umum yang diberikan kepada masyarakat mengacu pada tugas pokok dan fungsi sesuai dengan Peraturan Gubernur Riau No.28 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Adapun tugas dan fungsi masing-masing unit Eselon III pada Dinas Perkebunan sebagai berikut:
a. Sekretariat Dinas Perkebunan
Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian Keuangan dan Perlengkapan dan Subbagian Umum.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan perencanaan pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 9
2. Penyelenggaraan pengelolaan perencanaan program, Keuangan dan Perlengkapan
serta Umum;
3. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian Keuangan dan Perlengkapan serta Subbagian Umum;
4. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian Keuangan dan Perlengkapan serta Subbagian Umum;
5. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengantugas dan fungsinya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
b. Bidang Perlindungan
Bidang Perlindungan Perkebunan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun dan Seksi Perlindungan Perkebunan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, Bidang Perlindungan Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi
Penanggulangan Kebakaran Kebun dan Seksi Perlindungan Perkebunan;
2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun dan Seksi Perlindungan Perkebunan;
3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun dan Seksi Perlindungan Perkebunan;
4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
c. Bidang Pengembangan Perkebunan
Bidang Pengembangan Perkebunan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi Pembinaan Perkebunan Besar dan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 14, Bidang Pengembangan Perkebunan menyelenggarakan fungsi :
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 10
1. Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi
Pembinaan Perkebunan Besar dan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan;
2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi Pembinaan Perkebunan Besar dan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan;
3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi Pembinaan Perkebunan Besar dan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan;
4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
d. Bidang Sarana dan Prasarana
Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi Pupuk dan Pestisida dan Seksi Peralatan Mesin. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, Bidang Sarana dan Prasarana menyelenggarakan fungsi :
1. Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi Pupuk
dan Pestisida dan Seksi Peralatan Mesin;
2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi pada Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi Pupuk dan Pestisida dan Seksi Peralatan Mesin;
3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi Pupuk dan Pestisida dan Seksi Peralatan Mesin;
4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
e. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil perkebunan
Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 24, Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunanmenyelenggarakan fungsi :
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 11
1.
Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pengembangan Pengolahan HasilPerkebunan, Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan;
2.
Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas danfungsi pada Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan;
3.
Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangkapenyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan;
4.
Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinyaberdasarkan peraturan perundang-undangan.
f. Unit Pelaksana Teknis
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Gubernur No. 10 Tahun 2014 tentang Organisasi Unit Pelaksana Teknis pada Dinas dan Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau, terdiri dari 6 UPT yaitu : 1).UPT Benih Perkebunan, 2).UPT Pelatihan dan Pengembangan Sumberdaya Perkebunan, 3). UPT Laboratorium Hayati, 4) UPT Mekanisasi, 5).UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan dan, 6) UPT Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan.
Adapun rincian tugas, fungsi dan tata kerja UPT pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau diatur dalam Peraturan Gubernur No.29 Tahun 2015, sebagai berikut :
a. UPT Benih Perkebunan
Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang benih perkebunan Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT Benih Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
1. Mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata
Usaha dan Seksi Pembenihan;
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 12
3. Mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan
kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pembenihan;
4. Pelaksanaan pengawasan teknis operasional UPT Benih Perkebunan;
5. Pelaksanaan kegiatan teknis benih perkebunan, pembinaan dan pengembangan
benih perkebunan;
6. Penyusunan kebijakan benih antar Kabupaten/Kota;
7. Identifikasi dan Pengembangan Varietas Unggul Lokal;
8. Pemantauan Benih Impor Wilayah Propinsi;
9. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas,
program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pembenihan;
10.Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah
bagian Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pembenihan;
11.melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan
Perundang -undangan
b. UPT Pelatihan Pengembangan Sumberdaya Perkebunan
Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya perkebunan.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi :
1. Mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata
Usaha dan Seksi Pelatihan;
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata
Usaha dan Seksi Pelatihan;
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas,
program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pelatihan;
4. Mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan
kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pelatihan;
5. Pelaksanaan kegiatan teknis dan non teknis operasional Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Perkebunan;
6. Pelaksanaan pelatihan kultur teknis budidaya tanaman perkebunan;
7. Pelaksanaan pengembangan dan pemantapan kelembagaan petani/pekebun;
8. Pelaksanaan koordinasi dengan Instansi terkait pada Dinas Perkebunan Provinsi
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 13
9. Pelaksanaan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota terkait dengan
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Perkebunan;
10.Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah
bagian Subbagian Tata Usaha dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pelatihan;
11.Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan
Perundang –undangan
c. UPT Laboratorium Hayati
Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Laboratorium Hayati. Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati:
1. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata
Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati;
2. mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas,
program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati;
3. mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan
kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati;
4. penyusunan perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana untuk operasional
laboratorium hayati;
5. pelaksanaan kegiatan teknis operasional pengelolaan laboratorium hayati;
6. pelaksanaan identifikasi dan pemetaan areal serangan hama penyakit tanaman
perkebunan;
7. penyusunan peta potensi serangan hama dan penyakit tanaman perkebunan;
8. pelaksanaan pengembangan dan penerapan pengendalian hama dan penyakit
dengan Agensia Pengendali Hayati (APH) spesifik;
9. pengawasan mutu dan peredaran APH dan pestisida nabati;
10.pelaksanaan sosialisasi pengendalian hama dan penyakit dengan APH, pestisida
nabati dan penggunaan pupuk organik;
11.penyusunan bahan rekomendasi penerapan musuh alami di suatu daerah
pengembangan komoditas perkebunan binaan yang akan dikeluarkan oleh kepala dinas;
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 14
12.pelaksanaan koordinasi dengan perusahaan dan lembaga penelitian hama penyakit
tanaman perkebunan;
13.pelaksanaan koordinasi dengan Dinas Perkebunan Kaupaten/Kota;
14.mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah
bagian Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati;
15.melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan
Perundang – undangan
d. UPT Mekanisasi Perkebunan
Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Mekanisasi Perkebunan.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi:
1. mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata
Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan;
2. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata
Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan;
3. mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas,
program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan;
4. mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan
kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan;
5. mengendalikan dan Mengkoordinir pelaksanaan teknis operasional Mekanisasi
Perkebunan;
6. pelaksanaan perumusan kebijakan dibidang alat dan mesin perkebunan serta
perbengkelan;
7. pelaksanaan perancangan pelaksanaan teknis operasional Mekanisasi Perkebunan;
8. pelaksanaan pengembangan dan perekayasaan rancang bangun, modifikasi desain,
model serta prototipe alat mesin perkebunan;
9. pelaksanaan penerapan dan pengawasan terhadap standar mutu alat dan mesin
perkebunan;
10.pelaksanaan sosialisasi, bimbingan teknis dan pengawasan terhadap peredaran
dan penggunaan alat dan mesin perkebunan;
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 15
12.pelaksanaan kerjasama penelitian dan pendayagunaan hasil penelitian,
perekayasaan dan pengembangan mekanisasi perkebunan;
13.pengawasan pelaksanaan teknis operasional Mekanisasi Perkebunan;
14.mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah
bagian Subbagian Tata Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan;
15.melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan
Perundang –undangan
e. UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan
Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi :
1. mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata
Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih;
2. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata
Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih;
3. mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan
tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih;
4. mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan
kebijakan Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih;
5. pelaksanaan kegiatan operasional pengujian, pengawasan peredaran dan
sertifikasi benih tanaman perkebunan;
6. pelaksanaan bimbingan teknis penyiapan kemurnian benih, varietas, daya
kecambah, klon, kualitas dan kesehatan tanaman yang dhasilkan;
7. pelaksanaan bimbingan teknis dan pengawasan sumber benih, penangkar benih
dan pengedar benih;
8. pelaksanaan pemeriksaan kemurnian benih, klon, varietas dan kualitas benih;
9. pelaksanaan kegiatan bimbingan dan pelayanan teknis serta penarikan retribusi
untuk PAD;
10.pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengawasan dan sertifikasi
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 16
11.mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur
pemerintah bagian Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih;
f. UPT Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan
Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan;
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi :
1. Mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata
Usaha dan Seksi Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan;
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata
Usaha dan Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan;
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas,
program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan;
4. Mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan
kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan;
5. Penyusunan perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana untuk operasional
Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan;
6. Penyusunan potensi, sasaran pengujian dan pengembangan metode-metode
teknologi perkebunan;
7. Pelaksanaan pengkajian, Pengujian dan Penerapan Teknologi perkebunan dan
pendayagunaan hasilnya;
8. Pelaksanaan kerjasama pengkajian, Pengujian dan Penerapan Teknologi
perkebunan dan pendayagunaan hasilnya;
9. Penyusunan bahan rekomendasi yang akan dikeluarkan oleh Kepala Dinas terkait
dengan pemilihan bahan tanaman, pemupukan, pengendalian hama penyakit, pemanenan hasil dan penyimpanan;
10. Pelaksanaan koordinasi dengan Dinas Perkebunan Kabupaten/Kota;
11.Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah
bagian Subbagian Tata Usaha dan Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan;
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 17
12.Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan
Perundang -undangan
2.2.
Sumberdaya Dinas Perkebunan Provinsi Riau
2.2.1.
Sumberdaya Manusia (Kepegawaian)
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Dinas Perkebunan didukung
dengan sumberdaya manusia yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan dibantu dengan tenaga tidak tetap (honorer). Berdasarkan data kepegawaian Dinas Perkebunan Provinsi Riau tahun 2014, jumlah PNS sebanyak 151 orang dengan komposisi 99 orang laki-laki dan 52 orang perempuan serta tenaga honorer/operator sebanyak 54 orang. Keadaan sumberdaya manusia berdasarkan kualifikasi pangkat/golongan, pendidikan dan jabatan sebagai berikut:
a. Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan pegawai tingkat sarjana dan sarjana muda sebanyak 79 orang (52,31 %), setingkat SLTA sebanyak 44 orang (29,13 %), tingkat pasca sarjana sebanyak 24 orang (15,89 %), tingkat SLTP sebanyak 2 orang (1,32 %) dan setingkat SD sebanyak 2 orang (1,32 %). Secara rinci kualifikasi pendidikan pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Riau tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat pendidikan Pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Pasca Sarjana (S2) 24 2. Sarjana (S1) 76 3. Sarjana Muda (D1,2,3) 3 4. SLTA 44 5. SLTP 2 6. SD 2 Jumlah 151
b. Pangkat dan Golongan
Berdasarkan pangkat dan golongan, pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Riau terdiri dari 20 orang berpangkat Pembina/golongan IV, 111 orang berpangkat Penata/ golongan III, 18 orang berpangkat Pengatur/golongan II dan 7 orang berpangkat Juru/ golongan I. Secara rinci jumlah pegawai Dinas Perkebunan berdasarkan pangkat dan golongan dapat dilihat pada Tabel 2.
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 18
Tabel 2. Tingkat Pangkat/Golongan Pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014
No. Golongan / Pangkat Jumlah
1. IV / Pembina 27
2. III / Penata 108
3. II / Pengatur 14
4. I / Juru 2
Jumlah 151
b. Jumlah Pejabat Struktural
Formasi jabatan struktural pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau sebanyak 53 orang dan sudah terisi semua. Sedangkan jumlah pejabat fungsional sebanyak 2 orang. Secara rinci pejabat struktural dan fungsional Dinas Perkebunan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3.
Pejabat Struktural dan Fungsional pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014No. Pejabat Struktural/Fungsional Jumlah
1. Eselon II 1
2. Eselon III 16
3. Eselon IV 36
4. Fungsional 2
Jumlah 55
Dengan diberlakukannya Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 dan Peraturan Gubernur No. 29 Tahun 2015, maka formasi jabatan struktural pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau terdiri dari 1 Eselon II, 11 Eselon III dan 27 Eselon IV. Terjadi pengurangan formasi eselon III sebanyak 5 dan Eselon IV sebanyak 10.
2.2.2. Asset/Modal
Berdasarkan Laporan Tahunan Barang Daerah tahun 2014, barang milik Dinas Perkebunan Provinsi Riau dapat dikelompokkan dalam 19 bidang barang terdiri dari tanah, gedung dan bangunan, alat-alat berat, alat-alat angkutan, alat-alat pertanian, alat-alat kantor dan rumah tangga, alat-alat studio, perpustakaan, barang bercorak kesehatan dan
kebudayaan dan aset tetap lainnya dengan nilai Rp 94.752.257.786 (sembilan puluh empat
milyar tujuh ratus lima puluh dua juta dua ratus lima puluh tujuh ribu tujuh ratus delapan puluh enam rupiah). Kondisi barang bervariasi mulai dari yang baik, sedang dan rusak berat.
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 19
2.3. Kinerja Pelayanan SKPD
2.3.1. Pencapaian Kinerja
Pencapaian kinerja pelayanan SKPD dapat diukur dari beberapa indikator, antara lain
1) Kontribusi sektor perkebunan terhadap PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja perekonomian suatu wilayah pada suatu periode tertentu. Selama periode tahun 2008-2012, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau tanpa migas mengalami peningkatan. Tabel 4 menggambarkan nilai dan kontribusi PBRB perkebunan terhadap PDRB sektor pertanian dan PDRB Riau tanpa migas atas harga berlaku dan harga konstan. Tabel 4. Nilai dan Kontribusi PDRB Perkebunan terhadap PDRB Pertanian dan PDRB Riau
Tanpa Migas
No. Lapangan Usaha Tahun (Rp Juta)
2008 2009 2010 2011 2012 Atas Harga Berlaku 1. Pertanian 53.137.563,80 60.667.094,67 69.025.079,71 78.081.664,51 85.340.443,90 2. Perkebunan 26.879.914,74 29.936.868,72 34.384.625,55 39.364.582,52 42.817.791,60 3. PDRB TANPA MIGAS 149.125.242,19 179.037.322,61 214.655.190,46 253.466.326,75 296.431.965,49 Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB Pertanian (%) 50,58 49,34 49,81 50,41 50,17 Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB TANPA MIGAS (%) 18,03 16,72 16,02 15,53 14,44 Atas Harga Konstan 1. Pertanian 15.494.292,46 16.057.909,33 16.706.357,97 17.414.057,55 17.841.920,97 2. Perkebunan 6.071.166,19 6.439.653,53 6.914.991,06 7.555.914,22 7.917.024,11 3. PDRB TANPA MIGAS 42.596.930,48 45.391.943,91 48.644.925,21 52.420.100,73 56.517.375,14 Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB Pertanian (%) 39,18 40,10 41,39 43,39 44,37 Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB TANPA MIGAS (%) 14,25 14,19 14,22 14,41 14,01
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 20
Secara umum perekonomian Riau tanpa migas tahun 2008-2012 didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi rata-rata sebesar 32 %, dan perkebunan memberikan kontribusi pada sektor pertanian rata-rata sebesar 50 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian terutama subsektor perkebunan memegang peranan yang penting dalam perekonomian Riau.
2) Nilai Tukar Petani Perkebunan
Salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani dan keadaan perekonomian pedesaan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani terhadap barang dan jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan kebutuhan dalam memproduksi hasil pertanian. NTP diperoleh dari persentase rasio indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB). NTP > 100 menunjukkan kemampuan/daya beli (kesejahteraan) petani lebih baik dibandingkan keadaan pada tahun dasar, NTP = 100 berarti kemampuan /daya beli petani sama dengan keadaan pada tahun dasar, dan NTP < 100 menunjukkan kemampuan daya beli (kesejahteraan) petani menurun dibandingkan keadaan pada tahun dasar. Data pada Tabel 5 menunjukkan perkembangan NTP Perkebunan Provinsi Riau selama periode 5 (lima) tahun terakhir. Dari data yang disajikan pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa petani perkebunan (pekebun) di Provinsi Riau dapat dikatakan belum sejahtera dengan nilai NTP < 100 dan masih dibawah NTP Perkebunan secara Nasional.
Tabel 5. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Tahun 2009-2013
No. Uraian Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1. Riau 93,13 101,78 103,57 99,91 95,47
2. Nasional 105,46 106,50 109,58 108,34 106,38
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 21
3) Perkembangan Luas Areal Tanaman Perkebunan
Luas pembangunan perkebunan wilayah Provinsi Riau berdasarkan data statistik perkebunan Provinsi Riau tahun 2013, areal perkebunan yang telah terbangun mencapai seluas 3.543.716 Ha, luas areal perkebunan tersebut meliputi:
Perkebunan Rakyat : 2.439.750 Ha, (68,33 %)
Perkebunan Besar Negara : 90.447 Ha, (2,57 %)
Perkebunan Basar Swasta : 1.013.517 Ha, (29,08 %)
Dari areal pembangunan perkebunan seluas 3.543.714 Ha di wilayah Provinsi Riau tersebut terdapat 10 komoditi perkebunan yang berkembang, namun komoditi yang dominan dengan luas areal > 6.000 Ha ada 5 (lima) yaitu Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Sagu dan Kakao. Dari 5 komoditi tersebut, karet dan kelapa sawit yang merata penyebarannya pada 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau, sedangkan kelapa dan sagu terdapat di daerah pesisir terutama di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kepulauan Meranti. Pada Tabel 6 menggambarkan perkembangan luas areal dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Tabel 6. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Tahun 2009-2013
Komoditi Luas (Ha)
Kenaikan (+/_ ) 2009 2010 2011 2012 2013 % 1. Kelapa Sawit 1.925.341 2.103.174 2.258.553 2.372.402 2.399.172 5,69 2. Kelapa 527.598 525.398 521.038 521.792 520.260 - 0,30 3. Karet 516.474 499.490 504.139 500.851 505.264 - 0,53 4. Sagu 79.057 81.841 82.378 82.713 83.256 1,3 5. Kakao 7.016 6.688 7.215 7.401 6.179 - 2,68 6. Tanaman Lainnya 29.284 27.553 28.489 28.847 29.583 0,32 Jumlah 3.084.770 3.244.144 3.401.812 3.514.006 3.543.714 3,53
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau (Statistik Perkebunan Tahun 2009-2013)
Dari Tabel 6. menunjukkan bahwa luas areal perkebunan selama periode tahun 2009-2013 mengalami peningkatan dari 3.084.770 Ha pada tahun 2009 menjadi 3.543.714 Ha pada tahun 2013 atau rata-rata pertumbuhan luas areal sebesar 3,53 %.
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 22
4) Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan
Berdasarkan data statistik perkebunan tahun 2013 produksi perkebunan di wilayah Provinsi Riau mencapai sebesar 8.495.421 ton, hasil produksi perkebunan tersebut berasal dari:
Perkebunan Rakyat : 4.503.713 ton, (53,01 %)
Perkebunan Besar Negara : 342.909 ton, (4,03 %)
Perkebunan Besar Swasta : 3.648.799 ton, (42,95 %)
Dari data luas areal dan produksi perkebunan yang telah diuraikan, kita dapat melihat perbandingan antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar baik swasta maupun BUMN. Dari segi luas areal, perkebunan rakyat lebih luas dari perkebunan besar yaitu 2.439.750 Ha, sedangkan perkebunan besar (PBS dan PBN) mempunyai luas areal 1.103.964 Ha dilain sisi produksi keduanya hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa produktivitas perkebunan rakyat masih rendah. Oleh karenanya diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat.
Tabel 7. Perkembangan Produksi Perkebunan Tahun 2008-2012
Komoditi Produksi (ton)
Kenaikan (+/_ ) 2009 2010 2011 2012 2013 % 1. Kelapa Sawit 5.932.308 6.293.542 7.047.221 7.343.498 7.570.854 6,33 2. Kelapa 518.933 495.306 481.087 473.221 427.079 -4,70 3. Karet 403.075 336.570 333.069 350.476 354.257 -11,24 4. Sagu 209.811 291.665 284.319 281.704 126.145 - 4,90 5. Kakao 4.573 3.321 3.544 3.505 1.552 - 19,37 6. Tanaman Lainnya 16.804 15.416 16.939 17.588 15.533 - 3,47 Jumlah 7.085.504 7.435.920 8.166.179 8.469.992 8.495.421 4,69
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau (Statistik Perkebunan Tahun 2009-2013)
Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi perkebunan selama periode tahun 2009-2013 mengalami peningkatan dari 7.085.504 ton pada tahun 2009 menjadi 8.495.421 ton pada tahun 2013 atau rata-rata kenaikan produksi sebesar 4,69 %.
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 23
2.4. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi
Riau
2.4.1. Program dan Anggaran
Program pembangunan perkebunan Provinsi Riau mengacu pada Permendagri No. 13 tahun 2006 serta program pada Kementerian Pertanian. Program pembangunan perkebunan terdiri dari 5 program utama, yaitu:
1. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
2. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan
3. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
4. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
5. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Dalam rangka menyelenggarakan aspek manajerial, maka Dinas Perkebunan didukung dengan program:
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
3. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
Untuk membiayai program dan kegiatan pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau, maka Dinas Perkebunan mendapatkan alokasi anggaran belanja yang terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Besarnya alokasi anggaran program dan kegiatan pada Dinas Perkebunan yang dituangkan dalam belanja langsung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, namun demikian rata-rata per tahunnya sebesar Rp 66.429.593.072 yang secara rinci disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Perkembangan Alokasi Anggaran Dinas Perkebunan Provinsi Riau
N0 URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 18,088,067,921 16,654,542,153 16,622,706,768 17,320,135,000.00 17,478,320,405
2. BELANJA LANGSUNG 41,598,558,216 43,039,932,319.22 30,900,247,038 43,703,480,540 86,741,975,000
JUMLAH 59,686,626,137 59,694,474,472 47,522,953,806 61,023,615,540.00 104,220,295,405
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 24
Dari 5 program utama, selama periode tahun 2009-2013 lebih difokuskan pada program peningkatan produksi pertanian/perkebunan dengan mendapatkan alokasi anggaran yang paling besar. Perkembangan alokasi anggaran per program utama dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perkembangan Alokasi Anggaran Per Program
NO TAHUN PROGRAM ALOKASI
ANGGARAN (Rp)
1. 2009
Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan 46.000.000
Peningkatan Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan 209.500.000
Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 36.953.471.216
Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.228.950.000
Peningkatan Ketahanan Pangan 43.000.000
2. 2010
Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan 500.000.000
Peningkatan Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan 3.811.617.619
Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 33.465.794.704
Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.735.800.000
Peningkatan Ketahanan Pangan 600.000.000
3. 2011 Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan 550.000.000
Peningkatan Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan 2.800.000.000
Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 21.528.917.038
Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.735.800.000
Peningkatan Ketahanan Pangan 600.000.000
4. 2012 Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan 750.000.000
Peningkatan Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan 3.563.670.000
Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 32.553.849.900
Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.425.000.000
Peningkatan Ketahanan Pangan 1.684.072.540
5. 2013 Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan 1.521.945.000
Peningkatan Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan 3.895.000.000
Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 77.692.830.000
Peningkatan Kesejahteraan Petani 3.300.000.000
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 25
2.4.2. Realisasi Anggaran
Dari pagu anggaran yang ditetapkan pada periode tahun 2009-2013, realisasi anggaran baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung rata-rata 67,37 %. Pada setiap tahun dari anggaran yang telah dialokasikan terdapat sisa anggaran baik dari Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung. Pada Belanja Langsung, anggaran yang tidak digunakan merupakan anggaran dari kegiatan yang tidak terlaksana, adanya efisiensi penggunaan anggaran terutama pada kegiatan yang pekerjaannya dilaksanakan oleh pihak ke-3 karena adanya selisih penawaran pada belanja modal dan efisiensi dalam pelaksanaan perjalanan dinas. Realisasi keuangan per kegiatan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Realisasi Anggaran Dinas PerkebunanTahun 2009-2013
N0 URAIAN
2009 2010 2011 2012 2013
1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 15.367.104.530 (84,96 %) 14.695.203.337 (88,24 %) 15.001.552.416 (90,25 %) 16.118.637.708 (93,06 %) 18.065.780.225 (94,66 %)
2. BELANJA LANGSUNG 5.870.321.075 (14,11 %) 15.406.839.086 (35,80 %) 22.440.768.338 (72,62 %) 35.079.008.212 (80,27 %) 81.676.602.987 (86,84 %)
BELANJA DAERAH 21.237.425.605 (35,58 %) 30.102.042.423 (50,43 %) 37.442.320.754 (78,79 %) 51.197.645.920 (83,90 %) 99.742.383.212 (88,16 %)
2.5. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Perkebunan
Provinsi Riau
Pada tingkat kabupaten/kota, kinerja pembangunan perkebunan juga diukur dengan indikator peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, terutama 2 komoditas perkebunan utama perbunan yaitu kelapa sawit dan karet. Selama 5 tahun terakhir menunjukkan kenaikan produksi rata-rata kelapa sawit 3,04 % dan karet 4,34 %.
Sasaran utama pembangunan perkebunan pada tingkat provinsi adalah peningkatan produksi tanaman perkebunan, yaitu kelapa sawit, karet dan kelapa. Hasil yang dicapai selama 5 tahun terakhir kurang memuaskan, hanya kelapa sawit yang menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 0,78 % sedangkan karet dan kelapa cenderung menurun produksinya. Penyebab menurunnya produksi karet dan kelapa, antara lain terus
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 26
bertambahnya tanaman tua/rusak, adanya konversi ke tanaman lain (terutama kelapa sawit) yang lebih menjanjikan secara ekonomi. Sementara itu produksi kelapa sawit juga tidak begitu menggembirakan karena produktivitas yang masih rendah pada perkebunan rakyat yakni + 15 ton TBS/Ha/tahun.
Kinerja pembangunan perkebunan secara nasional selama 5 tahun terakhir
menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Indikator ekonomi makro sub sektor
perkebunan, seperti pendapatan domestik bruto, neraca perdagangan, dan penyerapan tenaga kerja rakyat menunjukkan trend positif. Pada tataran mikro, kinerja pembangunan perkebunan juga cukup baik yang ditunjukkan antara lain melalui kenaikan produksi 15 komoditi nasional rata-rata sebesar 3,38 %, terutama untuk kelapa sawit, karet, dan kakao.
Rencana tata ruang wilayah merupakan produk perencanaan ruang yang digunakan sebagi pedoman didalam melaksanaan kegiatan yang menggunakan ruang, sehingga segala bentuk perencanaan pembangunan harus mengacu pada rencana tata ruang yang berlaku. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau yang disesuaikan dengan potensi wilayah maka ditetapkan arahan pembangunan perkebunan adalah seluas 3.133.398 Ha atau 33,14 % dari luas wilayah daratan Provinsi Riau 9.456.160 Ha. Dalam draft revisi Peraturan Daerah No 10 tahun 1994, kawasan untuk pengembangan perkebunan adalah 3.650.607 Ha. Dari arahan luas kawasan peruntukan perkebunan, berdasarkan data statistik perkebunan Provinsi Riau tahun 2013 yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan perkebunan seluas 3.543.714 Ha. Dengan demikian lahan yang masih tersisa untuk dimanfaatkan bagi pengembangan perkebunan seluas 106.893 Ha. Dengan potensi ketersediaan lahan yang semakin kecil, maka arahan untuk pembangunan perkebunan pada periode 5 (lima) tahun ke depan lebih difokuskan pada optimasi penggunaan lahan dan memanfaatkan inovasi teknologi.
Dokumen perencanaan pembangunan masih perlu sinergi terhadap kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) agar kebijakan pembangunan bidang perkebunan
menjadi salah satu ujung tombak penciptaan green economy yang tentu selaras dengan
isu-isu lingkungan hidup. Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya, menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 27
kepentingan yang strategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan. Dalam KLHS terdapat 6 aspek kajian, yaitu:
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untk pembangunan
2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem
4. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam (SDA)
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
6. Tingkat ketahanan dan potensi keragaman hayati
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan perkebunan terkait dengan 6 aspek tersebut, antara lain sebagai berikut:
1. Karekteristik lahan, kondisi fisik kimia tanah, ketersediaan dan suplai air, aspek
topografi, geomorfologi, pola hidrologi maupun aksesibilitas menjadi faktor yang perlu diperhitungkan untuk merancang kawasan.
2. Penanganan budidaya dan produksi serta tata kelola teknologi yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan.
3. Penanganan pasca panen dan aplikasi teknologi pasca panen yang ramah lingkungan
jika tidak diterapkan akan berdampak pada menurunnya mutu, rendahnya nilai jual, turunnya nilai kompetitif.
4. Layanan pengaturan ekosistem melalui optimalisasi pemanfaatan lahan dan
pengaturan pola tanam.
5. Layanan kultural melalui aplikasi pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat dalam
mengelola SDA.
6. Penggunaan lahan sesuai dengan jenis peruntukan lahan, potensi SDA yang tersedia
dan SDM yang terlibat.
7. Efisiensi dalam pengadaan produk pendukung (pupuk, pestisida, benih), teknologi
infrastruktur pendukung (alat/mekanisasi), SDA pendukung (air, media tanah) yang akan diterapkan
8. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan perkebunan akan membentuk ekosistem buatan,
terjadinya perubahan ekosistem alami secara terus menerus berdampak pada meningkatnya kerentanan ekosistem, dan kondisi ini mempengaruhi tingkat adaptasi terhadap perubahan iklim.
9. Pola budidaya monokultur ditinjau dari aspek keseimbangan ekosistem akan
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 28
Berdasarkan analisis hal-hal tersebut di atas, maka tantangan dan peluang pengembangan pelayanan Dinas Perkebunan sebagai berikut:
1. Tantangan
Produktivitas tanaman perkebunan yang masih rendah
Terbatasnya lahan untuk pengembangan perkebunan.
Kurangnya infrastruktur, sarana dan prasarana produksi
Isu lingkungan hidup dan globalisasi
Kesejahteraan petani/pekebun masih rendah (NTP < 100)
2. Peluang
Potensi sumberdaya perkebunan masih dapat ditingkatkan untuk pengembangan
industri hilir (bioindustri dan bioenergi)
Meningkatnya permintaan pasar domestik dan luar negeri
Iklim investasi terhadap produk perkebunan kondusif
Meningkatnya kebutuhan terhadap bahan pangan
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 29
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN
FUNGSI
Pada Bab ini berisikan tentang isu-isu strategis yang diperoleh dari identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau, telaahan terhadap visi, misi dan program Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah terpilih, dan telaahan terhadap Renstra Kementerian/Lembaga serta telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
3.1. Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan Dinas
Perkebunan Provinsi Riau
Tugas pokok Dinas Perkebunan Provinsi Riau adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan bidang perkebunan serta dapat ditugaskan untuk melaksanakan penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi dan menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan teknis bidang perkebunan; penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang perkebunan; pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang perkebunan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsi. Dalam penyelenggaraan pelayanan sesuai tugas pokok dan fungsi tersebut, terdapat permasalahan-permasalahan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil analisis dari aspek gambaran pelayanan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Rendahnya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan
Pada dasarnya, produksi perkebunan dipengaruhi oleh produktivitas dan luasan areal tanam. Produktivitas tanam ini juga harus diimbangi dengan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pengembangan produktivitas. Hal-hal yang menyebabkan produktivitas yang rendah antara lain:
a. Kebun dengan kondisi tanaman tua dan rusak (TTR) cukup luas;
b. Belum optimalnya peggunaan benih unggul bermutu/bersertifikat serta sarana
produksi lainnya
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 30
d. Belum terpenuhinya standar populasi tanaman per hektar;
e. Pengendalian OPT belum dilakukan secara terpadu dan ramah lingkungan;
f. Adanya gangguan usaha dan konflik perkebunan;
g. Dukungan penerapan teknologi budidaya yang rendah;
h. Terbatasnya SDM petani dan petugas lapangan;
i. Budaya dan perilaku petani lokal yang tidak kompetitif;
j. Perubahan iklim.
2. Ketersediaan dan pemanfaatan lahan
Peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan distribusinya yang tidak merata mengakibatkan daya dukung lahan terlampaui. Kondisi demikian menimbulkan terjadinya kompetisi pemanfaatan yang kurang sehat bagi kepentingan multi sektoral yang seringkali menjadi pemicu terjadinya kasus gangguan usaha perkebunan. Disisi lain, sebagian lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman perkebunan belum diusahakan dalam usaha dan hamparan yang ekonomis sehingga dapat mengurangi efisiensi dan efektifitas usaha yang pada gilirannya mengurangi nilai tambah bagi petani.
Hal-hal yang perlu dicermati berhubungan dengan ketersediaan dan pemanfaatan lahan, meliputi:
a. Perubahan RTRW yang belum tuntas;
b. Sebagian lahan masih berstatus dalam hutan;
c. Komitmen pengusaha yang masih perlu didukung kebijakan.
3. Rendahnya nilai tambah dan daya saing produk
Salah satu permasalahan yang dialami oleh perkebunan yang dikelola oleh masyarakat adalah mutu hasil produk rendah yang disebabkan terkontaminasi dengan kotoran dan benda-benda asing lainnya serta pengeringan kurang sempurna. Hal ini menyebabkan harga yang diterima petani rendah sehingga merugikan petani dan kalah bersaing di pasar internasional. Hal-hal yang perlu dicermati berhubungan dengan nilai tambah dan daya saing produk adalah penanganan pasca panen, pembinaan mutu dan pemasaran hasil perkebunan.
4. Akses Pekebun Terhadap Sumber Permodalan
Lemahnya permodalan masih merupakan kendala yang dihadapi petani dalam memulai atau mengembangkan usahanya sehingga harus meminjam ke pihak lain. Sulitnya mengakses permodalan kepada perbankan atau lembaga keuangan resmi
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 31
lainnya menyebabkan petani mencari pinjaman modal kepada para pemilik modal yang umumnya adalah pedagang hasil perkebunan dengan sistem ijon sehingga petani tidak leluasa menjual hasil panennya. Sebagian pekebun meminjam modal kepada rentenir dengan bunga pinjaman yang tinggi.
Meskipun Pemerintah telah menyediakan kredit melalui skim kredit program kredit program Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RE), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit komersial lainnya, namun fasilitas kredit tersebut pada kenyataannya masih sulit diakses oleh pekebun. Hal ini disebabkan, antara lain: a. Petani belum dapat memenuhi persyaratan administrasi perbankan; b. Resiko agribisnis perkebunan yang cukup tinggi; c. Belum tersedianya lembaga keuangan dan perbankan yang khusus bergerak dibidang perkebunan; d. Belum tersedianya lembaga penjamin resiko usaha perkebunan.
5. Sumberdaya Manusia dan Kelembagaan
Jumlah dan kualifikasi sumberdaya manusia yang menangani bidang perkebunan masih sangat terbatas dan kurang memadai ditambah kurangnya pengetahuan dan ketrampilan petani dan petugas lapangan perkebunan sehingga akan menghambat perkembangan perkebunan ke depan. Masalah kelembagaan juga menjadi tantangan yang serius karena belum optimalnya kemitraan antara perusahaan perkebunan besar dengan kelompok petani dan belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi dan transportasi hasil perkebunan rakyat.
6. Isu Lingkungan Hidup dan Globalisasi
Isu lingkungan hidup dan globalisasi yang menjadi perhatian, antara lain:
a. Perubahan iklim
Berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan manusia menghasilkan produk sampingan yang disebut dengan gas rumah kaca khususnya dari kegiatan yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak) seperti proses industri dan transportasi.
Gas rumah kaca yang utama yang dihasilkan dari kegiatan tersebut adalah gas CO2,
Metan (CH4) , dan Nitrogen Dioksida (N2O). Sebagai akibat terakumlasinya gas
rumah kaca di dalam atmosfir maka dapat meningkatkan suhu rata-rata atmosfir.
Meningkatnya suhu mengakibatkan terjadinya perubahan pola tekanan sirkulasi
Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 32
Terjadinya perubahan iklim akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap sektor pertanian. Perubahan iklim tidak hanya berpengaruh dalam proses produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian, tetapi juga akan mempengaruhi keseimbangan alam yang menyebabkan berubahnya populasi dan tingkat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tertentu. Dampak perubahan iklim juga mengakibatkan kebakaran, kekeringan dan kebanjiran. Kebakaran lahan dan kebun merupakan kejadian yang berulang setiap tahun karena kurangnya kesadaran masyarakat dan tingginya biaya untuk membuka lahan tanpa bakar.
b. Liberalisasi pasar global
Sebagai salah satu fenomena globalisasi, isu liberalisasi pasar global atau liberalisasi perdagangan semakin marak setelah disetujui dan ditandatanganinya
kesepakatan General Agreement on Tariff and Trade (GATT)-putaran Uruguay oleh
122 negara anggota termasuk Indonesia pada tanggal 15 April 1994. Pada
pertemuan tersebut disetujui pula perubahan nama GATT menjadi World Trade
Organization (WTO). Pentingnya perdagangan bebas antar negara, maka negara-negara pada suatu kawasan dengan kesamaan potensi dan kebutuhan maupun
hubungan geografis dan tradisional terdorong untuk membentuk
kelompok/kawasan perdagangan bebas (free trade area) seperti AFTA (Asean Free
Trade Area), NAFTA (North America Free Trade Area), APEC (Asia Pasific Economic Cummunity), Uni Eropa (European Union), ACFTA (Asean-China Free Trade Area). Sebagai bagian dari tatanan perekonomian dunia, Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka harus ikut melaksanakan perdagangan bebas. Komitmen mengenai hal itu dimanifestasikan dalam bentuk keikutsertaan Indonesia pada AFTA, APEC, ACFTA dan WTO. Secara umum komitmen negara-negara yang terlibat liberalisasi pasar global adalah menghilangkan secara bertahap hambatan tarif dan sebagai gantinya menerapkan hambatan non tarif dalam mekanisme ekspor-impor. Meskipun hambatan tarif dapat diatasi secara bertahap, namun Agribisnis Indonesia akan menghadapi masalah yang lebih berat, yaitu hambatan non tarif berupa hambatan teknis seperti isu mutu produk, isu lingkungan, isu
intelectual property right, isu Hak Asasi Manusia (HAM) dan isu ketenagakerjaan. Liberalisasi pasar global juga berimplikasi pada hilangnya batas-batas geografis suatu negara sehingga memungkinkan penguasaan sumberdaya oleh pihak