• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Umat untuk Kesejahteraan Bangsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kepemimpinan Umat untuk Kesejahteraan Bangsa"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Kepemimpinan Umat untuk Kesejahteraan Bangsa

Visi kepemimpinan Islam dalam kehidupan klasik maupun kontemporer berdasarkan abstraksi hadits riwayat Imam Bukhari, mencakup tiga hal. Yakni peningkatan kualitas ketakwaan, kesejahteraan, dan keukhuwahan. Dan itu semua hanya ada pada khilafah.

Agama Islam sudah dijamin oleh Allah SWT ketika dijalankan secara komprehensif pasti

membawa rahmat tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi seluruh umat manusia. “Dengan syarat dijalankan secara komprehensif, tidak secara parsial,” ujar Ketua Muhammadiyah

Yunahar Ilyas di sela-sela Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) V, Jumat (7/5) siang di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta.

Karena dijalankan secara parsial, papar Yunahar, negeri yang mayoritas berpenduduk Muslim ini sekarang mengalami krisis kepemimpinan. Pemimpin dalam arti yang sesungguhnya yang mempunyai kepribadian, dapat memberikan keteladan, dan bisa memecahkan masalah umat.

Kepemimpinan itu tidak hanya sekadar untuk kepemimpinan tetapi kepemimpinan yang membawa kepada kesejahteraan umat khususnya dan bangsa Indonesia umumnya.

Oleh karena itu, ia menyambut baik kongres  yang bertema Kepemimpinan Umat untuk Kesejahteraan Bangsa ini. “Sangat baik sekali tema yang diangkat sangat tepat dan strategis karena saat ini bangsa ini krisis dalam dua persoalan itu,” ujarnya.

Kepemimpinan

(2)

negara. Namun dalam sidang pleno hari pertama, Steering Committe/SC  kongres menjelaskan bahwa kepemimpinan yang dimaksud hanyalah kepemimpinan umat secara kultural, bukan secara struktural.

Keesokan harinya, ketika mendapatkan kesempatan berbicara, utusan dari MUI Riau Muhammadun langsung menjelaskan pendapatnya bahwa kepemimpinan ada dua jenis: kepemimpinan umat dan kepemimpinan negara. Saat ini kedua jenis kepemimpinan itu terpisah. Kepemimpinan negara sekuler sementara kepemimpinan umat Islam menghendaki syariat Islam.

“Semestinya kepemimpinan umat menyatu dengan kepemimpinan negara untuk menerapkan syariah,” usul utusan MUI Riau dari unsur Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ini dalam Sidang Komisi A (Kepemimpinan).

Pada sisi lain, level kepemimpinan ada dua level nasional dan level internasional. Sedangkan masalah yang dihadapi bukan hanya lokal tetapi juga internasional karenanya kepemimpinan umat bukan hanya berlevel nasional tetapi juga harus internasional. “Dari segi negara itulah yang disebut khilafah!” tegasnya.

Kesejahteraan

Sedangkan agar kesejahteraan umat terwujud  diperlukan perubahan strategi dan kebijakan di berbagai bidang. “Tidak cukup hanya pengembangan kewirausahaan umat dan kebijakan perbankan dan permodalan yang lebih berpihak pada umat, tetapi juga dukungan kebijakan di berbagai bidang,” ujar Pakar Ekonomi Hendri Saparini, di depan ratusan peserta kongres.

Kebijakan yang mendukung tersebut, menurut Hendri, di antaranya mengoreksi pengelolaan sumber daya alam, mengubah haluan liberalisasi ekonomi yang telah salah arah, menghentikan kecenderungan kebijakan pendidikan yang tidak memberikan kesempatan bagi umat untuk menguasai pendidikan dan teknologi tinggi.

(3)

ekonomi cenderung menggunakan paradigma liberal kapitalistik. “Paradigma tersebut harus ditinggalkan dan diganti dengan paradigma kebijakan ekonomi yang islami!” tegasnya.

Dalam perspektif ekonomi Islam, ujar pimpinan ECONIT itu, pengelolaan migas dan tambang non migas  yang diserahkan kepada swasta (privatisasi) termasuk asing merupakan kebijakan fatal.

“Migas dan tambang lain yang depositnya melimpah merupakan public goods (barang publik) yang harus dikelola oleh negara dan hasilnya sebesar-besarnya digunakan untuk kepentingan rakyat!” tegasnya.

Pemimpin yang Menyejahterakan

KH Tolchah Hasan, pembicara sidang pleno lainnya, menyatakan bahwa visi kepemimpinan Islam dalam kehidupan klasik maupun kontemporer berdasarkan abstraksi hadits riwayat Imam Bukhari, mencakup tiga hal. Yakni peningkatan kualitas ketakwaan, kesejahteraan, dan

keukhuwahan.

Menanggapi pernyataan itu, Sofyan Rudianto utusan MUI Bangka Belitung menyatakan

ketiganya hanya terwujud di masa khilafah Islam. Ketakwaan baik individu maupun masyarakat hanya akan terjadi tatkala semuanya (individu, masyarakat, dan negara) hanya mengikatkan diri dan menjalankan syariah Islam. “Dan itu terjadi hanya di masa khilafah,” ujar aktivis HTI Bangka Belitung itu di hadapan ratusan peserta kongres.

Begitu juga meningkatnya kesejahteraan. Saat ini mayoritas Muslim dilebih dari 50 negara bangsa hidup di bawah garis kemiskinan karena tidak diterapkannya syariah Islam.

Kesejahteraan terjadi saat umat Islam bersatu dalam naungan khilafah. Bahkan di zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz sampai kebingungan menyalurkan zakat karena sulit sekali mencari mustahiq. “Itu hanya terjadi di masa khilafah!” tandas Sofyan.

Begitu juga dengan ukhuwuh. Khilafahlah yang menyatukan seluruh potensi negeri-negeri kaum Muslim yang kini terpecah menjadi lebih dari 50 negara bangsa.

(4)

KUII ini setidaknya mengindikasikan adanya kesadaran untuk mengembalikan Islam dalam posisi strategis.

Di luar kongres, masyarakat pun sebenarnya sangat setuju dengan penegakan syariah dan khilafah. Setidaknya itu diindikasikan dengan Survey Persepsi Publik yang diselenggarakan SEM Institute, pada April 2010 ini.

Sebanyak 79 persen responden setuju dengan apa yang diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir yang konsisten menyerukan penegakkan syariah dan khilafah.[] joko prasetyo

Mereka Bicara KUII:

Sofyan Rudianto, utusan MUI Bangka Belitung

Rekomendasi KUII cukup baik karena solusi yang ditawarkan dalam isu kepemimpinan dan ekonomi sudah menyentuh pada akar persoalan, yaitu sistem. Sayangnya kongres tersebut belum mengarah pada metode untuk penerapan syariah Islam. Sekalipun demikian ada juga peserta yang tegas dan berani, --seperti utusan dari MUI Riau, MUI Banten, MUI Babel dan HTI--, menyampaikan bahwa satu-satunya metode dalam penerapan syariah adalah khilafah ala minhajin nubuwwah. Inilah yang dicontohkan Rasulullah SAW dan para shahabat.

Muhammadun, utusan MUI Riau

Istilah imamul a’dham atau imam mahdi global yang sering disebut KH Makruf Amin dalam KUII ke-5 sebetulnya ya khalifah. Imamul a’dham kan min a’dhamil wajibatiddin. Kewajiban paling agung dalam agama. Jadi saya yakin di hati kecil para peserta KUII, syaraih dan khilafah itu mereka yakini kewajibannya. Tinggal bagaimana mereka mau berteriak lantang dan

sungguh-sungguh mau berjuang karena ini persoalan hidup dan matinya umat. Di sinilah urgensinya dakwah. Pentingnya kontak-kontak serius dan terprogram. Kita pun harus mampu menjelaskan secara gamblang tentang syariah dan khilafah. Jangan tiba-tiba loncat kepada kesimpulan.

Yasin Muthohar, utusan MUI Banten

Alhamdulillah ada secercah harapan dari hasil KUII ke-5 bagi dakwah dan tegakknya syariah Islam. Ada beberapa rekomendasi penting yang harus ditindaklanjuti, penegakan syariah Islam, pengarusutamaan ekonomi Islam termasuk di dalamnya pengelolaan SDA, perlunya

kepemimpinan umat demi tegaknya syariah, sinergis umat Islam. Semoga rekomendasi KUII ini bisa ditindaklanjuti oleh semua elemen Islam. KUII ke-5 akan menjadi tidak berarti jika hanya sekadar seremonial dan retorika tanpa ada follow up setelahnya.

(5)

Ainul Yakin, Utusan MUI Jawa Timur

Seorang Muslim harus percaya syariah Islam membawa solusi, karena itu intinya. Kami yakin beliau orang Islam, kita dorong untuk mendukung syariat Islam. Kepada masyarakat juga kita perlu memberikan input informasi tentang syariah yang benar, agar mereka paham.

M Dahlan Tangkaderi, Utusan Pesantren Al-Khaerat, Palu, Sulawesi Tengah

KUII ke-5 ini bagus karena menyatukan visi kepemimpinan ke depan. Menumbuhkan martabat pemimpin. Dan semoga pasca kongres ini disiapkanlah pemimpin umat Islam yang tangguh seperti Rasul dan para sahabat.

Dede Priyansah, Utusan MUI Sumatera Selatan

Dari KUII ini kita mendapatkan kebijakan untuk kemaslahatan umat. Umat Islam tidak terpecah belah oleh kepentingan politik dan golongan. Menerjemahkan syariat Islam itu untuk menjadi solusi, Islam itu agama keselamatan. Kapitalisme, sekulerisme bertentangan dengan Islam. Ekonimi syariah memberikan kemaslahatan bagi umat manusia.

Agussalim Sitompul, utusan KAHMI

Siapa yang mau melaksanakan KUII ini? KUII yang sudah-sudah juga tidak ada yang melaksanakannya. Mestinya kongres ada laporan pertanggungjawabannya, kalau tidak

terorganisir dengan baik hasilnya tidak dilaksanakan. Evaluasi pelaksanaan harusnya ada, tapi ini tidak ada pelaksanaannya.

Azhari Abbas, Utusan MUI Kepulauan Riau,

Walaupun kita bukan negara Islam kita harus menuju ke sana karena itu yang ideal, memang harus ada tahapannya. Sistem Kapitalisme Liberal banya menguntungkan pihak Barat yang notabene kafir, itu memang benar. Sebagai seorang Muslim kita harus memperjuangkan syariah.

Baso Su’amir, utusan MUI Sulawesi Tenggara

Tanggapan saya positif, di saat umat Islam perlu mensinergikan gerakan. Karena memang saat ini ada upaya untuk memecah belah kelompok-kelompok umat Islam oleh kelompok sekuler. [] joy/emil/sigit

Referensi

Dokumen terkait

Skala Intent Detection Confidence yaitu 0 (nol) hingga 1 (satu). Kemudian sistem menerima response yang dikirimkan oleh Dialogflow Api dalam format JSON. Response ini memuat

Di dalam strategi kooperatif ini ada tiga aspek pengelolaan yang harus diperhatikan, yaitu tugas-tugas yang terstruktur yang harus dikerjakan peserta didik dalam bekerja

bahwa dalam rangka penyelenggaran urusan pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam pasal 311 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana

Deskripsi MK : Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan memahami sejarah dan perkembangan teori kepribadian, tipologi- tipologi kepribadian serta

Buhler (1930, as cited in Kooij and Mayjes, 1986), was one of the first authors to describe this “dual” relationship of a child and his/her surrounding at the moment of playing:

Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah

Seperti halnya siswa dalam belajar, apabila mereka diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diberikan oleh guru, hasil belajar yang mereka peroleh

Selain memperhatikan Fatwa DSN-MUI No: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Al-Qardh, mengenai sumber dana pembiayaan Qardh LKS juga mempergunakan pedoman Fatwa DSN-MUI No: