• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenis pohon, tempat tumbuh, dan iklim tempat tumbuh menghasilkan pohon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenis pohon, tempat tumbuh, dan iklim tempat tumbuh menghasilkan pohon"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LATAR BELAKANG

Kayu adalah suatu bahan yang dihasilkan oleh pohon – pohonan. Perbedaan jenis pohon, tempat tumbuh, dan iklim tempat tumbuh menghasilkan pohon – pohonan yang sangat bervariasi, yang juga akan menghasilkan kayu yang sangat bervariasi. Banyaknya variasi kayu menyebabkan kayu dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan. Namun pada bidang konstruksi bangunan, variasi yang terlalu banyak tersebut menyebabkan kayu kurang digemari untuk dipakai sebagai bahan konstruksi dibandingkan dengan material lain seperti baja, dan beton. Untuk dapat mempergunakan kayu secara maksimal, maka dirasa penting untuk mempelajari sifat – sifat fisis dan mekanis dari kayu yang akan dipergunakan tersebut.

Komposit dapat didfenisikan sebagai gabungan dari dua atau lebih material struktur yang mempunyai kekuatan yang berbeda. Material – material tersebut digabungkan untuk bekerjasama memikul gaya – gaya yang terjadi pada struktur. Penggabungan material – material tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari masing – masing material. Komposit dapat terdiri dari; kayu, beton, dan baja, dengan kombinasi seperti kayu dengan baja, kayu dengan beton, kayu dengan kayu, beton dengan baja, dan kombinasi – kombinasi lainnya. Komposit akan beraksi sebagai satu kesatuan tunggal bila dihubungkan dengan suatu penghubung geser (shear connector), yang berfungsi memilkul dan memindahkan gaya – gaya geser antara lapisan balok.

(2)

Aksi gabungan dari balok komposit dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini. Jika sistem tidak bekerjasama sebagai gabungan, interaksi antar lapisan hanya diberikan oleh gesekan. Bila gesekan diabaikan, maka masing – masing lapisan akan memikul beban secara terpisah. Akan terjadi ketidaksinambungan pada bidang kontak antar lapisan (gambar atas). Bila sistem bekerja secara gabungan, maka tidak akan terjadi slip antara masing – masing lapisan balok. Gaya – gaya horizontal (geser) timbul dan akan memendekkan permukaan bawah dari struktur atas dan memanjangkan permukaan atas balok. Dengan demikian ketidaksinambungan pada bidang kontak dapat dihilangkan bila perlawanan horizontal dapat dikerahkan sepenuhnya (gambar bawah).

(3)

Ide untuk menggunakan dua macam kayu ialah supaya kayu yang lebih kuat dipergunakan di bagian yang lebih dibutuhkan atau sebaliknya, dimana tidak dibutuhkan kayu yang kuat dipakai kayu yang lebih lemah. Dapat dikatakan bahwa penggunaan kualitas kayu disesuaikan dengan diagram tegangan dan regangan, jadi lebih rasional dan ekonomis. Perbandingan kekuatan kayu biasanya sebanding dengan perbedaan kekakuan / modulus elastisitas, dimana bagian yang lebih kaku diharapkan untuk memiku beban yang lebih besar.

2.2 ANATOMI KAYU

Batang kayu terdiri sel – sel yang berlekatan satu sama lain. Struktur sel kayu dapat dibedakan menurut kelasnya, yaitu antara kayu berdaun lebar (angiosperma) dan kayu berdaun jarum (gymnosperma). Dinding sel terdiri dari zat selulosa. Antara satu sel dengan sel lainnya dihubungkan dengan zat perekat yang disebut lignin. Karena serat – serat kayu merupakan susunan dari sel – sel maka arah serat kayu adalah sejajar dengan arah sumbu batang. Daya lekat sel – sel dapat menentukan tinggi rendahnya geser sejajar serat kayu. Selain itu kepadatan sel juga menentukan kekokohan batang, karena semakin padat selnya berarti semakin tinggi berat jenis kayunya.

(4)

Gambar 2.2 Struktur sel kayu

Senyawa utama penyusun kayu adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignindengan komposisi 50 % selulosa, 25% hemiselulosa, dan 25% lignin. Sel – sel kayu ini kemudian secara berkelompok membentuk pembuluh, parenkim, dan serat. Pembuluh memiliki bentuk seperti pipa yang berfungsi menyalurkan air dan zat hara. Parenkim memiliki bentuk kotak, berdinding tipis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara hasil fotosintesis. Serat memiliki panjang langsing dan berdinding tebal serta berfungsi sebagai penguat pohon.

(5)
(6)

Penampang sebatang pohon yang dipotong melintang seperti gambar 2.3 di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kulit luar (outer bark), bagian ini kering dan bersifat sebagai pelindung. 2. Kulit dalam (bast), bagian ini lunak dan basah. Berfungsi untuk mengangkut

bahan makanan dari daerah daun ke bagian lain dari tumbuhan.

3. Kambium, berada di bagian dalam kulit dalam. Bagian inilah yang membuat sel – sel kulit dan sel – sel kayu. Lapisan kambium bagian luar membentuk sel – sel kulit dalam dan lapisan kambium bagian dalam membentuk sel – sel kayu muda. Pembelahan sel – sel kambium terjadi pada musim penghujan dan pada waktu musim kemarau tidak terjasi pembelahan sel sama sekali. Dengan demikian terjadinya pembelahan sel – sel dari satu musim penghujan ke musim penghujan lainnya menimbulkan batas – batas. Batas – batas inilah yang disebut lingkaran tahunan. Pada keadaan musim yang teratur maka lingkaran tahun dapat menunjukkan umur pohon. Pohon kayu yang mengalami pertumbuhan cepat akan memiliki cincin tahunan yang lebih besar bila debandingkan dengan pohon kayu yang pertumbuhannya lambat. Cincin tahunan dapat dipakai sebagai parameter untuk menentukan kaulitas kayu. Batang – batang yang memiliki lapisan lingkaran tahunan tipis mempunyai kualitas lebih baik daripada batang yang lapisan tahunannya tebal, karena semakin tipis lingkaran tahunan berarti pori – pori semakin rapat.

4. Kayu gubal (sapwood), biasanya warnanya keputih – putihan. Bagian ini mengangkut air dan zat makanan dari tanah ke daun.

(7)

5. Kayu teras (heartwood), bagian ini warnanya lebih tua dari kayu gubal. Kayu teras sebelumnya adalah kayu gubal, namun sudah tidak berfungsi seperti kayu gubal. Perubahannya menjadi kayu teras terjadi secara perlahan – lahan. Dibandingkan kayu gubal, kayu teras umumnya lebih tahan terhadap serangan serangga, bubuk kayu, jamur, dan sebagainya. Kayu teras inilah yang biasanya diambil dan dimanfaatkan sebagai “kayu” pada bangunan

6. Hati (pith), adalah bagian lingkaran kecil yan berada paling tengah.

7. Jari – jari teras (rays), bagian ini yang menghubungkan berbagai bagian dari pohon untuk penyimpanan dan peralihan makanan.

Kayu adalah bahan alam yang tidak homogen. Sifat tidak homogen ini disebabkan oleh pola pertumbuhan batang dan kondisi lingkungan yang tidak sama. Sifat – sifat fisis dan mekanis kayu berbeda pada arah longitudinal, radial, dan tangensial.

(8)

2.3 SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU

Kayu memiliki beberapa sifat fisis dan mekanis yang berbeda untuk setiap jenis kayu. Beberapa sifat tersebut yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kadar air, berat jenis, dan kekuatan kayu.

2.3.1 Kadar Air

Kayu memiliki kadar air yang terkandung di dalamnya, yang kadangkala beratnya lebih besar dari berat kayu itu sendiri. Kandungan air ini diketahui dapat mempengaruhi karakteristik dari kayu seperti berat, kekuatan, dan penyusutan. Kandungan air juga memungkinkan terjadinya serangan dari berbagai serangga dan jamur yang dapat membuat kayu menjadi rapuh dan juga dapat merusak struktur penyusun kayu tersebut.

Karena kadar air berpengaruh terhadap karakteristik kayu, maka perlu diketahui secara pasti kadar air dari kayu tersebut. Kadar air pada kayu berbeda untuk setiap kondisi cuaca, namun akan relatif tetap untuk kayu yang berada pada kondisi kering udara.

Ada tiga macam kadar air pada kayu, yaitu kadar air basah, kadar air kering udara, dan kadar air kering mutlak. Kayu yang baru ditebang masih basah sekali. Kadar airnya berkisar antara 40% - 200%, bergantung pada jenis kayu. Kayu yang masih basah tersebut semakin lama semakin kering hingga mencapai kadar air 24% -30% yang disebut fibre saturation point. Setelah fibre saturation point tercapai, kayu tersebut akan memperlihatkan pengerutan. Pengerutan terbesar adalah pada arah tangensial, yang disusul arah radial. Pengerutan arah aksial lebih kecil.

(9)

Besarnya kadar air pada suatu material biasanya dinyatakan sebagai persentase berat kering dari material terebut. Ada beberapa cara untuk mencari kadar air pada suatu material, antara lain dengan cara pengeringan, dengan peralatan, dan desilasi. Cara yang paling sesuai dan akurat adalah dengan metode pengeringan.

Kadar air juga dipengaruhi oleh keadaan udara disekitar kayu yaitu suhu udara dan kelembaman relatif. Semakin besar suhu udara disekitar kayu, maka kadar air akan semakin rendah dan berbanding terbalik dengan kelembaman relatif.

Perubahan kadar air juga diikuti oleh perubahan dimensi kayu. Dalam proses pengeringan kayu akan terjadi perubahan dimensi yang disebut dengan penyusutan (shrinkage), dimana penyusutan arah radial (lebar) lebih besar daripada penyusutan longitudinal (panjang).

Sesudah pengeringan Sebelum pengeringan Gambar 2.5 Penyusutan pada kayu

(10)

Namun apabila terjadi perbedaan penyusutan yang cukup besar pada arah longitudinal, tangensial, dan radial, maka akan tejadi distorsi bentuk pada balok atau papan kayu berupa; pembengkokan, lengkung busur, lengkung mangkok, dan puntiran.

Gambar 2.6 Distorsi bentuk pada kayu 2.3.2 Berat Jenis

Berat jenis didefenisikan sebagai berat dari satuan volume suatu material. Berat jenis diperoleh dengan membagikan berat benda kepada volume benda itu. Berat benda diperoleh dengan menimbang benda tersebut dengan suatu timbangan dengan angka akurat sesuai dengan yang diperlukan. Sedangkan untuk menentukan volume, cara yang paling umum dan mudah untuk dilakukan adalah dengan mengukur panjang, lebar, dan tinggi benda uji, dan mengalikan ketiganya.

(11)

Berat jenis juga didefenisikan sebagai berat jenis relatif benda tersebut terhadap berat jenis standar, dalam hal ini berat jenis air dalam gram per sentimeter kubik. Air dipakai sebagai bahan standar karena berat satu sentimeter kubik air adalah satu gram. Jadi dapat dikatakan bahwa berat jenis suatu benda adalah berat benda tersebut per satuan volumenya dan berat jenis benda itu relatif terhadap berat jenis standar, yaitu air.

Sepotong kayu yang kering tersusun dari material padat yang terdiri dinding sel dan rongga sel, yang mengandung udara dan sejumlah kecil zat lain. Berat jenis atau berat jenis relatif dari material padat dinding sel pada umumnya sama pada semua jenis kayu, yaitu sekitar 1,5. Dapat juga dikatakan bahwa dinding sel sekitar satu setengah kali lebih berat dari air. Dalam satu meter kubik kayu padat, tanpa rongga sel dan ruang antar sel, beratnya dapat mencapai 1500 Kg. Maka berat kayu berkisar antara 160 sampai 1250 Kg per meter kubik. Perbedaan berat jenis pada tiap jenis kayu ini dikarenakan perbedaan rasio dinding sel dengan rongga sel untuk tiap jenis kayu. Rasio ini dikontrol oleh kandungan relatif saluran dinding tipis ( thinner-walled vessel), sel parenchyma, dinding serat padat (thicker-walled fibres), dan perpanjangan dari dinding serat sekunder (extent of secondary walls of the fibres). 2.3.3 Kekuatan Kayu

Istilah kekuatan kayu pada suatu material seperti kayu adalah kemampuan material itu untuk menahan gaya luar atau beban yang berusaha untuk mengubah bentuk dan ukuran dari material tersebut. Akibat yang terjadi pada material karena bekerjanya gaya luar tersebut adalah timbulnya gaya dalam pada material yang

(12)

menahan terjadinya perubahan ukuran dan bentuk tersebut. Perubahan ukuran dan bentuk ini dikenal dengan nama deformasi, dimana deformasi berbanding lurus dengan pertambahan beban. Jika beban kemudian dihilangkan, maka material tersebut akan berusaha kembali ke bentuk semulanya, disebut dengan nama elastisitas material. Dapat atau tidaknya material itu kembali ke bentuk semula tergantung pada besarnya elastisitas material itu. Deformasi sebanding dengan besarnya beban yang bekerja hingga pada suatu titik. Titik ini adalah limit proporsional. Setelah melewati limit proporsional ini, besarnya deformasi akan bertambah lebih cepat dari besarnya beban yang diberikan. Hubungan antara beban dan deformasi ini ditunjukkan pada gambar 2.7 berikut. Jika beban bekerja melebihi daya kohesi antar jaringan – jaringan kayu maka akan terjadi keruntuhan.

∆L

Gambar 2.7 Grafik hubungan antara beban dengan deformasi untuk tegangan tarik dan tegangan tekan sejajar serat pada kayu

(13)

Sifat mekanik atau kekuatan kayu yang terpenting ada beberapa macam, antara lain sebagai berikut:

2.3.3.1 Kokoh Tarik

Kekuatan atau kokoh tarik dari suatu jenis kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya – gaya yang berusaha untuk menarik kayu tersebut. Kekuatan tarik terbesar pada kayu adalah pada arah sejajar serat kayu. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat, dan mempunyai hubungan dengan ketahanan kayu terhadap pembelahan.

2.3.3.2 Kokoh Tekan

Kokoh tekan suatu jenis kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya tekan (kompresi) yang bekerja pada kayu tersebut.

Kokoh tekan terbagi atas dua, yaitu kokoh tekan sejajar arah serat dan kokoh tekan tegak lurus arah serat. Kokoh tekan menyebabkan kayu memiliki kekuatan untuk menahan tekuk yang dapat terjadi akibat gaya tekan, baik sejajar arah serat maupun tegak lurus arah serat.

2.3.3.3 Kokoh Geser

Kokoh geser adalah suatu ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuannya menahan gaya – gaya yang membuat suatu bagian dari kayu tersebut bergeser atau bergelingsir dari bagian lain di dekatnya. Dalam hubungan ini dibedakan atas 3 macam kekuatan yaitu; kuat geser sejajar arah serat, kuat geser tegak lurus arah serat, dan kuat geser miring.

(14)

Gambar 2.8 Beban dan gaya dalam material yang mengalami tekanan, tarikan,

dan geser

2.3.3.4 Kokoh Lentur

Kokoh lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya yang berusaha melengkungkan kayu, atau untuk menahan beban – beban mati maupun beban hidup selain beban tumbukan yang harus dipikul oleh kayu tersebut. Dalam hal ini dibedakan atas kekuatan lengkung statik dan kekuatan lengkung pukul/tumbuk. Kekuatan lengkung statik menunjukkan kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan, sedangkan kekuatan lengkung pukul menunjukkan kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak seperti pukulan/tumbukan.

(15)

2.3.3.5 Kekakuan

Kekakuan kayu adalah suatu ukuran kekuatan kayu untuk mampu menahan perubahan bentuk ataupun lengkungan. Kekuatan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas, yang berasal dari pengujian keteguhan lengkung statik.

2.4 PERBAIKAN SIFAT KAYU 2.4.1 Pengeringan Kayu

Pengeringan adalah salah satu cara yang penting dalam usaha memperbaiki sifat kayu. Pengeringan yang dilakukan dengan baik, selain memantapkan dimensi juga membebaskan kayu dari tegangan yang dapat menimbulkan retak, pecah, atau berbagai perubahan bentuk. Beberapa metode pengeringan yang sampai saat ini umum dilakukan adalah:

2.4.1.1 Pengeringan Alami

Cara ini seluruhnya mengandalkan faktor alam, yaitu sinar matahari, kelembaban nisbi, dan angin. Karena itu lamanya pengeringan sangat tergantung pada iklim. Kelemahan utama cara pengeringan ini adalah waktu pengeringan yang lebih panjang serta kadar air yang masih terlalu tinggi.

2.4.1.2 Pengeringan dalam Dapur Pengering (Dry Kiln)

Cara ini sering menjadi pilihan karena waktu pengeringan yang relatif singkat dan kadar akhir air yang bisa dicapai dapat disesuaikan dengan keperluan. Faktor penting dalam cara ini adalah ketepatan pemilihan bagan pengeringan yang digunakan agar diperoleh waktu pengeringan yang sesingkat mungkin dengan cacat kayu minimal.

(16)

2.4.2 Keawetan Alami, Keterawetan dan Pengawetan Kayu

Dari sifatnya, kayu memiliki keawetan yang beragam. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan membagi keawetan kayu Indonesia dalam 5 kelas awet, yaitu:

Tabel 2.1 Kelas awet kayu Indonesia

NO KONDISI I II III IV V

1. Selalu berhubungan dengan tanah lembab

8 thn 5 thn 3 thn Sangat pendek

Sangat pendek 2. Hanya dipengaruhi cuaca

tapi dijaga agar tidak terencam air dan tidak kekurangan udara 20 thn 15 thn 10 thn Beberapa tahun Sangat pendek 3. Di bawah atap, tdk

berhubungan dengan tanah lembab & tidak kekurangan udara Tak terbatas Tak terbatas Sangat lama Beberapa tahun Pendek

4. Seperti No. 3, tapi

dipelihara dengan baik dan dicat secara teratur

Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas 20 thn 20 thn

5. Serangan rayap tanah Tidak jarang Agak cepat

Sangat cepat

Sangat cepat 6. Serangan bubuk kayu

kering

Tidak tidak Hampir tidak

Tidak berarti

Sangat cepat

Keterawetan merupakan salah satu sifat kayu yang menunjukkan mudah tidaknya suatu jenis kayu dimasuki larutan bahan pengawet. Pengawetan kayu berguna untuk memperpanjang umur kayu, dan jika itu digunakan pada bangunan,

(17)

maka artinya memperpanjang umur bangunan serta mempertahankan kualitas dan nilai artistik dari bangunan itu sendiri.

Pada umumnya jenis kayu yang berdaun lebar lebih sukar diawetkan daripada jenis kayu berdaun jarum. Sifat keterawetan kayu ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Sifat Kayu b. Cara pengawetan

c. Bahan pengawet yang digunakan.

Tabel 2.2 Klasifikasi keterawetan

KETERAWETAN KETERANGAN PENETRASI (%)

I Mudah 90

II Sedang 50 – 90

III Sukar 10 – 50

IV Sangat sukar Kurang dari 10

Secara tradisional pengawetan bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia. Dahulu masyarakat biasanya mengawetkan kayu dengan cara merendam atau mengubur kayu di sawah. Ada juga yang melaburkan kayu dengan minyak kemiri. Namun cara – cara tersebut hanya bisa mengatasi jenis rayap / jamur tertentu, tetapi tidak mampu mengatasi semua jenis hama yang menjadi musuh kayu. Sebagai contoh minyak kemiri efektif untuk menangkal jamur biru, tetapi tidak efektif untuk rayap. Ketahanan kayu dahulu yang dilaburi minyak kemiri lebih disebabkan umur kayu yang cukup tua dan kekerasannya sudah maksimal, sehingga tidak disukai rayap.

(18)

Karena itu untuk menangkal seluruh jenis hama dibutuhkan metode pengawetan yang efektif dan obat pengawet.

Ada beberapa metode pengawetan seperti ; proses vakum tekan, proses rendaman panas – dingin, proses rendaman dingin, dan difusi. Pemilihan metode pengawetan yang akan dipakai tergantung dari sifat jaringan kayu, jumlah kayu, dan waktu yang dibutuhkan. Misalnya proses vakum tekan. Proses ini membutuhkan waktu singkat, namun sebaiknya dilakukan dengan volume kayu yang besar untuk menekan harga. Sebaliknya proses rendaman lebih sederhana alat dan pengerjaannya, sehingga bisa dilakukan dalam jumlah kecil.

2.4.2.1 Ketentuan Kayu yang Diawetkan

a. Kayu yang harus diawetkan adalah adalah jenis kayu yang mempunyai keawetan alami atau kelas awet III, IV, dan V serta kayu gubal dari kelas awet I dan II. Pengawetan harus dilakukan sebelum finishing.

b. Kayu yang akan diawetkan harus memiliki kadar air sesuai dengan metode pengawetannya. Pada proses vakum tekan, kering udara kayu sampai maksimal 35%. Pada proses rendaman, kering udaranya maksimal 45%.

c. Permukaan kayu harus bersih, bebas dari segala macam kotoran dan tidak berkulit.

d. Kayu harus sudah dalam bentuk siap pakai. Kalaupun ada pegerjaan lanjutan yang terpaksa dilakukan setelah pengawetan, maka bagian yang terbuka dan tidak ditembus bahan pengawet harus dilabur dengan bahan pengawet pekat secara merata.

(19)

e. Pengawetan harus dilakukan tersendiri untuk tiap jenis kayu yang mempunyai sifat keterawetan, berat jenis, ataupun ukuran yang berbeda.

2.4.2.2 Bahan Pengawet

a. Bahan pengawet yang dapat digunakan adalah bahan yang diijinkan untuk diedarkan oleh Komisi Pestisida, Departemen Pertanian, dengan golongan CCB1, CCB2, CCB3, dan CDF. Merk dagang dari golongan bahan pengawet tersebut bermacam – macam dan dijual oleh agen penjual pestisida.

b. Bahan pengawet harus dapat mencegah serangan rayap tanah, rayap kayu kering, bubuk kayu kering, dan jamur perusak kayu.

c. Formulasi bahan pengawet harus memenuhi salah satu komposisi bahan aktif berupa garam hidrat, garam anhidrat, oksida asam, atau hidroksida. Bentuk formulasi dapat berupa serbuk kering, pasta, dan konsentrat.

d. Retensi (zat yang tertinggal) dan penetrasi (penembusan) bahan pengawet memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(20)

Tabel 2.3 Retensi dan Penembusan Bahan Pengawet RETENSI (kg/mm3) GOLONGAN BENTUK / FORMULASI Di bawah atap Di atas atap PENEMBUSAN (mm)

1. Bahan aktif garam 6,4 9,1 5

CCB1

2. Formulasi 8,4 11,6 5

1. Bahan aktif garam 8,0 11,4 5

CCB2

2. Formulasi 8,2 11,3 5

1. Bahan aktif garam 8,0 11,0 5

CCB3

2. Formulasi 8,0 11,0 5

1. Bahan aktif garam 6,0 8,6 5

CCB4

2. Formulasi 6,0 8,6 5

2.5 KOMPOSIT

Pada dasarnya pengertian komposit merupakan gabungan dua macam atau lebih komponen yang berbeda, digabung menjadi satu komponen. Komposit dibuat dengan maksud untuk mendapatkan sifat gabungan yang lebih baik dari sifat masing – masing komponen penyusunnya.

Di dalam komponen struktur, perbedaan komponen penyusun struktur yang dimaksudkan adalah perbedaan Mecahnical Properties seperti perbedaan Elastisitas, Kuat Lentur, Kuat Geser, dan Kuat Tekan. Penggabungan dua komponen atau lebih dari bahan yang sama menjadi satu komponen juga dianggap sebagai struktur komposit.

(21)

Beberapa contoh struktur komposit yang lazim dijumpai pada bangunan – bangunan adalah :

1. Komposit Beton - Baja, komposit tipe ini sering digunakan pada jembatan gelagar baja dengan pelat lantai beton, lantai bangunan dari beton dengan balok dari baja, jembatan beton yang diperkuat dengan pelat baja. Beton bertulang juga merupakan jenis komposit ini.

2. Komposit Beton – Beton, komposit tipe ini dijumpai pada struktur jembatan prategang yang mutu gelagar betonnya lebih tinggi dari mutu pelat lantai betonnya.

3. Komposit Beton – Kayu, komposit tipe ini sering digunakan pada jembatan gelagar kayu dengan pelat lantai beton, dan lantai bangunan sederhana dari beton dengan balok dari kayu.

4. Komposit Baja – Kayu, komposit tipe ini sering digunakan pada gelagar kayu yang dipekuat dengan pelat baja.

5. Komposit Kayu – Kayu, komposit tipe ini sering dijumpai pada balok kayu majemuk.

6. Komposit – komposit lainnya, seperti beton bertulang yang diperkuat FRP, Sandwich Panel, dll.

2.6 PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR)

Penghubung geser (shear Connector) adalah alat sambung mekanik yang berfungsi sebagai penahan gaya geser yang timbul pada bidang permukaan dari komponen – komponen yang membentuk komponen komposit. Agar aksi komposit

(22)

dapat tercipta dengan sempurna, maka bidang kontak antara dua komponen yang akan disatukan tidak boleh terjadi geser (slip). Untuk itu pada bidang kontak harus dipasang penghubung geser (shear connector). Penghubung geser yang dipasang pada bidang kontak balok dapat berupa penghubung geser menerus seperti perekat / lem, atau dapat juga penghubung geser yang dipasang secara discrete seperti baut, paku, pasak, dan alat penghubung geser lainnya yang sifatnya dipasang secara satuan.

Pada penghubung geser yang dipasang menerus seperti perekat / lem, tidak akan terjadi slip pada bidang kontak. Maka komposit yang memakai lem sebagai penghubung geser akan beraksi sebagai komposit sempurna. Namun pemasangan penghubung geser seperti ini cukup rumit mengingat besarnya bidang kontak yang harus direkatkan dan harus ada alat khusus untuk menahan dan melakukan pressing terhadap elemen – elemen yang akan disatukan. Penghubung geser yang dipasang secara discrete juga dapat beraksi sebagai komposit sempurna seperti pada komposit yang disatukan dengan perekat dengan cara memasang penghubung geser sedekat / serapat mungkin. Namun pemasangan penghubung geser yang terlalu rapat dapat menyebabkan perlemahan pada elemen struktur. Oleh karena itulah dibutuhkan perhitungan yang tepat dan akurat untuk mendapatkan ukuran dan jarak penghubung geser yang paling tepat dan efisien.

Gambar

Gambar 2.4 Arah longitudinal, tangensial, dan radial pada kayu
Gambar 2.7  Grafik hubungan antara beban dengan deformasi untuk tegangan tarik  dan tegangan tekan sejajar serat pada kayu
Gambar 2.8  Beban dan gaya dalam material yang mengalami tekanan, tarikan,

Referensi

Dokumen terkait

MI Negeri 1 Banjarnegara merupakan nama sebuah lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah yang tempatnya di desa Purworejo Kecamatan Purwareja Klampok

Beberapa menyatakan bahwa tindakan dekompresi dari saraf tibia pada pasien-pasien dengan pes planovalgus deformitas dapat menyebabkan hilangnya efek nyeri karena

Pelabuhan ini sebagai salah satu pintu gerbang pembangunan kota Makassar yang melayani tidak hanya pelayaran nasional tetapi juga internasional akan tetapi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode destruksi dan zat pengoksidasi terbaik untuk analisis logam timbal Pb dalam sampel buah apel menggunakan Spektrofotometri Serapan

Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) pengetahuan dan keterampilan perawat sangat dibutuhkan, terutama dalam pengambilan keputusan klinis dimana keterampilan penting bagi

Berikut data hasil pengukuran akhir dari enam subjek penelitian tersebut.. Enam subyek penelitian yang masuk dalam kategori mempunyai kecanduan facebook dengan skor

Pengamatan mengenai tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada larva ikan kerapu pasir sangat dibutuhkan sebagai data awal untuk kegiatan pemeliharaan larva karena berkaitan dengan

Nilai anomali kontur ABL pada penelitian ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu anomali rendah dan anomali tinggi, anomali rendah dengan kisaran +35 sampai +90