Apa itu Kode Etik?
Aturan etika adalah ”terjemahan” dari
asas-asas etika menjadi ketentuan-ketentuan
pragmatis yang memuat hal-hal yang boleh
dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari.
Aturan-aturan etika yang disusun oleh
asosiasi atau perhimpunan keprofesian
sebagai pedoman perilaku bagi
anggota-anggota profesi itu, umumnya dinamakan
kode etik (Inggris: code of ethics).
Kode Etik Kedokteran
Istilah kode berasal dari kata latin codex yang
antara lain berarti buku, atau sesuatu yang tertulis, atau seperangkat asas-asas atau aturan-aturan.
Dari pengertian seperti inilah Kode Etik
Kedokteran dapat diartikan sebagai seperangkat (tertulis) tentang peraturan-peraturan etika yang memuat amar (apa yang dibolehkan) dan larangan (apa yang harus dihindari) sebagai pedoman
pragmatis bagi dokter dalam menjalankan profesinya. Dapat juga dikatakan, Kode Etik Kedokteran adalah buku yang memuat aturan-aturan etika bagi dokter.
Kode etik Kedokteran Internasional
Kode Etik Kedokteran Internasional yang pertama
dirumuskan oleh World Medical Association (WMA) di London tahun 1949.
kode etik ini didasarkan pada deklarasi Jenewa tahun
1948 yang dihasilkan oleh WMA. Kode etik ini
kemudian sudah dua kali disempurnakan, yaitu dalam tahun 1968 dan 1983.
Di samping itu, sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu dan teknologi biomedis, serta timbulnya masalah bioetika terkait dengan perkembangan itu, maka Kode Etik Kedokteran Internasional secara berkala
dilengkapi dengan deklarasi-deklarasi WMA yang
merupakan pedoman dalam pemecahan masalah atau dilema baru dalam praktik kedokteran.
Deklarasi-deklarasi WMA
Deklarasi Helsinki (1964) tentang penelitian dengan objek manusia
Deklarasi Sydney (1968) dan Deklarasi Venice (1983) tentang kriteria mati dikaitkan dengan kebutuhan transplantasi organ.
Deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan.
Deklarasi Tokyo (1975) tentang penggunaan obat terlarang
Deklarasi Lisbon (1981) tentang hak-hak pasien
Deklarasi Brussels (1985) tentang fertilisasi in vitro
Deklarasi Madrid (1987) tentang euthanasia dan rekayasa genetik, dan seterusnya.
Kode Etik Kedokteran Indonesia
(Kodeki)
Kode Etik Kedokteran Indonesia yang pertama disusun oleh Musyawarah Kerja Susila
Kedokteran Nasional I di Jakarta dalam tahun 1969.
Karena Ikatan Dokter Indonesia (IDI) adalah anggota World Medical Association (WMA),
dengan sendirinya kode etik ini disusun dengan merujuk kepada Kode Etik Kedokteran
Internasional yang telah disempurnakan oleh
kongres WMA ke-22 di Sydney dalam tahun 1968,
dengan beberapa penyesuaian dengan keadaan dan praktik di Indonesia.
Dinamika Kodeki
Dengan SK Menteri Kesehatan R.I. No.
434/MENKES/SK/X/1983, tanggal 28 Oktober 1983, Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki) dinyatakan berlaku bagi semua dokter di
Indonesia.
Kodeki sudah mengalami beberapa perubahan. Perubahan terakhir dilaksanakan oleh Rakernas MKEK-MP2A tanggal 20-22 Mei 1993 di Jakarta,
yang menghasilkan dua buku, yaitu (1) Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki), dan (2) Pedoman Pelasanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Kodeki tahun 1993
Mukadimah
Kewajiban umum
: Pasal 1 s/d 9 (9 Pasal =
45%)
Kewajiban Dokter terhadap penderita
:
Pasal 10 s/d 15 (6 Pasal = 30%)
Kewajiban Dokter terhadap sejawat
: Pasal
16 s/d 17 (2 Pasal = 10%)
Kewajiban Dokter terhadap diri sendiri
:
Pasal 18 s/d 20 (3 Pasal = 15%)
Kodeki tahun 2002
Melalui musyawarah kerja nasional (mukernas) etika kedokteran III tahun 2001, dilakukan revisi terhadap pasal-pasal dan penjelasan Kodeki guna menyesuaikan dengan tantangan permasalahan yang ada.
Surat keputusan pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia No.221/PB/A.4/04/2002 tentang
penerapan Kode etik Kedokteran Indonesia, isinya antara lain mencabut Kodeki hasil Rakernas
MKEK-MP2A tahun 1993 dan menetapkan
penerapan Kode etik kedokteran Indonesia hasil Mukernas etik kedokteran III tahun 2001 sebagai pedoman etik bagi dokter dalam menjalankan
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)
Kewajiban Umum:
Pasal 1: Setiap dokter harus menjunjung
tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah dokter
.
Lafal sumpah dokter
Sumpah Dokter
adalah pernyataan yang
diucapkan secara resmi oleh seorang
dokter baru dengan bersaksi kepada Allah
Swt atau kepada sesuatu yang dianggap
suci, bahwa ia akan bertekad teguh akan
menjalankan profesi dokter dengan
sebaik-baiknya dengan harkat, martabat dan
tujuan luhur profesi itu. Dalam arti
sekarang, pengucapan sumpah dokter
pada upacara wisuda yang khidmat
hendaknya dinilai sebagai kontrak sosial
dokter baru kepada masyarakat.
Lafal sumpah dokter
Peraturan Pemerintah
No. 26 Tahun
1960
Tentang LAFAL SUMPAH
DOKTER INDONESIA dan
disempurnakan pada Mukernas Etika
Kedokteran
II tahun 1981
. sesuai
dengan dokter yang bersumpah, Lafal
Sumpah Dokter Indonesia diawali
dengan “Demi Allah/Sang Hyang Adhi
Buddha/Om Athah Parama Wisesa,
saya bersumpah/berjanji”, bahwa:
Lafal sumpah dokter
Indonesia
1.
Saya akan membaktikan hidup saya
guna kepentingan kemanusiaan .
2.
Saya akan menjalankan tugas saya
dengan cara yang terhomat dan
bersusila , sesuai dengan martabat
pekerjaan saya sebagai dokter.
3.
Saya akan memelihara dengan sekuat
tenaga martabat dan tradisi luhur
profesi kedokteran.
Lafal sumpah dokter
Indonesia
Saya akan merahasiakan segala
sesuatu yang saya ketahui karena
keprofesian saya.
Saya tidak akan mempergunakan
pengetahuan dokter saya untuk sesuatu
yang bertentangan dengan
perikemanusiaan, sekalipun diancam.
Saya akan menghormati setiap hidup
insani mulai dari saat pembuahan.
Lafal sumpah dokter
Indonesia
4. Saya akan selalu mengutamakan
kesehatan pasen,dengan memperhatikan
ke pentingan masyarakat.
5. Saya akan berikhtiar dengan
sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh
oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, gender, politik,
kedudukan sosial dan jenis penyakit
dalam menunaikan kewajiban terhadap
pasen.
6. Saya akan memberi kepada guru-guru
saya penghormatan dan pernyataan
terimakasih yang selayaknya.
Lafal sumpah dokter
Indonesia
7. Saya akan perlakukan teman sejawat
saya seperti saudara kandung.
8. Saya aman mentaati dan
mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia.
9. Saya ikrarkan sumpah saya ini dengan
sungguh-sungguh dan dengan
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)
Pasal 2
: Setiap dokter harus senantiasa
berupaya melaksanakan profesinya
sesuai dengan standar profesi yang
tertinggi .
Pasal 3
: Dalam melakukan pekerjaan
kedokterannya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan
dan kemandirian profesi.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)
Pasal 4
: Setiap dokter harus
menghindarkan diri dari perbuatan yang
bersifat memuji diri sendiri.
Pasal 5
: Tiap perbuatan atau nasehat
yang mungkin melemahkan daya tahan
psikis maupun fisik hanya diberikan
untuk kepentingan dan kebaikan pasen,
setelah memperoleh persetujuan
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)
Pasal 6
: Setiap dokter harus senantiasa
berhati-hati dalam mengumumkan dan
menerapkan setiap penemuan teknik
atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)
Pasal 7:
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Pasal 7a.:
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b.:
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasen dan sejawatnya, dan berupaya untuk
mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter dan kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)
Pasal 7c:
Seorang dokter harus menghormati hak pasen, hak-hak sejawatnya dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasen.
Pasal 7d.:
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 8:
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, prenentif, kuratif dan rehabilitatif) serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)
Pasal 9:
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di
bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Pasal 10:
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan semua ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasen. Dalam hal ini ia tidak mam-pu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasen, ia wajib
merujuk pasen kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11 :
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasen agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)
Pasal 12:
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasen, bahkan juga setelah pasen itu
meninggal dunia.
Pasal 13:
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bersedia dan lebih mampu memberikan.
Pasal 14:
Setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)
Pasal 15:
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasen dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
Pasal 16:
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17 :
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan