• Tidak ada hasil yang ditemukan

Istilah kode berasal dari kata latin codex yang antara lain berarti buku, atau sesuatu yang tertulis, atau seperangkat asas-asas atau aturan-aturan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Istilah kode berasal dari kata latin codex yang antara lain berarti buku, atau sesuatu yang tertulis, atau seperangkat asas-asas atau aturan-aturan."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Apa itu Kode Etik?

Aturan etika adalah ”terjemahan” dari

asas-asas etika menjadi ketentuan-ketentuan

pragmatis yang memuat hal-hal yang boleh

dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari.

Aturan-aturan etika yang disusun oleh

asosiasi atau perhimpunan keprofesian

sebagai pedoman perilaku bagi

anggota-anggota profesi itu, umumnya dinamakan

kode etik (Inggris: code of ethics).

(3)

Kode Etik Kedokteran

 Istilah kode berasal dari kata latin codex yang

antara lain berarti buku, atau sesuatu yang tertulis, atau seperangkat asas-asas atau aturan-aturan.

 Dari pengertian seperti inilah Kode Etik

Kedokteran dapat diartikan sebagai seperangkat (tertulis) tentang peraturan-peraturan etika yang memuat amar (apa yang dibolehkan) dan larangan (apa yang harus dihindari) sebagai pedoman

pragmatis bagi dokter dalam menjalankan profesinya. Dapat juga dikatakan, Kode Etik Kedokteran adalah buku yang memuat aturan-aturan etika bagi dokter.

(4)

Kode etik Kedokteran Internasional

 Kode Etik Kedokteran Internasional yang pertama

dirumuskan oleh World Medical Association (WMA) di London tahun 1949.

 kode etik ini didasarkan pada deklarasi Jenewa tahun

1948 yang dihasilkan oleh WMA. Kode etik ini

kemudian sudah dua kali disempurnakan, yaitu dalam tahun 1968 dan 1983.

 Di samping itu, sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu dan teknologi biomedis, serta timbulnya masalah bioetika terkait dengan perkembangan itu, maka Kode Etik Kedokteran Internasional secara berkala

dilengkapi dengan deklarasi-deklarasi WMA yang

merupakan pedoman dalam pemecahan masalah atau dilema baru dalam praktik kedokteran.

(5)

Deklarasi-deklarasi WMA

 Deklarasi Helsinki (1964) tentang penelitian dengan objek manusia

 Deklarasi Sydney (1968) dan Deklarasi Venice (1983) tentang kriteria mati dikaitkan dengan kebutuhan transplantasi organ.

 Deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan.

 Deklarasi Tokyo (1975) tentang penggunaan obat terlarang

 Deklarasi Lisbon (1981) tentang hak-hak pasien

 Deklarasi Brussels (1985) tentang fertilisasi in vitro

 Deklarasi Madrid (1987) tentang euthanasia dan rekayasa genetik, dan seterusnya.

(6)

Kode Etik Kedokteran Indonesia

(Kodeki)

 Kode Etik Kedokteran Indonesia yang pertama disusun oleh Musyawarah Kerja Susila

Kedokteran Nasional I di Jakarta dalam tahun 1969.

 Karena Ikatan Dokter Indonesia (IDI) adalah anggota World Medical Association (WMA),

dengan sendirinya kode etik ini disusun dengan merujuk kepada Kode Etik Kedokteran

Internasional yang telah disempurnakan oleh

kongres WMA ke-22 di Sydney dalam tahun 1968,

dengan beberapa penyesuaian dengan keadaan dan praktik di Indonesia.

(7)

Dinamika Kodeki

 Dengan SK Menteri Kesehatan R.I. No.

434/MENKES/SK/X/1983, tanggal 28 Oktober 1983, Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki) dinyatakan berlaku bagi semua dokter di

Indonesia.

 Kodeki sudah mengalami beberapa perubahan. Perubahan terakhir dilaksanakan oleh Rakernas MKEK-MP2A tanggal 20-22 Mei 1993 di Jakarta,

yang menghasilkan dua buku, yaitu (1) Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki), dan (2) Pedoman Pelasanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia.

(8)

Kodeki tahun 1993

Mukadimah

Kewajiban umum

: Pasal 1 s/d 9 (9 Pasal =

45%)

Kewajiban Dokter terhadap penderita

:

Pasal 10 s/d 15 (6 Pasal = 30%)

Kewajiban Dokter terhadap sejawat

: Pasal

16 s/d 17 (2 Pasal = 10%)

Kewajiban Dokter terhadap diri sendiri

:

Pasal 18 s/d 20 (3 Pasal = 15%)

(9)

Kodeki tahun 2002

 Melalui musyawarah kerja nasional (mukernas) etika kedokteran III tahun 2001, dilakukan revisi terhadap pasal-pasal dan penjelasan Kodeki guna menyesuaikan dengan tantangan permasalahan yang ada.

 Surat keputusan pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia No.221/PB/A.4/04/2002 tentang

penerapan Kode etik Kedokteran Indonesia, isinya antara lain mencabut Kodeki hasil Rakernas

MKEK-MP2A tahun 1993 dan menetapkan

penerapan Kode etik kedokteran Indonesia hasil Mukernas etik kedokteran III tahun 2001 sebagai pedoman etik bagi dokter dalam menjalankan

(10)

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)

Kewajiban Umum:

Pasal 1: Setiap dokter harus menjunjung

tinggi, menghayati dan mengamalkan

sumpah dokter

.

(11)

Lafal sumpah dokter

Sumpah Dokter

adalah pernyataan yang

diucapkan secara resmi oleh seorang

dokter baru dengan bersaksi kepada Allah

Swt atau kepada sesuatu yang dianggap

suci, bahwa ia akan bertekad teguh akan

menjalankan profesi dokter dengan

sebaik-baiknya dengan harkat, martabat dan

tujuan luhur profesi itu. Dalam arti

sekarang, pengucapan sumpah dokter

pada upacara wisuda yang khidmat

hendaknya dinilai sebagai kontrak sosial

dokter baru kepada masyarakat.

(12)

Lafal sumpah dokter

Peraturan Pemerintah

No. 26 Tahun

1960

Tentang LAFAL SUMPAH

DOKTER INDONESIA dan

disempurnakan pada Mukernas Etika

Kedokteran

II tahun 1981

. sesuai

dengan dokter yang bersumpah, Lafal

Sumpah Dokter Indonesia diawali

dengan “Demi Allah/Sang Hyang Adhi

Buddha/Om Athah Parama Wisesa,

saya bersumpah/berjanji”, bahwa:

(13)

Lafal sumpah dokter

Indonesia

1.

Saya akan membaktikan hidup saya

guna kepentingan kemanusiaan .

2.

Saya akan menjalankan tugas saya

dengan cara yang terhomat dan

bersusila , sesuai dengan martabat

pekerjaan saya sebagai dokter.

3.

Saya akan memelihara dengan sekuat

tenaga martabat dan tradisi luhur

profesi kedokteran.

(14)

Lafal sumpah dokter

Indonesia

Saya akan merahasiakan segala

sesuatu yang saya ketahui karena

keprofesian saya.

Saya tidak akan mempergunakan

pengetahuan dokter saya untuk sesuatu

yang bertentangan dengan

perikemanusiaan, sekalipun diancam.

Saya akan menghormati setiap hidup

insani mulai dari saat pembuahan.

(15)

Lafal sumpah dokter

Indonesia

4. Saya akan selalu mengutamakan

kesehatan pasen,dengan memperhatikan

ke pentingan masyarakat.

5. Saya akan berikhtiar dengan

sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh

oleh pertimbangan keagamaan,

kebangsaan, kesukuan, gender, politik,

kedudukan sosial dan jenis penyakit

dalam menunaikan kewajiban terhadap

pasen.

6. Saya akan memberi kepada guru-guru

saya penghormatan dan pernyataan

terimakasih yang selayaknya.

(16)

Lafal sumpah dokter

Indonesia

7. Saya akan perlakukan teman sejawat

saya seperti saudara kandung.

8. Saya aman mentaati dan

mengamalkan Kode Etik Kedokteran

Indonesia.

9. Saya ikrarkan sumpah saya ini dengan

sungguh-sungguh dan dengan

(17)

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)

Pasal 2

: Setiap dokter harus senantiasa

berupaya melaksanakan profesinya

sesuai dengan standar profesi yang

tertinggi .

Pasal 3

: Dalam melakukan pekerjaan

kedokterannya, seorang dokter tidak

boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang

mengakibatkan hilangnya kebebasan

dan kemandirian profesi.

(18)

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)

Pasal 4

: Setiap dokter harus

menghindarkan diri dari perbuatan yang

bersifat memuji diri sendiri.

Pasal 5

: Tiap perbuatan atau nasehat

yang mungkin melemahkan daya tahan

psikis maupun fisik hanya diberikan

untuk kepentingan dan kebaikan pasen,

setelah memperoleh persetujuan

(19)

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)

Pasal 6

: Setiap dokter harus senantiasa

berhati-hati dalam mengumumkan dan

menerapkan setiap penemuan teknik

atau pengobatan baru yang belum diuji

kebenarannya dan hal-hal yang dapat

menimbulkan keresahan masyarakat.

(20)

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)

Pasal 7:

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Pasal 7a.:

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b.:

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasen dan sejawatnya, dan berupaya untuk

mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter dan kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam

(21)

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)

Pasal 7c:

Seorang dokter harus menghormati hak pasen, hak-hak sejawatnya dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasen.

Pasal 7d.:

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 8:

Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan

memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, prenentif, kuratif dan rehabilitatif) serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi

(22)

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)

Pasal 9:

Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di

bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

Pasal 10:

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan semua ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasen. Dalam hal ini ia tidak mam-pu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasen, ia wajib

merujuk pasen kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11 :

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasen agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

(23)

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)

Pasal 12:

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasen, bahkan juga setelah pasen itu

meninggal dunia.

Pasal 13:

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan

darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang

bersedia dan lebih mampu memberikan.

Pasal 14:

Setiap dokter memperlakukan teman

sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

(24)

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002)

Pasal 15:

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasen dari teman sejawat, kecuali dengan

persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

Pasal 16:

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17 :

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

(25)

Sekian dan terima

kasih, wassalam

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan yang signifikan antara penggunaan strategi coping dengan prestasi akademik siswa kelas XI SMA

Apabila setelah dilakukan perhitungan analisis korelasi diperoleh koefisien korelasi (r) >0, maka berarti terdapat hubungan positif antara variabel bebas dan variabel

Ekstrak bawang hitam dengan variasi pemanasan 15, 25, dan 35 hari memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena mengandung senyawa aktif flavonoid, tanin,

Penelitian tentang Pola Asuh Anak Dalam Keluarga Di Lingkungan Lokalisasi Padang Bulan ini, menggunakan 7 (tujuh) informan pokok orang tua yaitu para mucikari yang memiliki anak

Agenda Clustering Requirement untuk clustering Tipe data dalam cluster analysis Interval-scale variable Binary variable Nominal variable Ordinal variable Ratio-scaled

6 Mereka merupakan konsumen televisi yang populasinya besar, untuk memperbolehkan program acara yang bisa ditonton untuk anak-anak sebaiknya harus diperhatikan manfaat dari

Dari data di atas jika kita cermati, sebagian besar tindak kenakalan remaja yang terjadi dilakukan secara berkelompok atau dapat dikatakan bahwa seorang remaja

maka pada penelitian ini dilakukan ekstraksi senyawa bioaktif inhibitor tirosinase dari kulit batang Artocarpus heterophyllus Lamk menggunakan pelarut air dan campuran air :