• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model pembelajaran partisipatif (program pendidikan keluarga bagi orang tua dengan anak usia 13-15 tahun) - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Model pembelajaran partisipatif (program pendidikan keluarga bagi orang tua dengan anak usia 13-15 tahun) - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan"

Copied!
234
0
0

Teks penuh

(1)

(

Program Pendidikan Keluarga Bagi Orang Tua

Dengan Anak Usia 13-15 Tahun)

2015

2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(2)

(

Program Pendidikan Keluarga Bagi Orang Tua

Dengan Anak Usia 13-15 Tahun)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal

(PP PAUDNI) Regional I Bandung

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(3)

Pembelajaran Partisipatif Program Pendidikan Keluarga

bagi orang tua dengan anak 13-15 tahun

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal (PP PAUDNI) Regional I Bandung

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(4)

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(5)

Pengarah

Ir . H. Djajeng Baskor o, M.Pd. (Kepala PP-PAUDNI Regional I)

Penanggung Jawab Dr s. Dadan Supr iatna, M.Pd. (Kabid Pr ogr am dan Infor masi)

Narasumber

Pr of. Dr . Enceng Mulyana, M.Pd. (Pr aktisi Pendidikan Luar Sekolah)

Tim Pengembang Dr s. Dar now o, M.Pd. Er ni Sukmawati Dew i, M.Pd.

Endang Sutisna, M.Pd. Dr s. Tr iono Adil, M.Pd.

Tata Letak & Desain Sampul umis

Kementer ian Pendidikan dan Kebudayaan

Dir ektor at Jender al Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyar akat Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonfor mal dan Infor mal

(PP PAUDNI) Regional I Bandung 2015

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Model pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga bagi or ang tua dengan anak usia 13 – 15 tahun,

sudah sesuai dengan pr osedur semestinya, untuk itu kami menyetujuinya. Mudah-mudahan ber jalan lancar dan tujuan ter capai sesuai dengan r encana.

Amiin.

Bandung, Oktober 2015 Nar a Sumber ,

Prof. Dr. H. Enceng Mulyana, M.Pd.

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(7)

ABSTRAK

Pr ogr am pendidikan keluar ga mer upakan kegiatan yang sasar annya adalah or angtua yang memiliki anak. Kegiatan ini har us dilakukan mengingat or angtua adalah pendidik utama dan per tama bagi anak. Pr ogr am pendidikan keluar ga diar ahkan pada peningkatan pengetahuan dan keter ampilan or ang tua dan or ang dew asa tentang car a mendidik (asah-asih) dan mengasuh anak secar a baik dan benar untuk ber kembangnya semua potensi yang ada pada anak secar a holistik.

PP PAUDNI Regional I Bandung pada tahun 2015 mengembangkan model pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga bagi or ang tua dengan anak usia 13-15 tahun, yang dihar apkan mampu mendor ong or ang tua ber per an aktif member i stimulus dan mendampingi anak dengan per lakuan yang tepat dan ter baik sesuai dengan tingkat per kembangan.

Pembatasan sasar an model pembelajar an yang hanya bagi or ang tua dengan usia anak 13-15 tahun, didasar kan atas per timbangan bahw a pada r entang usia ini anak mulai ber gaul dengan lingkungan main yang lebih luas, sehingga or ang tua per luekstrahati-hati dalam mendidik dan melindungi anak-anaknya. Oleh kar enanya pembelajar an bagi or ang tua yang memiliki anak usia 13-15 tahun dir asa sangat pr ior itas untuk dilakukan.

Secar a umum, tujuan pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga adalah untuk meningkatkan kepedulian, keter libatan dan kesadar an or angtua/ w ali ter hadap pentingnya pendidikan sehingga mampu ber per an aktif member i stimulus, ter us mener us belajar dan mendampingi anak untuk member ikan per lakuan yang tepat dan ter baik sesuai dengan kar akter istik tumbuh kembangnya.

Adapun lebih khusus, pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga dilaksanakan dengan tujuan untuk member ikan pemahaman, kemampuan dan penyadar an bagi par a or ang tua tentang pentingnya: asupan gizi untuk mengoptimalkan per tumbuhan dan per kembangan fisik anak, petunjuk dan bimbingan untuk menstimulasi kecer dasan dan mor al, ser ta melindungi anak dar i keker asan, dan pengar uh negatif dar i lingkungan.

Model pembelajar an par tisipatif bagi keluar ga dengan anak usia 13-15 tahun ber isi tentang : 1) Pendahuluan, ber isi ur aian tentang latar belakang, tujuan, dan pengguna model, 2) Landasan konsep,

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(8)

iii

melandasi pengembangan model, antar a lain konsep tentang pendidikan keluar ga, pendidikan sepanjang hayat, pendidikan or ang dew asa, dan pembelajar an par tisipatif. 3) Model pembelajar an par tisipatif, mengur aikan secar a r inci mulai dar i tujuan pembelajar an, kompetensi inti dan kompetensi dasar , mater i dan w aktu, fasilitator , peser ta, langkah pr oses pembelajar an, ser ta penilaian, dan 4) Penutup ber isi kesimpulan dan r ekomendasi dar i selur uh ur aian yang disajikan dalam model.

Melengkapi naskah model ini, diser takan pula bahan ajar dan media seder hana yang dapat digunakan oleh pendidik atau fasilitator dalam melaksanakan pembelajar an.

Model ini telah diujicobakan pada dua lokasi yaitu PKBM Bina mandir i Cipager an Kota Cimahi dan Yayasan Ngoeniang Ligar Utama Kabupaten

Bandung.

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(9)

KATA PENGANTAR

Pola pengasuhan, pendidikan, perawatan dan per lindungan ter hadap anak yang diterapkan oleh orang tua dalam lingkungan keluar ga, akan sangat menentukan kualitas dir i anak ketika sudah dewasa.

Mencipta anak menjadi pr ibadi yang ber kualitas tidak bisa hanya digantungkan kepada lembaga pendidikan saja, orang tua har us mengambil peran sebagai pendidik dalam lingkungan keluar ga, kar ena pada masa-masa ter tentu khususnya masa anak-anak, pr oses belajar anak justr u lebih banyak ter jadi di lingkungan keluar ga dengan cara menir u yang ditampilkan oleh orang tua.

Sikap dan per ilaku yang ditunjukkan oleh orang tua dihadapan anak-anaknya, mer upakan gur u yang ampuh dan langsung merasuk menjadi faham bagi anak-anak. Ber untunglah anak-anak yang orang tuanya memiliki kepr ibadian dan kemampuan yang baik dalam mengasuh, mendidik, merawat dan melindungi anak. Tapi apakah semua orang tua sudah menyadar i bahwa peran mer eka sangat menentukan bagi masa depan anak-anaknya, sehingga mer eka merasa per lu ter us belajar tentang cara mengasuh, merawat dan mendidik anak-anaknya?.

Pada kondisi seper ti inilah, pemer intah ber sama masyarakat penggiat pendidikan dituntut untuk mencar i for mula pembelajaran yang tepat dan ber pihak kepada orang tua, supaya setiap orang tua ter stimulasi dan mau meningkatkan kemampuan pengasuhan dan pendidikan anak.

Ter kait dengan hal di atas, PP PAUDNI Regional I Bandung pada tahun 2015 mengembangkan model pembelajaran par tisipatif pr ogram pendidikan keluar ga bagi orang tua dengan anak usia 13-15 tahun.Model ini diharapkan mampu mendor ong orang tua ber peran aktif member i

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(10)

ii

stimulus dan mendampingi anak dengan per lakuan yang tepat dan ter baik sesuai dengan tingkat per kembangan.

Pembatasan sasaran model pembelajaran yang hanya bagi orang tua dengan usia anak 13-15 tahun, didasar kan atas per timbangan bahwa pada r entang usia ini anak mulai ber gaul dengan lingkungan main yang lebih luas, sehingga orang tua per lu ekstra hati -hati dalam mendidik dan melindungi anak-anaknya.Oleh kar enanya pembelajaran bagi orang tua yang memiliki anak usia 13-15 tahun dirasa sangat pr ior itas untuk dilakukan.

Model pembelajaran beser ta kelengkapannya, sudah diujicobakan secara ter batas di tingkat lapangan.Namun demikian dalam penerapannya Anda diper silahkan untuk mengadopsi, mengadaptasi bahkan mengembangkan perangkat-perangkat model ini sepanjang tidak keluar dar i tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Ucapan ter ima kasih yang tak ter hingga, patut kiranya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung dan ber kontr ibusi untuk ter w ujudnya model ini. Semoga ber manfaat.

Bandung, Oktober 2015

Mengetahui Ketua Tim

Kepala,

Drs. Darnowo, M.Pd. Ir. H. Djajeng Baskoro,M.Pd. NIP. 196712161993031001

NIP. 196306251990021001

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...iii

Bab IPENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Tujuan ...3

C. Pengguna...4

D. Penjelasan Istilah...4

E. Ruang Lingkup...5

Bab IILANDASAN KONSEPTUAL A. Pr ogr am Pendidikan Keluar ga...6

B. Pendidikan Sepanjang Hayat ...8

C. Pembelajar an Par tisipatif ...10

D. Pembelajar an Or ang Dewasa...14

Bab IIIPEMBELAJARAN PARTISIPATIFPROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA A. Tujuan ... 23

B. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 24

C. Mater i dan Waktu...27

D. Fasilitator ...28

E. Peser ta ... 29

F. Pr oses Pembelajar an ... 30

Bab IVPENUTUP A. Kesimpulan ...46

B. Rekomendasi ...47

DAFTAR PUSTAKA ...48

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(12)

1

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dir agukan lagi, se anak-anaknya tumbuh, ber k menjalani kehidupannya den or ang tua untuk cita-cita ter melindungi anak-anak mer e dew asa supaya menjadi gener a

Dengan demikian, gener ber mutu pula. Ber mutu disin tetapi or ang tua memiliki w dalam mer aw at, mendidik dan ber mutu tidak hanya mengan yang telah mer eka lihat, r a mer eka, akan tetapi ter us ber ter baik bagi anak-anak mer eka

Pemer intah ber sama menyediakan layanan pendid belajar menjadi or ang tua ber

1

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

setiap or ang tua pasti ber cita-cita agar r kembang menjadi dew asa dan dapat engan sehat, benar dan sukses. Upaya ter sebut adalah mendidik, mer aw at dan er eka sejak dalam kandungan hingga

er asi yang ber mutu.

er asi ber mutu lahir dar i keluar ga yang ini tidak ber ar ti har us kaya har ta, akan w aw asan dan pemahaman yang benar dan melindungi anak-anaknya. Or ang tua gandalkan pemahaman dan kemampuan r asakan dan tur unkan dar i or ang tua er usaha belajar untuk menjadi or ang tua eka.

a masyar akat sudah sepatutnya didikan bagi or ang tua supaya mer eka er mutu. Ber bagai pr ogr am inovatif har us

1

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(13)

dilakukan pemer intah untuk member ikan penyadar an, pemahaman dan kemampuan bagi or ang tua supaya r asa peduli akan pengasuhan dan pendidikan anak meningkat, didukung dengan kemampuan yang memadai dalam hal nourishing (pember ian nutr isi), guiding (pember ian petunjuk), dan protecting (pember ian per lindungan) yang benar , sesuai dengan tingkat per kembangan anak-anaknya.

Hal ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang menegaskan bahw a salah satu sasar an pembangunan di bidang pendidikan adalah “penduduk usia dewasa memperoleh layanan pendidikan keayahbundaan dalam rangka meningkatkan wawasan, pemahaman tentang kiat mendidik anak sejak janin hingga dewasa”.

Salah satu pr ogr am pemer intah yang bisa menjadi w ahana “belajar ” bagi or ang tua adalah pr ogr am pendidikan keluar ga. Tentu saja, pola inter aksi pembelajar an dalam pr ogr am pendidikan keluar ga per lu dir ancang sedemikian r upa sehingga dapat mer angsang dan menantang or ang tua “sebagai or ang dew asa” untuk mau dan mampu belajar , tentang bagaimana menjalankan per annya sebagai pendidik, pengasuh, per aw at dan pelindung bagi anak-anaknya.

Pengembangan model pembelajar an par tisipatif pada pr ogr am pendidikan keluar ga mer upakan salah satu upaya PP PAUDNI Regional I guna menggair ahkan kembali minat dan kegemar an or ang tua untuk belajar .Model pembelajar an par tisipatif yang dikembangkan, memiliki cir i sebagai ber ikut:

1. Mater i dan w aktu belajar disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peser ta yaitu par a or ang tua.

2. Posisi peser ta (or ang tua) sebagai manusia sumber yang sar at dengan pengalaman.

3. Pr oses pembelajar an dikemas dalam 4 langkah; penyadar an dir i, pemahaman mater i, pener apan, ser ta; r efleksi. Kempat langkah

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(14)

3

ini menuntut par tisipasi aktif peser ta dalam mencar i dan menemukan pengetahuan dan pemecahan masalah yang dihadapi.

4. Bahan ajar dikemas dalam bentuk seder hana dan menuntun peser ta melakukan langkah-langkah pembelajar an secar a mandir i.

5. Kehadir an fasilitator sangat dibutuhkan untuk membantu peser ta (or ang tua) mengalami belajar dengan sadar , sesuai kondisi dan kebutuhan, ser ta dijalani dengan penuh menyenangkan.

B. Tujuan

Model pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga bagi or ang tua dengan anak usia 13-15 tahun, ber tujuan untuk meningkatkan kepedulian, w aw asan dan kemampuan or ang tua dalam pengasuhan dan pendidikan anak, sehingga mampu ber per an aktif member i stimulus dan mendampingi anak secar a ter us mener us dengan per lakuan yang tepat dan ter baik sesuai tingkat per kembangan anak.

Adapun lebih khusus, model pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga disusun untuk member ikan pemahaman, kemampuan dan penyadar an bagi par a or ang tua tentang:

1. Pember ian asupan gizi untuk mengoptimalkan per tumbuhan dan per kembangan fisik anak;

2. Pember ian petunjuk dan bimbingan untuk menstimulasi kecer dasan dan mor al, dan;

3. Per lindungan anak dar i keker asan, dan pengar uh negati f dar i lingkungan.

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(15)

C. Pengguna

Model pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga bagi or ang tua dengan anak usia 13-15 tahun, diper untukkan bagi: 1. Pendidik/ fasilitator pr ogr am par enting dalam melaksanakan

pembelajar an yang par tisipatif dan sesuai kar akter istik sasar an. Kr iter ia minimal pendidik/ fasilitator adalah sebagai ber ikut: a. Ber pengalaman sebagai pendidik pada pr ogr am PAUDNI lebih

khusus lagi pr ogr am par enting. b. Pendidikan minimal SMA.

c. Memiliki kemampuan dalam memandu cur ah pendapat tentang pengalaman or ang tua dalam mengasuh, mer aw at dan melindungi anak.

d. Diutamakan ber asal dar i lingkungan atau komunitas or ang tua yang menjadi sasar an.

2. Pengelola/ penyelenggar a pr ogr am par enting, dalam member ikan dukungan ter hadap pr oses pembelajar an, supaya peser ta dapat mencapai kompetensi yang dihar apkan secar a efektif dan efisien. 3. Penilik PAUDNI, dalam melakukan penjaminan mutu pr ogr am

PAUDNI khususnya layanan pr ogr am par enting di w ilayah ker janya.

D. Penjelasan Istilah

1. Model pembelajar an par tisipatif, adalah pola pembelajar an yang menempatkan peser ta (or ang tua) sebagai pemain utama dalam pr oses pembelajar an tentang pengasuhan, pendidikan, per aw atan dan per lindungan anak. Peser ta didor ong untuk mencar i infor masi sendir i, menemukan fakta atau data sendir i ser ta memecahkan per soalan yang menjadi kajian dalam suatu topik pembelajar an. 2. Pendidikan keluar ga mer upakan jalur pendidikan luar sekolah yang

diselenggar akan dalam keluar ga dalam member ikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai mor al dan keter ampilan (UU Sistem

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(16)

5

keluar ga yang dimaksud dalam model ini adalah upaya peningkatan kemampuan or ang tua dalam pengasuhan, per aw atan dan per lindungan anak.

3. Or ang tua adalah setiap or ang dew asa yang ber tanggung jaw ab dalam suatu keluar ga atau tugas r umah tangga, dalam mendidik, mengasuh, mer awat dan melindungi anak-anaknya. Or ang tua dalam model ini adalah bapak dan/ atau ibu, atau or ang dew asa yang memiliki dan mengasuh anak usia 13-15 tahun.

4. Anak adalah or ang dalam per kar a anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum per nah menikah. (UU Per adilan Anak No.3 tahun 1997, pasal 1 ayat (2)).

E. Ruang Lingkup

Lingkup isi model pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga bagi or ang tua dengan anak usia 13-15 tahun, dikemas ke dalam beber apa bab yaitu:

1. Pendahuluan, ber isi ur aian tentang latar belakang, tujuan, dan pengguna model.

2. Landasan konsep, mengur aikan secar a singkat tentang beber apa konsep yang melandasi pengembangan model, antar a lain konsep tentang pendidikan keluar ga, pendidikan sepanjang hayat, pendidikan or ang dew asa, dan pembelajar an par tisipatif.

3. Model pembelajar an par tisipatif,mengur aikan secar a r inci mulai dar i tujuan pembelajar an, kompetensi inti dan kompetensi dasar , mater i dan w aktu, fasilitator , peser ta, langkah pr oses pembelajar an, ser ta penilaian.

4. Penutup ber isi kesimpulan dan r ekomendasi dar i selur uh ur aian yang disajikan dalam model.

Melengkapi naskah model ini, diser takan pula bahan ajar dan media seder hana yang dapat digunakan oleh pendidik atau fasilitator dalam melaksanakan pembelajar an.

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(17)

Bab II

LANDASAN KONSEPTUAL

A. Program Pendidikan Keluarga

Secar a umum pr oses pe yang biasa disebut dengan sekolah, dan masyar akat.

Istilah keluar ga dan pen bisa dipisahkandi mana ada k ada or ang tua yang ingin men sama ada anak yang mener im munculah istilah “pendidikan k Kata pendidikan menur didik, bila ber bentuk kata b memiliki ar ti pr oses per ubaha atau sekelompok or ang dalam upaya pengajar an dan la mengungkapkan pendapatny pendidikan. Pendapat dar i par memiliki satu gar is besar mengungkapkan bahw a “kelua

Bab II

LANDASAN KONSEPTUAL

A. Program Pendidikan Keluarga

pendidikan ter jadi dalam 3 lingkungan, n tr ipusat pendidikan, yaitu keluar ga,

endidikan adalah dua istilah yang tidak a keluar ga di situ ada pendidikan. Ketika endidik anaknya, maka pada w aktu yang ima pendidikan dar i or ang tua. Dar i sini n keluar ga”.

ur ut etimologi ber asal dar i kata dasar benda akan menjadi pendidikan yang ahan sikap dan tingkah laku seseor ang m usaha mendew asakan manusia melalui latihan. Par a ahli banyak yang nya masing-masing mengenai definisi ar a ahli ini ter lihat saling melengkapi dan r yang sama. Alex Thio (1989;316) eluar ga mer upakan kelompok individu

Bab II

LANDASAN KONSEPTUAL

A. Program Pendidikan Keluarga

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(18)

7

suatu unit. Kehidupan dalam kelompok ter sebut bukan secar a kebetulan, tetapi diikat oleh hubungan dar ah atau per kaw inan”. Vembr iar to (1993:33) mengatakan bahw a “keluar ga adalah kelompok sosial yang ter dir i atas dua or ang atau lebih yang mempunyai ikatan dar ah, per kaw inan atau adopsi”. Menur ut Ar ifin (dalam Suhendi, Wahyu, 2000:41) keluar ga diar tikan sebagai suatu kelompok yang ter dir i dar i dua or ang atau lebih yang dihubungkan dengan per talian dar ah,per kaw inan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal ber sama.

Ber dasar kan beber apa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahw a keluar ga adalah suatu per sekutuan hidup yang diikat oleh per kaw inan, hubungan dar ah atau adopsi. Di dalamnya ter dapat ayah, ibu, dan anak (keluar ga inti), ser ta kakek-nenek atau yang lain (keluar ga diper besar ).

Dar i penger tian pendidikan dan keluar ga sebagaimana dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahw a pendidikan keluar ga adalah usaha sadar dan ter encana oleh keluar ga, dalam r angka mengembangkan potensi dir i semua anggotanya melalui pola asah, asih, dan asuh agar ter jadi tr ansfor masi per ilaku dan sikap.

Pr ogr am pendidikan keluar ga mer upakan kegiatan yang sasar annya adalah or angtua yang memiliki anak. Kegiatan ini har us dilakukan mengingat or angtua adalah pendidik utama dan per tama bagi anak. pr ogr am pendidikan keluar ga diar ahkan pada peningkatan pengetahuan dan keter ampilan or ang tua dan or ang dew asa dalam keluar ga tentang bagaimana car a mendidik (asah-asih) dan mengasuh anak secar a baik dan benar untuk ber kembangnya semua potensi yang ada pada anak secar a holistik.

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(19)

B. Pendidikan Sepanjang Hayat

Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan ber kembang, ingin mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia bar usaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepr ibadian, maupun keter ampilannya, secar a sadar atau tidak sadar , maka selama itulah pendidikan masih ber jalan ter us.

Pendidikan sepanjang hayat mer upakan asas pendidikan yang cocok bagi or ang-or ang yang hidup dalam dunia tr ansfor masi, dan di dalam masyar akat yang saling mempengar uhi seper ti saat zaman globalisasi sekar ang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan dir inya secar a ter us mener us dengan situasi bar u.

Menur ut konsep pendidikan sepanjang hayat , kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap sebagai suatu keselur uhan. Selur uh sektor pendidikan mer upakan suatu sistem yang ter padu. Konsep ini har us disesuaikan dengan kenyataan ser ta kebutuhan masyar akat yang ber sangkutan. Suatu masyar akat yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang ber beda dengan masyar akat yang belum maju. Apabila sebahagian besar masyar akat suatu bangsa masih yang banyak buta hur uf, maka upaya pember antasan buta hur uf di kalangan or ang dew asa mendapat pr ior itas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di negar a industr i yang telah maju pesat, masalah bagaimana mengisi w aktu senggang akan memper oleh per hatian dalam sistem ini.

Pendidikan bukan hanya ber langsung di sekolah. Pendidikan dimulai seger a setelah anak lahir dan akan ber langsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu mener ima pengar uh-pengar uh. Oleh kar ena itu, pr oses pendidikan akan ber langsung dalam keluar ga, sekolah dan masyar akat.

Keluar ga mer upakan lingkungan per tama dan utama bagi pr oses per kembangan seor ang individu sekaligus mer upakan peletak dasar kepr ibadian anak. Pendidikan anak diper oleh ter utama melalui

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(20)

9

inter aksi antar a or ang tua – anak. Dalam ber inter aksi dengan anaknya, or ang tua akan menunjukkan sikap dan per lakuan ter tentu sebagai per w ujudan pendidikan ter hadap anaknya.

Pendidikan di sekolah mer upakan kelanjutan dalam keluar ga. Sekolah mer upakan lembaga tempat dimana ter jadi pr oses sosialisasi yang kedua setelah keluar ga, sehingga mempengar uhi pr ibadi anak dan per kembangan sosialnya.

Di sekolah anak akan belajar tentang apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah har us mencer minkan kehidupan sekelilingnya. Oleh kar ena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dar i kehidupan dan kebutuhan masyar akat sesuai dengan per kembangan budayanya. Dalam kehidupan moder n seper ti saat ini, sekolah mer upakan suatu kehar usan, kar ena tuntutan-tuntutan yang diper lukan bagi per kembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluar ga.

Mater i yang diber ikan di sekolah ber hubungan langsung dengan pengembangan pr ibadi anak, ber isikan nilai mor al dan agama, ber hubungan langsung dengan pengembangan sains dan teknologi, ser ta pengembangan kecakapan-kecakapan ter tentuyang langsung dapat dir asakan dalam pengisian tenaga ker ja.

Pendidikan di masyar akat mer upakan bentuk pendidikan yang diselenggar akan di luar keluar ga dan sekolah. Bentuk pendidikan ini menekankan pada pemer olehan pengetahuan dan keter ampilan khusus ser ta pr aktis yang secar a langsung ber manfaat dalam kehidupan di masyar akat. Phillip H.Coombs (Uyoh Sadulloh, 1994:65) mengemukakan beber apa bentuk pendidikan di masyar akat, antar a lain : (1) pr ogr am per samaan bagi mer eka yang tidak per nah ber sekolah atau putus sekolah; (2) pr ogr am pember antasan buta hur uf; (3) penitipan bayi dan penitipan anak pr a sekolah; (4) kelompok pemuda tani; (5) per kumpulan olah r aga dan r ekr easi; dan (6) kur sus-kur sus keter ampilan.

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(21)

C. Pembelajaran Partisipatif

1. Pengertian

Pembelajar an par tisipatif dapat diar tikan sebagai upaya pendidik untuk mengikutser takan peser ta dalam kegiatan pembelajar an yaitu dalam tahap per encanaan, pelaksanaan dan penilaian pr ogr am.

Par tisipasi peser ta pada tahap per encanaan adalah keter libatan mer eka dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar , per masalahan, sumber -sumber atau potensi yang ter sedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajar an.

Par tisipasi peser ta dalam tahap pelaksanaan adalah keter libatan mer eka dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar . Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antar a peser ta didik, dan antar a peser ta didik dengan pendidik sehingga ter cipta hubungan kemanusiaan yang ter buka, akr ab, ter ar ah, saling menghar gai, saling membantu dan saling belajar .

Par tisipasi peser ta dalam tahap penilaian adalah keter libatan mer eka dalam penilaian pelaksanaan pembelajar an dan penilaian pr ogr am pembelajar an. Penilaian pelaksanaan pembelajar an mencakup penilaian ter hadap pr oses, hasil dan dampak pembelajar an.

Pembelajar an par tisipatif dilaksanakan dengan memper timbangkan pr insip-pr insip: 1) ber dasar kan kebutuhan belajar ; 2) ber or ientasi pada tujuan kegiatan belajar ; 3) ber pusat pada w ar ga belajar ; 4) belajar ber dasar kan pengalaman; 5) kegiatan belajar dilakukan ber sama oleh w ar ga belajar dengan sumber belajar dalam kelompok yang ter or ganisasi; 6) kegiatan pembelajar an mer upakan pr oses kegiatan saling membelajar kan; 7) kegiatan pembelajar an diar ahkan pada tujuan belajar yang hasilnya dapat langsung dimanfaatkan oleh war ga belajar ; 8) kegiatan pembelajar an menitikber atkan pada sumber -sumber

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(22)

11

pembelajar an yang ter sedia dalam masyar akat ,dan; 9) kegiatan pembelajar an amat memper hatikan potensi -potensi manusiaw i w ar ga belajar .

Selain itu, pembelajar an par tisipatif juga memper hatikan pr insip pr oses stimulus dan r espons yang di dalamnya mengandung unsur -unsur kesiapan belajar , latihan, dan munculnya pengar uh pada ter jadinya per ubahan tingkah laku.

Pembelajar an par tisipatif sebagai kegiatan belajar lebih memper hatikan kegiatan-kegiatan individual dan mengutamakan kemampuan pendidik, menekankan pentingnya pengalaman dan pemecahan masalah, dan memfokuskan pada manfaat belajar bagi peser ta didik.

Dengan meminjam pemikir an Know les, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajar an par tisipatif, yaitu; 1) adanya keter libatan emosional dan mental peser ta didik; 2) adanya kesediaan peser ta didik untuk member ikan kontr ibusi dalam pencapaian tujuan; 3) dalam kegiatan belajar ter dapat hal yang menguntungkan peser ta didik.

2. Ciri-Ciri

Kegiatan pembelajar an par tisipatif memiliki cir i pokok yaitu: a. Sumber belajar menempatkan dir i pada posisi yang tidak

ser ba mengetahui ter hadap semua bahan belajar . Sumber belajar memandang w ar ga belajar sebagai sumber yang mempunyai nilai dan manfaat dalam kegiatan belajar .

b. Sumber belajar memainkan per anan membantu w ar ga belajar dalam melakukan kegiatan belajar , yang didasar kan atas kebutuhan belajar w ar ga belajar .

c. Sumber belajar memotivasi w ar ga belajar agar ber par tisipasi dalam per encanaan, pelaksanaan, dan dalam mengevaluasi pr ogr am pembelajar an yang dijalaninya.

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(23)

d. Sumber belajar ber sama w ar ga belajar melakukan kegiatan saling membelajar kan dalam bentuk ber tukar fikir an mengenai isi,pr oses, dan hasil belajar ser t a pengembangannya.

e. Sumber belajar ber per an membantu w ar ga belajar dalam menciptakan situasi pembelajar an yang kondusif, sehingga w ar ga belajar dapat melibatkan dir i secar a aktif dan ber tanggungjaw ab dalam pr oses kegiatan pembelajar an. f. Sumber belajar mengembangkan kegiatan belajar kelompok. g. Sumber belajar mendor ong w ar ga be;lajar untuk

meningkatkan semangat ber pr estasi, semangat ber kompetisi menghadapi tantangan yang ber or ientasi pada per baikan kehidupan yang lebih baik.

h. Sumber belajar mendor ong dan membant u w ar ga belajar untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah di dalam dan ter hadap kehidupan yang dihadapinya sehar i -har i. i. Sumber belajar dan w ar ga belajar secar a ber sama-sama

mengembangkan kemampuan antisipasi dan par tisipasi. j. Pembelajar an mencapai otonomi dan integr asi dalam kegiatan

individual dan kehidupan sosialnya.

3. Teori Pendukung

Kegiatan belajar par tisipasif menur ut Sudjana, didukung oleh beber apa teor i pembelajar an, di antar anya teor i connectionism Thor ndike, teor i alir an tingkah laku yang dikembangkan oleh Guthr ie, Skinner , Cr ow der dan Hull, teor i Gestal dan teor i medan. Dalam Kaitan ini, sementar a itu, Tr isnamansyah mengatakan bahw a kegiatan pembelajar an dalam pendidikan di luar sekolah ter masuk di dalamnya kegiatan pembelajar an par tisipasi mendapat dukungan dar i teor i-teor i per ubahan sosial dan psikologi sosial yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajar an seper ti teor i per ubahan sikap sosial, teor i dinamika

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(24)

13

kelompok, teor i komunikasi inovasi dan teor i manajemen per ubahan dalam pendidikan.

Teor i yang r elevan dibahas dalam hubungannya dengan pembelajar an par tisipatif adalah teor i Asosiasi dan teor i Medan. Teor i asosiasi dikembangkan oleh Thor ndike dan dilanjutkan Witson dan William James. Toer i asosiasi ber pandangan bahw a mutu kegiatan belajar akan efektif apabila inter aksi antar a sumber belajar dan w ar ga belajar dilakukan melalui stimulus dan r espon (S-R). Oleh kar ena itu makin giat dan makin tinggi kemampuan w ar ga belajar dalam mengembangkan stimulus dan r espon, maka makin efektif kegiatan belajar nya.

Teor i asosiasi mengandung 3 (tiga) pr insip kegiatan belajar -membelajar kan, yaitu pr insip kesiapan (readness), latihan (exercise), dan pengar uh (effect). Pr insip kesiapan menekankan per lunya motivasi yang tinggi pada dir i w ar ga belajar atau peser ta didik untuk menghubungkan stimulus dan r espon. Pr insip latihan menekankan pentingnya kegiatan latihan secar a ber ulang oleh w ar ga belajar atau peser ta didik dalam melakukan kegiatan belajar . Pr insip pengar uh menekankan pada pentingnya hasil dan manfaat langsung dar i kegiatan belajar yang dijalani oleh w ar ga belajar atau peser ta didik.

Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajar an par tisipasif, teor i asosiasi semakin memper tegas pentingnya peser ta didik untuk melakukan r espon ter hadap setiap stimulus oleh w ar ga belajar atau peser ta didik itu sendir i ser ta menekankan pentingnya kegiatan belajar per or angan.

Sementar a itu teor i medan yang dikembangkan oleh Kur t Lew in, menekankan pentingnya pengalaman w ar ga belajar yang ber or ientasi pada pemecahan masalah ser ta didasar i oleh motivasi belajar yang kuat. Teor i medan ber anggapan bahwa setiap kegiatan akan efektif apabila w ar ga belajar mer asakan kebutuhan untuk belajar ser ta memiliki kesadar an dir i bahw a

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(25)

belajar adalah sesuatu yang penting dalam meningkatkan kualitas dan mar tabat kehuidupannya. Oleh kar ena itu, kegiatan belajar ber sama dalam kelompok belajar menjadi penti ng dan utama bagi w ar ga belajar .

D. Pembelajaran Orang Dewasa

Salah satu kebutuhan vital manusia dalam usaha mengembangkan dir i ser ta memper tahankan eksistensinya adalah belajar sepanjang hayat. Tanpa belajar , manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan dir i dengan lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup yang selalu ber ubah. Kehar usan belajar sepanjang hayat, sebagai salah satu bentuk aktivitas manusia telah dipelajar i oleh par a ahli sejak lama. Ber bagai upaya untuk menjelaskan pr insip-pr insip belajar telah melahir kan beber apa teor i belajar , salah satunya adalah teor i andr agogi.

1. Pengertian

Istilah "andragogr ber asal dar i "andr" dan "agogos". Dalam bahasa Yunani "andr " ber ar ti or ang dew asa dan "agogos" ber ar ti memimpin atau membimbing. Pendidikan or ang dew asa dimaksudkan sebagai usaha penyelenggar aan pendidikan bagi or ang dew asa. Pendidikan or ang dew asa mer ujuk pada penyelenggar aan pendidikan yang ditujukan bukan untuk anak-anak akan tetapi untuk or ang dew asa.

Pendidikan or ang dewasa mempunyai beber apa definisi, ter gantung pada penekanan yang dibuat oleh penyusun definisi itu. Sebagai contoh, UNESCO (Tow nsend Coles, 1977 dalam Lunandi, 1982) mendefinisikan pendidikan or ang dew asa sebagai “keselur uhan pr oses pendidikan yang dior ganisasikan, apa pun isi, tingkatan, metodenya, baik for mal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan univer sitas ser ta latihan ker ja, yang

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(26)

15

mengembangkan kemampuannya, memper kaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau pr ofesionalnya, dan mengakibatkan per ubahan pada sikap dan per ilakunya dalam per spektif r angkap per kembangan pr ibadi secar a utuh dan par tisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas”.Definisi ter sebut member ikan penekanan ganda, yaitu pada pencapaian per kembangan individual dan peningkatan par tisipasi sosial.

Selanjutnya menur ut Br yson, Reeves, Pansier , dan Houle (Mor gan,- Bar ton, et al. 1976). Br yson menyatakan bahw a pendidikan or ang dewasa adalah semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh or ang dew asa dalam kehidupan sehar i -har i yang hanya menggunakan sebagian w aktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan intelektual. Di sini penekanan diber ikan pada penggunaan sebagian w aktu dan tenaganya (bukan selur uh w aktu dan tenaga) untuk memper oleh peningkatan intelektualnya. Sedangkan Reeves, Pansier , dan Houle menyatakan bahw a pendidikan or ang dew asa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan dir i yang dilakukan oleh individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya. Penekanan di sini diber ikan pada usaha yang tidak dipaksa, dan tidak menjadikan usaha utamanya.

Sejak tahun 1920 pendidikan or ang dew asa telah dir umuskan dan dior ganisasikan secar a sistematis. Pendidikan dew asa dir umuskan sebagai suatu pr oses yang menumbuhkan keinginan untuk ber tanya dan belajar secar a ber kelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi or ang dew asa ber hubungan dengan bagaimana mengar ahkan dir i sendir i untuk ber tanya dan mencar i jaw abannya (Pannen,1997).

Pendidikan or ang dew asa (andragogy) ber beda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan anak-anak ber langsung dalam bentuk identifikasi dan penir uan, sedangkan

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(27)

pendidikan or ang dew asa ber langsung dalam bentuk pengar ahan dir i sendir i untuk memecahkan masalah.

Istilah dew asa dapat ditinjau dar i beber apa segi; yaitu dar i segi biologis, hukum, sosial, dan psikologis. Disebutkan dew asa kar ena didasar kan atas kelengkapan kondisi fisik, ter masuk umur , dan juga kejiw aannya, ser ta "dapat memenuhi (ber per an) sesuai dengan tuntutan tugas dar i status yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan pendapat John L Elias dan Shar an Mer r iam (1980) bahw a kedew asaan ini menyangkut tiga istilah yang tidak dapat dihindar inya, yaitu:Age, psychological maturity, and social roles.

Ander son (Psychology of Development and Per sonal Adjustment, 1951) menyusun 7 (tujuh) cir i kematangan or ang dew asa yang ditunjukkan dengan kematangan dalam:

a. Ber or ientasi pada tugas, bukan pada dir i atau ego. Minat or ang yang matang ber or ientasi pada tugas-tugas yang diker jakannya, dan tidak condong pada per asaan-per asaan dir i sendir i atau untuk kepentingan pr ibadi;

b. Tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan ker ja yang efesien; c. Mengendalikan per asaan pr ibadi, or ang dew asa dapat memper timbangkan pr ibadinya dalam ber gaul dengan or ang lain;

d. Memiliki pandangan objektif dalam tiap keputusan yang diambil;

e. Siap mener ima kr itik atau sar an untuk peningkatan dir inya; f. Ber tanggung jaw ab atas segala usaha-usaha yang

dilakukannya;

g. Dapat menyesuaikan secar a r ealitas dalam situasi -situasi bar u.

Ditinjau dar i pengakuan tuntutan tugas, status kedew asaan menuntut per an ter tentu yang har us dilakukan seseor ang dalam kehidupannya sesuai dengan status yang dimilikinya, atau sudah menjadi penetapan dan pengakuan dar i masyar akatnya (social

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(28)

17

recognition) bahw a dia dituntut untuk ber buat sesuai dengan status ter sebut. Apabila dia tidak ber buat atau menyimpang dar i tugas yang telah ditetapkan, maka akan memper oleh sangsi dar i anggota masyar akat lainnya. Per an-per an ter sebut diantar anya dalam membentuk r umah tangga bar u, beker ja, dan kew ajiban-kew ajiban lain yang har us dilakukan sebagai anggota masyar akat. Dilihat dar i sisi pr oses pendidikan, Dar kenw ald dan Mer r iam (1982: 9) mengungkapkan penger tian pendidikan or ang dew asa adalah "is a process where by persons whose major social roles characteristic of Adult status undertake systematic and sustained learning activities for the purpose of bringing about changes in knowledge, attitudes, values, or skills". Pendidikan or ang dew asa adalah suatu pr oses belajar yang sistematis dan ber kelanjutan pada seseor ang yang memiliki status dew asa (ber dasar kan cir i utama per an sosialnya) dengan tujuan untuk mencapai per ubahan pada pengetahuan, sikap, nilai, dan keter ampilannya.

Ber dasar kan penger tian-penger tian istilah di atas, dapat disimpulkan baw ah pendidikan or ang dew asa adalah pendidikan yang ditujukan untuk peser ta yang telah dew asa atau ber umur 18 tahun ke atas, atau telah menikah dan memiliki kematangan, dan untuk memenuhi tuntutan tugas ter tentu dalam kehidupannya.

2. Dasar Teoritik

Teor i belajar or ang dewasa pada aw alnya diidentifikasi oleh C. Lindeman (Supr iyanto, 2007) pada aw al tahun 1926 dalam tulisannya yang ber judul The Meaning of Adult Education. Teor i C Lindeman mendasar i teor i belajar or ang dew asa moder n yang diungkapkan oleh beber apa ahli , kemudian. C. Lindeman menyatakan bahw a konsep dasar untuk ter jadinya belajar pada or ang dew asa akibat dar i kondisi sebagai ber ikut:

a. Or ang dew asa ter motivasi untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat mer eka;

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(29)

b. Or ientasi belajar bagi or ang dew asa adalah ber pusat pada kehidupan;

c. Pengalaman sebagai sumber kekayaan untuk belajar or ang dew asa;

d. Or ang dew asa menghar apkan ber hubungan sendir i dengan kebutuhan yang tepat;

e. Per bedaan individual diantar a per or angan ber kembang sesuai dengan umur nya.

Selanjutnya, Know les (1976) yang banyak dipengar uhi oleh pemahaman inter nal dan melanjutkan pemahaman C Lindeman, mengungkapkan bahw a kondisi or ang dew asa dalam belajar ber beda dengan anak-anak. Bagi or ang dew asa per lu menggunakan istilah"andragogy"(andr adalah dew asa - man not boy; agogy adalah memimpin) yang diar tikan dengan"the art and science of helping adults learn" atau seni dan ilmu untuk membantu ter jadinya belajar pada dir i or ang dew asa (Know les, 1984, p. 43).

Or ang dew asa sebelum menentukan keikutser taan dalam belajar ingin mengetahui terlebih dahulu mengapa mereka butuh untuk mempelajari sesuatu. Ini dapat dimaknai bahw a dengan belajar or ang dew asa menginginkan mer eka dapat meningkatkan kualitas kemampuannya agar hidup mer eka menjadi lebih ber kualitas.

Beber apa asumsi tentang pendidikan or ang dew asa, adalah bahw a mer eka memiliki:

a. Konsep dir i ber hubungan dengan nilai, dan sikap yang sudah stabil dimiliki or ang dew asa. Nilai, dan sikap ini mer upakan hasil pemilihan dir i ber dasar kan pengetahuan dan per timbangannya, sehingga dapat membentuk cor ak hidup yang dapat dibedakan dar i anak-anak. Keuntungan dar i konsep dir i ini adalah nampak dalam penetapan pr ogr am belajar yang akan dipilih or ang dew asa. Pemilihan pr ogr am

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(30)

19

belajar bukan diakibatkan oleh r amainya or ang mempelajar i suatu topik atau mata pelajar an ter tentu akan tetapi justr u ditetapkan ber dasar kan per timbangan keper luan mater i pelajar an secar a pr ibadi. Untuk itu, penetapan pr ogr am belajar bagi or ang dew asa har us disesuaikan dengan pemilihan yang ditetapkan oleh dir inya. Yang kedua or ang dew asa dapat mengar ahkan car a belajar nya sendir i.

b. Pengalaman ber hubungan dengan umur yang telah dimiliki or ang dew asa. Melalui pengalaman yang dimilikinya, or ang dew asa dapat memper timbangkan per lu atau tidak per lu sesuatu pr ogr am belajar diikutinya. Hal ini didasar kan atas kegiatan belajar yang sudah diikuti pada kesempatan sebelumnya. Pengalaman belajar yang diper oleh dapat menyenangkan, hasilnya ber kesan, dan menunjang dalam memenuhi per an yang har us dilakukan, atau dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Kondisi -kondisi ter sebut akan mendor ong untuk lahir nya motivasi ber kelanjutan dalam keikutser taannya pada pr ogr am-pr ogr am bar u yang lebih menar ik. Namun demikian, apabila ter jadi sebaliknya maka ada kecender ungan mer eka enggan untuk mengikuti kegiatan pada pr ogr am ber ikut, dan mencar i kembali pr ogr am yang sangat cocok untuk dir inya.

c. Kesiapan belajar menunjukkan bahw a pengalaman belajar yang telah dialaminya akan menjadi dasar untuk tur ut ser ta dalam kegiatan belajar kemudian. Dar i pengalaman belajar yang telah diikuti akan menetapkan kemampuan aw al (entr y behavior level) sebagai hasil dar i belajar sebelumnya dan ber manfaat untuk mengikuti pr ogr am yang bar u, ser ta car a belajar yang khas untuk memper mudah pemahaman dan penyelesaian kegiatan belajar . Car a belajar atau "lear ning style" akan menjadi cir i seseor ang dalam mempelajar i suatu bahan belajar , dan dapat membedakan dir inya dalam segi

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(31)

w aktu ser ta pr oses pembelajar an dalam mencapai tujuan belajar . Dua kondisi ini menjadi modal bagi or ang dew asa untuk mengikuti pr ogr am belajar , sehingga mer eka mudah memahami, dan mempr aktekkan hasil belajar .

d. Or ientasi belajar or ang dew asa selalu disesuaikan dengan minat dan kebutuhan yang dir asakan dalam kehidupannya. Kita mengetahui bahw a belajar nya or ang dew asa bukanlah ber sifat "banking system" sebagaimana diungkapkan Ivan Illich, tetapi mer eka belajar untuk mengisi pengetahuan, dan keter ampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan. Bahkan bahan belajar nya pun ber sifat pr aktis disesuaikan dengan aspek-aspek yang diper lukan. Pr aktis dalam penger tian bahw a mater i yang dipelajar i adalah untuk mengisi pengetahuan atau keter ampilan yang belum dikuasai oleh dir inya, atau yang diper lukan secar a mendesak, akibat dar i kesenjangan pengetahuan dengan tugas yang har us diker jakan dalam kehidupannya sehar i -har i. Sebagai tambahan dalam per sfektif bar u pendidikan or ang dew asa, or ientasi belajar or ang dew asa selain kar ena kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan belajar ditambahkan dengan untuk mencar i pemecahan atas masalah yang dihadapinya.

Implikasi asumsi di atas, ter hadap pr oses pembelajar an adalah bahw a pendidik per lu mendor ong or ang dew asa belajar sesuai kebutuhan dan car a belajar yang diinginkan oleh mer eka. a. Belajar mer upakan pr oses yang ter jadi dalam dir i or ang

dew asa. Kualitas belajar akan dipengar uhi oleh kuantitas dan kualitas inter aksi dengan lingkungannya. Dengan demikian seni pembelajar an or ang dew asa mer upakan upaya mengelola lingkungan dan inter aksinya dengan peser ta didik melalui pr oses pembelajar an. Implikasi dalam pr oses pembelajar an adalah per lunya penggunaan metode dan teknik

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(32)

21

pembelajar an yang melibatkan peser ta didik secar a intensif di dalam mendiagnosis kebutuhan belajar , mer umuskan tujuan belajar , mer angsang dan melaksanakan kegiatan belajar , ser ta menilai pr oses, hasil, dan dampak pembelajar an.

b. Per bedaan kondisi belajar memer lukan pr insip pembelajar an yang ber beda pula. dalam pr oses belajar or ang dew asa ditemukan adanya kondisi-kondisi belajar ter tentu yang ter ungkap melalui tr ansaksi pembelajar an. Peser ta didik memandang tujusn belajar sebagai tujuan dir inya sendir i, ia sepakat untuk ber par tisipasi dalam per encanaan dan pelaksanaan belajar , peser ta didik pun menjadi par tisipan dalam pr oses pembelajar an.

c. Pr oses pembelajar an memanfaatkan peser ta didik, dan peser ta didik mer asakan kemajuan dalam pencapaian tujuan pembelajar annya. Keber hasilan pr oses pembelajar an or ang dew asa akan ditentukan oleh keter libatan kedir ian (ego) dalam tahap-tahap sebagai ber ikut :

1) menciptakan iklim belajar yang cocok buat mer eka. 2) menciptakan situasi per encanaan par tisipatif. 3) mendiagnosa kebutuhan belajar .

4) mer umuskan tujuan belajar . 5) mer ancang kegiatan belajar . 6) melaksanakan kegiatan belajar .

7) menilai pr oses dan per olehan dalam memenuhi kebutuhan belajar .

3. Bentuk Pendidikan Orang Dewasa

Penyelenggar aan kegiatan pendidikan or ang dew asa dapat diklasifikasi ke dalam dua tingkatan, yaitu:

a. Pendidikan Dasar (Adult Basic Education), yang mempelajar i pengetahuan dan keter ampilan dasar . Kegiatan pendidikan ini ditujukan bagi masyar akat yang buta hur uf, dan memiliki

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(33)

keter ampilan ker ja yang sangat seder hana. Kedudukan pendidikan ini menjadi dasar untuk mengikuti pr ogr am belajar yang lebih tinggi. Pendidikan dasar ini mempunyai per kembangan di beber apa negar a, ter masuk negar a Indonesia, yang pada member ikan pelayanan bagi masyar akat yang buta hur uf latin, sehingga pendekatan dan bentuk penyelenggar aannya ditekankan untuk membebaskan buta hur uf latin. Kemudian setelah diper oleh data bahw a ter nyata anggota masyar akat yang sudah selesai mengikuti pr ogr am pendidikan dasar ini banyak menjadi buta hur uf kembali, dan tidak mempunyai dampak ter hadap kehidupan. Maka pendidikan dasar ini ditingkatkan menjadi Pr ogr am pember antasan buta hur uf fungsional.

b. Pendidikan Ber kelanjutan (Continuing Education) yang mempelajar i pengetahuan dan keter ampilan lanjutan sesuai dengan per kembangan kebutuhan belajar pada dir i or ang dew asa. Pendidikan ber kelanjutan ini ditujukan pada kegiatan pendidikan untuk memper baiki dan meningkatkan kemampuan pengetahuan, dan keter ampilan, sehingga dapat dijadikan fasilitas dalam peningkatan dir i dan pr oduktivitas ker ja (Unesco, 1987). Didasar kan atas jenis ini, maka lahir lah ber bagai macam paket-paket keter ampilan atau bahan-bahan yang dikembangkan dan dapat dipelajar i setiap or ang dew asa sesuai dengan kepentingannya.

Apps (1973) mengungkapkan bahw a penyelenggar aan pendidikan ber kelanjutan pada hakekatnya ditujukan untuk: 1) menolong or ang dew asa menghadapi kenyataan hidup 2) melengkapi keter ampilan untuk memecahkan masalah

yang dihadapinya;

3) menolong or ang dew asa dalam mengubah keadaan kehidupan sosial; dan tolong menolong dalam melengkapi infor masi yang dibutuhkan dalam kehidupannya.

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(34)

23

Bab III

PEMBELAJARAN PARTISIPATIF

PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA

A. Tujuan

Secar a umum, tujuan pendidikan keluar ga adalah keter libatan dan kesadar an pendidikan sehingga mampu b mener us belajar dan men per lakuan yang tepat dan tumbuh kembangnya.

Adapun lebih khusus, pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga dilaksanakan dengan tujuan untuk member ikan pemahaman,

kemampuan dan

penyadar an bagi par a or ang tua tentang pentingnya:

23

Bab III

PEMBELAJARAN PARTISIPATIF

PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA

A. Tujuan

n pembelajar an par tisipatif pr ogr am lah untuk meningkatkan kepedulian, an or angtua/ w ali ter hadap pentingnya u ber per an aktif member i stimulus, ter us endampingi anak untuk member ikan n ter baik sesuai dengan kar akter istik

23

Bab III

PEMBELAJARAN PARTISIPATIF

PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA

A. Tujuan

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(35)

1. asupan gizi untuk m per kembangan fisik anak, 2. petunjuk dan bimbingan

mor al,

3. melindungi anak dar i ke lingkungan.

B. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

1. member i asupan gizi untuk per kembangan fisik anak, 2. member i petunjuk dan

kecer dasan dan mor al, 3. melindungi anak dar i ke

lingkungan.

mengoptimalkan per tumbuhan dan k,

n untuk menstimulasi kecer dasan dan

keker asan, dan pengar uh negatif dar i

B. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga dilaksanakan dengan tujuan supaya par a or ang tua menyadar i,

memahami dan mampu

menjalankan fungsi or ang tua dalam:

untuk mengoptimalkan per t umbuhan dan k,

an bimbingan untuk menstimulasi

keker asan, dan pengar uh negatif dar i

B. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(36)

25

Tujuan di atas, dir umuskan menjadi kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagai ber ikut:

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Waktu(jp)

TM M

1. Menyajikan menu yang sehat, ber var iasi dan sesuai dengan kebutuhan asupan gizi anak r emaja.

1.1. Memahami masalah gizi dan pola makan anak r emaja

1.2. Membuat menu makan yang ber var iasi dan sesuai dengan kebutuhan asupan gizi anak r emaja

14 4

2. Menjalin komunikasi secar a baik dengan anak dalam kehidupan sehar i-har i

2.1. Memahami gaya ber komunikasi,

kar akter istik r emaja dan hambatan komunikasi dalam keluar ga. 2.2. Mener apkan car a

menghindar i hambatan komunikasi dalam keluar ga

12 4

3. Mengar ahkan anak secar a baik dan benar , per ihal menjaga keber sihan alat r epr oduksi dan per lindungan dir i dar i pelecehan seksual anak r emaja

3.1. Memahami car a menjaga keber sihan alat r epr oduksi anak r emaja

3.2. Menangani per kembangan seks anak r emaja dan menghindar i pelecehan seksual pada anak 3.3. Memahami per ilaku

seksual

3.4. Memahami kehamilan r emaja dan r esiko medis dan sosial

14 4

4. Mener apkan car a mencegah dan

4.1. Memahami penger tian, jenis-jenis sebab-sebab,

10 4

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(37)

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Waktu(jp)

TM M

mengatasi kenakalan r emaja

akibat yang ditimbulkan dan car a mengatasi kenakalan r emaja 4.2. Mener apkan car a mencegah dan atau mengatasi kenakalan r emaja

5. Menanamkan nilai-nilai kar akter kepada anak r emaja dalam kehidupan sehar i-har i.

5.1. Memahami kar akter yang per lu ditanamkan pada anak r emaja

5.2. Mener apkan ber bagai car a menanamkan nilai kar akter kepada anak r emaja

10 4

6. Menumbuhkan motivasi belajar anak r emaja

6.1. Memahami penger tian motivasi, car a

menumbuhkan cita-cita, str ategi

keber hasilan,pember ian penghar gaan dan fasilitas belajar anak r emaja r emaja 6.2. Mener apkan car a dan

str ategi pember ian motivasi belajar anak r emaja

6.3. Mener apkan car a menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar anak r emaja

12 4

72 24

Keterangan:

TM = Tatap Muka

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(38)

27

C. Materi dan Waktu

Secar a gar is besar , pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga membahas 6 (enam) mater i yang ter dir i dar i: 1. Menu sehat seimbang untuk anak r emaja

2. Komunikasi or ang tua dengan anak usia r emaja

3. Seputar kesehatan alat r epr oduksi dan pendidikan seks 4. Mencegah dan mengatasi per ilaku negatif anak r emaja 5. Menanamkan nilai-nilai kar akter pada anak r emaja 6. Menumbuhkan motivasi belajar anak r emaja

Pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga dilaksanakan dalam waktu 96 jam pelajar an (@ 45 menit). Komposisinya ter dir i atas tatap muka 48 jam dan mandir i 48 jam. Setiap per temuan dilaksanakan selama minimal 2 jam pelajar an. Kegiatan tatap muka lebih diar ahkan pada pr oses penyadar an tentang pentingnya par a or ang tua memahami dan mener apkan setiap mater i pembelajar an. Tatap muka juga digunakan untuk member ikan pemahaman dan pener ampilan kepada or ang tua tentang setiap mater i. Selain itu kegiatan t atap muka juga dimanfaatkan untuk melakukan r efleksi atas pener apan setiap mater i. yang telah dilakukan oleh or ang tua di r umah masing-masing.

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(39)

Pembelajar an tatap muka dimiliki peser ta, sesuai kesepa Sedangkan kegiatan man kesempatan kepada par a or a anak-anak mer eka, untuk sela mer eka fahami pada saat pemb

D. Fasilitator

Implementasi

pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga, menuntut fasilitator yang memiliki integr itas tinggi untuk mengabdi.

Fasilitator pembelajar an kr iter ia minimal sebagai ber ik 1. Pendidikan minimal SMA 2. Memiliki kemampuan dala

tentang pengalaman dir melindungi anak

3. Diutamakan ber asal dar i yang menjadi sasar an fasili

Fasilitator yang dimaksud pengelola pr ogr am, pendidik p

Pengelola pr ogr am ber t peser ta, tempat belajar , dan pembelajar an. Pendidik pr

uka disesuaikan dengan waktu luang yang pakatan antar peser ta dan fasilitator .

andir i dialokasikan untuk member ikan or ang tua mendalami situasi dankondisi selanjutnya mener apkan apa yang telah

mbelajar an tatap muka.

D. Fasilitator

r an par tisipatif dihar apkan memiliki ikut:

A

alam memandu cur ah pendapat or ang tua dir i dalam mengasuh, mer aw at dan

r i lingkungan atau komunitas or ang tua silitasi.

sud dalam model ini melibatkan unsur k pr ogr am dan nar asumber .

er tugas memfasilitasi pr oses penyiapan n menghadir kan nar asumber ahli untuk pr ogr am ber tugas mendor ong dan

D. Fasilitator

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(40)

29

membantuk peser ta melak nar asumber ahli ber tugas pemahaman dan kemampuan yang dibahas.

E. Peserta

Sasar an pembelajar an pa adalah or ang tua dengan kar ak 1. Dipr ior itaskan ber usia anta 2. Memiliki anak yang ber us

menikah

3. Tinggal tetap (tidak ber pin 4. Ber sedia mengikuti kegiata

29

lakukan aktivitas belajar . Sementar a as memfasilitasi pr oses penguatan uan peser ta ter kait mater i pembelajar an

E. Peserta

par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga r akter istik sebagai ber ikut:

ntar a 30 - 50 tahun.

er usia antar a 13-15 tahun yang belum

indah-pindah) atan sampai selesai

29

E. Peserta

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(41)

F. Proses Pembelajaran

Pola pembelajar an par ti bagi or ang tua dengan anak dalam bentuk bagan alir sebag

Pola Pembelajar an Par ti

Ber dasar kan bagan di ata besar pembelajar an par tisipat or ang tua dengan anak usia tahapan yang meliputitahap pr oses pembelajar andantahap

F. Proses Pembelajaran

r tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga k usia 13-15 tahun, dapat digambar kan agai ber ikut.

Gambar 1

ar tisipatif Pr ogr am Pendidikan Keluar ga

atas, dapat dijelaskan bahw a secar a gar is atif pr ogr am pendidikan keluar ga bagi ia 13-15 tahun ter bagi menjadi empat p membina keakr aban, kontr ak belajar , hap evaluasi.

F. Proses Pembelajaran

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(42)

31

Penjelasan masing-masing b pembelajar an par tisipatif di at

1. Membina Keakraban

Tahap ini per lu dilakuk ber par tisipasi optimal d saling mengenal satu sam peser ta maupun peser ta de

Suasana yang akr ab ak memper cayai dan saling melakukan saling belajar . Tahap membina keakr aban a. Mengur ai kekakuan d

dalam pembelajar an da b. Mengembangkan sika menghar gai diantar a pe

31

bagian seper ti ter tuang dalam alur atas, adalah sebagai ber ikut.

1. Membina Keakraban

kukan di aw al kar ena peser ta akan dapat dalam pembelajar an, apabila mer eka sama lain secar a akr ab, baik diantar a dengan fasilitator .

akan memunculkan sikap ter buka, saling g menghar gai diantar a peser ta dalam r .

an ber tujuan untuk

diantar a peser ta sehingga komunikasi dapat ber jalan secar a hangat dan lepas. ikap ter buka, saling per caya, saling

peser ta, dan dengan fasilitator

31

1. Membina Keakraban

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(43)

Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap membina keakr aban adalah sebagai ber ikut:

a. Peser ta diminta untuk memperkenalkan diri seper ti nama, usia, anak, suami, peker jaan. Tekniknya bisa diaw ali dengan menulis biodata ter lebih dahulu kemudian diungkapkan, bisa juga dengan saling ber tanya ber pasangan, kemudian hasilnya dicer itakan kembali kepada selur uh peser ta, atau bisa juga atau bisa juga dengan car a lain sesuai pengalaman fasilitator . b. Peser ta diper silahkan mengungkapkan pengalaman yang

tidak ter lupakan ketika r emaja, dan ketika punya anak r emaja.

1) Fasilitator memilah dan menuliskan r ingkasan pengalaman yang dinyatakan peser ta menjadi dua, yaitu pengalaman pahit dan manis.

2) Peser ta dan fasiliator mencer mati kecender ungan, apakah yang banyak diingat oleh peser ta itu pengalaman pahit atau manis.

3) Diskusikan mengapa demikian, per silahkan semua peser ta untuk ber pendapat.

c. Peser ta ter libat dalam per mainan/ telaah cer ita yang sifatnya r ingan, ber ger ak, ker jasama, dll. (misalnya per mainan ber hitung, dikombinasi dengan pengganti angka ter tentu)

Beber apa sar ana pendukung yang sebaiknya disediakan untuk memper lancar tahap membina keakr aban diantar anya: a. For mat biodata

b. Papan Tulis, spidol, penghapus c. Kelengkapan game sesuai jenisnya

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(44)

33

2. Kontrak Belajar

Setelah diantar a pese langkah selanjutnya adala peser ta didor ong untuk be dan mer umuskan kebut ter sedia dan hambatan ya belajar .

Tahap kontr ak belaj membuat kesepakatan be yang akan dilakukan, min akan dipelajar i, w aktu pe akan dilalui.

33

2. Kontrak Belajar

eser ta dan fasilitator saling mengenal, alah melakukan kontr ak belajar , dimana ber diskusi guna mengenali,, menyatakan utuhan belajar , sumber -sumber yang yang mungkin dihadapi dalam kegiatan

lajar dilakukan dengan tujuan untuk ber sama tentang pr ogr am pembelajar an inimal ber kenaan dengan mater i yang pembelajar an, dan pr oses belajar yang

33

2. Kontrak Belajar

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(45)

Tahap kontr ak belajar dilakukan melaluikegiatan sebagai ber ikut: a. Ajak peser ta untuk mengisi for mat pengalaman mengur us

anak r emaja dalam kehidupan sehar i-har i. Pengalaman dimaksud sebaiknya difokuskan pada pengalaman member ikan asupan gizi/ makanan, member ikan petunjuk/ ar ahan, dan member ikan per lindungan ter hadap anak.

Fasilitator dapat memandu kegiatan ini dengan mengajukan per tanyaan-per tanyaan kunci seper ti:

1) Apa saja per ilaku anak r emaja, yang dianggap masalah atau ber potensi masalah ter kait dengan gizi, kepatuhan ter hadap petunjuk/ ar ahan or ang tua, dan kebutuhan akan per lindungan?

2) Apa yang mungkin menyebabkan munculnya masalah ter sebut,ter kait dengan gizi, kepatuhan ter hadap petunjuk/ ar ahan or ang tua, dan kebutuhan akan per lindungan, baik faktor dar i or ang tua, lingkungan main, dan dar i anak sendir i?

3) Car a apa saja yang per nah dilakukan or ang tua dalam menghadapi per ilaku yang disebutkan? Melibatkan siapa saja? Apa kendala yang dihadapi? Bagaimana hasilnya? 4) Car a apa saja yang disar ankan dalam menghadapi per ilaku

yang disebutkan? Siapa yang har us dilibatkan?

Pilah setiap jaw aban/ pendapat peser ta dan tuliskan pada for mat identifikasi yang ter sedia.

b. Diskusikan untuk menetapkan:

1) Ur utan mater i belajar yang akan dipelajar i

2) Waktu pembelajar an untuk membahas setiap mater i

Sar ana pendukung yang sebaiknya disediakan untuk memper lancar tahap kontr ak belajar diantar anya adalah:

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(46)

35

a. For mat Pengalaman

b. Papan Tulis, spidol, pen c. Per lengkapan untuk me d. Kelengkapan game sesua

3. Proses Pembelajaran

Keter libatan peser ta d yang menyenangkan dan

utama model

par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga.

Peser ta melibatkan dir i secar a aktif dalam pelaksanaan

pembelajar an, sebagai

upaya menguatkan

kompetensi mer eka dalam mendidik, mengasuh, mer aw at dan melindungi anaknya.

Keter libatan peser ta ser tanya mer eka dalam: a. menyiapkan fasilitas da b. memahami infor masi pr osedur pembelajar an c. membahas dan mener a d. melakukan saling tuk

membahas mater i atau ber sama.

35

enghapus

menayangkan film/ video* esuai jenisnya

3. Proses Pembelajaran

a dalam mengembangkan pembelajar an n efektif mencapai tujuan, menjadi cir i

el pembelajar an

m an lam gai an am uh, ngi

a diantar anya ditunjukkan melalui ikut

dan atau alat bantu pembelajar an,

si tentang mater i/ bahan belajar dan r an,

er apkan mater i/ bahan belajar ,

ukar pengalaman dan pendapat dalam tau memecahkan masalah yang dihadapi

35

3. Proses Pembelajaran

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(47)

Metode pembelajar an aktivitas peser ta, antar a la

a. Diskusi

mer umuskan dan m diskusi, sehingga selur dan menyadar i hasil pengetahuan yang tid kesempatan par a peser lain.

b. Per mainan

Skenar ionya per maina per mainan yang menye per mainan, keber has pengalaman yang ber pengalaman dar i setia bahan analisis dan pen har us demokr atis, obye

r an yang digunakan untuk mew adahi lain:

a.

Diskusi mer upakan pembelajar an aktif antar a peser ta sehingga dapat ber inter aksi dengan sesamanya tentang per masalahan yang dihadapi, dan ber sifat mengembangkan pengetahuan bukan mener ima infor masi.

Fasilitator har us pandai mengendalikan dir i, bijak membuat per tanyaan, dan ar if dalam member ikan motivasi atau tantangan.

Di akhir diskusi, peser ta mer efleksikan pengalaman sepanjang lur uh peser ta bisa saling mengevaluasi sil belajar . Apabila ada mater i atau tidak diketahui peser ta, masih ter buka ser ta untuk mencar i jaw abandar i sumber

b.

nan dibuat oleh fasilitator dengan tema nyenangkan dan menantang. Pelaksanaan hasilan atau kegagalannya menjadi ber ur utan dicatat oleh peser ta. Pr oses tiap kejadian dalam per mainan menjadi engambilan kesimpulan.Per an fasilitator yektif, dan tidak diskr iminati f.

a.

b.

(c

) P

P-

PA

U

D

&

D

IK

M

AS

J

(48)

37

c. Simulasi

Simulasi adalah car a penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tir uan untuk memahami tentang konsep, pr insip, atau keter ampilan ter tentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode belajar dengan asumsi bahw a tida

Gambar

Gambar 1Pola Pembelajaran Partiartisipatif Program Pendidikan Keluarga
Gambar 1Gambar 1Gambar 1

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada latar belakang maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai apa yang telah mempengaruhi konsumen sehingga memilih untuk menggunakan Toyota

Sedangkan pengembangan RPP meliputi kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas makin konkret kompetensi makin mudah diamati dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang

Variabel penelitian dan pengembangan pada penelitian ini dilambangkan dengan RnD dan merupakan variabel dummy, dimana jika perusahaan memiliki data mengenai biaya

Data Pengamatan Efek Masing-masing Perlakuan Terhadap Rasio Jarak Usus Yang Ditempub Norit Terbadap Panjang Usus Mencit Keseluruban.. Panjang usus Panjang

Kesimpulan dari kasus yaitu 7 langkah Varney dan SOAP yang digunakan untuk proses penyelesaian masalah kebidanan telah dilaksanakan pengkajian berupa pemantauan

Hasil di atas menunjukkan bahwa para pemangku kepentingan yang meliputi para guru, pengawas pendidikan, kepala sekolah, widyaiswara pendidikan, dosen, dan pimpinan

Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa daftar pokok materi esensial SIM bagi guru, pengawas sekolah, kepala sekolah, widyaiswara pendidikan, dosen, pimpinan lembaga

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang diare, penggunaan jamban sehat dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan kejadian diare pada anak