L A N D A S A N T E O R I
A. Tinjauan Tentang Perhatian Orang Tua 1. Definisi Perhatian
Perhatian Orang Tua adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada objek tertentu1. Sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa perhatian merupakan
pemusatan atau konsentrasi yang ditujukan kepada sesuatu atau objek2. Dari
kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua adalah kesadaran jiwa orang tua untuk mempedulikan anaknya, terutama dalam memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya baik dalam segi emosi maupun materi.
Orang tua berperan sebagai pembentuk karakter dan pola fikir dan kepribadian anak. Oleh karena itu, keluarga merupakan tempat dimana anak-anaknya pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Walaupun di dalam keluarga tidak terdapat rumusan kurikulum dan program resmi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, akan tetapi sifat pembelajaran di dalam keluarga sangat potensial dan mendasar.
2. Definisi orang tua
Ajaran Islam meletakkan dua landasan utama bagi permasalahan anak, pertama, tentang kedudukan dan hak anak, kedua, tentang pembinaan sepanjang pertumbuhannya. Di atas kedua landasan inilah diwujudkan konsepsi anak yang
1 Sumadi Suryabrata, 2014,Psikologi Pendidikan, Jakarta:Rajagrafindo Persada, hlm. 14 2 Bimo Walgito, 2014,Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Andi, hal. 56
ideal yang disebut dengan anak yang sholeh, yang merupakan dambaan setiap orang tua muslim. Orang tua adalah bagian dari keluarga, yang merupakan tempat pendidikan dasar utama untuk dewasa anak, juga merupakan tempat anak didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau dari anggota keluarga lainnya. Keluarga adalah unit satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikannya. Maka orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan kejiwaan anak serta mempengaruhi kehidupan sang anak3. Orang tua mempunyai
tanggungjawab dalam mendidik dan menunjukan kejalan yang benar, serta serta menjaganya dari perbuatan - perbuatan jahat sehingga terhindar dari api neraka, sesuai dengan firman Allah dalam surat at-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :
鵸
⢰
л
◌༷
䁀
寮
໔
◌༷
лāā
໔
л ċ Ǽ
◌༷
໔
²
⢰
лċ
寮
Å°
䁀
寮
◌༷
寮
Å°
Ƣ
È
寮
ǻċ
໔
ċ Ǽ
໔
ċ āǫ Ȃ
䁀
ā
໔
л
É
ǻ л
лǫ
È
ċ
寮
È
ǻ
◌༷
寮
Å a
ǫ лǫ
l
ā
໔
È
ċ
寮
ǻ
໔
䁀䁦
쳌
䁀
쳌
·°
䁀
Ȑ ǫ л
寮
ǻ ǣ
È
◌༷
a
ǫ
寮
ǻ
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."4
Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:
ċ
◌༷
쁘
໔
⢰
䁀
лāā໔
ǣ
䁀
ā໔
Å
ǀ
寮
ǣ
寮
໔
Ê
лǫ
䁀
寮
dz л
䁀
l
䁀 䁀
ǣ
⢰
寮
Ȃ ǣ Ǻ
◌༷
寮
Ƣ ǫ
寮
Å°Éi
◌༷
쁘
໔
⢰
寮
Å°Éi
·
䁀
ǣ
໔
⢰
鵸
寮
ai
寮
ā໔
◌༷
䁀
l
䁀 䁀
ǣ
⢰
寮
Ȃ ǣ Ǻ
◌༷
寮
Ƣ ǫ ċ
◌༷
䁀
l
䁀
寮
ǻ
c
䁀
Ǻ
寮
ǣ
쁘
໔
⢰
Ǻ
Aa
ā໔
◌༷
䁀
l
䁀 䁀
ǣ
⢰
寮
Ȃ ǣ Ǻ
◌༷
寮
Ƣ
ǻ
寮
āǣ
·
ā
◌༷
寮
Ƣ ǫ
l
䁀
◌༷
䁀
Ȇ
䁀
ā
◌༷◌༷
л
䁀
A
寮
◌༷
䁀
Ȇ
寮
ǻ
c
䁀
Ǻ
寮
Artinya: “Setiap kalian adalah pemangku tanggungjawab dan setiap kalian akan ditanya tentang amanah tanggung jawab tersebut. Seorang pemimpin negara
yang berkuasa atas rakyat bertanggung jawab dan akan ditanya tetang rakyatnya.
Seorang lelaki/suami adalah bertanggungjawab atas keluarganya dan ia akan
ditanya tentang itu. Wanita/istri bertanggung jawab atas rumah tangganya dan ia
akan ditanya tentang mereka.”5
Suatu kenyataan bahwa orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah ,orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagi orang tua, mereka mempunyai peran pilihan yaitu: orang tua sebagi pelajar, orang tua sebagi relawan, orang tua sebagi pembuat keputusan, orang tua sebagi anggota tim kerjasama guru dan orang tua. Dalam peran-peran tersebut memungkinkan orang tua membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anakanak mereka.
Menurut Morrison6 orang tua, anak dan program sekolah umumnya
sekolah pada umumnya guna meningkatkan prestasi anak disekolah. Apabila memiliki program sekolah yang baik dan orang tua mau membantu, umumnya prestasi dan ketrampilan anak akan meningkat.
Dari beberapa pengertian tentang perhatian jika dikaitkan dengan orang tua kepada anak, bahwa perhatian adalah bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk memecahkan masalah – masalah yang dihadapinya. Memberikan perhatian kepada anaknya merupakan kewajiban bagi orang tua. Tidak hanya perhatian dalam bentuk tindakan tetapi juga dalam hal belajar anak. Di dalam belajar anak juga membutuhkan perhatian. Dengan pemberian perhatian ini anak akan semakin merasa termotivasi dalam pengembangan dirinya untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
3. Sikap Orang Tua yang Menunjang7
Sikap orang tua, hendaknya harus menunjang bagi kreativitas anaknya, sehingga anak akan terangsang melakukan aktivitas yang kreatif. Beberapa sikap orang tua yang mendorong kreativitas anak diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk mengungkapkannya 2) Memberi waktu kepada anak untuk berfikir, merenung dan berkhayal. 3) Membolehkan anak mengambil keputusan sendiri.
4) Menyakinkan anak bahwa orang tuanya menghargai apa yang dilakukan dan dihasilkannya.
5) Mendorong dan menunjang kegiatan anak. 6) Menikmati kebersamaan dengan anak
7 Utami Munandar, 2014,Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.
7) Memberikan pujian yang sungguh-sungguh kepada anak 8) Mendorong kemandirian anak dalam bekerja.
9) Menjalin kerjasama dengan anak.
Dengan sikap orang tua yang demikian, diharapkan anak dapat termotivasi untuk melakukan aktivitas yang kreatif yang pada akhirnya prestasi belajar anak akan meningkat.
4. Bentuk-bentuk Perhatian yang di berikan orang tua a) Bimbingan dalam bentuk perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun sematamata tertuju kepada suatu benda atau sekumpulan obyek.8 Perhatian adalah pemusatan
atau kesadaran jiwa yang diarahkan kepada suatu obyek tertentu yang memberikan rangsangan kepada individu, sehingga ia hanya memperdulikan obyek yang merangsang itu. Dari pengertian ini, maka perhatian orang tua untuk memperdulikan anaknya, terutama dalam hal memberikan kebutuhan anaknya, baik dalam segi emosional maupun material.
b) Bimbingan Belajar
Di dalam ajaran Islam dijelaskan salah satu tujuan bahkan sebagi tujuan utama yang merupakan dasar disyariatkan pernikahan oleh agama adalah didapatkannya anak keturunan yang dapat melangsungkan dan mempertahankan jenis manusia di dunia. Allah berfirman dalam surat An-Nisa’yang berbunyi:
8 Slamento, 2010,Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Bandung: Rineka Cipta,
໔ċ āċ
ጄ
ā
◌༷
໔ ໔ċ
ጄ
Å
ǣ
໔ċ л
㌳
л л
㌳
·
⢰
⸱ Å È
㌳
Ȃ ǫ
໔ċ
ia
ċ ā Ȃ
ā໔
쁘
ā
◌༷
໔
ċ Ǽ
artinya: "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar".9
Ayat diatas mengingatkan pada manusia serta orang –orang yang beriman agar mereka tidak meninggalkan anak keturunannyayang lemah jiwa dan raga serta menjaga dengan baik. Dalam arti orang tua berperan sebagai pendidik, karena pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Orang tua juga berperan dalan membimbing dalam setiap belajar anaknya. Karena dalam setiap belajar tidak semua anak menguasai semua apa yang dipelajari, mungkin ada satu atau dua materi yang sulit dipahami, bisa dikatakan anak mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, menulis, membaca dan berhitung karena faktor internal individu sendiri. Oleh karena itu diperlukan pendampingan atau bimbingan dalam belajar, karena belajar itu merupakan inti kegiatan pengajaran di sekolah, maka wajiblah anak di bimbing agar tercapainya belajarnya.
c) Bimbingan dalam bentuk motivasi
Motivasi biasanya didefinisikan sebagai sesuatu yang memberi energi dan mengarahkan perilaku.10 Masalah terbesar motivasi biasanya muncul ketika siswa
menyandarkan kegagalan pada karakter internal, dan tidak terkontrol seperti kemampuan. Mereka akan nampak apatis atau pasrah dengan kegagalan, terdepresi, tidak tertolong atau tidak termotivasi. Apatis merupakan reaksi logis atas kegagalan ketika siswa percaya bahwa sebabnya adalah perilaku mereka sendiri (internal), tidak bisa dengan perubahan (kestabilan), dan diluar kendali (kontrol) mereka. Peserta didik yang memandang kegagalan mereka dengan cara ini biasanya tidak berusaha mencari bantuan. Di sini perlu ditegaskan bahwa tidak setiap anak mampu memotivasi diri dengan baik. Di sinilah pentingnya orang tua mendampingi anak-anaknya. Ketika anak pulang sekolah dalam keadaan yang tidak seperti biasanya, hendaknya nanti ketika situasi anak sudah berubah orang tua menanyakan apa yang terjadi di sekolah tadi. Setelah anak mau bercerita tentang masalahanya, orang tua bisa memberikan solusi dan dorongan agar anaknya bisa mencapai apa yang di inginkan.
d) Bimbingan dalam bentuk peringatan atau teguran
Jika anak-anak masih terus dalam keadaan yang tidak mau mengerti suatu aturan atau perintah, sebelum orang tua mengenakan suatu hukuman maka terlebih dahulu berilah peringatan.
e) Bimbingan dalam bentuk hukuman
Hukuman hanya boleh diberikan bila anak melakukan kesalahan dengan sengaja.
B. Pengertian Media Pembelajaran
1. Pengertian Kualitas Media Pembelajaran
Konsep peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu unsur dari paradigma baru pengelolaan pendidikan di Indonesia. Paradigma tersebut mengandung atribut pokok yaitu relevan dengan kebutuhan masyarakat pengguna lulusan, suasana akademik yang kondusif dalam penyelenggaraan program studi, adanya komitmen kelembagaan dari para pimpinan dan staf terhadap pengelolaan organisasi yang efektif dan produktif, keberlanjutan program studi, serta efisiensi program secara selektif berdasarkan kelayakan dan kecukupan. Dimensi-dimensi tersebut mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat strategis untuk merancang dan mengembangkan usaha penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi kualitas pada masa yang akan datang.
Mutu sama dengan arti kualitas dapat diartikan sebagai kadar atau tingkatan dari sesuatu, oleh karena itu kualitas mengandung pengertian:
1. Tingkat baik dan buruknya suatu kadar
2. Derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya); mutu.
dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al Barry bahwa kualitas adalah kualitas/mutu; baik buruknya barang11. Seperti halnya yang dikutip
Quraish Shihab yang mengartikan kualitas sebagai tingkat baik buruk sesuatu atau mutu sesuatu.12 Dari pengertian tersebut maka kualitas atau mutu dari sebuah
pendidikan harus ditingkatkan baik itu sumber daya manusia, sumber daya material, mutu pembelajaran, kualitas lulusan dan sebagainya. Dari berbagai pengertian yang ada, pengertian kualitas pendidikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan untuk menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang optimal.
Dari sisi guru, kualitas dapat dilihat dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar siswa. Bahwa setiap guru atau tenaga pengajar memiliki tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan siswa belajar dan keberhasilan guru mengajar. belajar hanya dapat terjadi apabila murid sendiri telah termotivasi untuk belajar guru harus secara bertahap dan berencana memperkenalkan manfaat belajar sebagai sebuah nilai kehidupan yang terpuji, sehingga murid belajar karena didasari oleh nilai yang lebih tinggi bagi kehidupan murid sendiri. Walaupun proses ini tidak sederhana, guru harus tetap berusaha menanamkan sikap positif dalam belajar, karena ini merupakan bagian yang sangat penting didalam proses belajar untuk mampu belajar.
Sementara itu dari sudut kurikulum dan bahan belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa relevan kurikulum dan bahan belajar mampu menyediakan aneka
stimulus dan fasilitas belajar secara berdiversifikasi (dengan penganekaragaman, penerapan beberapa cara, perbedaan) Dari aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat dari seberapa besar suasana belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan.
Dari sisi media belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa efektif media belajar digunakan oleh guru untuk meningkatkan intensitas belajar siswa. Dari sudut fasilitas belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa kontributif (memberi sumbangan) fasilitas fisik terhadap terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman. Sedangkan dari aspek materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuainnya dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasi siswa.
Oleh karena itu kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, mahasiswa, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler.
2. Indikator Kualitas Pembelajaran
Secara konseptual kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi indikator yang berfungsi sebagai indikasi atau penunjuk dalam kegiatan pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini diperlukan karena beberapa alasan berikut:
a) Prestasi Siswa Meningkat
pembelajaran yang selama ini pendidikan agama berlangsung mengedepankan aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku).
b) Siswa Mampu Bekerjasama
Di dalam pembelajaran diperlukan suatu kerjasama antar siswa ataupun siswa dengan guru. Dengan adanya kekompakan akan timbul suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Keharmonisan perlu dijaga dan dipelihara dengan mewujudkan sikap:
(1) adanya saling pengertian untuk tidak saling mendominasi,
(2) adanya saling menerima untuk tidak saling berjalan menurut kemauannya sendiri,
(3) adanya saling percaya untuk tidak saling mencurigai, (4) adanya saling menghargai dan
(5) saling kasih sayang untuk tidak saling membenci dan iri hati. c) Adanya Pembelajaran yang Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam menyerap dan memahami pelajaran yang diserap oleh guru, karena apabila siswa tidak menyenangi pembelajaran maka materi pelajaran tidak akan membekas pada diri siswa. Pembelajaran yang menyenangkan ini biasanya dengan menggunakan metode yang bervariasi dan pembentukan suasana kelas yang menarik.
d) Mampu berinteraksi dengan Mata Pelajaran Lain
akan tetapi lebih banyak dalam bidang-bidang keduniaan. Dalam hal ini pendidikan agama bisa menjadi solusi dari semua bidang asalkan pembelajaran pendidikan agama islam yang dilaksanakan mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain.
e) Mampu Mengkontekstualkan Hasil Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual sangat diperlukan untuk mebiasakan dan melatih siswa dalam bersosial, bekerjasama dan memecahkan masalah. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.
f) Pembelajaran yang Efektif di Kelas dan lebih Memberdayakan Potensi Siswa
Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Secara mikro ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa.
g) Pencapaian Tujuan dan Target Kurikulum
Pencapaian tujuan dan target kurikulum merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam setiap pembelajarannya. Tujuan dan target-target tersebut bisa dijadikan tujuan minimal maupun maksimal yang harus dicapai tergantung kepada kemampuan pihak sekolah yang terdiri dari guru an unsur-unsur lain yang melaksanakannya.
3. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Yang Baik
Media pembelajaran sangat berperan untuk keberhasilan proses belajar mengajar. Peranan media pembelajaran terutama adalah untuk membantu penyampaian materi kepada siswa. Dalam hal ini bisa terlihat bahwa tingkat kualitas atau hasil belajar juga dipengaruhi oleh kualitas media pembelajaran yang digunakan.
Untuk mendapatkan kualitas media pembelajaran yang baik agar dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam proses belajar mengajar, maka diperlukan pemilihan dan perencanaan penggunaan media pembelajaran yang baik dan tepat. Pemilihan media pembelajaran yang tepat ini menjadikan media pembelajaran efektif digunakan dan tidak sia-sia jika diterapkan.
Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA menjelaskan13 bahwa kriteria pemilihan
media bersumber dari konsep bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Maka beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut:
a) Sesuai Dengan Tujuan
Media pembelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan instruksional dimana akan lebih baik jika mengacu setidaknya dua dari tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan agar media pembelajaran sesuai dengan arahan dan tidak melenceng dari tujuan. Media pembelajaran juga bukan hanya mampu mempengaruhi aspek intelegensi siswa, namun juga aspek lain
yaitu sikap dan perbuatan.
b) Tepat Mendukung Materi yang Bersifat Fakta, Konsep, Prinsip, dan Generalisasi
Tidak semua materi dapat disajikan secara gamblang melalui media pembelajaran, terkadang harus disajikan dalam konsep atau simbol atau sesuatu yang lebih umum baru kemudian disertakan penjelasan. Ini memerlukan proses dan keterampilan khusus dari siswa untuk memahami hingga menganalisis materi yang disajikan. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya mampu diselaraskan menurut kemampuan dan kebutuhan siswa dalam mendalami isi materi.
c) Praktis, Luwes, dan Bertahan
Media pembelajaran yang dipilih tidak harus mahal dan selalu berbasis teknologi. Pemanfaatan lingkungan dan sesuatu yang sederhana namun secara tepat guna akan lebih efektif dibandingkan media pembelajaran yang mahal dan rumit. Simpel dan mudah dalam penggunaan, harga terjangkau dan dapat bertahan lama serta dapat digunakan secara terus menerus patut menjadi salah satu pertimbangan utama dalam memilih media pembelajaran.
d) Mampu dan Terampil Menggunakan
Apapun media yang dipilih. guru harus mampu menggunakan media tersebut.
Nilai dan manfaat media pembelajaran sangat ditentukan oleh bagaimana
keterampilan guru menggunakan media pembelajaran tersebut. Keterampilan
penggunaan media pembelajaran ini juga nantinya dapat diturunkan kepada
pembelajaran yang dipilih.
e) Pengelompokan Sasaran
Siswa terdiri dari banyak kelompok belajar yang heterogen. Antara kelompok
satu dengan yang lain tentu tidak akan sama. Untuk itu pemilihan media
pembelajaran tidak dapat disama ratakan, memang untuk media pembelajaran
tertentu yang bersifat universal masih dapat digunakan, namun untuk yang
lebih khusus masing-masing kelompok belajar harus dipertimbangkan
pemilihan media pembelajaran untuk masing-masing kelompok.
Hal yang perlu diperhatikan mengenai kelompok belajar siswa sebagai
sasaran ini misalnya besar kecil kelompok yang bisa digolongkan menjadi 4
yaitu kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
Latar belakang secara umum tiap kelompok perli diperhatikan seperti latar
belakang ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Kemampuan belajar
masing-masing siswa dalam kelompok juga wajib diperhatikan untuk
memilih mana media pembelajaran yang tepat untuk dipilih.
f) Mutu Teknis
Pemilihan media yang akan digunakan harum memenuhi persyaratan teknis
tertentu. Guru tidak bisa asal begitu saja menentukan media pembelajaran
meskipun sudah memenuhi kriteria sebelumnya. Tiap produk yang dijadikan
media pembelajaran tentu memiliki standar tertentu agar produk tersebut laik
digunakan, jika produk tersebut belum memiliki standar khusus guru harus
mampu menentukan standar untuk produk tersebut agar dapat digunakan
Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran
yang memperhatikan kriteria-kriteria tersebut akan menghasilkan atau
menemukan media pembelajaran yang berkualitas dan sesuai atau tepat
digunakan untuk masing-masing materi pembelajaran. Media pembelajaran
yang dipilih juga mampu dengan mudah membantu guru menyampaikan
materi kepada siswa, siswa juga dapat lebih mudah menerima dan memahami
materi pembelajaran dengan bantuan media pembelajaran yang sudah dipilih
berdasarkan kriteria diatas.
Beberapa nilai tambah lain juga bisa didapat jika tepat dalam pemilihan
media pembelajaran. Misalnya saja siswa mampu menambah atau
meningkatkan keterampilan tertentu seperti mendengarkan dan konsentrasi.
Dari segi ke-ekonomis-an pemilihan media pembelajaran yang mampu
digunakan berkali-kali juga sangat dapat menekan biaya atau anggaran untuk
pengadaan dan produksi media pembelajaran.
Proses belajar akan semakin sukses apabila ditunjang dengan fasilitas yang memadai. Fasilitas dapat diartikan juga sebagai sarana dan prasarana dalam belajar. Tersedianya fasilitas yang memadai, akan sangat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas. Selain itu, siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar. Slameto14 menjelaskan
untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya:
1) ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang dapat mengganggu
konsentrasi pikiran,
2) ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata, 3) cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran,
buku-buku, dan sebagainya.
Menurut Bafadal15 sarana dan prasarana adalah semua perangkat peralatan,
bahan, perabot dan kelengkapan dasar baik yang secara langsung maupun secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses belajar di sekolah. Lingkungan yang menyenangkan, ruang kelas yang luas dan suasana kelas yang kondusif disertai fasilitas yang memadai menyebabkan timbulnya motivasi untuk belajar pada diri siswa sehingga proses belajar dapat berjalan efektif.
Kegiatan proses belajar mengajar tidak mungkin dapat sukses tanpa didukung adanya fasilitas yang cukup dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Fasilitas merupakan unsur penunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Kualitas media Pembelajaran di sekolah sangat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar anak didik yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa16. Fasilitas dan
perabot belajar ikut menentukan keberhasilan seseorang, orang yang belajar tanpa dibantu dengan adanya fasilitas, maka kegiatan belajar akan terhambat.
Bafadal17 mengklasifikasikan sarana pendidikan menjadi beberapa macam
yaitu (a) Ditinjau dari habis tidaknya dipakai (b) Ditinjau dari bergerak tidaknya
15 Ibrahim Bafadal, 2014,Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, Jakarta:
Bumi Aksara, hlm. 2
pada saat digunakan (c) Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar.
1) Ditinjau dari habis tidaknya dipakai a) Sarana pendidikan yang habis pakai
Sarana pendidikan yang habis pakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu relatif singkat, sebagai contohnya adalah kapur tulis yang biasa digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran. Selain itu ada beberapa sarana pendidikan yang berubah misalnya, kayu, besi dan kerta karton yang sering kali digunakan oleh guru mengajar materi pelajaran ketrampilan. Sementara sebagai contoh sarana pendidikan yang berubah bentuk adalah pita mesin tulis, bola lampu dan kertas.
b) Sarana pendidikan yang tahan lama
Sarana pendidikan yang tahan lama adlah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Beberapa contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis, globe dan beberapa peralatan olahraga.
2) Ditinjau dari bergerak tidaknya a) Sarana pendidikan yang bergerak
atau dipindahkan kemana saja.
b) Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak
Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua sarana pendidikan yang bias atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan.
c) Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar.
Hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai contoh adalah kapur tulis, atlas, dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar seperi lemari arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan yang secara tidak langsung diguakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
parkir kendaraan.18
Menurut The Liang Gie19 tersedianya Kualitas Media Pembelajaran yang
memadai dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Adapun macam-macam Kualitas Media Pembelajaran sebagai berikut:
1) Ruang belajar
Salah satu syarat untuk dapat belajar dengan baik adalah tersedianya ruang belajar. Ruang atau tempat belajar ini yang digunakan oleh siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Adanya ruang belajar yang memadahi dan nyaman, maka akan memperoleh hasil belajar yang baik.
2) Penerangan yang cukup
Penerangan yang baik adalah ruangan atau tepat yang ada penerangan yang cukup dan adanya ventilasi udara, sehingga seseorang membaca dengan kapasitas yang lebih besar dan kelelahan mata yang lebih kecil, apabila memanfaatkan penerangan alamiah yaitu sinar matahari.
3) Sirkulasi udara (Ventilasi)
Sirkulasi udara dalam ruang belajar hendaknya diusahakan supaya lancer, hal ini bias dilakukan dengan cara membuka pintu dengan jendela sehingga memungkinkan keluar masuknya udara yang segar. Ruangan belajar tanpa adanya sirkulasi udara yang baik menyebabkan seseorang akan cepat mengantuk dan tidak nyaman dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
4) Buku-buku pegangan
Buku pegangan harus lengkap sebagai penunjang kegiatan belajar. Memiliki 18 Bafadal Hlm.3
19 The Liang Gie, 2002,Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi, Hlm.
buku sendiri akan lebih leluasa waktu dapat membaca buku. Dalam kegiatan belajar seseorang perlu memiliki buku yang dapat menunjang dalam proses belajar. Buku yang dimiliki siswa antara lain:
a) Buku pelajaran wajib
Yaitu buku pelajaran yang sesuai dengan bidang studi yang sedang dipelajari oleh peserta didik.
b) Buku tambahan
Buku tambahan dapat berupa buku penunjang selain buku pelajaran wajib yang dapat menunjang prestasi belajar.
5) Kelengkapan peralatan belajar
Kelengkapan peralatan juga penting untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Belajar tidak dapat dilakukan dengan efisien tanpa adanya peralatan yang lengkap. Kelengkapan peralatan belajar dan fasilitas sekolah dapat memsbuka peluang bagi guru untuk lebih kreatif mengajar. Semakin lengkap peralatan belajar, semakin lancar pula proses belajarnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimaksud Kualitas media Pembelajaran dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar proses belajar mengajar di sekolah seperti tersedianya tempat belajar, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran, perpustakaan, laboratorium dan segala fasilitas penunjang.
Terkait Kualitas media Pembelajaran, Bafadal20 menjelaskan untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam kelas setidaknya ada dua macam
sarana belajar mengajar yang harus tersedia, yaitu perabot kelas dan media pengajaran.
C. Prestasi Belajar Siswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Poerwadarminta21,
mengemukaan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain sebagainya). Pendapat tersebut menjelaskan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan, dalam hal ini tentunya kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan sekolah.
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa digunakan alat pengajaran yang dinamakan “evaluasi” yang merupakan salah satu dari kegiatan pendidikan dan pengajaran. Dengan evaluasi siswa diketahui apakah betul materi pelajaran itu dikuasai dan dimiliki atau sebaliknya materi pelajaran itu belum dikuasai dan dimiliki oleh siswa, itulah peranan dari evaluasi sebagaimana dikemukakan oleh Purwanto22, yaitu fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui
apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus mengulangi kembali bahan-bahan yang telah lampau.
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal. Jadi prestasi belajar siswa itu merupakan gambaran dari pada
hasil belajar siswa.
21 Poerwadarminta, hlm. 786
Tabrani Rusyan23 mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar dapat digolongkan dalam empat kelompok, yaitu : a. Bahan atau hal yang harus dipelajari.
Banyak bahan pelajaran, kesulitan dan manfaat bahan pelajaran ikut menentukan hasil belajar. Bahan pelajaran yang terlampau panjang cenderung menimbulkan kejenuhan pada siswa. Taraf kesulitan bahan pelajaran dan kemampuan peserta didik akan mempengaruhi kecepatan belajar.
b. Faktor-faktor lingkungan.
Faktor lingkungan eksternal dapat berupa : Lingkungan alam dan lingkungan fisik
c. Lingkungan sosial Memasukan instrumental (instrumental input).
Faktor instrumental merupakan faktor yang termasuk pada proses belajar. Bentuknya tergantung pada strategi belajar mengajar dan pada hasil belajar yang diharapkan, wujudnya berupa perangkat keras (gedung, perlengkapan dan sebagainya) dan perangkat lunak (kurikulum, program dan pedoman belajar, dan sebagainya).
d. Kondisiindividu peserta didik.
Dapat dibedakan atas kondisi fisiologis dan psikologis, yang termasuk kondisi fisiologis adalah keadaan panca indera dan kondisi kesehatan, yang termasuk kondisi psikologis seperti perhatian,
23 Tabrani Rusyan, 2009,Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remadja Karya,
pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, intelegens, bakat dan motif24.
Sedangkan yang dimaksud dengan hasil belajar adalah“Jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya”.25
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh oleh siswa dalam suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga didapatkan adanya perubahan tingkah laku, baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil belajar siswa yang dapat diwujudkan dalam bentuk nilai.
Melihat uraian dari beberapa tentang prestasi belajar diatas. Maka diketahui bahwa prestasi belajar siswa atau anak didik, baik secara individu maupun kelompok. Disamping itu, juga berguna bagi guru sebagai umpan balik dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga akan mengetahui kesulitan yang dihadapi anak didik dalam keberhasilan atau lancarnya proses belajar mengajar.
Siswa setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) atau yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Perubahan tersebut merupakan hasil proses belajar siswa yang perlu diketahui
24 Ibid hlm. 80
perkembangannya. Kegiatan untuk mengetahui hasil belajar digunakan pengukuran atau penilaian yang keduanya tercakup dalam bentuk evaluasi pembelajaran. Ada pula ahli pendidikan yang menamakan pengukuran atau penilaian ini dengan istilah penakaran. Hal ini didasarkan pada pendapatnya Abdurrahman Abror26 menjelaskan tentang penakaran (measurement) dan
penilaian (evaluation) sebagai berikut:
"Penakaran (measurement) adalah suatu proses penentuan tingkat, penentuan kecakapan dan keterampilan, penentuan penguasaan akan sesuatu dengan memperbandingkan berdasarkan norma-norma tertentu. Jadi yang menjadi sasaran atau obyek penakaran hanyalah aspek-aspek tertentu. Kemudian melalui usaha penakaran akan dapat diperoleh data tunggal yang bersifat kuantitatif yang diwujudkan dalam angka atau huruf. Penilaian (evaluation) adalah usaha penentuan nilai atau penaksiran terhadap kadar kekuatan sesuatu."
Prestasi belajar yang dicapai siswa pada umumnya ditunjukkan oleh angka/huruf yang dituangkan dalam buku raport. Buku raport berisi laporan tentang prestasi belajar siswa sebagai hasil belajarnya secara khusus kepada orang tua/wali siswa. Kegiatan laporan ini merupakan salah satu kegiatan administrasi sekolah. Dalam hal ini B. Suryosubroto27, menyatakan sebagai
berikut:
"Laporan hasil kemajuan belajar yang dikirim kepada orang tua (wali siswa) biasa disebut Buku Raport, Buku Raport ini dimaksudkan sebagai informasi dari guru (sekolah) perihal keberhasilan anak dalam belajar kepada orang tua mereka masing-masing."
Dengan demikian diharapkan ada tanggapan (feed back) positif dari orang tua untuk meningkatkan lagi kemajuan belajar anak-anaknya.
Tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal memerlukan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang diperlukan bagi pencapaian keberhasilan pembelajaran khususnya dalam pendidikan agama Islam menurut Chabib Thoha28 mendefinisikan beberapa aspek tingkah laku
siswa sebagai hasil belajarnya. Syarat-syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Keberhasilan belajar pada aspek kejiwaan yang ditunjukkan dengan adanya sikap kematangan yaitu sikap kemandirian.
2) Keberhasilan belajar pada aspek keagamaan yakni ditunjukkan dengan adanya sikap anak yang positif dalam menanggapi agama Islam, memiliki keyakinan yang kuat terhadap agama Islam, dan memiliki akhlakul karimah.
3) Keberhasilan belajar pada aspek kecerdasan ditunjukkan dari baiknya prestasi belajar di sekolah.
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dirinya sendiri (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal), bahkan menurut Muhibbin Syah29 mengemukakan bahwa faktor pendekatan
belajar juga berpengaruh terhadap proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut.
Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar se-optimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
28 Chabib Thoha, 2003,Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo, Hlm. 86 29 Muhibbin Syah, 2016,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut, antara lain ialah:
a. Faktor Internal Siswa
Menurut Slameto30, faktor-faktor internal ini dibagi menjadi tiga faktor,
yaitu: Faktor jasmaniah (fisiologis), faktor rohaniah (psikologis) dan faktor kelelahan.
1) Faktor Jasmaniah (Fisiologis) a) Faktor Kesehatan
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lemah, kurang bersemangat, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah apalagi disertai pusing-pusing kepala misalnya. Dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.
Keadaan cacat tubuh dapat mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya terganggu dan jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus, atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2) Faktor Ruhaniah (Psikologis)
Menurut Muhibbin Syah31 ada lima faktor yang termasuk faktor
psikologis siswa antara lain ialah: tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa; sikap; bakat siswa; minat siswa; dan motivasi siswa.
a) Intelegensi Siswa
Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psikosifik, untuk bereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi juga sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi dapat atau sangat mnentukan tingkat keberhasilan siswa, ini bermakna bahwa semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya meraih sukses. Sebaliknya
semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
b) Sikap atau Perhatian Siswa Terhadap Pelajaran
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak suka lagi belajar.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespons (respons tedency) dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajarannya, apalagi jika diiringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajarannya dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. c) Minat Siswa terhadap Pelajaran
belajar tanpa minat. Minat timbul apabila individu tertarik pada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhan atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya, namun demikian minat tanpa adanya usaha yang baik, maka belajar sulit untuk berhasil. Minat juga dapat menentukan lancarnya dalam pelajaran dan dapat menentukan keberhasilan belajar, pelajaran berjalan apabila ada minat.
d) Bakat Siswa
Bakat atau attitude adalah kemampuan untuk belajar32. Secara
umum bakat ialah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Bakat dapat mempengaruhi pula terhadap prestasi belajar seseorang dan seseorang akan lebih berhasil kalau dia belajar dalam lapangan yang sesuai dengan bakatnya.
e) Motivasi Siswa
Motivasi juga adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dalam perkembangan selanjutnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Motivasi instrinsik yaitu hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
2. Motivasi ekstrinsik yaitu hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar33.
Dalam prosfektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai nilai/prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru. Kematangan bukan berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran34.
g) Kesiapan 3) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dapat dipisahkan tetap sulit atau dapat dibedakan menjadi dua macam:
a) Kelelahan jasmani dan b) Kelelahan rohani (psikis)
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. b. Faktor-faktor Eksternal Siswa
Menurut Slameto35 hal-hal itu meliputi:
1) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarganya berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Seperti yang dikatakan oleh Sutjipto Wirowidjodjo36 dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa:
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
b) Relasi antar anggota keluarga
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk menyukseskan belajar anak sendiri.
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu, relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluaga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak.
c) Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan pada anak yang belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, menyebabkan anak menjadi bosan di rumah dan suka keluar rumah (ngluyur) akibatnya belajarnya menjadi kacau dan prestasinya pun menjadi jelek.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar. Anak yang sedang belajar itu selain terpenuhi segala kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian perlindungan kesehatan dan lain-lain. Anak juga membutuhkan fasilitas belajar seperti itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup biaya atau uang.
2) Faktor sekolah
a) Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya.
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran, sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri sehingga siswa kurang senang terhadap pelajarannya atau gurunya.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Menurut Hilda Taba dalam S. Nasution37
mengartikan kurikulum sebagai a Plan for learning yaitu suatu yang direncanakan untuk dipelajari anak-anak. Dengan demikian baik dan buruknya hasil belajar anak ditentukan pula oleh kurikulum.
c) Guru / Pengajar
Tugas guru sebagai pendidik cukup berat sehingga tidak setiap orang dipercaya untuk dilimpahi hak dan wewenang mendidik dengan status sebagai guru.
Guru harus memiliki sifat dan kemampuan profesional sebagai pendidik, dengan bertitik tolak pada kriteria sebagai berikut:
1) Dia harus mengerti ilmu mendidik, sehingga segala tindakannya dalam mendidik itu disesuaikan dengan jiwa anak didiknya.
2) Seorang guru harus memiliki bahasa yang baik dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya.
3) Seorang guru harus mencintai anak didiknya, cinta yang mengandung arti menghilangkan kepentingan diri sendiri untuk keperluan orang lain.
d) Sarana dan Prasarana Belajar
yang menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
3) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh keberadaannya siswa dalam masyarakat. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada disekitar tersebut. Khususnya terhadap belajarnya, sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, maka anak akan terbawa dan terpengaruh juga oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.
c. Faktor Pendekatan
Pendekatan belajar ialah sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
Proses pembelajaran yang diikuti oleh siswa diharapkan siswa mampu memahami, menghayati dan mengamalkan materi yang telah dipelajarinya, sehingga dapat mencapai sasaran yang tepat terhadap setiap aspek pendidikan yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap) dan aspek psikomotorik (keterampilan).
1. Aspek Kognitif (Pengetahuan)
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran yang diterapkan di lembaga pendidikan sekolah, diharapkan siswa memperoleh materi yang sesuai dengan kurikulum supaya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai ilmu pengetahuan yang perlu dihafal, dimengerti dan dihayati. Setelah siswa memperoleh sejumlah materi pelajaran kemudian siswa dievaluasi sampai sejauh mana tingkat penguasaan materi pelajaran, seperti dikemukakan oleh Muhammad Ali38 apabila siswa mampu
menjawab soal lebih dari 75% berarti tergolong kategori prestasi belajar baik dan apabila siswa mampu menjawab kurang dari 60% berarti tingkat penguasaan materi pelajaran kurang dan prestasi belajarpun kurang baik. Memperhatikan aspek kognitif yang berarti yang menjadi sasaran objek penilaian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah segi kemampuan berfikir siswa dalam menerima materi pelajaran tersebut. Dikemukakan pula oleh Nana Sudjana39, bahwa yang lebih mudah untuk menilai
38 Muhammad Ali, 2010,Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo,
hlm. 92
39 Nana Sudjana, 2013,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,
kemajuan belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah dari segi kognitif, karena nilainya nyata dalam bentuk bilangan atau angka. 2. Aspek Afektif (Sikap)
Aspek lain yang menjadi objek Pendidikan Agama Islam adalah aspek afektif, aspek ini sedikit sulit untuk menentukan sampai dimana sikap siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam atau sikap siswa terhadap pengalaman ajaran Agama Islam, hal ini tentunya dapat dilihat dari informasi orang tua, teman bermain atau dari guru wali kelas. Di samping itu dapat pula dilihat dari gejala yang ada, seperti apabila siswa mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu sungguh-sungguh atau berminat besar untuk belajar Pendidikan Agama Islam berarti siswa mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Aspek Psikomotor (Katerampilan)