• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA

DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Nurika Pratiwi*), Gipta Galih W**), Eko Mardiyaningsih***)

*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung dan iritabilitas Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang.

Metode penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan crossectional. Populasi penelitian ini semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang sebanyak 653 orang. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling sejumlah 87 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tentang dukungan keluarga dan Inventaris Depresion Beck. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan uji bivariat dengan uji Kendall tau.

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden mengalami dukungan keluarga kategori baik sebanyak 45 responden (51,7%). Sebagian besar tingkat depresi gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dalam kategori minimal, yaitu sejumlah 37 responden (42,5%). Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang (p value 0,007 < 0,05).

Saran bagi rumah sakit pelaksanaan mengenai surgical safety; sign in, time out dan sign out segera dilakukan karena terbukti berdampak pada penurunan kasus kejadian yang tidak diinginkan terkaut dengan prosedur pembedahan.

(2)

ABSTRACT

Support from family is an important element in helping people solve problems. Depression is characterized by feelings of sadness, morose and irritability purpose of this study to determine the relationship of family support with the level of depression in patients with chronic renal failure undergoing Hemodialysis Tugurejo Hospital in Semarang.

This research method was used correlation design with cross sectional approach. The population of this study all patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in Tugurejo Semarang Hospital as 653 people. Sampling techniques done by purposive sampling a number of 87 respondents. The research instrument used a questionnaire about family support and the Beck Depression Inventory. Data was analyzed using univariate analysis and test bivariate with Kendall Tau test.

The result showed most respondents experienced family support good category were 45 respondents (51,7%). Most of the level of depression with chronic renal failure undergoing hemodialysis in the minimal category, the number of 37 respondents (42.5%). There is a relationship of family support with the level of depression in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis at Hospital Tugurejo Semarang (p value 0,007 <0,05).

Advice for the implementation of the surgical hospital safety; sign in, time out and sign out immediately because proven impact on the case of undesirable events terkaut with surgical procedures.

Keywords : Family Support, Depression, Hemodialysis

PENDAHULUAN Latar Belakang

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal (Price & Wilson, 2006).

Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data dari PENEFRI (Persatuan Nefrologi Indonesia), diperkirakan ada 17 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronis tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah (Hemodialisa) hanya sekitar 4 ribu sampai 5 ribu saja. Saat ini, banyak penderita gagal ginjal yang meninggal dunia akibat tidak

mampu berobat dan cuci darah karena biayanya yang sangat mahal (Alam & Hadibroto, 2007).

Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka pendek atau pasien dengan penyakit gagal ginjal stadium terminal. Bagi penderita gagal ginjal kronik, hemodialisa akan mencegah kematian.

Efek hemodialisa mempengaruhi perubahan fisik dan psikologi, perubahan psikologissalah satunya adalah depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian tetap utuh (Hawari, 2011).

Psikoterapi keluarga berupa dukungan keluarga dapat dijadikan faktor pendukung

(3)

bagi pemulihan pasien yang bersangkutan (Saputri dan Indrawati, 2011).

Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi dalam menghadapi masalah akan meningkat (Tamber dan Noorkasiani, 2009)

Studi pendahuluan yang didapat melalui tahap observasi dan wawancara yang dilakukan kepada 10 pasien hemodialisa pada tanggal 24 November 2015 di RSUD Tuguerjo Semarang didapatkan hasil diantaranya ada 5 orang pasien mengatakan bahwa mereka merasa sedih dan tidak bahagia serta merasa memiliki keluarga yang kurang memperhatikan mereka walau pun mereka menjalani hemodialisa ditemani oleh keluarganya, dan 4 pasien mengatakan mereka datang bersama keluarga dan keluarga mereka peduli dan selalu memberikan semangat untuk jangan menyerah walaupun penderita merasa sudah tak ada harapan lagi, 1 pasien datang sendiri tanpa keluarga yang menemani karena anaknya sibuk bekerja dan pasien mengatakan pasrah dengan apa yang sudah dia alami lagi pula istrinya juga sudah meninggal.

Dari studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada 10 penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Tugurejo Semarang dapat disimpulkan bahwa keluarga sangat berpengaruh terhadapat kualitas hidup penderita. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Tugurejo Semarang.

Rumusan Masalah

Dukungan keluarga merupakan faktor penting seseorang ketika menghadapi masalah kesehatan dan sebagai strategi preventif untuk mengurangi depresi dimana pandangan hidup menjadi luas dan tidak mudah depresi. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Tugurejo Semarang”.

Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Tugurejo Semarang.

Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau sebagai masukan akademik dalam kegiatan belajar mengajar dan atau dapat menambah wawasan pembaca dalam memahami Ilmu Keperawatan, khususnya mengenai manfaat data dasar untuk penelitian tentang dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain korelasional yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mencari hubungan antara 2 variabel (Sastroasmoro, 2009) yaitu dukungan keluarga (variabel independen) dengan tingkat depresi (variabel dependen) penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

(4)

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang, penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 - 12 bulan Pebruari 2016 di Rumah Sakit Tugurejo Semarang.

Penetapan Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang sebanyak 653 orang pada bulan November 2015.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diamati dan dianggap mewakili seluruh populasi dalam penelitian, dapat menggunakan seluruh objek penelitian atau hanya sebagian dari keseluruhan populasi (Notoatmojo, 2005)

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner untuk dukungan keluarga dan kuesioner untuk tingkat depresi pada gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RS Tugurejo Semarang.

Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi dukungan keluarga dan tingkat depresi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, analisis ini diolah dengan melihat prosentase.

2. Analisis Bivariat

Peneliti menggunakan variabel bebas, yaitu dukungan keluarga dan variabel terikat yaitu tingkat depresi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, yang mana pengukurannya menngunakan skala ordinal sehingga menggunakan uji Kendal tau.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Gambaran dukungan keluarga pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa.

Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang

Dukungan

keluarga Frekuensi Persentase

Kurang 42 48,3

Baik 45 51,7

Jumlah 87 100,0

Gambaran tingkat depresi pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa Tabel 2 Distribusi frekuensi Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang

Tingkat depresi Frekuensi Persentase Minimal 37 42,5 Ringan 31 35,7 Sedang 18 20,7 Berat 1 1,1 Jumlah 87 100,0

(5)

Analisis Bivariat

Tabel 3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang

Dukungan keluarga

Depresi

Total % Min % Ringan % Sedang % Berat %

Kurang 12 32.4 17 54.8 12 66.7 1 100 42 48.3 Baik 25 67.6 14 45.2 6 33.3 0 0 45 51.7

PEMBAHASAN

Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang

Hasil penelitian menunjukan rata-rata dukungan keluarga pasien gagal ginjal kronik yang menjalani kemodialisa di RSUD tugurejo semarang diperoleh dukungan keluarga baik. Dapat dilihat pada tabel 4.1 yang menunjukan dari 87 responden terdapat 45 responden (51,7%) mendapatkan dukungan keluarga baik, dan 42 responen (48,3%) mendapat dukungan keluarga kurang. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat membantu pasien dalam meningkatkan kesehatannya. Menurut Wills cit Friedman (1998) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat menimbulkan efek penyangga yaitu dukungan keluarga menahan efek-efek negatif dari depresi terhadap kesehatan dan efek utama yaitu dukungan keluarga yang secara langsung mempengaruhi peningkatan kesehatan.

Bentuk dukungan keluarga yang dapat diberikan untuk pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah berupa dukungan instrumental, dukungan emosional, dukungan informatif, dan dukungan penghargaan. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa dukungann keluarga yang paling banyak didapatkan oleh responden dari keluarga

adalah dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 45 responden.

Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang diisi oleh responden diketahui bahwa sebagian besar keluarga memberikan dukungan emosional dalam kategori baik yaitu sebesar 61 (70,1%). Dukungan emosional yang diberikan keluarga meliputi keluarga mengerti dengan masalah yang di alami oleh responden, mendengarkan keluhan responden tentang penyakit yang dialami oleh responden, mendengar keluhan responden tantang penyakit yang dirasakan, serta memberikan semangat pada responden dalam mengatasi masalahnya.

Adapun hasil penelitian tentang dukungan penghargaan diperoleh sebesar 68 responden (78,2%) mendapatkan dukungan keluarga baik. Pemberian dukungan ini membantu individu untuk melihat segi-segi positif yang berfungsi untuk menambah penghargaan diri, membentuk kepercayaan diri dan kemampuan. Fiedman, Nowden dan Jones (2003), dukungan penghargaan merupakan bentuk fungsi afektif dari keluarga.

Berdasarkan hasil dari kuesioner jawaban responden keluarga sudah banyak memberikan dukungan penghargaan kepada responden antara lain membangun harga diri klien, mempengaruhi persepsi klien ke hal yang positif, membantu klien berpikir positif.

Hasil penelitian kuesioner dukungan informative diperoleh bahwa sebesar 49 (56,3%) responden sudah mendaptkan dukungan informasional dengan baik.

Dukungan instrumental dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebesar 67 (77,0%) responden mendapatkan dukungan instrumental baik.

Penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa memiliki dukungan keluarga kurang sebanyak 42 responden atau 48,3% responden. Berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh responden dukungan

(6)

informatif merupakan salah satu dukuingan kurang yang tertinggi yaitu sebanyak 43,7% dan 29,9 % responden juga memiliki dukungan emosional kurang, 21,8% responden juga memiliki dukungan penghargaan kurang, 23,0% responden memiliki dukungan instrumental kurang. Dukungan keluarga kurang yang dialami responden dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah diisi. Keluarga tidak membantu responden dalam mengatasi kegelisahan yang dialami, keluarga tidak tau jadwal minum obat, keluarga tidak mendampingi ketika sedang dalam program hemodialisa, dan responden berpikir sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya. Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga terhadap penderita memberikan dampak buruk kepada kesehatan responden.

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang

Berdasarkan tabel 4.2 tentang tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di rumah sakit tugurejo semarang menunjukan bahwa responden paling banyak yang mengalami depresi minimal yaitu sebanyak 37 (42,5%), responden yang mengalami depresi ringan sebanyak 31 atau 35,7 %, dan responden yang mengalami depresi sedang sebanyak 18 (20,7%) responden, sedangkan responden yang mengalami depresi berat sebanyak 1 responden atau 1,1 %.

Dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa depresi minimal memiliki presentase yang tertinggi yaitu sebanyak 42,5%, menurut asumsi peneliti responden dengan depresi minimal sudah mulai menerima kondisinya sekarang, mereka sudah pasrah terhadap apa yang dialami mereka sekarang dan tidak takut untuk menjalani masa yang akan datang.

Sedangkan responden dengan persentase 35,7% mengalami depresi ringan dan depresi sedang dengan persentase

20,7%, menurut asumsi peneliti dapat disebabkan karena usia responden yang masih produktif dan tidak bekerja. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden merupakan laki-laki yaitu sebanyak 73 responden (83,9%) dan 50 responden (57,1%) tidak bekerja. Usia 41-50 tahun merupakam usia produktif bagi laki-laki yang dimana berperan sebagai kepala rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Dengan adanya penyakit gagal ginjal kronik menyebabkan responden tidak dapat bekerja karena kondidi komplikasi seperti sesak nafas, dan kelemahan.

Responden dengan depresi berat terdapat 1 responden (100%) pasien ini merupakan pasien baru yang menjalani hemodialisa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional dalam Rustina (2012) mendapatkan hasil bahwa responden yang telah lama dalam menjalani terapi hemodialisa cenderung memiliki tingkat kecemasan lebih ringan dibandingkan dengan responden yang baru menjalani hemodialisa, maka seseorang akan lebih adaptif dengan alat maupun tindakan dialysis. Pasien yang sudah lama menjalani hemodialisa kemungkinan sudah dalam fase penerimaaan dalam kriteria kubler-ross, sehinga tingkat depresinya lebih rendah dibandingkan pasien yang baru menjalani hemodialisa. Pada beberapa responden, mereka seringkali merasa kurang nyaman pada hari disaat akan menjalani hemodialisa, hal ini dikarenakan prosedur hemodialisa yang invasive (Rustina, 2012).

(7)

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang.

Sebagian besar responden mendapatkan depresi ringan sebanyak 14 responden (45,2%) dan depresi sedang 6 responden (33,3%) dengan dukungan keluarga baik, sedangkan depresi minimal dengan 25 responden (67,7%) seperti yang telah terlihat pada tabel 4.3.

Pasien yang mendapat dukungan baik dari keluarga namun mengalami depresi sedang menurut asumsi peneliti dapat disebabkan oleh masalah finansialnya karena sebagian besar responden tidak bekerja. Faktor ekonomi juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh, sebagian besar pasien adalah laki-laki yaitu sebanyak 73 responden (83,9%) yang dimana berperan sebagai kepala keluarga yang seharusnya mencari nafkah nemun dengan kondisinya sekarang responden tidak mampu bekerja, hal ini terbukti dengan pasien yang tidak bekerja sebanyak 50 responden (57,1%). Menurut Amir (2005) tidak bekerja atau pengangguran merupakan salah satu faktor pencetus depresi.

Hasil penelitian yang menunjukan bahwa responden yang mengalami tingkat depresi sedang dengan mendapatkan dukungan keluarga baik sebanyak 6 responden (33,3%), depresi ringan sebanyak 14 responden (45,2%) dan depresi minimal minimal dengan 25 responden (67,7%) dengan dukungan keluarga baik. Hal ini membuktikan bahwa sangat dibutuhkan sekali peran dan fungsi keluarga dalam upaya penyembuhan penyakit yang dialami responden. Semakin baik dukungan keluarga yang diberikan semakin baik pula kesehatan psikir dan fisiknya. Hal ini sesuai terori Friedman (1998), yang mengatakan bahwa pasien yang berada dalam lingkungan yang bersifat suportif, kondisinya jauh lebih baik

dari pada mereka yang tidak berada di lingkungan keluarga suportif. Dukungan keluarga secara langsung memperkokoh kesehatan mental seseorang.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dukungan Keluarga yang diterima Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa di RSUD Rugurejo Semarang bahwa 51,7% mendapat dukungan keluarga baik.

2. Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang menunjukan bahwa sebanyak 37 responden atau 42,4% mengalami depresi sedang. 3. Ada hubungan dukungan keluarga

dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Tugurejo Semarang (p value 0,007 < 0,05). Semakin baik Dukungan Keluarga yang diberikan maka semakin ringan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa di RTSUD Tugurejo Semarang.

Saran

1. Bagi Pasien dan Masyarakat

Perlunya pengelolaan tingkat depresi secara baik dengan melibatkan anggota keluarga untuk mencegah akibat lebih lanjut dari depresi dan tetap melaksanakan hemodialisis secara teratur.

2. Bagi rumah sakit

Perlunya kelas pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien selama mereka menunggu hemodialisis bagi anggota keluarganya, sehingga kedatangan keluarganya ke rumah sakit bukan hanya

(8)

sekedar mengantarkan pasien menjalani hemodialisis.

3. Bagi institusi pendidikan

Membekali mahasiswa dengan konsep dan aplikasi pengelokaan dukungan keluarga dan depresi bagi masyarakat. Mengembangkan keilmuan secara mendalam yang berhubungan dengan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemmodialisa.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melibatkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian depresi pada pasien yang menjalani hemodialisis. Meningkatkan hasil penelitian dengan mengendalikan variabel lain yang mempengaruhi penelitian ini misalnya dengan menambahkan variabel penelitian diantaranya mekanisme koping sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Riyanto. (2009) Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Alam, Syamsir. Hadibroto, Iwan. (2007). Gagal Ginjal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitrian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azizah, M. L. (2011). Keperawatan Lanjut usia. Raha Ilmu.

Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 Vol 1, Jakarta : EGC.

Budiarto Eko. (2003). Metodologi penelitian kedokteran. Jakarta: EGC.

Elisabeth J Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: EGC. Farida. (2010). Pengalaman klien

hemodialisa terhadap kualitas hidup dalam konteks asuhan keperawatan di RSUP Fatmawati Jakarta. Skripsi tidak dipublikasikan.

Friedman. M.M. (2010). Keperawatan keluarga:teori dan praktik. Alih Bahasa, Ina DRL., Yoakim A, Editor, Yasmin A., Setiawan, Monica E., Edisi 3. Jakarta: EGC. Hastono Sutanto (2007). Analisa Data

Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.

Hawari, D. (2007). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Hawari. (2011). Managemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: FKUI.

Indonesia Renal Registy. 5th Annual Report of IRR. PENEFRI; 2012.

Jhonson dan Lenny. (2010). Keperawatan Keluarga. Edisi 1. Nuha Medika. Yogyakarta.

Mubarak. (2006). Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto. Nawawi Qolbinur (2013). Populasi

penderita gagal ginjal terus meningkat di Indonesia.(diakses desember, 2015) http://health.okezone.com/read/2015/ 12/20/482/829210/populasi- penderita-gagal-ginjal-terus-meningkat-di-2013

Notoatmodjo.(2005). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

(9)

Nursalam. (2007). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi dan Instrumen Penelitian Keperawatan (edsi kedua). Jakarta: Salemba Medika.

Prasetyawati, Arsita Eka. (2011). Ilmu kesehatan masyarakat, Yogyakarta: Nuha Medika.

Price, A. S., Wilsom M. L., (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta EGC. Rustina (2012). Gambaran Tingkat Depresi

pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa. Skripsi tidak dipublikasikan.

Sabri,, Luknis,, dan Susanto, Priyo, Hastono. (2006). Statistic kesehatan. Jakarta: PT. Rajabratindo Persada.

Santoso. (2008). Hati-Hati Depresi pada Pasien Kanker. Retrieved January

2016. From

http//www.nasional.kompas.com/. Saputi dan Indrawati. (2011). Hubungan

antara dukungan sosial dengan depresi pada lanjut usia yang tinggal di panti wreda werning wardoyo jawa tengah. Semarang : Undip. Setiadi. (2008). Konsep dan proses

keperawatan keluarga. Cetakan pertama, Yogyakarta: graham Ilmu. Stuart, G. W. and Laraia, M.T. (2001).

Prinsip dan praktik keperawatan psikiatrik. Jakarta: EGC.

Sudoyo, Aru W, dkk. (2007). Buku ajar ilmu penyakit dalam.Edisi 4, jilid 1. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Sugiono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta.

Tamber dan Noorkasiana. (2009). Kesehatan usia lanjut denganpendekatan asuhan keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Zulmeli. (2013). Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Skripsi tidak dipublikasikan.

E. Taylor, Shelley. 2006. Psikologi Sosial. Jakarta : Kencana Predana Medika Desi (2013). Analisis faktor-faktor yang

berhubungan dengan depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD penambahan senopati bantul. Skripsi tidak dipunlikasikan.

Rani (2012). Hubungna antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Skripsi tidak dipublikasikan.

Pujiayanto (2008). Hubungan anatara sifat caring keluarga terhadap psikis penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Skripsi tidak dipublikasikan.

Gambar

Tabel  3  Hubungan  Dukungan  Keluarga  dengan  Tingkat  Depresi  pada  Pasien  Gagal  Ginjal  Kronik  yang  menjalani  Hemodialisa  di RSUD Tugurejo Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi tingkat bunga semakin kecil usaha untuk konservasi; (2) Walaupun dibawah pasar monopolis pengambilan barang sumberdaya alam lebih lamban dibandingkan

Judul Tugas Akhir: PERANCANGAN BUKU PANDUAN TENTANG SOLO TRAVELING dengan ini menyatakan bahwa, laporan dan karya Tugas Akhir ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

Dan dalam hukum pidana islam sanksi yang diterapkan terhadap pencurian ialah hukuman potong tangan, akan tetapi pencurian listrik dianggap tidak memenuhi unsur-unsur

perusahaan yang bersangkutan. 5) Dengan memperoleh kredit dari bank debitur sekaligus akan.. memperoleh manfaat yang lain antara lain fasilitas perbankan

( IC ) yang diukur menggunakan metode Islamic Banking Value Added Intellectual Coefficient (iB_VAIC TM ) terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Equity

mengatur tenaga kerja (SDM) dan mengatur pemberian gaji pekerja. Program studi entreprenurship melakukan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan soft

Abstrak : Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui pengaruh penggunaan alat media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar pasing bawah bola voli pada Siswa Kelas IV

ENDYK MUHAMMAD ASROR... ENDYK