• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

PERFORMA BERMAIN SEPAK BOLA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Fx Joko Krisdiyanto

009114140

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

SKRIPSI

FIUBT]NGAI\ KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERFORMA

BERMAIN SEPAK BOLA

Disusun Oleh:

Fx Joko Krisdiyanto

NIM : 009114140

Skripsi ini telah disetujui oleh :

Pembimbing, Tanggal : 15 Maret 2007

(Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si.)

(3)

Ketua

Sekretaris

Anggota

SKRIPSI

HT]BUNGAI{ KECERI}ASA}I EMOSIONAL DENGAN PERF'ORMA

BERMAIN SEPAK BOLA

Disusun Oleh: Fx Joko Krisdiyanto NIM :009114140

Telah dipertahankan di depan panitia penguji

pada tanggal 25 April 2007

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji :

Nama Lengkap

Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si.

P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si.

Y. Agung Santoso, S.Psi.

Yogyakart",

Jt.!

JUt{

?[fJ

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

(4)

Success is not final, failure is not fatal, it is the courage to

continue that counts….

(Winston

Churchill)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya

(5)

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Ayah (alm) dan ibuku tercinta,

(6)

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2007 Penulis

(7)

ABSTRAK

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Performa Bermain Sepak Bola. Oleh: Fx. Joko Krisdiyanto

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dan performa bermain sepak bola. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan performa bermain sepak bola.

Subyek penelitian ini adalah 53 pemain sepak bola yang bermain di divisi utama PSS Sleman. Variabel dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional sebagai variabel bebas dan performa bermain sepak bola sebagai variabel tergantung. Data yang diperoleh berasal dari skala kecerdasan emosional dan tabel penilaian performa bermain sepak bola yang disususn oleh peneliti. Koefisien reliabilitas skala kecerdasan emosional adalah sebesar 0.955. Validitas skala ditentukan berdasarkan penilaian ahli. Kualitas item ditentukan berdasarkan pada kriteria yang memiliki daya beda item ≥ 0.3.

(8)

ABSTRACT

Correlation Between Emotional Intelligence and Football Performance By: Fx Joko Krisdiyanto

This research aims to find out the correlation between emotional intelligence and football performance. This was correlation research. The hypothesis of this research was “there is a positive correlation between emotional intelligence and football performance.

The subjects of this research were 53 footballer that play in premiere division of PSS Sleman. The variable of this research are emotional intelligence as independent variable and football performance as dependent variable. The data are derived from emotional intelligence scale and form football performance which established by researcher. The reliability of emotional intelligence scale was 0.955. The validity were obtained by professional judgment. Item quality was obtained by criterion which had index discrimination ≥ 0.3.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa dan Yesus juru selamatku, atas kasih dan kekuatan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi, selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan masukan, saran, waktu, dan kesabarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Sylvia Carolina dan bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku dosen penguji.

4. Agnes Indar Etikawati, S.Psi., M.Si., Dra Tjipto Susana, M.Si., dan Drs. H. Wahyudi, M.Si selaku pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan dan kesabarannya.

5. Ayahku (alm) Y.H. Samiyo dan ibuku TH Tatik S. tercinta yang telah sabar menungguku menyelesaikan skripsi ini, terimakasih juga untuk dana dan dukungan yang kalian berikan.

(10)

7. Bapak Wahyu Riyanto pelatih timAngkasa Pura 1, bapak Bambang K.W dan Sugiarto selaku pelatih dan manajer tim PIM, pelatih tim BSA, dan Pelatih tim Argomulyo yang rela diganggu dengan penyebaran angket untuk penelitian ini. 8. Mba Etta yang dengan sabar membantuku menyusun skripsi ini, dan semua dosen

Psikologi yang telah memberikan ilmunya kepadaku.

9. Betharia Meylani yang dengan setia dan selalu mendukungku untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Kedua adikku Aryk dan Mandra yang selalu berbagi susah dan senang bersamaku melawan keterbatasan.

11.Yessi, Dion, Heru, Agung, Wiwied, Ina, Ary dan semua teman-temanku angkatan 2000 terima kasih atas kebersamaan dan pengalaman hidup yang kita peroleh bersama-sama selama berada di Psikologi.

12.Teman-teman yang psikologi yang telah bersamaku bermain sepakbola untuk tim psikologi, semuanya menyenangkan dan semoga tim psikologi bias menjadi tim yang kuat.

13.Mas Muji, Mas Gandung, dan Mbak Naniek yang telah membantu di lab dan sekretariat Psikologi, terima kasih telah membantu urusan administrasi.

14.Maria, Diana, Feny, Nyun, dan Cordel yang setia menemaniku melepaskan penat. 15.Oho, Eko, Acong, dan Adri Parto yang telah menemaniku menjalani hari-hari

(11)

16.Anak-anak KBT dari tahun 2000-2005 yang menyemangati dan menemaniku bercanda serta beristirahat sehabis kuliah dan menjelang kuliah.

17.Teman-teman PS Rajawali yang bersamaku menyiksa badan untuk berlatih sepak bola, terima kasih untuk semua pelajaran fisik dan tehnik yang sangat melelahkan tapi sangat menyenangkan.

(12)

Daftar Isi

Halaman Judul ………... i

Halaman Persetujuan ……… ii

Halaman Pengesahan ……… iii

Halaman motto ……….. iv

Halaman Persembahan ………... v

Halaman Keaslian Karya ……… vi

Abstrak ……… vii

Abstrack ………. viii

Kata Pengantar ……… ix

Daftar Isi ……… xii

Daftar Tabel ……… xv

Daftar Lampiran ………. xvi

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ………. 5

C. Tujuan Penelitian ……….. 5

D. Manfaat Penelitian ……… 5

(13)

2. Performa Pemain Sepak Bola ………. 8

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performa Pemain Sepak Bola … 11 4. Pengukuran Performa Pemain Sepak Bola ……… 13

B. Kecerdasan Emosi 1. Pengertian Emosi ……… 21

2. Pengertian Kecerdasan Emosi ……… 22

3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi ……… 23

C. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Performa Bermain Sepak Bola………... 25

D. Hipotesis……… 31

Bab III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian ……….. 32

B. Variabel Penelitian ……… 32

C. Definisi Operasional ………... 32

D. Subyek Penelitian ……….. 33

E. Metode dan Tehnuk Pengumpulan Data ……… 34

F. Validitas dan Reliabilitas ………... 40

G. Metode Analisis Data ……… 42

(14)

a. Indeks Daya Diskriminasi Alat Pengumpul Data ………….. 44

b. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data ……… 45

B. Pelaksanaan Penelitian ……….. 46

C. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi ………. 47

2. Uji Hipotesis ……….. 48

D. Kategorisasi Subyek Berdasarkan Skor Kecerdasan Emosional dan Performa Bermain Sepak Bola……… 49

E. Pembahasan ……… 51

Bab V Kesimpulam dan Saran A. Kesimpulan ……… 55

B. Saran 1. Bagi Klub Sepak Bola ………... 55

2. Bagi Pemain Sepak Bola ………... 55

3. Bagi Peneliti Lain ……….. 56

(15)

Daftar Tabel

Tabel 1 Data Performa Pemain Sepak Bola 16 Tabel 2 Performa Pemain Penyerang 17 Tabel 3 Performa Pemain Belakang 18 Tabel 4 Performa Pemain Tengah 18 Tabel 5 Pengukuran PerformaPemain Sepak Bola 20 Tabel 6 Penilaian Performa Pemain Sepak Bola 35 Tabel 7 Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional 39 Tabel 8 Blue Print Kecerdasan Emosional Sebelum Uji Coba 41 Tabel 9 Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba 45 Tabel 10 Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosional Untuk Penelitian 46 Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Sebaran 48 Tabel 12 Hasil Uji Coba Lineritas Hubungan 48 Tabel 13 Deskripsi Statistik Data Penelitian 50 Tabel 14 Norma Kategorisasi Skor subyek 50 Tabel 15 Norma Kategorisasi Skor Performa Pemain Sepak Bola

(16)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Skala Uji Coba

Lampiran 2 Data Skala Uji Coba

Lampiran 3 Reliabibitas Data Skala Uji Coba Lampiran 4 Skala Penelitian

Lampiran 5 Box Score

Lampiran 6 Data Skala penelitian

Lampiran 7 Reabilitas Data Skala Penelitian

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Sepak bola adalah sebuah olah raga yang sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia bahkan di dunia. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa kompetisi yang berjenjang seperti kompetisi divisi II sampai Divisi utama, atau juga kompetisi yang mempertemukan beberapa klub amatir yang memperebutkan piala dan sejumlah hadiah. Kompetisi-kompetisi tersebut menyiratkan betapa tinggi antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepak bola.

Kompetisi-kompetisi yang ada pada akhirnya akan memunculkan sebuah tim sebagai juara. Posisi sebagai juara adalah posisi yang ingin dicapai oleh setiap tim ketika bertanding dalam sebuah kompetisi. Sebuah kompetisi tentu hanya akan memunculkan satu tim sebagai juara karena tidak semua tim dapat secara bersama-sama menjadi juara dalam satu kompetisi. Hasil yang dicapai sebuah tim dalam suatu kompetisi adalah prestasi tim tersebut. Departemen Pemuda dan Olahraga (1990) mendefinisikan prestasi sebagai hasil yang telah dicapai.

(18)

Serie A Itali bersama klubnya Napoli. Pada awal 1990-an Frank Rijkaard, Marco Van Basten, Franco Baresi, dan Paolo Maldini bersama-sama di AC Milan mencapai performa puncak dan berhasil merajai Eropa dengan menjuarai piala Champion

Dewazien (http://www.soccerperformance.org/, 2001) mengungkapkan bahwa penguasaan tehnik, stamina yang prima, tingkat IQ, faktor strategi, relasi sosial pemain sepak bola, dan tekanan media akan mempengaruhi performa seorang pemain sepak bola di lapangan. Secara garis besar performa seorang pemain sepak bola ditentukan 4 faktor yaitu faktor kognitif (IQ, kemampuan tehnik, dan strategi), faktor fisik (stamina, postur tubuh, dan kecepatan berlari), faktor psikis (motivasi, kepercayaaan diri, dan emosi), dan faktor sosial (relasi sosial pemain sepak bola dan tekanan media, hubungan dengan manajemen klub, gaji dan bonus).

Kemampuan-kemampuan tersebut saling mendukung dan menentukan performa seorang pemain sepak bola. Kemampuan tehnik dan IQ (faktor kognitif) didukung dengan kemampuan fisik seperti daya tahan tubuh, kelenturan tubuh,

(19)

Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi kondisi psikis di lapangan antara lain adalah teriakan penonton baik yang bersifat mendukung ataupun menghina, hinaan dari pemain lawan, tertinggal atau membuat angka lebih dahulu, dan benturan-benturan fisik dengan pemain lawan seperti tackle-tackle keras dari lawan, siku yang mengenai wajah ketika berebut bola diudara, dan tabrakan keras yang bisa mengakibatkan cidera. Kondisi-kondisi tersebut secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi keadaan emosi seorang pemain sepak bola. Baars (1979) berpendapat bahwa ketika kita mengenali sesuatu sebagai hal yang baik dan menyenangkan bagi diri sendiri hal itu akan merangsang emosi dasar dan kita akan merasakan suatu pengalaman emosi kegembiraaan. Perlakuan-perlakuan yang menyenangkan seperti dukungan penonton, membuat angka lebih dahulu, pujian dari teman karena umpan atau pergerakan yang baik akan menimbulkan kondisi emosi yang menyenangkan.

(20)

Goleman (2002) berpendapat bahwa kecerdasan emosi terbagi dalam 5 aspek yaitu; mengenali emosi sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Seorang pemain sepak bola dapat mengendalikan dan mengarahkan emosinya dengan mengenali perasaan yang ia rasakan sendiri terlebih dahulu. Cara seorang pemain sepak bola mengelola emosi berguna agar tidak berpengaruh buruk terhadap performanya di dalam pertandingan. Seorang pemain sepak bola yang berhasil mengelola emosinya kemudian dapat memotivasi dirinya sendiri dan mampu meningkatkan performanya. Kemampuan seorang pemain sepak bola untuk mengenali emosi orang lain juga dapat berguna karena seorang pemain sepak bola dapat menebak reaksi yang akan dilakukan oleh orang lain tersebut. Sepak bola adalah permainan beregu yang membutuhkan kekompakan antar individu-individu yang berada dalam sebuah tim sepak bola, kemampuan menjalin hubungan dan koordinasi menjadi sangat bermanfaat untuk membuat kekompakan dalam sebuah tim sepak bola dapat terbentuk.

(21)

mengelola situasi yang terjadi didalam lapangan, terutama situasi-situasi yang dapat membuat keadaan emosi seseorang tidak stabil. Kemampuan mengelola situasi yang terjadi di lapangan membuat seorang pemain sepak bola dapat lebih memainkan sepak bola dengan lebih terfokus dan benar-benar diatur oleh pikiran bukan oleh emosi- emosi negatif yang cendrung destruktif dan membuat permainan sepak bola tidak berkembang.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan kecerdasan emosional seorang pemain sepak bola dengan performa seorang pemain sepak bola dalam suatu pertandingan.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti merumuskan sebuah masalah yaitu “apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan performa pemain sepak bola”.

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah diuraikan maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan performa pemain sepak bola.

D.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

(22)

2. Manfaat praktis

(23)

BAB II.

LANDASAN TEORI

A. Performa Bermain Sepak Bola.

1. Sepak Bola.

Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia sepak bola diartikan sebagai permainan beregu yang menggunakan bola sepak dari dua regu yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain. Dua tim yang terdiri atas sebelas orang tersebut bertarung untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan atau disebut juga mencetak gol. Tim yang mencetak lebih banyak gol dalam waktu 2 x 45 menit adalah tim pemenang.

FIFA (2005) sebagai organisasi tertinggi sepak bola mengeluarkan peraturan-peraturan mengenai pertandingan sepak bola, diantaranya adalah:

a. Bola dengan berat 700-800 gram

b. Lapangan dengan ukuran 75-90 m x 90-120 m

c. Gawang dengan ukuran tinggi x panjang : 2,7 m x 7,30 m d. Sepatu bola dan pelindung tulang kering.

e. Lama pertandingan untuk waktu normal adalah 2x45 menit dengan perpanjangan waktu 2x15 menit.

f. Pertandingan sepak bola dipimpin oleh seorang wasit dan dibantu 2 asisten wasit.

(24)

dengan tangan atau lengannya di dalam kotak penalti di depan gawangnya. Pemain lainnya dalam kedua tim dilarang untuk memegang bola dengan tangan atau lengan mereka ketika bola masih dalam permainan, namun boleh menggunakan bagian tubuh lainnya. Pengecualian terhadap peraturan ini berlaku ketika bola ditendang keluar melewati garis dan lemparan dalam dilakukan untuk mengembalikan bola ke dalam permainan.

Sejumlah pemain dapat digantikan oleh pemain cadangan pada masa permainan. Alasan umum digantikannya seorang pemain termasuk cedera, keletihan, kekurang-efektifan, perubahan taktik, atau untuk membuang sedikit waktu pada akhir sebuah pertandingan. Dalam pertandingan resmi, sebuah tim terdiri atas 11 orang pemain inti dan maksimal 6 orang cadangan tetapi maksimal 3 orang yang bisa dimainkan menggantikan pemain inti. Pertandingan tidak akan terlaksana bila salah satu tim jumlah pemainnya kurang dari tujuh orang. Pemain yang telah diganti dan mendapatkan kartu merah tidak boleh kembali bermain dalam pertandingan tersebut.

Sepak bola secara umum dapat diartikan sebagai permainan olahraga beregu yang setiap regunya terdiri dari 11 orang, 2 regu yang bertanding berusaha memasukkan bola kegawang lawan dalam sebuah area permainan yang berbentuk persegi panjang, dalam waktu 2x45 menit.

2. Performa Pemain Sepak Bola.

(25)

Setyobroto (2001) mendefinisikan performa sebagai kegiatan seorang individu untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu pula. Tingkah laku yang membuahkan hasil berarti terdapat gerak (motor) yang sebagian besar dipengaruhi oleh kognitif dan skill (Review Jurnal Psikologi, 1990). Gerak atau motor dibagi menjadi 3 kemampuan gerak dasar, yaitu :

a. Kemampuan Lokomotor

Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti lompat dan loncat, kemampuan gerak lain yang masuk kedalam kategori ini adalah berjalan, berlari, melompat, meluncur, dan berlari seperti kuda berlari (gallop)

b. Kemampuan Non-lokomotor

Kemampuan Non-lokomotor dilakukan di tempat, tanpa adanya ruang gerak yang cukup. Kemampuan Non-lokomotor terdiri menekuk, menegang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan, dan lain sebagainya.

c. Kemampuan Manipulatif

(26)

pada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata. Gerakan manipulaif dapat di lihat dari beberapa gerakan seperti;

1) Gerakan mendorong, misalnya melempar, memukul, menendang.

2) Gerakan menerima obyek.

3) Gerakan menggiring obyek, seperti mendrible bola

Schimdt (1991) mengungkapkan bahwa Skill atau keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi serta waktu yang minimum. Singer (1980) menyatakan bahwa keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif.

Domain (ranah) gerak (motor) dipengaruhi oleh emosi dan faktor situasi. Emosi adalah reaksi kompleks yang mengait satu tingkat kegiatan dan perubahan-perubahan yang disertai keadaan perasaan atau afektif. Seseorang membutuhkan kemampuan untuk mengarahkan dan mengontrol perasaan secara tepat sebelum dan saat melaksanakan tugas agar dapat menguasai gerak. Faktor situasional adalah keadaan lingkungan di sekitar individu melakukan interaksi untuk mendukungnya dalam belajar secara maksimal agar keterampilan yang diinginkan dapat tercapai.

(27)

lari, menendang, melompat, menguasai obyek, dan unsur-unsur gerak dalam aspek olahraga.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performa Pemain Sepak Bola

Dewazien (2001) mengungkapkan performa pemain sepak bola dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu; faktor kognitif (IQ dan strategi), faktor fisik (stamina, postur tubuh, kecepatan berlari, skill, dan kemampuan teknik), faktor psikologis (motivasi, kepercayaan diri, dan emosi), dan faktor sosial (relasi sosial pemain sepak bola dan tekanan media hubungan dengan manajemen klub, gaji dan bonus).

Faktor kognitif (IQ dan strategi) berperan dalam pertandingan sepak bola ketika seorang pemain sepak bola melakukan strategi yang telah dipilih untuk sebuah pertandingan. Coerver (1985) menyatakan bahwa sepak bola yang baik tergantung pada ide-ide, improvisasi, dan kreativitas seorang pemain sepak bola. Kreatifitas, ide, dan improvisasi pemain sepak bola bermanfaat untuk menghadapi situasi yang muncul dalam sebuah pertandingan, dengan kreatifitas, ide, dan improvisasi para pemain sepak bola dapat keluar dari sebuah situasi tertekan dan menerapkan strategi yang telah di pilih untuk menghadapi sebuah pertandingan.

(28)

pemain sepak bola akan berlari mengolah bola dan mencetak gol. Postur tubuh dan kemampuan teknik yang bagus akan bermanfaat untuk mengungguli lawan dan memenangi pertandingan dengan cara yang baik pula.

Carling (http://www.soccer4fun.org/2001) menyatakan bahwa beberapa faktor seperti tekanan keluarga, teman, penggemar, atau media memberikan dampak negatif pada permainan sepak bola seorang pemain sepakbola. Faktor sosial seperti hubungan dengan keluarga, media, hubungan dengan masyarakat atau penonton dapat berupa tekanan dan semangat yang diberikan oleh media dan penonton dalam sebuah pertandingan. Baik tekanan dan dorongan semangat akan berpengaruh bagi seorang pemain sepak bola. Tekanan yang diberikan terlalu besar membuat seorang pemain sepak bola tidak bisa mengeluarkan kemampuannya sepenuhnya dalam sebuah pertandingan, sedang semangat membantu seorang pemain sepak bola untuk menampilkan kemampuannya dengan lebih baik.

(29)

kepelanggaran-pelanggaran yang dapat berbuah kartu kuning atau kartu merah, umpan dan tembakan menjadi tidak akurat dan performa secara keseluruhan menjadi buruk.

Kemampuan-kemampuan tersebut saling mendukung dan menentukan performa seorang pemain sepak bola. Kemampuan teknik dan IQ (faktor kognitif) di dukung dengan kemampuan fisik seperti daya tahan tubuh, kelenturan tubuh, postur tubuh dan kecepatan berlari (faktor fisik) kemampuan mengelola faktor psikis dan faktor sosial serta dengan pemilihan strategi yang tepat untuk menghadapi lawan menentukan performa pemain sepak bola di lapangan.

4. Pengukuran Performa Pemain Sepak Bola

Pengukuran performa pemain sepak bola adalah penilaian statistik terhadap performa pemain sepak bola dalam sebuah pertandingan. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan menilai permainan pemain sepak bola itu sendiri. Permainan sepak bola menampilkan beberapa tehnik yang secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam 2 bagian yaitu tehnik dengan bola dan tehnik tanpa bola. Tehnik dengan bola meliputi beberapa tehnik khusus yaitu:

a. Kontrol bola

(30)

b. Mengumpan (passing)

Mengumpan adalah teknik untuk memberikan bola kepada teman, mengoper bola dapat menggunakan kaki lutut, paha, dada, dan kepala.

c. Menembak (shooting)

Menembak adalah teknik menendang kearah gawang untuk mencetak gol.

d. Menggiring (drible)

Menggiring adalah teknik mengendalikan bola yang di giring maju agar tetap dalam penguasaan seorang pemain. Menggiring bola dapat menggunakan kaki, paha, dada, dan kepala.

e. Mentakel (tackling)

Mentakel adalah teknik menghentikan bola yang dikuasai lawan dengan menggunakan kaki.

Teknik tanpa bola meliputi beberapa teknik khusus yaitu berlari sprint, membelokkan arah lari, akslerasi yang baik, menghentikan lari secara cepat, dan keseimbangan yang bagus ketika terjadi benturan bahu.

Permainan sepak bola juga didukung beberapa kemampuan lain yang dapat memudahkan pemain sepak bola untuk memainkan permainan sepak bola, yaitu;

(31)

team kita agar kerjasama dapat tercipta antara sesama pemain dalam satu team.

b. Fisik dan stamina, sepak bola juga merupakan sebuah olah raga yang menuntut kemampuan fisik dan stamina yang kuat, seorang pemain bola harus dapat memainkan permainan ini sepanjang 90 menit dan permainan ini dimainkan dalam sebuah lapangan yang sangat lebar. Fisik dan stamina prima seorang pemain bola dapat bermain secara optimal dalam permainan ini.

c. Kreativitas dalam bermain, kreativitas seorang pemain sepak bola juga diperlukan kecerdasan intelegensi dapat membantu seseorang untuk menyusun pertahanan dan penyerangan secara cepat. Ide-ide untuk menahan gempuran-gempuran lawan, dan trik-trik dalam membongkar pertahanan lawan akan sangat membutuhkan kreativitas seorang pemain bola.

d. Pergerakan tanpa bola, dalam permainan bola seorang pemain harus bergerak dinamis. Pemain sepak bola tidak hanya bergerak ketika menguasai atau akan merebut bola, tetapi kita juga harus bergerak untuk mencari tempat kosong sehingga sebuah tim dapat mulai menyusun pertahanan dan penyerangan.

(32)

performa yang diperoleh seorang pemain sepak bola di peroleh dari permainan yang ia tampilkan dalam pertandingan tersebut. Skor performa pemain sepak bola dapat dilihat dari contoh dibawah ini.

Tabel 1

Data Performa Pemain Sepak Bola (Bola, 27 September 2005)

Inter Fiorentina 1 0

Minggu (25 september) Skuad (4-4-2) Skuad (4-4-2) Julio cesar 6 Frey 8 Cordoba 6.5

Materazzi 6 Samuel 6.5 Favalli 6

Ujfalusi 5.5 Di Loreto 6 Gamberini 6.5 Pancaro 6 (46” Pasqual 5) Figo 7

Cambiaso 6.5 Veron 7 Stankovic 6.5

Fiore 5.5 (69’ Montolivo 5) Donadel 5.5 Brocchi 6 Jorgensen 6 Adriano 6.5

Martins 7 (90’ Cruz)

Pelatih: Mancini 6.5

Cadangan : Toldo, Ze

Maria, Wome, Pizarro, Solari, Recoba

Bojinov 5 (60’ Pazinni 5.5) Toni 6

Pelatih : Prandelli 6

Cadangan : Cejas,

Dainelli, Pazienza, Guigou

Wasit : Farina (Novi Ligure) 5

Penonton : 56.207 (Giuseppe Meazza)

Gol : 1-0 martin 7’

Sepak Pojok :6-3

Waktu Ekstra : 1’ dan 5’

Kartu Merah : -

Kartu Kuning : Veron, Jorgensen, Gamberini,

Materazzi, Donadel

Angka-angka dibelakang nama-nama pemain sepak bola adalah nilai dari performa yang mereka tunjukan selama pertandingan, semakin tinggi nilai yang diperoleh seorang pemain sepak bola maka semakin tinggi pula performa yang ia tunjukkan dalam pertandingan tersebut.

(33)

menjaga gawang dari serangan musuh yang akan mencetak gol, pemain tengah berfungsi untuk menyeimbangkan pertahanan dan penyerangan, sedang pemain depan berfungsi untuk mencetak gol. Performa pemain sepak bola dapat dilihat dari beberapa contoh pengukuran performa pemain sepak bola dibawah ini;

Tabel 2

Performa Pemain Penyerang (http://www.soccerperformance.org/)

Kategori berhasil gagal

Tembakan ke gawang 1 2

Umpan silang 0 2

Umpan 16 3

Sundulan 17 10

Drible 9 2

Dilanggar/melanggar 0 2

kontrol 2 2

Berlari tanpa bola 2 0 Menekan musuh 4 1

Tackle 4 1

Menggagalkan serangan musuh 7 2 Mengamankan daerah pertahanan 3 0

(34)

berhasil mencapai rekan satu tim. Secara keseluruhan Heskey memberikan andil yang besar dalam bertahan dan menyerang bagi timnya.

Tabel 3

Performa Pemain Belakang (http://www.soccerperformance.org/)

Kategori Berhasil gagal

Tackles 3 1

Sundulan 1 0

Menekan musuh 1 0

Mengagalkan serangan musuh 19 1 Mengamankan daerah pertahanan 7 1

Dilanggar/melanggar 0 1

Tabel di atas adalah analisa performa bermain sepak bola dari Laurent Blanc yang berposisi sebagai pemain belakang. Secara keseluruhan Blanc melakukan tugasnya dengan cukup baik sebagai pemain belakang, tackle dan tendangan yang membuat timnya keluar dari tekanan mempunyai prosentase keberhasilan yang cukup tinggi dan hanya 1 kali melakukan pelanggaran.

Tabel 4

Performa Pemain Tengah (http://www.soccerperformance.org/) Action/Time 1st Half 2nd Half Total

Tackles 3 5 8

Interceptions/blocks 9 7 16

Pressing (menekan pemain lawan) 2 1 3

Headers (sundulan) 2 1 3

Clearances (menyapu bersih bola yang

mengancam pertahanan) 7 3 10

Fouls Conceded (pelanggaran yang dibuat) 4 1 5

Passes (umpan) 18 16 34

Crosses (umpan silang) 0 0 0 Shots (tembakan ke gawang) 0 1 1

Dribbles 3 4 7

Headers (sundulan) 0 0 0

(35)

Tabel di atas adalah analisa dari performa bermain Patrick Viera yang berposisi sebagai pemain tengah. Viera dalam pertandingan tersebut terlihat bahwa ia adalah pemain yang cukup konsisten dalam membantu pertahanan maupun penyerangan yang dilakukan oleh timnya.

Sky Sport sebuah stasiun televisi terkenal di Eropa membuat standar yang digunakan untuk menilai performa seorang pemain sepak bola, standar itu adalah;

a. Nilai 10, performa yang sangat luar biasa (jarang digunakan)

b. Nilai 9, baik sekali-permainan kelas tinggi, kemungkinan adalah pemenang pertandingan.

c. Nilai 8, sangat bagus, permainan yang menonjol, sangat berperan dalam permainan tim.

d. Nilai 7, mengesankan, permainan yang diperlihatkan enak untuk ditonton.

e. Nilai 6, rata-rata, tidak terlalu banyak kesalahan yang dibuat, tetapi tidak melebihi performa yang mengesankan.

f. Nilai 5, dibawah rata-rata, beberapa kesalahan yang dilakukan. g. Nilai 4, sangat buruk, terlalu banyak kesalahan, dan sangat mudah

untuk dikritik.

(36)

atau umpan yang menjadi gol, pelanggaran, dan gol adalah beberapa gerakan yang selalu diskor, dari hal tersebut peneliti memperoleh standard pengukuran performa pemain sepak bola yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 5

Pengukuran Performa Pemain Sepak Bola (www.sigames.com, diakses bulan Februari 2005)

Kategori/nama pemain zanetti kovac cambiaso emerson martin piero Total umpan 56 26 28 34 30 35 Umpan berhasil 35 24 21 27 23 28 Total tackle 6 1 9 1 1 0 Tackle berhasil 5 0 8 1 1 0 Total sundulan 9 8 3 6 20 11 Sundulan berhasil 5 6 0 4 8 4 Mengagalkan serangan musuh 16 8 5 1 0 1 Drible melewati musuh 2 1 0 0 2 3

Offside 0 0 0 0 0 1

Pelanggaran dilakukan 0 1 3 1 4 1

Dilanggar 0 1 0 0 3 2

Assist 0 0 0 1 0 1

Total tembakan 0 0 0 1 5 1 Tembakan mengarah ke gawang 0 0 0 1 3 1

Gol 0 0 0 0 1 1

Kartu kuning 0 0 0 0 0 0 Kartu merah 0 0 0 0 0 0

Rating 5 4.5 3 6 6 7

(37)

rata-ratanya, rata-rata ini adalah skor performa pemain sepak bola dalam pertandingan yang bersangkutan.

B. Kecerdasan Emosional.

1. Pengertian Emosi.

Harmoko (2001) berpendapat bahwa emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk melakukan tindakan secara spontan untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara berangsur-angsur yang terkait dengan pengalaman dari waktu ke waktu. Sarwono (dalam Yusuf, 2001) berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan yang ada pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang kuat.

Goleman (2002) berpendapat lain dan menyatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Hurlock (1976) menyatakan bahwa emosi dapat memberikan kesenangan dalam hidup seseorang dan memotivasi setiap tindakan dalam penyesuaian diri serta lingkungannya, tetapi emosi juga bisa merusak kalau kita tidak dapat mengendalikannnya, kemampuan ini adalah kekuatan yang harus diolah untuk mendapat kualitas hidup yang lebih baik (Wijokongko, 1997).

Dari asal katanya emosi berasal dari kata kerja bahasa latin ex-movere

(38)

(1995) emosi diartikan sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Kedua arti emosi tersebut menjelaskan bahwa bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 2002).

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah keadaan di dalam diri individu baik yang berupa perasaan, pikiran, nafsu, keadaam biologis dan fisiologis yang terekspresi dalam bentuk tingkah laku. Jadi emosi melandasi seseorang untuk bertingkah laku.

2. Pengertian Kecerdasan Emosional.

Kecerdasan emosional menurut pendapat Salovey dan Sluyter (1999) adalah kemampuan seseorang dalam mengindera dan menghasilkan emosi-emosi yang dapat membantu pikiran dalam memahami emosi-emosi-emosi-emosi dan arti-arti emosional, serta kemampuan untuk mengatur emosi-emosi secara efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan emosi dan kognisi. Patton (1994) menjelaskan kecerdasan emosi sebagai kemampuan menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif, dan meraih keberhasilan.

(39)

kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh pada diri sendiri dan orang lain serta menanggapi dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan definisi kecerdasan emosional keempat tokoh diatas terdapat kesamaan; yaitu tentang pengenalan terhadap emosi yang dirasakan seseorang dan pengelolaannya sehingga dapat diarahkan menjadi energi positif untuk bertindak secara tepat dalam kehidupan seseorang. Jadi dapat ditarik kesimpulan umum bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri serta orang lain, dan menggunakan kemampuan tersebut untuk mengelola emosinya dan memotivasi diri sendiri sehingga dapat mengendalikan emosi dalam perilaku dan tindakan seseorang.

3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional.

Salovey (dalam Goleman, 2002) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional ke dalam wilayah utama :

a. Mengenali emosi diri

(40)

b. Mengelolaemosi

Menangani agar perasaan dapat terungkap dengan tepat dalam tindakan dan perilaku. Perasaan tidak terlalu mendominasi tetapi juga tidak terlalu dihilangkan, semuanya tergantung bagaimana kita menyadari perasaan yang sedang kita rasakan.

c. Memotivasi diri sendiri

Menata emosi adalah alat yang efektif untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan memotivasi diri sendiri, penataan emosi dapat dilakukan dengan menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati.

d. Mengenali emosi orang lain

Akan berpengaruh terhadap kemampuan berempati seseorang, meliputi kemampuan untuk menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.

e. Membina hubungan

Keunikan dari membina hubungan adalah keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan-keterampilan yang masuk didalamnya adalah keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi.

(41)

keterampilan emosional dapat terus diperbaiki sampai pada tingkat setinggi-tingginya dimana masing-masing wilayah menampilkan bentuk kebiasaan dan respon yang dengan usaha yang tepat dapat dikembangkan.

Kelima aspek yang dikemukakan oleh Salovey tersebut menujukkan hubungan yang erat antara satu aspek dengan aspek yang lain. Keseimbangan secara menyeluruh melingkupi kelima aspek tersebut membentuk suatu kemampuan yang utuh dan unik yang kemudian disebut sebagai kecerdasan emosional.

C. Hubungan Antara Performa Pemain Sepak Bola dengan Kecerdasan

Emosional.

Performa seorang pemain sepak bola ditentukan berdasarkan baik atau buruknya permainan mereka dalam sebuah pertandingan. Penilaian terhadap baik dan buruknya penampilan seorang pemain sepak bola adalah berdasarkan keberhasilannya melakukan suatu gerakan yang bermanfaat bagi timnya, semakin baik seorang pemain sepak bola menampilkan permainan maka semakin baik performa yang dapat dicapai seorang pemain sepak bola.

(42)

Kemampuan-kemampuan tersebut saling mendukung dan menentukan performa seorang pemain sepak bola. Kemampuan teknik dan IQ (faktor kognitif) didukung dengan kemampuan fisik seperti daya tahan tubuh, kelenturan tubuh,

postur tubuh dan kecepatan berlari (faktor fisik) serta dengan pemilihan strategi yang tepat untuk menghadapi lawan secara nyata menentukan performa pemain sepak bola di lapangan. Faktor psikis (seperti motivasi, percaya diri, dan emosi) juga berpengaruh terhadap performa seorang pemain sepak bola karena adanya beberapa kondisi di lapangan yang akan mempengaruhi kondisi psikis seorang pemain sepak bola.

Pemain sepak bola selalu menghadapi keadaan yang mempengaruhi keadaan emosinya dalam sebuah pertandingan seperti kontak fisik, keunggulan dramatis, kekalahan telak, tekanan penonton, dll. Baars (1979) berpendapat bahwa ketika kita mengenali sesuatu sebagai hal yang baik dan menyenangkan bagi diri sendiri hal itu akan merangsang emosi dasar dan kita akan merasakan suatu pengalaman emosi kegembiraaan. Perlakuan-perlakuan yang menyenangkan seperti dukungan penonton, mencetak gol lebih dahulu, pujian dari teman karena umpan atau pergerakan yang baik akan menimbulkan kondisi emosi yang menyenangkan.

Perlakuan perlakuan yang kurang menyenangkan dan tekanan dalam pertandingan dapat menimbulkan tekanan emosi yang berlebihan, yang dapat mengganggu pelaksanaan pertandingan serta mempengaruhi performa (Gunarsa, 1989). Sebagai seorang manusia pemain sepak bola juga merupakan

(43)

saling mempengaruhi. Pengaruh yang dirasakan oleh jiwa akan dirasakan oleh raga, begitu juga sebaliknya (Gunarsa, 1996). Kondisi-kondisi di lapangan yang mempengaruhi stabilitas emosi seorang pemain sepak bola akan mempengaruhi kinerja kognitif dan keterampilan fisiknya, dengan kata lain performa bermain sepak bola juga akan terpengaruh.

Goleman (2002) berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk menghasilkan kinerja yang cemerlang dipengaruhi oleh kecerdasan emosionalnya, namun tidak semua orang memiliki kecerdasan emosional yang cukup baik. McCown (dalam Goleman, 2002) menyatakan bahwa setiap orang memiliki pilihan masing-masing dalam menanggapi emosi. Seorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menanggapi emosi.

Seorang pemain sepak bola dengan kecerdasan emosional yang baik mempunyai kesadaran tinggi terhadap emosi yang sedang dihadapinya. Pemain sepak bola yang mempunyai kesadaran akan emosinya mampu mengendalikan emosinya tersebut dan kemudian menata emosinya menjadi sebuah motivasi yang mendorongnya memperoleh performa tinggi. Meyer (dalam Goleman, 2002) mengungkapkan bahwa kesadaran, waspada terhadap suasana hati dan pikiran yang jernih membantu seseorang dalam mengatur emosi.

(44)

Pemain berkecerdasan emosional tinggi mampu berpikir dengan jernih dan mempunyai kepercayaan diri tinggi untuk keluar dari emosi yang meliputi dirinya dan mampu untuk tetap menjaga motivasi dan semangat untuk menampilkan performa yang terbaik. Goleman (2002) berpendapat bahwa seorang berkecerdasan emosional baik mampu menguasai emosinya kemudian menata dan mengelola emosinya menjadi sesuatu yang mendukung dan memberikan tenaga, dan selaras dengan tugas yang sedang dihadapinya. Pemain berkecerdasan emosional tinggi mampu menguasai dan menata emosinya menjadi sesuatu yang mendukung dan memberikan tenaga ketika ia bermain sepak bola.

Suryobroto (2001) berpendapat bahwa stabilitas emosional diperlukan seorang atlet agar perhatiannya tidak mudah terpecah, karena dalam sebuah pertandingan sepak bola seorang pemain sepak bola harus menjalankan beberapa tugas yang menuntut konsentrasi dan dengan kemampuan kognitif yang memadai agar seorang pemain sepak bola dapat melakukannya. Kognitif pemain sepak bola yang terjaga dengan baik tanpa gangguan keadaan emosi memungkinkan seorang pemain sepak bola untuk merencanakan gerakan sehinga ia dapat menata dan menggunakan stamina, kemampuan tehnik serta postur tubuh yang ia miliki untuk bisa bermain secara optimal selama 90 menit. Pemain sepak bola juga dapat berpikir positif tentang tekanan dan ejekan sehingga dapat mengubah tekanan dan ejekan media atau penonton sebagai motivasi untuk memacunya mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam sebuah pertandingan.

(45)

mengatasi situasi yang dihadapi dalam pertandingan, kondisi fisik yang prima, dan kemampuan mengelola faktor psikis dan sosial yang baik membuat performa pemain sepak bola dalam sebuah pertandingan menjadi lebih tinggi.

Pemain sepak bola berkecerdasan emosional rendah memiliki respon yang berbeda dalam menghadapi emosinya. Pemain berkecerdasan emosional buruk cenderung bertindak karena pengaruh emosi yang sedang ia rasakan. Pemain sepak bola berkecerdasan emosional rendah tidak menyadari emosi yang sedang ia rasakan dan emosinya menentukan apa yang akan ia lakukan. Pemain berkecerdasan emosional rendah melampiaskan amarahnya ketika mereka mengalami emosi negatif, akibatnya emosinya bukan mereda malah semakin lebih kuat. Tice (dalam Goleman, 2002) menyatakan bahwa melampiaskan amarah adalah cara terburuk meredakan emosi karena ledakan amarah malah memicu otak emosional sehingga seseorang menjadi lebih marah. Seorang pemain sepak bola yang telah dikuasai oleh emosinya menjadi tidak mampu menjaga motivasi, semangat dan staminanya terkuras oleh ledakan amarahnya

(46)

Kemampuan kognitif dan kesadaran diri yang kurang membuat seorang pemain sepak bola menjadi tumpul, sehingga ia tidak dapat menjalankan strategi dan mengatasi situasi yang dihadapi dalam pertandingan, kondisi fisiknya terkuras karena habis untuk melampiaskan emosinya, dan kemampuan mengelola faktor psikis dan sosial yang buruk membuat performa pemain sepak bola dalam sebuah pertandingan menjadi menurun.

Dari uraian di atas terlihat bahwa kecerdasan emosional dapat mempengaruhi performa pemain sepak bola karena dengan mengenali emosinya dan mengelolanya seorang pemain sepak bola dapat memotivasi dirinya sendiri untuk bermain lebih tenang dan berpikir menggunakan kognitifnya dengan lebih jernih. Seorang pemain sepak bola juga dapat menjalin kerjasama dengan mengenali emosi orang lain, sehingga strategi dan pola permainan yang telah dipilih dapat berjalan lancar, dengan kata lain seorang pemain sepak bola membutuhkan kecerdasan emosional dalam bermain sepak bola, sehingga ia dapat mengelola emosi dengan baik agar tidak menghambat dan menggunakan energi positif dalam bermain sepak bola. Seorang pemain sepak bola yang dapat mengelola emosinya dengan baik diasumsikan dapat bermain sepak bola dengan baik. Kesimpulan dari uraian di atas adalah kecerdasan emosional seorang pemain sepak bola memiliki hubungan positif dengan performanya dalam bermain sepak bola. Semakin tinggi kecerdasan emosional seorang pemain sepak bola semakin tinggi pula performa yang dapat dicapai dalam bermain sepak bola.

(47)

Bagan : Hubungan kecerdasan emosional dengan performa sepak bola

Pemain sepak

bola

Kecerdasan emosi baik

Performa buruk atau rendah Kinerja

keseluruhan buruk Pengelolaan

emosi buruk

Performa baikatau tinggi Kinerja

keseluruhan baik Pengelolaan

emosi baik

Kecerdasan Emosi buruk

D. Hipotesis.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada variabel lain berdasarkan koefisien korelasi.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. variabel tergantung = performa bermain sepak bola. 2. variabel bebas = kecerdasan emosional.

C. Definisi Operasional

1. Performa bermain sepak bola

Performa bermain sepak bola adalah keterampilan gerak dasar manusia yang dilandasi emosi, interaksi sosial, dan kognitif dalam bermain sepak bola. Performa bermain sepak bola dapat dilihat dari skor yang diperoleh pemain sepak bola melalui gerak (motor) untuk mencapai suatu hasil yang menurut standar tertentu, dimana gerak (motor) kesemuanya bertujuan untuk memenangkan pertandingan.

(49)

menggunakan tabel pengukuran performa. Skor yang diperoleh berupa data statistik yang menunjukkan tinggi rendahnya performa bermain sepak bola. Semakin tinggi skor yang diperoleh, semakin tinggi performanya. Semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah performanya. Data diambil dari klub-klub yang berlaga di kompetisi divisi utama PSS Sleman musim 2006. 2. Kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan pemain sepak bola untuk menyadari perasaan dan keadaannya saat ini yang sebenarnya, untuk mengatur/menangani emosinya selama bertanding, untuk memotivasi dirinya dan menjalin relasi yang baik dengan teman dalam satu tim. Kecerdasan emosional pemain sepak bola nampak dalam skor total yang dihasilkan dari skala kecerdasan emosional. Semakin tinggi skor kecerdasan emosional maka semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang dan semakin rendah skor kecerdasan emosional maka semakin rendah kcerdasan emosional seseorang.

D. Subyek Penelitian

(50)

divisi utama liga PSS Sleman Yogyakarta yang bermain minimal selama 15 menit dalam sebuah pertandingan.

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian Purposive Sampling atau sampel bertujuan, yaitu pengambilan subyek bukan didasarkan pada strata, kelompok, wilayah atau random, melainkan atas adanya tujuan tertentu.

E. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk performa pemain sepak bola, yaitu dengan menggunakan tabel penilaian performa pemain sepak bola yang dilakukan oleh 3 orang pengawas pertandingan yaitu Bapak Suparlan. Bapak Suyono dan Bapak Joko yang telah ditunjuk panitia pertandingan untuk mengawasi sebuah pertandingan.

Tehnik pengumpulan data untuk kecerdasan emosional pemain sepak bola adalah dengan menggunakan Skala Kecerdasan Emosional. Skala ini menggunakan skala tipe Likert, dengan jawaban : SS, S , TS, dan STS.

1. Performa Pemain Sepak Bola

Performa pemain sepak bola didapatkan dari penilaian 3 orang panitia pengawas pertandingan dengan menggunakan acuan dari tabel penilaian performa pemain sepak bola, selain itu peneliti juga merekam jalannya sebuah pertandingan berkaitan dengan aspek-aspek yang diukur dalam penilaian performa pemain sepak bola. Rekaman ini beraguna untuk melakukan cross

(51)

pemain sepak bola menggunakan standar penilaian seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 6

Penilaian performa pemain sepak bola (www.sigames.com, diakses bulan Februari 2005)

Kategori/nama pemain zanetti kovac cambiaso emerson martin piero Total umpan 56 26 28 34 30 35 Umpan berhasil 35 24 21 27 23 28 Total tackle 6 1 9 1 1 0 Tackle berhasil 5 0 8 1 1 0 Total sundulan 9 8 3 6 20 11 Sundulan berhasil 5 6 0 4 8 4 Mengagalkan serangan musuh 16 8 5 1 0 1 Drible melewati musuh 2 1 0 0 2 3

Offside 0 0 0 0 0 1

Pelanggaran dilakukan 0 1 3 1 4 1

Dilanggar 0 1 0 0 3 2

Assist 0 0 0 1 0 1

Total tembakan 0 0 0 1 5 1 Tembakan mengarah ke gawang 0 0 0 1 3 1

Gol 0 0 0 0 1 1

Kartu kuning 0 0 0 0 0 0 Kartu merah 0 0 0 0 0 0

Rating 5 4.5 3 6 6 7

(52)

dibandingkan dengan jumlah total gerakan tiap kategori, jika gerakan yang berhasil dilakukan lebih dari 50% diberi skor 1, jika gerakan berhasil = 50% makan diberi skor 0,5, dan jika gerakan berhasil kurang dari 50% maka diberi skor 0. Total skor kelima kategori ditambah dengan kategori pendukung sesuai dengan gerakan yang dilakukan dan poinnya.

Kategori umpan, gerakan berhasil / jumlah gerakan umpan x 100%, jika prosentase lebih dari 50% nilai 1, jika prosentase sama dengan 50% nilainya adalah 0.5, dan jika prosentase kurang dari 50% maka nilainya adalah 0.

Kategori tacle, gerakan berhasil / jumlah gerakan tacle x 100%, jika prosentase lebih dari 50% nilai 1, jika prosentase sama dengan 50% nilainya adalah 0.5, dan jika prosentase kurang dari 50% maka nilainya adalah 0.

Kategori sundulan, gerakan berhasil / jumlah gerakan sundulan x 100%, jika prosentase lebih dari 50% nilai 1, jika prosentase sama dengan 50% nilainya adalah 0.5, dan jika prosentase kurang dari 50% maka nilainya adalah 0.

Kategori tembakan, gerakan berhasil / jumlah gerakan tembakan x 100%, jika prosentase lebih dari 50% nilai 1, jika prosentase sama dengan 50% nilainya adalah 0.5, dan jika prosentase kurang dari 50% maka nilainya adalah 0.

(53)

dilanggar nilai 1, jika jumlah melanggar dan dilanggar sama nilainya adalah 0.5, dan jika seorang pemain lebih sering melanggar maka nilainya adalah 0.

Untuk kategori dribel jika seorang pemain melakukan dribel maka ia mendapat skor +1 dan jika tidak maka skor 0, untuk kategori interception jika seorang pemain melakukan interception maka ia mendapat skor +1 dan jika tidak maka skor 0, untuk kategori assist jika seorang pemain melakukan assist

maka ia mendapat skor +1 dan jika tidak maka skor 0, untuk pemain yang mencetak gol maka pemain yang bersangkutan mendapat poin tambahan +2.

Untuk kategori offside jika seorang terperangkap offside maka mendapat pengurangan poin -1. Kategori kartu, jika seorang pemain mendapatkan kartu kuning maka ia mendapatkan pengurangan poin -1, sedangkan untuk kartu merah seorang pemain mendapat pengurangan poin -2.

Contoh penghitungan skor performa seorang pemain sepak bola dalam sebuah pertandingan adalah:

Zanneti :

Kategori umpan : 35/56 (gerakan berhasil/total gerakan) x 100% = 62,5% --skor 1

Kategori tacle : 5/6 x 100% = 83.334% ---- skor 1 Kategori sundulan : 5/9 x 100% = 55.556% ---- skor 1 Kategori tembakan : 0/0 x 100% = - ---- skor 0 Kategori pelanggaran : 0/0 = - ---- skor 0

Skor total kategori pendukung : 1 + 1 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 (poin dribel + poin

(54)

Skor akhirnya menjadi 3 + 2 = 5 (ini adalah skor performa Zanneti dalam pertandingan yang bersangkutan)

2. Kecerdasan Emosional

Skala kecerdasan emosional disusun berdasarkan 5 aspek kecerdasan emosional dari Goleman (2002) sebagai berikut :

a. Kesadaran diri : kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu terjadi atau mengetahui apa yang dirasakan dan menggunakan perasaan tersebut untuk mengambil keputusan, kesadaran akan diri atau ukuran atas kemampuan diri serta kepercayaan diri yang kuat. b. Pengaturan diri : kemampuan untuk menangani perasaan sehingga

dapat terungkapkan atau tersalurkan dengan tepat, pengendalian diri sesuai kata hati, kesanggupan mengontrol hasrat atau kenikmatan dan kemampuan untuk pulih dari tekanan emosi.

c. Motivasi : kemampuan menggunakan pertimbangan yang paling dalam untuk mengerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

d. Empati : kemampuan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan termasuk kebutuhan dan keinginan mereka, memahami reaksi dan arti dari ekspresi seseorang serta memahami perspektif orang lain yang berbeda-beda.

(55)

mengelola emosi orang lain, membina hubungan saling percaya, bekerjasama dengan orang lain, bernegosiasi, dan menyelesaikan masalah.

Skala ini menggunakan tipe Likert, dengan jawaban S, SS, TS, dan STS. Peneliti sengaja hanya menggunakan empat pilihan jawaban untuk menghindarkan bias yang terjadi apabila peneliti memberikan lima jawaban atau dengan jumlah jawaban ganjil. Hadi (2004) berpendapat bahwa subyek memiliki kecenderungan untuk memilih jawaban yang ada ditengah atau yang disebut juga dengan central tendency effect. Kecenderungan tersebut dapat dihindari dengan tidak memberikan jawaban tengah yaitu dengan hanya memberikan empat pilihan jawaban.

Item berjumlah 70 pertanyaan dengan komposisi seimbang pada tiap aspeknya. Pembagian antara item yang favorabel dengan item yang unfavorabel juga seimbang. Distribusi atau penyebaran item dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7

Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional No Item

No Aspek Kecerdasan

Emosional Favorabel Unfavorabel

Jumlah Total 1 Kesadaran Diri 1, 14, 20, 27,

34, 41, 67

7, 17, 22, 45, 50, 58, 70

14 2 Pengaturan Diri 10, 12, 26, 32,

53, 60, 66

13, 16, 35, 43, 49, 55, 61

14 3 Motivasi 6, 25, 39, 44,

56, 63, 69

9, 19, 29, 31, 40, 47, 65

14 4 Empati 2, 15, 21, 30,

36, 42, 48

8, 24, 38, 52, 59, 62, 68

14 5 Keterampilan Sosial 3, 5, 11, 18,

28, 37, 54

4, 23, 33, 46, 51, 57, 64

14

(56)

F. Validitas dan Reliabilitas

Suatu skala dapat dikatakan representatif, fungsional, dan akurat apabila skala tersebut dikenakan pada subyek penelitian yang sesungguhnya, dilakukan uji coba untuk memperoleh validitas dan reliabilitas.

1. Validitas

Validitas adalah tingkat kemampuan suatu alat ukur untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur tersebut (Azwar, 1999). Validitas dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga cara yaitu :

a. Validitas Isi

(57)

Tabel 8.

Blue print Kecerdasan Emosional sebelum Uji Coba No Aspek Kecerdasan

Emosional Favorabel Unfavorabel

Jumlah Total

1 Kesadaran Diri 7 7 14

2 Pengaturan Diri 7 7 14

3 Motivasi 7 7 14

4 Empati 7 7 14

5 Keterampilan Sosial 7 7 14

TOTAL 35 35 70

b. Validitas Tampang

Validitas tampang adalah validitas yang didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (Supratiknya, 1998). Validitas tampang diselidiki dengan tehnik professional judgement, yaitu dengan cara meminta sesorang memeriksa sebuah tes, bisa seorang pakar atau subyek tes itu sendiri, dan menyimpulkan apakah tes tersebut memberi kesan mengukur sifat yang akan diukur.

2. Indeks Diskriminasi Item

Indeks diskriminasi item dicari dengan tujuan melihat kemampuan item untuk membedakan antara item yang memiliki skor tinggi dengan skor rendah. Indeks daya diskriminasi item total dihitung dengan cara mengkorelasikan skor item dengan skor item total. Pengkorelasian antara skor item dengan skor item total akan menghasilkan koefisien korelasi item total (rix) atau indeks daya beda

(58)

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukan oleh koefisien reliabilitas. Reliabilitas tes ini diukur dengan pendekatan konsistensi internal yang didasarkan pada data dari sekali pengenaan skala pada sekelompok subyek (single trial administration). Penghitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tehnik Alpha Cronbach, karena akan memberikan harga yang sama besar dengan harga reliabilitas yang sebenar-benarnya. Penghitungan ini memungkinkan timbulnya reliabilitas yang sebenarnya lebih tinggi dari pada koefisien yang didapatkan (Azwar, 1996).

G. Metode Analisis Data

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Uji Coba Alat Ukur

Peneliti melakukan uji coba alat ukur terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian. Uji coba tersebut untuk melihat validitas dan reliabilitas alat penelitian sebelum digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.

Alat penelitian yang akan diuji coba adalah skala kecerdasan emosional. Skala kecerdasan emosional ini berisi 70 item. 70 item tersebut terdiri atas 14 item aspek Kesadaran Diri, 14 item aspek Pengaturan Diri, 14 item aspek Empati, 14 item aspek Motivasi, dan 14 item aspek Keterampilan Sosial

(60)

seseorang dalam olahraga mengalami masa paling produktif dalam proses belajarnya untuk menjadi seorang atlet.

2. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Peneliti menyebar 90 eksemplar pada uji coba ini, dari 90 eksemplar yang disebar 90, eksemplar kembali dan hanya 80 yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 13 for windows.

a. Indeks Diskriminasi Item Alat Pengumpul Data

Jumlah item skala kecerdasan emosional sebayak 70,terdiri dari 14 item untuk aspek pengaturan diri, 14 item untuk aspek kesadaran diri, 14 item untuk aspek motivasi, 14 item untuk aspek empati dan,14 item untuk aspek keterampilan sosial. Dari hasil analisis diperoleh koefisien korelasi item total (rix) antara 0,0965 sampai 6.6770. peneliti kemudian melakukan seleksi dengan memilih item-item yang memiliki daya diskriminasi ≥0,3 dan memperoleh 56 item yang lolos seleksi dan 14 item yang gugur. Setelah dipilih, koefisien korelasi item total (rix) bergerak dari 0.338 sampai 0.687.

(61)

Tabel 9

Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba No Item

No Aspek Kecerdasan

Emosional Favorabel Unfavorabel Jumlah

Total 1 Kesadaran Diri 1*, 14, 20, 27,

34, 41, 67

7, 17, 22*, 45, 50, 58, 70

14 2 Pengaturan Diri 10, 12*, 26, 32,

53, 60, 66

13*, 16*, 35, 43, 49, 55*, 61*

14 3 Motivasi 6, 25*, 39, 44,

56, 63, 69

9, 19, 29, 31, 40*, 47, 65*

14 4 Empati 2, 15, 21, 30,

36*, 42, 48

8, 24, 38, 52*, 59, 62, 68

14 5 Keterampilan Sosial 3, 5, 11, 18, 28,

37, 54

4, 23*, 33, 46, 51*, 57, 64

14

TOTAL 35 35 70

*) item-item yang gugur setelah uji coba.

b. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data

Validitas skala kecerdasan emosional dilakukan dengan menggunakan tehnik professional judgement, peneliti meminta seorang ahli untuk menilai skala kecerdasan emosional, dalam penelititan ini peneliti meminta penilaian dari dosen pembimbing.

Estimasi reliabilitas skala kecerdasan emosionl menggunakan tehnik Alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS 13 for Windows, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.955, yang berarti skala ini reliabel.

(62)

Tabel 10

Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosional Untuk Penelitian No Item

No Aspek Kecerdasan

Emosional Favorabel Unfavorabel Jumlah

Total 1 Kesadaran Diri 11, 16, 20, 27,

32, 53

6, 13, 36, 41, 46, 56

12 2 Pengaturan Diri 9, 19, 25, 42, 48,

52

28, 34, 40, 9 3 Motivasi 5, 31, 35, 44, 50,

55

8, 15, 22, 24, 28 11 4 Empati 1, 12, 17, 23, 33,

39,

7, 18, 30, 47, 49, 54

12 5 Keterampilan Sosial 2, 4, 10, 14, 21,

29, 43,

3, 26, 37, 45, 51, 12

TOTAL 31 25 56

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada hari sabtu-minggu 7-8 Oktober 2006 dan hari kamis 12 Oktober 2006 dengan menyebar skala pada subyek penelitian secara langsung dan mengambil hasilnya pada saat itu juga. Skor performa didapat dari pengawas pertandingan yang telah menerima form penilaian performa pemain sepak bola dari peneliti. Peneliti sebelum pengambilan data telah memberikan form penilaian performa bermain sepak bola kepada panitia pertandingan. Form akan diisi oleh pengawas pertandinga, dimana didalam sebuah pertandingan terdapat 3 orang pengawas pertandingan. Pengawas pertandingan kemudian membagi pemain mana yang akan diawasi dan dinilai performanya.

(63)

Peneliti juga merekam aspek yang diukur untuk menilai performa seorang pemain seperti kategori umpan, kategori tackle, kategori sundulan, kategori pelanggaran, dan kategori tembakan, selain itu juga terdapat beberapa kategori pendukung seperti gol, assit, interception, dribel, offside, kartu merah, dan kartu kuning dalam pertandingan yang bersangkutan. Alat perekam yang digunakan adalah tape recorder yang digunakan untuk merekam suara peneliti berkaitan dengan gerakan gagal atau berhasil dari sebuah kategori, hasil rekaman digunakan sebagai interater reability. Dari cross check yang dilakukan antara data aspek-aspek yang akan digunakan untuk menghitung skor performa yang diberikan oleh pengawas pertandingan dan hasil rekaman peneliti tidak ada perbedaan yang mencolok.

C. Analisis Data Penelitian

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

(64)

Kolmogorov-Smirnov Test dalam program SPSS for Windows versi 13. hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 11

Hasil Uji Normalitas Sebaran

Skor Kecerdasan

Emosional

Skor Performa Pemain SB

Kolmogorov-Smirnov Z 1.132 0.652

Asymp.Significant 0.154 0.789

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan bahwa distribusi sebaran variabel kecerdasan emosional dan variabel performa pemain sepak bola bersifat normal karena signifikansi kedua variabel lebih besar daripada 0.05 (p>0.05).

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel kecerdasan emosional dan skor variabel performa pemain sepak bola merupakan garis lurus atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan test for linearity dari program SPSS for Windows versi 13, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 12

Hasil Uji Linearitas Hubungan

F Sig

(combined) 1.505 0.216

Linearity 14.071 0.002

Skor KE * Skor Performa Pemain

(65)

Berdasarkan hasil uji linearitas, didapatkan bahwa taraf signifikansi untuk lineritas lebih kecil dari pada 0,05 (p < 0,05), dengan kata lain hubungan antara skor variabel kecerdasan emosional dan variabel performa pemain sepak bola mengikuti fungsi linear.

2. Uji Hipotesis

Analisis data menggunakan tehnik korelasi produc moment Pearson

dalam program SPSS for Windows versi 13. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi untuk variabel kecerdasan emosional dan variabel performa bermain sepak bola adalah 0.443 dengan taraf signifikansi 0.01 (p<0.01). Analisis data ini membuktikan bahwa ada hubungan signifikan dan positif antara kecerdasan emosional dengan performa bermain sepak bola.

Sumbangan Kecerdasan emosional terhadap performa pemain sepak bola dapat dilihat dari koefisien determinasinya (r2), yaitu sebesar 0.1962.

koefisien determinasi sebesar 0.1962 berarti kecerdasan emosional pemain sepak bola menyumbang sebesar 19.62% terhadap performa pemain sepak bola. Sumbangan sebesar 80.38% terhadap performa pemain sepak bola diperoleh dari faktor lain.

D. Kategorisasi Subyek Berdasarkan Skor Skala Kecerdasan Emosional dan

Performa Bermain Sepak Bola

(66)

dibuat mengikuti distribusi normal dengan batasan kategori berdasarkan standar deviasi dengan rentang angka minimum dan maksimum hipotetiknya.

Tabel 13

Deskripsi Statistik Data Penelitian. N Minimum Maximum Mean VAR

Hip Emp Hip Emp Hip Emp SD Skor KE 53 56 63 224 200 112 133.717 34.536

Skor PPSB

53 0 3 10 8 5 5.387 1.104 Kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi jenjang, yaitu menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok berjenjang kontinum mulai dari jenjang sangat tinggi sampai ke jenjang sangat rendah. Norma kategorisasi skor dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14

Norma Kategorisasi Skor Subyek (μ + 1.5σ) < X Sangat tinggi

(μ + 0.5σ) < X ≤ (μ + 1.5σ) Tinggi (μ - 0.5σ) < X ≤ (μ + 0.5σ) Sedang (μ - 1.5σ) < X ≤ (μ - 0.5σ) Rendah

X ≤ (μ - 1.5σ) Sangat Rendah Berdasarkan data empiris yang ada, maka kategorisasi kedua skala penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 15

Norma Kategorisasi Skor Performa Pemain Sepak Bola dan Skala kecerdasan Emosional

Perfoma Pemain Sepak Bola Kategori Kecerdasan Emosional 7.5 < X Sangat Tinggi 154 < X

5.834 < X ≤ 7.5 Tinggi 126 < X ≤ 154 4.167 < X ≤ 5.834 Sedang 98 < X ≤ 126

(67)

Berdasarkan data pnelitian yang ada, maka kategori subyek berdasarkan norma kategorisasi pada kedua skala adalah sebagai berikut :

Tabel 16

Kategori Subyek Berdasarkan Model Distribusi Normal Performa Pemain Sepak Bola Kecerdasan Emosional Prosentase Jumlah Subyek

Kategori

Prosentase Jumlah Subyek 3.774% 2 Sangat Tinggi 50.943% 27

33.962% 18 Tinggi 18.868% 10

47.169% 25 Sedang 35.809% 19

15.38% 8 Rendah 9.434% 5

0% 0 Sangat Rendah 3.774% 2

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis menggunakan tehnik korelasi product moment Pearson dalam program SPSS for Windows versi 13, didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.443. korelasi tersebut signifikan pada level 0.01. hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan performa bermain sepak bola pada pemain-pemain sepak bola klub divisi utama PSS Sleman.

Kecerdasan emosional pemain sepak bola dalam penelitian ini menyumbang sebesar 19,62 % terhadap performa bermain sepak bola, hal ini dapat diartikan bahwa ada faktor lain sebesar 80,38 % yang mempengaruhi performa bermain sepak bola. Faktor lain yang dapat mempengaruhi performa pemain sepak bola adalah faktor kognitif, faktor fisik, faktor psikologis, dan faktor sosial, seperti yang telah diungkapkan Dewazien (2001).

(68)

bola, semakin layak gaji dan bonus yang ia terima maka motivasi bermainnya juga akan semakin tinggi. Hubungan dengan rekan satu tim dan dengan manajemen juga mempengaruhi kondisi pemain sepak bola semakin nyaman hubungan rekan satu tim dan dengan manajemen maka semakin nyaman pula seorang pemain sepak bola menjalani sebuah pertandingan.

Dewazien (2001) mengungkapkan bahwa performa seorang pemain sepak bola ditentukan 4 faktor, salah satunya adalah faktor psikis (motivasi, kepercayaaan diri, dan emosi). Pemain sepak bola yang tenang dan dapat bekerjasama dengan teman dalam satu timnya akan dapat memberikan umpan-umpan yang baik dan memanfaatkan peluang menjadi gol. Ketenangan dan kemampuan menjalin kerjasama dengan teman dalam satu tim adalah aspek dari kecerdasan emosional, sedang umpan yang baik dan kemampuan mencetak gol adalah kriteria untuk menentukan performa pemain sepak bola dalam sebuah pertandingan.

Pemain sepak bola yang mempunyai kecerdasan emosi yang baik terlihat dari kesadaran diri yang tinggi, pengaturan diri yang baik, dapat memotivasi dirinya sendiri, lebih mampu untuk berempati, dan mempunyai keterampilan sosial yang baik. Pemain sepak bola yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi dapat mengelola emosinya dengan baik, ia dapat memotivasi dirinya, menjaga semangatnya, dan menjaga staminanya tetap stabil sehingga bisa menampilkan performa terbaiknya untuk memenangi pertandingan. Pemain sepak bola berkecerdasan emosi tinggi dapat mengendalikan dirinya ketika diejek atau

(69)

mengarah ke pelanggaran-pelanggaran untuk membalas provokasi tersebut dan tetap dapat mengumpan yang baik, mentekel dengan bersih, memenangkan bola diudara, melakukan tembakan kegawang yang akurat, mencetak gol yang baik, sedikit melakukan pelanggaran, dan tidak menerima kartu kuning ataupun kartu merah.

Pemain sepak bola dalam penelitian ini memiliki skor performa sedang. Dari jumlah total 55 pemain sepak bola, 8 pemain sepak bola masuk dalam kategori rendah, 25 pemain sepak bola masuk dalam kategori sedang, 18 pemain sepak bola masuk dalam kategori tinggi dan 2 pemain sepak bola masuk dalam kategori sangat tinggi.

Data dari statistik deskriptif menunjukkan bahwa pada skala kecerdasan emosional rata-rata empirik yaitu 133.717 lebih besar dari rata-rata teoritik yaitu 112, hal ini menunjukan bahwa kecerdasan emosional para pemain sepak bola di divisi utama PSS Sleman cenderung tinggi.

Performa subyek penelitian yang masuk dalam kategori sedang mungkin terjadi karena beberapa hal, yaitu : pertama untuk berkompetisi di divisi utama PSS Sleman setiap klub menyeleksi pemain-pemain yang akan dipakai dalam kompetisi tersebut sehingga pemain yang berkompetisi di divisi Utama PSS Sleman memiliki dasar bermain sepak bola yang cukup baik

(70)

pertandingan akan berusaha meningkatkan performanya, sehingga posisinya dalam tim inti tidak digantikan oleh pemain cadangan.

(71)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan performa bermain sepak bola. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi pula performa bermain sepak bola, sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin rendah performa bermain sepak bola. Dalam penelitian ini kecerdasan emosional memberikan sumbangan sebesar 19.62% terhadap performa pemain sepak bola. Sumbangan sebesar 80.38% terhadap performa pemain sepak bola diperoleh dari faktor lain.

B. SARAN

1. Bagi Klub Sepak Bola.

Klub sepak bola hendaknya dapat meningkatkan kecerdasan emosional pemain sepak bola dengan pelatihan-pelatihan yang bermanfaat sehingga akan berguna untuk lebih memperbaiki performa para pemain yang dimilikinya.

2. Bagi Pemain Sepak Bola

(72)

dapat meningkatkan kecerdasan emosinya dan dapat lebih memperbaiki performanya.

3. Bagi Peneliti lain

(73)

Daftar Pustaka

Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, S. (1997). Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Baars, C. W. (1979). Feeling and Healing Your Emotion. New Jersey: Logos

International Plainfield.

Bilt

Gambar

Figo                           7
Tabel 2
Tabel 3  Performa Pemain Belakang (http://www.soccerperformance.org/)
Tabel 5  Pengukuran Performa Pemain Sepak Bola (www.sigames.com, diakses
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada perilaku altruistik pengorbanan diri ( self-sacrificing ) tanpa memperhatikan kepentingan diri sendiri. Perilaku altruistik juga berarti tidak mengharapkan adanya

Dalam penelitian ini alat ukur kecemasan merupakan adaptasi dari Depression Anxiety Stress Scale (DASS) yang disusun oleh Lovibond dan Lovibond (1995), maka pengertian kecemasan

Menurut Herbert (1978) tingkah laku agresif merupakan suatu bentuk tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial yang menyebabkan luka fisik, psikis pada orang lain

Paguyuban Wayah Kaki yang hidup dalam konteks budaya Jawa dan memiliki tradisi ritual meditasi kerap kali dikunjungi orang-orang yang ingin meminta petunjuk atau nasehat untuk

Cerebral cortex ini meningkatkan proses kecepatan pada otak perempuan sehingga membantu wanita untuk lebih cepat merespon informasi atau materi yang diperoleh di kelas dan mampu

Selanjutnya, penggunaan media dan sumber belajar juga terkait dengan aspek initiative (inisiatif) dimana guru diharapkan untuk aktif dan bersemangat untuk mencari sumber

Penelitian ini bertujuan melihat konsumtivisme wanita dewasa awal pada tiga wilayah konsumsi, yaitu konsumsi primer (makanan, minuman, minuman beralkohol, kopi,

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif fenomenologi dengan analisis interpretatif (AFI). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara semi