i
TUA DAN STATUS SEKOLAH
Survei pada Siswa Kelas XII SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh: Dwi Handayani
031334048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Doa berkuasa merubah segala sesuatu
kita belajar bukan untuk mencari gelar
tetapi belajar untuk hidup
(YB. Sudarmanto)
Janganlah putus asa saat perjuanganmu terasa sia-sia
karena bersama-Nya selalu ada jalan keluar yang terbaik
dan semua tepat pada waktunya
(NN)
Dengan kesabaran maka kita akan tahu
Kapan kita akan bergerak dan maju
(NN)
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang
selalu membimbing dan menyertaiku
Kedua orang tuaku yang telah mendoakan,
mendukung dan, menyayangiku
Saudara-saudaraku yang telah mendoakan dan
mendukungku
Ari yang telah mendukung, membantu, mendoakan
dan menyayangiku
v
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 April 2008
Penulis
vi
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Dwi Handayani
Nomor Mahasiswa : 031334048
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN STATUS SEKOLAH
Survei pada : Siswa Kelas XII SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Yogyakarta
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 2 Juni 2008 Yang Menyatakan
vii
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan rahmat, serta bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan judul : “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP
PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG
TUA DAN STATUS SEKOLAH (Survei pada Siswa Kelas XII SMA Negeri dan
SMA Swasta di Kota Yogyakarta)”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan dan keterbatasan mulai dari tahap awal maupun sampai tahap akhir. Penulis menyadari banyak pihak yang memberikan bantua yang berupa dorongan, bimbingan, dan sarana. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama SJ., M.Sc. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. T. Sarkim., M.Ed., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
viii maupun bantuan dalam penyusunan skripsi.
5. Ibu Natalina Premastuti B, S.Pd yang berkenan mendampingi dan mempertanggungjawabkan skripsi ini.
6. Ibu Rita Eny P, S.Pd., M.SA. yang berkenan mendampingi dan mempertanggungjawabkan skripsi ini.
7. Segenap Dosen dan staf karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi.
8. Kepada BAPEDA dan Dinas Perijinan Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
9. Kepada Kepala Sekolah dan segenap guru-guru (SMA Negeri 4, SMA Negeri 7, SMA PIRI 2, SMA Sang Timur, SMA Marsudi Luhur, dan SMA Taman Madya Jetis) yang telah memberikan ijin dan memberikan bantuan dalam memperoleh data-data yang penulis butuhkan.
10. Kedua orang tuaku (SL. Yulius dan KV. Kartinah) yang telah memberikan doa, semangat, perhatian dan kasih sayang yang sangat besar kepada saya, sehingga akhirnya saya dapat menyelesaikan kuliah.
11. Kakak-kakakku (Abang Eko, Kak Ratri), keponakanku Okta. Terimakasih untuk doa, semangat dan bantuanya.
ix saya.
14. Untuk teman-teman seperjuanganku: Santy, Yiska, Mety, Nining, Yeni, Tiara, Septi, Sisca, Wulan, Wawan, Anes, Agus, Lala, Ana, Dewi, Witha, Uke, Adel, Siwi dan semua teman-teman PAK’B 2003. Terimakasih ya atas bantuan dan doronganya.
15. Mas Banu (terimakasih atas bantuan dan buku-bukunya), Mas Komar, Orang tuanya Ari, Hana, Icha, mbak Ajeng dan semua teman-teman kos, terimakasih atas dukungan dan doanya.
16. Untuk semua saudara dan teman-temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan serta jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Yogyakarta, 2 Juni 2008 Penulis
x
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
DAN STATUS SEKOLAH
Survei pada siswa kelas XII SMA Negeri dan Swasta di kota Yogyakarta
Dwi Handayani Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua; (2) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua; (3) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua; (4) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.
Penelitian dilaksanakan di dua SMA Negeri dan empat SMA Swasta di kota Yogyakarta pada bulan Oktober 2007 sampai dengan Januari 2008. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA kelas XII di kota Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian ini adalah 410 siswa. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh positif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua (ayah) (β3 =0,004dan ρ =0,901>α =0,05), dan ada pengaruh positif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua (ibu) (β3 =0,021dan
05 , 0 500
,
0 > =
= α
xi
ACHIEVEMENT PERCEIVED FROM THE SOCIAL ECONOMIC STATUS OF PARENTS AND THE SCHOOL
( The survey done in the twelfth class students of public and private Senior High Schools in Yogyakarta)
Dwi Handayani Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The purposes of this research are to examine the effect of emotional intelligence towards learning achievement received from: (1) the parents’ income level; (2) the educational level of the parents’; (3) kinds of parents’ jobs; (4) the school’s status.
The research was conducted in two public and four private senior high schools in Yogyakarta from October 2007 to January 2008. The population of this research were the whole senior high school students of the twelfth class. The technique of sample collecting was purposive sampling. The data were collected by using questionnaire and documentation method. The technique of data analyis was regression equality developed by Chow.
The results of the research are: (1) there isn’t any effect of father’s income level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.004and
05 . 0 901
.
0 > =
= α
ρ ), and there isn’t any effect towards mother’s income level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.021 and
05 . 0 500
.
0 > =
= α
ρ ); (2) there isn’t any effect of father’s educational level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.021and
05 . 0 418
.
0 > =
= α
ρ ), and there isn’t any effect of mother’s educational level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.033and
05 . 0 156
.
0 > =
= α
ρ ); (3) there isn’t any effect towards kinds of father’s jobs on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =−0.001and
05 . 0 952
.
0 > =
= α
ρ ), and there isn’t any effect towards kinds of mother’s jobs on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =−0.029and
05 . 0 174
.
0 > =
= α
ρ ); (4) there isn’t any effect on school’s status on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =−0.032 and
05 . 0 421
.
0 > =
= α
xii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT... xi
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR TABEL... xix
DAFTAR LAMPIRAN... xx
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
xiii
1. Pengertian Kecerdasan Emosional... 7
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ... 9
B. Prestasi Belajar ... 10
1. Pengertian Prestasi Belajar... 10
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 11
C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua... 12
1. Pengertian Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 12
a. Tingkat pendidikan... 12
b. Jenis Pekerjaan ... 13
c. Pendapatan... 13
D. Status Sekolah... 14
E. Kerangka Berfikir ... 15
1. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 15
2. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Orang Tua... 17
3. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 20
xiv BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 27
1. Tempat Penelitian ... 27
2. Waktu Penelitian ... 27
C. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian ... 28
1. Subyek Penelitian... 28
2. Obyek Penelitian ... 28
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 28
1. Populasi ... 28
2. Sampel... 28
3. Teknik Penarikan Sampel ... 29
E. Oprasionalisasi Variabel ... 29
1. Variabel Kecerdasan Emosional ... 29
2. Variabel Prestasi Belajar ... 31
3. Variabel Status Sosial Ekonomi Orag Tua ... 31
4. Variabel Status Sekolah ... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ... 34
1. Kuesioner ... 34
2. Dokumentasi ... 34
xv
H. Teknik Analisis Data ... 38
1. Deskripsi Data... 38
2. Pengujian Normalitas dan Linieritas... 38
a. Pengujian Normalitas ... 38
b. Pengujian Linearitas ... 39
3. Pengujian Hipotesis... 40
a. Hipotesis ... 40
b. Pengujian Hipotesis ... 40
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 42
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 42
a. Jenis Kelamin ... 42
b. Pendapatan Orang Tua ... 43
c. Pendidikan orang Tua... 44
d. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 46
e. Asal Sekolah... 48
2. Deskripsi Variabel penelitian... 49
a. Kecerdasan emosional ... 49
b. Prestasi Belajar ... 50
xvi
b. Pengujian Linearitas ... 58 2. Pengujian hipotesis ... 59
a. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua ... 59
... b. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua... 63 c. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua... 66 d. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari status sekolah ... 70 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72
1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua ... 72 2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua ... 74 3. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua ... 76 4. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
xvii
B. Keterbatasan penelitian... 83 C. Saran-saran ... 84
xviii
Gambar 2.1 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Status Sosioal Ekonomi Orang Tua dan Status
xix
Tabel 3.1 Nama Sekolah dan Jumlah Responden ... 28
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional ... 30
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua... 32
Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 32
Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 33
Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Status Sekolah... 33
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 35
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 41
Tabel 4.2 Tingkat Pendapatan Orang Tua (ayah) ... 42
Tabel 4.3 Tingkat Pendapatan Orang Tua (ibu)... 44
Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua (ayah)... 45
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Orang Tua (ibu) ... 46
Tabel 4.6 Jenis Pekerjaan Orang Tua (ayah) ... 47
Tabel 4.7 Jenis Pekerjaan Orang Tua (ibu)... 47
Tabel 4.8 Asal sekolah Siswa ... 48
Tabel 4.9 Kecerdasan Emosional Siswa ... 49
Tabel 4.10 Prestasi Belajar Siswa ... 50
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional... 52
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Prestasi Belajar... 55
xx
Lampiran I. Kuesioner ... 89
Lampiran II. Validitas dan Reliabilitas ... 95
Lampiran III. Data Induk Penelitian Prestasi Belajar... 97
Lampiran IV Data Induk Penelitian Kecerdasan Emosional ... 104
Lampiran V. Data Deskripsi Responden ... 114
Lampiran VI Daftar Distribusi Frekuensi... 121
Lampiran VII Perhitungan Mean, Median, dan Modus...162
Lampiran VIII. Pengujian Normalitas Dan Linieritas... 163
Lampiran IX Tabel F ... 173
Lampiran.X Perhitungan PAP ... 174
Lampiran XI. Data Induk Regresi ... 176
Lampiran XII. Perhitungan Regresi ... 183
Lampiran XIII Perhitungan Determinasi... 190
Lampiran XIV. Surat Ijin Penelitian... 210
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari prestasi belajarnya. Ada
banyak faktor yang diduga kuat mempengaruhi siswa dapat berprestasi dalam
belajar. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Faktor dari dalam
meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, faktor intelektik, dan faktor
non-intelektik. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi faktor
sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan
keagamaan.
Telah ada banyak penelitian yang dimaksudkan untuk menginvestigasi
pengaruh faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa terhadap prestasi
belajar. Penelitian ini dimaksudkan untuk menginvestigasi pengaruh faktor
non-intelektik terhadap prestasi belajar. Hal demikian penting oleh sebab
dalam beberapa kasus ditemukan bahwa siswa yang mempunyai IQ cukup
tinggi tetapi mengalami kesulitan belajar di sekolah
(http:/www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/02/08). Hal tersebut diduga disebabkan
siswa kurang bisa mengendalikan diri, mudah stres saat mengalami berbagai
persoalan, dan tidak mampu memotivasi dirinya sendiri. Dengan kata lain
siswa memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah.
Kecerdasan emosional dapat diartikan kemampuan seseorang untuk
mengenali dan mengelola segala emosi yang ada pada diri sendiri
(www.sekolahindonesia.com). Daya dan kepekaan yang dimiliki seseorang
yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional akan memotivasi mereka
untuk mencari manfaat dan potensi yang unik pada dirinya. Dengan demikian
seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengaktifkan aspirasi dan
nilai-nilai yang paling dalam dan kemudian mengubahnya dari yang dipikirkan
menjadi sesuatu yang harus dijalani. Hal inilah yang akan mempengaruhi
prestasi belajar seseorang. Dia akan dapat mengubah sumber-sumber energi,
informasi yang nantinya akan memotivasi dirinya dalam belajar.
Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar diduga
kuat berbeda pada siswa yang status sosial ekonomi orang tua yang berbeda.
Status sosial ekonomi orang tua mencakup tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
dan tingkat pendapatan. Pada siswa yang memiliki orang tua berpendidikan
tinggi diduga kuat derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki orang tua yang
berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan orang tua yang memiliki pendidikan
tinggi dapat mengarahkan anaknya dan mendampingi mereka dalam belajar.
Hal ini dapat memotivasi anak untuk belajar dengan lebih giat. Seorang anak
yang memiliki motivasi dan mampu memotivasi dirinya serta mampu
bersosialisasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan baik,mereka
yang bersangkutan memiliki kecerdasan emosional. Semakin tinggi tingkat
belajar anak yang lebih baik.
Pada orang tua yang memiliki pekerjaan tetap secara umum dapat
membiayai keperluan anaknya dalam hal bersekolah dibandingkan orang tua
yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dapat dipenuhinya keperluan anak dalam
belajar membuat anak lebih termotivasi untuk lebih giat belajar. Anak juga
akan lebih percaya diri apabila bergaul dengan teman-temannya. Kepercayaan
diri anak akan mendukung anak untuk mencapai prestasi belajar yang lebih
tinggi. Hal demikian disebabkan jika anak mengalami kesulitan dalam belajar
anak tidak akan merasa malu untuk bertanya pada teman maupun gurunya.
Anak menjadi lebih mampu bersosialisasi dengan lingkungannya dan hal ini
akan meningkatkan taraf kecerdasan emosional anak yang lebih baik.
Orang tua yang mempunyai tingkat pendapatan yang tinggi dipastikan
dapat memenuhi kebutuhan anak dalam belajar. Kemampuan orang tua dalam
memenuhi kebutuhan anak dalam belajar membuat anak lebih termotivasi dan
lebih fokus pada pelajaran. Hal demikian mendukung anak untuk
meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Sedangkan jika pendapatan orang
tua rendah dapat menghambat keberhasilan anak dalam belajar. Anak
cenderung tidak termotivasi dan sulit untuk belajar karena segala fasilitas yang
diperlukan tidak tersedia. Anak juga akan merasa “minder” untuk bergaul
dengan teman-temannya. Karena diduga kuat bahwa semakin tinggi
pendapatan orang tua, derajat hubunga kecerdasan emosional dengan prestasi
belajar akan semakin tinggi.
menunjang peningkatan prestasi belajar anak yaitu status sekolah. Status
sekolah menjadi pertimbangan orang tua dalam menyekolahkan anaknya.
Sekolah negeri secara umum dianggap oleh sebagian besar anggota
masyarakat bermutu dan mempunyai fasilitas yang lengkap, dan memiliki
suasana yang nyaman untuk melakukan proses belajar mengajar. Ketersediaan
fasilitas sekolah bagi para siswa akan semakin memotivasi siswa untuk
belajar. Bobbi De Porter (2001:81) dalam http://www.bpkpenabur.or.id/
jurnal/02/082-100.pdf., berpendapat bahwa hasil belajar siswa lebih
ditentukan oleh lingkungan belajar yang menyenangkan, suasana aman dan
penuh kepercayaan antara siswa dengan instruktur. Semakin mampu seseorang
berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir manusia mengatasi situasi
yang menantang dan semakin mudah manusia mempelajari informasi baru.
Dampaknya prestasi belajar siswa akan meningkat. Hal ini berbeda pada
sekolah swasta yang dianggap memiliki mutu di bawah sekolah-sekolah negeri
dan memiliki fasilitas yang kurang lengkap. Dampaknya para siswa kurang
memiliki motivasi untuk belajar, sehingga prestasi belajarnya akan terhambat.
Berdasarkan uraian di atas maka bermaksud untuk menyelidiki derajat
pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada siswa yang
berasal dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah yang berbeda.
Penulis selanjutnya menuangkan dalam judul “Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Status Sosial Ekonomi
Orang Tua dan Status Sekolah”. Penelitian ini merupakan survei pada
B. Batasan Masalah
Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi prestasi belajar.
Faktor-faktor tersebut antara lain, faktor yang berasal dari dalam diri siswa
dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Penelitian ini memfokuskan pada
faktor kecerdasan emosional. Secara spesifik penulis ingin mengetahui apakah
tinggi/rendahnya derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar berbeda pada siswa yang berasal dari status sosioal ekonomi orang tua
dan status sekolah yang berbeda.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua?
2. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua?
3. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua?
4. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menemukan hasil-hasil penelitian yang
memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Kegunaan akademik yaitu pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan untuk mengkonfirmasi hasil-hasil penelitian terdahulu atau
teori-teori yang sudah ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
C. Burt dalam Fudaryanto (2002:87) mendefinisikan kecerdasan
sebagai suatu kemampuan kognitif umum yang dibawa sejak lahir. Oleh
karena nilai atau skor tes kecerdasan yang ada sering dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar, tentulah hal ini akan memberi konsekuensi definisi
kecerdasan yang berbeda dengan kecerdasan yang ditentukan dengan
pengetesan. Sementara menurut Freeman dalam Fudaryanto (2002:89),
kecerdasan adalah kemampuan untuk beradaptasi, belajar dan kemampuan
berpikir abstrak.
Kecerdasan adalah kecenderungan untuk mengambil dan
mempertahankan pilihan yang tepat, kapasitas untuk adaptasi-adaptasi
dengan maksud memperoleh tujuan yang diinginkan dan kekuatan untuk
auto kritik. Adapun tipe-tipe kecerdasan menurut Eduard Lee Thorndike
(Fudaryanto, 2002:99) :
a. kecerdasan rill
Kecerdasan ini adalah kemampuan individu untuk menghadapi
situasi-situasi dan benda-benda rill.
b. kecerdasan abstrak
Kecerdasan abstrak adalah kemampuan manusia untuk mengerti
kata, bilangan, dan huruf, simbol-simbol, tanda, rumusan, dan
sebagainya.
c. kecerdasan sosial
Kemampuan individu untuk menghadapi dan mereaksi kepada
situasi-situasi sosial atau hidup di masyarakat.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak secara
seketika untuk mengatasi masalah yang di tanamkan secara berangsur –
angsur yang terkait dengan pengalaman dari waktu – kewaktu. Lebih
lanjut dalam kamus Bahasa Inggris Oxford (1995:137), emosi
didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, suatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak (http://www.binuscareer.com).
Jenis-jenis emosi antara lain: amarah, kesedihan, rasa takut,
kenikmatan, cinta, jengkel dan malu, uraian di atas hanyalah sebagian dari
garis besar emosi itu sendiri. Ada begitu banyak emosi yang seringkali kita
rasakan, hal ini muncul dikarenakan emosi yang kita rasakan begitu
bervariasi dengan campuran emosi satu dengan yang lain, emosi yang
begitu cepat berubah (http://www.binuscareer.com).
Menurut Salovey dan Mayer dalam Stein (2002:30), kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan
dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga
juga dapat diartikan kemampuan kita untuk mengenali dan mengelola
segala emosi yang ada pada diri kita (www.sekolahindonesia.com).
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengontrol dan
menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi sosial,
kerja sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal ini sejalan
dengan definisi kecerdasan emosional dalam
(http://info.stieperbanas.ac.id/makalah/kepekaan03). Kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi,
koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.
Dari pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan
emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan
diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat serta
memotivasi diri serta membantu kita untuk menghadapi berbagai
persoalan yang muncul.
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2001:57-59) yang mengadaptasi dari Salovey dan
Mayer membedakan aspek-aspek kecerdasan emosional menjadi lima
kecakapan emosi dan sosial yaitu :
1. Mengenali Emosi Diri (emotional awareness)
Inti dan kecerdasan emosional adalah kesadaran akan perasaan diri
sendiri sewaktu kesadaran ini dilukiskan sebagai “perhatian tak
berlebihan, dan melebih-lebihkan apa yang diserap.
2. Mengelola Emosi (managing emotion)
Emosi bukan untuk ditekan, karena setiap perasaan mempunyai nilai
dan makna.
3. Memotivasi diri sendiri (self motivation)
Kecerdasan emosional dapat berupa kecakapan utama apabila kita
dapat mengelola tingkat jalan mempertinggi kemampuan lainnya
misalnya antusiasme, semangat, tekun, gigih, dan ulet.
4. Mengenal emosi orang lain (managing empati)
Akar permasalahan disini adalah empati yang artinya, ikut
merasakan bagian orang lain. Suatu kemampuan empati dapat
ditumbuhkan sejak bayi, dengan mulai belajar menyetarai emosi.
5. Membina hubungan (social comunication)
Salah satu kunci kecakapan sosial adalah seberapa baik atau buruk
seseorang menggunakan tata krama tampilan.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan (Hamalik,1983:21). Menurut Sumadi
Suryabrata (1984:324), prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum
mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:1190), prestasi belajar adalah
penguasaan ketrampilan terhadap mata pelajaran yang diberikan melalui
hasil tes.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam
dirinya (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal).
Menurut Ahmadi (1991:130-131), faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah:
1. Faktor internal.
a. Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh misalnya, pengelihatan, pendengaran dan struktur tubuh.
b. Faktor fisiologis baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh:
1). faktor intelektik yang meliputi faktor potensial seperti
kecerdasan dan bakat.
2). faktor non intelektik, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, emosi dan motivasi.
c. Faktor kematangan fisik dan psikis
2. Faktor eksternal
a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
dan kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan
iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
1. Pengertian Status Sosial Ekonomi Orang Tua.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:1461), status adalah
keadaan atau keadaan orang atau badan dalam hubunganya dengan
masyarakat sekelilingnya. Status soioal ekonomi orang tua juga diartikan
sebagai suatu kedudukan yang dimiliki yang nantinya akan digunakan
untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Status sosial ekonomi orang tua
meliputi:
a. Tingkat Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan
adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan peralatan. Dalam hal ini tingkat pendidikan orang tua dapat
diklasifikasikan menjadi (Siagian, 1987:185).
1). Tingkat Pendidikan Dasar. Pendidikan dasar merupakan
pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar
2). Pendidikan Menengah. Pendidikan menengah adalah pendidikan
yang diselenggarakan untuk melanjutkan atau meluaskan
pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi bagian
dari organisasi masyarakat yang memiliki kemampuan untuk
mengadakan hubungan timbal balik.
3). Pendidikan Tinggi. Pendidikan tinggi adalah kelanjutan dari
pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan
peserta didik menjadi masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik atau profesional.
b. Jenis Pekerjaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:722), pekerjaan
merupakan hal-hal yang diperbuat, diusahakan atau dikerjakan, tugas
kewajiban. Jenis pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1). Pekerjaan Pokok
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:1177), pekerjaan
pokok merupakan mata pencaharian yang terutama.
2). Pekerjaan Sambilan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:722), pekerjaan
sambilan merupakan pekerjaan yang bukan pekerjaan pokok atau
utama. .
c. Pendapatan
Pendapatan atau penghasilan adalah segala bentuk balas karya yang
terhadap proses produksi (Gilarso, 1994:62). Menurut Mulyono
(1982:92-93) pendapatan dan penerimaan keluarga dapat berbentuk :
1) Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang
yang sifatnya reguler dan diterima sebagai balas jasa.
2) Pendapatan berupa barang yaitu segala penerimaan yang
reguler akan tetapi tidak selalu berbentuk jasa, tetapi sifatnya
dapat diterima dalam bentuk barang dan jasa.
3) Lain-lain yaitu penerimaan barang atau jasa yang biasanya
membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga.
Menurut keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.
150/KEP/2006 tentang Penetapan Upah Minimum Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 memutuskan bahwa upah minimum
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 sebesar Rp.
500.000 (lima ratus ribu rupiah) per bulan.
D. Status Sekolah
Sekolah merupakan lembaga informal yang digunakan dalam proses belajar
mengajar. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
061/U/1993 pasal 1, Sekolah Menengah Umum (SMU) dibagi menjadi dua
yaitu, sekolah negeri dan sekolah swasta. SMU negeri adalah SMU yang
diselenggarakan oleh pemerintah. Sedangkan SMU swasta merupakan SMU
E. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari
tingkat pendapatan orang tua
Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan
merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan
atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324).
Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan
Mayer dalam Stein (2002:30) adalah kemampuan untuk mengenali
perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,
memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara
mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik
maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan
teman-temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di
lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial daripada
situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah
dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta
terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan
tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar
dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam
kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam
memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal.
Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap
kepuasan dan, mengendalikan dorongan hati merupakan landasan bagi
keberhasilan individu. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas
dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba untuk
menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi siswa
untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang mampu
mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih
mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika
bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada
dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi
dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber
energi belajar. Penelitian Diah Arum (2005:48 ) membuktikan bahwa ada
pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar dan hasil penelitian. Tadius Sudarna (2007:92) juga mendukung
pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang,
maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.
Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua yang tingkat
pendapatanya berbeda. Diduga bahwa orang tua yang memiliki tingkat
pendapatan yang tinggi dapat menunjang pendidikan anak dengan
menyediakan fasilitas belajar anak. Keadaan seperti ini diharapkan dapat
emosional anak. Hal demikian disebabkan anak akan merasa bahagia dan
lebih tenang karena segala keperluanya dalam belajar telah terpenuhi,
sehingga anak akan lebih terpusat pada pelajarannya, maka dapat
mendukung anak untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Dengan
demikian anak menjadi termotivasi dan lebih berkonsentrasi dalam
belajar, sehingga prestasi belajar anak akan meningkat pula. Sedangkan
pada orang tua yang pendapatanya rendah akan sulit untuk memenuhi
kebutuhan anaknya dalam belajar. Hal ini dapat mengakibatkan motivasi
anak dalam belajar menjadi menurun dan anak akan merasa kurang
percaya diri, maka hal ini dapat mangganggu konsentrasi anak dalam
belajar yang akan mengakibatkan terhambatnya pencapaian prestasi
belajar anak.
2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari
tingkat pendidikan orang tua
Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan
merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan
atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324).
Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan
Mayer dalam Stein (2002:30) adalah kemampuan untuk mengenali
perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,
memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara
Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik
maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan
teman-temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di
lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial dari pada
situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah
dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta
terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan
tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar
dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam
kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam
menerima pelajaran. Dampaknya anak menjadi kesulitan dalam
memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal.
Kemampuan untuk dapat memotivasi diri sendiri, menahan diri
terhadap kepuasan, dan mengendalikan dorongan hati merupakan landasan
bagi keberhasilan anak dalam belajar. Apabila seorang anak sudah cukup
merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba
untuk menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi
siswa untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang
mampu mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan
lebih mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika
bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada
dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi
energi belajar. Penelitian Diah Arum (2005:48 ) membuktikan bahwa ada
pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar dan hasil penelitian Tadius Sudarna (2007:92) juga mendukung
pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang,
maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.
Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua yang tingkat
pendidikan berbeda. Diduga bahwa orang tua yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi dapat membantu anaknya dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang timbul sewaktu anak belajar. Hal demikian
disebabkan orang tua memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
Kondisi demikian dapat memotivasi anak untuk belajar dengan lebih giat.
Kemampuan anak memotivasi dirinya dan bersosialisasi dengan
orang-orang yang ada disekitarnya dengan baik, maka akan meningkatkan taraf
kecerdasan emosionalnya. Dengan taraf kecerdasan emosional anak yang
meningkat, maka prestasi belajar anak akan meningkat pula. Sedangkan
pada orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah akan sulit
untuk membantu anak dalam memecahkan persoalan-persoalana yang
timbul sewaktu anak belajar. Kondisi demikian menyebabkan anak kurang
termotivasi untuk belajar. Anak yang tidak dapat memotivasi diri sendiri
diduga memiliki taraf kecerdasan emosional yang rendah, dan selanjutnya
prestasi belajar anak menjadi kurang baik. Hal ini sejalan dengan
mengatakan bahwa anak yang mempunyai orang tua yang berpendidikan
tinggi akan berprestasi dengan baik, sedangkan anak yang mempunyai
orang tua yang berpendidikan rendah akan berprestasi kurang baik.
3. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari
jenis pekerjaan orang tua
Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan
merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan
atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324).
Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan
Mayer dalam Stein (2002:30) adalah kemampuan untuk mengenali
perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,
memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara
mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik
maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan
teman-temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di
lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial daripada
situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah
dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta
terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan
tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar
kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam
menerima pelajaran. Dampaknya anak menjadi kesulitan dalam
memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal.
Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap
kepuasan dan, mengendalikan dorongan hati merupakan landasan bagi
keberhasilan individu. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas
dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba untuk
menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi siswa
untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang mampu
mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih
mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika
bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada
dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi
dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber
energi belajar. Penelitian Diah Arum (2005:48 ) membuktikan bahwa ada
pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar dan hasil penelitian Tadius Sudarna (2007:92) juga mendukung
pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang,
maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.
Derajat pengaruh keserdasan emosional terhadap prestasi belajar
diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua yang memiliki jenis
pekerjaan yang berbeda. Pada orang tua yang memiliki jenis pekerjaan
keperluan anaknya dalam hal bersekolah. Dengan demikian anak tidak
perlu lagi memikirkan soal biaya sekolah dengan sehingga anak akan lebih
fokus pada pelajaran disekolahnya dan anak juga akan lebih termotivasi
untuk belajar serta anak akan lebih percaya diri jika bergaul dengan
teman-temanya. Misalnya, jika anak mengalami kesulitan dalam belajar anak
akan bertanya pada teman dan gurunya sehingga prestasi anak akan lebih
meningkat.
Sedangkan pada orang tua yang memiliki pekerjaan sampingan akan
sulit untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam belajar. Dengan keadaan
seperti ini anak merasa sedih yang akan berakibat pada timbulnya rasa
tidak percaya diri dalam dirinya, hal ini tentu akan mempengaruhi prestasi
belajar, karena pada akhirnya anak juga akan merasa tidak mampu untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan di sekolah. Sehingga motivasi
anak dalam belajar menurun yang akan mengakibatkkan prestasi anak
menjadi kurang baik. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Neli Sri Rejeki (2004:60) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi jenis pekerjaan orang tua, maka semakin tinggi pula
prestasi belajar siswa.
4. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari
status sekolah
Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan
merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan
Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan
Mayer dalam Stein (2002:30) adalah kemampuan untuk mengenali
perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,
memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara
mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik
maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan
teman-temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di
lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial daripada
situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah
dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta
terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan
tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar
dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam
kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam
menerima pelajaran. Dampaknya anak menjadi kesulitan dalam
memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal.
Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap
kepuasan dan, mengendalikan dorongan hati merupakan landasan bagi
keberhasilan individu. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas
dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba untuk
untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang mampu
mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih
mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika
bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada
dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi
dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber
energi belajar. Penelitian Diah Arum (2005:48 ) membuktikan bahwa ada
pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar dan hasil penelitian Tadius Sudarna (2007:92) juga mendukung
pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang,
maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.
Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
diduga berbeda pada siswa yang berasal dari status sekolah yang berbeda.
Sekolah negeri dianggap bermutu oleh sebagian besar masyarakat dan
mempunyai fasilitas yang lengkap serta didukung dengan kondisi
lingkungan nyaman untuk belajar. Ketersediaan fasilitas sekolah bagi para
siswa akan semakin memotivasi siswa untuk belajar. Bobbi De Porter
(2001:81) dalam http://www.bpkpenabur.or.id/ jurnal/02/082-100.pdf.,
berpendapat bahwa hasil belajar siswa lebih ditentukan oleh lingkungan
belajar yang menyenangkan, suasana aman dan penuh kepercayaan antara
siswa dengan instruktur. Semakin mampu seseorang berinteraksi dengan
lingkungan, semakin mahir manusia mengatasi situasi yang menantang
prestasi belajar siswa akan meningkat. Selain faktor dari dalam diri siswa,
faktor lingkungan sekitar juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan
prestasi belajarnya. Misalnya saja seorang siswa yang dapat mengenali
emosi orang lain dengan baik, maka ia akan tahu kapan saat yang tepat
untuk berinteraksi dengan orang lain dan kapan saat yang tepat untuk tidak
mendekatinya. Hal ini tentu akan berguna bagi anak ketika berada di
lingkungan sekolah, apalagi jika didukung dengan kondisi sekolah yang
nyaman, fasilitas yang lengkap serta tenaga pengajar yang berkompeten.
Kondisi seperti ini akan mempengaruhi kecerdasan emosional anak yang
menjadi semakin baik. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
prestasi belajar anak. Berbeda pada sekolah swasta yang dianggap
memiliki mutu dibawa sekolah-sekolah negeri dan memiliki fasilitas yang
kurang lengkap. Kondisi seperti ini menyebabkan anak merasa tidak
nyaman dalam belajar yang akan berdampak pada menurunnya konsentrasi
anak dalam menerima pelajaran di sekolah. Diduga pula anak yang di
sekolahkan pada sekolah swasta tidak ditunjang fasilitas yang lengkap
sehingga anak tidak memiliki motivasi untuk belajar dan anak merasa
kurang terbantu dalam belajar, sehingga prestasi belajarnya akan
terhambat. Padahal kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan
mengontrol dan menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat,
motivasi sosial, kerja sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
(http://www.duniaguru.com). Apabila seorang siswa tidak dapat
mempunyai kecerdasan emosional yang baik. Hal ini menyebabkan
prestasi belajar siswa menjadi rendah
Berdasarkan kerangka teoritik di atas, paradigma penelitian ini
dapatdigambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Status Ekonomi Orang Tua dan Status Sekolah
F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoretik di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari
tingkat pendapatan orang tua.
2. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari
tingkat pendidikan orang tua.
3. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari
jenis pekerjaan orang tua.
4. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari
status sekolah.
Prestasi Belajar
Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Status Sekolah Kecerdasan
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif survei, yaitu
proses mengumpulkan data yang relatif terbatas dari sejumlah kasus yang relatif
besar jumlahnya (Sevilla, 1993:76). Survei menekankan lebih pada penentuan
informasi tentang variabel daripada informasi tentang individu. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mendapatkan kejelasan atas pengaruh variabel kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar jika ditinjau dari status sosial ekonomi orang
tua dan status sekolah.
B. Tempat dan Waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 4 Yogyakarta, SMA Negeri 7
Yogyakarta, SMA Taman Madya Jetis, SMA Marsudi Luhur Yogyakarta,
SMA Piri 2 Yogyakarta, SMA Sang Timur Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri dan Swasta di Kota
Yogyakarta yaitu SMA Negeri 4, SMA Negeri 7, SMA Taman Madya Jetis,
SMA Marsudi Luhur, SMA Piri 2, dan SMA Sang Timur.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah kecerdasan emosional, prestasi belajar, status
sosial ekonomi orang tua, dan status sekolah.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA se-Kotamadya
Yogyakarta yang berjumlah 6.112 siswa.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri 4, SMA Negeri 7,
SMA Taman Madya Jetis, SMA Marsudi Luhur, SMA Piri 2, dan SMA Sang
Timur. Jumlah sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Nama Sekolah dan Jumlah Responden
Nomor Nama SMA Jumlah Responden
1. SMA Negeri 4 110
2. SMA Negeri 7 75
3. SMA Taman Madya Jetis 68
5. SMA Piri 2 72
6. SMA Sang Timur 45
Jumlah 410
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampling purposive. Sampling purposive dikenal juga sebagai sampling
pertimbangan (Arikunto, 2002:117) Pertimbangan peneliti adalah
karakteristik sekolah di Kotamadya Yogyakarta secara umum dapat
diklasifikasikan ke dalam sekolah berdasarkan negeri dan swasta. Mengingat
hal demikian sampel penelitian ini diambil dengan mempertimbangkan
karakteristik masing-masing sekolah yang berstatus berbeda dan
berkarakteristik berbeda.
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengontrol dan
menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi,
kerjasama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dimensi kecerdasan
emosional mencakup mengenal emosi, mengelola emosi, motivasi diri,
mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain.
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional
No. Pertanyaan Dimensi Indikator
Positif Negatif
Mengenali emosi
1. Mengenal emosi diri
2. Mengetahui kekuatan diri
3. Mengetahui keterbatasan diri
4. Memiliki keyakinan akan
kemampuan sendiri 1 4 5 2 3 6 Mengelola emosi
1. Mampu menahan emosi dan
dorongan negatif
2. Menjunjung norma kejujuran
3. Bertanggung jawab atas
kinerja sendiri
4. Luwes terhadap perubahan
5. Terbuka terhadap ide-ide dan
informasi 7 8 9 12 10 11 Memotivasi diri
1. Dorongan untuk menjadi
lebih baik
2. Mampu menyesuaikan
dengan suasana kelompok
3. Kesiapan untuk
memanfaatkan kesempatan
4. Kegigihan dalam kondisi
kegagalan dan hambatan
13
14
15
17 16
Mengenali
emosi orang lain
1. Memahami perasaan orang
lain
2. Tanggap kepada kebutuhan
orang lain
3. Mengerti perasaan orang lain
4. Siap sedia melayani
18 19 20 22 21 Membina hubungan dengan orang lain
1. Keterampilan persuasif
2. Terbuka mendengarkan orang
lain dan memberikan pesan yang jelas
3. Kemampuan menyelesaikan
tanggung jawab
23
24
4. Memiliki semangat kepemimpinan
5. Bersedia berkolaborasi
dengan orang lain
6. Ada kemampuan untuk
membangun tim
26,27
28
30
29
Masing-masing pernyataan tersebut di atas selanjutnya di ukur dalam 5 skala
sikap dari skala likert: SS (sangat setuju)=5, S (setuju)=4, R (ragu-ragu)=3,
TS (tidak setuju)=2, STS (sangat tidak setuju)=1 untuk pernyataan positif.
Sedangkan untuk pernyataan negatif SS (sangat setuju)=1, S (setuju)=2, R
(ragu-ragu)=3, TS (tidak setuju)=4, STS (sangat tidak setuju)=5.
2. Variabel Prestasi Belajar.
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau
angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dalam penelitian ini
didasarkan pada rata-rata nilai rapor yang diperoleh siswa pada kelas X dan
XI semester 1 sampai dengan semester 2.
3. Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua.
Status sosial ekonomi orang tua dapat diartikan sebagai suatu
kedudukan yang dimiliki yang nantinya akan digunakan untuk pemenuhan
a. Tingkat pendapatan
Pendapatan atau penghasilan adalah segala bentuk balas karya yang
diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang
terhadap proses produksi. Berikut ini disajikan tabel operasional
variabelnya Tiara Panji. S.(2007: 33 ).
Tabel 3.4
Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua
No. Tingkat Pendapatan Skor
1 Kurang dari Rp. 500.000 1
2 Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 2
3 Lebih dari Rp. 1.000.000 3
b. Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
pendidikan formal terakhir yang diselesaikan orang tua. Berikut ini
disajikan tabel operasionalisasi variabelnya Hendrikus. S (1998:5-13).
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua
No. Tingkat Pendidikan Skor
1. Sekolah Dasar (SD) 1
2. Sekolah Menengah Pertama
(SMP)/ sederajat 2
3. Sekolah Menengah Atas (SMA)/
sederajat 3
c. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan merupakan hal-hal yang diperbuat, diusahakan atau
dikerjakan, tugas kewajiban yang merupakan mata pencaharian utama.
Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabelnya Hendrikus. S
(1998:5-13).
Tabel 3.5
Operasional Variabel Jenis Pekerjaan Orang Tua
No. Jenis Pekerjaan Skor
1. Pegawai negeri (PemDa, Guru),
ABRI, POLRI
4
2. Pegawai swasta, Guru swasta,
Karyawan swasta
3
3. Petani, Buruh, Pedagang, Wiraswasta 2
4. Lain -lain 1
4. Variabel Status Sekolah.
Menurut Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 061/U/1993, status sekolah dibagi menjadi dua yaitu, sekolah negeri dan
sekolah swasta. Sekolah negeri merupakan sekolah yang dibiayai oleh negara.
Sedangkan sekolah swasta merupakan sekolah yang dibiayai oleh suatu
yayasan tertentu. Berikut ini disajikan operasionalsasi variabelnya:
Tabel 3.6
Operasional Variabel Status Sekolah
No. Status Sekolah Skor
1. Negeri 2
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah
daftar pernyataan yang diberikan kepada responden yang sebenarnya.
kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kecerdasan
emosional, status sosial ekonomi orang tua, dan status sekolah.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengutip
data dari sekolah. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang
prestasi belajar, yaitu nilai rapor.
G. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Pengujian Validitas
Pengujian validitas adalah pengujian yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam
melakukan fungsinya sebagai alat ukur. Nilai validitas yang dicari dengan
menggunakan rumus koefisien korelasi product moment dari Karl Pearson
(Suharsimi Arikunto, 2002:146).
rxy =
(
)( )
{
∑
(
∑
)
}{
∑
( )
∑
}
∑
∑
∑
− −
−
2 2
2 2
. N Y Y
X X
N
Y X XY
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
∑
X = jumlah skor dalam sebaran X∑
Y = jumlah skor dalam sebaran Y∑
XY = jumlah hasil kali antara X dan YN = banyaknya sampel yang diujicobakan
Besarnya nilai koefisien korelasi (r) diperhitungkan pada taraf
signifikansi 5%. Jika nilai koefisien rhitung suatu item pertanyaan lebih besar
dari pada nilai koefisien rtabel maka item tersebut dapat dinyatakan valid, dan
sebaliknya. Jika nilai koefisien rhitung suatu item pertanyaan lebih kecil dari
pada nilai koefisien rtabel maka item tersebut tidak valid.
Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 12.0 for
Windows. Data yang digunakan dalam pengujian validitas berasal dari SMA
Negeri 1 Mlati sebanyak 35 responden. Adapun hasil pengujian validitas
adalah sebagai berikut (lampiran II hal 95).
Tabel 3.7
Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional
No. item rhitung rtabel Keterangan
11 0,539 0,344 Valid 12 0,418 0,344 Valid 13 0,561 0,344 Valid 14 0,462 0,344 Valid 15 0,443 0,344 Valid 16 0,406 0,344 Valid 17 0,651 0,344 Valid 18 0,349 0,344 Valid 19 0,356 0,344 Valid 20 0,552 0,344 Valid 21 0,497 0,344 Valid 22 0,412 0,344 Valid 23 0,498 0,344 Valid 24 0,637 0,344 Valid 25 0,637 0,344 Valid 26 0,576 0,344 Valid 27 0,766 0,344 Valid 28 0,632 0,344 Valid 29 0,721 0,344 Valid 30 0,663 0,344 Valid
Dari tabel 3.7 terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel
kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebanyak 30 butir pertanyaan
sahih. Pengambilan keputusan ini dilakukan dengan membandingkan nilai
rhitung dengan nilai rtabel. Dengan jumlah data (n) sebanyak 35 responden
dengan dk=n-2 (dk=35-2=33) dan derajat keyakinan (α) = 5% atau 0,05
maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,344. Dari hasil perhitungan diperoleh
bahwa keseluruhan nilai rhitung > rtabel (rhitung>0,344). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semua butir dalam pertanyaan kecerdasan emosional
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengambil data. Alat ukur
dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut mampu memberikan hasil yang tetap
meskipun digunakan kapanpun. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas
instrumen, maka digunakan rumus koefisien Alpha dengan signifikansi 5 %
berikut ini disajikan rumus koefisien Alpha (Suharsimi Arikunto, 2002:141).
rtt =
⎥⎦
⎤
⎢⎣
⎡
−
1
k
k
⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢
⎢ ⎣ ⎡
−
∑
2 21
t h
σ σ
Keterangan :
rtt = reliabel instrumen yang dicari
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑
2b
σ = jumlah varians butir
2 t
σ = varians total
Reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha
Cronbach. Jika koefisien Alpha ≥ 0,60 dengan taraf signifikan 5 %, maka
instrumen penelitian tersebut reliabel. Sebaliknya Alpha ≤ 0,60dengan taraf
signifikan5 %, maka instrumen penelitian tersebut tidak reliabel (Nunnally,
1967 dalam Imam Ghozali, 2006:41).
Pengujian reliabilitas dikerjakan dengan bantuan program komputer
SPSS 12.0 For Windows pada taraf signifikansi 5 %. Adapun sampel yang
emosional ini diperoleh nilai koefisien korelasi (rtt) sebesar 0,930.
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien
korelasi dengan 0,60. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi
lebih besar dari pada 0,60 (0,930>0,60). Ini berarti bahwa kuesioner variabel
kecerdasan emosional dapat dikatakan reliabel.
H. Teknik Analisis Data
1. Deskripsi Data
Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan
menyajikan data dari variabel kecerdasan emosional, kecerdasan emosional,
status sosial ekonomi orang tua, status sekolah dalam bentuk tabel. Dalam
analisa ini dihitung mean, median, modus, dan standar deviasi.
2. Pengujian Normalitas Dan Liniearitas
a. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah sebaran
data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak.
Maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dapat digunakan untuk
Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas adalah sebagai
berikut (Sugiono, 2000:150):
D=Fo(X)-Sn(X)
Keterangan :
D = Devisi/Penyimpangan
Fo(X) = Distribusi kumulatif teoritis
Sn = Distribusi frekuensi yang di observasi
Bila Probabilitas (ρ) yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil dari
taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel tidak normal, begitu
terjadi sebaliknya. Jika probabilitas (ρ) yang diperoleh melalui
perhitungan lebih besar dari taraf signifikan 5% berarti sebaran data
variabel normal.
b. Pengujian Linieritas
Uji lineritas dimaksudkan untuk melihat apakah spesifikasi model
yang digunakan sudah benar atau tidak. Uji lineritas menggunakan
persamaan regresi. Pengujian lineritas dilakukan dengan meregres
masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun rumus yang
digunakan untuk mencari nilai F sebagai berikut (Sudjana, 2005:332).
Rumus F =
2 2
e TC
S S
2 ) (
2
− =
k TC JK
STC dan
k n
E JK Se
Keterangan :
F = harga bilangan F untuk garis regresi
2 TC
S = varian
2 e
S = varian kekeliruan
JK(TC) = jumlah kuadrat
JK(E) = jumlah kuadrat kekeliruan
Untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang = (k-2)
dan dk penyebut = (n-k). jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel pada taraf
signifikansi 5%, maka hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat
tersebut dapat dikatakan linier, begitu juga sebaliknya jika nilai Fhitung
lebih besar dari Ftabel pada taraf signifikansi 5%, maka hubungan variabel
bebas terhadap variabel terikat dapat dikatakan tidak linier.
3. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah.
Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah.
b. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan
regresi, yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
Yi = variabel pretasi belajar
ά0 = konstanta
Χ1 = variabel kecerdasan emosional
Χ2 = variabel status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah
Χ1 Χ2 = nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan
varibel status sosial ek