• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL FALAH DUKUH KEC. SIDOMUKTI KOTA SALATIGA 2014 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL FALAH DUKUH KEC. SIDOMUKTI KOTA SALATIGA 2014 - Test Repository"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS SEKOLAH

DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM

AL FALAH DUKUH KEC. SIDOMUKTI

KOTA SALATIGA 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

M. ARIFIN

NIM 11110001

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : M. Arifin

NIM : 11110001

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL FALAH DUKUH KEC. SIDOMUKTI KOTA SALATIGA 2014

telah kami setujui untuk dimunaqasyahkan.

Salatiga, 25 Agustus 2014

Pembimbing

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : M. Arifin

NIM : 11110001

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa, skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 22 Agustus 2014

Yang menyatakan,

(4)
(5)
(6)

MOTTO

Jalani Hidup dengan Rasa Cinta

karena

Dengan Cinta Akan Mampu Mengubah Segalanya

dan

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya

persembahkan kepada:

1.

Ibu dan bapak tercinta yang selalu memberikan restu, dukungan

baik moril maupun materiil.

2.

Bapak K. H. Zoemri RWS dan Ibu Nyai H. Latifah, yang selalu

mendo’akanku dan telah banyak mengajarkan ilmu selama penulis

dipesantren.

3.

Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. yang telah ikhlas dan sabar dalam

mengarahkan

dan

memberikan

masukan-masukan

dalam

menyusun skripsi ini.

4.

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga, yang dengan

ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis selama belajar di

kampus STAIN Salatiga tercinta.

(8)

6.

Kakak dan adik-adik tersayang, yang selalu menghibur dan

memotivasi penulis untuk terus maju dan berjuang.

7.

Seluruh saudara penulis dari keluarga besar bapak dan ibu, yang

selalu memberi

nasehat dan do’anya.

8.

Seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-

Falah, yang telah memberi penulis perhatian dan dukungan dalam

belajar.

9.

Teman-teman PAI angkatan 2010 senasip seperjuangan yang telah

menemani, membantu dan memberi motivasi penulis selama empat

tahun dalam menempuh perkuliahan.

(9)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah, segala puji

bagi-Nya yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, serta

kita harapkan pertolongan dan kita minta ampunan-nya. Sholawat salam

selalu tercurahkan pada junjungan serta panutan kita, beliau nabi

Muhammad SAW, yang telah menyampaikan dan membimbing umat

pada jalan yang diridhoi Allah, dengan semangat dalam menebarkan

ilmuNya dan nur kemulyaanNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “

MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS SEKOLAH

DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL- FALAH DUKUH KEC. SIDOMUKTI KOTA SALATIGA 2014”

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya:

1.

Ibu dan bapak tercinta yang selalu memberikan restu, dukungan

baik moril maupun materiil.

2.

Bapak K. H. Zoemri RWS dan Ibu Nyai H. Latifah, yang selalu

(10)

3.

Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. yang telah ikhlas dan sabar dalam

mengarahkan

dan

memberikan

masukan-masukan

dalam

menyusun skripsi ini.

4.

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga, yang dengan

ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis selama belajar di

kampus STAIN Salatiga tercinta.

5.

Semua civitas akademika, para pegawai kampus STAIN Salatiga

dengan kesediaan dan keikhlasannya telah berpartisipasi melayani,

membantu mensukseskan tugas dan kewajiban penulis selama

belajar di STAIN Salatiga.

6.

Kakak dan adik-adik tersayang, yang selalu menghibur dan

memotivasi penulis untuk terus maju dan berjuang.

7.

Seluruh saudara penulis dari keluarga besar bapak dan ibu, yang

selalu memberi nasehat dan do’anya.

(11)

9.

Teman-teman PAI angkatan 2010 senasip seperjuangan yang telah

menemani, membantu dan memberi motivasi penulis selama empat

tahun dalam menempuh perkuliahan.

10.

Pembaca yang budiman.

Semoga amal dan budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis

menjadi catatan amal kebaikan disisi Allah Swt. Akhirnya penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

bagi masyarakat pecinta ilmu dan pesantren.

Salatiga, 25 Agustus 2014

Penulis

M. Arifin

(12)

ABSTRAK

Arifin, M. 2014. Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah Di Pondok Pesantren Al- Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

Dosen Pembimbing : Drs. Bahroni M.Pd.

Kata kunci :Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah.

Dalam rangka pesantren menciptakan pendidikan yang sesuai dengan tujuan dan maksud yang disandarkan pada Al- Qur’an dan Assunnah, pesantren selalu mengikuti perkembangan pendidikan, dengan tidak secara langsung menghilangkan tradisi-tradisi pesantren yang diwariskan dari pesantren jaman dulu, baik dalam tata tertib santri, metode pembelajaran, kurikulum, sarana prasarana yang diberikan untuk santri. Dengan berkembangnnya pendidikan dan kebutuhan manusia dalam bidang keilmuan yang harus memiliki keseimbangan baik ilmu alam (umum) serta ilmu syariat (agama), sehingga pesantren harus mengikuti dengan memberikan pelayanan yang diharapkan santri-santri yang mengikuti dengan pendidikan pesantren, salah satu jalan untuk mengimbangi kebutuhan santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga memberikan kelonggaran bagi setiap santri mengikuti pendidikan diluar pesantren yakni pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan umum (formal). Namun setelah kebijakan ini diambil, pesantren harus mengelola dan mengatur (memanajemen) baik tata tertib santri, pendidikan, serta sarana prasaran yang dimiliki pesantren dengan memperhatikan tujuan yang hendak dicapai, sehingga benar-benar seimbang antara pengetahuan santri, baik dalam keimuan pesantren dan keilmuan yang diajarkan di sekolah.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan diskriptif. Dalam pelaksanaan penelitian penulis membutuhkan waktu tiga minggu untuk pengumpulan data yang terkai dengan tujuan penelitian, baik metode observasi, interview, wawancara, dan dokumentasi, yang semua digunakan peneliti guna mendapatkan data yang valid.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………..... iv

PENGESAHAN ………... v

MOTTO ………... vi

PERSEMBAHAN ………... vii

KATA PENGANTAR ………... ix

ABSTRAK ………... xii

DAFTAR ISI ………... xiv

DAFTAR TABEL ………... xix

DAFTAR LAMPIRAN ………... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Fokus Penelitian ………... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitia ....………... 4

D. Penegasan Istilah ………... 6

E. Metode Penelitian ………... 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………... 10

2. Kehadiran Peneliti ………... 10

3. Lokasi Penelitian ………... 11

(15)

5. Prosedur Pengumpulan Data ………... 12

6. Analisis Data ………... 15

F. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Pesantren 1. Pengertian Pesantren

………

... 20

2. Sistem Pengajaran Pesantren

………

... 21

3. Elemen-Elemen Sebuah Pesantren

………

... 26

B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

………

35

2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

………

. 35

3. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

………

... 36

4. Manajemen Komponen-Komponen Sekolah a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran

………

... 38

b. Manajemen Tenaga Kependidikan

………

... 39

c. Manajemen Kesiswaan

………

... 39

d. Manajemen Keuangan Dan Pembiayaan

………

... 40

e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

………

... 41

(16)

g. Manajemen Layanan Khusus………... 44

BAB III LAPORAN PENELITIAN

A.

Gambaran Umum Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah 1. Sejarah Singkat Berdirinya PPTI Al-Falah………... 47

2. Letak Geografis PPTI Al-Falah... 48

3. Dasar dan Tujuan... 48

4. Keadaan Santri... 51

5. Struktur Organisasi Kepengurusan... 51

B. Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah 1. Manajemen Komponen-Komponen Pesantren a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran... 55

b. Manajemen Tenaga Kependidikan………... 62

c. Manajemen Kesiswaan………... 65

d. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan…………... 66

e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan…... 68

f. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat... 71

g. Manajemen Layanan Khusus………... 72

(17)

2. Faktor Penghambat Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di

PPTI Al-Falah………... 82

BAB IV PEMBAHASAN

A. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran 1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran……... 84

2. Metode Pendidikan Pesantren………... 85

a. Metode Sorogan... 86

b. Metode Weton... 86

c. Metode Hafalan………... 87

3. Kehasan dan Keunikan Pesantren Al-Falah dalam Penerapan Model Pembelajaran ………... 87

4. Evaluasi Pendidikan Pesantren Al-Falah…………... 88

B. Tenaga Kependidikan ... 89

C. Manajemen Kesiswaan………... 91

D. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan ... 92

E. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan………... 93

F. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat... 94

G. Manajemen Layanan Khusus………... 95

(18)

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ………

99

B.

Saran

………

. 109

DAFTAR PUSTAKA

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Santri Putra Pesantren AL-Falah Tabel 2 Data Santri Putri Pesantren AL-Falah

Tabel 3 Struktur Kepengurusan PPTI Al-Falah Masa Bakti 2013/2014 Tabel 4 Jadwal Kegiatan Santri

Tabel 5 Nama-nama Pengajar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Obsevasi Pelaksanaan MBS di PPTI Al-Falah

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Transkip Hasil Wawancara

Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis

Lampiran 5 Surat Bukti Penelitian dari PPTI Al-Falah

Lampiran 6 Nota Pembimbing

Lampiran 7 Keterangan SKK

(21)
(22)

BIOGRAFI PENULIS

Nama : M. Arifin

Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 17 Juni 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mulawarman, Blok. J, Rt. 13 / Rw Ds. Kerta Bumi, Kec. Kuaro, Kab. Paser, Prov. Kal-Tim

Pendidikan :

1. SDN 04 Timpik Kec. Susukan, kab. Semarang.

2. MTsN Susukan, Kab. Semarang.

(23)

4. Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam AL FALAH Salatiga.

5. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an “ Ar- Rahman” Ambarawa

5. STAIN Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 25 Agustus 2014

M. Arifin

(24)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin disadari, tantangan dunia pesantren semakin besar dan berat di masa kini dan mendatang. Paradigma ”mempertahankan warisan lama yang masih relevan dan mengambil hal terbaru yang lebih baik” benar-benar penting untuk direnung ulang (A‟la, 2006: V). Mengapa penting? Pertama, dunia pesantren tidak bisa hanya mempertahankan tradisi lama belaka. Sebab, tradisi lama itu tidak mesti relevan untuk kekinian kita. Kedua, hal tidak kalah penting untuk direnungkan dalam rangka mengambil hal terbaru yang lebih baik adalah mengungkai secara cerdas problem kekinian kita dengan pendekatan-pendekatan kontemporer.

(25)

Kerangka pemikiran diatas membawa kita pada perlunya memposisikan warisan masa lalu hanya sebagai “teman dialog” bagi modernitas dengan segala produk yang ditawarkannya. Menutup diri untuk berdialog dengan konteks kekinian adalah kebodohan yang tidak pantas dibanggakan. Insan-insan pesantren ditantang untuk secara cerdas dan lincah, membaca khazanah lama dan baru dalam frame yang tidak terpisah. Masa laludihadirkan dengan terang dan jujur, lalu dihadapkan dengan kekinian kita. Boleh jadi, masa lalu tersebut akan tampak basi dan tidak relevan, namun tidak menutup kemungkinan masih ada potensi yang dapat dikembangkan untuk zaman sekarang.

(26)

dengan teori manajemen yaitu yang sering disebut dengan manajemen berbasis sekolah (MBS), dari manajemen yang diterapkan apakah dalam pengelolaan pesantren Al-Falah mengalami peningkatan perkembangan kualitas output santri atau semakin lemah dan apa yang menjadi Faktor Penghambat dan bagaimana solusi pengelola pesantren dalam menyikapi Faktor Penghambat-Faktor Penghambat tersebut?

Dari beberapa hal yang telah terurai diatas merupakan alasan penulis dalam manyusun naskah skripsi, sehingga penulis memiliki niat dan keinginan meneliti dengan judul “MANAJEMEN PESANTREN

BERBASIS SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMAL-FALAH”.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang diatas dapat dikemukakan beberapa fokus masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen pesantren berbasis sekolah dalam pencapaian tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatigayang meliputi:

a. Manajemen kurikulum dan program pengajaran? b. Manajemen tenaga kependidikan?

c. Manajemen kesiswaan?

(27)

g. Manajemen layanan khusus?

2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambatmanajemen pesantren berbasis sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan atau aktivitas yang disadari mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui manajemen pesantren berbasis sekolah dalam

pencapaian tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga yang meliputi:

1) Manajemen kurikulum dan program pengajaran 2) Manajemen tenaga kependidikan

3) Manajemen kesiswaan

4) Manajemen keuangan dan pembiayaan 5) Manajemen sarana dan prasarana pendidikan 6) Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat 7) Manajemen layanan khusus

b. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambatmanajemen pesantren berbasis sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga.

2. Manfaat Penelitian

(28)

a. Manfaat Teoritis

1) Memberikan sumbangan dan memperluas wawasan dalam khasanah keilmuan pesantren.

2) Berguna untuk mengangkat citra bimbingan pendidikan keagamaan khususnya dalam dunia pendidikan pesantren. 3) Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi kepada

pengelola pesantren dalam menumbuhkan semangat dalam pengelolaan pesantren dalam menghadapi perkembangan pendidikan Indonesia.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi pembaca.

a) Memberi pengetahuan tentang manajemen pesantren berbasis sekolah dalam pencapaian tujuan pesantren dan sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga..

b) Memberi pengetahuan kelemahan dan Faktor Pendukung pesantren berbasis sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga.

(29)

3) Bagi peneliti

a) Mendapatkan pengalaman dan ilmu baru yang bermanfaat b) Sebagai pengetahuan dalam bidang keilmuan dunia

pesantren yang terus akan menghadapi tantangan teknologi yang sangat memberi pengaruh perubahan pada karakter santri dan pesantren

D. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran judul diatas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti, sehingga tidak terjadi pembiasan dalam permasalahan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diketahui maksud dari istilah dalam judul diatas yaitu:

1. Managemen

Istilah Managemen dapat diartikan sebagai sebuah proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (Tim Penyusun, 2002:708).

2. Pesantren

Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan asal usul kata “santri”, dalam pandangan Nurcholish Madjid dapat

(30)

santri” berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata yang berasal dari

sanskerta yang artinya melek huruf, pendapat ini didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari kata “cantrik”, berarti seseoarang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini menetap (Yasmadi, 2005:61). Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa Arab funduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana (Hasbullah, 1996:138)

Pengertian pesantren diatasmengindikasikan bahwa pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam. 3. Basis

(31)

warga pesantren baik ketua yayasan, pengasuh dewan asatidz, pengurus harian, maupun wali santri, dalam teori sebuah manajemen lembaga pendidikan sering disebut dengan manajemen berbasis sekolah.

4. Sekolah

Sekolahadalah tempat anak belajar (Daradjat, 2011:72). Dalam

hal

ini sekolahjuga bisa diartikan sebagai lingkungan pendidikan formal dimana adanya interaksi antara seorang guru dan siswa untuk menyalurkan sebuah pengetahuan, dan berjalannya lembaga tersebut sesuai dengan sistem atau menejemen kelembagaan pendidikan yang telah ditetapkan.

5. Manajemen Berbasis Sekolah

Adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan bersama/partisipatif dari semua warga sekolah dan masyarakat untuk mengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Raharjo, 2003:5).

6. Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah

(32)

pentingnya dalam mengelola lembaga pesantren dibutuhkan manajemen yang tepat, sehingga dalam pengelolahan lembaga ini akan lebih terarah dan tepat sasaran dalam sebuah tujuan yang diharapkan.

E. Metode Penelitian

Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian. Metode juga bisa juga dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap permasalahan yang ada dalam ruang lingkup penelitian. Metode penelitian memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih (Maslikhah, 2013:66).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis metode kualitatif maka mencakup beberapa hal diantaranya:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian adalah cara pandang dan pilihan peneliti dalam memahami subjek dan substansi (STAIN Salatiga, 2008:18). Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan, dalam penelitian kualitati peneliti adalah instrumen kunci, oleh karena itu peneliti membekali diri dengan teori dan wawasan yang digunakan untuk bertanya, menganalisis, dan mengontruksi obyek yang akan diteliti menjadi lebih jelas.

(33)

dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai informasi.

2. Kehadiran Peneliti

Penelitian hadir secara langsung pada obyek yakni PondokPesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah, dalam rangka pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti, yakni dimulai pada hari rabu, 11 april 2014, dalam penelitian lapangan, peneliti membutuhkan waktu 3 (tiga) minggu dalam mengumpulkan data yang berhubungan dengan focus penelitian manajemen pesantren berbasis sekolah, serta mencari info-info untuk melengkapi data yang dibutuhkan.

3. Pusat dan Subyek Penelitian

Tempat/ lokasi pusat penelitian adalah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga, sedangkan yang menjadi focus subyek penelitian adalah komponen yang terkait dengan manajemen pesantren yang meliputi tata tertip santri, penyelenggaraan pendidikan, sarana prasarana, dewan asatidz, dewan pengurus, santri, dan prestasi santri.

4. Sumber Data

(34)

memperoleh pengetahuan yang benartentang sesuatu hal dengan menggunakan prosedur penelitian yang baik

Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data pendukung (skunder).

a. Data Primer

Data primermenurut Suryabrata (1995:84) merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya atau sumber-sumber dasar yang terdiri dari bukti-bukti atau saksi utama dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di lapangan.

Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penggalian data dari pesantren Al-Falah dengan mencari keterangan dari orang yang terlibat secara langsung terutama para santri, pengasuh, pengurus, dan dewan asatidz. Sebagai sumber untuk menggali informasi terkai focus penelitian, untuk mendapatkan informasi ini peneliti menggunakan metode wawancara.

b. DataSekunder

(35)

Hal ini dilakukan karena data yang digali haruslah valid sehingga peneliti harus melakukan pengamatan secara langsung dan mengobservasi dilapangan yang menghasilkan data yanglengkap dan dapat dipertanggung jawabkan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan naskah skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal ini merupakan salah satu jenis metode yang menitik beratkan pada penalaran yang berdasarkan realitas sosial secara objektif dan melalui paradigma fenomenologis, artinya metode ini digunakan atas tiga pertimbangan: pertama, untuk mempermudah pemahaman realitas ganda. Kedua, menyajikan secara hakiki antara peneliti dan realitas. Ketiga, metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri pada bentuk nilai yang dihadapi. (Moelong, 2003:5)

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa metode penelitian kualitatif merupakan pengumpulan data secara mendalam mengenai kegiatan suatu program, perilaku peserta dan interaksi antar manusia secara luas. Dalam hal ini untuk pengumpulan data yang akan digunakan sebagai penunjang dalam penelitian, maka penulis menggunakan beberapa langkah yang berkaitan dengan metode penelitian tersebut antara lain:

a. Observasi

(36)

(Hadi, 1995:136). Metode observasi adalahcara menghimpun bahan-bahan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan fenomena-fenomena yang dijadikan pengamatan.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa observasi adalah teknik pengamatan dan pencatatan terhadap letak pesantren kegiatan pendidikan santri, model manajemen pesantrenberbasis sekolahatau pengelolahan kelembagaan dalam menunjang terlaksanakan kegiatan pendidikan pesantren, Faktor Pendukung dan kelemahan pesantren berbasis sekolah.

b. Interview

Yaitu metode yang berusaha mendapatkan keterangan/ pendirian secara lisan dari seorang responden dengan cara bertatap muka (Koenjaraningrat, 1997:129). Dalam arti lain bahwa interview adalah percakapan dengan maksud tertentu. Secara umum yang dimaksud interview adalah cara penghimpunan bahan-bahan keteranga yang dilaksanakan dengan melakukan dan dengan arahan serta dengan tujuan yang telah ditentukan, dalam penelitian ini metode interview digunakan sebagai metode pengumpulan data dalam pengelolahan pesantren dan bagaimana peran masing-masing dewan pengasuh, asatidz, pengurus serta santri dalam menerapkan dan mengorganisir sistem pendidikan pesantren. c. Dokumentasi

(37)

bahan-bahan yang tersimpan dalam arsip-arsip berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto, dan lain sebagainya (Sukandarrumidi, 2004: 101).

Metode ini penulis gunakan untuk membantu dalam menggali data tentang pesantren, data pengelolahan sistem pendidikan pesantren baik data fisik maupun nonfisik.

Dengan metode dokumentasi maka peneliti akan mendapatkan referensi dalam bentuk arsip-arsip baik fisual maupun data-data tertulis yang berkenaan dengan data pesantren yang mencakup sejarah pendirian pesantren, lokasi pesantren, lingkungan serta data-data tentang santri,dan data pengelolahan pesantren yang meliputi data kepengurusan atau keorganisasiaan pesantren, kurikulum pendidikan pesantren serta data asatidz dan tata tertib pesantren.

6. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak awal penelitian hingga akhir pengumpulan data yang bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi reduksi data, perbaikan dan ferifikasi atas data yang diperoleh. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah pemahaman dan kejelasan.

(38)

dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mncari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.

Dalam pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisis data secara bertahab. Tahapan analisis data adalah proses upaya mencari data secara sistematis atas catatan-catatan wawancara, pengamatan dan dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti atas subyek dan obyek penelitian,upaya ini disebut dengan upaya mencari makna. Ada empat hal yang merupakan bagian dalam analisis ini yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

a. Pengumpulan Data

Merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari pengumpulan data, baik menggunakan metode wawancara, pengamatan, maupun observasi, data yang terkumpul masih berupa data mentah yang belum diolah, sehingga masih perlu dipilih data yang penting dan tidak.

b. Reduksi Data

(39)

upaya untuk mengorganisasikan data dan memudahkan penarikan kesimpulan.

1) Penyajian Data

Data yang dihasilkan melalui proses reduksi data, akan langsung disajikan sebagai kumpulan informasi terusan yang membaerikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penulis membuat ini dengan naratif guna memperjelas hasil penelitian ini.

2) Kesimpulan

Dari hasil pengumpulan data kemudian direduksi dan diverifikasi, pengertian verifikasi adalah pembuktian yaitu proses mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, dan penjelasan, kemudian data disajikan dan disimpulkan. Kesimpulan yang diverifikasikasi selama penelitian berlangsung untuk mencari kesimpulan akhir.

F. Sistematika Penelitian

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.

(40)

Pada bab kajian pustaka ini, dikupas berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian. Khususnya berkaitan dengan fariabel penelitian yaitu teori-teori tentang manajemen penunjang penyelenggaraan pendidikan pesantren yang disesuaikan dengan tujuan dan focus penelitian.

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dilaporkan beberapa hal mengenai lembaga pendidikan yang dijadikan subyek penelitian yakni temuan data yang didapat peneliti dilapangan sebagai hasil dari proses penelitian terkait dengan tujuan dan focus penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

(41)

BAB V : PENUTUP

(42)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pesantren

1. Pengertian Pesantren

Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan asal usul kata “santri”, dalam pandangan Nurcholish Madjid dapat

dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata yang berasal dari

sanskerta yang artinya melek huruf, pendapat ini didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari kata “cantrik”, berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini menetap (Yasmadi, 2005:61). Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa Arabfunduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana (Hasbullah, 1996:138).

(43)

menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam (tafaqquh fi al –din).

Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keIslaman, tetapi juga mengandung makna keasliyan Indonesia (indigenous). Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak pada masa kekuasaan Hindu-Buddha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengIslamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini tidak berarti mengecilkan peranan Islam dalam memelopori pendidikan di Indonesia(Madjid, 1997:5).

2. Sistem Pengajaran Pesantren

(44)

menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang mendalami pelajaran sebelumnya. Para guru pengajian dalam taraf ini selalu menekankan kualitas dan tidak tertarik untuk mempunyai murid lebih dari tiga atau empat orang. Jika dalam seluruh hidup guru tersebut ia berhasil menelorkan sekitar sepuluh murid yang dapat menyelesaikannya pengajian dasar ini, dan kemudian melanjutkan pelajaran dipesantren, ia akan dianggap sebagai guru yang berhasil.

Sistem individual ini dalam sistem pendidikan Islam tradisional disebut sistem sorogan yang diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Al-Qur‟an.

(45)

Sistem sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari murid. Kebanyakan murid-murid pengajian dipedesaan gagal dalam pendidikan dasar ini. Disamping itu banyak diantara mereka yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan diri pada tingkatan soroganini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya murid-murid yang telah menguasai sistem sorogansajalah yang dapat memetik keuntungan dari sistem bandongan di pesantren.Sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa Arab.

(46)

Kebanyakan pesantren, terutama pesantren-pesantren besar, biasanya menyelengarakan bermacam-macam halaqah (kelas bandongan), yang mengajarkan mulai dari kitab-kitab elementer sampai ketingkatan tinggi, yang diselengarakan setiap hari kecuali hari jum‟at, dari pagi-pagi buta setelah sembahyang subuh, sampai larut

malam. Penyelengaraan bermacam-macam kelas bandongan ini dimungkinkan olehsuatu sistem yang berkembang di pesantren di mana kyai seringkali memerintahkan santri-santri senior yang melakukan praktek mengajar dalam halaqah. Santri senior yang melakukan praktek mengajar ini mendapat titel ustadz(guru). Para asatidz (guru-guru) ini dapat dikelompokkan kedalam kelompok, yaitu

yang masih yunior (ustad muda), dan yang sudah senior, yang biasanya sudah menjadi anggota kelas musyawarah. Satu dua ustadz senior yang sudah matang dengan pengalaman mengajarkan kitab-kitab besar akan memperoleh gelar “kyai muda”.

(47)

siswa biasanya menyelenggarakan diskusi terlebih dahulu antara mereka sendiri dan menunjuk salah seorang jurubicara untuk menyampaikan kesimpulan dari permasalah yang disodorkan oleh kyainya. Baru setelah itu diikuti dengan diskusi bebas. Mereka yang akan mengajukan pendapat diminta untuk menyebutkan sumber sebagai dasar argumentasi. Mereka yang dinilai oleh kyai cukup matang untuk menggali sumber-sumber referensi, memiliki keluasan bahan-bahan bacaan dan mampu menemukan atau menyelesaikan problem-problem terutama menurut sistem mazhab Syafi‟i akan diwajibkan menjadi pengajar untuk kitab-kitab tingkat tinggi. Para kyai muda ini biasanya akan menulis komentar-komentar atau pendapat-pendapat dalam sistem seperti yang telah saya uraikan tadi mudahlah untuk mengerti bahwa dalam kompleks pesantren, dari kyai (sebagai pimpinan tertinggi peantren), kyai muda, asatidz, santri senior, sampai kepada yunior, tercipta suatu kelompok masyarakat yang berjenjang-jenjang yang didasarkan pada kematangan dalam bidang pengetahuan agama Islam.

(48)

pesantren seringkali terjadi suatu bandulan atau pergeseran yang tajam. Dengan kata lain, kita bisa menyimpulkan bahwa kebanyaka pesantren tumbuh, berkembang, dan berasal dari lembaga-lembaga pengajian, dan banyak sekali pesantren-pesantren yang mati dan meninggalkan sisa-sisanya dalam bentuk lembaga-lembaga pengajian disebabkan kurangnya kepemimpinan organisasi. Banyak contoh tentang pesantren yang mengalami nasib serupa itu, seperti Pesantren Cepaka di Surabaya, Pesantren kademangandi Bangkalan Madura, Pesantren Maskumambang di Gresik, dan Pesantren Jamsaren di Surakarta.

3. Elemen-Elemen Sebuah Pesantren

(49)

Timurmisalnya, bahkan menarik sejumlah santri dari luar negeri, antara lain Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand dan Filipina.

a. Pondok

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai”. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam lingkungan komplek pesantren di mana kyai bertempat tinggal, yang juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi dengan tembok untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(50)

pesantren tersebut. Para penyumbang sendiri beranggapan bahwa para kyai berhak memperoleh dana dari masyarakat; dan dana tersebut dianggap sebagai milik Tuhan, dan para kyai diakui sebagai institusi ataupun pribadi yang dengan nama Tuhan mengurus dana masyarakat tersebut. Dalam praktek memang jarang sekali diperlukan campurtangan masyarakat dalam pengurusan dana-dana tersebut.

(51)

seabagai “amanah” (titipan) dari Allah, kekayaan hanya boleh

dibelanjakan untuk kepentingan keagamaan, dengan etik ini, para kyai beranggapan bahwa kekayaan tidak boleh dibelanjakan semata-mata untuk kepuasan fisik. Faktor lainnya ialah pretise sosial yang amat tinggi yang dimiliki oleh para kyai; dan prestise

ini mengakibatkan atau menghasilkan jalan yang mudah untuk memperoleh kekayaan. Karen kedua factor tersebut, maka para kyai dengan mudah dapat membiayai kebutuhan pesantren.

Pondok, asrama bagi para santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren, yang membedakannya dengan sistem pendidikan tradisional di masjid-masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam di negera-negara lain. Bahkan sistem asram ini pula yang membedakan pesantren dengan sistem pendidikan suraudi daerah Minangkabau.

b. Masjid

Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu khutbah dan sembahyang Jum‟at, dan pengajaran kitab -kitab Islam klasik.

(52)

sistem pendidikan Islam yang berpusat pada masjid sejak masjid al Qubba didirikan dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad saw tetap terpancar dalam sistem pesantren. Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam. Di manapun kaum muslimin berada, mereka selalu menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan cultural. Hal ini telah berlangsung selama 13 abad. Bahkan dalam zaman sekarangpun di daerah di mana umat Islam belum begitu berpengaruh oleh kehidupan Barat, kita temukan para ulama yang dengan penuh pengabdian mangajar murid-murid di masjid serta memberi wejangan dan anjuran kepada murid-murid tersebut untuk meneruskan tradisi yang terbentuk sejak zaman permulaan Islam itu.

c. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik

Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik terutama karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi‟iyah, merupakan satu-satunya pengajaran formal yang

(53)

waktu bulan Ramadhan, sewaktu umat Islam diwajibkan berpuasa dan menambah amalan-amalan ibadah antara lain sembahyang sunnah, membaca Al Qur‟an dan mengikuti pengajian. Para santri

yang tinggal sementara seperti ini janganlah kita samakan dengan para santri yang tinggal bertahun-tahun di pesantren yang tujuan utamanya ialah untuk menguasai berbagai cabang pengetahuan Islam.

Sekarang, meskipun kebanyakan pesantren telah memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren mendidik calon-calon ulama, yang setia kepada faham Islam tradisional.

Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan kedalam 8 kelompok: 1. Nahwu dan saraf; 2. Fiqh; 3. Usul fiqh; 4. Hadist; 5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf; 8.Etika; dan9. Cabang-cabang lain seperti Tarikh dan Balaghah. d. Santri

(54)

pesantren. Walaupun demikian, menurut tradisi pesantren, terdapat 2 kelompok santri:

1) Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetab dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggungjawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah, dalam sebuah pesantren yang besar dan masyhur akan terdapat putera-putera kyai dari pesantren-pesantren lain yang belajar di sana, mereka ini biasanya akan menerima perhatian istimewa dari kyai; karena para putra kyai ini akan memainkan peranan yang sangat penting dalam kelanjutan kepemimpinan lembaga-lembaga pesantren.

(55)

pesantren kecil akan memiliki lebih banyak santri kalong daripada santri mukim.

Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren karena berbagai-berbagai alasan:

1) Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam di bawah bimbingan kyai yang

memimpin pesantren tersebut;

2) ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun

hubungan dengan pesantren-pesantren yang terkenal, 3) Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa

disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya. Di samping itu, dengan tinggal di sebuah pesantren yang sangat jauh letaknya dari rumah sendiri ia tidak mudah pulang-balik meskipun kadang-kadang menginginkannya.

e. Kyai

Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren, ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi kyainya.

(56)

1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat; umpamanya,‟‟Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton Yogyakarta.

2) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. 3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli

agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar kyai, ia juga sering disebut orang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamannya).

Perlu ditekankan di sini bahwa ahli-ahli pengetahuan Islam di kalangan umat Islam disebut ulama. Di Jawa Barat mereka disebut ajengan.Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ulama yang memimpin pesantren disebut kyai. Namun di zaman sekarang, banyak juga ulama yang cukup berpengaruh di masyarakat juga mendapat gelar “kyai” walaupun mereka

tidak memimpin pesantren. Dengan kaitan yang sangat kuat dengan tradisi pesantren, gelar kyai biasanya dipakai untuk menunjuk para ulama dari kelompok Islam tradisional (Dhofier 1988: 55).

(57)

1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan bersama/partisipatif dari semua warga sekolah dan masyarakat untuk mengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Raharjo, 2003:5). Otonomi yang demikian, akan membuat sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensinya. Pengambilan keputusan bersama/partisipatif, akan meningkatkan rasa memiliki tanggung jawab dan dedikasi warga sekolah terhadap sekolahnya. Namun demikian MBS diharapkan tidak memberi peluang terhadap kenginan individu/kelompok untuk menguasai/mengelola sekolah tanpa partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Jadi pada intinya manajemen berbasis sekolah ialah memberikan kewenangan terhadap sekolah untuk melakukan pengelolaan dan perbaikan kualitas secara terus menerus (Umiarso & Gojali, 2010:70).

2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk:

(58)

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama/partisipatif.

c. Meingkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat , dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.

d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai (Raharjo, 2003:5).

3. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

MBS adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara bersama/partisipatif untuk memenuhi kebutuhan sekolah atau untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional.

(59)

Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan tidak tergantung. Istilah otonomi juga sama dengan istilah “swa”,

misalnya swakelola, swadana, dan swalayan. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kebutuhan warga sekolah yang didukung kemampuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku.

Pengambilan keputusan bersama/partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil suatu keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah dan masyarakat akan terlibat secara langsung untuk proses pengambilan keputusan dalam pencapaian tujuan sekolah. Sehingga semua warga sekolah dan masyarakat akan bertanggung jawab dan berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah. Makin besar tingkat partisipasi, makin besar pula tanggung jawab dan dedikasinya. Tentu saja harus mempertimbangkan keahlian, batas kewenangan, dan relevansinya dengan tujuan pengambilan keputusan sekolah.

(60)

kuat terhadap kondisi kerja; komitmen yang tinggi pada pada dirinya; dan prestasi merupakan acuan bagi penilitiannya.

Adapun yang dapat memandirikan/memberdayakan warga sekolah adalah: pemberian kewenangan; pemberian tanggung jawab; pekerjaan yang bermakna; kebersamaa dalam pemecahan masalah sekolah; variasi tugas; pemberian kepercayaan dan penghargaan terhadap semua warga sekolah.

4. Manajemen Komponen-Komponen Sekolah

Istilah manajemen sekolah terjemahan dari “school management”, dan akan melihat bagaimana manajemen

(61)

a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran

Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian dari MBS. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Di samping itu, sekolah juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.

b. Manajemen Tenaga Kependidikan

Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen personalia modern.

(62)

optimal, namun tetap dalam kondisi menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi

c. Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.

(63)

utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.

d. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara lansung menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencankan, melaksanakann dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.

(64)

tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini penting, terutama dalam rangka MBS, yang memberikan kewenagan kepada sekolah untuk mencapai dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apa lagi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini.

e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

(65)

perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, penghapusan serta penataan.

Manajemen saran dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar.

f. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

(66)

mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat, terutama terhadap sekolah. Dengan perkataan lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina suatu hubungan yang harmonis

Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta hubungan dan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksanakannya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari pengusaan peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap, yang dapat dijadikan bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atau hidup di masyarakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.

g. Manajemen Layanan Khusus

(67)

komponen-komponen tersebut merupakan merupakan bagian penting dari MBS yang efektif dan efisien.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlangsung begitu pesat pada masa sekarang menyebabkan guru tidak bisa lagi melayani kebutuhan anak-anak akan informasi, dan guru-guru juga tidak bisa mengandalkan apa yang diperolehnya di bangku sekolah.

Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun di rumah. Di samping itu, juga memungkinkan guru untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual.

(68)

rohani” (UUSPN, bab II pasal 4). Untuk kepentingan tersebut, di

sekolah-sekolah dikembangkan program pendidikan jasmani dan kesehatan, menyediakan pelayanan kesehatan sekolah melalui usaha kesehatan sekolah (UKS), dan berusaha meningkatkan program pelayanan melalui kerja sama dengan unit-unit dinas kesehatan setempat.

Di samping itu, sekolah juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan para pegawai yang ada sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan tugas dengan tenang dan nyaman(Mulyasa, 2004:24).

BAB III

LAPORAN PENELITIAN

(69)

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam “Al-Falah” berdiri pada tahun 1986, yang diasuh oleh KH. Zoemri RWS bersama istri beliau Hj. Nyai Latifah. Pondok pesantren tersebut berdiri diatas tanah milik pribadi yang mendapat dorongan dari masyarakat sekitar dan pemerintahan kota setempat. K. H. Zoemri RWS pada mulanya menerima dan menampung para santri putra dan putri dari lingkungan sekitar, yang kemudian diikuti oleh santri putra-putri dari daerah sekitarnya. Seiring dengan berkembangan zaman, Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah dituntut pula untuk menampung aspirasi masyarakat yang membutuhkan pendidikan lebih mapan lagi. Untuk itu pada tahun 1990, K. H. Zoemri RWS mendirikan madrasah diniyah dengan materi pelajaran khusus pelajaran agama. Adapun frekuensi pendidikan adalah 6 tahun, pendidikan ini diwajibkan bagi santri putra maupun putri. Melihat keadaan santri Al Falah yang mayoritas berpendidikan formal, maka pengajian Madrasah Diniyah dimulai ba‟da Ashar (15.30 WIB), ba‟da Magrib sampai ba‟da Isya‟ (+ jam 21.00), dan ba‟da Subuh sampai jam 6 pagi. Lima tahun berikutnya,

(70)

santri mampu berkreasi dan mempunyai skill untuk terjun di masyarakat. Dan mampu mengubah masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat yang berkembang.

Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2005 karena melihat tantangan zaman yang semakin menggejolak dan bahkan santri dituntut untuk bisa mensikapinya maka pada tahun tersebut didirikan SMK Al-Falah dengan dua jurusan Otomotif dan Tata Busana.

2. Letak Geografis Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah

Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Terletak di Jl. Bima No. 02, Dukuh, Sidomukti, Kota Salatiga dan terletak di ujung selatan kota Salatiga, yang berdekatan dengan Kab. Semarang.

3. Dasar dan TujuanPondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah

a. Dasar

Al-Qur‟an dan As-Sunnah merupakan landasan dasar yang dipakai oleh Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, sehingga hasilnya akan lebih terarah dan fitrah yang dimilikinya akan lebih terjaga dari berbagai kemungkinan dalam perjalanan peradababan umat manusia dewasa ini. Pemahaman terhadap Al-Qur‟an dan As-Sunnah tersebut dijabarkan dalam sikap dan perilaku santri, maka dasar tersebut adalah sebagai berikut:

(71)

2) Al-Qur‟an dan As-Sunnah digunakan sebagai neraca dan ukuran dalam segala pelaksana pendidikan dan pengajaran. 3) Dengan dasar dan pengertian tersebut diatas, maka sikap dan

perilaku sehari-hari yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah harus mencerminkan suatu pelaksanaan disiplin, yaitu disiplin terhadap diri sendiri dan disiplin terhadap Allah SWT.

b. Tujuan

Pada dasarnya tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah mempunyai tujuan yang sangat segnifikan, yaitu: 1) Tujuan Umum

Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.

2) Tujuan Khusus

a) Pembinaan suasana hidup dalam Pondok Pesantren sebaik mungkin sehingga berkesan pada jiwa anak didiknya (santri).

(72)

c) Mengembangkan sikap beragama dan praktek-praktek beribadah.

d) Mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam pondok pesantren dan sekitarnya.

e) Memberikan pendidikan dan keterampilan civic dan kesehatan kepada santri.

f) Mengusahakan perwujudan segala aktivitas dalam pesantren yang mungkin mencapai tujuan umum tersebut. g) Membantu sumber daya santri yang memiliki nilai dan

sikap agamawan, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi dan kesadaran akan ekologi lingkungan.

h) Melahirkan dan menciptakan alumni pesantren yang figur keilmuan yang begitu tangguh dan mampu memainkan propertinya pada masyarakat secara umum.

i) Menciptakan santri yang berbasis IMTAQ dan IPTEK.

4. Keadaan SantriPondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah

(73)

pendidikan dipesantren Al-Falah wajib baginya tinggal menetap di asrama pesantren yakni biasa dipanggil santri mukim. Hal itu dimaksudkan untuk mempermudah dewan pengurus maupun pengasuh dalam mengkoordinir para santri dalam menjalankan peraturan yang telah ditetapkan.

TABEL 3.1

DATA SANTRI PUTRA

“PPTI AL FALAH” TAHUN 2014”

No Nama Alamat

1. Adib Wahyu.M Lemahbang,Rt 02/05,Karangjati,Bergas,SMG.

2. Adi Prastowo Kintelan, Rt. 31/05 Pasekan, Ambarawa, Semarang

3. Ahmad Fajar Fauzi Setro, Rt. 02/03 Mendongan, Sumowono, Semarang (50062)

4. Ahmad Dayu.M Wanar Rt 02/02,Tersono,Batang.

5. Ahmad Faozi Pagertengah,Jogoyasan,Rt 01/01 Ngablak,MGL.

6. Ahmad Fauzi Digulan,Pandean,Kec.Ngablak,MGL.

7. Ahmad Ihya Ulumudin Kencana Mulia, Rembang, Muara Enim

8. Ahmad Lazim Nglorog Rt 01/ Rw 05 Pringsurat, (56272),TMG.

9. Ahmad Lukman Hakim Jl. Brigjen Katamso,Rt 01/07 Susukan, Ungaran

10. Ahmad Muhlasin Karangrandu Rt.03 Rw.01,Jumo,Kedungjati,Grobogan

11. Achmad Mutohar Dompon,rt:11,rw:04,Giling,Pabelan,SMG

12. Ahmad Nur Khakim Candi wetan, rt:3, rw:1 Ngasinan, Grabag, Magelang

13. Ahmad Nurul Mujib Gondangsari, Rt. 02/02 Mendongan, Sumowono,

Semarang

14. Ahmad Hadziqun Nuha Krajan Wujil, rt:05, rw:02, Wujil, Bergas, Kab.SMG

15. Ahmad Khasani Pakis Tengah, rt:01,rw:01 Pakis, MGL 56193

16. Akif Khumaidullah A. Wanar, rt:02, rw:02 Wanar, Tersono, Batang

17. Alfian Wahyu Praditya Buluk, Rt. 01/01 Gilirejo, Wonosegoro, Boyolali

18. Alinta Zeki Syihab Pucung,Rt:03,Rw:04,Bancak,Semarang 50772

19. Ali Mustain Brakas,Terkesi,Klambu,Grobogan,Jateng

(74)

21. Arif Hidayatullah Dompon Rt11/4, giling, Pabelan SMG

22. Basit Chusnil Mubarak Tiban ,rt:02,rw:05,Bumirejo,Mumgkid,Magelang

23. Danang Adi Setiawan Keseneng, rt:01,rw:02 Keseneng, Sumowono, SMG

24. Dedi Setiawan Ponco reso,jembaran.Kab.SMG.

25. Eka Sepnanda Wonorejo, Rt. 04/01Wonorejo, Pringapus, Semarang

26. Eka Yahya Jengkol, rt:03,rw:03 Losari, Pakis Magelang, 56193

27. Ervin Askar Shodiq Jengkol, rt:01,rw:03 Losari, Pakis Magelang, 56193

28. Faisal Arif Riza Majid Citromanggisan, rt:2,rw:2, Kalijoso, Secang, Magelang

29. Faishal Karim Breyon, Rt. 09/03 Polobogo, Getasan, Semarang

30. Ganang Fathurohman Bawang,rt:08,rw:01, Ketawang,Grabag, Magelang

31. Galih Januar Irawan Kroyo, Rt. 06/06 Bringin, Semarang

32. Gunawan.L.A Karang asemRt02/06,Ketapang,Susukan,SMG.

33. Ilham Ery Kusuma Talun, rt:06, rw:07 Bergas Lor, Bergas, kab.Semarang

34. Ilham Maulana Banding,rt:04,rw:02, Banding,Beringin, Kab. Semarang

35. Ikhsan Maulana Ngaser Lor, Rt. 06/02 Jetis, Bandungan, SMG

36. Ikhsanuddin Lemah Ireng,Rt 01/03 Baween,SMG.

37. Imam Adi Caban Gunung, Rt. 02/05 Kartoharjo, Grabag, MGL

38. Imam Tabroni Krajan Rt 08/Rw 02,Kedung Ringin,Kab.SMG.

39. Irham M. Prigi Jero Rt 1/2 Sumberrejo,Bonang, Demak.

40. Irvan Ireng Saputro Gintungan,Rt:01,Rw:05,Bandungan,Bandungan,SMG

41. Is‟adurrofiq Almuhibbi Jurang, Rt. 04/07 Bedono, Jambu, Semarang

42. Jalaludin Krajan Kidul, rt:03,rw:04 Wirogomo, Banyubiru, SMG

43. Jihan Abdillah Dukuh Rt 03/01 Krajan,Sidomukti,SLTG.

44. Kholid Anwar Tumbu, Rt. 04/01 Purwodadi, Tegalrejo, Magelang

45. Lailul Muna Jurang, Rt. 04/07 Bedono, Jambu, SMG

46. Lucky Rifqi Setiawan Kemadu, Rt 28/08. Pasekan, Ambarawa, Semarang

47. Ma‟ruf Irsyad Curug, Rt. 03/04 Margohayu, Karangawen, Demak

48. Mega Aji P Nogosaren,Rt 02/Rw 1,Getasan,SMG.

49. Mohtar Syarif Karang Rejo,Rt 02/02,Pabelan,SMG.

50. Muhaimin Gintungan Rt. 05/05, Bandungan, Semarang

51. M. Agil Syahputra Sinom, Rt 07/02 Weleri, Kendal

(75)

53. M. Alfaian Jauhari Bendan Rt.11 RW. 03,Kebonsari,Wonoboyo,TMNGG

54. M. Al Jauharil M. Jengkol, rt:01,rw:03 Losari, Pakis Magelang, 56193

55. M. Alwi Syarif Bonorejo,rt 01/05Blotongan, Sidorejo, Salatiga

56. M. Anwar Salim Indrosari Rt 03/03, Indrosari, Bulus Pesantren Kebumen

57. M. Arifin Sumber,Rt 13/02,Timpik,susukan,SMG.

58. M. Arsyad Tumbu 02/02 Purwodadi, Tegalrejo, Magelang.

59. M. Eka Prastiyo Jengkol, Rt.03/03, Losari, Pakis, Magelang

60. M. Fahrurrozi Gendor, Rt. 03/04 Banding, Bringin, Semarang

61. M. Fatkhurrahman Sarirejo Rt 04/01 Guntur,Demak.

62. M. Fatkhur Rozak Rembes, Rt 16/05 Gunungtumpeng, Suruh, SMG

63. M. Fitroni Ds. Sumber sari, Tungkal jaya, Musi Banyuasin

64. M. Habib Alwi Ngipik, Rt. 05/02 ngipik, Pringsurat, Temanggung

65. M. Hanif Senden,Rt.04 Rw.09,Batur,Getasan,Semarang

66. M. Ichsan Hidayat Ds. Ledok, rt:03,rw:06, Kauman Kidul, Sidorejo, SLTG

67. M. Ihsan Nurtaufik Gedangan, Rt 03/05 Tuntang, Semarang

68. M.Khoerul Anam Pabelan rt 06/02 Ngasinan,Grabag,MGL.

69. M. Khoirul Munzilin Rembes Rt. 17/05 Gunungtumpeng, Suruh, SMG

70. M.Mufid Nglorog,Pringsurat,TMG.Rt 02/05

71. M. Munawir Pulutan,Rt 07/02,Kebonan, Boyolali.

72.

M. Mustofa Gunungtumpeng Rt.15

Rw.05,Gunungtumpeng,Suruh,Semarang

73. M. Nur Hamim Jayuli Krajan Tengah, Rt 02/02 Meteseh, Boja, Kendal

74. M. Rabani Gintungan, rt:1,rw:5, Bandungan, Bandungan, kab.

Semarang

75. M. Rifan Abdul Latif Ploso, Rt. 01/03 Pabelan, SMG

76. M.Rohman.A Candi sidomulyo,Secang,MGL.

77. M. Salim.Khoeruddin Gedangan,Bendo Rt 01/03 Tuntang,SMG.

78. M. Sidkon Wafa Krajan,Rt:08,Rw;02,Kedungringin,Suruh,Semarang

79. M. Syamsul Anwar Candi Rt. 02/06 Ampel, Boyolali

80. M. Syarif Hidayatullah Karangtalun, rt: 07,rw:14, Karangtalon, Tanon, Sragen

81. M.Ilham Ganda Jl.Kyai Mojo,No.02 Rt 03/03,Ungaran Barat.

(76)

83. Mustofa Toksongo Rt03/01,Nglorog,Pringsurat,TMG.

84.

Nasrul Mahqin Krajan Kidul, Rt. 03/04 Wirogomo, Banyubiru, SMG (50664)

85.

Nur Ahdian Jl.HOS Cokroaminoto,Rt 01/08,No. 605,Ngablak,Ungaran.

86. Nur Fuad Gandi Jl.Kyai Mojo,No.02,Rt 03/03,Ungaran Barat.

87. Nur Khakim Gintungan,Rt 06/05,Bandungan.

88. Nurrohman Wahid Wurut, rt:06, rw:01, Wonotirto, Bulu, Temanggung

89. Nur Kholis Bulusari, Rt07/01, Bulusari, Gandrung, Cilacap

90. Nurul Huda Baran, Ketapang, Susukan, Semarang

91. Puja Kresno P. Gowongan,Rt.07/01,Kalijambe,Kec.Bringin Kab,SMG.

92.

Puji Pangestoni Mangli, Rt. 02/04 Suborejo, Pringsurat, Temanggung 56272

93. Raditya Krisna Al Farooq

Kalibendo, Rt. 01/01 Candi, Bandungan, Semarang

94. Rahmat Saputra Negri Mulya, Rt. 04/04 Gunung labuhan, Waykanan, Sum-Sel

95. Rahmat Yuli.S Butuh,Dlimas,Tegalrejo,Rt 01/09,MGL.

96. Riko Tekto Krajan Kidul, rt:03, rw:04 Wirogomo

Banyubiru,kab.SMG

97. Rio Ma‟arif Saputra Pabelan Rt. 01/01 Panbelan, Semarang

98. Rohmat Khabib Batur, Rt. 04/ 09 Batur, Getasan, SMG

99. SubkhanM. Mekarsari,Rt 14/06,Kampar,Riau,SUM-SEL.

100. TB. Nurbi‟in Banyusari Lor, Rt. 01/08 Banyusari, Grabag, Magelang

101. Tri Wahono Nogosaren,Gejayan,Rt 08/02,Getasan,SMG.

102. Turmudzi Madu, Batur Rt 01/02, Getasan Semarang

103. Wigi Pujiyadi Wirogomo, Rt. 03/04 Wirogomo, Banyubiru, Semarang

104. Yoan Prima Hening W. Pundingan,Rt:03,Rw:01,Sumongawi,Getasan,Semarang

105. Yulfan Ibnu Makruf Pondansari, Rt. 02/02 Bergas Lor, Semarang

106. Yusuf Adi Wijaya Soti Kulon, rt:16,rw:8, Sidomulyo, Candimulyo, MGL

107. M.Aqil Albieruni Getasan, Rt.02/Rw.01, Kel.Getasan, Kec.Getasan, SMG

108. Tsani Muh. Rofi‟udin Kesono, Tuntang, Semarang

Gambar

 TABEL 3.1 DATA SANTRI PUTRA
TABEL 3.2  DATA SANTRI PUTRI
Tabel 3.3 Struktur kepengurusan PPTI Al-Falah masa bakti 2013/2014
Tabel 3.4 NO KEGIATAN

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Akhir yang telah saya buat ini dengan judul “Aplikasi Sensor Ultrasonik HC-SR04 pada Sistem Kendali Valve Sebagai Penyalur Air Dengan

Konsep natural tradisional dipilih sebagai konsep dasar perancangan promosi produk Ananta Bali Aromatic, dimana ilustrasi fotografi dan ornamen yang diproses dengan digital

Hal-hal yang diobservasi mengenai Perubahan Sosial Ekonomi industri sarung tenun di Desa beji baik itu dilihat dari jumlah pengrajin, cara memproduksi dan memasarkan Kain Tenun,

diri dalam mengambil inisiatif dengan menjadi orang yang dapat memulai sendiri. dan mendorong diri sendiri sehingga dapat memberikan pelayanan

Nilai signifikansi atau nilai P yang didapatkan sebesar 0.598 sehingga dapat dimaknai bahwa tidak didapatkan hubungan signifikan antara riwayat penyakit pasien

All these various activities conducted at school, in the English course, and at home had helped the students to be familiar with the apology and request

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari

PENGARUH EFEKTIFITAS MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS TERHADAP FROHTABILITAS PADA PT TELEKOMUNIKASI..