• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI WILAYAH KECAMATAN PLEMAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI WILAYAH KECAMATAN PLEMAHAN"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KADER POSYANDU

TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI WILAYAH

KECAMATAN PLEMAHAN

Oleh :

Dwi Aprillia Nurkholifah 011112024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KADER POSYANDU

TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI WILAYAH

KECAMATAN PLEMAHAN

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam Program Studi Pendidikan Bidan Pada Fakultas Kedokteran UNAIR

Oleh :

Dwi Aprillia Nurkholifah 011112024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(3)
(4)
(5)

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Skripsi de ngan j udul H ubungan A ntara Pengetahuan K ader P osyandu Tentang Kanker S erviks Dengan Perilaku D eteksi D ini K anker S erviks Di W ilayah Kecamatan Plemahan

Telah diuji pada tanggal: 29 Juli 2016

Panitia penguji Skripsi :

Ketua : Miatuningsih, Dip. Mw., S.Pd NIP.195008281986032001

Anggota Penguji :

1. Atika S.Si, M. Kes.

NIP.197002091998022001 2. Sunjoto, dr.,SpOG (K)

(6)
(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNYA ka mi d apat m enyelesaikan s kripsi de ngan j udul “Hubungan Antara t Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Kanker Serviks Dengan Perilaku Deteksi D ini K anker S erviks di W ilayah K ecamatan P lemahan”. S kripsi i ni merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kebidanan (S.Keb) pada P rogram S tudi Pendidikan B idan F akultas K edokteran U niversitas Airlangga.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Prof. D r. D r. S oetojo, S p. U s elaku D ekan Fakultas K edokteran U niversitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami unt uk m engikuti da n m enyelesaikan pendidikan pr ogram s tudi pendidikan bidan

2. Baksono W inardi, dr ., Sp.OG ( K), s elaku k etua P rogram S tudi P endidikan Bidan F akultas K edokteran U niversitas A irlangga yang t elah m emberikan kesempatan d an dor ongan ke pada ka mi unt uk m enyelesaikan pr ogram pendidikan bidan

(8)

4. Sunjoto,dr., S p.OG ( K), s elaku D osen P embimbing yang t elah m eluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Atika, S.Si ,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Miatuningsih, Dip. Mw., S.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

7. Para d osen / p engajar s erta s taf s ekretariat P rogram S tudi P endidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah banyak membantu. 8. Ayah, i bu, s uami, a nak s erta s eluruh k eluarga yang t elah memberikan

dukungan, m otivasi da n m emberikan do’ a s ampai pe nyusunan s kripsi i ni selesai

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah S WT me mbalas b udi b aik s emua p ihak yang te lah me mberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Kami sadari bawa skripsi ini jauh dari sempurna tapi kami berharap bermanfaat bagi pembaca.

(9)

ABSTRAK

Kanker s erviks ( leher r ahim) m erupakan t umor ga nas yang t umbuh didalam l eher r ahim atau s erviks. Kanker s erviks m erupakan p enyakit yang disebabkan ol eh i nfeksi vi rus H PV. F aktor da ri pa sangan s eksual, hubung an seksual pada usia muda, dan perilaku seksual dari pasangan dapat meningkatkan resiko wanita terpapar virus HPV yang akan berkembang menjadi kanker serviks

Masalah dari peneitian ini adalah tingginya angka kejadian kanker serviks dan rendahnya masyarakat yang melakukan deteksi dini kanker serviks terutama kader posyandu . Angka kejadian kanker serviks di Indonesia mencapai 90 – 100 per 100 ribu penduduk, dimana telah ditemukan kurang lebih 200.000 kasus baru setiap t ahunnya. D an d iperkirakan s etiap 2 j am t erdapat s atu or ang w anita meninggal akibat kanker ini

Metode p enelitian in i, analitik c ross – sectional. P engambilan s ampel menggunakan cluster sampling dilakukan selama bulan Februari 2016- Mei 2016 sebanyak 56 responden. Variabel penelitian, pengetahuan tentang kanker serviks dan pe rilaku de teksi di ni ka nker s erviks. Instrumen pe nelitian be rupa l embar kuesioner. A nalisis da ta m enggunakan pr ogram S PSS 16,00 de ngan uj i chi- square

Hasil penelitian dari 56 responden kader posyandu, diketahui sebesar 61% responden memiliki pengetahuan cukup, serta 54% responden pernah melakukan deteksi di ni ka nker s erviks. H asil uj i Chi-Square didapatkan ni lai s ignifikansi sebesar 0,001 ( p<0,05)yang be rarti t erdapat hubung an yang s ignifikan a ntara pengetahuan kader posyandu tentang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks

Kesimpulan pe nelitian i ni, s ebagian be sar r esponden c ukup m engetahui informasi tentang kanker serviks dan sudah pernah melakukan deteksi dini kanker serviks. S erta t erdapat hubungan a ntara pe ngetahuan k ader pos yandu tentang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks

(10)

ABSTRACT

This study aimed to analyze the relationship between the knowledge about cervical c ancer P osyandu c adres t o t he be havior of e arly de tection of c ervical cancer .

The popul ation in t his s tudy w ere al l c adres P osyandu i n D istrict Plemahan - Kediri in 2016. The research sample is Posyandu cadre in the District Plemahan - Kediri, namely in 4 v illages selected randomly. Technics scoring in the k nowledge t hat " A" s cores 1 and " One" s core of 0. While t he l evel of knowledge s ummed and c alculated pe rcentage. I s f urther di vided i nto t hree categories: good, sufficient and less. Knowledge of "Good" with a score of 2 when receiving a percentage of 76% - 100%, "Enough" with a score of 1 when you get a percentage of 56% - 75%, while knowledge "Less" with a score of 0 if given ˂ percentage of 56% . da ta anal ysis us ing SP SS 16.00 c hi-square t est with a significance level of p ˂ provisions 0, 0,5.

The r esults of t he 56 r espondents m others P osyandu c adres, known by 61% of respondents have enough knowledge, as well as 54% of respondents have already done t he e arly de tection of cer vical cancer. Chi-Square t est r esults significant value 0,001(p<0,05).

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN

SAMPUL DALAM... i

PRASYARAT GELAR... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

LEMBAR PERSETUJUAN... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI... v

LEMBAR PENGESAHAN... vi

UCAPAN TERIMAKASIH... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Rumusan Masalah... 4

1.3Tujuan Penelitian... 4

1.3.1 Tujuan Umum... 4

1.3.2 Tujuan Khusus... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan... 6

2.1.1 Definisi Pengetahuan ... 6

(12)

Pengetahuan ... 8

2.1.4 Berbagai cara memperoleh pengetahuan 10 2.1.5 Pengukuran Pengetahuan... 11

2.2 Konsep Perilaku... 12

2.2.1 Defisi Perilaku... 12

2.2.2 Macam – macam Perilaku... 12

2.2.3 Pengertian Perilaku kesehatan... 13

2.2.4 Klasifikasi Perilaku Kesehatan... 13

2.2.5 Perubahan Perilaku... 14

2.2.6 Bentuk Perubahan Perilaku... 15

2.2.7 Strategi Perubahan Perilaku... 16

2.3 Konsep Kanker Serviks... 17

2.5 Hubungan antara pengetahuan kader posyandu tentang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks... 37

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual... 40

3.2 Hipotesis... 41

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rencana Penelitian... 42

4.2 Populasi dan Sampel... 43

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 44

4.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel... 44

(13)

4.6 Anilisis Data... 46 4.7 Kerangka Kerja... 47 4.8 Ethical Clearance... 48 BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 50 5.2 Deskripsi Data Umum Responden... 51 5.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Kader

Posyandu Tentang Kanker Serviks Terhadap

Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks... 56 BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan... 57

BAB 7 PENUTUP

7.1 Kesimpulan ... 62 7.2 Saran... 62 DAFTAR PUSTAKA... 64 LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Histo PA Kanker Serviks

WHO 1975 Dan WHO 1994... 22

Tabel 2.2 Stadium Kanker Serviks... 23

Tabel 2.3 Penatalaksanaan Kanker Serviks... 24

Tabel 2.4 Sistem Papanicolaou,WHO dan Bethesda... 33

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konseptual... 40 Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian... 4 Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia... 51 Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan... 52 Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Cara Mmperoleh Informasi Tentang Kanker

Serviks... ... 52 Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu Tentang

Kanker Serviks... 53 Gambar 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Yang Sudah Dan Belum Melakukan

Deteksi Dini Kanker Serviks... 53 Gambara 5.6 Distribusi frekuensi jenis pemeriksaan deteksi

dini kanker serviks yang dilakukan responden.. 54 Gambar 5.7 Distribusi frekuensi alasan responden tidak

melakukan deteksi dini kanker serviks... 54 Gambar 5.8 Distribusi frekuensi dasar responden mau

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran1 Jadwal Kegiatan... 66

Lampiran 2 Informed Consent... 67

Lampiran 3 Instrumen Penelitian... 68

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian... 74

Lampiran 5 Uji Chi- Square... 78

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kanker s erviks (leher r ahim) m erupakan t umor ganas yang t umbuh didalam leher rahim atau serviks. Kanker serviks terjadi pada serviks uterus, suatu daerah organ reproduksi pada wanita yang merupakan pintu masuk ke rahim d an t erletak antara r ahim d an l iang s enggama at au an tara u terus dan vagina (Poondag, 2013).

Kanker s erviks m erupakan pe nyakit yang di sebabkan ol eh i nfeksi virus HPV. Faktor dari pasangan seksual, hubungan seksual pada usia muda, dan pe rilaku s eksual d ari pa sangan d apat m eningkatkan r esiko w anita terpapar vi rus HPV yang akan be rkembang m enjadi kanker serviks. Karena HPV da pat be rpindah d ari kul it ke kul it ( skin t o s kin c ontact), p enggunaan kondom da pat m engurangi ke jadian ka nker s erviks t api t idak s epenuhnya melindungi dari resiko penularan HPV (Vanslyke,2008).

Kanker s erviks m erupakan ka nker t erbanyak kelima pa da w anita diseluruh dunia. Penyakit ini terdapat banyak pada wanita di negara – negara seperti A merika Latin, Afrika d an n egara – negara b erkembang l ainnya d i Asia, termasuk Indonesia. Di negara maju kanker serviks menempati urutan ke-empat setelah kanker payudara, kolorektum, dan edometrium. Sedangkan di ne gara be rkembang ka nker s erviks m enempati u rutan p ertama ( Rasjidi, 2009).

(18)

Setiap t ahun, di duni a terdapat kur ang l ebih 5 00.000 ka sus b aru k anker serviks da n t erdapat l ebih da ri 250.000 ke matian ( Rasjidi, 2009) . A ngka kejadian ka nker s erviks di I ndonesia m encapai 90 – 100 pe r 100 r ibu penduduk, di mana t elah di temukan kur ang l ebih 200.000 ka sus b aru s etiap tahunnya. D an di perkirakan s etiap 2 j am t erdapat s atu or ang w anita meninggal akibat kanker ini di Indonesia (Christine Poondag, 2013).

Di r umah sakit D r. C ipto M angunkusumo, f rekuensi ka nker s erviks sebesar 76,2 % di antara kanker ginekologi. Terbanyak pasien datang pada stadium la njut, yaitu s tadium IIB-IVB, sebanyak 66,4 % . K asus de ngan stadium IIIB, yaitu stadium dengan gangguan fungsi ginjal, sebanyak 37,3 % atau lebih sepertiga kasus (Rasjidi , 2009).

Di RSUD Dr. Soetmo, pasien kanker serviks mencapai 3 – 4 orang per hari. S epanjang J anuari hi ngga D esember 2014, pa sien k anker s erviks mencapai 842 orang.

Faktor resiko da ri ka nker s erviks yang t elah di buktikan a ntara l ain perilaku hubunga n s eksual, ka rakteristik pa rtner, r iwayat ginekologis, D ES, agen i nfeksius ( HPV, H erpes s impleks), m erokok. D an f aktor yang diperkirakan a ntara l ain kont rasepsi o ral, di et, e tnis da n f aktor s osial, s erta pekerjaan (Rasjidi, 2009).

(19)

kegiatannya m emberikan p romosi k esehatan s elalu m elibatkan or ang l ain yaitu kader posyandu. Kader posyandu merupakan peghubung antara petugas kesehatan d an m asyarakat. K ader pos yandu j uga di j adikan contoh ba gi masyarakat d alam b erperilaku k esehatan. K ader-kader pos yandu i ni t erlebih dahulu di beri be kal ol eh p etugas k esehatan sebelum m ereka m engajak masyarakat. Dengan d emikian m asyarakat s angat m empercayai k ader posyandu.

Pada s uatu pe rtemuan p osyandu di D esa Bogo Kidul yang di hadiri oleh Ibu Camat Kecamatan Plemahan, dalam sambutannya beliau mengatakan di wilayah Kecamatan Plemahan masyarakat yang mengikuti program deteksi dini kanker serviks sangat sedikit sekali terutama di Desa Bogo Kidul, belum ada sama sekali masyarakat yang mengikuti program tersebut. Para kader pun belum ada yang mengikuti. Ketika masyarakat ditanya alasannya banyak yang menjawab b ahwa k ader-kader be lum a da yang mengikuti s ehingga m ereka enggan m engikuti. Sehingga d alam penelitian ini ka der pos yandu di jadikan sebagai s ubyek p enelitian, k arena k ader d apat menjadi p atokan m asyarakat dalam berperilaku kesehatan. Jika kader posyandu belum pernah melakukan deteksi di ni ka nker s erviks m aka d apat di simpulkan bahwa m asyarakatnya juga belum pernah melakukan, dan begitu juga sebaliknya.

(20)

tetapi s ayangnya m asih s angat s edikit m asyarakat yang m au m elakukan deteksi dini kanker serviks di Puskesmas tersebut. Atas dasar itulah peneliti ingin me lakukan pe nelitian de ngan j udul “ Hubungan A ntara P engetahuan Kader P osyandu T entang K anker S erviks Dengan Perilaku D eteksi Dini Kanker Serviks di Wilayah Kecamatan Plemahan”

1.2.Rumusan Masalah

Apakah a da hubunga n a ntara pe ngetahuan ka der pos yandu t entang kanker s erviks dengan perilaku d eteksi di ni ka nker s erviks di w ilayah Kecamatan Plemahan?

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Menganilisis hubung an a ntara pe ngetahuan ka der pos yandu t entang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks di wilayah Kecamatan Plemahan

1.3.2. Tujuan Khusus

1) M engidentifikasi pe ngetahuan ka der pos yandu t entang k anker serviks.

2) M engidentifikasi p erilaku de teksi di ni ka nker s erviks pada k ader posyandu

(21)

1.4.Manfaat Penelitian 1) Bagi Peneliti lain

Penelitian i ni d iharapkan d apat m enambah w awasan d an p engetahuan serta menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut.

2) Bagi Institusi Pelayanan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka peningkatan k esehatan w anita, K hususnya p emeriksaan d eteksi di ni kanker s erviks. S ehingga da pat m enurunkan angka ke jadian ka nker serviks.

3) Bagi masyarakat

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah h asil t ahu d ari m anusia yang s ekedar menjawab pertanyaan (Notoatmodjo,2002).

Pengetahuan ad alah p esan yang ad a dalam pi kiran m anusia sebagai h asil p enggunaan p anca i ndera, yang b erbeda s ekali d engan kepercayaan ( believe), t ahayul (superstition) d an p enerangan – penerangan yang keliru (miss information) (Soekanto, 1999).

(23)

2.1.2 Ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

1) Know (Tahu)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. T ermasuk d alam p engetahuan i ni ad alah m engingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan.

2) Komprehension (Memahami)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan menginterprestasikan materi tentang objek yang di ketahui, d an da pat m enginterprestasikan m ateri t ersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi yang harus da pat m enjelaskan, m enyebutkan c ontoh, m enyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplication (Aplikasi)

Aplikasi di artikan s ebagai ke mampuan unt uk m engaplikasikan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (rill). A plikasi di sini d apat di artikan p enggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks lain.

4) Analysis (Analisa)

(24)

struktur or ganisasi t ersebut da n m asih a da k aitannya s atu s ama l ain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata – kata kerja.

5) Synthesis (Sintesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau mengubungkan ba gian – bagian di da lam s uatu be ntuk ke seluruhan yang b aru. Dengan k ata l ain s intesis i ni s uatu ke mampuan unt uk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

6) Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk penilaian terhadap suatu obj ek. P enilaian – penilaian i ni b erdasarkan s uatu k riteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. Pengukuran p engetahuan d apat d ilakukan d engan w awancara at au angket yang m enanyakan t entang i si m ateri yang i ngin di ukur da ri subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui a tau ki ta ukur dan ki ta s esuaikan de ngan t ingkatan di atas. (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :

1) Tingkat Pendidikan

(25)

meningkat. P embagian menurut D epdiknas yaitu pe ndidikan da sar (SD,SMP), menengah (SMK,MA,SMA), tinggi (Akademi, PT).

2) Informasi

Seseorang m empunyai i nformasi yang l ebih b anyak ak an mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

3) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan meliputi sikap dan kepercayaan.

4) Pengalaman

Suatu yang p ernah dialami s eseorang akan m enambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

5) Sosial Ekonomi

Tingkat k emampuan s eseorang unt uk m emenuhi ke butuhan hidup. S emakin t inggi t ingkat s osial ekonomi a kan m enambah pengetahuan.

6) Umur

Jumlah t ahun yang di lalui i bu s ejak ke lahirannya hi ngga ul ang tahun terakir.

(26)

Pengetahuan j uga d apat d iperoleh m elalui k enyataan ( fakta) d engan melihat d an m endengar sendiri, s erta m elalui al at – alat kom unikasi. Misalnay d engan m embaca s urat k abar, m endengarkan radio, m elihat film atau televisi dan lain sebagainya (Depkes, 2003).

2.1.4 Berbagai cara memperoleh pengetahuan :

1) Cara Tradisonal

Cara t radisional i ni di gunakan or ang unt uk m emperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukan metode penemuan secar sistematik dan l ogis. C ara penemuan p engetahuan pada p eriode i ni antara lain :

(1) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara yang p aling t radisioal, yang pe rnah di gunakan ol eh manusia d alam m emperoleh p engetahuan ad alah melalui car a coba – coba.

(2) Cara Kekuasaan

Pengetahuan d iperoleh melalui o toritas at au k ekuasaan, baik tr adisi, o toritas p emerintah, o toritas p emimpin a gama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

(27)

2) Cara modern

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metologi penelitian (research metodology).

(Notoadmodjo, 2005).

2.1.5 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pe ngetahuan da pat di lakukan d engan w awancara atau angket yang m enanyakan t entang i si m ateri yang i ngin di ukur da ri subjek penelitian atau responden.

Indikator yang d apat di gunakan m engetahui t ingkat p engetahuan, dapat dikelompokkan menjadi : (Notoatmodjo, 2003).

1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi : (1) Penyebab penyakit

(2) Gejala dan tanda penyakit

(3) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan (4) Bagaimana cara penularannya

(5) Bagaimana cara pencegahannya

2) Pengetahuan t entang c ara p emeliharaan k esehatan d an car a h idup sehat, meliputi :

(1) Jenis – jenis makanan yang bergizi

(2) Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan 3) Pentingnya olahraga bagi kesehatan

(28)

(2) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainaya 4) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

(1) Manfaat air bersih

(2) Cara p embangunan l imbah yang s ehat, t ermasuk pe mbuangan kotoran yang sehat dan sampah

(3) Akibat pol usi ( air,udara da n t anah) ba gi kesehatan da n sebagainya

Pengetahuan diukur melalui penyebaran kuisioner kepada ibu – ibu kader, dimana teknik pemberian skor pada pengetahuan yaitu “Benar” skor 1 da n “Salah” skor 0. S edangkan tingkat pengetahuan responden dijumlahkan da n di hitung p rosentasinya. S elanjutnya di bagi da lam 3 kategori yaitu : ba ik, cukup da n kur ang. P engetahuan “ baik” d engan skor 2 bi la m endapat pr osentase 76 – 100 %, “ cukup” dengan skor 1 bila mendapat prosentase 56 – 75 %, sedangkan pengetahuan “kurang” dengan skor 0 bila mendapat prosentase ˂ 56 %. (Nursalam, 2003).

2.2 Konsep Perilaku 2.2.1 Definisi Perilaku

Perilaku adalah semua k egiatan at au aktivitas manusia, baik yang dapat di amati l angsung, m aupun yang t idak d apat di amati ol eh pi hak luar. (Notoatmodjo, 2003b).

2.2.2 Macam – macam Perilaku

(29)

1) Respondent respons atau Reflexsive

Yakni r espons yang di timbulkan ol eh r angsangan – rangangan (stimulus) te rtentu. S timulus s emacam in i d isebut electing stimulation. Misalnya, makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan atau respon emosional seperti sedih ketika mendengar berita tentang musibah.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon s eseorang t erhadap s timulus da lam be ntuk t indakan nyata at au t erbuka. M isal, s eorang i bu m emeriksakan kehamilannya, p enderita T B p aru m inum o bat secara t eratur d an sebagainya.

2.2.3 Pengertian Perilaku Kesehatan

Menirut S kinner ( 1938, da lam N otoatmodjo 2003a ), pe rilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, dan minuman serta lingkungan.

2.2.4 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku ke sehatan di kl asifikasikan m enjadi 3 ke lompok (Notoatmodjo, 2003).

1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan ( health Maintanance)

(30)

2) Perilaku Pencairan Pengorbanan

Perilaku ini adalah m enyangkut upaya atau tindakan seseorang pada s aat m enderita penyakit. T indakan i ni di mulai d engan mengobati s endiri (self tr eatment) s ampai m encari p engobatan k e luar negeri.

3) Perilaku Kesehatan Lingkungan

Adakah ba gaimana s eseorang m erespons l ingkungan, b aik lingkungan f isik m aupun s osial buda ya da n s ebagainya. S ehingga lingkungan t ersebut t idak m empengaruhi k esehatannya. Dengan perkataan l ain, b agaimana s eseorang m engelola l inhkungannya sehingga t idak m engganggu k esehatannya s endiri, ke luarga atau masyarakat. M isalnya b agaimana m engelola p embuangan s ampah, pembuangan limbah dan sebagainya.

2.2.5 Perubahan (Adopsi) Perilaku

Penelitan R ogers 1974 yang di kutip ol eh N otoatmodjo ( 2007) menjelaskan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng da ripada yang t idak di dasari pe ngetahuan. S ebelum or ang mengadopsi pe rilaku d alam di ri o rang t ersebut t elah t erjadi p roses berurutan, yaitu :

1) Kesadaran (awareness) dimana orang terebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

(31)

3) Evaluasi ( evaluation) s ubyek m enimbang – nimbang s timulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap respon sudah lebih baik lagi

4) Mencoba (trial) d imana s ubyek m ulai m encibamelakukan s esuatu dengan apa yang dikehendaki dari dan oleh stimulus

2.2.6 Bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk perubahan perilaku menurut WHO ada 3 kelompok, yaitu : 1) Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku m anusia s elalu be rubah. S ebagian perubahan i tu disebabkan o leh k ejadian al amiah. A pabila d alam m asyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota – anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan

2) Perubahan Terancam (Planned Change)

Perubahan p erilaku i ni t erjadi m emang d irencanakan s endiri oleh subyek

3) Kesediaan Untuk Berubah (Readdiness to change)

(32)

2.2.7 Strategi Perubahan Perilaku

Agar di peroleh perubahan perilaku sesuai dengan norma – norma kesehatan m aka d iperlukan s trategi yang b aik. S trategi p erubahan. perilaku menurut WHO :

1) Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

Dalam ha l i ni pe rubahan pe rilaku di paksakan t erhadap s asaran atau m asyarakat s ehingga i a m au m elakukan (berperilaku) s eperti yang diharapkan. Misalnya dengan adanya peraturan – peraturan / perundang – undangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perubahan perilaku yang cepat tetapi belum tentu berlangsung lama karena tidak didasari kesadaran sendiri. 2) Pemberian informasi

Dengan memberikan informasi – informasi tentang cara – cara mencapai h idup s ehat, c ara m emelihara k esehatan d an s ebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.

Selanjutnya d engan p engetahuan – pengetahuan t ersebut ak an menimbulkan kesadaran mereka, akhirnya menimbulkan perubahan perilaku p ada d iri m ereka. C ara i ni m emakan waktu l ama t etapi perubahan p erilaku b ersifat l anggeng k arena didasar k esadaran mereka sendiri.

3) Diskusi partisipasi

(33)

berpartisipasi melalui diskusi – diskusi tentang informasi kesehatan dan tidak pasif hanya menerima informasi. Cara ini memakan waktu yang lama.

2.3 Konsep Kanker Serviks 2.3.1 Definisi kanker serviks

Kanker adalah be ntuk pe rtumbuhan s el – sel da lam t ubuh (khususnya di mulai di ba gian o rgan t ertentu yang r entan) yang abnormal. K eabnormalan ka nker antara l ain t ercermin da ri ad anya kemampuan tumbuh sel yang tidak terbatas (Puspitasari, 2007).

Serviks ad alah l eher at au b agian yang m enyempit, m erupakan bagian da ri s aluran j alan l ahir yang m enonjol s ekitar 1 cm ke da lam kubah vagina (Jong, 2004).

Kanker serviks (leher rahim) merupakan tumor ganas yang tumbuh didalam l eher r ahim a tau s erviks. K anker s erviks t erjadi pa da s erviks uterus, s uatu da erah or gan r eproduksi pa da w anita yang m erupakan pintu m asuk k e r ahim d an t erletak an tara rahim d an l iang s enggama atau antara uterus dan vagina (Poondag, 2013).

(34)

2.3.2 Etiologi

Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel serviks yang mengalami m utasi genetik s ehingga m engubah perilakunya. S el yang bermutasi ini melakukan pembelahan sel yang tidak terkendali, imortal dan m enginvasi j aringan s troma d ibawahnya. Keadaan yang menyebabkan m utasi ge netik i ni t idak da pat di perbaiki s ehingga menimbulkan pertumbuhan kanker. (Prawirohardjo, 2006).

Penyebab u tama k anker s erviks adalah v irus H PV ( human papilloma v irus). T erutama t ipe 16,18,31,33,35,45,51,52,56 da n 58 sering di temukan p ada kanker m aupun l esi pr akanker. T etapi yang paling sering adalah tipe 16,18 dan 31. (Rasjidi, 2007).

2.3.3 Faktor resiko

1) Perilaku seksual

Perilaku b erganti – ganti m itra s eks d an u sia s aat m elakukan hubungan seks yang pertama dapat meningkatkan resiko lebih dari 10 k ali b ila mitr a s eks 6 a tau le bih, a tau b ila h ubungan s eks pertama kali dimulai dibawah umur 15 tahun.

2) Karakteristik partner

(35)

Selain i tu, pa rtner da ri pr ia de ngan ka nker pe nis a tau pa rtner dari pria yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan resiko kanker serviks.

3) Riwayat ginekologis

Walaupun us ia m enarch da n m enopause t idak mempengaruhi resiko kanker serviks, hamil usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen p ersalinan yang t idak t epat d apat p ula m eningkatkan resiko.

4) Pemakaian DES (diethylstilbestrol)

Biasanya pada wanita hamil untuk mencegah keguguran 5) HPV

Human papi lloma v irus, terdapat s ejumlah b ukti yang menunjukan HPV sebagai penyebab neoplasia servikal. HPV tipe 6 dan 11 be rhubungan e rat de ngan di plasia r ingan, yang s ering regresi. H PV t ipe 16 d an 18 di hubungkan d engan d iplasia b erat, yang ja rang r egresi d an s eringkali p rogresif me njadi k arsinoma insitu.

6) Merokok

Tembakau m engandung ba han – bahan ka rsinogen ba ik yang dihisap sebagai rokokmaupun dikunyah. Asap rokok menghasilkan

policyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic a mine yang s angat karsinogen da n m utagen, s edang bi la di kunyah i a m enghasilkan

(36)

karsinogen i nfeksi vi rus. A li dkk. B ahkan m embuktikan ba han – bahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga dapat menyebabkan neoplasma serviks.

7) Kontrasepsi oral

Resiko noni nvasif da n i nvasif ka nker s erviks be rhubungan dengan kont rasepsi or al. B agaimanapun, pe nemuan i ni ha silnya tidak s elalu kons isten da n t idak s emua s tudi da pat m embenarkan perkiraan resiko dengan mengontrol pengaruh kegiatan seksual. 8) Diet

Diet r endah ka rotenoid da n de fisiensi a sam f olat j uga dimasukkan dalam faktor resiko kanker serviks. Banyak sayur dan buah yang m engandung ba han – bahan a ntioksida da n be rkhasiat mencegah k anker. Dari b eberapa p enelitian t ernyata d efisiensii terhadap as am folat, v itamin C , E , be ta ka rotin be rhubungan dengan peningkatan resiko kanker serviks

9) Etnis dan faktor sosial

(37)

10) Pekerjaan

Sekarang i ni ke tertarikan di fokuskan pa da pr ia yang pasangannya m enderita ka nker s erviks. D iperkirakan ba hwa paparan b ahan t ertentu dari suatu pekerjaan ; debu, l ogam, bahan kimia tar atau oli mesin dapat menjadi faktor resiko kanker serviks. 11) Perubahan sistem imun

Perubahan s istem i mun di hubungkan de ngan meningkatnya resiko karsinoma serviks invasif pada wanita yang terinfeksi human immuodeficiency (HIV).

2.3.4 Tanda dan gejala

Perubahan pr akanker pa da s erviks bi asanya t idak m enimbulkan gejala, dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali dengan pemeriksaan panggul dan pap smear. Gejala biasanya muncul ketika sel serviks yang abnormal be rubah m enjadi ke ganasan da n m enyusup ke j aringan di sekitarnya.

1) Gejala kanker serviks stadium awal :

(1) Perdarahan vagina yang ab normal, terutama d iantara 2 siklus menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual, dan setelah menopause

(2) Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)

(38)

2) Gejala dari kanker serviks stadium lanjut, antara lain :

(1) nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan (2) nyeri panggul, punggung atau tungkai

(3) dari vagina keluar air kemih atau tinja (4) patah tulang (fraktur)

(Amalia, Lena, 2009) 2.3.5 Patologi

Secara histopatologi kanker serviks terdiri atas berbagi jenis. Dua bentuk yang s ering di jumpai a dalah ka rsinoma s el s kuamosa d an adenokarsinoma. S ekitar 85 % m erupakan ka rsinoma s erviks j enis skuamosa ( epidermoid), 10 % j enis a denokarsinoma da n 5 % a dalah jenis a denoskuamosa, clear cel l, s mall cel l, v erucous dan l ain – lain (Rasjidi, 2009).

Tabel 2.1 klasifikasi histo PA kanker serviks WHO 1975 dan WHO 1994

WHO 1975 WHO 1994

Karsinomasel skuamosa

Dengan pertandukan

Tipe sel besar tanpa pertandukan Tipe sel kecil tanpa pertandukan

(39)

Tumor mesenkim

Dikutip dari krivak TC, McBroom JW, Elkas JC. Cervical and vaginal cancer. Dalam

(ed : B arek J S, Adashi E Y , H illard P A). ( editor). N ovak’s gynecology.13th ed.

Lippincot Williams & Wilkin. Baltimore. 2002. P : 1 199 – 244.

2.3.6 Stadium

Stadium yang di pakai a dalah s tadium kl inik m enurut the international f ederation Of G ynecology and O bstetrics (FIGO) t ahun 2009.

Tabel 2.2Stadium Kanker Serviks Stadium

FIGO

Kategori TNM

Tumor primer tidak dapat digambarkan TX Tidak ada bukti adanya tumor primer T0 0 Karsinoma In Situ (preinvasive carcinoma) Tis I Proses t erbatas p ada serviks w alaupun ada

perluasan ke korpus uteri T1

IA Karsinoma mikroinvasif T1a

IA1 Jedalaman in vasi s troma tid ak le bih d ari 3 mm

dan perluasan horizontal tidak lebih dari 7 mm T1a1 IA2 Kedalaman in vasi s troma le bih d ari 3 mm d an

tidak lebih dari 5 mm dan perluasan horizontal 7 mm atau kurang

T1a2

IB secara kl ins s udah diduga adanay t umor mikroskopik lebih dari IA2 atau T1a2 T1b IB1 Secara k linis l esi b erukuran 4 cm at au k urang

pada dimensi terbesar T1b1

IB2 Secara klinis lesi berukuran lebih dari 4 cm pada

dimensi terbesar T1b2

II Tumor menyebar keluar dari serviks, tetapi tidak sampai di nding pa nggul a tau s epertiga ba wah vagina

T2

IIA Tanpa invasi parametrium T2a

IIB Dengan invasi parametrium T2b

III Tumor m enebar k e di nding pa nggul da n/atau sepertiga b awah v agina yang m enyebabkan hidronefrosis atau penurunan fungsi ginjal

(40)

IIIA Tumor m enyebar s epertiga b awah v agina t etapi tidak sampai ke dinding panggul T3a IIIB Tumor m enyebar k e di nding p anggul

menyebabkan penurunan fungsi ginjal T3b IVA Tumor m enginvasi m ukosa bul i – buli a tau

rektum dan keluar panggul T4

IVB Metastase jauh M1

(Rasjidi, 2009) 2.3.7 Diagnosis

Diagnosis kanker s erviks di peroleh m elalui pe meriksaan histopatologi ja ringan b iopsi. P ada d asarnya b ila d ijumpai le si s eperti kanker s ecara k asat mata h arus d ilakukan b iopsi w alau h asil pemeriksaan p ap s mear m asih d alam b atas n ormal. S ementara i tu, biopsi lesi yang tidak kasat mata dilakukan dengan bantuan kolposkopi.

Kecurigaan adanya lesi yang tidak kasat mata didasarkan dari hasil pemeriksaan s itologi s erviks ( pap s mear). D iagnosis ka nker s erviks hanya be rdasarkan p ada ha sil pe meriksaan h istopatologi j aringan biopsi. Hasil pemeriksaan sitologi tidak boleh digunakan sebagai dasar penetapan di agnosis. B ila ha sil bi opsi di curigai a danya m ikroinvasi, duilanjutkan de ngan kon isasi. K onisasi da pat di lakukan de ngan pi sau atau dengan elektrokauter (Prawirohardjo, 2006).

2.3.8 Penatalaksanaan

Tabel 2.3 penatalaksanaan kanker serviks berdasarkan evidence based

stadium Modalitas terapi Level of

evidance / rekomendasi

1A1 Histerektomi ( total a tau

(41)

termodifikasi ( tipe II) + diseksi KGB

LVSI negatif Histerektomi e kstra f acial

+ diseksi KGB pelvis IV / C

2. Trakelektomi + ek stra peritoneal / di seksi

Adjuvan whole p elvic

irradation IB / A

IB2 –

IIA ˃ 4 cm -- primer kemoradiasi primer h istrektomi IB / A

radikal III / B

(42)

IIB, III ,

IVA - eksternal r adiasi + intracaviter b rakiterapi + concurent kemoterapi

rekuren Rekuren lokal p asca bedah

Ketahanan hi dup pe nderita pa da ka nker s erviks s tadium a wal setelah h isterektomi r adikal d an limf adenektomi p elvis b ergantung pada beberapa faktor berikut :

1) Status Kelenjar Getah Bening (KGB)

(43)

2) Ukuran tumor

Penderita dengan ukuran tumur ˂ 2 cm angka survival – nya 90 % dan bila ˃ 2 cm angka survival – nya menjadi 60 % . Bila tumor primer ˃ 4cm angka survival – nya t urun m enjadi 40. Anaisis dari GOG terhadap 645 penderita menunjukan 94,6 % tiga tahun be bas ka nker unt uk l esi yang t ersembunyi. 85,5 % unt uk tumor ˂ 3 cm, dan 68,4 % bila tumor ˃ 3 cm.

3) Invasi ke jaringan paramentrium

Penderita dengan invasi kanker ke paramentrium memiliki 5 – YSR 69 % di bandingkan 95 % t anpa i nvasi. B ila i nvasi di sertai KGB yang positif maka 5 – Ysr turun menjadi 39 – 42 %.

4) Kedalaman invasi

Invasi ˂ 1 cm memiliki 5 – YSR sikitar 90 % dan akan turun menjadi 63 -78 % bila ˃ 1 cm.

5) Ada tidaknya invasi ke lymph – vascular space

Invasi ke lymph – vascular space sebagai f aktor pr ognosis masih m enjadi kont roversi. B eberapa l aporan m enyebutkan 50 – 70 % 5 – YSR bi la di dapatkan i nvasi ke lymph –vascular space

dan 90 % 5 – YSR bi la i nvasi t idak di dapatkan. A kan t etapi laporan l ain m engatakan t idak a da pe rbedaan bermakna de ngan adanya invasi atau tidak.

(44)

2.3.10 Pencegahan

1) Pencegahan primer

(1) Menunda onset aktifitas seksual

Menunda a ktivitas s eksual s ampai us ia 20 t ahun da n berhubungan s ecara m onogami a kan m engurangi r esiko kanker serviks secara signifikan.

(2) Penggunaan kontrasepsi barier

Dokter m erekomendasikan kont rasepsi m etode ba rier (kondom, di afragma, da n s permisida) yang b erperan unt uk proteksi t erhadap agen vi rus. P enggunaan l ateks l ebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat dari kulit kambing. (3) Penggunaan vaksinasi HPV

Vaksinasi H PV yang di berikan ke pada pa sien bi sa mengurangi i nfeksi Human P apilloma v irus, karena mempunyai kemampuan proteksi ˃ 90 %.

2) Pencegahan sekunder

(1) Pasien dengan resiko rendah

(45)

(2) Pasien dengan resiko tinggi

Pasien yang m emulai h ubungan s eksual s aat usia ˂ 18 tahun da n wanita yang mempunyai ba nyak pa rtner (multipel partner) seharusna melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset s eksual intercouse aktif. Interval s ekarang i ni da pat diturunkan menjadi setiap 6 bulan untuk pasien dengan resiko khusus, s eperti m ereka yang m empunyai riwayat p enyakit seksual berulang.

(Rasjidi, 2008) 2.3.11 Skrinning dan deteksi dini

1) Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) (1) Definisi

Tes v isual d engan m enggunakan l arutan as am cu ka ( asam asetat 3 – 5 % ) da n l arutan i odium l ugol pa da s erviks da n melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu metode skrinning kanker mulut rahim (2) Indikasi

Skrinning kanker mulut rahim (3) Kontraindikasi

(46)

(4) Persiapan dan syarat

a. Persiapan alat dan bahan :

a) Sabun dan air untuk cuci tangan

b) Lampu yang terang untuk melihat serviks c) Spkulum steril / DTT

d) Sarung tangan disposable e) Meja ginekologi

f) Lidi kapas

g) Asam asetat 3 – 5 % h) Larutan iodium lugol

i) Larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi j) Instrumen dan sarung tangan

k) Format pencatatan b. Syarat mengikuti IVA :

a) Sudah pernah melakukan hubungan seksual b) Sedang tidak haid

c) Tidak hamil

d) 24 jam sebelumnya tidak berhubungan seksual (5) Prosedur IVA :

a. Inform consent kepada pasien b. Jaga privasi pasien

(47)

d. Gunakan p encahayaan yang m emadai unt uk m endapatkan gambaran terbaik dari serviks

e. Bersihkan serviks dengan lidi kapas dari darah, mukus dan kotoran

f. Identifikasi zona transformasi dan area sekitarnya

g. Oleskan larutan asam cuka atau lugol, tunggu 1 – 2 menit untuk terjadinya perubahan warna. Amati setiap perubahan pada serviks, perhatikan dengan cermat daerah sekitar zona transformasi

h. Lihat dengan cermat zona squamo columnar juntion (SCJ) dan yakinkan area ini dapat semuanya terlihat. Lihat adanya plaque w arna p utih d an t ebal at au ep itel a cetowhite b ila menggunakan l arutan asam as etat atau warna k ekuningan bila menggunakan larutan lugol. Bersihkan segala darah dan debris pada saat pemeriksaan dengan lidi kapas

i. Bersihkan sisa larutan asam asetat dan larutan lugol dengan lidi kapas atau kasa bersih

j. Lepaskan spekulum dengan hati – hati k. Catat hasil pengamatan dan gambar temuan (6) Komplikasi / efek samping

(48)

(7) Interpretasi

IVA pos itif bi la di temukan a danya area be rwarna put ih da n permukaannya m eninggi d engan b atas yang j elas d isekitar zona transformasi.

Keuntungan IVA :

a. Mudah dan pratis digunakan

b. Dapat di lakukan ol eh t enaga ke sehatan non dokt er ginekologi, bahkan oleh bidan praktek swasta m aupun di tempat – tempat terpencil

c. Alat – alat yang dibutuhkan sangat sederhana

d. Biaya murah dan hasil cepat sehingga bisa segera diterapi (see and treat)

(Rasjidi, 2009) 2) Pap Smear

(1) Definisi Pap Smear

Pencegahan t erhadap k anker serviks da pat di lakukan melalui pr ogram de teksi di ni ( skrining) da n pe mberian vaksinasi. D i ne gara m aju, a ngka ke jadian ka nker s erviks menurun be rkat a danya pr ogram de teksi di ni m elalui pap smear.

(49)

menjadi l esi p rakanker atau kanker s erviks s edini m ungkin, terutama p ada w anita d engan s eksual ak tif w alaupun yang sudah di vaksinasi. Pap net adalah pap smear yang diolah dan di in terpretasikan d engan s istem k omputer. S istem in i memiliki keuntungan lebih sensitive dari pada interpretasi Pap smear secara konvensional.

Pada d asarnya p rinsip pemeriksaan p ap s mear ad alah mengambil e pitel pe rmukaan s erviks yang m engelupas / eksfolasi d imana ep itel permukaan s erviks s elalu m engalami regenerasi dan di gantikan lapisan epitel dibawahnya.

Interpretasi pa p tes di permudah dengan diperkenalkannya s istem be thesda pa da t ahun 1981. Klasifikasi be thesda m emperkenalkan dua ka tegori unt uk derajat lesi prakanker, lesi derajat rendah (low grade squamous epitheliallesion) s etara d engan N IS I d an l esi d erajat tin ggi (high grade squamous e pithelial l esion) setara d engan N IS II dan NIS III.

Tabel 2.4 Sistem Papanicolaou, WHO dan Bethesda Sistem

papanicolaou

Sistem WHO Sistem bethesda

Klas I Normal Dalam batas normal

Klas II Atipik ASCUS ( Atypical s quamous cel l o f undetermined significance)

Klas III Displasia ringan Displasia sedang Displasia berat

(50)

Squamosa

Adenokarsinoma Adenokarsinoma (Rasjidi, 2009)

(2) Jadwal pap smear test (FIGO)

a. Skrining pada setiap wanita sekali dalam hidupnya, pada wanita berumur 35 – 40 tahun

b. Kalau f asilitas tersedia, l akukan s etiap 10 t ahun pa da wanita berumur 35 – 55 tahun

c. Kalau fasilitas tersedia lebih, maka lakukan setiap 5 tahun pada wanita berumur 35 – 55 tahun

d. Ideal atau jadwal yang optimal, setiap 3 tahun pada wanita yang berumur 25 – 60 tahun

(Ramli, 2002) 3) Koloposkopi

Adalah s uatu pr osedur diagnosis ke ganasan s erviks de ngan menggunakan i nstrumen pa da z ona t ransisi da lam mengidentifikasi area abnormal pada serviks.

Prosedur kol poskopi c ukup s ederhana. S ewtelah m ukus diambil, 3 % asam asetat diteteskan dan pemeriksaan dilanjutkan dengan f ilter hi jau. K emudian ha silnya di i nterpretasi, a pabila normal ( satisfactory) m aka epitel k olumnar ak an m enghasilkan warna un gu, apabila t erdapat m etaplasia s quamous (Unsatisfactory) akan memberikan warna hijau keputihan.

(51)

bentuk menyerupai mosaic (mosaic patern), jaringan putih dengan batas tegas atau pembuluh darah atipic.

(Rasjidi, 2009) 4) Biopsi

Adalah salah satu prosedur diagnosis kanker serviks dengan mengambil s edikit ja ringan s erviks yang d icurigai ( 2 – 3 m m). Kuretase en doserviks dikerjakan s edalam 1 – 2 cm p ada endoserviks, d an di lakukan pa da 4 kua dran. P rosedur i ni menimbulkan r asa t idak n yaman pada pasien s ehingga memerlukan oral analgesia.

Hasil bi opsy endoserviks kemudian di letakkan d idalam satu wadah yang diberi bahan fiksasi untuk diperisa lebih lanjut di lab patologi.

(Rasjidi, 2009) 5) See & Treat

Pada program see & treat ini pasien yang datang ke fasilitas kesehatan dapat langsung ditata laksana. Karena setelah dilakukan proses diagnosis baik dengan IVA maupun kolposkopi dan pasien tersebut di dapatkan l esi prakanker da pat l angsung di tindak, ba ik dengan konisasi, krioterapi maupun LETZ (Large Loop Excision Procedure).

(52)

2.4 Konsep Kader Posyandu

2.4.1 Pengertian Kader Posyandu

Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader. “Kader adalah warga ma syarakat s etempat yang d ipilih d an d itinjau o leh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”. (Zulkifli,2003)

Kader k esehatan m asyarakat adalah l aki-laki at au w anita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat,serta bekerja ditempat yang d ekat d engan p emberian p elayanan k esehatan. (Syarifudin dan Hamidah,2006)

2.4.2 Peran Kader Posyandu

Kader buk anlah t enaga p rofesional m elainkan h anya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.

Peranan k ader d alam kegiatan p osyandu s angat b esar. Menurut Depkes RI (2000) ada dua peran kader yaitu:

1) Peran k ader s aat p osyandu ( sesuai d engan s istem l ima m eja) adalah:

(1) Melaksanakan pendaftaran (pada meja I)

(53)

(3) Melaksanakan p encatatan h asil p enimbangan ( pada m eja III)

(4) Memberikan penyuluhan (pada meja IV)

(5) Memberi d an m embantu p elayanan yang d ilakukan o leh petugas puskesmas (pada meja V)

2) Peran kader di luar posyandu adalah:

(1) Menunjang pe layanan KB, K IA, i munisasi, gizi da n penanggulangan diare.

(2) Mengajak i bu-ibu unt uk da tang p ada h ari k egiatan posyandu.

(3) Menunjang upa ya ke sehatan l ainnya yang s esuai de ngan permasalahan yang ad a, s eperti p emberantasan p enyakit menular, pe nyehatan r umah, pe mbersihan s arang n yamuk, pembuangan s ampah, p enyediaan s arana ai r bersih,menyediakan sarana j amban k eluarga, pemberian pertolongan pertama pada penyakit, P3K dan dana sehat.

2.5 Hubungan Antara Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Kanker Serviks Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks

(54)

obyek yang diketahuinya itu. Akhirnya rangsangan yakni obyek yang telah diketahui da n di s adari sepenuhnya t ersebut a kan m enimbulkan respon lebih j auh l agi, yaitu b erupa t indakan ( action) te rhadap s timulus a tau obyek t adi. P ernyataan tersebut di dukung ol eh WHO yang di kutip da ri Notoatmodjo ( 2003) yang m enyatakan ba hwa pe ngetahuan a tau ko gnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang (overt b ehaviour). J uga terdapat d idalam t eori

PRECED-PROCEED yang di kembangkan ol eh Lawrence G reen, yang menyimpulkan b ahwa p erilaku s eseorang a tau m asyarakat t entang kesehatan d itentukan o leh p engetahuan d ari o rang atau m asyarakat yang bersangkutan, selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki akan m enimbulkan ke sadaran o rang yang b ersangkutan da n a khirnya menyebabkan orang tersebut berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilkinya i tu, s erta p erubahan pe rilaku yang di capai akan be rsifat langgeng ka rena di dasari ol eh ke sadaran m ereka s endiri ( bukan karena paksaan ). (Notoatmodjo, 2010)

(55)
(56)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Keterangan :

: Diukur : Tidak diukur

Gambar 3.1 Kerangaka Konseptual Faktor yang mempengaruhi

Pengetahuan Tentang Kanker Serviks

Proses adopsi perilaku baru : - Kesadaran (awareness) - Tertarik (Interest) - Evaluation (evaluation) - Mencoba (trial) - Pasien dengan resiko

sedang

- Pasien dengan resiko tinggi

Pencegahan kanker serviks

(57)

3.1 Hipotesis Penelitian

(58)

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode p enelitian a dalah s uatu c ara unt uk m emperoleh ke benaran i lmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah (Notoatmodjo, 2005). Dalam uraian metode pe nelitian i ni m encakup j enis pe nelitian ( desain s tudi), ke rangka ke rja, populasi dan sampel, identifikasi variable dan definisi operasional, pengumpulan dan p engolahan d ata, m asalah et ika p enelitian, k eterbatasan p enelitian (Notoatmodjo, 2005).

4.1 Rancangan Penelitian

(59)

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti (Notoatmojdo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu di Kecamatan Plemahan – Kabupaten Kediri tahun 2016.

4.2.2 Sampel

(60)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi d an w aktu p enelitian b erada d i w ilayah Kecamatan P lemahan – Kabupaten Kediri di 4 Desa mulai bulan Februari 2016- Mei 2016.

4.4 Variable dan Definisi Operasional Variabel

4.4.1 Variabel

Variabel ad alah s uatu u kuran at au ci ri yang d imiliki o leh an ggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok lain (Notoatmodjo,2005) adapun ketentuan variabel dalam penelitian ini yaitu :

Variabel Independent d alam p enelitian i ni ad alah p engetahuan k ader posyandu tentang kanker serviks

Variabel de pendent da lam pe nelitian i ni a dalah pe rilaku de teksi di ni kanker serviks

4.4.2 Definisi operasional

(61)

Tabel 4.1 Variable dan Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi

Operasional

Parameter Alat ukur Skala Kriteria Variabel

• Faktor resiko kanker serviks (soal no. 7,8) • Tanda d an gejala kanker s erviks ( soal no. 9 - 11)

• Diagnosa k anker serviks (soal no. 12) • Pencegahan kanker

serviks ( soal no 13,14)

• Skrinning da n deteksi di ni ka nker serviks (soal no. 15 -20)

Perilaku de teksi di ni kanker serviks

4.5 Tehnik Pengumpulan Data

(62)

dini ka nker s erviks. S ebelum di beri kue sioner, r esponden m enyatakan bersedia diteliti yang dinyatakan dengan Informed Consent.

Hasil kuesioner dikumpulkan dan diolah dengan cara editing, coding dan tabulasi, kemudian data yang telah diubah menjadi angka dan disusun dalam bentuk tabel. Tehnik pemberian skor pada pengetahuan yaitu “Benar” skor 1 dan “Salah” skor 0. S edangkan tingkat pengetahuan responden dijumlahkan dan dihitung prosentasenya. Selanjutnya dibagi dalam 3 kategori yaitu : baik, cukup da n kur ang. P engetahuan “ Baik” de ngan s kor 2 bi la m endapat prosentase 76 % - 100 % , “ Cukup” d engan s kor 1 bi la m endapatkan prosentase 56 % - 75 %, sedangkan pengetahuan “Kurang” dengan skor 0 bila mendapat prosentase ˂ 56 % (Nursalam, 2003). Sedangkan pada perilaku hanya diberi pertanyaan pernah atau tidak, jika pernah mendapat skor 1, j ika tidak pernah skor 0.

4.6 Analisis Data

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif yaitu menggambarkan distribusi dari kejadian yang berkaitan dengan variabel. Setelah data diolah kemudian hasilnya dikonfirmasikan dalam bentuk prosentase dan narasi.

Setelah d ata t erkumpul, ke mudian di olah d an unt uk m enentukan kemaknaannya dilakukan uji statistik Chi Square (X) dengan tahap :

(63)

2. Coding yaitu m engklasifikasikan j awaban da ri responden m enurut macamnya d engan m emberi k ode p ada m asing – masing j awaban menurut ite m p ada kue sioner. C oding be rguna untuk m emindahkan data d ari d aftar p ertanyaan k e d aftar yang ak an m emberikan informasi. Data yang ada menjadi bentuk angka untuk mempermudah perhitungan selanjutnya.

3. Tabulasi ad alah p ekerjaan m enyusun t abel – tabel mu lai d ari penyusun tabel utama yang berisi seluruh data informasi yang berhasil dikumpulkan de ngan d aftar p ertanyaan s ampai dengan t abel khus us yang telah benar – benar ditentukan bentuk dan isinya dengan tujuan penelitian.

4. Analisa statistik hasil jawaban kuesioner setelah ditabulasi, kemudian dilakukan perbedaan nilai tingkat pengetahuan dengan menggunakan analisis s tatistik de ngan bantuan kom puter pr ogram S PSS yaitu uj i statistik chi s quare (X) dengan ketentuan tingkat signifikansi p ˂ 0, 0,5. Bila hasil perhitungan p ˂ 0, 05 berarti Ho ditolak dan hipotesis diterima yaitu ada pengaruh hubungan pengetahuan kader posyandu tentang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks.

4.7 Kerangka Kerja

(64)

Populasi : s emua k ader p osyandu d i w ilayah Kecamatan P lemahan – Kabupaten Kediri terdiri dari 17 Desa

Sampel : kader posyandu di wilayah Kecamatan Plemahan – Kabupaten Kediri yaitu di 4 Desa yang terpilih secara random

Informed consent

Kuesioner

Pengolahan data :

Editting Coding Tabulating

Analisa data

Penyajian data

Hasil penelitian

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

4.8 Ethical Clearance

(65)

Kepala D inas K esehatan K abupaten K ediri, K epala Bakesbang Kabupaten Kediri serta Kepala Puskesmas Puhjarak Kecamatan Plemahan – Kabupaten Kediri. Kemudian kuesioner diberikan kepada responden dan observasi mulai dilakukan oleh peneliti pada responden yang akan diteliti dengan menekankan masalah etik yang meliputi :

4.8.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden) Merupakan c ara persetujuan pe neliti pa da r esponden pe nelitian dengan m emberikan informed c nsent. I nformed c onsent diberikan penelitian dengan memberikan lembar persetujuan pada responden.

4.8.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk m enjaga k erahasiaan p eneliti t idak ak an m encantumkan nama r esponden, ha nya m enuliskan kode pa da l embar pe ngumpulan data.

4.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

(66)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Pada ba b i ni a kan di uraikan t entang ha sil pe nelitian yang di laksanakan pada bul an M aret 2016 - Mei 2 016 d i w ilayah K ecamatan P lemahan K abupaten Kediri. P enulisan h asilpenelitian in i b ertujuan u ntuk me nganalisis “ Hubungan Antara P engetahuan K ader P osyandu T entang Kanker Se viks Dengan Perilaku

Deteksi D ini Kanker S erviks di Wilayah K ecamatan P lemahan” de ngan t ujuan khususnya adalah untuk menyatakan data tentang: 1) Tingkat pengetahuan kader posyandu tentang kanker serviks, 2) Perilaku deteksi dini kanker serviks, dan 3) Hasil a nalisis hubunga n pe ngetahuan ka der po syandu t entang ka nker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks.

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Kecamatan Plemahan K abupaten K ediri merupakan K ecamatan yang t erdri d ari 1 7 d esa. D i K ecamatan i ni t erdapat 1 P uskesmas yang menaungi 17 desa yaitu Puskesmas Puhjarak. Di Puskesmas tersebut telah dilaksanakan program deteksi dini kanker serviks, tetapi sayangnya masih sangat sedikit masyarakat yang mau melakukan deteksi dini kanker serviks di Puskesmas tersebut.

(67)

bidan d esa yang b ertanggung j awab at as s eluruh m asyarakat d i w ilayah desa yang di naungi. Jumlah kader yang menjadi responden penelitian ini ada 56 orang.

5.2 Deskripsi Data Umum Responden

Data umum merupakan data karakteristik responden yang disajikan meliputi us ia, t ingkat pe ndidikan, c ara m emperoleh i nformasi t entang kanker serviks, tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan presentase responden yang sudah dan belum melakukan deteksi dini kanker serviks.

1) Usia

Responden yang t erpilih s ebagai s ampel pe nelitian i ni a dalah 56 responden d ari 4 de sa di w ilayah K ecamatan Plemahan, di stribusi frekuensi responden be rdasarkan us ia di t unjukkan pa da gambar berikut :

Gambar 5.1. Distribusi Frekuensi Responden menurut Usia Gambar 5.1 m enunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah ibu-ibu kader posyandu dengan usia paling banyak antara 31-40 tahun

13%

52% 30%

5%

Distribusi Usia Responden

21-30

31-40

41-50

(68)

yaitu 52 % (29 orang) dan yang paling sedikit usia 51-60 tahun yaitu sebesar 5% (3 orang).

2) Tingkat pendidikan

Gambar 5.2 D istribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar 5.2 m enunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah ibu-ibu ka der pos yandu dengan t ingkat p endidikan t erbanyak adalah tamatan SMA sebesar 61% (34 orang)

3) Cara memperoleh informasi tentang kanker serviks

Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Cara Memperoleh Informasi Tentang Kanker Serviks

3%

(69)

Gambar 5.3 m enunjukkan ba hwa s ebagian be sar i bu- ibu ka der posyandu m emperoleh i nformasi t entang ka nker s erviks da ri pe tugas kesehatan sebanyak 73% (41 orang)

4) Pengetahuan kader posyandu tentang kanker serviks

Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Kanker Serviks

Gambar 5.4 m enunjukkan ba hwa s ebagian b esar pe ngetahuan responden i bu- ibu k ader pos yandu t entang ka nker s erviks adalah cukup 46% (26 orang)

5) Presentase responden yang sudah dan belum melakukan deteksi dini

Gambar 5.5 D istribusi F rekuensi R esponden B erdasarkan Y ang Sudah Dan Belum Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks

20%

46% 34%

Pengetahuan Kader Posyandu tentang Kanker Serviks

baik

cukup

kurang

54% 46%

Presentase Kader Yang Sudah Dan Belum Melakukan Deteksi Dini

pernah

(70)

Gambar 5.5 m enunjukkan ba hwa s ebagian be sar i bu-ibu ka der posyandu s udah pe rnah m elakukan de teksi di ni ka nker s erviks yaitu sebesar 54% (30 orang).

6) Jenis Pemeriksaan deteksi dini kanker serviks

Gambar 5.6 Distribusi frekuensi jenis pemeriksaan deteksi dini kanker serviks yang dilakukan responden

Gambar 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu- ibu kader posyandu melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan IVA yaitu sebesar 83 % (25 orang)

7) Alasan tidak mengikuti deteksi dini kanker serviks

Gambar 5.7 Distribusi f rekuensi a lasan r esponden t idak m elakukan d eteksi dini kanker serviks

83% (25 orang) 17%

(5 orang)

Jenis Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks

IVA

PAP SMEAR

77% (20 orang) 23%

(6 0rang)

Alasan Tidak Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks

takut/ tidak berani

(71)

Gambar 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu- ibu kader posyandu tidak m elakukan de teksi di ni ka nker s erviks di karenakan t akut/ t idak be rani yaitu sebesar 77% (20 orang)

8) Berapa kali mengikuti deteksi dini kanker serviks

Menurut da ta yang di peroleh m enunjukkan bahwa i bu- ibu ka der posyandu yang pernah melakukan deteksi dini kanker serviks mereka semua baru satu kali melakukan deteksi dini kanker serviks, yaitu sebersar 100% (30 orang)

9) Atas dasar apa mau melakukan deteksi dini kanker serviks

Gambar 5.8 Distribusi frekuensi dasar responden mau melakukan deteksi dini kanker serviks

Gambar 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu- ibu kader posyandu melakukan de teksi di ni ka nker s erviks a tas da sar ke inginan s endiri y aitu sebesar 83% (25 orang)

83% (25 orang) 17%

(5 orang)

Atas Dasar Apa Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks

keinginan sendiri

(72)

5.3 Hubungan Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Kanker Serviks Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks di wilayah Kecamatan Plemahan

Tabel 5.1 H ubungan P engetahuan K ader P osyandu t entang Kanker s erviks Denganp Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks

Tingkat Pengetahuan

Deteksi dini kanker serviks Tidak pernah Pernah Total Kurang 15 (78,9%) 4 (21,1%) 19 (100%)

Cukup 6 (23,1%) 20 (76,9%) 26 (100%)

Baik 5 (45,5%) 6 (54,5%) 11 (100%)

Total 26 (46%) 30 (54%) 56 (100%)

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa Kader posyandu yang mempunyai tingkat pe ngetahuan kur ang (78,9%) tidak pe rnah m elakukan de teksi d ini kanker serviks. Kader posyandu yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup (76,9%) pernah melakukan deteksi dini kanker serviks. Kader posyandu yang mempunyai t ingkat p engetahuannya b aik l ebih d ari separuhnya ( 54,5%) pernah melakukan deteksi dini kanker serviks

(73)

BAB 6

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan kader posyandu di wilayah Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri s ecara um um t erhadap ka nker s erviks t ergolong c ukup, ka rena setelah dilakukan perhitungan ternyata memiliki presentase sebesar 61%, dimana nilai ini terletak p ada r entang n ilai k riteria p engamatan t erhadap t ingkat p engetahuan kader pos yandu t entang k anker s erviks d engan kr iteria c ukup ( 56%-75%). Sehingga da pat di katakan ba hwa s ebagian be sar k ader pos yandu di wilayah Kecamatan P lemahan K ab. K ediri cu kup m engetahui t entang ad anya b ahaya kanker s erviks. S ebagaimana yang t elah k ita ketahui b ahwa k anker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks. Kanker serviks t erjadi pa da s erviks ut erus, s uatu da erah or gan r eproduksi pa da w anita yang m erupakan pi ntu masuk ke r ahim da n t erletak antara r ahim da n l iang senggama at au antara ut erus da n va gina ( Poondag, 2013) . S elain i tu m enurut Amalia ( 2009) kanker serviks m erupakan t umor ga nas yang t umbuh didalam rahim / serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Melihat b egitu b erbahayanya p enyakit i ni m aka s etiap or ang khus usnya ka der posyandu di w ilayah K ec. P lemahan m engetahuui da n m emahami ba haya yang ditimbulkan dari penyakit ini sehingga diharapkan mereka dapat menghindari hal-hal yang dapt merugikan dirinya sendiri.

(74)

Kediri sudah pernah melakukan deteksi dini kanker serviks yaitu sebesar 54% (30 orang) dari total 56 orang kader posyandu .

Dilihat d ari h ubungan t ingkat pe ngetahuan kader pos yandu t entang kanker s erviks t erhadap pe rilaku de teksi di ni ka nker s erviks s etelah di lakukan perhitungan de ngan m enggunakan s tatistik pr ogram S PSS 16,00 unt uk uji C hi Square di peroleh ni lai signifikansi s ebesar 0,0 01 ( p < 0,05) artinya t erdapat hubungan yang s ignifikan a ntara pe ngetahuan kader pos yandu t entang ka nker serviks terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori penelitan Rogers 1974 yang dikutip oleh N otoatmodjo ( 2007) yang m enyatakan b ahwa pe rilaku yang di dasari ol eh pengetahuan akan l ebih langgeng da ripada yang tidak di dasari pe ngetahuan. Ini artinya perubahan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang didapat, s ehingga s eseorang t ersebut m au m engaplikasikan p engetahuan yang diperoleh m elalui pe rubahan p erilaku. Selain i tu j uga s esuai d engan t eori

PRECED-PROCEED yang dikembangkan o leh L awrence Green, y ang menyimpulkan b ahwa perilaku s eseorang atau m asyarakat t entang k esehatan ditentukan o leh p engetahuan d ari o rang atau masyarakat yang b ersangkutan, selanjutnya d engan p engetahuan-pengetahuan yang di miliki a kan m enimbulkan kesadaran o rang yang b ersangkutan dan akhirnya m enyebabkan or ang t ersebut berperilaku s esuai d engan pe ngetahuan yang d imilkinya i tu, s erta p erubahan perilaku yang d icapai a kan b ersifat l anggeng k arena d idasari o leh k esadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan ). (Notoatmodjo, 2010)

(75)

menyatakan bahwa sebagian besar responden adalah ibu-ibu kader posyandu yang mempunyai usia reproduktif (31-40 tahun) dan tingkat pendidikan sebagian besar adalah l ulusan S MA da n s ebagian be sar i bu-ibu ka der pos yandu m endapatkan informasi tentang kanker serviks melalui petugas kesehatan. Berarti dengan usia yang reproduktif dan tingkat pendidikan yang tinggi serta mendapatkan informasi kesehatan yang benar akan mendorong seseorang untuk mau melakukan perilaku deteksi dini kanker serviks.

(76)

pengetahuan tentang kanker serviks terhadap perilaku deteksi dini, sehingga hasil penelitiannya pun berbeda.

(77)

ini 4 di antaranya m empunyai a lasan t akut/ t idak be rani m elakukan de teksi di ni meskipun m ereka m empunyai pe ngetahuan yang ba ik da n 1 di antaranya sudah mencapai usia m enopause s ehingga m erasa t idak perlu melakukan de teksi di ni kanker serviks.

(78)

BAB 7

PENUTUP

7.1Simpulan

1. Secara umum pengetahuan kader posyandu tentang kanker serviks di w ilayah K ec. P lemahan K ab. Kediri tergolong c ukup yaitu sebesar 61%

2. Secara umum perilaku deteksi dini kanker serviks kader posyandu di w ilayah K ec. P lemahan K ab. K ediri s ebagian be sar s udah pernah melakukan deteksi dini kanker serviks yaitu sebesar 54% (30 orang) dari total 56 orang kader posyandu

3. Terdapat hubunga n yang s ignifikan a ntara t ingkat pe ngetahuan kader pos yandu t entang ka nker s erviks t erhadap pe rlaku de teksi dini kanker serviks

7.2 Saran

7.2.1 Bagi petugas kesehatan

(79)

7.2.2 Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan p eneliti s elanjutnya da pat m enggunakan s tudi penelitian yang l ebih m endalam unt uk m enggali i nformasi yang lebih mendalam terkait kanker serviks

7.2.3 Bagi masyarakat

(80)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lena. 2009. Mengobati K anker Se rviks dan 32 jenis K anker Lainnya. Yogjakarta : Landscape

Nita N orma da n M ustika D wi. 2013. Asuhan kebidanan pat ologi. Yogyakarta : Nuha Medika

Notoatmodjo, S. 2003a. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2003b. Promosi Kesehatan. Jakarta : Pt Asdi Mahasatya

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatann Edisi Revisi. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S . 2007. Metodologi P enelitian K esehatan E disi R evisi. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Rasjidi, Imam. 2009. “Epidemiologi Kanker Serviks”, Science, vol III, pp 103 – 108

Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi dini & Pencegahan Kanker pada W anita. Jakarta : Sagung Seto

Rasjidi, Imam. 2009. Edisi Pertama Manual Prakanker Serviks. Jakarta : Sagung seto

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Prawirohardjo, S arwono. 2006. Buku A cuan Nasional O nkologi G inekologi. Jakarta : YBPSP

Gambar

Tabel 2.1 klasifikasi histo PA kanker serviks WHO 1975 dan WHO
Tabel 2.2Stadium Kanker Serviks
Tabel 2.3 penatalaksanaan kanker serviks berdasarkan evidence
Tabel 2.4 Sistem Papanicolaou, WHO dan Bethesda
+7

Referensi

Dokumen terkait

kelangsungan hidup manusia. Abstraksi-abstrak dalam progresi ritme, bentuk dan ruang, dalam penelitian ini dimaknai sebagai suatu visualisasi alam semesta yang

Judul : Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Growth dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Dividen (Studi pada perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar

Tugas akhir ini adalah tinjauan perencanaan geometrik dan tebal perkerasan kaku pada jalan batas kota Palembang – Tanjung Api-Api STA 33+300 – STA 41+500.. Proyek ini

Berbeda dengan penelitian lainnya yang menguji tingkat kesehatan dan pengaruh antara RGEC, CAMELS, dan kinerja keuangan perusahaan perbankan, penelitian yang dilakukan

23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan dalam Rumah Tangga bagi Anggota Dharma Wanita Kec.. Judul : Upaya penanggulangan Domestic Violence melalui Peningkatan Pemahaman

[r]

Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam umbi sarang semut yaitu flavonoid, tanin, dan saponin dimana pada kadar tertentu memiliki aktivitas

PENGARUH DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR RUMPUT GAJAH MINI.. (Pennisetumpupureum cv. Mott) PADA USIA PEMOTONGAN