• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Eksperimen untuk MeningkatkanKemampuan Kerja Sama dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan Metode Eksperimen untuk MeningkatkanKemampuan Kerja Sama dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten SKRIPSI"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

i

Penerapan Metode Eksperimen

untuk MeningkatkanKemampuan Kerja Sama

dan Prestasi Belajar IPA

Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Wahyu Nur Cahyo

101134214

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

Penerapan Metode Eksperimen

untuk MeningkatkanKemampuan Kerja Sama

dan Prestasi Belajar IPA

Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Wahyu Nur Cahyo

101134214

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Untuk Allah SWT.. Semoga Engkau selalu memberkahi segala apa yang aku lakukan

Untuk orang tuaku, bapak dan ibu, terimaskasih atas semua doa dan kesabarannya

Sahabat dan teman-teman yang selalu mejadi tempat berbagi segala keluh kesah, tempat tumpahnya rasa, asa, dan juga cerita

(6)

v

MOTTO HIDUP

Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada

kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu

ada kemudahan (QS. Al- Insyirah :5-

6)”

“NEVER PUT IT OFF UNTIL TOMORROW WHAT YOU CAN

DO TODAY”

Cahyo

“Hidup itu adalah proses. Proses itu perubahan

dan perubahan itu yang menandakan bahwa kita

hidup”

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

Nama : Wahyu Nur Cahyo

NIM : 101134214

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja Sama dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem

Lor Klaten”

Berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan daya, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di

internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari

saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis.

(9)

viii

Abstrak

Cahyo, W.N. 2014.

Penerapan Metode Eksperimen untuk

Meningkatkan Kemampuan Kerja Sama dan Prestasi Belajar IPA

Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten.

Pengetahuan dalam IPA merupakan gabungan dari enam keterampilan yang

berbeda yang didapatkan siswa dengan cara saling bekerja sama. Penelitian ini

bertujuan untuk meningkatan kemampuan kerja sama dan prestasi belajar siswa

kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini

merupakan penelitian tindakan kelas, dengan subyek penelitian siswa kelas V SD

N 1 Kebondalem Lor yang berjumlah 20 orang. Ada 2 siklus dalam penelitian ini,

dimana pada siklus I terdapat 2 kali pertemuan dan siklus II ada 1 kali pertemuan.

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah lembar observasi, lembar

penilaian teman sejawat yang digunakan untuk mengukur kemampuan kerja sama,

dan tes tertulis yang digunakan untuk mengukur tingkat prestasi belajar.

Kriteria keberhasilan prestasi belajar yang ditentukan dalam penelitian ini

adalah apabila siswa mampu mencapai nilai KKM yaitu 60. Peningkatan

kemampuan kerja sama didasarkan pada lima aspek yang ditentukan. Hasil

tindakan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar yaitu 60

% siswa tuntas mencapai KKM dengan nilai rata-rata 64.25 dan pada siklus II ada

peningkatan lagi yaitu sebanyak 90% siswa dapat mencapai KKM dengan nilai

rata-rata 73.50. Peningkatan kemampuan kerja sama meningkat yaitu pada siklus I

50 % meningkat menjadi 75.1 % pada siklus II.

(10)

ix

ABSTRACT

Cahyo, W.N. 2014. The Implementation of Experiment Method

to Improve the Cooperation Ability and Science Achievement of

Student of Class V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten.

Science is a combination of six different skils that acquired students by doing

cooperation. This study aimed to determine the students’ cooperation ability and

achievement of class V SD N 1 Kebondalem Lor in Academic Year 2013/2014.

The method which was used in this research was Classroom Action Research,

with the fifth grade students of SD N 1 Kebondalem Lor as the participants, which

totaled 20 people. There were two cycles in this study, in which there were two

meetings in the first cycle and one meeting in the second cycle. The instruments

used in this study were the observation sheet, peer assessment sheet that was used

to measure the ability of cooperation, and written test to measure the students’ rate

in terms of learning achievement.

Learning achievement criteria would be determined, when the students

were able to achieve the score of school passing grade. The school passing grade

was 60. Then, five aspects would be determined based on the improvement of the

students’ cooperation ability. In the first cycle of action, research showed 60% students achieved the passing grade with an average score of 64.25. In the second

cycle, there were 90% students achieved the passing grade with average score of

73.50. The improvement of cooperation ability in the first cycle was 50 %.

Moreover, it increased to 75.1 % in the second cycle.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim…

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkat, rahmat,

dan ninikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Penerapan

Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja Sama dan Prestasi

Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten”.

Tersusunya tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak atas

dukungannya kepada:

1. Kedua orang tua dan semua keluargaku yang telah memberi semangat,

doa, dan kepercayaannya.

2. Bapak Rohanndi, Ph. D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

3. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., MA. Selaku kepala program

studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

4. Bapak Drs.Antonius Tri Priantoro, M. For. Sc dan Ibu Laurensia Aptik

Evanjeli, M.A. selaku dosen pembimbing tugas akhir atas segala

bimbingan, saran, dan kesabarannya bagi penulis dalam menyelesaikan

tugas akhir ini.

5. Seluruh siswa SD N Kebondalem Lor, kelas V B pada khususnya, guru,

dan staff yang telah membantu selama penulis melakukan penelitian.

6. Sahabat-sahabatku di FKM BUDI UTAMA, Komunitas Stand Up

Comedy USD, Mas Wahyu, Mas Gigih, dan teman-teman di Campus

Ministry, terima kasih atas saran dan canda tawanya.

7. Teman-teman kelompok PPL di SD N 1 Kebodalem Lor yang telah ikut

membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Seluruh pihak yang tidak mungkin satu per satu yang telah membantu

dalam bentuk apapun kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

(12)

xi

Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari

sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang

membangun guna perbaikan tugas akhir ini. Akhir kata, semoga tugas akhir ini

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO HIDUP ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

1.5. Definisi Operasional ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Kerja Sama ... 9

2.1.1. Pengertian Kerja Sama ... 9

2.1.2. Ciri-ciri Kerja Sama ... 9

2.1.3. Tujuan Kerja Sama ... 10

2.1.4. Indikator Perilaku Kerja Sama ... 11

(14)

xiii

2.2.1. Pengertian Metode Eksperimen ... 12

2.2.2. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Pelaksanaan Metode Eksperimen ... 13

2.2.3. Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen ... 13

2.2.4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen ... 14

2.3. Ilmu Pengetahuan Alam di SD ... 15

2.3.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 15

2.3.2. Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Proses ... 16

2.3.3. Ilmu Pengatahuan Alam Sebagai Produk ... 16

2.4. Materi Mendeskripsikan Sifat Cahaya ... 17

2.4.1. Cahaya dapat Merambat Lurus ... 17

2.4.2 Cahaya dapat Menembus Benda Bening ... 17

2.4.3. Cahaya dapat Dipantulkan ... 17

2.4.4. Cahaya dapat Dibiaskan ... 18

2.4.5. Cahaya dapat Diuraikan ... 19

2.5. Belajar ... 20

2.6. Prinsip-prinsip Belajar ... 21

2.7 Prestasi Belajar ... 22

2.7.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 22

2.7.2. Faktor Stimuli Belajar ... 23

2.7.3. Faktor Metode Belajar ... 24

2.7.4. Faktor Individual ... 25

2.8. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

2.8.1. Penelitian yang Berhubungan Dengan Prestasi Belajar IPA ... 26

2.8.2. Penelitian Tentang Kerja Sama ... 27

2.8.3. Penelitian Tentang Kerja Sama dan Prestasi Belajar ... 28

2.9. Kerangka Berpikir ... 30

2.10. Hipotesis Tindakan ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Setting Penelitian ... 33

(15)

xiv

3.2.2. Subyek Penelitian ... 34

3.2.3. Obyek Penelitian ... 34

3.3. Desain Penelitian ... 34

3.3.1. Persiapan ... 34

3.3.2. Rencana Tindakan Tiap Siklus ... 35

3.4. Instrumen Penelitian ... 39

3.4.1. Tes ... 39

3.4.2. Non Tes ... 42

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5.1. Tes ... 48

3.5.2. Non Tes ... 48

3.6. Teknik Analisa Data ... 49

3.6.1. Tes ... 49

3.6.2. Non Tes ... 49

3.7. Indikator Keberhasilan ... 49

3.7.1. Tes ... 49

3.7.2. Non Tes ... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1. Hasil Penelitian ... 52

4.1.1. Siklus I ... 52

4.1.2. Siklus II ... 57

4.2. Pembahasan ... 61

4.2.1. Peningkatan Prestasi Belajar ... 61

4.2.2. Peningkatan Kemampuan Kerja Sama ... 69

BAB V. PENUTUP ... 73

5.1. Kesimpulan ... 73

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 74

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 39

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Siklus II ... 40

Tabel 3.3 Hasil Validitas Soal Siklus I ... 40

Tabel 3.4 Hasil Validitas Soal Siklus II ... 41

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 41

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus II ... 42

Tabel 3.7 Pedoman Reliabilitas ... 42

Tabel 3.8 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 43

Tabel 3.9 Kisi-kisi Lembar Penilaian Teman Sejawat ... 45

Tabel 3.10 Indikator Keberhasilan Tes ... 50

Tabel 3.11 Indikator Keberhasilan Non Tes ... 51

Tabel 4.1 Data Awal Kondisi Siswa ... 61

Tabel 4.2 Nilai Hasil Evaluasi Siklus I ... 62

Tabel 4.3 Perbandingan Kondisi Awal dan Siklus I ... 62

Tabel 4.4 Nilai Hasil Evaluasi Siklus II ... 63

Tabel 4.5 Perbandingan Prestasi Belajar Siklus I dan Siklus II ... 64

Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Akhir Siklus I dan Siklus II ... 65

Tabel 4.7 Data Perbandingan Nilai Prestasi di Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 67

Tabel 4.8 Peningkatan Kemampuan Kerja Sama Siswa Siklus I ... 69

Tabel 4.9 Peningkatan Kemampuan Kerja Sama Siswa Siklus II ... 70

(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Diagram Perbandingan Nilai Prestasi di Kondisi Awal, Siklus I,

dan Siklus II ... 67

Bagan 4.2 Diagram Perbandingan Kemampuan Kerja Sama di Kondisi Awal,

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh Pemantulan Cahaya pada permukaan datar ... 17

Gambar 2. Contoh Pemantulan Cahaya pada Permukaan yang Tidak Rata ... 18

Gambar 3. Contoh Pembiasan Cahaya ... 18

Gambar 4. Contoh Penguraian Cahaya dengan Spectrum ... 19

Gambar 5. Contoh Penguraian Cahaya melalui Peristiwa Pelangi ... 19

Gambar 6. Skema Penelitian-penelitian yang Relevan ... 29

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-surat yang Berkaitan dengan Penelitian ... 80

Lampiran 2 Silabus ... 82

Lampiran 3 RPP Siklus I Pertemuan Pertama ... 88

Lampiran 4 RPP Siklus I Pertemuan Kedua ... 97

Lampiran 5 RPP Siklus II ... 103

Lampiran 6 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I ... 111

Lampiran 7 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II ... 115

Lampiran 8 Penilaian soal Evaluasi Siklus I dan II ... 118

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 122

Lampiran 10 Penilaian Kerja Sama Siklus I Pertemuan Pertama ... 131

Lampiran 11 Penilaian Kerja Sama Siklus I Pertemuan Kedua ... 141

Lampiran 12 Penilaian Kerja Sama Siklus II ... 151

Lampiran 13 Nilai Pengamatan Kemampuan Kerja Sama Siklus I Pertemuan Pertama ... 161

Lampiran 14 Nilai Pengamatan Kemampuan Kerja Sama Siklus I Pertemuan Kedua ... 162

Lampiran 15 Nilai Pengamatan Kemampuan Kerja Sama Siklus II ... 163

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam KTSP (2006) merupakan salah satu dari

lima mata pelajaran pokok yang dibelajarkan di tingkat pendidikan dasar.

Pengetahuan yang terdapat di dalam IPA merupakan pengetahuan yang didapat

seseorang melalui serangkaian keterampilan. Iskandar (2011) menyebutkan

setidaknya ada enam (6) keterampilan dalam IPA, yaitu; mengamati, mengukur,

menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, dan

mengintepretasikan data. IPA juga bukan hanya suatu kumpulan pengetahuan

mengenai benda dan makhluk hidup saja, melainkan juga memerlukan kerja sama

di antara para pelaku, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaraputra

dalam Samtowa, 2010). Pada kegiatan pembelajaran sudah semestinya siswa

diberi suatu kesempatan untuk dapat menggali sendiri pemahaman mereka. Siswa

dikatakan sudah belajar apabila ada perubahan kemampuan kognitif, sikap dan

perilaku yang diakibatkan dari pengalaman yang ia lakukan (Suyono dan

Hariyanto, 2011). Salah satu tolok ukur perubahan kognitif siswa adalah apabila

siswa dapat menunjukkan nilai yang bagus. Nilai yang didapat siswa itu

merupakan cerminan dari prestasi belajarnya sedangkan perubahan sikap dan

perilaku salah satu caranya bisa dilihat dari cara siswa melakukan kerja sama.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, karena

manusia adalah makhluk sosial yang keberadaannya selalu bergantung pada orang

(21)

lain. Dalam melakukan segala pekerjaan pun manusia tak pernah lepas dari

bantuan orang lain dengan cara saling bekerjasama. Kerja sama sangat dibutuhkan

bagi kehidupan manusia, karena kerja sama masuk ke dalam segala aspek

kehidupan manusia baik itu di lingkungan keluarga, organisasi masyarakat,

maupun di lingkungan sekolah (Lie, 2008). Kerja sama dilakukan paling sedikit

oleh dua orang dimana ada di antara kedua orang itu terdapat suatu interaksi,

terdapat komunikasi, ada reaksi dari dari komunikasi tersebut, ada hubungan

timbal balik di antara dua orang atau lebih yang melakukan kerja sama

(Restyowati dan Naqiyah, 2009). Pada umumnya dua orang atau lebih dikatakan

melakukan suatu kerja sama apabila di antara mereka saling aktif dalam

melakukan tugas yang diberikan kepada mereka, setiap anggota kelompok juga

memiliki tanggungjawab agar anggota kelompok yang lain mendapatkan suatu

informasi yang relevan, setiap anggota kelompok bisa menghargai keputusan yang

diambil, menghargai setiap saran yang masuk, mengusahakan partisipasi semua

anota kelompok, dan memberdayakan semua anggota kelompok (Isjoni, 2010).

Dalam lingkungan sekolah misalnya, kerja sama sangat penting bagi kehidupan

siswa. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran di

SD yang sangat menekankan pentingnya kerja sama guna mencapai tujuan yang

telah ditentukan bersama.

Pada kenyataannya kerja sama untuk mengerjakan sesuatu belum dibiasakan

pada diri siswa-siswi di SD N 1 Kebondalem Lor Klaten. Dari hasil wawancara,

observasi, dan dokumentasi nilai siswa yang dilakukan pada tanggal 19

(22)

masih sulit untuk bisa menerapakan kebiasaan bekerja sama dalam berbagai hal.

Misalnya saja dalam mengerjakan tugas dari suatu pelajaran. Data awal

kemampuan kerja sama di dapat ketika observasi dilakukan di kelas V pada mata

pelajaran IPA, di kelas itu terlihat masih banyak siswa yang terlihat asyik

mengerjakan tugas sendiri, tidak mampu melibatkan teman lain, dan tidak

mencerminkan adanya interaksi yang positif di antara anggota kelompok. Secara

keseluruhan rata-rata kemampuan kerja sama siswa kelas V adalah 33 %.

Menurut hasil wawancara dengan guru kelas V, siswa-siswa di kelasnya memang

agak susah apabila diminta untuk mengerjakan tugas secara berkelompok. Siswa

yang pandai cenderung dominan dalam mengerjakan tugas-tugas sementara itu

siswa yang kurang pandai cenderung bersikap diam dikarenakan tidak dilibatkan

dalam mengerjakan tugas. Hal ini terlihat saat masih banyak siswa yang kurang

pandai justru meninggalkan kelompoknya saat diskusi sedang berlangsung.

Senada dengan yang diungkapkan guru kelas, kepala sekolah SD N 1 Kebondalem

Lor pun mengatakan bahwa memang susah untuk membuat siswa mau melakukan

kerja sama dengan baik. Ketika tanya jawab dilakukan kepada siswa yang pandai,

siswa itu menjawab kalau sedang diskusi atau melakukan kerja kelompok dia

lebih suka mengerjakan sendiri. Hal ini dikarenakan apabila dia mengerjakan

sendiri maka pekerjaan itu akan lebih cepat selesai. Berbeda dengan yang

dikatakan oleh siswa yang dinilai kurang pandai. Menurut siswa yang kurang

pandai, siswa yang pandai memang tidak mau mengajak mereka untuk belajar

bersama mengerjakan tugas kelompok. Alhasil siswa yang kurang pandai pun

(23)

Kurangnya kemampuan kerja sama di antara siswa-siswa di SD N 1

Kebondalem Lor ini tentu saja berdampak pada prestasi belajar yang dicapainya.

Guru kelas mengatakan bahwa pada semester gasal 40% siswa mencapai KKM,

tetapi pada semester genap dari tahun ke tahun ada beberapa materi pelajaran

yang dinilai sangat susah. Pada 2 tahun belakang pada materi pelajaran IPA

tentang mendeskripsikan sifat-sifat cahaya hanya sedikit siswa yang mampu

mencapai KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah yakni 60, ungkap beliau saat

dilakukan wawancara pada tanggal 19 September 2013. Guru kelas V

mengatakan belum mempunyai cara khusus untuk mengatasi problematika ini.

Selama ini beliau hanya menggunakan metode ceramah, karena dinilai saat

dijelaskan siswa-siswanya lebih tenang dan memperhatikan.

Rendahnya kemampuan kerja sama dan prestasi belajar IPA di SD N 1

Kebondalem Lor ini memang sangat memprihatikan, maka dari itu peneliti

berusaha untuk menawarkan suatu solusi yang bertujuan untuk mengatasi

problematika ini. Peneliti menawarkan suatu metode pembelajaran yang inovatif

yaitu metode eksperimen. Metode eksperimen ini cocok sekali diterapkan dalam

pembelajaran IPA, karena dalam metode belajar ini melibatkan siswa dengan

mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan (Sumantri,

1988). Ketika siswa dapat membuktikan sendiri suatu percobaan pada saat yang

bersamaan siswa itu sedang membangun sendiri pengetahuannya dan ketika siswa

sudah mendapat pengetahuannya sendiri, siswa akan cenderung susah lupa akan

pengetahuannya yang telah dia dapatkan tersebut. Selain bermanfat terhadap

(24)

melatih siswa merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil percobaan secara

berkelompok yang tentu saja akan berdampak langsung pada kemampuan kerja

sama siswa-siswanya (Dimyati, 1991/1992).

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan kemampuan kerja sama

dan prestasi belajar IPA kelas V di SD N 1 Kebondalem Lor dengan

menggunakan metode eksperimen ini hanya dibatasi pada materi mendeskripsikan

sifat-sifat cahaya. Materi ini ini masuk dalam standar kompetensi 6. Menerapkan

sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model dan kompetensi

dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

1.2RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana proses penerapan metode eksperimen dalam upaya

meningkatkan kemampuan kerja sama dan prestasi belajar IPA siswa kelas

V SD N 1 Kebondalem Lor semester genap tahun ajaran 2013/2014?

1.2.2 Apakah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan

kerja sama siswa kelas V SD N 1 Kebondalem Lor semester genap tahun

ajaran 2013/2014?

1.2.3 Apakah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi

belajar IPA siswa kelas V SD N 1 Kebondalem Lor semester genap tahun

(25)

1.3TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Mengetahui proses penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan

kemampuan kerja sama dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD N 1

Kebondalem Lor semester genap tahun ajaran 2013/2015

1.3.2 Meningkatkan kemampuan kerja sama siswa kelas V SD N 1 Kebondalem

Lor semester genap tahun ajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode

eksperimen.

1.3.3 Meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD N 1 Kebondalem Lor

semester genap tahun ajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode

eksperimen.

1.4MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan

kerja sama dan prestasi belajar mereka dalam berbagai pelajaran.

Penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah pengalaman siswa karena

mereka bisa melibatkan diri langsung dalam melakukan percobaan.

1.4.2 Bagi guru, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan suatu alternatif

dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yakni dengan suatu metode

belajar inovatif yang lebih bisa memberi kesempatan kepada siswa untuk

aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

1.4.3 Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk membuka wawasan baru

(26)

1.5DEFINISI OPERASIONAL

1.5.1 Kerja sama adalah keadaan dimana dua orang atau lebih terlibat dalam

suatu interaksi dan komunikasi yang mempunyai tujuan tertentu yang

disepakati bersama.

1.5.2 Kemampuan kerja sama adalah kemampuan yang dimiliki dua orang atau

lebih dalam melakukan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu

dimana dua orang atau lebih itu saling aktif dalam melakukan tugas yang

diberikan kepada mereka, setiap anggota kelompok juga memiliki

tanggungjawab agar anggota kelompok yang lain mendapatkan suatu

informasi yang relevan, setiap anggota kelompok bisa menghargai

keputusan yang diambil, menghargai setiap saran yang masuk, dan

memberdayakan semua anggota kelompok.

1.5.3 Belajar adalah perubahan kemampuan kognitif dan sikap akibat dari

pengalaman.

1.5.4 Prestasi belajar IPA adalah prestasi yang berkaitan dengan aspek

pengetahuan dan sikap yang merupakan dampak langsung dari

pengalaman pada pelajaran IPA yang diukur dengan nilai yang didapat

siswa dari hasil pengerjaan pada lembar evaluasi.

1.5.5 Metode eksperimen adalah metode yang termasuk ke dalam salah satu

jenis metode belajar inovatif yang memungkinkan siswa untuk bisa terlibat

langsung dalam membuktikan bagaimana suatu peristiwa bisa terjadi.

1.5.6 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya adalah salah satu materi pembelajaran

(27)

1.5.7 Siswa SD adalah siswa kelas V SD N 1 Kebondalem Lor yang berjumlah

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerja Sama

2.1.1 Pengertian Kerja Sama

Kerja sama dalam artikel Pembagian Kerja, Motivasi dan Kemampuan Kerja

sama terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Hikmawati, 2012) merupakan aktivitas

dua orang atau lebih untuk melakukan kegiatan bersama yang mempunyai suatu

tujuan tertentu. Lie (2008) mengatakan bahwa kerja sama merupakan kebutuhan

yang sangat penting bagi kelangsungan hidup, tanpa adanya kerja sama tidak akan

individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Saefullah (2005) menyatakan bahwa

kerja sama adalah kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan

saling mempengaruhi yang memiliki suatu tujuan tertentu yang dipahami

bersama. Kerja sama menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005) adalah

kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah,

dsb) untuk mencapi tujuan bersama. Jadi, teori tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa kerja sama adalah keadaan dimana dua orang atau lebih terlibat dalam

suatu interaksi dan komunikasi yang mempunyai tujuan tertentu yang disepakati

bersama.

2.1.2 Ciri-ciri Kerja sama

Menurut Restyowati dan Naqiyah dalam artikel penelitian Penerapan Teknik

Permainan Kerja Sama dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan

(29)

Kemampuan Interaksi Sosial Pada Siswa (2009) menyatakan bahwa kerja sama

memiliki ciri-ciri yaitu:

a) Kerja sama dapat berlangsung apabila dilakukan minimal 2 orang

b) Dalam kerja sama harus ada kontak sosial sebagai tahapan pertama dari

sebuah interaksi

c) Dalam kerja sama harus ada komunikasi sebagai pengantar interaksi

d) Harus ada reaksi dari pihak lain atas komunikasi tersebut

e) Harus ada hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara satu

dengan yang lainnya

f) Harus ada interaksi yang bersifat dinamis, positif, dan berkesinambungan

g) Dalam interaksi cenderung menghasilkan penyesuaian bagi

subyek-subyek yang menjalin interaksi

h) Berpedoman pada norma-norma yang berlaku sebagai acuan dalam

interaksi

2.1.3 Tujuan Kerja sama

Kerja sama bertujuan untuk menjalankan berbagai pekerjaan yang terkait

dengan pencapaian tujuan kelompok atau organisasi. Komunikasi menjadi sebuah

kunci bagi anggota kelompok untuk bisa saling menjalankan tugasnya,

berinteraksi, dan bekerja sama dengan baik (Saefullah, 2005). Kerja sama dalam

proses pembelajaran bertujuan agar siswa mampu mengutarakan ide melalui

penyampaian pendapat untuk mendapat hasil tertentu (Isjoni, 2010). Arends

(2008) menambahkan bahwa kerja sama dalam proses pembelajaran sangat

(30)

siswa untuk saling membantu dalam mengerjakan tugas sehingga prestasi belajar

yang diperoleh meningkat. Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa

tujuan kerja sama dalam pembelajaran adalah memudahkan siswa dalam

mengerjakan suatu pekerjaan agar mencapai hasil yang diharapkan bersama.

2.1.4 Indikator Perilaku Kerja sama

Pada umumnya, menurut Isjoni (2010), kerja sama ditunjukkan dengan

adanya beberapa perilaku seperti:

a) Anggota kelompok melakukan tugas yang diberikan kepadanya dengan

baik, mendukung keputusan kelompok, dan mengusahakan agar anggota

yang lain mendapat informasi yang relevan dan bermanfaat.

b) Anggota kelompok dapat mengungkapkan harapan positif tentang orang

lain dalam hal kemampuan dan peran yang diharapkan. Selain itu setiap

kelompok juga perlu berkontribusi aktif dalam kelompok dan

menghargai hasil apapun yang telah dicapai.

c) Anggota kelompok juga harus bisa mengusahakan partisipasi atau

keterlibatan semua angota kelompok. Setiap anggota juga perlu belajar

dari angota lain, seperti meminta idea tau pendapat untuk membantu

membuat keputusan bersama.

d) Setiap anggota kelompok secara terbuka memberi pujian kepada orang

lain yang berkinerja baik, mendorong dan memberdayakan orang lain.

e) Setiap anggota kelompok dapat bertindak untuk menciptakan suasana

(31)

Lundren (dalam Isjoni, 2010) menyebutkan beberapa indikator yang

menunjukkan adanya perilaku kerja sama:

a) Setiap anggota kelompok dapat menggunakan kesepakatan bersama

untuk memutuskan sesuatu dengan menggunakan alasan yang benar

b) Setiap anggota kelompok dapat menghargai kontribusi ide dari

masing-masing anggota kelompok dalam menyelesaikan pekerjaan

c) Setiap anggota kelompok mampu mengambil giliran secara adil dan

berbagi tugas

d) Setiap anggota kelompok selalu berada di dalam kelompoknya selama

kegiatan berlangsung

e) Setiap anggota kelompok mampu mengerjakan tugas yang sudah

dibebankan kepada mereka sampai tuntas

f) Setiap anggota kelompok mendorong adanya partisipasi anggota

kelompok lain selama kegiatan berlangsung

g) Setiap anggota kelompok mampu menghormati adanya perbedaan

kemampuan dari masing-masing anggota kelompok

h) Setiap anggota kelompok aktif bertanya dalam selama kegiatan

berlangsung

2.2 Metode Eksperimen

2.2.1 Pengertian Metode Eksperimen

Sumantri (1999) mengatakan bahwa metode eksperimen adalah cara

(32)

melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil

percobaan. Menurut Suparno (2007) metode eksperimen adalah metode mengajar

yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian dengan

memperhatikan beberapa tahap pelaksanaan seperti, percobaan awal, pengamatan,

hipotesa awal, verifikasi, dan evaluasi. Dari kedua teori ini peneliti mendapatkan

pengertian bahwa metode eksperimen adalah metode mengajar yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bisa membangun pemahamannya akan suatu

konsep secara mandiri dengan cara membuktikan proses dan hasil percobaan.

2.2.2 Hal-hal yang Diperhatikan dalam Pelaksanaan Metode Eksperimen

Menurut Roestiyah (2001) ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru

dalam melaksanakan metode eksperimen ini di dalam kelas, yaitu:

a) Siswa harus aktif mengadakan percobaan, maka jumlah media belajar

yang digunakan siswa harus mencukupi

b) Kondisi media belajar yang digunakan harus bersih dan baik agar

percobaan yang dilakukan siswa bisa berhasil dengan baik dan

menyakinkan

c) Perlu ada waktu yang cukup bagi siswa untuk melakukan percobaan

d) Harus ada petunjuk yang jelas mengenai langkah-langkah percobaan

2.2.3 Tujuan Penggunaan Metode Ekperimen

Dimyati (1991/1992) mengemukakan tujuan pemakaian metode eksperimen,

yaitu:

a) Mengajarkan kepada siswa mengenai fakta yang berhasil dikumpulkan

(33)

b) Mengajarkan kepada siswa mengenai cara menarik kesimpulan dari fakta

c) Melatih siswa untuk merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil

percobaan

Trianto (2010) menambahkan tujuan penggunaan metode eksperimen yaitu

agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban dari

persoalan yang dihadapinya dengan percobaan dan melatih siswa untuk

berpikir ilmiah.

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan dari Metode Eksperimen

Djamarah (2000) dan Rostiyah (2001) mengemukakan beberapa macam

kelebihan dan kekurangan dari penggunaan metode eksperimen, diantaranya

yaitu:

a) Metode eksperimen melatih siswa menggunakan metode ilmiah dalam

menghadapi sutu permasalahan, sehingga siswa tidak mudah begitu saja

percaya pada sesuatu tanpa mencoba untuk membuktikannya

b) Siswa menjadi lebih aktif dalam berbuat dan berfikir

c) Selain mendapatkan pengalaman langsung mengenai bagaimana sesuatu

bisa terjadi, siswa juga memperoleh pengalaman praktis dalam

menggunakan alat-alat percobaan

d) Siswa dapat membuktikan sendiri kebenaran dari suatu teori

e) Siswa belajar bagaimana melaksanakan tahap-tahap berpikir ilmiah

f) Tidak mencukupinya media pembelajaran atau alat-alat percobaan

mengakibatkan tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk

(34)

g) Jika kegiatan eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, maka

siswa harus menanti untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran

h) Metode eksperimen ini lebih sesuai untuk menyajikan materi-materi di

bidang ilmu dan teknologi.

i) Kurangnya pesiapan dan pengalaman siswa juga dapat menimbulkan

kesulitan saat siswa melakukan kegiatan eksperimen

2.3 Ilmu Pengetahuan Alam di SD

2.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Purnell’s: Concise Dictionary of Science (dalam Iskandar, 2001) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang

didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta

dijelaskan dengan bantuan aturan, hukum, prinsip, teori, dan hipotesis. Menurut

Webster’s: New Collegiate Dictionary (dalam Iskandar, 2001) IPA adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. James Conant (dalam Samatowa,

2010) menjelaskan bahwa IPA atau sains sebagai sebuah deretan konsep serta

skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai

hasil dari eksperimentasi dan observasi. Winaraputra (dalam Samtowa, 2010) juga

menambahkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau

makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan

masalah. Berdasarkan teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah

pengetahuan mengenai benda atau makhluk hidup dan berbagai gejala alam yang

(35)

2.3.2 Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Proses

Menurut Iskandar (2011) keterampilan proses IPA adalah ketrampilan yang

dilakukan oleh para ilmuwan diantaranya adalah:

a) Mengamati, dalam IPA merupakan proses pengumpulan informasi

menggunakan panca indra dan atau menggunakan instrumen untuk

membantu pengumpulan informasi.

b) Mengukur, merupakan proses membandikan suatu objek dengan alat

ukur yang sesuai.

c) Menarik kesimpulan, merupakan proses yang timbul setelah melakukan

observasi dan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

d) Mengendalikan variable, merupakan proses pengaturan variable

sehingga menimbulkan suatu perbedaan hasil.

e) Merumuskan hipotesa, merupakan proses menyusun suatu pernyataan

berdasarkan alasan yang merupakan jawaban sementara untuk masalah.

f) Menginterpretasikan data, merupakan proses penganalisaan data yang

diperoleh dan disusun dengan cara menentukan pola keterhubungannya

pada data keseluruhan.

2.3.3 Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk

Produk dalam IPA menurut Iskandar (2011) merupakan kumpulan hasil

kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama

berabad-abad. Bentuk produk IPA adalah fakta yang merupakan hasil dari kegiatan

empirik dalam IPA, konsep, prinsip, dan teori IPA yang merupakan hasil dari

(36)

2.4 Materi Mendeskripsikan Sifat Cahaya

2.4.1 Cahaya Merambat Lurus

Bukti bahwa cahaya itu merambat lurus dapat dilihat salah satunya dengan

cara menyalakan sebuah lampu laser, dimana sorot lampu laser itu diarahkan ke

suatu titik yang melewati kepulan asap, misalnya asap dari pembakaran obat

nyamuk, ketika sinar laser melewati kepulan asap itu akan terlihat berkas sinar

laser yang berbentuk garis lurus. Hal itu yang membuktikan bahwa cahaya itu

merambat lurus (Tim Bina IPA, 2010).

2.4.2 Cahaya Menembus Benda Bening

Ada dua benda yang dapat menerima cahaya, yaitu benda gelap dan benda

bening. Benda gelap adalah benda yang hanya menerima cahaya dan tidak dapat

tembus cahaya. Benda bening adalah benda yang dapat menerima cahaya dan

dapat ditembus cahaya (Tim Bina IPA, 2010).

2.4.3 Cahaya dapat dipantulkan

Cahaya yang mengenai benda tertentu dapat dipantulkan, pemantulan cahaya

itu sangat dipengaruhi oleh bentuk permukaan benda yang terkena cahaya (Tim

Bina IPA, 2010).

(37)

Gambar 2. Contoh pemantulan cahaya pada permukaan yang tidak rata

2.4.4 Cahaya dapat dibiaskan

Cahaya dapat mengalami pembiasan bila melalui dua medium yang berbeda.

Hukum pembiasan menyebutkan bila cahaya masuk ke medium yang tingkat

kerapatannya lebih kecil maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Bila

cahaya masuk ke medium yang tingkat kerapatannya lebih besar maka akan

dibiaskan mendekati garis normal (Tim Bina IPA, 2010).

(38)

2.4.5 Cahaya dapat diuraikan

Sifat cahaya yang terakhir adalah cahaya dapat diuraikan. Salah satu peristiwa

yang membuktikan bahawa cahaya dapat diuraikan adalah dengan adalanya

pelangi. Pelangi berasal dari penguraian sinar cahaya matahari yang tampak

berupa sinar berwarna putih yang mengenai butiran-butiran air yang kemudian

menguraikan cahaya putih itu menjadi tujuh warna (Tim Bina IPA, 2010).

Gambar 4. Contoh penguraian cahaya dengan spectrum

(39)

2.5 Belajar

Ada banyak teori yang memberikan definisi tentang belajar, seperti Cronbach

(dalam Suryabrata, 2004) yang mengatakan bahwa belajar ditampilkan melalui

perubahan sikap sebagai akibat dari adanya pengalaman. Slameto (2010)

menambahkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan oleh

seseorang yang bertujuan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

menyeluruh yang merupakan akibat dari pengalamannya sendiri dalam melakukan

interaksi dengan lingkungannya. Syah (2008) mendefinisikan bahwa belajar

merupakan suatu proses yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap

jenis kegiatan dan jenjang pendidikan. Seorang siswa dikatakan berhasil atau pun

gagal tergantung pada caranya berproses saat dia belajar. Suatu proses belajar

dikatakan sebagai proses belajar yang baik apabila terjadi secara terus-menerus

dan dimanapun siswa itu berada. Suyono dan Hariyanto (2011), mengungkapkan

bahwa belajar merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan,

meningkatkan kemampuan, memperbaiki perilaku, dan mengokohkan

kepribadian. Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Skinner

(dalam Syah, 2003) yaitu belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang

relatif dan menetap sebagai akibat dari pengalaman dan latihan yang kontinyu.

Hilgard (dalam Suryabrata, 2004) berkata bahwa belajar merupakan suatu proses

dimana suatu kegiatan diubah atau berasal melalui suatu prosedur pendidikan.

Dari berbagai macam teori belajar di atas maka dapat ditarik suatu kesamaan

pengertian tentang belajar yaitu suatu aktifitas yang menyebabkan seseorang

(40)

menyebabkan perubahan dalam hal kemampuan kognitif dalam memahami

sesuatu dan perubahan sikap. Penelitian ini membatasi definisi belajar hanya pada

aspek kognitif dan afektif saja, karena menurut peneliti aspek ini merupakan

aspek yang perlu ditingkatkan pada diri siswa.

2.6 Prinsip-prisip Belajar

Hanafiah dan Cucu (2012), mengungkapkan bahwa belajar merupakan

kegiatan sistematis dan berlangsung terus-menerus yang memiliki beberpa

prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Belajar berlangsung seumur hidup

b) Proses belajar adalah proses yang kompleks tetapi terorganisir

c) Proses belajar dimulai dari hal sedehana kemudian meningkat ke hal

yang lebih kompleks

d) Belajar dimulai dengan mengenal fakta yang dilanjutkan pada

pengenalan konsep

e) Belajar dimulai dari hal yang konkrit kemudian ke hal yang abstrak

f) Belajar merupakan bagian dari perkembangan

g) Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh dengan makna

h) Proses belajar dapat berlangsung pada setiap tempat dan kapan saja

i) Belajar tidak harus selalu dengan guru

(41)

2.7 Prestasi Belajar

Syah (2003) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah pengungkapan

hasil belajar yang meliputi perubahan kemampuan kognitif dan sikap akibat dari

suatu proses belajar yang dialami oleh siswa. Ahmadi dan Supriyono (1991)

menambahkan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang merupakan

hasil interaksinya dengan berbagai faktor, baik faktor dari dalam diri sendiri

maupun faktor yang berasal dari luar diri.

2.7.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (Ahmadi dan

Supriyono, 1991)

a) Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri

1. Faktor jasmaniah yang berkaitan dengan penggunaan panca indra

yang dimiliki oleh seseorang

2. Faktor psikologis yang berkaitan dengan tingkat intelektual, bakat,

sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

3. Faktor kematangan fisik maupun psikis

b) Faktor yang berasal dari luar diri

1. Faktor sosial yang meliputi lingkungan keluarga, masyarakat,

sekolah , dan kelompok

2. Faktor lingkungan yang mencakup segi fasilitas rumah, fasilitas

belajar, dan iklim belajar.

Ahmadi dan Supriyono (1991) menambahkan beberapa faktor lainnya yang

(42)

2.7.2 Faktor stimuli belajar, yaitu segala hal yang ada di luar individu yang

dapat mempengaruhi individu tersebut untuk mengadakan reaksi atau

perbuatan belajar. Dalam hal ini ada beberapa hal yang bisa berpengaruh

seperti:

a) Panjangnya bahan pelajaran, semakin panjang bahan pelajaran yang akan

dipelajari maka semakin panjang pula waktu yang diperlukan oleh

seseorang untuk mempelajarinya.

b) Kesulitan bahan pelajaran, setiap bahan pelajaran mengandung tingkat

kesulitan yang berbeda. Semakin sulit bahan pelajaran untuk dipahami

maka semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya.

Bahan pelajaran yang sulit ini dapat diatasi dengan cara menggunakan

media pembelajaran yang sesuai dengan apa yang akan dipelajari.

c) Berartinya bahan pelajaran, bahan pelajaran yang berarti adalah bahan

pelajaran yang dapat dikenali oleh seseorang sehingga memungkinkan

dia untuk belajar.

2.7.3 Faktor metode belajar, yaitu cara yang digunakan guru dalam

membelajarakan siswa-siswanya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan:

a) Kegiatan berlatih dan praktek, kegiatan berlatih dapat diberikan baik

secara kontinu ataupun secara terdistribusi. Kegiatan berlatih secara

distribusi dinilai mampu menjamin terpeliharanya stamina dan

kegairahan belajar. Kegiatan berlatih ini seringkali diikuti dengan

(43)

adalah metode eksperimen yang mengharuskan siswa untuk terlibat

langsung dalam pembelajaran.

b) Over learning dan Drill. Over learning dilakukan untuk mengurangi

kelupaan dalam mengingat ketrampilan-ketrampilan yang pernah

dipelajari tetapi untuk sementara waktu tidak dipraktekkan. Drill berlaku

bagi kegiatan berlatih abstraksi.

c) Pengenalan tentang hasil belajar, dengan mengetahui hasil belajar,

seorang siwa dinilai akan lebih mampu meningkatkan hasil belajar

selanjutnya.

d) Penggunaan modalitet belajar, ada tiga macam modalitet belajar atau

daya tangkap siswa terhadap pembelajaran: oral, visual, dan kinestektik.

Guru yang baik haruslah mempertimbangkan jenis daya tangkap apa

yang sesuai dengan siswa-siswanya.

2.7.4 Faktor individual yang meliputi:

a) Kematangan yang terjadi akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif

di dalam struktur jasmani disertai dengan perubahan kualitatif terhadap

struktur tersebut.

b) Faktor usia kronologis, semakin tua usia seseorang maka semakin

meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Usia

kronologis merupakan faktor penentu dari tingkat kemampuan belajar

(44)

c) Faktor perbedaan jenis kelamin, dari fakta menunjukkan tidak ada

perbedaan yang berarti antara pria dan wanita dalam hal tingkat

intelegensi.

d) Pengalaman sebelumnya, pengalaman yang diperoleh seseorang ikut

mempengaruhi hal belajar yang bersangkutan, terutama pada transfer

belajar.

e) Kapasitas mental, merupakan potensi untuk mempelajari serta

mengembangkan berbagai ketrampilan atau kecakapan.

f) Motivasi, hal ini penting sekali dalam kegiatan belajar karena motivasi

menggerakkan seseorang, mengarahkan tindakan, dan memilih tujuan

belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan.

Slameto (2012) menambahkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar seseorang, antara lain:

a) Faktor keluarga yang erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik,

hubungan antara orang tua dan anaknya, keadaan ekonomi keluarga, dan

latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah yang mencakup metode mengajar guru memanfaatkan

sarana prasarana atau tidak, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

antar siswa, disiplin sekolah, dan metode belajar

c) Faktor masyarakat yang menyangkut keberadaan siswa dalam suatu

komunitas masyarakat, kegiatan siswa dalam masytarakat, teman

(45)

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa antara lain ; faktor internal siswa menyangkut tingkat intelegensi,

bakat, minat, dan motivasi siswa; faktor eksternal menyangkut bagaimana seorang

guru membelajarkan siswa-siswanya apakah dengan metode konvensional atau

dengan metode belajar yang inovatif, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah,

dan kurikulum yang digunakan sekolah; faktor masyarakat yang menyangkut

teman bergaul, latar belakang budaya, tuntutan masyarakat.

2.8 Hasil Penelitian yang Relevan

2.8.1 Penelitian yang berhubungan dengan prestasi belajar IPA

Edi (2011) meneliti tentang peningkatan prestasi belajar IPA melalui metode

eksperimen. Tujuannya yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD N

Bangunrejo 1 Semester 2 Tahun 2011 dalam materi mendeskripsikan sifat cahaya

melalui metode eksperimen. Dalam penelitiannya didapatkan hasil bahwa dengan

menerapkan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran prestasi belajar

siswa meningkat dari semula yang rata-rata hanya 61,96 meningkat menjadi

82,67. Kesimpulannya adalah pengunaan metode eksperimen dapat meningkatkan

prestasi belajar IPA siswa SD N Bangunrejo.

Kusdaryanto (2012) meneliti hal yang serupa. Penelitian yang dilakukannya

bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD B 1

Selokerto Sempor pada materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan metode

eksperimen berbasis pendekatan inkuiri. Penelitian ini mendapati hasil prosentase

(46)

pada siklus pertama naik menjadi 84% pada siklus ke dua. Hal ini membuktikan

bahawa metode eksperimen berbasis pendekatan inkuiri dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa SD N 1 Selokerto Sempor.

2.8.2 Penelitian tentang kerja sama

Nurhidayati (2010) meneliti tentang menumbuhkan kemampuan kerja sama

siswa autis dengan siswa non-autis. Penelitian ini dilakukan dengan 27ember

metode belajar inovatif kepada anak autis agar dapat menumbuhkan kemampuan

kerja samanya. Hasilnya adalah anak autis mampu menegmbangkan kemampuan

kerja samanya dengan siswa non-autis dalam bentuk kerja sama secara umum,

mengungkapkan harapan positif, menghargai masukan, 27ember dorongan, dan

membangun semangat kelompok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan

metode pembelajaran yang inovatif dapat meningkatkan kemampuan kerja sama

siswa.

Kadarwati (2012) meneliti tentang peningkatan kemampuan kerja sama siswa

melalui model belajar inovatif yaitu model kooperatif. Penelitian ini bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan kerja sama siswa SMP N 2 Piyungan dengan

menerapkan metode belajar inovatif. Hasil dari penelitian yang dia lakukan adalah

adanya peningkatan prosentase nilai kemampuan kerja sama siswa SMP N 2

Piyungan. Pada siklus 1 prosentase kemampuan kerja samanya hanya 60%

sedangkan pada siklus 2 prosentase nya naik menjadi 77%. Hal ini menunjukkan

bahawa penerapan metode inovatif dapat meningkatkan kemampuan kerjasama

(47)

2.8.3 Penelitian tentang kerja sama dan prestasi belajar

Pariz (2012) melakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan kerja

sama siswa dan hasil belajar siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Penelitiannya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja sama siswa dan

prestasi belajar siswa kelas XI pada mata diklat PLC. Hasil yang didapatkan

adalah dengan menerapkan model belajar kontekstual prosentase kemampuan

kerja sama siswa meningkat dari 44.6% menjadi 82.9% dan rata-rata prestasi

belajar siswanya pun meningkat dari 66.7 menjadi 75.4. Hal ini menunjukkan

bahwa peneraran metode belajar dapat meningkatkan kemampuan kerja sama dan

prestasi belajar siswa.

Dengan berdasar kepada lima (5) hasil penelitian diatas dapat diketahui

bahwa Metode belajar yang inovatif dalam proses belajar mengajar tidak hanya

terbukti mampu meningkatkan kemampuan kerja sama siswa-siswa tetapi juga

(48)

Gambar 6.Skema Penelitian-penelitan yang Relevan dan prestasi belajar

Pariz (2012)

Model pembelajaran kontekstual – Kemampuan kerja sama dan prestasi belajar

Yang diteliti:

Metode eksperimen – Kemampuan Kerja Sama dan Prestasi belajar IPA

Edi (2011)

Metode eksperimen -prestasi belajar IPA

(49)

2.9 Kerangka Berpikir

IPA merupakan mata pelajaran yang hampir keseluruhan materinya adalah

tentang pembuktian bagaimana suatu peristiwa terjadi. Sebagai seorang guru perlu

suatu cara atau metode khusus yang digunakan dalam setiap kegiatan belajar

mengajar agar dapat mengakomodir semua cakupan materi. Misalnya materi

tentang sifat-sifat cahaya yang dibelajarakan di kelas V merupakan materi yang

cukup sulit bagi siswa untuk bisa dipahami dengan baik. Hal ini biasanya

dikarenakan ketidaktahuan guru dalam menyampaikan materi tersebut kepada

siswa-siswanya. Seorang siswa perlu menemukan fakta tentang sifat-sifat cahaya

itu secara mandiri untuk bisa memahami materi tentang sifat-sifat cahaya. Dengan

cara menentukan fakta secara mandiri, siswa diharapkan lebih mudah dalam

memahami materi tentang sifat-sifat cahaya. Salah satu cara yang dapat digunakan

guru dalam membelajarkan materi itu adalah dengan metode eksperimen. Metode

eksperimen dinilai tepat untuk mengakomodir siswa pemahaman siswa karena

dalam metode ini siswa menggali dan menemukan fakta-fakta yang berkaitan

dengan sifat-sifat cahaya secara mandiri yang nantinya berdampak langsung pada

prestasi belajarnya.

Dengan metode ini, siswa diakomodir untuk mencoba secara langsung suatu

percobaan untuk membuktikan suatu fenomena. Metode ini selain bisa

mengakomodir keterampilan siswa dalam menggali sebuah informasi juga dapat

membantu meningkatkan kemampuan kerja sama diantara para siswa. Pada

metode eksperimen ini, siswa juga dapat saling bekerjasama untuk bisa

(50)

beberapa siswa dalam kelompok itu melakukan percobaan sedangkan siswa

lainnya mencatat hasil percobaan.

Dengan diterapkannya metode eksperimen dalam pembelajaran IPA di SD N

1 Kebondalem Lor ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kerja sama

yang dimiliki siswa dan juga akan berdampak langsung pada prestasi belajarnya.

2.10 Hipotesis Tindakan

a) Penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA tentang

medeskripsikan sifat cahaya dapat meningkatkan kemampuan kerja sama

siswa kelas V SD N 1 Kebondalem Lor.

b) Penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA tentang

mendeskripsikan sifat cahaya dapat meningkatakan prestasi belajar siswa

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas

(PTK). Menurut Aqib, dkk (2008) penelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan

untuk memperbaiki kinerja yang telah diusahakan sehingga dapat membuat

prestasi belajar siswa-siswanya meningkat. Penelitian ini dilaksanakan dalam

beberapa langkah yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahapan

ini merupakan suatu siklus dan dapat dilihat pada gambar (Aqib, 2008):

Gambar 7. Model PTK menurut John Elliot

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

Perencanaan Siklus 1

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Perencanaan

Siklus 2

?

(52)

Menurut Hopkins (dalam Rochiati, 2007) ada beberapa hal yang harus

menjadi pertimbangan seorang guru dalam melaksanakan sebuah penelitian

tindakan kelas, antara lain:

a) Tugas pendidik yang utama adalah mengajar di kelas, dan kegiatan

penelitian hendaknya tidak mengganggu tugas ini.

b) Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan sebaiknya jangan

terlalu banyak menyita waktu.

c) Metode penelitian ini sebaiknya dapat diandalkan untuk mengembangkan

kemampuan menyusun hipotesa kerja dan selanjutnya menyusun strategi

untuk mengatasi persoalan.

d) Permasalahan yang diangkat dalam penelitian hendaknya yang

sebenarnya dihadapi di kelas, dan memerlukan penyelesaiannya.

e) Memperhatikan prosedur etisnya sehingga tidak dilanggar

3.2Setting Penelitian

3.2.1 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N 1 Kebondalem Lor Klaten yang terletak

di desa Kebondalem Lor, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten. SD N 1

Kebondalem Lor ini terletak kurang lebih 3 km dari Candi Prambanan. Kondisi

sekolah cukup nyaman untuk kegiatan belajar siswa-siswa karena letak sekolah

(53)

3.2.2 Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VB SD N 1 Kebondalem

Lor. Siswa putra di kelas VB ini berjumlah 9 orang dan siswa putrinya berjumlah

11 orang. Mayoritas siswa kelas VB di SD N 1 Kebondalem Lor tergolong siswa

dengan kemampuan rata-rata. Latar belakang pekerjaan orangtua siswa-siswa

kelas VB mayoritas berprofesi sebagai buruh, pegawai negeri, dan wiraswasta.

3.2.3 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah kemampuan kerja sama siswa kelas VB SD N 1

Kebondalem Lor dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA, SK (Standar

Kompetensi: 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu

karya/model dan KD (Kompetensi Dasar): 6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya,

menggunakan metode eksperimen.

3.3Desain Penelitian

3.3.1 Persiapan

Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu

melakukan beberapa persiapan, seperti; meminta izin kepada kepala sekolah SD N

1 Kebondalem Lor untuk melakukan kegiatan penelitian dan PPL, melakukan

wawancara dengan guru, siswa kelas V, dan kepala sekolah, serta mempersiapkan

(54)

3.3.2 Rencana Tindakan tiap Siklus

Siklus I

Pertemuan pertama

a) Rencana Tindakan

Pada pertemuan pertama di siklus I, ada beberapa rencana tindakan yang

akan dilakukan diantaranya setelah siswa mendengarkan mengenai tujuan

pembelajaran yang akan dilakukan dan cara melakukan kegiatan

percobaan, siswa akan dibagi dalam 5 kelompok kecil. Dalam setiap

kelompok siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sifat cahaya

yaitu cahaya merambat lurus dan cahaya dapat menembus benda bening.

Setelah selesai melakukan percobaan, siswa diminta untuk menuliskan

hasil percobaan mereka, menjawab pertanyaan yang ada di dalam lembar

kerja siswa, dan menyampaikan hasil pekerjaan mereka di depan siswa

yang lain. Siswa yang lain dipersilakan untuk member pertanyaan,

masukan, atau saran terhadap pekerjaan teman lainnya. Kemudian siswa

dan guru merangkum kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan.

c) Pengamatan

Peneliti melakukan observasi selama proses pembelajaran dengan

memperhatikan cara siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar,

(55)

bekerja sama, dan meneliti hasil pekerjaan siswa melalui lembar evaluasi

yang dikerjakan siswa.

d) Refleksi

Peneliti melakukan refleksi dengan cara mengidentifikasi

kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Refleksi ini akan dijadikan acuan untuk pertemuan ke dua

di siklus I dengan tujuan agar siswa mampu mencapai kompetensi dasar

yang ditentukan dan dapat mendapatkan gambaran murni dari nilai

kemampuan kerja samanya.

Siklus I

Pertemuan kedua

a) Rencana Tindakan

Pada tindakan di siklus I pertemuan kedua, setelah siswa mendengarkan

penjelasan dari guru mengenai tujuan pembelajaran dan cara melakukan

percobaan, siswa dibagi ke dalam 5 kelompok kecil, kelompok yang

terbentuk sama dengan pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua

siklus I ini, siswa akan mencoba melakukan percobaan untuk

membuktikan bahwa cahaya dapat dibiaskan. Setiap kelompok, setelah

selesai melakukan percobaan, diminta menuliskan hasil percobaan

mereka lalu disampaikan di depan siswa lainnya. Siswa yang lain diberi

kesempatan untuk bertanya, memberi masukan, atau saran terhadap

kelompok yang berada di depan. Kemudian siswa dan guru bersama

(56)

siswa mengerjakan soal evaluasi mengenai tiga sifat cahaya yang telah

dipelajari.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan

seperti yang telah ditentukan.

c) Pengamatan

Peneliti melakukan observasi selama proses pembelajaran dengan

memperhatikan cara siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar,

sekaligus mengisi lembar observasi tentang kemampuan siswa dalam

bekerja sama, dan meneliti hasil pekerjaan siswa melalui lembar evaluasi

yang dikerjakan siswa.

d) Refleksi

Peneliti melakukan refleksi dengan cara mengidentifikasi

kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Refleksi ini akan dijadikan acuan untuk mengadakan

perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus II yang bertujuan agar siswa

dapat mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya selama

kegiatanbelajar berlangsung, dapat mencapai kompetensi dasar yang

ditentukan, dan dapat meningkatkan kemampauan kerja sama yang

(57)

Siklus II

a) Rencana Tindakan

Pada siklus II setelah mendengarkan tujuan pembelajaran dan cara

melakukan percobaan dari guru, siswa diminta untuk membentuk 5

kelompok kecil yang sama dengan pertemuan sebeliumnya. Kegiatan

percobaan pada siklus II yang akan dilakukan siswa adalah membuktikan

bahwa cahaya dapat dipantulkan dan dapat diuraikan. Kegiatan

pembuktian cahaya dapat diuraikan akan dilakukan di luar kelas. Setelah

selesai melakukan kegiatan percobaan siswa diminta untuk menuliskan

hasil percobaan dan menyampaikan hasilnya di depan kelas. Siswa yang

lain diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, memberi masukan

atau saran, dan menmberi sanggahan. Setelah itu siswa dan guru

bersama-sama membuat rangkuman dari kegiatna pembelajaran yang

telah dilakukan. Siswa melanjutkan kegiatan dengan mengerjakan soal

evaluasi mengenai dua sifat cahaya yang sudah dipelajari.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan.

c) Pengamatan

Selama proses belajar mengejar berlangsung, peneliti melakukan

observasi dengan mengisi lembar observasi untuk mengetahui

(58)

terhadap lembar evaluasi siswa untuk melihat ketercapaian kompetensi

dasar dan peningkatan kemampuan kerja sama siswa.

d) Refleksi

Peneliti melakukan identifikasi atau melihat kesulitan yang dialami siswa

selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk ditindaklanjuti pada

tahapan berikutnya.

3.4Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen penelitian, yaitu tes

yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa dan non tes yang

digunakan untuk mengukur kemampuan kerjasama siswa.

3.4.1 Tes

Penelitian ini menggunakan instrumen tes yang digunakan untuk mengukur

prestasi belajar yang dicapai siswa dengan mengerjakan soal yang diberikan di

akhir siklus I. Soal berupa pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 20 soal

untuk siklus I dan 10 soal sebagai evaluasi di siklus II.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Siklus I

No Indikator Nomor Soal

1. Menjelaskan pengertian cahaya 1, 13, 17, 18, 2. Menjelaskan sumber-sumber

cahaya

2, 10 3. Mendeskripsikan sifat cahaya

merambat lurus

3, 19, 16 4. Menyebutkan contoh peristiwa

cahaya yang merambat lurus

4 5. Membedakan antara benda

bening dan benda gelap

7, 12 6. Mendeskripsikan sifat cahaya

yang mampu menembus benda bening

(59)

7. Mendeskripsikan sifat cahaya yang dapat dibiaskan

6, 8 8. Menyebutkan contoh pembiasan

dalam kehidupan sehari-hari

9, 14, 15

Di akhir siklus dua juga dilakukan evaluasi dengan memberikan soal pilihan

ganda yang berjumlah 10 soal.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Siklus II

No. Indikator Nomor Soal

1. Mendeskripsikan sifat cahaya yang dapat dipantulkan

1,4,10 2. Menyebutkan peristiwa

pemantulan cahaya yang terjadi di kehidupan sehari-hari

6, 9

3. Mendeskripsikan sifat cahaya yang dapat diuraikan

3, 5, 8 4. Menyebutkan contoh penguraian

cahaya yang terjadi di kehidupan sehari-hari

2, 7

Sebelum lembar tes diujicobakan ke siswa kelas VB SD N 1 Kebondalem Lor,

terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas

soal tes dilakukan di SD N Gentan. Hal ini dikarenakan karakteristik siswa di SD

N Gentan dinilai hampir sama dengan siswa di SD N 1 Kebondalem Lor.

Sugiyono (2010) berpendapat bahwa suatu soal dikatakan valid apabila memiliki

r.hitung di atas r.tabel yaitu 0.30.

Tabel 3.3 Hasil Validitas Soal Siklus I

(60)

11. .390 0.30 Valid

Tabel 3.4 Hasil Validitas Soal Siklus II

No. Item r. hitung r. tabel Keterangan

Hasil uji validitas yang dilakukan pada soal siklus I didapatkan 14 aitem soal

yang valid dari total 20 soal. Sedangkan pada siklus II didapatkan 7 aitem soal

yang valid dari total 10 soal. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan

cronbach alpha untuk mengetahui tingkat kereliabelan dari soal (Arikunto, 1999).

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilas Soal Siklus I

Cronbach's

(61)

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus II

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

0.507 0.816 7

Dari data di atas, tingkat keriabelan soal siklus dua adalah sebesar 0.507

dengan jumlah soal yang reliabel ada 7 soal. Tingkat reliabilas soal diukur dengan

menggunakan pedoman sebagai berikut (Arikunto, 1999):

Tabel 3.7 Pedoman Reliabilitas

No. Tingkat Reliabilitas Kriteria Penilaian

1. 0.80 – 1.00 Sangat Tinggi

2. 0.60 – 0.79 Tinggi

3. 0.40 – 0.59 Cukup

4. 0.20 – 0.39 Rendah

5. 0.00 – 0.19 Sangat Rendah

Jadi, soal pada siklus I termasuk ke dalam kriteria tingkat kereliabelan yang

tinggi dan soal pada siklus II termasuk dalam kriteria tingkat kereliabelan yang

cukup.

3.4.2 Non Tes

Instrumen penilaian non tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan

kerjasama siswa. Dalam penelitian ini, kemampuan kerjasama siswa diukur

menggunakan lembar observasi dan penilaian teman sejawat. Lembar observasi

digunakan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas dan penilaian teman

Gambar

Gambar 1. Contoh Pemantulan Cahaya pada permukaan datar  ........................................
Gambar 1. Contoh pemantulan cahaya pada permukaan datar
Gambar 2. Contoh pemantulan cahaya pada permukaan yang tidak rata
Gambar 4. Contoh penguraian cahaya dengan spectrum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pandangan pendeta tentang makna kehidupan umat beragama yang harmonis, yakni pendeta memahami bahwa misi semua agama yang ada di Indonesia sejatinya menebar

 Pengeboran dengan sistem bor kering / dry drilling : Tanah di bor dengan menggunakan mata bor spiral. Dengan cara memutar mata bor dan diangkat setiap interval 0,5meter... Jika

Kegiatan perawatan periode tahun 2007 telah selesai dilakukan dan secara keseluruhan kegiatan ini telah berhasil dengan baik dan sistem dapat dioperasikan dengan

Berlatar belakang situasi dan beberapa hasil penelitian tersebut, penulis ingin mengetahui lebih lanjut pengaruh likuiditas, leverage, dan profitabilitas

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah merancang dan membangun sebuah aplikasi layanan reservasi service untuk bengkel sepeda motor sehingga dapat memberikan

PENENTUAN NILAI WAJAR SAHAM MELALUI MODEL DISCOUNTED CASH FLOW DAN RELATIVE VALUATION (STUDI KASUS: SAHAM PT. BUMI RESOURCES, TBK. PERIODE

Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital tersebut dilakukan oleh instansi/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh Kepala BNPB dan atau kepala BPBD sesuai

Visual Analogue Scale (VAS) adalah instrumen pengukuran nyeri yang digunakan pada pasien dewasa dan anak-anak yang tidak dapat menjelaskan intensitas nyeri yang dirasakan,