i
Penerapan Metode Eksperimen
untuk MeningkatkanKemampuan Kerja Sama
dan Prestasi Belajar IPA
Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Wahyu Nur Cahyo
101134214
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
Penerapan Metode Eksperimen
untuk MeningkatkanKemampuan Kerja Sama
dan Prestasi Belajar IPA
Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Wahyu Nur Cahyo
101134214
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Untuk Allah SWT.. Semoga Engkau selalu memberkahi segala apa yang aku lakukan
Untuk orang tuaku, bapak dan ibu, terimaskasih atas semua doa dan kesabarannya
Sahabat dan teman-teman yang selalu mejadi tempat berbagi segala keluh kesah, tempat tumpahnya rasa, asa, dan juga cerita
v
MOTTO HIDUP
Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada
kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan (QS. Al- Insyirah :5-
6)”
“NEVER PUT IT OFF UNTIL TOMORROW WHAT YOU CAN
DO TODAY”
–
Cahyo
“Hidup itu adalah proses. Proses itu perubahan
dan perubahan itu yang menandakan bahwa kita
hidup”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Wahyu Nur Cahyo
NIM : 101134214
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja Sama dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem
Lor Klaten”
Berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan daya, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
viii
Abstrak
Cahyo, W.N. 2014.
Penerapan Metode Eksperimen untuk
Meningkatkan Kemampuan Kerja Sama dan Prestasi Belajar IPA
Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten.
Pengetahuan dalam IPA merupakan gabungan dari enam keterampilan yang
berbeda yang didapatkan siswa dengan cara saling bekerja sama. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatan kemampuan kerja sama dan prestasi belajar siswa
kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas, dengan subyek penelitian siswa kelas V SD
N 1 Kebondalem Lor yang berjumlah 20 orang. Ada 2 siklus dalam penelitian ini,
dimana pada siklus I terdapat 2 kali pertemuan dan siklus II ada 1 kali pertemuan.
Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah lembar observasi, lembar
penilaian teman sejawat yang digunakan untuk mengukur kemampuan kerja sama,
dan tes tertulis yang digunakan untuk mengukur tingkat prestasi belajar.
Kriteria keberhasilan prestasi belajar yang ditentukan dalam penelitian ini
adalah apabila siswa mampu mencapai nilai KKM yaitu 60. Peningkatan
kemampuan kerja sama didasarkan pada lima aspek yang ditentukan. Hasil
tindakan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar yaitu 60
% siswa tuntas mencapai KKM dengan nilai rata-rata 64.25 dan pada siklus II ada
peningkatan lagi yaitu sebanyak 90% siswa dapat mencapai KKM dengan nilai
rata-rata 73.50. Peningkatan kemampuan kerja sama meningkat yaitu pada siklus I
50 % meningkat menjadi 75.1 % pada siklus II.
ix
ABSTRACT
Cahyo, W.N. 2014. The Implementation of Experiment Method
to Improve the Cooperation Ability and Science Achievement of
Student of Class V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten.
Science is a combination of six different skils that acquired students by doing
cooperation. This study aimed to determine the students’ cooperation ability and
achievement of class V SD N 1 Kebondalem Lor in Academic Year 2013/2014.
The method which was used in this research was Classroom Action Research,
with the fifth grade students of SD N 1 Kebondalem Lor as the participants, which
totaled 20 people. There were two cycles in this study, in which there were two
meetings in the first cycle and one meeting in the second cycle. The instruments
used in this study were the observation sheet, peer assessment sheet that was used
to measure the ability of cooperation, and written test to measure the students’ rate
in terms of learning achievement.
Learning achievement criteria would be determined, when the students
were able to achieve the score of school passing grade. The school passing grade
was 60. Then, five aspects would be determined based on the improvement of the
students’ cooperation ability. In the first cycle of action, research showed 60% students achieved the passing grade with an average score of 64.25. In the second
cycle, there were 90% students achieved the passing grade with average score of
73.50. The improvement of cooperation ability in the first cycle was 50 %.
Moreover, it increased to 75.1 % in the second cycle.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim…
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkat, rahmat,
dan ninikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Penerapan
Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja Sama dan Prestasi
Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 1 Kebondalem Lor Klaten”.
Tersusunya tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak atas
dukungannya kepada:
1. Kedua orang tua dan semua keluargaku yang telah memberi semangat,
doa, dan kepercayaannya.
2. Bapak Rohanndi, Ph. D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
3. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., MA. Selaku kepala program
studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
4. Bapak Drs.Antonius Tri Priantoro, M. For. Sc dan Ibu Laurensia Aptik
Evanjeli, M.A. selaku dosen pembimbing tugas akhir atas segala
bimbingan, saran, dan kesabarannya bagi penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
5. Seluruh siswa SD N Kebondalem Lor, kelas V B pada khususnya, guru,
dan staff yang telah membantu selama penulis melakukan penelitian.
6. Sahabat-sahabatku di FKM BUDI UTAMA, Komunitas Stand Up
Comedy USD, Mas Wahyu, Mas Gigih, dan teman-teman di Campus
Ministry, terima kasih atas saran dan canda tawanya.
7. Teman-teman kelompok PPL di SD N 1 Kebodalem Lor yang telah ikut
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Seluruh pihak yang tidak mungkin satu per satu yang telah membantu
dalam bentuk apapun kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir
xi
Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun guna perbaikan tugas akhir ini. Akhir kata, semoga tugas akhir ini
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO HIDUP ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
1.5. Definisi Operasional ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Kerja Sama ... 9
2.1.1. Pengertian Kerja Sama ... 9
2.1.2. Ciri-ciri Kerja Sama ... 9
2.1.3. Tujuan Kerja Sama ... 10
2.1.4. Indikator Perilaku Kerja Sama ... 11
xiii
2.2.1. Pengertian Metode Eksperimen ... 12
2.2.2. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Pelaksanaan Metode Eksperimen ... 13
2.2.3. Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen ... 13
2.2.4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen ... 14
2.3. Ilmu Pengetahuan Alam di SD ... 15
2.3.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 15
2.3.2. Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Proses ... 16
2.3.3. Ilmu Pengatahuan Alam Sebagai Produk ... 16
2.4. Materi Mendeskripsikan Sifat Cahaya ... 17
2.4.1. Cahaya dapat Merambat Lurus ... 17
2.4.2 Cahaya dapat Menembus Benda Bening ... 17
2.4.3. Cahaya dapat Dipantulkan ... 17
2.4.4. Cahaya dapat Dibiaskan ... 18
2.4.5. Cahaya dapat Diuraikan ... 19
2.5. Belajar ... 20
2.6. Prinsip-prinsip Belajar ... 21
2.7 Prestasi Belajar ... 22
2.7.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 22
2.7.2. Faktor Stimuli Belajar ... 23
2.7.3. Faktor Metode Belajar ... 24
2.7.4. Faktor Individual ... 25
2.8. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26
2.8.1. Penelitian yang Berhubungan Dengan Prestasi Belajar IPA ... 26
2.8.2. Penelitian Tentang Kerja Sama ... 27
2.8.3. Penelitian Tentang Kerja Sama dan Prestasi Belajar ... 28
2.9. Kerangka Berpikir ... 30
2.10. Hipotesis Tindakan ... 31
BAB III. METODE PENELITIAN ... 32
3.1. Jenis Penelitian ... 32
3.2. Setting Penelitian ... 33
xiv
3.2.2. Subyek Penelitian ... 34
3.2.3. Obyek Penelitian ... 34
3.3. Desain Penelitian ... 34
3.3.1. Persiapan ... 34
3.3.2. Rencana Tindakan Tiap Siklus ... 35
3.4. Instrumen Penelitian ... 39
3.4.1. Tes ... 39
3.4.2. Non Tes ... 42
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.5.1. Tes ... 48
3.5.2. Non Tes ... 48
3.6. Teknik Analisa Data ... 49
3.6.1. Tes ... 49
3.6.2. Non Tes ... 49
3.7. Indikator Keberhasilan ... 49
3.7.1. Tes ... 49
3.7.2. Non Tes ... 51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1. Hasil Penelitian ... 52
4.1.1. Siklus I ... 52
4.1.2. Siklus II ... 57
4.2. Pembahasan ... 61
4.2.1. Peningkatan Prestasi Belajar ... 61
4.2.2. Peningkatan Kemampuan Kerja Sama ... 69
BAB V. PENUTUP ... 73
5.1. Kesimpulan ... 73
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 74
5.2. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 39
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Siklus II ... 40
Tabel 3.3 Hasil Validitas Soal Siklus I ... 40
Tabel 3.4 Hasil Validitas Soal Siklus II ... 41
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 41
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus II ... 42
Tabel 3.7 Pedoman Reliabilitas ... 42
Tabel 3.8 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 43
Tabel 3.9 Kisi-kisi Lembar Penilaian Teman Sejawat ... 45
Tabel 3.10 Indikator Keberhasilan Tes ... 50
Tabel 3.11 Indikator Keberhasilan Non Tes ... 51
Tabel 4.1 Data Awal Kondisi Siswa ... 61
Tabel 4.2 Nilai Hasil Evaluasi Siklus I ... 62
Tabel 4.3 Perbandingan Kondisi Awal dan Siklus I ... 62
Tabel 4.4 Nilai Hasil Evaluasi Siklus II ... 63
Tabel 4.5 Perbandingan Prestasi Belajar Siklus I dan Siklus II ... 64
Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Akhir Siklus I dan Siklus II ... 65
Tabel 4.7 Data Perbandingan Nilai Prestasi di Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 67
Tabel 4.8 Peningkatan Kemampuan Kerja Sama Siswa Siklus I ... 69
Tabel 4.9 Peningkatan Kemampuan Kerja Sama Siswa Siklus II ... 70
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1 Diagram Perbandingan Nilai Prestasi di Kondisi Awal, Siklus I,
dan Siklus II ... 67
Bagan 4.2 Diagram Perbandingan Kemampuan Kerja Sama di Kondisi Awal,
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh Pemantulan Cahaya pada permukaan datar ... 17
Gambar 2. Contoh Pemantulan Cahaya pada Permukaan yang Tidak Rata ... 18
Gambar 3. Contoh Pembiasan Cahaya ... 18
Gambar 4. Contoh Penguraian Cahaya dengan Spectrum ... 19
Gambar 5. Contoh Penguraian Cahaya melalui Peristiwa Pelangi ... 19
Gambar 6. Skema Penelitian-penelitian yang Relevan ... 29
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat-surat yang Berkaitan dengan Penelitian ... 80
Lampiran 2 Silabus ... 82
Lampiran 3 RPP Siklus I Pertemuan Pertama ... 88
Lampiran 4 RPP Siklus I Pertemuan Kedua ... 97
Lampiran 5 RPP Siklus II ... 103
Lampiran 6 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I ... 111
Lampiran 7 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II ... 115
Lampiran 8 Penilaian soal Evaluasi Siklus I dan II ... 118
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 122
Lampiran 10 Penilaian Kerja Sama Siklus I Pertemuan Pertama ... 131
Lampiran 11 Penilaian Kerja Sama Siklus I Pertemuan Kedua ... 141
Lampiran 12 Penilaian Kerja Sama Siklus II ... 151
Lampiran 13 Nilai Pengamatan Kemampuan Kerja Sama Siklus I Pertemuan Pertama ... 161
Lampiran 14 Nilai Pengamatan Kemampuan Kerja Sama Siklus I Pertemuan Kedua ... 162
Lampiran 15 Nilai Pengamatan Kemampuan Kerja Sama Siklus II ... 163
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam KTSP (2006) merupakan salah satu dari
lima mata pelajaran pokok yang dibelajarkan di tingkat pendidikan dasar.
Pengetahuan yang terdapat di dalam IPA merupakan pengetahuan yang didapat
seseorang melalui serangkaian keterampilan. Iskandar (2011) menyebutkan
setidaknya ada enam (6) keterampilan dalam IPA, yaitu; mengamati, mengukur,
menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, dan
mengintepretasikan data. IPA juga bukan hanya suatu kumpulan pengetahuan
mengenai benda dan makhluk hidup saja, melainkan juga memerlukan kerja sama
di antara para pelaku, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaraputra
dalam Samtowa, 2010). Pada kegiatan pembelajaran sudah semestinya siswa
diberi suatu kesempatan untuk dapat menggali sendiri pemahaman mereka. Siswa
dikatakan sudah belajar apabila ada perubahan kemampuan kognitif, sikap dan
perilaku yang diakibatkan dari pengalaman yang ia lakukan (Suyono dan
Hariyanto, 2011). Salah satu tolok ukur perubahan kognitif siswa adalah apabila
siswa dapat menunjukkan nilai yang bagus. Nilai yang didapat siswa itu
merupakan cerminan dari prestasi belajarnya sedangkan perubahan sikap dan
perilaku salah satu caranya bisa dilihat dari cara siswa melakukan kerja sama.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, karena
manusia adalah makhluk sosial yang keberadaannya selalu bergantung pada orang
lain. Dalam melakukan segala pekerjaan pun manusia tak pernah lepas dari
bantuan orang lain dengan cara saling bekerjasama. Kerja sama sangat dibutuhkan
bagi kehidupan manusia, karena kerja sama masuk ke dalam segala aspek
kehidupan manusia baik itu di lingkungan keluarga, organisasi masyarakat,
maupun di lingkungan sekolah (Lie, 2008). Kerja sama dilakukan paling sedikit
oleh dua orang dimana ada di antara kedua orang itu terdapat suatu interaksi,
terdapat komunikasi, ada reaksi dari dari komunikasi tersebut, ada hubungan
timbal balik di antara dua orang atau lebih yang melakukan kerja sama
(Restyowati dan Naqiyah, 2009). Pada umumnya dua orang atau lebih dikatakan
melakukan suatu kerja sama apabila di antara mereka saling aktif dalam
melakukan tugas yang diberikan kepada mereka, setiap anggota kelompok juga
memiliki tanggungjawab agar anggota kelompok yang lain mendapatkan suatu
informasi yang relevan, setiap anggota kelompok bisa menghargai keputusan yang
diambil, menghargai setiap saran yang masuk, mengusahakan partisipasi semua
anota kelompok, dan memberdayakan semua anggota kelompok (Isjoni, 2010).
Dalam lingkungan sekolah misalnya, kerja sama sangat penting bagi kehidupan
siswa. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran di
SD yang sangat menekankan pentingnya kerja sama guna mencapai tujuan yang
telah ditentukan bersama.
Pada kenyataannya kerja sama untuk mengerjakan sesuatu belum dibiasakan
pada diri siswa-siswi di SD N 1 Kebondalem Lor Klaten. Dari hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi nilai siswa yang dilakukan pada tanggal 19
masih sulit untuk bisa menerapakan kebiasaan bekerja sama dalam berbagai hal.
Misalnya saja dalam mengerjakan tugas dari suatu pelajaran. Data awal
kemampuan kerja sama di dapat ketika observasi dilakukan di kelas V pada mata
pelajaran IPA, di kelas itu terlihat masih banyak siswa yang terlihat asyik
mengerjakan tugas sendiri, tidak mampu melibatkan teman lain, dan tidak
mencerminkan adanya interaksi yang positif di antara anggota kelompok. Secara
keseluruhan rata-rata kemampuan kerja sama siswa kelas V adalah 33 %.
Menurut hasil wawancara dengan guru kelas V, siswa-siswa di kelasnya memang
agak susah apabila diminta untuk mengerjakan tugas secara berkelompok. Siswa
yang pandai cenderung dominan dalam mengerjakan tugas-tugas sementara itu
siswa yang kurang pandai cenderung bersikap diam dikarenakan tidak dilibatkan
dalam mengerjakan tugas. Hal ini terlihat saat masih banyak siswa yang kurang
pandai justru meninggalkan kelompoknya saat diskusi sedang berlangsung.
Senada dengan yang diungkapkan guru kelas, kepala sekolah SD N 1 Kebondalem
Lor pun mengatakan bahwa memang susah untuk membuat siswa mau melakukan
kerja sama dengan baik. Ketika tanya jawab dilakukan kepada siswa yang pandai,
siswa itu menjawab kalau sedang diskusi atau melakukan kerja kelompok dia
lebih suka mengerjakan sendiri. Hal ini dikarenakan apabila dia mengerjakan
sendiri maka pekerjaan itu akan lebih cepat selesai. Berbeda dengan yang
dikatakan oleh siswa yang dinilai kurang pandai. Menurut siswa yang kurang
pandai, siswa yang pandai memang tidak mau mengajak mereka untuk belajar
bersama mengerjakan tugas kelompok. Alhasil siswa yang kurang pandai pun
Kurangnya kemampuan kerja sama di antara siswa-siswa di SD N 1
Kebondalem Lor ini tentu saja berdampak pada prestasi belajar yang dicapainya.
Guru kelas mengatakan bahwa pada semester gasal 40% siswa mencapai KKM,
tetapi pada semester genap dari tahun ke tahun ada beberapa materi pelajaran
yang dinilai sangat susah. Pada 2 tahun belakang pada materi pelajaran IPA
tentang mendeskripsikan sifat-sifat cahaya hanya sedikit siswa yang mampu
mencapai KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah yakni 60, ungkap beliau saat
dilakukan wawancara pada tanggal 19 September 2013. Guru kelas V
mengatakan belum mempunyai cara khusus untuk mengatasi problematika ini.
Selama ini beliau hanya menggunakan metode ceramah, karena dinilai saat
dijelaskan siswa-siswanya lebih tenang dan memperhatikan.
Rendahnya kemampuan kerja sama dan prestasi belajar IPA di SD N 1
Kebondalem Lor ini memang sangat memprihatikan, maka dari itu peneliti
berusaha untuk menawarkan suatu solusi yang bertujuan untuk mengatasi
problematika ini. Peneliti menawarkan suatu metode pembelajaran yang inovatif
yaitu metode eksperimen. Metode eksperimen ini cocok sekali diterapkan dalam
pembelajaran IPA, karena dalam metode belajar ini melibatkan siswa dengan
mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan (Sumantri,
1988). Ketika siswa dapat membuktikan sendiri suatu percobaan pada saat yang
bersamaan siswa itu sedang membangun sendiri pengetahuannya dan ketika siswa
sudah mendapat pengetahuannya sendiri, siswa akan cenderung susah lupa akan
pengetahuannya yang telah dia dapatkan tersebut. Selain bermanfat terhadap
melatih siswa merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil percobaan secara
berkelompok yang tentu saja akan berdampak langsung pada kemampuan kerja
sama siswa-siswanya (Dimyati, 1991/1992).
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan kemampuan kerja sama
dan prestasi belajar IPA kelas V di SD N 1 Kebondalem Lor dengan
menggunakan metode eksperimen ini hanya dibatasi pada materi mendeskripsikan
sifat-sifat cahaya. Materi ini ini masuk dalam standar kompetensi 6. Menerapkan
sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model dan kompetensi
dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
1.2RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana proses penerapan metode eksperimen dalam upaya
meningkatkan kemampuan kerja sama dan prestasi belajar IPA siswa kelas
V SD N 1 Kebondalem Lor semester genap tahun ajaran 2013/2014?
1.2.2 Apakah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan
kerja sama siswa kelas V SD N 1 Kebondalem Lor semester genap tahun
ajaran 2013/2014?
1.2.3 Apakah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi
belajar IPA siswa kelas V SD N 1 Kebondalem Lor semester genap tahun
1.3TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Mengetahui proses penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan
kemampuan kerja sama dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD N 1
Kebondalem Lor semester genap tahun ajaran 2013/2015
1.3.2 Meningkatkan kemampuan kerja sama siswa kelas V SD N 1 Kebondalem
Lor semester genap tahun ajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode
eksperimen.
1.3.3 Meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD N 1 Kebondalem Lor
semester genap tahun ajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode
eksperimen.
1.4MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan
kerja sama dan prestasi belajar mereka dalam berbagai pelajaran.
Penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah pengalaman siswa karena
mereka bisa melibatkan diri langsung dalam melakukan percobaan.
1.4.2 Bagi guru, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan suatu alternatif
dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yakni dengan suatu metode
belajar inovatif yang lebih bisa memberi kesempatan kepada siswa untuk
aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
1.4.3 Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk membuka wawasan baru
1.5DEFINISI OPERASIONAL
1.5.1 Kerja sama adalah keadaan dimana dua orang atau lebih terlibat dalam
suatu interaksi dan komunikasi yang mempunyai tujuan tertentu yang
disepakati bersama.
1.5.2 Kemampuan kerja sama adalah kemampuan yang dimiliki dua orang atau
lebih dalam melakukan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu
dimana dua orang atau lebih itu saling aktif dalam melakukan tugas yang
diberikan kepada mereka, setiap anggota kelompok juga memiliki
tanggungjawab agar anggota kelompok yang lain mendapatkan suatu
informasi yang relevan, setiap anggota kelompok bisa menghargai
keputusan yang diambil, menghargai setiap saran yang masuk, dan
memberdayakan semua anggota kelompok.
1.5.3 Belajar adalah perubahan kemampuan kognitif dan sikap akibat dari
pengalaman.
1.5.4 Prestasi belajar IPA adalah prestasi yang berkaitan dengan aspek
pengetahuan dan sikap yang merupakan dampak langsung dari
pengalaman pada pelajaran IPA yang diukur dengan nilai yang didapat
siswa dari hasil pengerjaan pada lembar evaluasi.
1.5.5 Metode eksperimen adalah metode yang termasuk ke dalam salah satu
jenis metode belajar inovatif yang memungkinkan siswa untuk bisa terlibat
langsung dalam membuktikan bagaimana suatu peristiwa bisa terjadi.
1.5.6 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya adalah salah satu materi pembelajaran
1.5.7 Siswa SD adalah siswa kelas V SD N 1 Kebondalem Lor yang berjumlah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerja Sama
2.1.1 Pengertian Kerja Sama
Kerja sama dalam artikel Pembagian Kerja, Motivasi dan Kemampuan Kerja
sama terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Hikmawati, 2012) merupakan aktivitas
dua orang atau lebih untuk melakukan kegiatan bersama yang mempunyai suatu
tujuan tertentu. Lie (2008) mengatakan bahwa kerja sama merupakan kebutuhan
yang sangat penting bagi kelangsungan hidup, tanpa adanya kerja sama tidak akan
individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Saefullah (2005) menyatakan bahwa
kerja sama adalah kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi yang memiliki suatu tujuan tertentu yang dipahami
bersama. Kerja sama menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005) adalah
kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah,
dsb) untuk mencapi tujuan bersama. Jadi, teori tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa kerja sama adalah keadaan dimana dua orang atau lebih terlibat dalam
suatu interaksi dan komunikasi yang mempunyai tujuan tertentu yang disepakati
bersama.
2.1.2 Ciri-ciri Kerja sama
Menurut Restyowati dan Naqiyah dalam artikel penelitian Penerapan Teknik
Permainan Kerja Sama dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan
Kemampuan Interaksi Sosial Pada Siswa (2009) menyatakan bahwa kerja sama
memiliki ciri-ciri yaitu:
a) Kerja sama dapat berlangsung apabila dilakukan minimal 2 orang
b) Dalam kerja sama harus ada kontak sosial sebagai tahapan pertama dari
sebuah interaksi
c) Dalam kerja sama harus ada komunikasi sebagai pengantar interaksi
d) Harus ada reaksi dari pihak lain atas komunikasi tersebut
e) Harus ada hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara satu
dengan yang lainnya
f) Harus ada interaksi yang bersifat dinamis, positif, dan berkesinambungan
g) Dalam interaksi cenderung menghasilkan penyesuaian bagi
subyek-subyek yang menjalin interaksi
h) Berpedoman pada norma-norma yang berlaku sebagai acuan dalam
interaksi
2.1.3 Tujuan Kerja sama
Kerja sama bertujuan untuk menjalankan berbagai pekerjaan yang terkait
dengan pencapaian tujuan kelompok atau organisasi. Komunikasi menjadi sebuah
kunci bagi anggota kelompok untuk bisa saling menjalankan tugasnya,
berinteraksi, dan bekerja sama dengan baik (Saefullah, 2005). Kerja sama dalam
proses pembelajaran bertujuan agar siswa mampu mengutarakan ide melalui
penyampaian pendapat untuk mendapat hasil tertentu (Isjoni, 2010). Arends
(2008) menambahkan bahwa kerja sama dalam proses pembelajaran sangat
siswa untuk saling membantu dalam mengerjakan tugas sehingga prestasi belajar
yang diperoleh meningkat. Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa
tujuan kerja sama dalam pembelajaran adalah memudahkan siswa dalam
mengerjakan suatu pekerjaan agar mencapai hasil yang diharapkan bersama.
2.1.4 Indikator Perilaku Kerja sama
Pada umumnya, menurut Isjoni (2010), kerja sama ditunjukkan dengan
adanya beberapa perilaku seperti:
a) Anggota kelompok melakukan tugas yang diberikan kepadanya dengan
baik, mendukung keputusan kelompok, dan mengusahakan agar anggota
yang lain mendapat informasi yang relevan dan bermanfaat.
b) Anggota kelompok dapat mengungkapkan harapan positif tentang orang
lain dalam hal kemampuan dan peran yang diharapkan. Selain itu setiap
kelompok juga perlu berkontribusi aktif dalam kelompok dan
menghargai hasil apapun yang telah dicapai.
c) Anggota kelompok juga harus bisa mengusahakan partisipasi atau
keterlibatan semua angota kelompok. Setiap anggota juga perlu belajar
dari angota lain, seperti meminta idea tau pendapat untuk membantu
membuat keputusan bersama.
d) Setiap anggota kelompok secara terbuka memberi pujian kepada orang
lain yang berkinerja baik, mendorong dan memberdayakan orang lain.
e) Setiap anggota kelompok dapat bertindak untuk menciptakan suasana
Lundren (dalam Isjoni, 2010) menyebutkan beberapa indikator yang
menunjukkan adanya perilaku kerja sama:
a) Setiap anggota kelompok dapat menggunakan kesepakatan bersama
untuk memutuskan sesuatu dengan menggunakan alasan yang benar
b) Setiap anggota kelompok dapat menghargai kontribusi ide dari
masing-masing anggota kelompok dalam menyelesaikan pekerjaan
c) Setiap anggota kelompok mampu mengambil giliran secara adil dan
berbagi tugas
d) Setiap anggota kelompok selalu berada di dalam kelompoknya selama
kegiatan berlangsung
e) Setiap anggota kelompok mampu mengerjakan tugas yang sudah
dibebankan kepada mereka sampai tuntas
f) Setiap anggota kelompok mendorong adanya partisipasi anggota
kelompok lain selama kegiatan berlangsung
g) Setiap anggota kelompok mampu menghormati adanya perbedaan
kemampuan dari masing-masing anggota kelompok
h) Setiap anggota kelompok aktif bertanya dalam selama kegiatan
berlangsung
2.2 Metode Eksperimen
2.2.1 Pengertian Metode Eksperimen
Sumantri (1999) mengatakan bahwa metode eksperimen adalah cara
melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil
percobaan. Menurut Suparno (2007) metode eksperimen adalah metode mengajar
yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian dengan
memperhatikan beberapa tahap pelaksanaan seperti, percobaan awal, pengamatan,
hipotesa awal, verifikasi, dan evaluasi. Dari kedua teori ini peneliti mendapatkan
pengertian bahwa metode eksperimen adalah metode mengajar yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bisa membangun pemahamannya akan suatu
konsep secara mandiri dengan cara membuktikan proses dan hasil percobaan.
2.2.2 Hal-hal yang Diperhatikan dalam Pelaksanaan Metode Eksperimen
Menurut Roestiyah (2001) ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru
dalam melaksanakan metode eksperimen ini di dalam kelas, yaitu:
a) Siswa harus aktif mengadakan percobaan, maka jumlah media belajar
yang digunakan siswa harus mencukupi
b) Kondisi media belajar yang digunakan harus bersih dan baik agar
percobaan yang dilakukan siswa bisa berhasil dengan baik dan
menyakinkan
c) Perlu ada waktu yang cukup bagi siswa untuk melakukan percobaan
d) Harus ada petunjuk yang jelas mengenai langkah-langkah percobaan
2.2.3 Tujuan Penggunaan Metode Ekperimen
Dimyati (1991/1992) mengemukakan tujuan pemakaian metode eksperimen,
yaitu:
a) Mengajarkan kepada siswa mengenai fakta yang berhasil dikumpulkan
b) Mengajarkan kepada siswa mengenai cara menarik kesimpulan dari fakta
c) Melatih siswa untuk merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil
percobaan
Trianto (2010) menambahkan tujuan penggunaan metode eksperimen yaitu
agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban dari
persoalan yang dihadapinya dengan percobaan dan melatih siswa untuk
berpikir ilmiah.
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan dari Metode Eksperimen
Djamarah (2000) dan Rostiyah (2001) mengemukakan beberapa macam
kelebihan dan kekurangan dari penggunaan metode eksperimen, diantaranya
yaitu:
a) Metode eksperimen melatih siswa menggunakan metode ilmiah dalam
menghadapi sutu permasalahan, sehingga siswa tidak mudah begitu saja
percaya pada sesuatu tanpa mencoba untuk membuktikannya
b) Siswa menjadi lebih aktif dalam berbuat dan berfikir
c) Selain mendapatkan pengalaman langsung mengenai bagaimana sesuatu
bisa terjadi, siswa juga memperoleh pengalaman praktis dalam
menggunakan alat-alat percobaan
d) Siswa dapat membuktikan sendiri kebenaran dari suatu teori
e) Siswa belajar bagaimana melaksanakan tahap-tahap berpikir ilmiah
f) Tidak mencukupinya media pembelajaran atau alat-alat percobaan
mengakibatkan tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk
g) Jika kegiatan eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, maka
siswa harus menanti untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran
h) Metode eksperimen ini lebih sesuai untuk menyajikan materi-materi di
bidang ilmu dan teknologi.
i) Kurangnya pesiapan dan pengalaman siswa juga dapat menimbulkan
kesulitan saat siswa melakukan kegiatan eksperimen
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam di SD
2.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Purnell’s: Concise Dictionary of Science (dalam Iskandar, 2001) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang
didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan, hukum, prinsip, teori, dan hipotesis. Menurut
Webster’s: New Collegiate Dictionary (dalam Iskandar, 2001) IPA adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. James Conant (dalam Samatowa,
2010) menjelaskan bahwa IPA atau sains sebagai sebuah deretan konsep serta
skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai
hasil dari eksperimentasi dan observasi. Winaraputra (dalam Samtowa, 2010) juga
menambahkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau
makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan
masalah. Berdasarkan teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah
pengetahuan mengenai benda atau makhluk hidup dan berbagai gejala alam yang
2.3.2 Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Proses
Menurut Iskandar (2011) keterampilan proses IPA adalah ketrampilan yang
dilakukan oleh para ilmuwan diantaranya adalah:
a) Mengamati, dalam IPA merupakan proses pengumpulan informasi
menggunakan panca indra dan atau menggunakan instrumen untuk
membantu pengumpulan informasi.
b) Mengukur, merupakan proses membandikan suatu objek dengan alat
ukur yang sesuai.
c) Menarik kesimpulan, merupakan proses yang timbul setelah melakukan
observasi dan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
d) Mengendalikan variable, merupakan proses pengaturan variable
sehingga menimbulkan suatu perbedaan hasil.
e) Merumuskan hipotesa, merupakan proses menyusun suatu pernyataan
berdasarkan alasan yang merupakan jawaban sementara untuk masalah.
f) Menginterpretasikan data, merupakan proses penganalisaan data yang
diperoleh dan disusun dengan cara menentukan pola keterhubungannya
pada data keseluruhan.
2.3.3 Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk
Produk dalam IPA menurut Iskandar (2011) merupakan kumpulan hasil
kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama
berabad-abad. Bentuk produk IPA adalah fakta yang merupakan hasil dari kegiatan
empirik dalam IPA, konsep, prinsip, dan teori IPA yang merupakan hasil dari
2.4 Materi Mendeskripsikan Sifat Cahaya
2.4.1 Cahaya Merambat Lurus
Bukti bahwa cahaya itu merambat lurus dapat dilihat salah satunya dengan
cara menyalakan sebuah lampu laser, dimana sorot lampu laser itu diarahkan ke
suatu titik yang melewati kepulan asap, misalnya asap dari pembakaran obat
nyamuk, ketika sinar laser melewati kepulan asap itu akan terlihat berkas sinar
laser yang berbentuk garis lurus. Hal itu yang membuktikan bahwa cahaya itu
merambat lurus (Tim Bina IPA, 2010).
2.4.2 Cahaya Menembus Benda Bening
Ada dua benda yang dapat menerima cahaya, yaitu benda gelap dan benda
bening. Benda gelap adalah benda yang hanya menerima cahaya dan tidak dapat
tembus cahaya. Benda bening adalah benda yang dapat menerima cahaya dan
dapat ditembus cahaya (Tim Bina IPA, 2010).
2.4.3 Cahaya dapat dipantulkan
Cahaya yang mengenai benda tertentu dapat dipantulkan, pemantulan cahaya
itu sangat dipengaruhi oleh bentuk permukaan benda yang terkena cahaya (Tim
Bina IPA, 2010).
Gambar 2. Contoh pemantulan cahaya pada permukaan yang tidak rata
2.4.4 Cahaya dapat dibiaskan
Cahaya dapat mengalami pembiasan bila melalui dua medium yang berbeda.
Hukum pembiasan menyebutkan bila cahaya masuk ke medium yang tingkat
kerapatannya lebih kecil maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Bila
cahaya masuk ke medium yang tingkat kerapatannya lebih besar maka akan
dibiaskan mendekati garis normal (Tim Bina IPA, 2010).
2.4.5 Cahaya dapat diuraikan
Sifat cahaya yang terakhir adalah cahaya dapat diuraikan. Salah satu peristiwa
yang membuktikan bahawa cahaya dapat diuraikan adalah dengan adalanya
pelangi. Pelangi berasal dari penguraian sinar cahaya matahari yang tampak
berupa sinar berwarna putih yang mengenai butiran-butiran air yang kemudian
menguraikan cahaya putih itu menjadi tujuh warna (Tim Bina IPA, 2010).
Gambar 4. Contoh penguraian cahaya dengan spectrum
2.5 Belajar
Ada banyak teori yang memberikan definisi tentang belajar, seperti Cronbach
(dalam Suryabrata, 2004) yang mengatakan bahwa belajar ditampilkan melalui
perubahan sikap sebagai akibat dari adanya pengalaman. Slameto (2010)
menambahkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan oleh
seseorang yang bertujuan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
menyeluruh yang merupakan akibat dari pengalamannya sendiri dalam melakukan
interaksi dengan lingkungannya. Syah (2008) mendefinisikan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap
jenis kegiatan dan jenjang pendidikan. Seorang siswa dikatakan berhasil atau pun
gagal tergantung pada caranya berproses saat dia belajar. Suatu proses belajar
dikatakan sebagai proses belajar yang baik apabila terjadi secara terus-menerus
dan dimanapun siswa itu berada. Suyono dan Hariyanto (2011), mengungkapkan
bahwa belajar merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan,
meningkatkan kemampuan, memperbaiki perilaku, dan mengokohkan
kepribadian. Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Skinner
(dalam Syah, 2003) yaitu belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang
relatif dan menetap sebagai akibat dari pengalaman dan latihan yang kontinyu.
Hilgard (dalam Suryabrata, 2004) berkata bahwa belajar merupakan suatu proses
dimana suatu kegiatan diubah atau berasal melalui suatu prosedur pendidikan.
Dari berbagai macam teori belajar di atas maka dapat ditarik suatu kesamaan
pengertian tentang belajar yaitu suatu aktifitas yang menyebabkan seseorang
menyebabkan perubahan dalam hal kemampuan kognitif dalam memahami
sesuatu dan perubahan sikap. Penelitian ini membatasi definisi belajar hanya pada
aspek kognitif dan afektif saja, karena menurut peneliti aspek ini merupakan
aspek yang perlu ditingkatkan pada diri siswa.
2.6 Prinsip-prisip Belajar
Hanafiah dan Cucu (2012), mengungkapkan bahwa belajar merupakan
kegiatan sistematis dan berlangsung terus-menerus yang memiliki beberpa
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Belajar berlangsung seumur hidup
b) Proses belajar adalah proses yang kompleks tetapi terorganisir
c) Proses belajar dimulai dari hal sedehana kemudian meningkat ke hal
yang lebih kompleks
d) Belajar dimulai dengan mengenal fakta yang dilanjutkan pada
pengenalan konsep
e) Belajar dimulai dari hal yang konkrit kemudian ke hal yang abstrak
f) Belajar merupakan bagian dari perkembangan
g) Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh dengan makna
h) Proses belajar dapat berlangsung pada setiap tempat dan kapan saja
i) Belajar tidak harus selalu dengan guru
2.7 Prestasi Belajar
Syah (2003) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah pengungkapan
hasil belajar yang meliputi perubahan kemampuan kognitif dan sikap akibat dari
suatu proses belajar yang dialami oleh siswa. Ahmadi dan Supriyono (1991)
menambahkan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang merupakan
hasil interaksinya dengan berbagai faktor, baik faktor dari dalam diri sendiri
maupun faktor yang berasal dari luar diri.
2.7.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (Ahmadi dan
Supriyono, 1991)
a) Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri
1. Faktor jasmaniah yang berkaitan dengan penggunaan panca indra
yang dimiliki oleh seseorang
2. Faktor psikologis yang berkaitan dengan tingkat intelektual, bakat,
sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
3. Faktor kematangan fisik maupun psikis
b) Faktor yang berasal dari luar diri
1. Faktor sosial yang meliputi lingkungan keluarga, masyarakat,
sekolah , dan kelompok
2. Faktor lingkungan yang mencakup segi fasilitas rumah, fasilitas
belajar, dan iklim belajar.
Ahmadi dan Supriyono (1991) menambahkan beberapa faktor lainnya yang
2.7.2 Faktor stimuli belajar, yaitu segala hal yang ada di luar individu yang
dapat mempengaruhi individu tersebut untuk mengadakan reaksi atau
perbuatan belajar. Dalam hal ini ada beberapa hal yang bisa berpengaruh
seperti:
a) Panjangnya bahan pelajaran, semakin panjang bahan pelajaran yang akan
dipelajari maka semakin panjang pula waktu yang diperlukan oleh
seseorang untuk mempelajarinya.
b) Kesulitan bahan pelajaran, setiap bahan pelajaran mengandung tingkat
kesulitan yang berbeda. Semakin sulit bahan pelajaran untuk dipahami
maka semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya.
Bahan pelajaran yang sulit ini dapat diatasi dengan cara menggunakan
media pembelajaran yang sesuai dengan apa yang akan dipelajari.
c) Berartinya bahan pelajaran, bahan pelajaran yang berarti adalah bahan
pelajaran yang dapat dikenali oleh seseorang sehingga memungkinkan
dia untuk belajar.
2.7.3 Faktor metode belajar, yaitu cara yang digunakan guru dalam
membelajarakan siswa-siswanya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan:
a) Kegiatan berlatih dan praktek, kegiatan berlatih dapat diberikan baik
secara kontinu ataupun secara terdistribusi. Kegiatan berlatih secara
distribusi dinilai mampu menjamin terpeliharanya stamina dan
kegairahan belajar. Kegiatan berlatih ini seringkali diikuti dengan
adalah metode eksperimen yang mengharuskan siswa untuk terlibat
langsung dalam pembelajaran.
b) Over learning dan Drill. Over learning dilakukan untuk mengurangi
kelupaan dalam mengingat ketrampilan-ketrampilan yang pernah
dipelajari tetapi untuk sementara waktu tidak dipraktekkan. Drill berlaku
bagi kegiatan berlatih abstraksi.
c) Pengenalan tentang hasil belajar, dengan mengetahui hasil belajar,
seorang siwa dinilai akan lebih mampu meningkatkan hasil belajar
selanjutnya.
d) Penggunaan modalitet belajar, ada tiga macam modalitet belajar atau
daya tangkap siswa terhadap pembelajaran: oral, visual, dan kinestektik.
Guru yang baik haruslah mempertimbangkan jenis daya tangkap apa
yang sesuai dengan siswa-siswanya.
2.7.4 Faktor individual yang meliputi:
a) Kematangan yang terjadi akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif
di dalam struktur jasmani disertai dengan perubahan kualitatif terhadap
struktur tersebut.
b) Faktor usia kronologis, semakin tua usia seseorang maka semakin
meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Usia
kronologis merupakan faktor penentu dari tingkat kemampuan belajar
c) Faktor perbedaan jenis kelamin, dari fakta menunjukkan tidak ada
perbedaan yang berarti antara pria dan wanita dalam hal tingkat
intelegensi.
d) Pengalaman sebelumnya, pengalaman yang diperoleh seseorang ikut
mempengaruhi hal belajar yang bersangkutan, terutama pada transfer
belajar.
e) Kapasitas mental, merupakan potensi untuk mempelajari serta
mengembangkan berbagai ketrampilan atau kecakapan.
f) Motivasi, hal ini penting sekali dalam kegiatan belajar karena motivasi
menggerakkan seseorang, mengarahkan tindakan, dan memilih tujuan
belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan.
Slameto (2012) menambahkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar seseorang, antara lain:
a) Faktor keluarga yang erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik,
hubungan antara orang tua dan anaknya, keadaan ekonomi keluarga, dan
latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah yang mencakup metode mengajar guru memanfaatkan
sarana prasarana atau tidak, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
antar siswa, disiplin sekolah, dan metode belajar
c) Faktor masyarakat yang menyangkut keberadaan siswa dalam suatu
komunitas masyarakat, kegiatan siswa dalam masytarakat, teman
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa antara lain ; faktor internal siswa menyangkut tingkat intelegensi,
bakat, minat, dan motivasi siswa; faktor eksternal menyangkut bagaimana seorang
guru membelajarkan siswa-siswanya apakah dengan metode konvensional atau
dengan metode belajar yang inovatif, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah,
dan kurikulum yang digunakan sekolah; faktor masyarakat yang menyangkut
teman bergaul, latar belakang budaya, tuntutan masyarakat.
2.8 Hasil Penelitian yang Relevan
2.8.1 Penelitian yang berhubungan dengan prestasi belajar IPA
Edi (2011) meneliti tentang peningkatan prestasi belajar IPA melalui metode
eksperimen. Tujuannya yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD N
Bangunrejo 1 Semester 2 Tahun 2011 dalam materi mendeskripsikan sifat cahaya
melalui metode eksperimen. Dalam penelitiannya didapatkan hasil bahwa dengan
menerapkan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran prestasi belajar
siswa meningkat dari semula yang rata-rata hanya 61,96 meningkat menjadi
82,67. Kesimpulannya adalah pengunaan metode eksperimen dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA siswa SD N Bangunrejo.
Kusdaryanto (2012) meneliti hal yang serupa. Penelitian yang dilakukannya
bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD B 1
Selokerto Sempor pada materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan metode
eksperimen berbasis pendekatan inkuiri. Penelitian ini mendapati hasil prosentase
pada siklus pertama naik menjadi 84% pada siklus ke dua. Hal ini membuktikan
bahawa metode eksperimen berbasis pendekatan inkuiri dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa SD N 1 Selokerto Sempor.
2.8.2 Penelitian tentang kerja sama
Nurhidayati (2010) meneliti tentang menumbuhkan kemampuan kerja sama
siswa autis dengan siswa non-autis. Penelitian ini dilakukan dengan 27ember
metode belajar inovatif kepada anak autis agar dapat menumbuhkan kemampuan
kerja samanya. Hasilnya adalah anak autis mampu menegmbangkan kemampuan
kerja samanya dengan siswa non-autis dalam bentuk kerja sama secara umum,
mengungkapkan harapan positif, menghargai masukan, 27ember dorongan, dan
membangun semangat kelompok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan
metode pembelajaran yang inovatif dapat meningkatkan kemampuan kerja sama
siswa.
Kadarwati (2012) meneliti tentang peningkatan kemampuan kerja sama siswa
melalui model belajar inovatif yaitu model kooperatif. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan kerja sama siswa SMP N 2 Piyungan dengan
menerapkan metode belajar inovatif. Hasil dari penelitian yang dia lakukan adalah
adanya peningkatan prosentase nilai kemampuan kerja sama siswa SMP N 2
Piyungan. Pada siklus 1 prosentase kemampuan kerja samanya hanya 60%
sedangkan pada siklus 2 prosentase nya naik menjadi 77%. Hal ini menunjukkan
bahawa penerapan metode inovatif dapat meningkatkan kemampuan kerjasama
2.8.3 Penelitian tentang kerja sama dan prestasi belajar
Pariz (2012) melakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan kerja
sama siswa dan hasil belajar siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
Penelitiannya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja sama siswa dan
prestasi belajar siswa kelas XI pada mata diklat PLC. Hasil yang didapatkan
adalah dengan menerapkan model belajar kontekstual prosentase kemampuan
kerja sama siswa meningkat dari 44.6% menjadi 82.9% dan rata-rata prestasi
belajar siswanya pun meningkat dari 66.7 menjadi 75.4. Hal ini menunjukkan
bahwa peneraran metode belajar dapat meningkatkan kemampuan kerja sama dan
prestasi belajar siswa.
Dengan berdasar kepada lima (5) hasil penelitian diatas dapat diketahui
bahwa Metode belajar yang inovatif dalam proses belajar mengajar tidak hanya
terbukti mampu meningkatkan kemampuan kerja sama siswa-siswa tetapi juga
Gambar 6.Skema Penelitian-penelitan yang Relevan dan prestasi belajar
Pariz (2012)
Model pembelajaran kontekstual – Kemampuan kerja sama dan prestasi belajar
Yang diteliti:
Metode eksperimen – Kemampuan Kerja Sama dan Prestasi belajar IPA
Edi (2011)
Metode eksperimen -prestasi belajar IPA
2.9 Kerangka Berpikir
IPA merupakan mata pelajaran yang hampir keseluruhan materinya adalah
tentang pembuktian bagaimana suatu peristiwa terjadi. Sebagai seorang guru perlu
suatu cara atau metode khusus yang digunakan dalam setiap kegiatan belajar
mengajar agar dapat mengakomodir semua cakupan materi. Misalnya materi
tentang sifat-sifat cahaya yang dibelajarakan di kelas V merupakan materi yang
cukup sulit bagi siswa untuk bisa dipahami dengan baik. Hal ini biasanya
dikarenakan ketidaktahuan guru dalam menyampaikan materi tersebut kepada
siswa-siswanya. Seorang siswa perlu menemukan fakta tentang sifat-sifat cahaya
itu secara mandiri untuk bisa memahami materi tentang sifat-sifat cahaya. Dengan
cara menentukan fakta secara mandiri, siswa diharapkan lebih mudah dalam
memahami materi tentang sifat-sifat cahaya. Salah satu cara yang dapat digunakan
guru dalam membelajarkan materi itu adalah dengan metode eksperimen. Metode
eksperimen dinilai tepat untuk mengakomodir siswa pemahaman siswa karena
dalam metode ini siswa menggali dan menemukan fakta-fakta yang berkaitan
dengan sifat-sifat cahaya secara mandiri yang nantinya berdampak langsung pada
prestasi belajarnya.
Dengan metode ini, siswa diakomodir untuk mencoba secara langsung suatu
percobaan untuk membuktikan suatu fenomena. Metode ini selain bisa
mengakomodir keterampilan siswa dalam menggali sebuah informasi juga dapat
membantu meningkatkan kemampuan kerja sama diantara para siswa. Pada
metode eksperimen ini, siswa juga dapat saling bekerjasama untuk bisa
beberapa siswa dalam kelompok itu melakukan percobaan sedangkan siswa
lainnya mencatat hasil percobaan.
Dengan diterapkannya metode eksperimen dalam pembelajaran IPA di SD N
1 Kebondalem Lor ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kerja sama
yang dimiliki siswa dan juga akan berdampak langsung pada prestasi belajarnya.
2.10 Hipotesis Tindakan
a) Penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA tentang
medeskripsikan sifat cahaya dapat meningkatkan kemampuan kerja sama
siswa kelas V SD N 1 Kebondalem Lor.
b) Penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA tentang
mendeskripsikan sifat cahaya dapat meningkatakan prestasi belajar siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Menurut Aqib, dkk (2008) penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerja yang telah diusahakan sehingga dapat membuat
prestasi belajar siswa-siswanya meningkat. Penelitian ini dilaksanakan dalam
beberapa langkah yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahapan
ini merupakan suatu siklus dan dapat dilihat pada gambar (Aqib, 2008):
Gambar 7. Model PTK menurut John Elliot
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Perencanaan Siklus 1
Pelaksanaan
Pengamatan Refleksi
Perencanaan
Siklus 2
?
Menurut Hopkins (dalam Rochiati, 2007) ada beberapa hal yang harus
menjadi pertimbangan seorang guru dalam melaksanakan sebuah penelitian
tindakan kelas, antara lain:
a) Tugas pendidik yang utama adalah mengajar di kelas, dan kegiatan
penelitian hendaknya tidak mengganggu tugas ini.
b) Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan sebaiknya jangan
terlalu banyak menyita waktu.
c) Metode penelitian ini sebaiknya dapat diandalkan untuk mengembangkan
kemampuan menyusun hipotesa kerja dan selanjutnya menyusun strategi
untuk mengatasi persoalan.
d) Permasalahan yang diangkat dalam penelitian hendaknya yang
sebenarnya dihadapi di kelas, dan memerlukan penyelesaiannya.
e) Memperhatikan prosedur etisnya sehingga tidak dilanggar
3.2Setting Penelitian
3.2.1 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD N 1 Kebondalem Lor Klaten yang terletak
di desa Kebondalem Lor, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten. SD N 1
Kebondalem Lor ini terletak kurang lebih 3 km dari Candi Prambanan. Kondisi
sekolah cukup nyaman untuk kegiatan belajar siswa-siswa karena letak sekolah
3.2.2 Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VB SD N 1 Kebondalem
Lor. Siswa putra di kelas VB ini berjumlah 9 orang dan siswa putrinya berjumlah
11 orang. Mayoritas siswa kelas VB di SD N 1 Kebondalem Lor tergolong siswa
dengan kemampuan rata-rata. Latar belakang pekerjaan orangtua siswa-siswa
kelas VB mayoritas berprofesi sebagai buruh, pegawai negeri, dan wiraswasta.
3.2.3 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah kemampuan kerja sama siswa kelas VB SD N 1
Kebondalem Lor dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA, SK (Standar
Kompetensi: 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya/model dan KD (Kompetensi Dasar): 6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya,
menggunakan metode eksperimen.
3.3Desain Penelitian
3.3.1 Persiapan
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu
melakukan beberapa persiapan, seperti; meminta izin kepada kepala sekolah SD N
1 Kebondalem Lor untuk melakukan kegiatan penelitian dan PPL, melakukan
wawancara dengan guru, siswa kelas V, dan kepala sekolah, serta mempersiapkan
3.3.2 Rencana Tindakan tiap Siklus
Siklus I
Pertemuan pertama
a) Rencana Tindakan
Pada pertemuan pertama di siklus I, ada beberapa rencana tindakan yang
akan dilakukan diantaranya setelah siswa mendengarkan mengenai tujuan
pembelajaran yang akan dilakukan dan cara melakukan kegiatan
percobaan, siswa akan dibagi dalam 5 kelompok kecil. Dalam setiap
kelompok siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sifat cahaya
yaitu cahaya merambat lurus dan cahaya dapat menembus benda bening.
Setelah selesai melakukan percobaan, siswa diminta untuk menuliskan
hasil percobaan mereka, menjawab pertanyaan yang ada di dalam lembar
kerja siswa, dan menyampaikan hasil pekerjaan mereka di depan siswa
yang lain. Siswa yang lain dipersilakan untuk member pertanyaan,
masukan, atau saran terhadap pekerjaan teman lainnya. Kemudian siswa
dan guru merangkum kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.
c) Pengamatan
Peneliti melakukan observasi selama proses pembelajaran dengan
memperhatikan cara siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar,
bekerja sama, dan meneliti hasil pekerjaan siswa melalui lembar evaluasi
yang dikerjakan siswa.
d) Refleksi
Peneliti melakukan refleksi dengan cara mengidentifikasi
kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Refleksi ini akan dijadikan acuan untuk pertemuan ke dua
di siklus I dengan tujuan agar siswa mampu mencapai kompetensi dasar
yang ditentukan dan dapat mendapatkan gambaran murni dari nilai
kemampuan kerja samanya.
Siklus I
Pertemuan kedua
a) Rencana Tindakan
Pada tindakan di siklus I pertemuan kedua, setelah siswa mendengarkan
penjelasan dari guru mengenai tujuan pembelajaran dan cara melakukan
percobaan, siswa dibagi ke dalam 5 kelompok kecil, kelompok yang
terbentuk sama dengan pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua
siklus I ini, siswa akan mencoba melakukan percobaan untuk
membuktikan bahwa cahaya dapat dibiaskan. Setiap kelompok, setelah
selesai melakukan percobaan, diminta menuliskan hasil percobaan
mereka lalu disampaikan di depan siswa lainnya. Siswa yang lain diberi
kesempatan untuk bertanya, memberi masukan, atau saran terhadap
kelompok yang berada di depan. Kemudian siswa dan guru bersama
siswa mengerjakan soal evaluasi mengenai tiga sifat cahaya yang telah
dipelajari.
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan
seperti yang telah ditentukan.
c) Pengamatan
Peneliti melakukan observasi selama proses pembelajaran dengan
memperhatikan cara siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar,
sekaligus mengisi lembar observasi tentang kemampuan siswa dalam
bekerja sama, dan meneliti hasil pekerjaan siswa melalui lembar evaluasi
yang dikerjakan siswa.
d) Refleksi
Peneliti melakukan refleksi dengan cara mengidentifikasi
kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Refleksi ini akan dijadikan acuan untuk mengadakan
perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus II yang bertujuan agar siswa
dapat mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya selama
kegiatanbelajar berlangsung, dapat mencapai kompetensi dasar yang
ditentukan, dan dapat meningkatkan kemampauan kerja sama yang
Siklus II
a) Rencana Tindakan
Pada siklus II setelah mendengarkan tujuan pembelajaran dan cara
melakukan percobaan dari guru, siswa diminta untuk membentuk 5
kelompok kecil yang sama dengan pertemuan sebeliumnya. Kegiatan
percobaan pada siklus II yang akan dilakukan siswa adalah membuktikan
bahwa cahaya dapat dipantulkan dan dapat diuraikan. Kegiatan
pembuktian cahaya dapat diuraikan akan dilakukan di luar kelas. Setelah
selesai melakukan kegiatan percobaan siswa diminta untuk menuliskan
hasil percobaan dan menyampaikan hasilnya di depan kelas. Siswa yang
lain diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, memberi masukan
atau saran, dan menmberi sanggahan. Setelah itu siswa dan guru
bersama-sama membuat rangkuman dari kegiatna pembelajaran yang
telah dilakukan. Siswa melanjutkan kegiatan dengan mengerjakan soal
evaluasi mengenai dua sifat cahaya yang sudah dipelajari.
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.
c) Pengamatan
Selama proses belajar mengejar berlangsung, peneliti melakukan
observasi dengan mengisi lembar observasi untuk mengetahui
terhadap lembar evaluasi siswa untuk melihat ketercapaian kompetensi
dasar dan peningkatan kemampuan kerja sama siswa.
d) Refleksi
Peneliti melakukan identifikasi atau melihat kesulitan yang dialami siswa
selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk ditindaklanjuti pada
tahapan berikutnya.
3.4Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen penelitian, yaitu tes
yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa dan non tes yang
digunakan untuk mengukur kemampuan kerjasama siswa.
3.4.1 Tes
Penelitian ini menggunakan instrumen tes yang digunakan untuk mengukur
prestasi belajar yang dicapai siswa dengan mengerjakan soal yang diberikan di
akhir siklus I. Soal berupa pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 20 soal
untuk siklus I dan 10 soal sebagai evaluasi di siklus II.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Siklus I
No Indikator Nomor Soal
1. Menjelaskan pengertian cahaya 1, 13, 17, 18, 2. Menjelaskan sumber-sumber
cahaya
2, 10 3. Mendeskripsikan sifat cahaya
merambat lurus
3, 19, 16 4. Menyebutkan contoh peristiwa
cahaya yang merambat lurus
4 5. Membedakan antara benda
bening dan benda gelap
7, 12 6. Mendeskripsikan sifat cahaya
yang mampu menembus benda bening
7. Mendeskripsikan sifat cahaya yang dapat dibiaskan
6, 8 8. Menyebutkan contoh pembiasan
dalam kehidupan sehari-hari
9, 14, 15
Di akhir siklus dua juga dilakukan evaluasi dengan memberikan soal pilihan
ganda yang berjumlah 10 soal.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Siklus II
No. Indikator Nomor Soal
1. Mendeskripsikan sifat cahaya yang dapat dipantulkan
1,4,10 2. Menyebutkan peristiwa
pemantulan cahaya yang terjadi di kehidupan sehari-hari
6, 9
3. Mendeskripsikan sifat cahaya yang dapat diuraikan
3, 5, 8 4. Menyebutkan contoh penguraian
cahaya yang terjadi di kehidupan sehari-hari
2, 7
Sebelum lembar tes diujicobakan ke siswa kelas VB SD N 1 Kebondalem Lor,
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas
soal tes dilakukan di SD N Gentan. Hal ini dikarenakan karakteristik siswa di SD
N Gentan dinilai hampir sama dengan siswa di SD N 1 Kebondalem Lor.
Sugiyono (2010) berpendapat bahwa suatu soal dikatakan valid apabila memiliki
r.hitung di atas r.tabel yaitu 0.30.
Tabel 3.3 Hasil Validitas Soal Siklus I
11. .390 0.30 Valid
Tabel 3.4 Hasil Validitas Soal Siklus II
No. Item r. hitung r. tabel Keterangan
Hasil uji validitas yang dilakukan pada soal siklus I didapatkan 14 aitem soal
yang valid dari total 20 soal. Sedangkan pada siklus II didapatkan 7 aitem soal
yang valid dari total 10 soal. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
cronbach alpha untuk mengetahui tingkat kereliabelan dari soal (Arikunto, 1999).
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilas Soal Siklus I
Cronbach's
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus II
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
0.507 0.816 7
Dari data di atas, tingkat keriabelan soal siklus dua adalah sebesar 0.507
dengan jumlah soal yang reliabel ada 7 soal. Tingkat reliabilas soal diukur dengan
menggunakan pedoman sebagai berikut (Arikunto, 1999):
Tabel 3.7 Pedoman Reliabilitas
No. Tingkat Reliabilitas Kriteria Penilaian
1. 0.80 – 1.00 Sangat Tinggi
2. 0.60 – 0.79 Tinggi
3. 0.40 – 0.59 Cukup
4. 0.20 – 0.39 Rendah
5. 0.00 – 0.19 Sangat Rendah
Jadi, soal pada siklus I termasuk ke dalam kriteria tingkat kereliabelan yang
tinggi dan soal pada siklus II termasuk dalam kriteria tingkat kereliabelan yang
cukup.
3.4.2 Non Tes
Instrumen penilaian non tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan
kerjasama siswa. Dalam penelitian ini, kemampuan kerjasama siswa diukur
menggunakan lembar observasi dan penilaian teman sejawat. Lembar observasi
digunakan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas dan penilaian teman