• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH FERRY SATIANDRA PUTRA DALIMUNTHE PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI OLEH FERRY SATIANDRA PUTRA DALIMUNTHE PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN BANTUAN KEUANGAN PROVINSI TERHADAP

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN JUMLAH PENDUDUK SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH

FERRY SATIANDRA PUTRA DALIMUNTHE 150522021

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN BANTUAN KEUANGAN PROVINSI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN JUMLAH PENDUDUK SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI SELATAN” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2017 Yang Membuat Pernyataan

FERRY SATIANDRA PUTRA DALIMUNTHE NIM. 150522021

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN BANTUAN KEUANGAN PROVINSI

TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN JUMLAH PENDUDUK SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia baik secara parsial maupun simultan. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis apakah Jumlah Penduduk sebagai variabel moderating dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Populasi dari penelitian ini adalah Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang mempublikasikan Laporan APBD dan Laporan Realisasi APBD periode 2011-2014. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi sebagai variabel independen, Indeks Pembangunan Manusia sebagai variabel dependen dan Jumlah Penduduk sebagai variabel moderating. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, uji hipotesis, dan uji residual dengan bantuan software SPSS versi 20 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Secara parsial Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, Sedangkan Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Selain itu, penelitian ini juga menyimpulkan bahwa Jumlah Penduduk memoderasi hubungan antara Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

(4)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF REGIONAL REVENUE, GENERAL ALLOCATION OF FUNDS, SPECIAL ALLOCATION FUNDS, AND PROVINCIAL

FINANCING FUNDS ON HUMAN DEVELOPMENT INDEX WITH POPULATION AS THE MODERATING VARIABLE

AT DISTRICTS OR CITIES ADMINISTRATION OF SOUTH SULAWESI

The purpose of this research is to determine whether Regional Revenue, General Allocation Of Funds, Special Allocation Funds, And Provincial Financing Fund effects on Human Development Index either partially or simultaneously. In addition, this study also analyzes whether the Population as moderating variable can strengthen or weaken the influence of Regional Revenue, General Allocation Of Funds, Special Allocation Funds, and Provincial Financing Fund on the Human Development Index. The population of this research is the districts or cities administration of South Sulawesi which published the Budget report and Budget Realization Report on 2011 until 2014.

Samples were taken by using purposive sampling method. Variables used in this study are the Regional Revenue, General Allocation Of Funds, Special Allocation Funds, And Provincial Financing Fund as an independent variable, the Human Development Index as the dependent variable and Population as moderating variable. Methods of data analysis used in this research are descriptive statistical analysis, the classical assumption test, multiple regression analysis, hypothesis testing, and residual test with SPSS vs.20 for Windows. The results of this study showed that simultaneous, Regional Revenue, General Allocation Of Funds, Special Allocation Funds, and Provincial Financing Fund effects on Human Development Index. Partially Regional Revenue effect on Human Development Index, but the General Allocation Of Funds, Special Allocation Funds, And Provincial Financing Fund do not effects on Human Development Index. In addition, the study also concluded that the Population moderate the relationship between the Regional Revenue, General Allocation Of Funds, Special Allocation Funds, and Provincial Financing Fund on Human Development Index.

Keywords : Regional Revenue, General Allocation Of Funds, Special Allocation Funds, Provincial Financing Fund, Human Development Index

(5)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Waramatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran allah SWT yang telah memberikan kesehatan, rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Kemudian shalawat beserta salam penulis berikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang dimana berkat rahmad dan hidayahnya Penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Strata I Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Bantuan Keuangan Provinsi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dengan Jumlah Penduduk Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Selatan”

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam Skripsi ini baik dalam segi materi maupun dari segi tata bahasa, meskipun demikian besar harapan penulis agar kiranya Skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademis, penulis dan pemerintah daerah yang membutuhkan. Penulisan Skripsi ini berhasil atas dukungan berbagai pihak yang sangat berperan penting dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini, maka sehubungan dengan hal tersebut maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih kepada : 1. Bapak, Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

(6)

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Firman Syarif, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Terima kasih untuk bimbingan dan pembelajaran selama ini.

4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak. selaku Dosen Pembimbing, Bapak Drs.

Rustam, M.Si, Ak CA selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding. Terima kasih sedalam-dalamnya atas segala arahan, bimbingan, pembelajaran, motivasi serta kasih sayang yang di berikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

5. Teristimewa untuk orang selalu Penulis cintai, sayangi, dan hormati Ayahanda parluhutan dalimunthe,SE dan Latifa hanum siagian,SE, yang telah membesarkan , memberi kasih sayang, mendoakan dan memberikan semangat kepada Penulis.

6. Untuk kedua adik penulis Feby May Anggraini dan Fera Septiani Putri atas setiap motivasi,doa serta kasih sayangnya kepada penulis.

7. Untuk Liza dwi anggita yang selalu memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis.

(7)

8. Dan sahabat-sahabatku stambuk 2015 Program Studi Akuntansi Ekstensi syang telah samasama berjuang menyelesaikan masa perkuliahan dan penulisan Skripsi.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan waktu, maka dengan kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan Skripsi ini.Semoga Allah selalu memberikan hidayah dan pertolongan – Nya kepada kita semua. Akhir kata, terima kasih buat semuanya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan pendidikan bagi pembacanya.

Medan, Maret 2017 Penulis

FERRY SATIANDRA PUTRA DALIMUNTHE NIM. 150522021

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Indeks Pembangunan Manusia ... 9

2.1.2 Pertumbuhan Penduduk... 11

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah ... 12

2.1.4 Dana Alokasi Umum ... 12

2.1.5 Dana Alokasi Khusus ... 13

2.1.6 Bantuan Keuangan Provinsi ... 14

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 15

2.3 Kerangka Konseptual ... 18

2.4 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

3.3.1 Populasi Penelitian ... 23

3.3.2 Sampel Penelitian ... 24

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 26

(9)

3.4.1 Variabel Independen ... 26

3.4.1.1 Pendapatan Asli Daerah ... 26

3.4.1.2 Dana Alokasi Umum... 26

3.4.1.3 Dana Alokasi Khusus ... 27

3.4.1.4 Bantuan Keuangan Provinsi ... 27

3.4.2 Variabel Dependen ... 27

3.4.2.1 Indeks Pembangunan Manusia ... 28

3.4.3 Variabel Moderating ... 28

3.4.3.1 Jumlah Penduduk ... 28

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 30

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.7 Teknik Analisis Data ... 30

3.7.1 Statistik Deskriptif ... 31

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 31

3.7.2.1 Uji Normalitas Data ... 31

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas ... 33

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 33

3.7.2.4 Uji Autokorelasi ... 34

3.7.3 Analisis Regresi Berganda ... 35

3.7.3.1 Uji Hipotesis ... 36

3.7.3.2 Pengujian Hipotesis Dengan Variabel Moderating... 38

3.7.4 Uji Koefisien Determinasi ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Hasil Penelitian ... 40

4.1.1 Analisis Deskriptif ... 40

4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 41

4.1.2.1 Uji Normalitas Data ... 41

4.1.2.2 Multikolinearitas ... 43

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 44

(10)

4.1.2.4 Uji Autokorelasi ... 45

4.1.3 Analisis Regresi Berganda ... 47

4.1.3.1 Uji Hipotesis ... 48

A. Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 49

B. Uji Signifikan Parsial (Uji-T) ... 50

4.1.3.2 Pengujian Variabel Moderating-Uji Residual ... 51

A. Uji Signifikan Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Pengaruh PAD, DAU, DAK dan BKP terhadap IPM secara simultan (Uji-F) ... 52

B. Uji Signifikan Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen secara parsial (Uji-T) ... 52

1. Uji Signifikan Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Pengaruh PAD terhadap IPM... 53

2. Uji Signifikan Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Pengaruh DAU terhadap IPM ... 53

3. Uji Signifikan Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Pengaruh DAK terhadap IPM ... 54

4. Uji Signifikan Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Pengaruh BKP terhadap IPM ... 55

4.1.4 Uji Koefisien Determinasi ... 55

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

4.2.1 Pengaruh PAD terhadap IPM ... 57

4.2.2 Pengaruh DAU terhadap IPM ... 58

4.2.3 Pengaruh DAK terhadap IPM ... 59

4.2.4 Pengaruh BKP terhadap IPM ... 60

4.2.5 Pengaruh PAD, DAU, DAK dan BKP secara simultan terhadap IPM ... 61

4.2.6 Pengaruh Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Hubungan antara PAD, DAU, DAK dan BKP terhadap IPM ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan... 65

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 65

(11)

5.3 Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN ... 69

(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman Tabel 1.1 Perbandingan IPM Sulawesi Selatan dengan IPM

Secara Nasional Tahun 2010 – 2014 4 Tabel 1.2 Perbandingan Komponen IPM Provinsi Sulawesi

Selatan dengan Komponen IPM secara Nasional 6 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 17 Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian 25 Tabel 3.2 Tabel Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel 29 Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif 40 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Dengan Kolmogorov-Smirnov 42 Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas 44 Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi 46 Tabel 4.5 Interprestasi Nilai Durbin Watson (n=76, k=4) 46

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda 47

Tabel 4.7 Hasil Signifikan Simultan (Uji-F) 49 Tabel 4.8 Hasil Signifikan Parsial (Uji-t) 50

Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikan Jumlah Penduduk Dalam Memoderasi Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan BKP terhadap IPM

secara simultan 52 Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikan Jumlah Penduduk Dalam Memoderasi

Pengaruh PAD terhadap IPM 53 Tabel 4.11 Hasil Uji Signifikan Jumlah Penduduk dalam Memoderasi

Pengaruh DAU terhadap IPM 54 Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikan Jumlah Penduduk dalam Memoderasi

Pengaruh DAK terhadap IPM 54

(13)

Tabel 4.13 Hasil Uji Signifikan Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Pengaruh BKP terhadap IPM 55 Tabel 4.14 Hasil Koefisien Determinasi 56

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Dengan Grafik Histogram 42 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Dengan Normal Probability Plot 43 Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Scatterplot 45

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh Program Pembangunan PBB atau UNDP sejak tahun 1990 dalam seri laporan tahunan yang diberi judul “Human Development Report”. Indeks ini disusun sebagai salah satu dari indikator alternatif, selain pendapatan nasional per kapita, untuk menilai keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara..

UNDP merumuskan bahwa pembangunan manusia sebagai perluasan pilihan bagi penduduk yang dapat dilihat sebagai proses ke arah “perluasan pilihan” dan sekaligus taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Model ini memiliki konsep yang lebih komperhensif dan luas daripada model dengan pendekatan pembangunan sumber daya manusia, pemenuhan kebutuhan dasar, serta kesejahteraan manusia.

Dari konsep pembangunan manusia tersebut, UNDP memperkenalkan sebuah alat ukur yang lazim yang dikenal sebagai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelektualitas dan standar hidup layak. Saat perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi memberikan tuntunan menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program (Budiriyanto, 2011). Ada tiga indikator yang dijadikan tolok ukur untuk menyusun Indeks Pembangunan Manusia. Pertama, usia panjang yang diukur dengan rata-rata lama hidup penduduk atau angka harapan hidup di suatu negara.

(16)

Kedua, pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang bisa membaca (diberi bobot dua pertiga) dan rata-rata tahun sekolah (diberi bobot sepertiga). Ketiga, penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan daya belinya untuk tiap-tiap negara. Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia yang telah disusun, maka bisa ditetapkan tiga kelompok negara.

Peningkatan IPM, salah satunya di tentukan oleh kemampuan daerah yang antara lain adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Bantuan Keuangan Provinsi. PAD merupakan pendapatan riil dari suatau daerah yang digunakan pemerintah untuk belanja daerah pada sektor-sektor yang dapat menaikkan IPM, seperti di bidang pendidikan, kesehatan, maupun kesejahteraan sosial. PAD terdiri dari atas pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang di pisahkan dan lain-lain PAD yang sah.

Keberhasilan kinerja pemerintah daerah tidak hanya bergantung pada jumlah dari PAD yang diperoleh, namun juga bergantung pada pengelolaan PAD yang lebih optimal dan efektif dalam melaksanakan pelayanan-pelayanan publik. Oleh karena itu, semakin efektif pengelolaan PAD dapat meningkatkan IPM di daerah tersebut.

Selain itu, pemerintah daerah menganggarkan Bantuan Keuangan Provinsi untuk mengatasi kesenjangan sosial di daerah lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan daerah masing-masing. Secara khusus, bantuan keuangan tersebut membantu pencapaian kinerja program-program pemerintah daerah/desa penerima bantuan keuangan. Ketika program-program pemerintah tersebut tercapai, maka

(17)

akan berpengaruh terhadap kesejahteraan penduduk yang dinilai dari meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia.

Kemudian, Pembangunan di Indonesia pada daerah kabupaten dan kota sampai saat ini masih bergantung pada dana transfer dan pemerintah pusat.

Kabupaten/kota baru berdiri yang berasal dari pemekaran pada awal pemerintahan bergantung kepada dana perimbangan dari pemerintah pusat. Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum merupakan dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi sedangkan Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, terutama untuk membantu membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.

Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus tersebut mencerminkan tingkat ketergantungan daerah terhadap pusat. Apabila daerah memiliki ketergantungan yang rendah terhadap pusat, maka dapat dikatakan bahwa daerah tersebut dalam kondisi keuangan yang baik. Pada kondisi tersebut, pelaksanaan penyediaan layanan publik dapat terwujud dengan optimal sehingga dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia.

(18)

Provinsi Sulawesi Selatan merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak ke 7 di indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk oleh BPS tahun 2011 dengan jumlah penduduk 8.115.638 jiwa. Jumlah penduduk tersebut meningkat hingga 8.520.304 jiwa pada tahun 2014. Ketika jumlah penduduk terus meningkat, maka jumlah kebutuhan masyarakat secara otomatis akan meningkat pula. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan jumlah sumber daya yang tersedia dapat menghambat produktivitas suatu daerah. Hal tersebut menyebabkan banyak kebutuhan penduduk yang tidak terpenuhi, sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat dan menurunnya Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu, pemerintah provinsi Sulawesi Selatan secara giat menjalankan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata di kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan.Pencapaian dari berbagai program pemerintah tersebut dapat terlihat melalui meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Selatan secara konstan dari tahun ke tahun. Tabel 1.1 menunjukkan perbandingan antara IPM Sulawesi Selatan dengan IPM di Indonesia secara nasional.

Tabel 1.1

Perbandingan IPM Sulawesi Selatan dengan IPM Secara Nasional Tahun 2010 – 2014

Sumber : BPS- Sulawesi Selatan dalam Angka 2015 Ket : Perhitungan Menggunakan Metode Baru

2011 2012 2013 2014

66.65 67.26 67.92 68.49

67.09 67.70 68.31 68.90

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

INDONESIA Sulawesi Selatan

(19)

Dari data tersebut terlihat jelas bahwa indeks pembangunan manusia di Provinsi Sulawesi Selatan masih di bawah Indeks Pembangunan Manusia secara nasional dari tahun ke tahun. Akan tetapi di Provinsi Sulawesi Selatan terjadi peningkatan IPM dari tahun ke tahun menunjukkan adanya kemajuan pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan. Peningkatan IPM tersebut tidak terlepas dari meningkatnya Angka Harapan Hidup, Angka Harapan Lama Sekolah, Angka Rata-rata Lama Sekolah, dan Pengeluaran per Kapita (Purchasing Power Parity) di Sulawesi Selatan. Angka Rata- rata lama Sekolah Sulawesi selatan pada tahun 2014 adalah 7,49 masih di bawah Angka Rata-rata lama sekolah nasional yang mencapai angka 7,73.

Akan tetapi angka harapan lama sekolah Sulawesi Selatan pada tahun 2014 mencapai angka 12,90 berada di atas Angka Harapan Lama sekolah nasional yaitu sebesar 12,39.

Kemudian masalah yang di hadapi Sulawesi Selatan saat ini adalah pencapaian kesejahteraan masyarakat dari segi kesehatan dan ekonomi di Sulawesi Selatan yang relatif belum baik secara nasional. Pada tahun 2014 angka harapan hidup di Sulawesi Selatan (69,60 tahun) masih dibawah angka harapan hidup nasional yaitu (70,59 tahun). Untuk itu masih dibutuhkan peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan di Sulawesi Selatan. Begitu juga dengan pengeluaran per kapita Sulawesi Selatan masih di bawah Pengeluaran per kapita secara nasional.

Pada tahun 2014, PPP Sulawesi Selatan sebesar Rp. 9.723.000,- per tahun masih di bawah Pendapatan per kapita nasional yaitu sebesar Rp.

(20)

9.903.000,- per tahun. Tabel 1.2 menunjukan perbandingan komponen- komponen IPM di Sulawesi Selatan dengan komponen IPM secara nasional mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2014.

Tabel 1.2

Perbandingan Komponen IPM Provinsi Sulawesi Selatan dengan Komponen IPM secara Nasional

Uraian Provinsi Sulawesi Selatan Indonesia

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014

AHH (tahun) 69,12 69,31 69,50 69,60 11,44 70,20 70,40 70,59 HLS (tahun) 11,82 12,16 12,52 12,90 7,52 11,68 12,10 12,39 RRLS(tahun) 7,33 7,37 7,45 7,49 70,01 7,59 7,61 7,73 PPP (000) 9.459 9.459 9.632 9.723 9.647 9.815 9.858 9.903 IPM 66,65 67,26 67,92 68.49 67,70 68,87 68,31 68,90 Sumber:BPS(datadiolah)

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Jumlah Penduduk sebagai Variabel Pemoderasi pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :

1. “Apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan baik secara parsial dan simultan ?”

(21)

2. “Apakah Jumlah Penduduk memoderasi hubungan antara Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi dengan Indeks Pembangunan Manusia pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi

Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan baik secara parsial dan simultan.

2. Untuk mengetahui kemampuan Jumlah Penduduk dalam memoderasi hubungan antara Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi dengan Indeks Pembangunan Manusia pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.4. Manfaat Penelitian

a) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi terhadap IndeksPembangunan Manusia dengan Jumlah Penduduk sebagai Variabel moderating pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

(22)

b) Bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di daerah masing-masing pada masa yang akan datang.

c) Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan acuan atau referensi bagi yang berminat melakukan penelitian berikutnya.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur pembangunan suatu daerah berdasarkan tiga acuan, yaitu peluang hidup, pendidikan, dan standar hidup layak. Ketiga acuan tersebut dapat tercapai dengan optimal jika didorong oleh efektivitas kinerja pemerintah daerah dalam mengalokasikan APBD.

Dalam landasan teori ini akan dibahas lebih lanjut mengenai teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa peneliti terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang diperoleh selama penelitian.

2.1.1. Indeks Pembangunan Manusia.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Pada tahun 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) sudah melakukan penyempurnaan IPM dengan metodologi baru dengan perubahan pada indikator dan metode perhitungan yang digunakan. IPM yang awalnya menggunakan Angka Melek Huruf sebagai indikator untuk kesejahteraan di bidang pendidikan, kini berubah menjadi Angka Harapan Lama Sekolah.

(24)

Begitu juga dengan PDB per kapita sebagai indikator standar hidup yang layak diganti dengan PNB per kapita. Dalam metode perhitungan, IPM dengan metode lama yang menggunakan metode agregasi, kini diubah menjadi metode rata-rata geometrik.

Penjelasan mengenai variabel-variabel dalam metode baru IPM adalah sebagai berikut : Sumber (www.bps.go.id)

a. Angka Harapan Hidup Saat Lahir - AHH (Life Expectancy - e ).

Angka Harapan Hidup saat Lahir didefnisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir.

AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei kependudukan.

b. Rata-rata Lama Sekolah - RLS (Mean Years of Schooling - MYS).

Rata-rata Lama Sekolah didefi\isikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal.

Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas.

c. Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling - EYS).

Angka Harapan Lama Sekolah didefnisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini.

Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.

d. Pengeluaran per Kapita Disesuaikan.

Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity atau PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun dihitung dari level provinsi hingga level kabupaten/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012 = 100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66

(25)

komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas non makanan.

2.1.2. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan faktor non alami.

BPS menjelaskan bahwa yang dapat dikatakan penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Menurut Dumairy (1996), penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam konteks pasar, ia berada baik disisi permintaan maupun disisi penawaran. Disisi permintaan, penduduk adalah konsumen, sumber permintaan akan barang-barang dan jasa. Disisi penawaran, penduduk adalah produsen, jika ia pengusaha, pedagang, tenaga kerja, atau pekerja. Dalam konteks pembangunan, pandangan terhadap penduduk terpecah menjadi dua. Umumnya, literatur-literatur kuno yang menganggap penduduk sebagai penghambat dalam pembangunan, sedangkan literatur-literatur modern justru memandang sebagai pemacu pembangunan.

2.1.3. Pendapatan Asli Daerah

(26)

Menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Sedangkan, menurut Abdul Halim (2004:94),

“pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah.

Kemudian menurut Abdul Halim (2007:96), kelompok Pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu:

A. pajak daerah, B. retribusi daerah,

C. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, D. lain lain pendapatan asli daerah yang sah.

2.1.4. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian

(27)

terjadi transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting, (Darwanto dan Yustikasari 2007).

Dana Alokasi Umum diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan formula berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang harus menerima lebih banyak daripada daerah kaya. Selain itu luas wilayah dan jumlah penduduk menjadi hal yang harus diperhatikan juga dalam pengalokasian DAU. Dengan kata lain, tujuan penting dari pengalokasian DAU adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan publik antara Pemda di Indonesia.

2.1.5. Dana Alokasi Khusus

Berdasarkan UU NO. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Pasal 39 menyebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Daerah sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam APBN. Pada hakikatnya pengertian Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus. Pengalokasian DAK ditentukan dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. DAK disalurkan dengan cara pemindah bukuan dari

(28)

rekening kas umum negara ke rekening kas umum daerah. Oleh sebab itu DAK dicantumkan dalam APBD. DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas.

2.1.6. Bantuan Keuangan Provinsi

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 menyatakan bahwa bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

Pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dapat menganggarkan bantuan keuangan kepada pemerintah daerah lainnya dan kepada desa yang didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi dananya, sesuai kemampuan keuangan masing- masing daerah. Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan menggunakan formula antara lain variabel pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantu capaian kinerja

(29)

program prioritas pemerintah daerah/desa penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi bantuan.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil dari beberapa penelitian terdahulu akan dijadikan bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Renani, Mirfatah, dan Honarvar (2012), telah meneliti tentang Effects of Human Development Indexes (HDIs) on Economic Growth in MENA Countrie : An Emphasis on Education and Literacy Indexes. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Angka Melek Huruf berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

2. Lugastoro dan Ananda (2013), telah melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh PAD dan Dana Perimbangan terhadap IPM Kabupaten/Kota Jawa Timur. Hasil dari penelitian tersebut adalah Rasio PAD dan DAK terhadap belanja modal dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap IPM. Sedangkan, DAU berpengaruh negatif signifikan terhadap IPM dan Rasio DBH terhadap belanja modal tidak signifikan mempengaruhi IPM Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap IPM.

3. Widarwanto (2015), telah melakukan penelitian mengenai Pengaruh DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan

(30)

Belanja Pelayanan Dasar sebagai variabel moderating (studi kasus pada pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara). Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa DAU, DAK dan PAD secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap IPM, sedangkan DBH dan BKP secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap IPM. Secara simultan, variabel DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IPM. Variabel Belanja Pelayanan Dasar mampu memoderasi hubungan antara variabel DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP terhadap IPM.

4. Novianty Wenny (2016), telah meneliti tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Bantuan Keuangan Provinsi terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Jumlah Penduduk sebagai Variabel Moderating Pada pemerintah Kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara.

Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa secara simultan variabel Pendapatan asil Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Bantuan Keuangan Variabel (BKP) berpengaruh siginifikan positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk tidak memperkuat atau memperlemah pengaruh PAD, Dana Perimbangan dan BKP secara simultan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil penelitian

(31)

Renani, Mirfatah, dan

Honarvar (2012)

Effects of Human Development Indexes (HDIs) on Economic Growth in MENA

Countries:An Emphasis on Education and Literacy Indexes

Dependen : Pertumbuhan Ekonomi Independen :

HDI, yaitu : 1. Tingkat Pendidikan 2. Angka Melek Huruf

Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Angka Melek Huruf berpengaruf signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Lugastoro dan Ananda

(2013)

Analisis Pengaruh PAD dan Dana Perimbangan terhadap IPM

Kabupaten/Kota Jawa Timur

Dependen:

IPM

Independen:

1. PAD 2. Dana

Perimbangan

Rasio PAD dan DAK terhadap belanja modal dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap IPM, sedangkan Rasio DBH terhadap belanja modal tidak signifikan mempengaruhi IPM DAU berpengaruh negatif signifikan terhadap IPM, sedangkan

Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap IPM

Widarwanto (2015)

Pengaruh DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Belanja Pelayanan Dasar sebagai variabel moderating (studi kasus : Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara)

Dependen:

IPM

Independen:

DAU, DAK, PAD, dan BKP

Moderating:

Belanja Pelayanan Dasar

DAU, DAK, PAD, dan BKP secara simultan berpengaruh terhadap IPM DAU, PAD dan DBH secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap IPM, sedangkan DAK dan BKP secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap IPM

BPD memoderasi hubungan DAU, DAK, PAD, BDH dan BKP terhadap IPM

Novianty Wenny (2016)

Pengaruh PAD, Dana Perimbangan dan Bantuan Keuangan Provinsi terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Jumlah Penduduk sebagai Variabel

Moderating Pada pemerintah

Kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara.

Dependen : IPM

Independen : 1. PAD 2. Dana

Perimbangan 3. Bantuan

Keuangan Provinsi Moderating : Jumlah Penduduk

secara simultan variabel Pendapatan asil Daerah (PAD), Dana

Perimbangan dan Bantuan Keuangan Variabel (BKP) berpengaruh siginifikan positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Jumlah Penduduk tidak memperkuat atau memperlemah pengaruh PAD, Dana Perimbangan dan BKP secara simultan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia.

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori, variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen, variabel dependen dan variabel

(32)

moderating. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2), Dana Alokasi Khusus(X3) dan Bantuan Keuangan Provinsi (X4). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (Y). Variabel independen dan variabel dependen tersebut dimoderasi oleh Jumlah Penduduk (Z). Hal tersebut dapat terlihat dalam Gambar 2.1

H1

H2

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

1) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Pendapatan Asli Daerah digunakan pemerintah untuk belanja daerah pada sektor-sektor yang dapat menaikkan Indeks Pembangunan Manusia,

Dana Alokasi

Umum (X2) Indeks

Pembangunan Manusia (Y) Dana Alokasi

Khusus (X3) Bantuan Keuangan

Provinsi (X4)

Jumlah Penduduk (Z)

Pendapatan Asli Daerah (X1)

(33)

seperti di bidang pendidikan, kesehatan, maupun kesejahteraan sosial.

Namun, daerah yang memiliki Pendapatan Asli Daerah yang tinggi belum tentu dapat melaksanakan program-program pelayanan publik tersebut jika Pendapatan Asli Daerah tidak dikelola dengan baik. Tingkat keberhasilan kinerja pemerintah daerah tidak hanya bergantung pada jumlah dari Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh, namun juga bergantung pada tata cara pengelolaan Pendapatan Asli Daerah yang diukur dalam rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu, semakin efektif pengelolaan Pendapatan Asli Daerah maka semakin efektif kinerja pemerintahan suatu daerah. Ketika kinerja pemerintah semakin baik, maka Pendapatan Asli Daerah yang dikelola pemerintah semakin efektif pengalokasiannya dalam merealisasikan program-program pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, semakin efektif Pendapatan Asli Daerah suatu daerah akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di daerah tersebut.

2) Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Konseksuensi pelaksanaan desentralisasi adalah pemberian sumber keuangan Negara kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Tujuan dana perimbangan adalah mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

(34)

Salah satu dana perimbangan adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Yang berarti terjadi transfer yang cukup signifikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah dapat menggunakan dana ini untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Pada kondisi tersebut, pelaksanaan penyediaan layanan publik dapat terwujud dengan baik, sehingga pembangunan manusia akan berhasil dan Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat.

3) Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Diprioritaskan untuk membantu daerah- daerah dengan kemampuan keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan daerah. DAK merupakan dana yang berasal dari APBN dan dialokasikan ke daerah kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantung tersedianya dana dalam APBN (Suparmoko, 2002). Kebutuhan khusus

(35)

adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

4) Pengaruh Bantuan Keuangan Provinsi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Selain menerima dana perimbangan dari pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota juga menerima perimbangan dari pemerintah provinsi antara lain berupa pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Pemerintah daerah menganggarkan Bantuan Keuangan Provinsi untuk mengatasi kesenjangan sosial di daerah lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan daerah masing-masing. Secara khusus, bantuan keuangan tersebut membantu capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah penerima bantuan keuangan. Ketika program prioritas pemerintah tersebut tercapai, maka akan berpengaruh terhadap kesejahteraan penduduk yang dinilai dari meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia.

5) Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Pertambahan jumlah penduduk juga dapat menjadi faktor pendorong ataupun faktor penghambat dalam pembangunan. Semakin tinggi jumlah penduduk, semakin banyak pula kebutuhan daerah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk. Ledakan jumlah penduduk yang terjadi saat ini tidak sebanding dengan kuantitas dan kualitas pelayanan publik sehingga

(36)

dapat menghambat produktivitas suatu daerah. Hal tersebut menyebabkan banyak kebutuhan penduduk akan pelayanan publik yang tidak terpenuhi, sehingga kondisi tersebut mampu memperlemah Indeks Pembangunan Manusia.

Di sisi lain, jika pemerintah dapat menyikapi dengan baik dan tepat pertambahan jumlah penduduk tersebut, maka penduduk dapat dijadikan modal utama dalam pembangunan. Setiap daerah dapat menjadikan pertambahan jumlah penduduk tersebut sebagai modal sumber daya manusia potensial yang dapat dikembang sehingga menjadi modal yang berkualitas dan dapat menjadi faktor pendukung pembangunan.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

2 : Jumlah Penduduk memoderasi hubungan antara Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi dengan Indeks Pembangunan Manusia pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan permasalahan yang berisfat hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008:37). Dalam penelitian ini terdapat variabel independen (yang mempengaruhi), variabel dependen (yang dipengaruhi), dan variabel moderating yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilakukan bulan Juli 2016 sampai dengan selesai.

3.3 Populasi dan Sampel penelitian

Adapun yang menjadi populasi dan sampel yang digunakan penulis dalam penelitian in adalah sebagai berikut :

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah sekumpulan individu-individu dengan kualitas dan karakter yang sudah ditetapkan oleh peneliti (Nazir, 2005:271). Kualitas atau ciri tersebut yang disebut sebagai variabel. Populasi penelitian ini adalah Laporan APBD dan Laporan Realisasi APBD 21 kabupaten dan 3 kota di Provinsi Sulawesi Selatan untuk tahun 2011-2014.

(38)

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara purposive sampling yaitu “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”

(Erlina, 2008:83)

Adapun yang menjadi kriteria yang ditentukan peneliti dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang secara konsisten mempublikasikan Laporan APBD dan Laporan Realisasi APBD dalam situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan selama periode 2011-2014.

2. Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang secara rutin memperoleh dana Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) selama periode 2011-2014.

3. Ketersediaan data IPM daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan hasil perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode 2011-2014.

Berdasarkan kriteria sampel tersebut diperoleh 19 sampel yang memenuhi kriteria, yaitu 16 Kabupaten dan 3 Kota di Provinsi Sulawesi Selatan sehingga jumlah sampel yang diteliti adalah 19 sampel dikali 4 tahun penelitian sebanyak 76 sampel.

(39)

Tabel 3.1

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

NO Kabupaten/Kota

Kriteria

Sampel

1 2 3

1 Kabupaten Selayar × -

2 Kabupaten Bulukumba Sampel 1

3 Kabupaten Bantaeng Sampel 2

4 Kabupaten Jeneponto Sampel 3

5 Kabupaten Takalar Sampel 4

6 Kabupaten Gowa Sampel 5

7 Kabupaten Sinjai × × -

8 Kabupaten Maros Sampel 6

9 Kabupaten Pangkajene Kepulauan Sampel 7

10 Kabupaten Barru × -

11 Kabupaten Bone Sampel 8

12 Kabupaten Soppeng × -

13 Kabupaten Wajo Sampel 9

14 Kabupaten Sindereng Rappang Sampel 10

15 Kabupaten Pinrang Sampel 11

16 Kabupaten Enrekang Sampel 12

17 Kabupaten Luwu Sampel 13

18 Kabupaten Tana Toraja Sampel 14

19 Kabupaten Luwu Utara × -

20 Kabupaten Luwu Timur Sampel 15

21 Kabupaten Toraja Utara Sampel 16

22 Kota Makassar Sampel 17

23 Kota Pare-pare Sampel 18

24 Kota Palopo Sampel 19

Sumber : DJPK dan BPS

3.4. Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

(40)

Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan dan didefinisikan secara operasional sebagai berikut :

3.4.1. Variabel Independen

Adapun yang menjadi variabel bebas (independen) dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

3.4.1.1. Pendapatan Asli Daerah ( PAD)

Pendapatan Asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Semakin besar rasio yang dihasilkan, maka semakin baik dan efektifnya kinerja pemerintah daerah dalam mengolah pendapatan daerah tersebut.

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

PAD = HPD + RD + PLPD + LPS 3.4.1.2 Dana Alokasi Umum ( DAU )

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah salah satu transfer dana Pemerintah kepada Pemerintah Daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

3.4.1.3 Dana Alokasi Khusus ( DAK )

(41)

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumberdari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus untuk masing-masing Kabupaten/Kota dapat dilihat dari pos dana perimbangan dalam Laporan Realisasi APBD.

3.4.1.4 Bantuan Provinsi

Bantuan Keuangan Provinsi adalah realisasi pendapatan daerah bagi pemerintah kabupaten/kota yang berasal dari APBD provinsi untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Data Bantuan Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan diperoleh dari realisasi BKP dalam Laporan Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Selatan.

3.4.2. Variabel Dependen

Adapun yang menjadi variabel terikat (dependen) dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

3.4.2.1 Indeks Pembangunan Manusia

(42)

IPM adalah indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah yang diukur berdasarkan tiga acuan, yakni panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari Angka Harapan Hidup), terdidik (diukur Angka Harapan Lama Sekolah), dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari Paritas Daya Beli atau pendapatan per kapita).

3.4.3 Variabel Moderating

Adapun yang menjadi variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.4.3.1 Jumlah Penduduk

Penduduk menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis suatu daerah selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 – 2014 (dalam satuan jiwa).

Tabel 3.2

Tabel Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

(43)

Variabel Defenisi Operasional Pengukuran Skala Pendapatan

Asli Daerah (X1)

Semua penerimaan daerah yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

PAD = HPD + RD + PLPD + LPS

Rasio

Dana Alokasi Umum

(X2)

Salah satu transfer dana Pemerintah kepada Pemerintah Daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Ln Dana Alokasi Umum

Rasio

Dana Alokasi Khusus

(X3)

dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus untuk masing-masing Kabupaten/Kota dapat dilihat dari pos dana perimbangan dalam Laporan Realisasi APBD.

Ln Dana Alokasi

Khusus Rasio

Bantuan Keuangan

Provinsi (X4)

Realisasi pendapatan daerah bagi pemerintah kabupaten/kota yang berasal dari APBD provinsi untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah

Ln Bantuan

Keuangan Provinsi Rasio

Indeks Pembangunan

Manusia ( Y )

Indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah yang diukur berdasarkan tiga acuan, yakni panjang umur dan menjalani hidup sehat, terdidik dan memiliki standar hidup yang layak

Capaian IPM

(Angka Indeks) Rasio

Jumlah Penduduk ( Z)

Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Sulawesi Selatan selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap

Sensus Penduduk Rasio

3.5. Jenis dan Sumber Data

(44)

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lainnya (Husein, 2011:42). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel (pooled data) yaitu data yang menggabung antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Time series atau runtun waktu adalah himpunan observasi data terurut dalam waktu (Hanke&Winchern, 2005: 58). Sedangkan, data cross section adalah adalah sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam suatu kurun waktu.. Periode dalam penelitian ini dimulai dari tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.

Sumber dalam penelitian ini diperoleh penulis melalui situs www.djpk.depkeu.go.id dan www.bps.go.id.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan data-data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan mengunduh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini melalui situs www.djpk.depkeu.go.id. Selain itu, peneliti juga melakukan studi kepustakaan dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

3.7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 20.0 for windows. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian asumsi klasik

(45)

yang dilanjutkan dengan analisis regresi berganda, pengujian hipotesis, uji residual dan uji koefisien determinasi.

3.7.1. Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2006:19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata- rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum.

3.7.2. Uji Asumsi Klasik

Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Salah satu syarat yang mendasari penggunaan model regresi adalah dipenuhinya semua asumsi klasik agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linier Unbiased Estimator/BLUE). Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

3.7.2.1. Uji Normalitas

“Uji normalitas berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik parametrik dan jika data tidak normal gunakan statistik non parametrik atau lakukan treatmentagar data normal.” (Erlina dan Mulyani, 2007:103).

(46)

Menurut (Ghozali, 2005 : 110) ada dua cara unutk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu : 1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

2. Analisis Statistik

Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari : a) nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka

distribusi data adalah tidak normal,

Referensi

Dokumen terkait

pelatihan yang dilakukan, serta hasil dari proses latihan ansambel perkusi pada. komunitas USBP di

Setelah pola kebyar tersebut, kemudian dilanjutkan dengan tempo yang berjalan sedang yang diikuti dengan melodi pokok dari instrumen jublag yang dibarengi dengan permainan

Pemerintah telah menetapkan Labuan bajo sebagai salah satu dari 5 (lima) Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas. Kebijakan ini berimplikasi pada banyaknya

KONSTRUKSI KIT DAN PROSEDUR PRAKTIKUM DYE-SENSITIZED SOLAR CELLS (DSSC) DAN POTENSINYA UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai dan memberkati penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

Tingkat keberdayaan kinerja usaha batik Semarang baik dilihat dari aspek produksi, aspek distribusi, aspek permintaan pasar maupun aspek sosial budaya menunjukkan

60 TIRTOMULYO WIDIYO SUPARNO PEDUKUHAN SOROPADAN RT 003 6 61 TIRTOMULYO NARDI UTOMO PEDUKUHAN SOROPADAN RT 003 6. 62 TIRTOMULYO MARSUDI WIYONO PEDUKUHAN SOROPADAN RT

4 Hendra Wijaya Kajian Kesesuaian lahan untuk permukiman di Kabupaten Semarang 2009 Pembahasan kawasan beserta variabel dalam kesesuaian lahan yang digunakan untuk