• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BANGKA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUPATI BANGKA TENGAH"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BANGKA TENGAH

SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012

TENTANG

RETRIBUSI JASA USAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dalam menggunakan/pemanfaatan sarana dan prasarana yang disediakan oleh pemerintah daerah, maka perlu adanya patrtisipasi dari masyarakat ;

b. bahwa retribusi jasa usaha merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan daerah;

c. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, maka perlu dilakukan penataan dan pengaturan kembali Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah tentang Retribusi Jasa Usaha;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Usaha;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5145);

(3)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH dan

BUPATI BANGKA TENGAH

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Bangka Tengah.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Bangka Tengah dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Bangka Tengah.

4. Kas Daerah adalah kas pemerintah Kabupaten Bangka Tengah.

5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

(4)

6. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.

7. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

8. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

9. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Parkir adalah keadaan tidak begerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.

7. Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikan dan menurunkan orang dan/atau barang serta perpindahan moda angkutan.

8. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

9. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

10. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

11. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah Surat Ketetapan yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

12. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar untuk selanjutnya disingkat SKRDLB adalah Surat Ketetapan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

13. Surat Tagihan Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

14. Surat Ketetapan Keberatan adalah Surat Ketetapan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT atau SKRDLB yang diajukan oleh wajib retribusi.

(5)

15. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lain untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan retribusi daerah.

16. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik, untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

JENIS DAN GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 2

Jenis Retribusi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini meliputi : a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;

c. Retribusi Terminal;

d. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

e. Retribusi Rumah Potong Hewan;

f. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

g. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; dan h. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Pasal 3

Jenis Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, termasuk golongan Retribusi Jasa Usaha.

BAB III

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

Bagian Kesatu

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 4

Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut retribusi atas pelayanan pemakaian kekayaan daerah.

(6)

Pasal 5

(1) Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian kekayaan daerah.

(2) Objek Retibusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. penyewaan Tanah;

b. penyewaan Bangunan;

c. penyewaan Tenda;

d. penyewaan Kursi;

e. penyewaan ruangan

f. penyewaan perlengkapan;

g. pemakaian peralatan;

h. pemakaian Kendaraan Bermotor;

i. pemakaian Peralatan Laboratorium;

j. sewa Pemakaian Konstruksi Tempat Reklame

(3) Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut antara lain, pemancangan tiang listrik/telepon atau penanaman/pembentangan kabel listrik/telepon di tepi jalan umum.

Pasal 6

Subjek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan pemakaian kekayaan daerah.

Pasal 7

Wajib Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah orang pribadi atau orang badan yang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan retribusi di wajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi pemakaian kekayaan daerah.

Bagian Kedua

Cara mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 8

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah diukur berdasarkan jenis kekayaan dan lamanya pemakaian kekayaan daerah.

(7)

Bagian Ketiga

Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 9

(1) Struktur dan besarnya Tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah diukur berdasarkan jenis kekayaan yang digunakan dan jangka waktu pemakaian.

(2) Besarnya tarif retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah sebagai berikut :

I. Penggunaan Tanah

1. Retribusi tanah yang dipergunakan untuk usaha atau tempat tinggal sebesar 0,5 % x NJOP x Luas tanah.

2. Retribusi tanah yang dipergunakan untuk berjualan tanaman hias, ukiran dan patung-patung seni.

II. Penggunaaan Gedung/Bangunan

1. Gedung serba guna/pertemuan untuk kepentingan umum.

2. Gedung Serbaguna Kecamatan.

3. Gedung Serbaguna Kelurahan.

4. Gedung pertemuan di PPI Kurau tipe 20.

5. Gedung sekolah untuk kepentingan kursus.

6. Fasilitas Gedung Diklat a. asrama kelas I ; b. asrama kelas II;

c. asrama/mess widyaiswara d. ruang Belajar Besar;

e. ruang belajar kecil;

f. ruang makan; dan g. aula.

7. Bangunan Gedung

a. rumah dinas di PPI Batu Belubang tipe 20.

b. rumah dinas di PPI Kurau tipe 60

c. rumah dinas koppel 3 (tiga) petak di PPI Kurau

Rp.………./Tahun Rp100.000,00/Tahun

Rp500.000,00/hari Rp250.000,00/hari Rp150.000,00/hari Rp150.000,00/hari Rp25.000,00/hari/lokal

Rp50.000,00/orang/hari Rp25.000,00/orang/hari Rp100.000,00/kamar/hari Rp250.000,00/hari

Rp200.000,00/hari Rp250.000,00/hari Rp350.000,00/hari

Rp300.000,00/unit/tahun Rp750.000,00/unit/tahun Rp500.000,00/petak/tahun

III. Retribusi Pemakaian Kendaraan/Alat-alat Berat

1. Motor Grader 2. Backhoe Loader

3. Traktor (pengolahan tanah) 4. Dum Truck

5. Truck Bak Kayu 6. Water Tanker 7. Hand Stamper 8. Bus

9. Minibus/L.300/sejenis

10. Kapal Pengawas Dinas Kelautan dan Perikanan (tidak termasuk bahan bakar/solar dan jasa nahkoda)

Rp200.000,00/jam Rp200.000,00/jam Rp75.000,00/jam Rp50.000,00/jam Rp45.000,00/jam Rp60.000,00/jam Rp25.000,00/jam Rp800.000,00/hari Rp500.000,00/hari Rp500.000,00/hari

(8)

IV. Perlengkapan 1. Tenda

a. Ukuran 4 m x 6 m/kapling :

1) untuk kepentingan umum; dan 2) untuk kepentingan dinas.

b. Ukuran 4 m x 4 m/kapling : 1) untuk kepentingan umum; dan 2) untuk kepentingan dinas.

2. Kursi Plastik

a. untuk kepentingan umum; dan b. untuk kepentingan dinas.

3. Sound System Kepentingan Umum

Rp175.000,00/hari Rp75.000,00/hari Rp150.000,00/hari Rp50.000,00/hari Rp300,00/hari Rp250,00/hari Rp150.000,00/hari V. Mess Pemda

Kepentingan Umum (tanpa makan).

VI. Pemakaian lapangan bola kaki untuk kegiatan pertunjukan dan pameran.

VII. Sarana Panggung media luar ruangan a.untuk kegiatan berskala lokal; dan b. untuk kegiatan berskala nasional.

VIII. Penggunaan Fasilitas Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN) di PPI Kurau

Rp75.000,00/hari

Rp75.000,00/hari

Rp50.000,00/hari Rp100.000,00/hari

Rp400.000,00/bulan

BAB IV

RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN

Bagian Kesatu

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 10

Dengan nama Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan dipungut Retribusi atas penyediaan fasilitas pasar grosir dan/atau pertokoan.

Pasal 11

(1) Objek Retribusi Pasar Grosir Dan Atau Pertokaan adalah penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakan, yang disediakan/diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah fasilitas pasar yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

(3) Tata cara penetapan jenis objek Retribusi Pasar Grosir Dan Atau Pertokaan berdasarkan kelas diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(9)

Pasal 12

Subjek Retribusi Pasar Grosir dan Atau Pertokaan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati fasilitas pasar dan/atau pertokoan.

Pasal 13

Wajib Retribusi Pasar Grosir dan Atau Pertokoan adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi temasuk pemungut atau pemotong retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan.

Bagian Kedua

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 14

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pasar Grosir Dan Atau Pertokoan diukur berdasarkan luas dan jangka waktu penggunaan fasilitas pasar grosir dan/atau pertokoan.

Bagian Ketiga

Struktur dan Besaran Tarif

Pasar 15

(1) Struktur dan besaran tarif Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan digolongkan berdasarkan jenis, lokasi, luas dan jangka waktu pemakaian.

(2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagaimana tercantum pada lampiran I yang merupakan Bagian Tidak terpisahkan dalam Peraturan Daerah ini.

BAB V

RETRIBUSI TERMINAL

Bagian Kesatu

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 16

Dengan Nama Retribusi Terminal dipungut retribusi atas pelayanan Terminal yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

(10)

Pasal 17

(1) Objek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh.

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.

Pasal 18

Subjek Retribusi Terminal adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati fasilitas terminal.

Pasal 19

Wajib Retribusi Terminal adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi temasuk pemungut atau pemotong retribusi terminal.

Bagian Kedua

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 20

Tingkat penggunaan jasa terminal dihitung berdasarkan jenis dan jangka waktu pemakaian fasilitas terminal.

Bagian Ketiga

Struktur dan Besaran Tarif

Pasal 21

(1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Terminal digolongkan berdasarkan jenis fasilitas, jenis kendaraan dan jangka waktu pemakaian.

(2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :

a. tempat parkir kendaraan penumpang umum :

1. angkutan perdesaan/kota : Rp1.000,00/kend/1x masuk 2. bis Antar Kota Dalam

Provinsi (AKDP) : Rp1.000,00/kend/1x masuk

(11)

3. Angkutan AKDP non Bis : Rp1.000,00/kend/1x masuk

b. tempat parkir kendaraan penumpang barang :

1. 0 s.d 2.750 Kg : Rp1.000,00/kend/1x masuk 2. 2.751 Kg s.d 5.000 Kg : Rp1.000,00/kend/1x masuk 3. 5.001 Kg keatas : Rp2.000,00/kend/1x masuk

c. penyediaan tempat kegiatan usaha :

1. Loket : Rp15.000,00/bulan

2. Kios : Rp10.000,00/bulan

3. Rumah Makan : Rp10.000,00/bulan

4. Toko : Rp10.000,00/bulan

d. fasilitas lainnya di lingkungan terminal Toilet :

1. Buang Air Kecil : Rp1.000,00/1x masuk 2. Buang Air Besar : Rp2.000,00/1x masuk

3. Mandi : Rp2.000,00/1x masuk

e. Pas masuk terminal : Rp1.000,00/kend/1xmasuk

BAB VI

RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

Bagian Kesatu

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 22

Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut atas pelayanan tempat khusus parkir oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 23

(1) Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayaanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah.

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelayanan tempat parkir yang disediakan dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

(12)

Pasal 24

Subjek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati fasilitas tempat khusus parkir.

Pasal 25

Wajib Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi temasuk pemungut atau pemotong retribusi tempat khusus parkir.

Bagian Kedua

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 26

Cara pengukur tingkat penggunaan jasa tempat khusus parkir diukur berdasarkan frekuensi dan jangka waktu penggunaan fasilitas tempat khusus parkir.

Bagian Ketiga

Struktur dan Besaran Tarif

Pasal 27

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi tempat khusus parkir di golongkan berdasarkan jenis kendaraan yang menggunakan tempat khusus parkir.

(2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud ayat (1), ditetapkan sebagai berikut :

NO JENIS KENDARAAN BESARNYA

TARIF RETRIBUSI 1. Bus/Truk dan sejenisnya Rp1.500,00 2. Sedan/Jeep/Mikrobus/Mikrolet/Pik

Up dan sejenisnya Rp1.000,00

3. Sepeda Motor roda 2 (dua) Rp 500,00

(3) Besarnya tarif parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berlaku hanya untuk 1 (satu) kali parkir.

(4) Bagi kendaraan yang nginap untuk masing-masing jenis kendaraan ditambah Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah)/malam.

(13)

BAB VII

RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

Bagian Kesatu

Nama, Objek, Subjek dan Retribusi

Pasal 28

Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut retribusi atas pelayanan rumah potong hewan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 29

(1) Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Objek retribusi rumah potong hewan adalah pelayanan penyediaan adalah pelayaanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 30

Subjek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati fasilitas rumah potong hewan.

Pasal 31

Wajib Retribusi Rumah Potong Hewan adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi temasuk pemungut atau pemotong retribusi rumah potong hewan.

Bagian Kedua

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 32

Tingkat penggunaan jasa rumah potong hewan diukur berdasarkan jenis pelayanan, jenis fasilitas dan jenis jumlah hewan ternak yang akan dipotong.

(14)

Bagian Ketiga

Struktur dan Besaran Tarif

Pasal 33

(1) Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan digolongkan berdasarkan jenis ruangan dan jenis hewan yang akan dipotong/disembelih.

(2) Besarnya Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut dengan rincian sebagai berikut :

Jenis Pelayanan Jenis Ternak Biaya Retribusi

Pemeriksaan kesehatan ternak sebelum dipotong

Sapi/Kerbau Babi

Kambing/Domba

Rp5.000,00/ekor Rp5.000,00/ekor Rp5.000,00/ ekor Pemakaian Kandang

Pemakaian Tempat Pemotongan

Pemakaian Tempat Pelayuan Daging

Pemeriksaan Kesehatan Hewan setelah dipotong.

Sapi/Kerbau Babi

Kambing/Domba Sapi/Kerbau Babi

Kambing/Domba Sapi/Kerbau Babi

Kambing/Domba Sapi/Kerbau Babi

Kambing/Domba

Rp10.000,00/ekor Rp5.000,00/ekor Rp5.000,00/ekor Rp20.000,00/ekor Rp10.000,00/ekor Rp10.000,00/ekor Rp10.000,00/ekor Rp5.000,00/ekor Rp5.000,00/ekor Rp500,00/Kg Rp250,00/Kg Rp250,00/Kg

BAB VIII

RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN

Bagian Kesatu

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 34

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan dipungut retribusi atas setiap pelayanan Kepelabuhan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah .

Pasal 35

(1) Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya dilingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

(15)

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan jasa kepelabuhaan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 36

Subyek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan kepelabuhanan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 37

Wajib Retribusi Pelayanan Kepelabuhan adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Kepelabuhan

Bagian Kedua

Cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 38

Tingkat pengunaan jasa kepelabuhanan digolongkan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan dan jangka waktu pemakaian.

Bagian Ketiga

Struktur dan Besaran Tarif

Pasal 39

(1) Struktur dan besaranya tarif Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan diukur berdasarkan jenis jasa yang diberikan.

(2) Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan Daerah ini.

(16)

BAB IX

RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA

Bagian Kesatu

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 40

Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut retribusi atas pelayanan tempat rekreasi dan olah raga yang dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 41

(1) Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah meliputi :

a. penggunaan atau pemakaian lapangan sepakbola;

b. penggunaan atau pemakaian lapangan tenis;

c. penggunaan atau pemakaian lapangan badminton; dan d. penggunaan atau pemakaian lapangan tenis meja.

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelayaanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga yang disediakan dimiliki, dan/atau dikelola olah pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 42

Subjek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati fasilitas tempat rekreasi dan olahraga.

Pasal 43

(1) Wajib Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang- undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi temasuk pemungut atau pemotong retribusi tempat rekreasi dan olahraga.

(17)

Bagian Kedua

Cara Mengukur Tingkat Pengunaan Jasa

Pasal 44

Tingkat penggunaan jasa tempat rekreasi dan olahraga diukur berdasarkan frekuensi, jenis dan jangka waktu penggunaan fasilitas tempat rekreasi dan olahraga.

Bagian Ketiga

Struktur dan Besaran Tarif

Pasal 45

(1) truktur dan besaranya tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga diukur berdasarkan frekwensi, jenis dan jangka waktu penggunaan tempat rekreasi dan olahraga.

(2) Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :

NO. Jenis

Pelayanan

Cabang Olahraga

Tarif Retribusi Satuan

1. Stadion Koba Sepak Bola a. Rp500.000,00 b. Rp100,000,00

Per hari Per jam

2. Lapangan Tenis Tenis Lapangan a. Rp150.000,00 b. Rp50,000,00

Per hari Per jam

3. Lapangan Voli Bola Voli a. Rp150.000,00 b. Rp50,000,00

Per hari Per jam

4. Gelanggang Olahraga

Badminton a. Rp150.000,00 b. Rp25,000,00

Per hari Per jam

Tenis Meja a. Rp150.000,00 b. Rp25,000,00

Per hari Per jam

Bela Diri a. Rp150.000,00 b. Rp25,000,00

Per hari Per jam

(18)

BAB X

RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH

Bagian Kesatu

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 46

Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut retribusi atas setiap penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.

Pasal 47

(1) Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penjualan produksi oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan pihak swasta.

Pasal 48

Subjek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Produksi Usaha Daerah.

Pasal 49

(1) Wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi atau Kelompok Masyarakat yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi atas jasa usaha penjualan produksi daerah, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

(2) Dikecualikan dari Wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah golongan masyarakat miskin/tidak mampu.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang kriteria masyarakat miskin dan tata cara penyaluran diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(19)

Bagian Kedua

Cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 50

Tingkat Penggunaan jasa penjualan produksi usaha daerah diukur berdasarkan jenis uaha daerah.

Bagian Ketiga

Struktur dan Besaran Tarif

Pasal 51

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah ditetapkan sebagai berikut:

a. penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah bagi Masyarakat di Daerah sebesar 50% (lima puluh persen) dari harga sebagaimana dimaksud pada ayat (2);

b. penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah bagi Masyarakat di luar Daerah berlaku harga sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(2) Besarnya tarif retribusi atas penjualan jasa produksi usaha daerah ditetapkan sebagai berikut :

a. Bidang Perkebunan dan Kehutanan :

1. Bibit Sawit : Rp35.000,00/batang (tiga puluh lima ribu rupiah);

2. Bibit Karet : Rp9.000,00/batang (sembilan ribu rupiah);

3. Bibit Kakao : Rp3.500,00/batang (tiga ribu lima ratus rupiah);

4. Bibit Gaharu : Rp3.500,00/batang (tiga ribu lima ratus rupiah);

5. Bibit Sengon : Rp2.500,00/batang (dua ribu lima ratus rupiah);

6. Bibit Mahoni : Rp2.500,00/batang (dua ribu lima ratus rupiah);

7. Inokulan : Rp175.000,00/Kg (seratus tujuh puluh lima ribu rupiah);

b. Bidang Kelautan dan Perikanan :

NO JENIS IKAN

BENIH CALON INDUK

UKURAN (cm)

Harga (Rp)/ekor

BERAT (gram)

HARGA (Rp)

1. Nila

1-3 150

100-200 50.000,00

3-5 350

5-8 500

2. Mas

1-3 150

450-550 50.000,00

3-5 350

5-8 500

(20)

NO JENIS IKAN

BENIH CALON INDUK

UKURAN (cm)

Harga (Rp)/ekor

BERAT (gram)

HARGA (Rp)

3. Lele

1-3 150,00

250-350 50.000,00

3-5 250,00

5-8 350,00

4. Patin

1-3 200,00

450-550 50.000,00

3-5 400,00

5-8 600,00

5. Baung

1-3 500,00

250-350 100.000,00 3-5 1.000,00

5-8 2.000,00 6. Mas Koi

1-3 2.500,00

450-550 100.000,00 3-5 5.000,00

5-8 10.000,00 7. Gurami

1-3 1.000,00

450-550 50.000,00 3-5 2.500,00

5-8 4.000,00

8. Plati ekor 2.000,00 - 10.000,00

9. Gufi ekor 2.000,00 - 10.000,00

10. Koki ekor 5.000,00 - 50.000,00

11. Manfish ekor 5.000,00 - 25.000,00

BAB XI

SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 52

Saat retribusi terutang adalah saat ditetapkan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XII

PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 53

(1) Prinsif dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efesien dan berorientasi pada harga pasar.

Pasal 54

(1) Tarif retribusi pelayanan jasa usaha ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

(21)

(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1), dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.

(3) Penetapan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XIII

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 55

Retribusi yang terhutang dipungut dalam wilayah Daerah.

BAB XIV

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 56

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Hasil pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disetor ke Kas Daerah.

(4) Tata cara pemungutan dan penyetoran Retribusi serta bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XV

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 57

(1) Pembayaran Retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran Retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(22)

BAB XVI

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 58

(1) Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Penagihan Retribusi terutang didahului dengan Surat Teguran.

(3) Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XVII KEBERATAN

Pasal 59

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati dan Pejabat atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan Retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan diterbitkan, kecuali apabila jika Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan ini di luar kekuasaannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3), tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Keadaan di luar kekuasaanya sebagaimana dimaksud pada ayat (4), adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak

atau kekuasaan Wajib Retribusi.

(7) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

(23)

Pasal 60

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati.

(3) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya Retribusi yang terhutang.

(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan.

Pasal 61

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

BAB XVIII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 62

(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(24)

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang Retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2(dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 63

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang- kurangnya menyebutkan :

a. nama dan alamat wajib Retribusi;

b. masa Retribusi;

c. besarnya kelebihan pembayaran; dan d. alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan tertulis diterima oleh Bupati.

Pasal 64

(1) Pengembalian kelebihan Retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat Perintah membayar kelebihan Retribusi oleh Bupati.

(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan utang Retribusi lainya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pembayaran.

(25)

BAB XIX

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 65

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi.

(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.

(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XX

KEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 66

(1) Kedaluwarsa Retribusi adalah jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditangguhkan apabila :

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan hutang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, adalah Wajib Retribusi dengan kesadarnnya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Daerah.

(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 67

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan.

(26)

(2) Bupati menetapkan Keputusan penghapusan piutang Retribusi yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XXI

INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 68

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi daerah dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XXII PENYIDIKAN

Pasal 69

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. menerima, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen- dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

(27)

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XXIII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 70

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terhutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XXIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 71

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

(28)

Pasal 72

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku :

a. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Retribusi Pemotongan Hewan (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2008 Nomor 63);

b. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2008 Nomor 65);

c. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Retribusi Pasar Gosir dan/atau Pertokoan (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2008 Nomor 64);

d. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Retribusi Terminal (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2010 Nomor 117);

e. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Retribusi Penjualan Produksi Uaha Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2011 Nomor 142);

Dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 73

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah.

Ditetapkan di Koba

pada tanggal 21 Mei 2012

BUPATI BANGKA TENGAH,

Cap/dto

ERZALDI ROSMAN Diundangkan di Koba

pada tanggal 21 Mei 2012

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN BANGKA TENGAH,

Cap/dto

IBNU SALEH

(29)

Lampiran I Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor : 2 Tahun 2012

Tanggal : 21 Mei 2012

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKAAN

NO JENIS OBJEK RETRIBUSI

TARIF RETRIBUSI PER M2

PERTAHUN PER BULAN PER TAHUN

A. PERTOKOAN :

Bangunan Permanen :

1. Luas Lantai s.d. 9 M2

a. Kelas I

-

Rp150,000,00

Rp1.200,000,00

b. Kelas II -

Rp112,500,00 Rp900,000,00

c. Kelas III - Rp75,000,00 Rp600,000,00

2. Luas Lantai 10-14 M2

a. Kelas I -

Rp200,000,00

Rp1,800,000,00

b. Kelas II -

Rp150,000,00 Rp1,350,000,00

c. Kelas III -

Rp100,000,00 Rp900,000,00

3. Luas Lantai 15-19 M2

a. Kelas I -

Rp250,000,00

Rp2,500,000,00

b. Kelas II -

Rp187,500,00

Rp1,875,000,00

c. Kelas III -

Rp125,000,00

Rp1,250,000,00

4. Luas Lantai 20-24 M2

a. Kelas I -

Rp300,000,00

Rp3,000,000,00

b. Kelas II -

Rp225,000,00

Rp2,250,000,00

c. Kelas III -

Rp150,000,00

Rp1,500,000,00

5. Luas Lantai › 25 M2

a. Kelas I - Rp350,000,00

Rp3,800,000,00

b. Kelas II -

Rp262,500,00

Rp2,850,000,00

c. Kelas III -

Rp175,000,00

Rp1,900,000,00 Bangunan Semi

Permanen :

1. Luas Lantai s.d. 9 M2

a. Kelas I - Rp75,000,00 Rp 600,000,00

b. Kelas II - Rp56,250,00 Rp 450,000,00

c. Kelas III - Rp37,500,00 Rp 300,000,00

(30)

NO JENIS OBJEK RETRIBUSI

TARIF RETRIBUSI PER M2

PERTAHUN PER BULAN PER TAHUN

2. Luas Lantai 10-14 M2

a. Kelas I -

Rp100,000,00

Rp1,000,000,00

b. Kelas II - Rp75,000,00 Rp 750,000,00

c. Kelas III - Rp50,000,00 Rp 500,000,00

3. Luas Lantai 15-19 M2

a. Kelas I -

Rp125,000,00

Rp1,200,000,00

b. Kelas II - Rp93,750,00 Rp 900,000,00

c. Kelas III - Rp62,500,00 Rp 600,000,00

4. Luas Lantai 20-24 M2

a. Kelas I -

Rp150,000,00

Rp1,500,000,00

b. Kelas II -

Rp112,500,00

Rp1,125,000,00 c. Kelas III - Rp 75,000,00 Rp750,000,00

5 Luas Lantai › 25 M2

a. Kelas I -

Rp175,000,00

Rp1,800,000,00

b. Kelas II -

Rp131,250,00

Rp1,350,000,00

c. Kelas III - Rp87,500,00 Rp 900,000,00

B.

PERTOKOAN

BERTINGKAT (RUKO) :

1. Luas Lantai 15-19 M2

a. Kelas I -

Rp375,000,00

Rp3,800,000,00

b. Kelas II -

Rp281,250,00

Rp2,850,000,00

c. Kelas III -

Rp187,500,00

Rp1,900,000,00

2. Luas LantAI 20-24 M2

a. Kelas I -

Rp450,000,00

Rp4,500,000,00

b. Kelas II -

Rp337,500,00

Rp3,375,000,00

c. Kelas III -

Rp225,000,00

Rp2,250,000,00

3. Luas Lantai › 25 M2

a. Kelas I - Rp525,000,00

Rp5,400,000,00

b. Kelas II - Rp393,750,00

Rp4,050,000,00

c. Kelas III - Rp262,500,00

Rp2,700,000,00 C.

PERTOKOAN

GROSIR/PERKULAKAN :

Luas Lantai ≥ 5000 M2

a. Kelas I Rp25,000,00 - -

(31)

NO JENIS OBJEK RETRIBUSI

TARIF RETRIBUSI PER M2

PERTAHUN PER BULAN PER TAHUN D.

LOS / PETAK TANPA

MEJA :

1. Luas Lantai s.d. 6 M2

a. Kelas I - Rp75,000,00 Rp600,000,00

b. Kelas II - Rp56,250,00 Rp450,000,00

c. Kelas III - Rp37,500,00 Rp300,000,00

2. Luas Lantai 7-10 M2

a. Kelas I -

Rp100,000,00 Rp900,000,00

b. Kelas II - Rp75,000,00 Rp675,000,00

c. Kelas III - Rp50,000,00 Rp450,000,00

3. Luas Lantai › 10 M2

a. Kelas I -

Rp125,000,00

Rp1,200,000,00

b. Kelas II - Rp93,750,00 Rp900,000,00

c. Kelas III - Rp62,500,00 Rp600,000,00

E.

LOS/PETAK DENGAN

MEJA :

a. Kelas I Rp500,000,00 - -

b. Kelas II Rp375,000,00 - -

c. Kelas III Rp250,000,00 - -

F.

BANGUNAN DIBANGUN

SENDIRI :

Dalam Hal Bangunan/Objek Dibangun Sendiri Diatas Tanah Milik Pemerintah Daerah, Maka Terhadap Bangunan/Objek Dikenakan Tarif Retribusi Jasa Usaha Sebesar 50%

Dari Tarif Tersebut Diatas Sampai Dengan Batas Waktu Yang Ditentukan

BUPATI BANGKA TENGAH,

Cap/dto

ERZALDI ROSMAN

(32)

Lampiran II Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor : 2 Tahun 2012

Tanggal : 21 Mei 2012

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN

NO. JENIS PELAYANAN SATUAN BESARNYA TARIF

RETRIBUSI

I Jasa Labuh :

a. Kapal yang melakukan kegiatan di Pelabuhan Umum

1. Kapal yang melaksanakan kegiatan niaga : a. Kapal angkutan laut luar negeri;

b. Kapal angkutan laut dalam negeri;

c. Kapal pelayaran rakyat atau Kapal Perintis;

d. Kapal yang melakukan kegiatan tetap diperairan pelabuhan :

1) Kapal angkutan laut dalam negeri;

2) Kapal pelayaran rakyat atau Kapal Perintis

2. Kapal tidak melaksanakan kegiatan niaga : a. Kapal angkutan laut luar negeri;

b. Kapal angkutan laut dalam negeri;

c. Kapal pelayaran rakyat atau Kapal Perintis;

b. Kapal yang melakukan kegiatan di dermaga untuk kepentingan sendiri dan di pelabuhan khusus :

a. Kapal angkutan laut luar negeri;

b. Kapal angkutan laut dalam negeri;

per GT per 15 hari per GT per 15 hari per GT per 15 hari

per GT per bulan per GT per bulan

per GT per 15 hari per GT per 15 hari per GT per 15 hari

per GT per 15 hari per GT per 15 hari

US$0,035 Rp40,00 Rp20,00

Rp70,00 Rp35,00

US$0,018 Rp20,00 Rp10,00

US$0,21 Rp15,00

II Jasa Pemanduan :

Jasa Pemanduan di Pelabuhan Umum, di Dermaga untuk Kepentingan Sendiri dan di Pelabuhan Khusus :

1. Kelompok I

a. Kapal Angkutan Laut Luar Negeri Ukuran 500 GT s/d 1000 GT.

Diatas 1000 GT, tiap kelebihan GT di tambah

b. Kapal Angkutan Laut dalam Negeri Ukuran 500 GT s/d 1000 GT.

Diatas 1000 GT, tiap kelebihan GT ditambah

Per kapal per gerakan

Per GT Kelebihan per gerakan Per kapal per gerakan

Per GT Kelebihan per gerakan

US$27,00

US$0,012

Rp33.000,00

Rp14,00,00

(33)

NO. JENIS PELAYANAN SATUAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

2. Kelompok II

Pemanduan dengan jarak 10 mil s/d 20 mil : a. Kapal Angkutan Laut Luar Negeri (ukuran

500 GT s/d 1000 GT)

Diatas 1000 GT, tiap kelebihan GT ditambah

b. Kapal Angkutan Dalam Negeri (ukuran 500 GT s/d 1000 GT)

Diatas 1000 GT, tiap kelebihan GT di tambah

Per kapal per gerakan Per GT

Kelebihan per gerakan Per kapal per gerakan Per GT

Kelebihan per gerakan

US$30,00

US$0,012

Rp36.000,00

Rp14,00

3. Kelompok III

Pemanduan dengan jarak diatas 20 mil : a. Kapal Angkutan Laut Luar Negeri (ukuran

500 GT s/d 1000 GT)

Diatas 1000 GT, tiap kelebihan GT ditambah

b. Kapal Angkutan Dalam Negeri ( ukuran 500 GT s/d 1000 GT )

Diatas 1000 GT, tiap kelebihan GT di tambah

Per kapal per gerakan Per GT

Kelebihan per gerakan Per kapal per gerakan Per GT

Kelebihan per gerakan

US$33,00

US$0,012

Rp41.000,00

Rp14,00,

III Jasa Penundaan di Pelabuhan Umum, di Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri dan di Pelabuhan Khusus

Apabila menggunakan kapal tunda yang dimiliki pelabuhan umum

1. Kapal Angkutan Laut Luar Negeri a) Kapal s/d 1500 GT

b) Kapal 1501 GT s/d 8000 GT c) Kapal 8001 GT s/d 18000 GT d) Kapal 18001 GT s/d 75000 GT e) Kapal diatas 75000 GT

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

US$ 80,00 US$ 200,00 US$ 400,00 US$ 700,00 US$ 1,050,00

2. Kapal Angkutan Laut Luar Negeri a) Kapal s/d 1500 GT

b) Kapal 1501 GT s/d 8000 GT c) Kapal 8001 GT s/d 18000 GT d) Kapal 18001 GT s/d 75000 GT e) Kapal diatas 75000 GT

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Rp100.000,00 Rp250.000,00 Rp500.000,00 Rp900.000,00

Rp1.300.000,00

Referensi

Dokumen terkait

Namun yang terjadi di Girilayu, karena dari pihak pemesan adalah langganan yang sudah lama memesan batik di Girilayu, upah yang diperoleh tersebut adalah

Selain itu, berkaitan dengan pelayanan yang diberikan fiskus kepada wajib pajak dalam hal kenyamanan dan kemudahan bagi wajib pajak memenuhi kewajiban

(2) Wajib retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan

Variabel Koefisien Regresi Std.. variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebasnya. Dengan demikian maka hipotesis pertama yang

Pada simulasi sebelumnya pengaruh daya terima untuk nilai BER pada jarak 1-10 km dengan panjang gelombang 1310 nm dan daya 1 watt memiliki nilai terbaik saat kondisi hujan

Bagian yang meresap dekat dengan permukaan maka akan menguap kembali lewat tanaman (evapotransportasi) atau penguapan pada tubuh air yang terbuka (evaporasi),

Penilaian terhadap Taman di depan Gedung FIK, menunjukkan responden menilai kategori jenis tanaman baik lebih tinggi/banyak (63,3%) dibandingkan dengan yang menilai

(2) Pejabat Struktural yang melaksanakan tugas belajar dan dibebaskan dari jabatannya, dikenakan pengurangan Tunjangan Kinerja sebesar 2,25% (dua koma dua puluh