8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Proses Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Dalam menempuh suatu pendidikan tidak jauh dari proses pembelajaran.
Dimana pembelajaran merupakan suatu kegiatan sistematis pendidik dengan peserta didik yang diselenggarakan untuk meningkatkan proses belajar peserta didik yang ditandai dengan perubahan perilaku (Winataputra et al. 2014).
Sehubungan dengan itu, arti dari pembelajaran adalah membelajarakan.
Dimana pembelajaran merupakan proses kegiatan yang terdiri dari guru/dosen, metode, mahasiswa/siswa, media, lingkungan, sarana dan prasarana yang berkaitan satu dengan yang lainnya yang diselenggarakan di kehidupan kampus/ sekolah (Husamah et al. 2016).
b. Komponen Pembelajaran 1) Guru dan Siswa
Guru dan siswa merupakan dua komponen central yang berperan dalam berlangsungnya proses pembelajaran di kelas. Guru adalah aktor penting dalam mengajar serta membina pelaksanaan proses pembelajaran mulai dari perencanaan hingga tindak lanjut dengan kemampuan yang dimilikinya (Pane and Dasopang 2017). Guru saja belum cukup untuk melancarkan proses pembelajaran, perlu adanya siswa agar tercapainya tujuan pembelajaran.
2) Tujuan Pembelajaran
Guru perlu menentukan tujuan pembelajaran agar pembelajaran lebih terarah. Hal tersebut dikarenakan tujuan pembelajaran merupakan suatu komponen yang berkaitan dengan hasil pembelajaran yang ingin dicapai (Husamah et al. 2016). Menurut (Pane and Dasopang 2017) berdasar ruang lingkup, tujuan pembelajaran terbagi menjadi dua, diantaranya:
a) Tujuan yang dirumuskan secara jelas yang tidak searah dengan materi pelajaran yang akan diajarkan oleh guru.
b) Tujuan pembelajaran general, tujuan pembelajaran yang sudah terintegrasi dalam rancangan pembelajaran yang disiapkan oleh guru.
3) Materi Pembelajaran
Agar berjalannya suatu proses pembelajaran, guru perlu memiliki dan menguasai materi pembelajaran, dimana materi atau isi merupakan salah satu sumber belajar siswa yang memuat informasi yang akan disampaikan kepada sisw. Selain itu, meteri pembelajaran memuat pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang dirancang sebagai pengalaman yang terarah bagi siswa . 4) Metode Pembelajaran
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru perlu merancang berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Metode pembelajaran adalah upaya atau cara guru dalam memabangun suasana di kelas agar tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
5) Alat Pembelajaran
Alat media dapat diartikan sebagai media perantara. Alat media ini bertujuan untuk membantu penyelenggaraan proses pembelajaran berjalan lancar sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan lebih praktis. Alat pembelajaran dapat berasal dari benda mati maupun benda hidup dan sesuatu yang dapat difungsikan sebagai penyalur sajian bahan ajar.
6) Evaluation (Evaluasi)
Mengukur tingkat keberhasilaan dan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran merupakan fungsi diadakannya evaluasi. Hal ini sangat penting agar mengetahui pencapaian tiap siswanya yang seterusnya akan menjadi tolak ukur kinerja guru itu sendiri.
2. Pembelajaran Daring
a. Pengertian Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang memanfaatkan sistem teknologi yang dilakukan dengan tanpa batas ruang dan waktu. Sehingga memberikan kesempatan bagi para peserta didik untuk memperoleh pengetahuan atau informasi dengan mudah. Melalui internet, proses pembelajaran menjadi lebih aktif dengan pendidik dikarenakan adanya komunikasi dengan para pendidik dan siswa (Achmad Jaayul. Dkk, 2020). Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Riaz dalam jurnal (Fitriyani, Fauzi, and Sari 2020) bahwa pembelajaran daring bermanfaat dalam memberikan kemudahan akses belajar bagi semua orang, sehingga mengurangi hambatan secara fisik dalam cakupan lingkup kelas.
b. Manfaat Pembelajaran Daring
Penggunaan teknologi memberikan kebermanfaatan bagi pendidik, peserta didik, maupun masyarakat. Manfaat yang diberikan harus didesign (dirancang) secara baik karena jika tidak, kemungkinan hal tersebut akan menjadi penghambat bagi kegiatan belajar – mengajar itu sendiri.
Menurut Abdullah (Husamah 2014) menjelaskan bahwa ada tiga hal yang perlu diwujudkan dalam memperbaiki mutu pembelajaran dengan memanfaatkan TIK (Teknlogi Informasi dan Komunikasi), diantaranya:
1) Pendidik/ pengajar dan peserta didik harus mempunyai akses teknologi dan kuota internet yang memadai.
2) Materi disediakan secara berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi pendidik/ pengajar dan peserta didik.
c. Faktor Keberhasilan dalam Pembelajaran Daring
Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara konvensional yaitu dengan tatap muka yang masih terbatas oleh ruang dan waktu. Sekarang, pembelajaran sudah mulai beralih menjadi pembelajaran daring yang memanfaatkan teknologi sehingga tidak dibatasi ruang dan waktu. Pemanfaatan berbagai platform yang disediakan memudahkan para pendidik berkomunikasi dengan peserta didiknya.
Sebagai seorang pendidik pastinya ingin pembelajaran berjalan sebagai mana mestinya khususnya pembelajaran daring yang merupakan suatu hal atau peristiwa yang baru di sekolah maupun Universitas. Oleh karena itu, ada 3 (tiga) hal yang harus diperhatikan untuk keberhasilan pembelajaran daring (Pangondian, Santosa, and Nugroho 2019), diantaranya :
1) Teknologi
Kemudahan akses internet menjadi bagian penting dalam pelaaksanaan pembelajaran daring. Hal ini dikarenakan dalam pembeajaran daring akan terjadi suatu pertukaran media, seperti dokumen, foto, dan video. Dimana media tersebut memerlukan waktu minimal dalam pertukaran.
2) Karakteristik Pengajar
Pengajar merupakan peran utama dalam menjalankan eefktivitas pembelajaran secara daring. Pengajar harus mampu menerapkan intruksional teknologi, dimana hal tersebut yang natinya akan memberikan efek pada pembelajaran.
3) Karakteristik Siswa
Siswa dengan kemampuan keterampilan dasar dan disiplin yang rendah akan lebih baik melakukan pembelajaran dengan metode penyampaian secara konvensional. Sedangkan, siswa yang cerdas dengan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi akan mampu melakukan pembelajaran dengan metode penyampaian daring.
d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring Kelebihan pembelajaran daring diantaranya :
1) Memberikan kemudahan kepada guru dengan siswa dalam menyalurkan serta mengembangkan pengetahuan melalui sistem sarana internet, sehingga komunikasi yang dilakukan oleh guru dan siswa berjalan dengan baik tanpa batas jarak,ruang dan waktu.
2) Mempermudah guru dalam mengawasi pencapaian bahan ajar yang telah dipelajari oleh siswa melalui bahan ajar yang sistematis dan terjadwal via internet atau online.
3) Siswa dapat mengulang materi atau bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya dengan membuka kembali bahan ajar yang telah tersimpan di gadget. Dengan begini, siswa dapat mengulang materi yang kurang dipahami sewaktu – waktu dengan mudah.
4) Guru dan siswa dapat memanfaatkan internet untuk mengakses materi atau bahan ajar tambahan yang akan maupun yang dipelajari dengan mudah.
5) Melakukan diskusi menjadi lebih mudah dan semua siswa dikelas dapat mengikuti dalam satu ruang diskusi tanpa ada batas kapasitas peserta sehingga siswa lebih mudah dalam melakukan sesi diskusi bersama guru dan teman.
6) Melalui internet, guru akan lebih mudah dalam mengawasi siswanya sewaktu pembelajaran dilaksanakan yang membuat siswa dituntut untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
7) Siswa yang bertempat tinggal jauh dari jangkauan sekolah akan leboh efisien karena dengan pembelajaran daring, siswa tidak perlu jauh – jauh datang ke sekolah.
Meskipun pembelajaran daring memiliki kelebihan, hal tersebut tidak menjauhkan pembelajaran daring dari berbagai kekurangan.
1) Kurangnya interaksi antara guru dengan murid atau murid dengan murid berpengaruh terhadap melambatnya perkembangan values (nilai – nilai) dalam proses belajar – mengajar.
2) Cenderung mengabaikan aspek akademik atau aspek lainnya demi mendorong aspek bisnis. Dimana kebanyakan programmer menciptakan suatu aplikasi atau sistem pembelajaran dengan menggunakan password/keypass untuk mengaksesnya. Pengaksesan gratis disediakan hanya saja hanya beberapa file yang dapat dijangkau.
3) Pembelajaran lebih berat ke arah pelatihan daripada pendidikan. Dalam pembelajaran daring pastinya guru dan siswa perlu tahu cara penggunaan software yang akan digunakan selama proses pembelajaran daring berlangsung. Dari sini terlihat bahwa pelatihan lebih cenderung dibandingkan pendidikan.
3. Peserta Didik
Peserta didik ialah individu yang belum dewasa yang potensi dasarnya perlu dikembangkan. Dimana Peserta didik merupakan suatu kompenen yang yang perlu dikembangkan melalui proses belajar mengajar agar potensi seperti bakat, minat, kebutuhan dan lain – lain dapat terus tumbuh dan berkembang (Hermawan 2014). Pendidik perlu mengetahui potensi masing – masing potensi yang dimiliki peserta didik agar pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. Pendidik perlu mempersiapkan aspek – aspek yang harus dipenuhi untuk membantu mengembangkan potensi peserta didik. Adapun aspek – aspek yang perlu dipenuhi pendidik, diantaranya (Ramli 2015) :
1) Aspek Jasmani
Kebutuhan jasmaniah yang berhubungan dengan kesehatan jasmani yang dimiliki oleh peserta didik. Olahraga merupakan materi utama dalam
memenuhi kebutuhan jasmani. Tidak hanya itu, kebuthan makan, minum, pakaian, tidur dan sebagainya perlu diperhatikan.
2) Aspek Sosial
Kebutuhan yang menyangkut dengan sosialisai atau pergaulan sesama peserta didik, peserta didik dengan guru dan sebaliknya serta orang lain atau lingkungan sekitar. Peserta didik yang memiliki perbedaan jenis kelamin, suku,status sosial, dan agama menuntut tiap individu untuk cakap dalam bergaul dengan lingkungan sekolah. Dimana pendidik memiliki tugas untuk menciptakan suasana kerjasama antar peserta didik agar terciptanya pengalaman belajar yang diharapkan.
3) Aspek Intelektual
Setiap individu peserta didik memiliki minat untuk memperlajari ilmu pengetahuan yang berbeda – beda yang tidak dapat dipaksakan agar hasil belajar yang dicapai optimal. Tidak semua individu menyukai matematika, begitu juga sebaliknya dengan bidang ilmu pengetahuan lainnya.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian dari David Irman Sam Putra (2020) dengan judul “Analisis Penerapan Pembelajaran Daring di SMK Negeri 1 Ketapang”. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait proses pembelajaran daring di SMK Negeri 1 Ketapang khususnya Jurusan Teknik. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa para guru dan siswa membutuhkan alat komunikasi untuk melakukan proses pembelajaran daring dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa dinilai kurang optimal dikarenakan hanya berdasarkan
teori seperti penugasan dengan pemberian soal saja. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Selanjutnya, jurnal penelitian dari Nabila Hilmy Zhaira, dkk (2020) dengan judul “Persepsi Mahasiswa Terhadap Perkuliahan Daring Sebagai Sarana Pembelajaran Selama Masa Karantina Covid – 19”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persepsi mahasiswa terhapa pembelajaran daring. Dimana penelitian ini menyimpulkan 165 orang mahasiswa dari Fakultas Ekonomi di Universitas Teuku Umar, menunjukkan penggunaan aplikasi whatsapp dan google classroom lebih nyaman dibandingkan aplikasi yang tersedia lainnya. Selain itu, dengan adanya pembelajaran daring memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk mempelajari hal baru. Dengan mayoritas mahasiswa memiliki gaya belajar visual membuat pembelajaran daring sangat diuntungkan bagi mereka. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,,dengan pendekatan deskriptif.
No. Identitas Persamaan Perbedaan
1. David Irman Sam Putra
(2020).” Analisis Penerapan Pembelajaran Daring di SMK Negeri 1 Ketapang”
Membahas penerapan pembelajaran daring Jenis penelitian
Jumlah subjek penelitian Objek penelitian
2. Nabila Hilmy Zhaira, Yenny Ertika, dan Chairiyaton(2020).”
Persepsi Mahasiswa Terhadap Perkuliahan Daring sebagai Sarana Pembelajaran Selama Masa Karantina Covid – 19”
Membahas pelaksanaan pembelajaran daring Jenis penelitian
Objek penelitian
Cakupan persepsi subjek yang akan diteliti
Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Pikir
Kondisi Lapangan 1. Hambatan dalam pelaksanaan
pembelajaran daring 2. Pelaksanaan dengan metode
daring
3. Tidak ada aktivitas peserta didik di lingkungan sekolah
4. Komunikasi antar guru dan siswa via platform
Kondisi Ideal
1. Pelayanan dan penangaan pada pelaksanaan.
2. Pembedahan RPP(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang adaptif dengan kondisi
lingkungan.
3. Tujuan pembelajaran tercapai 4. Fasilitas pembelajaran tersedia 5. Pelaksanaan tatap muka 6. Seluruh aktivitas dilakukan di
sekolah
SDN Kota Batu Kualitatif, Fenomenologi Observasi, Wawancara, Dokumentasi Teknik Analisis Miles dan Huberman
Penelitian ini ingin dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis ataupun mendeskripsikan proses implementasi pembelajaran daring di SD Kota Batu yang dilihat dari aspek
perencanaan pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Implementasi Proses Pembelajaran Daring di SD Kota Batu Pembelajaran daring di SD
pertama kali dilaksanakan semenjak pandemi Covid – 19
mewabah
Implementasi Proses Pembelajaran Daring
Kendala selama Implementasi Proses Pembelajarana Daring