• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN HUKUM PENYALAHGUNAAN DANA DESA YANG DILAKUKAN OLEH APARAT DESA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN HUKUM PENYALAHGUNAAN DANA DESA YANG DILAKUKAN OLEH APARAT DESA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN HUKUM PENYALAHGUNAAN DANA DESA YANG DILAKUKAN OLEH APARAT DESA MENURUT UNDANG-

UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

RADITYA RIANDY RAMADHANA 140200135

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

ABSTRAK

KAJIAN HUKUM PENYALAHGUNAAN DANA DESA YANG DILAKUKAN OLEH APARAT DESA MENURUT UNDANG-

UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

*Raditya Riandy Ramadhana

** Bismar Nasution

***Tri Murti Lubis

Pengelolaan keuangan desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 dikelola berdasarkan asas-asas transparansi, akuntabilitas, partisipatif dan dilakukan secara tertib dan disiplin terhadap anggaran.

Pengelolaan keuangan desa tersebut dikelola dalam 1 tahun anggaran yaitu mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember.Adapun permasalahan dalam penelitian ini pengaturan pengelolaan dana desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pengawasan dalam penggunaan alokasi dana desa oleh pemerintah kabupaten. Bentuk penyalahgunaan dana desa yang dilakukan oleh aparat desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Penelitian bersifat deskriptif dan menggunakan pendekatan yuridis normatif.Data diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan dianalisis secara kualitatif.

Pengaturan pengelolaan dana desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 1 angka 10, Pasal 71 Ayat (2). PP No 47 tahun 2015 Tentang perubahan atas PP No 43 tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan UU No 6 tahun 2014 tentang desa Pasal 1 ayat (8) dan Pasal 1 ayat (9). Keuangan Desa yang diatur dalam UU Desa maupun peraturan lain belum mengatur secara jelas yang berkaitan dengan standar kwitansi pembelian barang dan jasa untuk Desa. Pengawasan dalam penggunaan alokasi dana desa oleh pemerintah kabupaten, pengawasan alokasi dana desa dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan secara terus menerus dilakukan pendampingan oleh pendamping yang disediakan oleh Kementerian Desa, supaya dana desa yang dikelola oleh desa tidak diselewengkan dan disalahgunakan, sehingga pembangunan desa dapat tercapai dan tepat guna.Bentuk penyalahgunaan dana desa yang dilakukan oleh aparat desa menurut UU Desa, yaitu perbuatan penyalahgunaan keuangan desa seperti penyalahgunaan Alokasi Dana Desa merupakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh perangkat desa. Apabila dilakukan, maka yang bersangkutan dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian.

Kata Kunci :Penyalahgunaan, Dana Desa, Aparat Desa

*Mahasiswa FH USU

** Dosen Pembimbing I

*** Dosen Pembimbing II

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KAJIAN HUKUM PENYALAHGUNAAN DANA DESA YANG DILAKUKAN OLEH APARAT DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA” Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin namun karena keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari penyajian materi maupun penyampaiannya.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi berbagai pihak guna memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam masa penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis banyak sekali menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(5)

3. Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, selaku wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum, selaku wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., M.H, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Ibu Tri Murti Lubis, SH. M.H, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua yaitu ayahanda Alm. Ir. H. MayarDhana dan ibunda Hj. Radiah tak lupa juga buat, yang selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih sayang serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.Semoga amal baik pihak-pihak yang telah memberikan bantuan terhadap penulis, menerima balasan yang setimpal oleh Tuhan Yang Maha Esa, Amin.

Medan, Februari2019 Penulis

Raditya Riandy Ramadhana

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Keaslian Penelitian ... 11

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Metode Penelitian ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II PENGATURAN PENGELOLAAN DANA DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA A. Kewenangan Pemerintah Desa Dalam Mengelola Keuangan Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ... 22

B. Pengertian Pengelolaan Dana Desa ... 28

C. Mekanisme Pengelolaan Dana Desa ... 30

D. Aturan Pengelolaan Dana Desa ... 34

BAB III PENGAWASAN DALAM PENGGUNAAN ALOKASI DANA DESA OLEH PEMERINTAH KABUPATEN A. Pengertian dan Fungsi Pengawasan ... 39

B. Penggunaan Alokasi Dana Desa ... 42

(7)

C. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pelaksanaan

Fungsi Pengawasan Pada Pengelolaan Alokasi Dana Desa ... 46 D. Pengawasan Dalam Penggunaan Alokasi Dana Desa

Oleh Pemerintah Kabupaten... 52 E. Pengawasan Pengelolaan Dana Desa ... 59 BAB IV BENTUK PENYALAHGUNAAN DANA DESA

YANG DILAKUKAN OLEH APARAT DESA

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

A. Penetapan Kewenangan Dalam Penggunaan Dana Desa ... 64 B. Bentuk Penyalahgunaan Dana Desa Yang Dilakukan Oleh

Aparat Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014Tentang Desa ... 68 C. Kasus-Kasus Penyalahgunaan Dana Desa Yang

Dilakukan Oleh Aparat Desa Menurut

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa... 72 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

Desa merupakan kesatuan masyarakat kecil seperti sebuah rumah tangga yang besar, yang dipimpin oleh anggota keluarga yang paling dituakan atau dihormati berdasarkan garis keturunan.1Secara etimologi, kata desa berasal dari Bahasa Sanskerta, deshi yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran.2Dalam penyelenggaraan pemerintahannya, Indonesia terdiri dari beberapa daerah kabupaten/kota.Selanjutnya di dalam tiap daerah kabupaten/kota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut desa dan kelurahan.Dengan demikian, desa dan kelurahan adalah satuan pemerintahan terendah di bawah pemerintah kabupaten/kota.3

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa) makin memantapkan fungsi dan posisi pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di Negara Republik Indonesia. Pemerintah desa sebagai badan kekuasaan terendah memiliki wewenang asli untuk mengatur rumah tangga sendiri juga memiliki wewenang dan kekuasaan sebagai pelimpahan secara bertahap dari pemerintahan diatasnya yakni pemerintah daerah dan pemerintah pusat.4

1 Adon Nasrullah Jamaludin, Sosiologi Perdesaan, (Bandung: Pustaka Setia), hlm 1

2Rustiadi dan Pranoto, Agrepolitan:Membangun Ekonomi Perdesaan, (Bogor: Crestpent Press, 2007), hlm 33

3Hanif Nurcholis, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, (Jakarta:

Erlangga, 2011), hlm. 1.

4Chrisye Mongilala, Kajian Yuridis Mengenai Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Desa Di Kabupaten Minahasa Selatan, Universitas Sam Ratulangi. Lex et Societatis, Vol.

IV/No. 6/Juni/2016, hlm 79

(9)

Pemerintah daerah di dalam perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) dilatarbelakangi oleh kehendak untuk menampung semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat daerah.Dalam Pasal 18B UUD 1945 menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur dalam undang-undang. Ketentuan ini mendukung keberadaan berbagai satuan pemerintahan yang bersifat khusus atau istimewa (baik provinsi, kabupaten dan kota, maupun desa).5

Pengaturan tentang desa mengalami perubahan secara signifikan sejak disahkannya UU Desa pada tanggal 15 Januari 2014.Dari sisi regulasi, desa telah dipisahkan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU Pemerintahan Daerah). Desa-desa di Indonesia akan mengalami reposisi dan pendekatan baru dalam pelaksanaan pembangunan dan tata kelola pemerintahannya. Pada hakikatnya UU Desa memiliki visi dan rekayasa yang memberikan kewenangan luas kepada desa di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa.6

Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat. Demi

5 Reflay Ade Sagita, Pengawasan Penggunaan Dana Transfer Untuk Menjamin Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Di Kabupaten Wonosobo. Unissula Jurnal Hukum Hukum Khaira Ummah Vol. 12. No. 2 Juni 2017, hlm 293-294

6Ibid

(10)

terwujudnya pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa dan peningkatan pelayanan serta pemberdayaan masyarakat dalam UU Desa menyatakan, bahwa desa mempunyai sumber pendapatan yang terdiri atas pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, alokasi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (selanjutnya disebut APBN), bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (selanjutnya disebut APBD) provinsi dan APBD Kabupaten/Kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga.7

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintahan desa membutuhkan sumber keuangan dan pendapatan desa.Sumber pendapatan desa dikelola melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (selanjutnya disebut APBDes).Pengelolaan keuangan desa dilakukan oleh kepala desa yang dituangkan dalam Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.Pedoman pengelolaan keuangan desa dalam pengelolaannya berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Keuangan desa menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut.8

7Chrisye Mongilala., Loc.Cit

8Hasman Husin Sulumin, Pertanggungjawaban Penggunaan Alokasi Dana Desa Pada Pemerintahan Desa Di Kabupaten Donggala. Universitas Tadulao. e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 1, Januari 2015 hlm 44

(11)

Pengelolaan keuangan desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 dikelola berdasarkan asas-asas transparansi, akuntabilitas, partisipatif dan dilakukan secara tertib dan disiplin terhadap anggaran.

Pengelolaan keuangan desa tersebut dikelola dalam 1 tahun anggaran yaitu mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember.Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan yang mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan tersebut dipegang oleh kepala desa dan dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (selanjutnya disebut PTPKD).PTPKD ini berasal dari unsur perangkat desa yang terdiri dari sekretaris desa, kepala seksi, dan bendahara.9

Alokasi Dana Desa (selanjutnya disebut ADD), yang kini digulirkan setiap tahun kepada seluruh desa dalam pengunaannya harus dapat dipertangungjawabkan. Pertanggungjawaban keuangan merupakan suatu dimensi penting dalam penggunaan keuangan termasuk dana ADD. Pertanggungjawaban ini mengingat bahwa desa yang dulunya melaksanakan pembangunan hanya mendapat bantuan keuangan yang terbatas dan pengelolaannya masih sangat sederhana, akan tetapi setelah kebijakan alokasi dana desa diberlakukan sekarang ini, desa mendapatkan alokasi anggaran yang cukup besar dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri. Sumber Daya Manusia yang mengelola keuangan yang besar tersebut harus dipersiapkan oleh Kepala Desa sebagai pelaksana pemerintahan desa.10

9Saifatul Husna, Kesiapan Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa Secara Akuntabilitas Sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi pada Beberapa Desa di Kabupaten Pidie) Jurnal Ilmiah Ekonomi Akuntansi (JIMEKA). Vol. 1, No. 1, (2016), hlm 282-283

10Hasman Husin Sulumin., Loc.Cit

(12)

Pelaksanaan dan pengelolaan keuangan desa harus dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran, dan dikelola dalam masa 1(satu) tahun anggaran yakni mulai 1 Januari sampai dengan tangga1 31 Desember dalam tahun berjalan tersebut.

Begitu pula ADD yang diterima oleh tiap desa yang merupakan salah satu sumber keuangan desa dari bagian dari dana perimbangan keuangan Pusat dan daerah yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten/Kota pada hakikatnya merupakan stimulan kepada desa agar mampu mengelola ADD secara efektif dan efisien.

Pengelolaan ADD juga harus transparan guna mewujudkan pengembangan, kegiatan masyarakat menuju kemandirian desa.Kepala desa sebagai Kepala Pemerintah Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa.11

Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), bantuan pemerintah pusat, dan bantuan pemerintah daerah.Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintah pusat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBN.12

Pada pelaksanaannya, permasalahan yang muncul adalah kurang tepatnyapencapaian sasaran program. Artinya program-program yang semula dianggarkanuntuk dibiayai seringkali digantikan oleh program lain yang ternyata memilikikepentingan yang lebih besar untuk diprioritaskan. Hal ini diperparah

11Ibid., hlm 44-45

12Hasyim Adnan, Pengawasan Alokasi Dana Desa Dalam Pemerintahan Desa, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung, Volume VIII Nomor 2, Mei-Agustus 2016, hlm 3-4

(13)

dengan adanya beberapa jenis kegiatan yang dibiayai oleh ADD yang digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 Dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara mengatur bahwa Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan Bantuan Pemerintah Desa.13

Jumlah Alokasi Dana Desa (ADD) yang diterima oleh Kepala Desa sangatlah kecil dan tidak sebanding dengan tanggung jawab Kepala Desa yang diharapkan dapat mengorganisir pembangunan desa.Apalagi budaya pemotongan ADD oleh oknum birokrasi sehingga yang diterima oleh Pemerintah Desa menjadi kecil.Pendapatan Asli Desa (PAD) hanya mengandalkan satu-satunya kekayaan desa adalah tanah bengkok yang dimiliki oleh pemerintah desa.Hal tersebut memaksa pemerintah desa membuat proposal proyek Infrastruktur sebanyak mungkin ke Pemerintah Kabupaten. Sedikitnya ADD dari pemerintah Kabupaten, hal ini diperparah dengan banyaknya oknum-oknum, baik dari Desa maupun kecamatan yang memanfaatkan ADD tanpa hak dan kewenangan.Potensi penyelewengan keuangan Desa, jelas sangat besar, hal ini tidak terlepas dari kelemahan pengawasan dari aparat pemerintah kabupaten terhadap alur proses mengalirnya dana.14

13Yuyun Yulianah, Potensi Penyelewengan Alokasi Dana Desa Di Kaji Menurutperaturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Keuangan DesaVol.I No.

02Edisi Juli-Desember2015, hlm 615

14Ibid., hlm 611-612

(14)

Perbuatan penyalahgunaan keuangan desa seperti penyalahgunaan Alokasi Dana Desa merupakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh perangkat desa.Apabila dilakukan, maka yang bersangkutan dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis. Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian

Minimnya pendapatan desa menjadi kendala pemerintah desa untuk menyelenggarakan pemerintahan desa dengan baik. Meskipun Dana Desa merupakan dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten/ kota, namun dana tersebut sangat dinantikan oleh pemerintah desa, karena itu dana desa sangat membantu keuangan desa. Mengelola keuangan desa adalah kewenangan Kepala Desa yang dapat dikuasakan sebagian kepada perangkat desa.15 Dalam praktek berkaitan dengan keuangan desa, berlakunya UU Desa, dianggap membawa angin segar bagi desa-desa di Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya tiga keistimewaan dalam UU Desa yakni pertama, Besarnya dana yang mengalir ke Desa (Pasal 72); kedua, penghasilan kepala desa (Pasal 66) dan ketiga kewenangan Kepala Desa dalam mengelola keuangan desa (Pasal 75). Dengan disahkannya UU Desa ini, maka tiap desa akan mendapatkan kucuran dana dari pemerintah pusat melalui APBN lebih kurang 1 Miliar per tahun.16

Beberapa kasus penyalahgunaan dana desa mencuat ke permukaan sepanjang tahun 2007-2017 kasus penyalahgunaan dana desa dengan pelaku

15Endah Dwi Winarni, Pertanggungjawaban Pidana Dalam Pengelolaan Dana Desa Berdasarkan PP Nomor 8 Tahun 2016 (Studi Kasus Di Desa Srikaton Kecamatan Jaken Kabupaten Pati), Jurnal Daulat Hukum, Vol. 1. No. 1 Maret 2018, hlm 272.

16Ibid., hlm 273

(15)

sebagian besar adalah Kepala Desa. Berbicara tentang penyalahgunaan, maka perlu diketahui pengertian korupsi dari perspektif payung hukum, yaitu menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah “setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara, korupsi terkait dengan (1) hal yang menguntungkan diri sendiri/orang lain/organisasi (2) penyalahgunaan kewenangan karena jabatan/kedudukan; dan (3) terjadi hal yang merugikan keuangan orang yang sangat rentan untuk melakukan korupsi biasanya orang-orang yang sangat dekat atau terlibat langsung dalam pengelolaan kegiatan yang melibatkan sejumlah dana yang cukup besar. Dari beberapa kasus korupsi DD/ADD yang terjadi di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan terlihat bahwa yang berpotensi besar sebagai pelaku tindak korupsi adalah para kepala desa dan aparat desa karena mereka memilik akses langsung dalam pengelolaan dana. Sebagaimana disebutkan di Permendagri nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa Pasal 3 disebutkan bahwa Kepala desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan.17

Dari kasus-kasus penyalahgunaan yang terjadi dalam pengelolaan dana desa, ada beberapa modus operandi yang dilakukan antara lain, membuat Rancangan Anggaran Biaya di atas harga pasar kemudian membayarkan

17Sahrir, Tinjauan Yuridis Penyalahgunaan Dana Desa Dalam Tindak Pidana Korupsi (Putusan Nomor : 05 / Pid / 2011 / PT.Mks.), Skripsi Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar 2017, hlm 39-40

(16)

berdasarkan kesepakatan yang lain; Kepala Desa mempertanggung jawabkan pembiayaaan bangunan fisik dana desa padahal bersumber dari sumber lain;

meminjam sementara dana desa dengan memindahkan dana ke rekening pribadi kemudian tidak dikembalikan; Pemotongan dana desa oleh oknum pelaku;

Membuat perjalanan dinas fiktif dengan cara memalsukan tiket penginapan/perjalanan; mark-up pembayaran honorarium perangkat desa;

Pembayaran alat tulis kantor tidak sesuai dengan real cost dengan cara pemalsuan bukti pembayaran; memungut pajak, namun hasil pungutan pajak tidak disetorkan ke kantor pajak; dan melakukan pembelian inventaris kantor dengan dana desa namun diperuntukkan secara pribadi18

B. RumusanMasalah

.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul Kajian hukum penyalahgunaan dana desa yang dilakukan oleh aparat desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan pengelolaan dana desa berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa?

2. Bagaimanakah pengawasan dalam penggunaan alokasi dana desa oleh pemerintah kabupaten?

3. Bagaimanakah bentuk penyalahgunaan dana desa yang dilakukan oleh aparat desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa?

18Ibid., hlm 40

(17)

C. TujuandanManfaatPenulisan

Berdasarkan latar belakang yang sudah dibahas sebelumnya, adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaturan pengelolaan dana desa berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

2. Untuk mengetahui pengawasan dalam penggunaan alokasi dana desa oleh pemerintah kabupaten.

3. Untuk mengetahui bentuk penyalahgunaan dana desa yang dilakukan oleh aparat desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi tentang pengembangan berkaitan dengan penyalahgunaan dana desa yang dilakukan oleh aparat desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi berkaitan dengan penyalahgunaan dana desa yang dilakukan oleh aparat desa menurut Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelesuran yang telah dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, baik secara fisik maupun online, skripsi

(18)

berjudul Kajian hukum penyalahgunaan dana desa yang dilakukan oleh aparat desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, belum pernah dilakukan, namun ada beberapa judul terkait dengan pengelolaan dana desa, antara lain:

1. Chandra Kusuma Prabawa. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (2016), dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis Pengelolaan Dana Desa Di Desa Triharjo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Pengelolaan Dana Desa di Desa Triharjo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman.

b. Hambatan-hambatan yang timbul dalam pengelolaan Dana Desa di Desa Triharjo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman.

2. Randhi Dian Purnama. Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Alauddin Makassar (2017), dengan judul penelitian Peran Badan Permusyawaratan Desa Sebagai Pengawas Dana Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Di Desa Annaloe Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa). Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

a. Mekanisme kerja BPD sebagai penyalur aspira masyarakat desa dalam forum musyawarah mufakat dalam menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan aspirasi dan kepentingan bersama masyarakat bersama masyarakat desa

b. BPD dalam menjalankan fungsinya sebagai wadah penyalur aspirasi masyarakat dalam mengawasi gerak gerik kepala desa.

(19)

3. Elisabeth Siringo Ringo. Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar Lampung (2017), dengan judul penelitian Pengelolaan Keuangan Desa Di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Pengelolaan keuangan desa di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah

b. Faktor yang menjadi penghambat dalam pengelolaan keuangan desa di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah 4. Ni Kadek Lisna Adnyani Dewi. Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum

Universitas Udayana (2018), dengan judul penelitian Kajian Terhadap Lembaga Pengawas Pengelolaan Dana Desa Ditinjau Dari Perspektif Hukum Keuangan Negara. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Pengaturan terkait lembaga pengawas pengelolaan dana desa di Indonesia.

b. Kewenangan lembaga pengawas pengelolaan keuangan negara dalam mengawasi pengelolaan dana desa ditinjau dari perspektif hukum keuangan negara.

Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun akademi.

E. TinjauanPustaka 1. Desa

Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal

(20)

1 ayat (1 dan 2), yang dimaksud pemerintahan desa adalah penyelenggaraan mengenai urusan bagi pemerintahan dan kepentingan bagi masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan pemerintah desa adalah kepala desa yang dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.19

Desa menurut H.A.W. Widjaja

Pemerintahan desa terdiri atas pemerintah desa (yang meliputi kepala desa dan perangkat desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

20

2. Dana desa

dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa”menyatakan bahwa: Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang bersifat istimewa.

Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Dana desa merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukan bagi Desa yang di transfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan, kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.21

Dana desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang di peruntukan bagi desa yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,

19Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 ayat (1) dan( 2)

20Widjaja, HAW, Pemerintahan Desa/Marga. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.3.

21A Saibani. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, (Jakarta: Media Pustaka, 2014), hlm. 4

(21)

pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Peraturan Menteri dalam Negeri

Nomor 113 tahun 2014 menyatakan Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Dan keseluruhan kegiatan pengelolaan keuangan desa meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Proses pengelolaan keuangan desa dilakukan oleh kepala desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa. Pedoman pengelolaan keuangan desa ditetapkan oleh bupati/walikota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa.

UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yaitu adanya komitmen negara dalam melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Selanjutnya juga diharapkan akan terwujudnya desa yang mandiri dimana:

a. Desa bukan hanya sekedar sebagai obyek penerima manfaat, melainkan sebagai subyek pemberi manfaat bagi warga masyarakat setempat;

b. Sebagai komponen desa mempunyai rasa kebersamaan dan gerakan untuk mengembangkan aset lokal sebagai sumber penghidupan dan kehidupan bagi warga masyarakat.

(22)

c. Desa mempunyai kemampuan menghasilkan dan mencukupi kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat seperti pangan, energy dan layanan dasar d. Sebagai cita-cita jangka panjang, desa mampu menyediakan lapangan

pekerjaan, menyediakan sumber-sumber pendapatan bagi masyarakat serta menghasilkan pendapatan asli desa dalam jumlah yang memadai.22

3. Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pemerintah Desa merupakan simbol formal daripada kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa diselenggarakan di bawah pimpinan seorang kepala desa beserta para pembantunya (perangkat desa), mewakili masyarakat desa guna hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan”23

a. Kepastian hukum;

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dilaksakan oleh Pemerintah Desa berdasarkan asas:

b. Tertib penyelenggaraan pemerintahan;

c. Tertib kepentingan umum;

d. Keterbukaan;

e. Proporsionalitas;

f. Profesionalitas;

g. Akuntabilitas;

h. Efektifitas dan efisiensi;

i. Kearifan lokal;

j. Keberagaman; dan

22Chabib Sholeh, Heru Rochansjah, Pengelolaan Keuangan Desa, (Bandung:

Fokusmedia, 2015), hlm. 54

23Sumber Saparin, Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2009), hlm 19

(23)

k. Partisipatif.24 F. MetodePenelitian

Penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran hipotesa atau ilmu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.Penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu penelitian doktrinal dan non doktrinal.Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know-how dalam ilmu hukum, bukan sekedar know-about.Sebagai kegiatan know- how, penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi.25 1. Jenis penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.26

1. Sifat penelitian

Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau penjelasan secara konkrit tentang keadaan objek atau masalah yang diteliti tanpa mengambil kesimpulan secara umum.27

24Pasal 24 Undang-Undang No. 6 Tahun 2016 Tentang Desa

25Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2013), hlm 60

26Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 13–14

27Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2013), hlm. 10

Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin dengan manusia,

(24)

keadaan atau gejala-gejala lainnya, serta hanya menjelaskan keadaan objek masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku umum.28

2. Sumber data

Data dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu bahan pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, peraturan perundang-undangan, jurnal, karya ilmiah, artikel-artikel, serta dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian. Dari bahan hukum sekunder tersebut mencakup tiga bagian, antara lain:

a. Bahan hukum primer. Bahan hukum primer, merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan yaitu:

1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

5) Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 sebagaimana telah dirubah dengan PP No. 22 Tahun 2015 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN.

6) Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PPNo.

43 Tahun 2014.

28Ibid

(25)

7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

9) Peraturan Menteri Keuangan Nomor241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa;

10) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.07/-2014 tentang Pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

11) Peraturan Menteri Keuangan Nomor.93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 0.7/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa, dan

12) Permendes PDTT No. 5 Tahun 2015 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa dalam pengelolaan keuangan desa 2017 sebagaimana telah dirubah dengan Permendes PDTT Nomor. 22 Tahun 2016 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa.

b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti, hasil-hasil penelitian, jurnal, hasil karya dari kalangan hukum, dan majalah.

c. Bahan hukum tertier. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder; contohnya

(26)

adalah kamus bahasa Indonesia, kamus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif dan seterusnya.29

3. Alat pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu: studi kepustakaan, untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan permasalahan yang diajukan, dengan cara mempelajari buku-buku, jurnal hukum, hasil-hasil penelitian dan dokumen-dokumen peraturan perundang-undangan.30 4. Analisis data

Penelitan ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang terjadi. Analisis yang digunakan merupakan pendekatan kualitatif terhadap data sekunder yang didapat. Bahan hukum yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis bahan hukum, selanjutnya semua bahan hukum diseleksi dan diolah, kemudian dinyatakan secara deskriptif, sehingga menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, sehingga memberikan jawaban terhadap permasalahan yang dimaksud. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.

G. SistematikaPenulisan

Sistematika penyusunan skripsi ini tertuang dalam 5 (lima) bagian yang tersusun dalam bab-bab, yang mana satu sama lain saling berkaitan, dan di setiap

29Ibid., hlm 13.

30Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Op.Cit hlm. 15.

(27)

bab terdiri dari sub-sub bab. Agar dapat memberikan gambaran mengenai skripsi ini nantinya, maka penulis akan memberikan gambaran secara garis besar sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan, bab ini merupakan awal penelitian yang berisikan latarbelakang, rumusanmasalah, tujuandanmanfaatpenulisan, keaslianpenulisan, tinjauanpustaka, metodepenelitian dan sistematikapenulisan.

Bab II, pengaturan pengelolaan dana desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, bab ini berisikan Kewenangan Pemerintah Desa Dalam Mengelola Keuangan Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014. Pengertian Pengelolaan Dana Desa. Mekanisme Pengelolaan Dana Desa dan Aturan Pengelolaan Dana Desa.

Bab III, Pengawasan Dalam Penggunaan Alokasi Dana Desa Oleh Pemerintah Kabupaten, bab ini berisikan Pengertian dan Fungsi Pengawasan.

Penggunaan Alokasi Dana Desa. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pada Pengelolaan Alokasi Dana Desa dan Pengawasan Dalam Penggunaan Alokasi Dana Desa Oleh Pemerintah Kabupaten

Bab IV, Bentuk Penyalahgunaan Dana Desa Yang Dilakukan Oleh Aparat Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, bab ini berisikan Penetapan Kewenangan Dalam Penggunaan Dana Desa. Bentuk Penyalahgunaan Dana Desa Yang Dilakukan Oleh Aparat Desa Menurut Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan Kasus-Kasus Penyalahgunaan Dana Desa Yang Dilakukan Oleh Aparat Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

(28)

Bab V, penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini, dikemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

(29)

BAB II

PENGATURAN PENGELOLAAN DANA DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

E. Kewenangan Pemerintah Desa Dalam Mengelola Keuangan Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Philipus M. Hadjon, kewenangan membuat keputusan hanya dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan atribusi atau delegasi. Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan.31Philipus menembahkan bahwa

“berbicara tentang delegasi dalam hal ada pemindahan/pengalihan suatu kewenangan yang ada.Apabila kewenangan itu kurang sempurna, berarti bahwa keputusan yang berdasarkan kewenangan itu tidak sah menurut hukum.32Kewenangan sebagai hak untuk menjalankan satu atau lebih fungsi manajemen, yang meliputi pengaturan (regulasi dan standarisasi), pengurusan (administrasi) dan pengawasan (supervisi) atau suatu urusan tertentu.33

Menurut Pasal 18 UU Desa, kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, elaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat desa. Selanjutnya Pasal 19 UU Desa mengatur kewenangan desa yang meliputi kewenangan berdasarkan hak asal-usul, kewenangan lokal berskala desa, kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota;

31 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2001), hlm 130.

32Ibid., hlm 132

33Agus Salim Andi, Ganjong, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2007), hlm. 93

(30)

dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota.34

Berdasarkan kewenangan tersebut, desa mempunyai hak untuk melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, termasuk sektor kehutanan di desa. Hak desa atas sumber daya alam, juga diatur dan dipertegas pada Pasal 371 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu bahwa desa mempunyai kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai desa. Asas-asas pengaturan desa sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan Pasal 3 huruf a dan b UU Desa memiliki dua asas yang sangat penting yaitu: rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal-usul dan subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa. 35

Dikatakan penting karena kedua asas tersebut selain menjadi dasar bagi asas-asas yang lain, kedua asas tersebut juga ditegaskan kembali sebagai kewenangan desa, sebagaimana ketentuan Pasal 19 UU Desa. Oleh karena itu maka kedua asas tersebut dapat dikatakan sebagai dua asas dalam subtansi UU Desa, dan penting untuk dipahami secara khusus. Asas rekognisi ini berkaitan erat dengan definisi tentang desa sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 1 UU Desa, yaitu bahwa desa” Mengatur dan mengurus berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Rekognisi merupakan asas

34 Agus Surono, Peranan Hukum Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Skala Desa Oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa, Jurnal Media Pembinaan Hukum, Volume 6, Nomor 3, Desember 2017, hlm 461

35Ibid

(31)

yang relevan dalam konteks desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang eksis dan memiliki hak asal-usul di mana masing-masing desa memiliki keragaman sesuai dengan konteksnya.36

Kewenangan merupakan elemen penting sebagai hak yang dimiliki oleh sebuah Desa untuk dapat mengatur rumah tangganya sendiri.Dari pemahaman ini jelas bahwa dalam membahas kewenangan tidak hanya semata-mata memperhatikan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa namun harus juga memperhatikan subjek yang menjalankan dan yang menerima kekuasaan.Kewenangan harus memperhatikan apakah kewenangan itu bisa diterima oleh subjek yang menjalankan atau tidak. Dalam pengelompokannya, kewenangan yang dimiliki desa meliputi: kewenangan dibidang penyelenggaraan pemerintahan Desa, kewenangan dibidang pelaksanaan pembangunan desa, kewenangan dibidang pembinaan kemasyarakatan desa, dan kewenangan dibidang pemberdayaan masyarakat Desa yang berdasarkan prakarsa masyarakat, atau yang berdasarkan hak asal usul dan yang berdasarkan adat istiadat desa.

Pemberian kewenangan terhadap desa yang telah diatur jelas dalam UU Desa bukan serta merta memberikan kewenangan yang dapat dimaknai sebagai pelimpahan hak kekuasaan, namun merupakan sebuah tanggungjawab yang juga harus diimplementasikan dalam peningkatan kesejahteraan.

37

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah harus memiliki legitimasi wewenang yang diberikan oleh undang-undang.Menurut H.D. Stout sebagaimana dikutip Ridwan HR, bahwa wewenang adalah pengertian yang

36Ibid., hlm 461-462

37I Putu Krisnanda Maha Satria. Kewenangan Desa Berkaitan Dengan Undang – Undang No. 6 Tahun 2014, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar 2016, hlm 19

(32)

berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum publik.38

Penyelenggaraan pemerintahan desa tidak terpisahkan dari penyelenggaraan otonomi daerah.Pemerintahan desa merupakan unit terdepan (ujung tombak) dalam pelayanan kepada masyarakat serta tombak strategis untuk keberhasilan semua program.Karena itu, upaya untuk memperkuat desa (Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan) merupakan langkah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan otonomi daerah.39

(1) Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa (PKPKD) dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik Desa yang dipisahkan.

Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa, (selanjutnya disebut PKPKD) adalah kepala Desa atau sebutan nama lain yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan Desa. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa, Pasal 3 Permendagri No.20 Tahun 2018 sebagai berikut:

(2) Kepala Desa selaku PKPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan:

38Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2009), hlm. 98.

39A.W. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia : Dalam Rangka Sosialisasi UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hlm 73.

(33)

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa;

b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang milik Desa;

c. Melaksanakan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB Desa;

d. Menetapkan PPKD;

e. Menyetujui DPA, DPPA, dan DPAL;

f. Menyetujui RAK Desa; dan g. Menyetujui SPP.

(3) Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa selaku PPKD.

(4) Pelimpahan sebagian kekuasaan PKPKD kepada PPKD ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.40

Pelaksana pengelolaan keuangan desa (PPKD) adalah perangkat desa yang melaksanakan pengelolaan keuangan desa berdasarkan keputusan kepala Desa yang menguasakan sebagian kekuasaan PKPKD.PPKD terdiri atas Sekretaris Desa, Kaur dan Kasi, dan Kaur Keuangan.41

Pada dasarnya setiap kegiatan yang pendanaannya dibiayai oleh pemerintah selalu memiliki dasar hukum, begitu pula terhadap dana desa.

Undang-undang No 06 Tahun 2014 mengatur tentang desa yang mana diperjelas kembali melalui Peraturan Pemerintah No 60 2014 tentang dana desa yang bersumber dari APBN. Namun pada tahun 2015 peraturan pemerintah tersebut

40Wongkai. tugas – dan – wewenang – kepala – desa – dalam – pengelolaan - keuangan- desa/ http://desa.id/2018/05/, diakses tanggal 21 Oktober 2018

41Ibid

(34)

diubah menurut Peraturan Pemerintah No 22 tahun 2015 Tentang Perubahan Atas PP No 60 tahun 2014. Disamping itu dana desa memiliki peraturan yang lain yaitu:

1. PMK Nomor 257/PMK.07/2015 Tentang Tata Cara Penundaan Dan/Atau Pemotongan Dana Perimbangan Terhadap Daerah Yang Tidak Memenuhi Add.

2. PMK Nomor 49/PMK.07.2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan Dan Evaluasi Desa.

3. Permendes No. 21/2015 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016.

4. Pemendagri No. 113/2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

5. Permendes No. 08/2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016.

UU Desa pada Pasal 18 menyatakan bahwa kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. Menurut UU Desa pada Pasal 19 menyatakan bahwa kewenangan Desa meliputi :

a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul.

b. Kewenangan lokal berskala desa.

(35)

c. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

F. Pengertian Pengelolaan Dana Desa

Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu.Pengelolaan ADD terintegrasi dengan APBDesa yang merupakan bagian pengelolaan keuangan desa.Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa.Didalamnya disebutkan tahapan-tahapan pengelolaan yaitu perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.

Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan Desa.42

Pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengangaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan desa.43

Pasal 75 ayat (1) UU Desa, Pasal 93 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah

42Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Pasal 1 angka 6.

43Muhammad Arif, Tata Cara Pengelolaan Keuangan Desa Dan Pengelolaan Kekayaan Desa Pekanbaru, (Pekanbaru: ReD Post Press, 2007), hlm32

(36)

Nomor 47 Tahun 2015 dikatakan bahwa Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengeloaan Keuangan Desa. Berarti disetiap pergantian Kepala Desa setelah masa jabatannya habis dan terpilihnya Kepala Desa yang lain atau baru, maka Kepala Desa memiliki hak untuk mengganti struktur pemerintahannya untuk menunjang pekerjaannya dalam pemerintahan Desa sebagai Kepala Desa. Ini sesuai dengan apa yang diatur di dalam UU Desa Pasal 26 ayat (3). Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengeloaan Keuangan Desa dijelaskan bahwa Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintahan Desa dalam kepemilikan kekayaan milik Desa yang dipisahkan.44

Pemerintah desa wajib mengelola keuangan desa secara transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin.Transparan artinya dikelola secara terbuka, akuntabel artinya dipertanggungjawabkan secara legal, dan partisipatif artinya melibatkan masyarakat dalam

Menurut UU Desa Pasal 71 ayat (1), keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa yang menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan keuangan desa.

Pendapatan desa tersebut bersumber dari berbagai dana seperti pendapatan asli desa, lokasi anggaran dan pendapatan dan belanja pemerintah pusat, hasil pajak daerah dan retribusi, bantuan keuangan daerah kabupaten dan provinsi, dan dana lainnya.

44Kristendo Sumolang, Tanggung Jawab Kepala Desa Terhadap Keuangan Desa Di Tinjau Dari Undang–Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa Yang Berimplikasi Tindak Pidana Korupsi, Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017, hlm 33

(37)

penyusunannya.Keuangan desa harus dibukukan dalam sistem pembukuan yang benar sesuai dengan kaidah sistem akuntansi keuangan pemerintahan.45

G. Mekanisme Pengelolaan Dana Desa

Mekanisme Pengelolaan Keuangan Desa sesuai Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, yaitu uang desa harus masuk Rekening Kas Desa (RKD) dulu sebelum dibelanjakan, yang meliputi PAD. Dana Transfer (DD, ADD, BHP, BK Provinsi, BK Kabupaten/Kota, Bantuan Program Sektoral). Bantuan dari pihak ketiga.Selanjutnya Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dalam tanggung jawab Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) yang membidangi mengajukan pencairan anggaran kegiatan dengan melampirkan seluruh dokumen admintrasi yang telah ditentukan kepada Sekretaris Desa sebagai Koordinator PTPKD untuk diverifikasi.Dokumen administrasi pengajuan pencairan anggaran kegiatan setelah lolos verifikasi, oleh Sekretaris Desa diajukan kepada Kepala Desa untuk mendapatkan persetujuan pencairan dengan ditandai pembubuan tanda tangan dan stempel.46

Perintah Sekretaris Desa sebagai Koordinator PTPKD, Bendahara Desa mencairkan anggaran sebagaimana yang tertuang dalam dokumen administrasi anggaran kegiatan yang akan dilaksanakan. Dengan sepengetahuan Sekretaris Desa sebagai Koordinator PTPKD, Bendahara Desa menyerahkan anggaran sebagaimana yang tertuang dalam dokumen administrasi anggaran kegiatan yang akan dilaksanakan kepada TPK dan atau PTPKD yang membidangi. TPK dalam

45Hanif, Nurcholis, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa, (Jakarta:

Erlangga, 2012), hlm.82

46Ibid

(38)

tanggung jawab PTPKD yang membidangi melaksanakan kegiatan sesuai dengan RAB (Rencana Anggaran Belanja) yang ada dengan prinsip tertib administrasi, transparan, akuntabel, efisiensi dan efektif.

1. TPK dalam tanggung jawab PTPKD yang membidangi melaporkan kegiatan yang telah dilaksanakan dengan menyampaikan seluruh dokumen administrasi yang ditentukan kepada Sektretaris Desa untuk diferifikasi. Dan menyampaikan kelebihan anggaran kepada Bendahara Desa dengan sepengetahuan Sekretaris Desa sebagai Koordinator PTPKD.47

Mekanisme perencanaan menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, penentuan strategi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, perumusan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi, hingga pencapaian tujuan organisasi.48

b. PelaksanaanPelaksanaan merupakan usaha-usaha yang dijalankan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala.49

c. Penatausahaan

47Idrus. mekanisme – pengelolaan - keuangan-desa-permendagri-no-113-tahun-2014/

http://awasnews.com/2017/06/12/diakses tanggal 21 Oktober 2018

48Indra Bastian, Akuntansi untuk Kecamatan dan Desa, (Jakarta: Erlangga, 2015), hlm 91

49The Liang Gie, dan Sutarto, Pengertian, Kedudukan dan Perincian Ilmu Administrasi, (Yogyakarta: Karya Kencana, 1997), hlm. 191.

(39)

Penatausahaan dalam sistem pengelolaan keuangan desa dilakukan oleh Bendahara Desa. Berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, penatausahaan pengelolaan keuangan desa Bendahara Desa memiliki kewajiban untuk melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran setiap akhir bulan secara tertib dan mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban kepada Kepala Desa. Bendahara desa sebagai salah satu perangkat desa bertanggungjawab kepada kepala desa dalam hal laporan pertanggungjawaban yang disampaikan kepada kepala desa setiap bulannya dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

d. Pelaporan dan Pertanggungjawaban 1) Pelaporan

Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak dan kewajiban, kepala desa wajib:

(a) Menyampaikan laporan realisasi APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa: Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa, disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.Laporan semester akhir tahun, disampaikan paling lambat pada akhir bulan januari tahun berikutnya.

(b) Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota.

(c) Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepada Bupati/Walikota.

(40)

(d) Menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah desa secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran

2) Pertanggungjawaban

Perrmendagri No 113 Tahun 2014 pertanggungjawaban terdiri dari:

(a) Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota melalui camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Laporan ini ditetapkan peraturan desa dan dilampiri: Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun anggaran berkenaan.

Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan. Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke Desa.

(b) Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud diatas, disampaiakan paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.

H. Aturan Pengelolaan Dana Desa

Eksistensi desa pelaksanaan pengelolaan dana desa merupakan bagian dari otonomi desa dalam hal diberi kewenangan untuk mengatur desanya secara mandiri baik pengelolaan dana desa termasuk bidang sosial, politik dan ekonomi.

Dengan adanya kemandirian ini diharapkan akan dapat meningkatkan sarana infrastruktur pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat

(41)

selain itu partisipasi masyarakat desa dalam pengelolaan keuangan desa sangat diperlukan.50

Berkaitan dengan kewenangan pengelolaan dana Desa di atur dalam UU DesaPasal 71 ayat (1) yakni semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pasal 71 ayat (2) Hak dan kewajiban menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa.51

1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.

Kebijakan yang berupa undang-undang maupun aturan lain tentu memiliki dasar untuk dijadikan sebagai acuan dalam pembuatannya termasuk Pengakuan Pemerintah Republik Indonesia terhadap desa. Pemerintah desa tidak disebutkan secara jelas dalam UUD 1945. Namun ditafsirkan dalam Pasal 18B Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai berikut :

2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.52

Sebagaimana suatu pemerintahan, desa mempunyai tugas dan fungsi untuk menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa,

50Sahrul Haidin, Op.Cit., hlm 153

51Sahrul Haidin, Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa Setelah Berlakunya Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Di Kabupaten Dompu), Jurnal Kajian Hukum dan Keadilan IUS | Vol V | Nomor 1 | April 2017 | hlm, 144

52Ibid., hlm 149

(42)

pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Keuangan desa, dalam UU Desa Pasal 1 angka (10) semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pasal 71 ayat (2) menyebutkan bahwa Hak dan kewajiban menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa.53

1. PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa;

Keuangan desa diatur dalam Pasal 71-75 UU Desa.Pasal 71 ayat (1), dinyatakan bahwa “keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.” Selanjutnya, pengaturan mengenai keuangan desa dan hal lain yang terkait dengannya dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai peraturan, di antaranya:

2. PP No. 60 Tahun 2014 sebagaimana telah dirubah dengan PP No. 22 Tahun 2015 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN;

3. PP No. 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PPNo. 43 Tahun 2014;

4. Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa;

5. Permenkeu No.241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa;

53Ibid

(43)

6. Permenkeu No. 250/PMK.07/-2014 tentang Pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa;

7. Permenkeu No.93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 0.7/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa, dan

8. Permendes PDTT No. 5 Tahun 2015 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa dalam pengelolaan keuangan desa 2017 sebagaimana telah dirubah dengan Permendes PDTT Nomor. 22 Tahun 2016 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2017 dimana dalam Permendesa tersebut disebutkan secara rinci tentang program/kegiatan yang dapat didanai oleh Alokasi Dana Desa yang bersumber dari APBN dengan 2 pengelompokan besar yaitu dibidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.54

Pengelolaan keuangan desa dimulai dari perencanaan.Pertama kali diadakan musyawarah desa yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk membahas hal-hal yang sifatnya strategis (Pasal 54 UU Desa).Kemudian, hasil musyawarah desa berupa perencanaan pembangunan desa ditindak lanjuti dengan musyawarah pembangunan perencanaan desa (musrenbangdes) yang diselenggarakan kepala desa dan perangkatnya.Musrenbangdes inilah yang membahas mengenai Rencana

54Siti Khoiriah, Analisis Sistem Pengelolaan Dana Desa Berdasarkan Regulasi Keuangan Desa , Jurnal Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, hlm 26

(44)

Pembangunan Jangka Menengah Desa (selanjutnya disebut RPJMDes) tiap enam tahun sekali dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) serta APBDes tiap setahun sekali.55

Pengaturan pengelolaan dana desa antara lain PP No. 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. PP No. 60 tahun 2014 sebagaimana telah dirubah dengan PP No. 22 Tahun 2015 dan PP No.

8 tahun 2016 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN. PP No. 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PP No. 43 Tahun 2014; 4.Permendagri No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.Permenkeu No.241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa; Permenkeu No. 250/PMK.07/-2014 tentang Pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Permenkeu No.93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 0.7/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa, dan; Permendes PDTT No. 5 Tahun 2015 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa dalam pengelolaan keuangan desa 2017 sebagaimana telah dirubah dengan Permendes

Keuangan desa diatur dalam Pasal 71-75 UU Desa.Pasal 71 ayat (1), dinyatakan bahwa “keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.”

55Ibid., hlm 26-27

(45)

PDTT No.. 22 Tahun 2016 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2017 dimana dalam Permendesa tersebut disebutkan secara rinci tentang program/kegiatan yang dapat didanai oleh ADD yang bersumber dari APBN dengan 2 pengelompokan besar yaitu dibidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.

(46)

BAB III

PENGAWASAN DALAM PENGGUNAAN ALOKASI DANA DESA OLEH PEMERINTAH KABUPATEN

F. Pengertian dan Fungsi Pengawasan

Menurut Handoko menyatakan bahwa pengawasan sebagai proses yang menjamin agar maksud dan tujuan dalam organisasi dan manajemen akan dapat tercapai.56

Pengawasan merupakan proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.57

Menurut M. Manullang58

Pasal 377 UU Desa dinyatakan bahwa pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah. Kemudian pelaksanaan oleh aparat pengawas intern pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan. Adapun pengawasan merupakan suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah kegiatan atau peroses untuk menemukan penyimpangan dan melakukan tindakan koreksi atas penyimpangan tersebut dalam hal ini dilakukan oleh lembaga legislatif terhadap eksekutif.

56T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2012), hlm 359

57 Ulbert Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi (Konsep, Teori dan Dimensi), (Bandung : Sinar Baru Algesindo), hlm 175

58Manullang, Dasar-dasar Manajemen. (Yogyakarta: UGM Press, 2012), hlm 173

(47)

fungsi pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas fungsional di mana pengawasan dilakukan oleh lembaga/ badan/unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan, dan penilaian. Anggota DPRD tidak dapat memeriksa administrasi keuangan, baik rutin maupun pembangunan, secara langsung seperti layaknya pemeriksa dari badan pengawasan daerah (Bawasda) / inspektorat daerah, Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).59

1. Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang digariskan;

Tujuan diadakannya pengawasan, antara lain :

2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan intruksi serta asas-asas yang telah di instruksikan;

3. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan dalam bekerja;

4. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan dengan efesien; dan

5. Untuk mencari jalan keluar, bila ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan kearah perbaikan.60

Pengawasan dana desa dilakukan dalam dalam konteks pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa, yang wajib berakuntabilitas adalah desa sebagai sebuah entitas dalam penyelenggaraan pemerintahan desa termasuk keuangan desa. Untuk skala lokal desa, UUDesa menegaskan hak Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk mengawasi dan meminta keterangan tentang

59Agussalim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), hlm 265

60 Sukarno K. Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: MIswar, 2002), hlm 115

Referensi

Dokumen terkait

najlepszy czas na budowę ogrodu botanicznego. Kryzys to jednak czas wielu możliwości. Kiedy w połowie lat dziewięćdziesiątych, ze względu na powszechny brak pieniędzy,

 Pemberian kortikosteroid sistemik dengan obat sitotoksik dan plasmaferesis mungkin dapat bermanfaat pada penderita hemoptisis masif akibat perdarahan alveolar

Kajian mendalam dilakukan dalam hal ini sehingga perbedaan mendasar terletak dari medium output selama ini yang berupa tayangan animasi pendek berubah menjadi

Sikap tersebut merupakan kesiapan untuk penghayatan terhadap pengetahuan ini meliputi komponen pokok untuk praktik pencegahan : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep,

Jak je patrno z obrázku 5.13, burzovní graf zobrazuje v závislosti na čase průběh několika skutečností. Jak už název napovídá, v praxi to může být například maximánlní,

Dari hal tersebut maka dikeluarkanlah peraturan GWM LDR tersebut oleh Bank Indonesia (BI) yang bertujuan untuk meningkatkan liquidity creation pada perbankan yang

Terdapat 5 faktor sindrom metabolik seperti obesiti pada bahagian abdomen yang bergantung kepada ukurlilit pinggang berdasarkan jantina, artherogenic dyslipidemia