• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status, dan masa kerja guru : studi kasus guru-guru SMA N1 Bantul, SMA N1 Sedayu, SMA N1 Kasihan di Kabupaten Bantul.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status, dan masa kerja guru : studi kasus guru-guru SMA N1 Bantul, SMA N1 Sedayu, SMA N1 Kasihan di Kabupaten Bantul."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS,

DAN MASA KERJA GURU

Studi Kasus: Guru-guru SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan

Putri Prasetya Yuwana Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari: tingkat pendidikan, status guru, dan masa kerja guru.

Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Hasil pengujian validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment menunjukkan nilai dari rhitung lebih besar

dari rtabel sedangkan uji reliabilitasnya memakai rumus alpha cronbach menunjukkan nilai

dari rhitung = 0, 893 lebih besar dari rtabel = 0,239. Dari populasi sejumlah 135 guru, diambil

sampel 75 responden dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji T.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan (asymp. Sig. = 0,042), (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru (asymp. Sig = 0,009), (3) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja (asymp. Sig. = 0,227).

(2)

TEACHERS PERCEPTION TOWARDS CERTIFICATION VIEWED FROM TEACHERS EDUCATION, STATUS, AND LENGTH OF SERVICE. A Case Study at Senior High School Teacher in SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu,

and SMA N 1 Kasihan

This research aims to know if there was any diference about teacher’s perception on certification, viewed from teacher’s education, ststus, and length of service.

This research was conducted at SMA 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, and SMA N 1 Kasihan. The data were collected by using questionairs. The result of validity testing, using product moment correlation formula, showed that the value of rhitung was higher than rtabel, while the reliability testing, using alpha crobach formula showed that the value of

correlated coefficient value = 0,893 was higher than rtabel, =0,239. The population of

teachers was 135, while the chosen sample was 75 respondents among them, and the sampling tecnique was purposive sampling. The data analysis data used T Test.

(3)

DAN MASA KERJA GURU

Studi Kasus: Guru-guru SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Putri Prasetya Yuwana

021334110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

MATIUST7T:T7T

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan

mendapat; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu

akan dibukakan bagimu.

FILIPIT4:13T

Segala Perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku.

FILIPIT4;6T

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga tetapi

nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepadaNya dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur.

(7)

Kupersemb Kupersemb Kupersemb

Kupersembahkan karya ini untuk :ahkan karya ini untuk :ahkan karya ini untuk :ahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga

Cbu dan saudari saudariku terkasih Cbu dan saudari saudariku terkasih Cbu dan saudari saudariku terkasih Cbu dan saudari saudariku terkasih

Orang orang yang selalu dekat dihatiku Orang orang yang selalu dekat dihatiku Orang orang yang selalu dekat dihatiku Orang orang yang selalu dekat dihatiku

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Almamaterku Universitas Sanata Dharma Almamaterku Universitas Sanata Dharma

Almamaterku Universitas Sanata Dharma ---- Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta

(8)
(9)
(10)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa di Surga Tuhan Yesus Kristus, karena

berkat kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dan

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Akuntansi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketu Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Trimakasih untuk pelajaran

dan pengalaman hidupnya.

4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan

keterbatasan waktunya selalu berusaha sabar membimbing, memberikan koreksi,

kritikan, masukan dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran dalam melengkapi skripsi ini.

6. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran dalam melengkapi skripsi ini.

7. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. yang selalu tidak bosen memberikan semangat

(11)

semua.

9. Mbak Wiwik dan Mbok Yem yang selalu memberikan semangat, doa dan cinta

dengan tulus ikhlas.

10.Buat mbak, mas, -ku gedhe : mbak Agnes, Mas Agus, Mas Antok, yang telah

banyak membantu kelancaran selama penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk

panggilan “Adiknya”, terima kasih untuk semua pengalaman yang boleh aku

dapatkan bersama kalian.

11.Sahabat-sahabatku terutama Sarida Putri dan Esthi yang selalu memberikan

semangat dan membantu di masa-masa sulitku.

12.Teman-teman kuliahku : Nina “Kokom”, Herlina “Cipluk”, Dian “Sastro

Wardoyok”, Thomas ”Tomblok”, Banu juga teman-teman PAK’02 yang selalu

mendukung, menemani, serta memberikan saran dan kritik.

13.Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran

membangun sangat penulis harapkan.Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

dimanfaatkan bagi semua pihak.

Yogyakarta, 12 Oktober 2009

(12)

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS,

DAN MASA KERJA GURU

Studi Kasus: Guru-guru SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan

Putri Prasetya Yuwana Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari: tingkat pendidikan, status guru, dan masa kerja guru.

Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Hasil pengujian validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment menunjukkan nilai dari rhitung lebih besar

dari rtabel sedangkan uji reliabilitasnya memakai rumus alpha cronbach menunjukkan nilai

dari rhitung = 0, 893 lebih besar dari rtabel = 0,239. Dari populasi sejumlah 135 guru, diambil

sampel 75 responden dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji T.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan (asymp. Sig. = 0,042), (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru (asymp. Sig = 0,009), (3) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja (asymp. Sig. = 0,227).

(13)

TEACHERS PERCEPTION TOWARDS CERTIFICATION VIEWED FROM TEACHERS EDUCATION, STATUS, AND LENGTH OF SERVICE.

A Case Study at Senior High School Teacher in SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, and SMA N 1 Kasihan

This research aims to know if there was any diference about teacher’s perception on certification, viewed from teacher’s education, ststus, and length of service.

This research was conducted at SMA 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, and SMA N 1 Kasihan. The data were collected by using questionairs. The result of validity testing, using product moment correlation formula, showed that the value of rhitung was higher than rtabel, while the reliability testing, using alpha crobach formula showed that the value of

correlated coefficient value = 0,893 was higher than rtabel, =0,239. The population of

teachers was 135, while the chosen sample was 75 respondents among them, and the sampling tecnique was purposive sampling. The data analysis data used T Test.

(14)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

C. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... 24

A. Jenis Penelitian ………... 24

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….... 24

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 24

D. Populasi dan Sampel Penelitian ...……….... 25

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ………. 26

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 28

G. Pengujian Instrumen Penelitian ………. 29

(15)

1. Pengujian Prasyarat Analisis ……… 32

a. Uji Normalitas ……… ... 32

b. Uji Homogenitas ………... 33

c. Pengujian Hipotesis... 33

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……… 35

A. Deskripsi Data ……… 35

1. Deskripsi Responden Penelitian ………. 35

a. Tingkat Pendidikan ……….. 35

b. Status Guru ……….. 35

c. Masa kerja Guru ………. 36

2. Deskripsi Variabel Penelitian ……… ……….. 36

B. Analisis Data ………. 37

1. Pengujian Persyaratan Analisis………... 37

a. Uji Normalitas ……… 38

b. Uji Homogenitas……… 39

C. Pengujian Hipotesis ……….. 40

D. Pembahasan ………...….. …… 44

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. ………..47

B. Keterbatasan Penelitian ……….49

C. Saran-Saran ……… 49

(16)

Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Pengujian Validitas ………….……….. 30 Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas……… 32 Tabel 3.3 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Korelasi..………….. 32 Tabel 4.1 Deskripsi Responden Dilihat Dari Tingkat Pendidikan Guru…. 35 Tabel 4.2 Deskripsi Responden Dilihat Dari Status Guru………..…. 35 Tabel 4.3 Deskripsi Responden Dilihat Dari Masa Kerja Guru……….…. 36 Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Menurut Tingkat Pendidikan

Guru...…….…... 37 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Menurut Status

Guru...…….…... 38 Tabel 4.6 Hasil Pengujian Normalitas Menurut Masa Kerja

Guru...…….…... 39 Tabel 4.7 Hasil Uji T-Test Menurut Tingkat Pendidikan

Guru...…….…... 41 Tabel 4.8 Hasil Uji T-Test Menurut Status

Guru...…….…... 42 Tabel 4.9 Hasil Uji T-Test Menurut Masa Kerja

(17)

Lampiran I Kuesioner Penelitian ………... 53

Lampiran II Data Validitas dan Reliabilitas ……….. 55

Lampiran III Uji Validitas dan Reliabilitas ………. 56

Lampiram IV Data Induk Penelitian ………. 57

Lampiran V Uji Normalitas………. ……… 60

Lampiran VI Pedoman Acuan Tipe II………… ………. 61

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan Indonesia saat ini memang masih tergolong rendah bila

dibandingkan dengan negara-negara lain. Data menyebutkan, Indonesia

menduduki peringkat ke-112 dari negara-negara di dunia. Realita menunjukkan

rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari tingginya angka

ketidaklayakan mengajar oleh guru-guru di tanah air. Hal ini ditunjukkan oleh

data yang menyebutkan bahwa sekitar 916.475 atau 44,07% dari 2.079.348 orang

tenaga guru sekolah negeri dan swasta di Indonesia tidak memiliki kelayakan

mengajar sebagai akibat tingkat pendidikan dan kompetensi yang rendah. (Suara

Pembaharuan : 8 Februari 2006). Oleh karena itu, kualitas utama yang perlu

diperbaharui adalah tingkat kompetensi guru.

Menyikapi hal tersebut, banyak yang telah dilakukan oleh pemerintah,

diantaranya dengan penyempurnaan kurikulum dan pengesahan Undang-Undang

Guru dan Dosen. Lebih dari itu, undang-undang ini sebenarnya mengarahkan

guru menuju ke profesionalitasnya, bukan hanya sekedar pengaturan tunjangan

kesejahteraan saja. Sebenarnya guru pada saat ini sedang memasuki dunia yang

baru dimana semua guru harus meningkatkan kualitas kinerja sehingga mampu

membawa pendidikan Indonesia bangkit dari keterpurukan. Salah satu unsur yang

(19)

Sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan

dosen. Sertifikat ini diberikan kepada guru dan dosen sebagai bukti kualitas calon

pendidik, sehingga setiap orang yang memiliki sertifikat pendidik telah dinilai dan

diyakini mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan melatih peserta

didik. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kualitas calon pendidik

tersebut disebut uji sertifikasi. Sertifikat pendidik diselenggarakan oleh perguruan

tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi

yang disebut LPTK (Lembaga Pelatihan Tenaga Kependidikan) dan ditetapkan

oleh Pemerintah. Sertifikasi ini akan menimbulkan dampak yang positif terhadap

profesi guru di tanah air. Selain kualitasnya meningkat, guru juga mendapat

pengakuan dari pemerintah atas profesinya sebagai guru. Sertifikasi mengajar ini

sangat penting dimiliki oleh para pendidik, karena berdasarkan sertifikat ini guru

dan dosen dinyatakan mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan

melatih peserta didik. Namun kondisi nyata di lapangan menunjukkan, dari 1,6

juta guru di Indonesia tidak satupun yang memegang sertifikasi mengajar.

Banjarmasin Post (1 Januari 2006). Upaya yang harus ditempuh guru untuk

mendapatkan sertifikasi ini cukup sulit karena harus memenuhi beberapa

persyaratan.

Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut UU

No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yaitu “setiap guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi profesi keguruan serta memiliki sertifikat

(20)

yaitu minimal mempunyai ijasah D4 atau S1 dalam bidangnya, selain kualifikasi

akademis, guru harus mempunyai kompetensi profesi keguruan yang meliputi

kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi ini

berkaitan dengan kemampuan mengajar, membantu siswa belajar dan juga

memberikan teladan hidup pada para siswa. Kompetensi profesi diperoleh melalui

pendidikan profesi keguruan yang minimal terdiri dari 36 SKS setara dengan 12

mata kuliah bidang kependidikan. Sertifikat profesi diberikan kepada guru yang

lulus proses sertifikasi tersebut.

Latar belakang pendidikan guru merupakan kualifikasi akademik yang

dimiliki oleh guru. Semakin tinggi pendidikan guru maka semakin luas wawasan

yang dimiliki oleh guru. Tidak semua guru mempunyai latar belakang pendidikan

yang sama, ada yang menjadi guru dengan tingkat pendidikan D2, ada yang lulus

D3 kemudian menjadi guru dan ada pula yang lulusan S1 atau S2 juga berprofesi

sebagai guru. Perbedaan tingkat pendidikan guru akan menimbulkan cara

pandang guru atau persepsi guru terhadap sertifikasi guru yang berbeda-beda. Ada

banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan latar belakang pendidikan guru

antara lain karena faktor ekonomi atau keterbatasan biaya, segi umur dan

kurangnya pengetahuan akan pentingnya pendidikan. Contoh guru yang tingkat

pendidikannya D1 dengan S1, cara pandang atau persepsinya terhadap sertifikasi

guru tentunya akan berbeda. Hal ini disebabkan antara lain pengetahuan yang

dimiliki antara tingkat pendidikan D1 dengan tingkat pendidikan S1 juga sudah

(21)

terhadap persepsi mereka terhadap sertifikasi guru. Selain itu, status guru yakni

guru tetap dan tidak tetap dalam organisasi sekolah juga akan berpengaruh. Pada

umumnya guru yang sudah berstatus tetap menganggap sertifikasi tidak penting

karena mereka sudah berstatus pegawai tetap. Sebaliknya, pegawai tidak tetap

berpikir sertifikasi itu penting karena melalui uji sertifikasi, keprofesionalitasan

mereka sebagai guru akan mendapat pengakuan sehingga mereka berharap ini

bisa menjadi dasar penilaian agar mereka, selain ditingkatkan kesejahteraannya,

mereka juga dapat diangkat menjadi guru tetap di suatu organisasi sekolah.

Di sisi lain, guru dengan masa kerja lama (senior) dan guru baru (yunior)

akan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap serifikasi guru. Guru dengan

masa kerja lama cenderung memiliki pengalaman dan keahlian dalam mendidik

dibandingkan guru yang masih baru.

Berbagai pertimbangan latar belakang tersebut dapat dilihat melalui realita

yang terjadi dilapangan yaitu, sebagian besar guru yang memiliki masa kerja lebih

dari sepuluh tahun justru belum mengantongi gelar sarjana. Mereka umumnya

diangkat menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan ijasah SMA atau Diploma

1. Sebaliknya, ada sebagian guru yang memiliki masa kerja kurang dari sepuluh

tahun justru malah sudah mengantongi gelar sarjana. Seperti yang terjadi pada

guru SMA Negeri 4 Cilegon, Wahyu - seorang guru muda yang baru saja

diangkat menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) setahun yang lalu. (Media

(22)

mengambil judul penelitian tentang “Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru

Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan, Status Guru, dan Masa Kerja Guru”.

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi guru terhadap sertifikasi

guru. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sertifikasi guru juga ada banyak

aspek. Oleh karena pertimbangan tersebut, maka peneliti membatasi penelitian

pada persepsi guru terhadap sertifikasi guru yang ditinjau dari tingkat pendidikan,

status guru, dan masa kerja guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan

diteliti,

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari

tingkat pendidikan guru?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau

dari status guru?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari

masa kerja guru?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian ini adalah

sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru

(23)

2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru

ditinjau dari status guru.

3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru

ditinjau dari masa kerja guru.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan

yang berkaitan dengan profesi guru.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan kepada para guru

dalam usahanya menjadi guru yang professional.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk

menerapkan disiplin ilmu yang telah diterima di kampus dan menjadikan

bekal nantinya sebagai seorang guru.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong bagi peneliti-peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitian pengembangan.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah proses yang dialami oleh setiap orang dalam

informasi tentang lingkungan, baik lewat pendengaran, penglihatan, penghayatan,

perasaan dan penciuman (Thoha, 1998:138). Persepsi adalah proses penginderaan

manusia tentang obyek lingkungannya dimana ia memproses penginderaan itu pada

diri manusia yang bersangkutan (Wirawan, 1992:47). Kartini (1984:57)

mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses yang berlangsung dalam diri

seseorang terhadap dirinya sendiri maupun kenyataan sosial lainnya dan hal ini dapat

diungkapkan keluar melalui proses komunikasi manusiawi. David Krunch (Blanchard

& Harcey, 235; 1992) menyimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif

yang kompleks yang menghasilkan suatu gambar unik tentang pernyataan yang

barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Menurut Wells & Prensky (1996; 257)

persepsi adalah suatu proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data

indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat

menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri.

Menurut Davidoff (1981:232) persepsi adalah suatu proses yang terorganisir,

dan menggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan

sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan

(25)

disekitarnya, hal ini berkaitan dengan persepsi. Jika ada stimulus yang diterimanya,

individu akan mengalami persepsi. Jadi persepsi merupakan sesuatu yang didahului

dengan penginderaan yang merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat reseptornya (Walgito, 1994: 93).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas kita bisa mengambil kesimpulan

bahwa persepsi adalah proses memahami, menerima dan mengkoordinasikan,

menginterprestasikan rangsangan lingkungan melalui panca indera, sehingga individu

menyadari dan mengerti yang diinderakan.

Adapun hal –hal yang mempengaruhi persepsi (Walgito, 1954:56) antara lain

sebagai berikut.

1. Pada saat kita senang atau murung kita akan menghasilkan suatu persepsi yang

berbeda tergantung kesadaran kita melihat suatu benda.

2. Ingatan

Indera kita secara teratur menyimpan data – data yang kita terima dalam rangka

untuk memberikan arti, secara terus menerus orang cenderung untuk terus

menerus membanding – bandingkan penglihatan, suara dan penginderaan

lainnya dengan ingatan – ingatan dan pengalaman lalu yang mirip.

3. Proses Informasi

Kita sudah dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan dihadapi

berikutnya dibandingkan dengan situasi yang lalu dan saat itu, lalu akan

(26)

B. Guru

Menurut Undang – Undang (UU) No. 14 tahun 2005 tentang guru dan

dosen, guru adalah pendidik professional dengan tugas Disegala jaman, guru

memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan peserta didiknya.

Tugas guru sangat berat. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan

keahlian khusus sebagai guru. Guru adalah orang yang pekerjaannya atau mata

pencahariannya, profesinya mengajar, (kamus besar Bahasa Indonesia, 1990:228).

Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian

sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi

sebagai guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan

pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan

dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu, karena guru merupakan salah

satu komponen dalam proses belajar mengajar. Peranan profesional guru dalam

keseluruhan program pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan

pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal.

Menurut Undang-Undang (UU) no 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen

guru dalah pendidik dan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal; pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Profesional yang dimaksud adalah pekerjaan atau kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

(27)

atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Secara umum pengertian guru adalah orang yang berprofesi di bidang

pendidikan yang bertugas menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa di

kelas dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Profesi guru merupakan jabatan

atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Adapun peranan

profesional menurut pendapat Sucjipto (1999:2) bahwa peranan profesional

mencakup 3 (tiga) bidang layanan, yaitu layanan instruksional, layanan

administrasi, dan layanan bantuan akademik – sosial - pribadi. Ketiga bidang

layanan itu sekaligus menjadi tugas pokok seorang guru. Pertama,

penyelenggaraan proses belajar mengajar, yang menempati porsi terbesar dari

profesi keguruan. Tugas ini menuntut guru untuk menguasai isi atau materi

bidang studi yang diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi itu,

kemampuan mengemas materi sesuai dengan latar belakang perkembangan dan

tujuan pendidikan, serta menyajikan sedemikian rupa sehingga merangsang murid

untuk menguasai dan mengembangkan materi itu dengan menggunakan

kreativitasnya. Kedua, tugas yang berhubungan dengan membantu murid dalam

belajar pada khususnya, dan masalah-masalah pribadi yang berpengaruh terhadap

keberhasilan belajarnya. Ketiga, guru harus memahami bagaimana sekolah itu

dikelola, apa peranan guru di dalamnya, bagaimana memanfaatkan prosedur serta

mekanisme pengelolaan tersebut untuk kelancaran tugas-tugasnya sebagai guru.

Dilain pihak Mulyasa (2005; 37-65) membagi tugas dan tanggung jawab

(28)

(b) tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, (c) tanggung jawab dalam

mengembangkan kurikulum, (d) tanggung jawab dalam mengembangkan profesi,

dan (e) tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat. Sudjana

(2000; 15) mengemukakan bahwa ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu;

(a) guru sebagai pengajar, (b) guru sebagai pembimbing, dan (c) guru sebagai

administrator kelas. Guru dikatakan sebagai staf pengajar karena lebih

menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran.

Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan

kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan

aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu

pengetahuan tetapi juga menyangkut perkembangan kepribadian dan

pembentukan nilai-nilai para siswa. Guru sebagai administrator kelas pada

hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan

ketatalaksanaan pada umumnya. Maka tugas pekerjaan guru di kelas adalah

“membantu siswa belajar”, dengan mengatur proses belajar mengajar serta

menyediakan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Jadi guru dapat

disimpulkan; tidak hanya sebagai seorang “pengajar” saja, tetapi lebih-lebih

seorang “pendidik” dan “manajer proses belajar mengajar” di kelas.

C. Sertifikasi

Di dalam Undang-Undang (UU) No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,

(29)

Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada

guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Sertifikasi dalam sistem pendidikan

guru adalah keseluruhan proses pendidikan guru yang mencakup program

diploma, sarjana, dan pendidikan profesi. Pemberian sertifikat inipun hanya

diberikan kepada mereka yng telah menyelesaikan dengan tuntas seluruh proses

pendidikan tersebut. Adapun sertifikat ini terdiri dari diploma, gelar kesarjanaan,

dan kewenangan mengajar.

Menurut Samana (2006:8) sertifikat pendidik adalah bukti formal dari

pemenuhan 2 syarat yaitu kualifikasi akademik dan penguasaan kompetensi

sebagai guru. Sedangkan menurut Trianto (2007:9) sertifikat pendidik adalah

surat keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan

yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memiliki

kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimum sebagai

agen pembelajaran. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses

pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk

melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan tertentu setelah uji kompetensi

yang telah diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Mulyasa, 2007:34).

Dengan demikian dapat disimpulkan sertifikasi adalah suatu bukti

pengakuan sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki oleh seorang pendidik

dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada suatu satuan pendidikan tertentu,

setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi yang dilakukan oleh

(30)

Adapun tujuan sertifikasi menurut Wibowo dan Mulyasa (2007:30)

mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasii adalah (1) melindungi pendidik atas

pendidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten

sehingga tidak merugikan pendidik. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan

Nasional mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasi adalah (1) menentukan

kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, (2)

meningkatkan proses dan hasil pendidik, (3) mempercepat terwujudnya tujuan

pendidikan nasional.

Manfaat sertifikasi diungkapkan Mulyasa (2007:35) yaitu pengawasan dan

penjaminan mutu tenaga kependidikan dalam rangka pengembangan kompetensi,

pengembangan karir tenaga kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan

program pelatihanyang lebih bermutu.

Dari uraian di atas tampak bahwa kompetensi guru merupakan gambaran

kemampuan guru yang melalui pengetahuan, ketrampilan dan perilaku guru yang

harus dikuasai agar dapat menjalankan tugas secara profesional.

Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UU No. 14 pasal 10). Empat

kompetensi tersebut diamanatkan dalam UU merupakan standar kompetensi yang

harus dikuasai guru. Diharapkan dengan kompetensi tersebut guru dapat

melaksanakan tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesional yaitu sebagai

(31)

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola peserta didik yang

meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan

berakhlak mulia. Guru dalam melaksanakan tugasnya misal bersikap terbuka,

kritis untuk mengaktualisasikan penguasaan isi bidang studi.

Kompetensi sosial yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik,

orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar tentang kependidikan.

Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik

memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam standar nasional

pendidikan.

D. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa Yunani adalah ‘paedagogie’, yang terdiri dari

kata ‘pais’ yang artinya anak dan ‘again’ diterjemahkan membimbing. Jadi

paedagogie adalah bimbingan yang diberikan kepada anak. Banyak tokoh

pendidikan yang mengartikan kata pendidikan (Ahmadi, 1991:68-72) antara lain

(32)

a. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental

secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

b. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa

anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

c. Ki Hajar Dewantara

Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak

agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai

keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

d. Driyarkara mengartikan pendidikan sebagai hidup bersama dalam kesatuan

tritunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai dengan mana

dia bisa berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia

purnawan.

Menurut Idris (1981:9) pendidikan adalah serangkaian kegiatan

komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik

secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka

memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam artian

supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi

manusia yang bertanggung jawab.

Pendidikan secara luas dapat didefinisikan sebagai sebuah proses

(33)

pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai kebutuhan (Syah,1995;10).

Dari definisi ini unsur pokok yang dapat kita simpulkan bahwa, pendidikan

adalah sebuah proses. Oleh karena itu pendidikan akan berlangsung secara

terus menerus selama seseorang itu masih hidup. Artinya seseorang dapat saja

memperoleh pendidikan secara formal, namun ia memperoleh melalui

pengalaman dalam kehidupannya atau secara informal.

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai

dan kemampuan yang dikembangkan. Ada 3 jenis pendidikan dalam

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional ini.

a. Pendidikan formal

Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

tinggi. Misalnya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi

b. Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya

berbentuk kursus-kursus.

c. Pendidikan informal

(34)

Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai

empat macam program pendidikan guru (Sahertian, 1994 : 68) yaitu

sebagai berikut.

1) Program gelar yang melalui jenjang Sarjana (S1) dengan lama studi

4-7 tahun.

2) Program Pasca Sarjana dengan lama studi 6-9 Tahun (S2)

3) Program Doktor dengan lama studi 8-11 tahun (S3)

4) Program Non Gelar (program diploma) dengan rincian sebagai

berikut :

a) program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun

b) program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun

c) program Diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun

Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada mereka

yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan

mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta mengajar ini terdiri

atas:

1. Akta I sebanyak 20 sks selama dua semester.

2. Akta II sebanyak 20 sks dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah

memperoleh 60 sks dalam bidang non kependidikan.

3. Akta III sebanyak 20 sks yang dapat ditempuh selama dua semester

(35)

4. Akta IV dengan beban kredit 20 sks ditempuh selama dua semester setelah

memiliki 120 sks dalam bidang studi non kependidikan.

5. Akta V dengan beban kredit 20 sks bagi mereka yang telah memiliki 160

sks bidang studi di luar kependidikan.

Pendidikan dalam berbagai bentuknya, disadari atau tidak, cenderung akan

mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir maupun bersikap. Selain itu,

sesuai dengan perkembangan zaman, pasar kerja dewasa ini lebih

mendahulukan calon tenaga dengan kualifikasi pendidikan formal yang relatif

tinggi.

E. Status Guru

Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang bertanggung jawab

dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam

hubungannya dengan guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang diberikan

kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta

atas kemampuan mereka dalam melakukannya dan persyaratan kerja, penggajian

serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan kepada mereka

dibandingkan dengan golongan-golongan karya lainnya.

Menurut Sahertian (1994:10) yang dimaksud dengan status guru adalah

kedudukan guru dilihat dari prototipenya dalam suatu sistem sosial. Di dalam

(36)

1. Guru Negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi

milik pemerintah, guru yang diperkerjakan di suatu instansi swasta tetapi tetap

digaji oleh negara.

2. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji

oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat dibedakan

menjadi beberapa kelompok seperti :

- Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan atau

lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum mengajar

penuh atau dapat dikatakan sebagai guru Bantu;

- Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan

sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan;

- Guru Tidak Tetap Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh

yayasan tetapi statusnya belum tetap.

F. Masa kerja Guru

Menurut Hasibun (2001:93) kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani dan

pikiran untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa dengan memperoleh

imbalan prestasi tertentu. Masa kerja adalah waktu yang telah ditempuh tenaga

kerja dalam melaksanakan pengorbanan. Menurut Moh. As’ad (1986:5) masa

kerja adalah lamanya waktu seseorang bekerja dalam organisasi atau perusahaan.

(37)

sebagai seorang guru. Lama menjalani profesi guru akan menyebabkan

perbedaan kualitas dalam segala hal. Berdasarkan uraian diatas maka dapat

diambil kesimpulan bahwa, masa kerja adalah lamanya waktu seseorang bekerja

dalam organisasi atau perusahaan.

G. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan

Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima,

mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya

melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa

yang diinderakan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik

untuk guru dan dosen sebagai bukti formal pengakuan sebagai tenaga

profesional.

Tingkat pendidikan masyarakat adalah tingkat pendidikan formal

tertinggi yang dicapai oleh seseorang. Tingkat pendidikan formal yang dicapai

akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang yaitu pengaruh pada

tingkat penguasaan pengetahuan yang berpengaruh pada jenjang pekerjaan

formal dan status sosial dalam masyarakat. Seorang guru yang mempunyai

tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai persepsi terhadap

sertifikasi guru yang berbeda dengan guru yang mempunyai tingkat

(38)

2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Status Guru

Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima,

mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya

melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa

yang diinderakan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik

untuk guru dan dosen sebagai bukti formal pengakuan sebagai tenaga

profesional.

Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam hubungannya dengan

guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang diberikan kepada mereka,

sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas

kemampuan mereka dalam melakukannya dan persyaratan kerja, penggajian

serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan kepada mereka.

Status guru yang bekerja di suatu instansi atau sekolah baik negeri maupun

swasta mempunyai status yang berbeda-beda. Ada guru swasta yang berstatus

sebagai guru tetap tetapi ada juga yang berstatus diperkerjakan oleh

pemerintah dan ada guru yang masih berstatus honorer. Demikian juga

guru-guru yang bekerja di sekolah negeri ada yang sudah menjadi guru-guru tetap, ada

yang masih menjadi guru tidak tetap dan ada yang menjadi guru bantu atau

guru honorer. Dari segi inilah persepsi setiap guru ditinjau dari statusnya akan

(39)

3. Persepsi guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Masa Kerja Guru.

Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima,

mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya

melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa

yang diinderakan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik

untuk guru dan dosen sebagai bukti formal pengakuan sebagai tenaga

profesional.

Masa kerja guru adalah lamanya seseorang menjalani profesinya

sebagai seorang guru. Tentu saja selama menjalani profesinya itu akan ada

banyak hal yang dihadapinya, dalam hal ini misalnya adanya undang-undang

tentang guru dan dosen. Seseorang yang baru saja menjadi guru dengan

seseorang yang sudah lama menjalani profesinya sebagai seorang guru akan

memiliki perbedaan cara pandang mengenai sertifikasi tersebut.

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan yang didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data (Sugiyono, 1999; 51). Dalam penelitian ini dirumuskan

suatu hipotesis sebagai berikut.

1. Ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari

(40)

2. Ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari status

guru.

3. Ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari lama

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian tentang subjek

tertentu dimana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya

berlaku pada subjek yang diteliti (Sevilla, 1993:73).

B Tempat Waktu dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian yaitu SMA N 1 Bantul, SMA N 1

Sedayu dan SMA N 1 Kasihan di Kabupaten Bantul

2. Waktu Penelitian

Waktu untuk penelitian ini yaitu pada bulan Agustus 2007.

C Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru-guru SMA Negeri di Kabupaten Bantul

2. Objek Penelitian

(42)

D Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan subjek penelitian. (Sugiyono,

2003:55). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua

guru-guru di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan di

Kabupaten Bantul

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah keseluruhan populasi yang dipilih

dan dianggap mewakili keseluruhan. Dalam penelitian ini, teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 1999:78).

Adapun pertimbangan pengambilan sampel penelitian ini adalah responden

yang memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi, berstatus pegawai tetap

dan memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun disekolah negeri. Jumlah sampel

penelitian ini adalah 75 guru.

Peneliti menetapkan sampel penelitian adalah guru di SMA N 1

Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan. Berikut daftar sekolah tempat

(43)

Daftar Tempat Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik, ciri, sifat, watak, milik atau

keadaan yang melekat pada beberapa subjek, orang atau barang yang dapat

berbeda-beda intensitas, banyak atau kategorinya. Variabel penelitian adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya (Sugiyono 1999:32). Dalam penelitian ini variabel

yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

a. Variabel Terikat adalah persepsi guru mengenai sertifikasi

b. Variabel Kategorial dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, status

dan masa kerja guru

2. Pengukuran Variabel

a. Variabel persepsi guru mengenai sertifikasi digunakan pengukuran berupa

pernyataan - pernyataan tentang sertifikasi dengan menggunakan skala

(44)

pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena

sosial. Skala pengukuran dari model likert dengan alternatif jawaban

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS) dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing pertanyaan kemudian

dinyatakan dalam 5 (lima) skala pendapat yaitu pertanyaan positif diberi

skor SS (5), S (4), RR(3). TS (2) dan STS (1) sedangkan untuk pertanyaan

yang bersifat negatif SS (1), S (2), RR (3). TS (4), STS (5). Kuesioner ini

disusun untuk memperoleh informasi persepsi guru mengenai sertifikasi.

Dalam kuesioner variabel tingkat pendidikan, status guru dan masa kerja

guru akan digunakan untuk identitas responden. Variabel persepsi guru

terhadap sertifikasi guru dibuat kisi-kisi kuesioner sebagai berikut.

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner

Variabel Indikator No Butir

Persepsi

3. Berkepribadian mantap dan dapat menjadi teladan 4. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan

efisien

5. Menguasai Materi

6. Sertifikasi dilaksanakan oleh LPTK (Lembaga Pelatihan Tenaga Kependidikan) tertentu yang ditunjuk pemerintah

7. Sertifikasi harus menjelaskan keadaan yang sebenarnya

8. Uji sertifikasi harus terbuka

9. Harus dapat dipertanggungjawabkan oleh guru yang memilikinya

10. Setiap guru yang mempunyai sertifikat mendapat kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu

(45)

12. Meningkatkan kompetensi atau pengembangan profesi materi

21

b. Variabel tingkat pendidikan guru

- ≤ D3 Skor 1

- PT (D4 - S2) Skor 2

c. Variabel status guru

- Guru Tidak tetap Skor 1

- Guru Tetap Skor 2

d. Masa Kerja Guru

- ≤ 20 Tahun Skor 1

- > 20 Tahun Skor 2

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan

sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang diberikan pada responden untuk diisi

dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan

dokumen-dokumen tertulis yang tersedia di sekolah sebagai sumber datanya

(46)

I. Pengujian Instrumen

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah kesamaan antara data yang terkumpul dengan data

yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid

berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu

valid. (Sugiyono, 1997). Pengujian validitas ini menggunakan rumus korelasi

product moment (Arikunto, 2002:146).

X = nilai skor masing-masing item Y = nilai skor seluruh item

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan

tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya hasil

koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product Moment

pada tabel. Jika hasil rhitung lebih besar dari pada rtabel maka butir soal tersebut

dapat dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya.

Uji validitas ini menggunakan responden 30 diluar sampel penelitian

dimana db = n-2. Derajat kebebasan ini sebesar 28 (30-2) sehingga didapat

(47)

program komputer SPSS 12.0 for windows. Adapun rangkuman dari hasil

penelitian validitas adalah sebagai berikut.

a. Hasil pengujian validitas untuk variabel persepsi guru terhadap sertifikasi

tampak pada tabel.

disimpulkan bahwa semua butir soal pernyataan persepsi guru terhadap

(48)

2. Pengujian Reliabilitas

Instrumen penelitian yang adalah instrumen bila digunakan

berkali-kali akan menghasilkan data yang sama. (Sugiyono,1997). Uji reliabilitas

digunakan untuk menunjukkan tingkat keandalan kuesioner dalam penelitian.

Yang dicari dengan persamaan Alpha Cronbach:

(

)



k = banyaknya butir pertanyaan

2

Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel jika rhitung lebih besar dari rtabel

pada taraf siginifikansi 5%. Sebaliknya suatu instrumen penelitian dikatakan

tidak reliabel jika rhitung lebih kecil dari rtabel. Perhitungan reliabilitas ini

dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 12.0 for windows. Dari

hasil pengujian instrumen diperoleh rhitung variabel persepsi guru mengenai

sertifikasi guru yaitu 0,893 sedangkan rtabel dengan taraf signifikan 5% sebesar

0,239 maka kuesioner tersebut dapat dipercaya dan dapat diandalkan sebagai

alat ukur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rangkuman hasil pengujian

(49)

Tabel 3.2

Rangkuman hasil pengujian reliabilitas

Variabel r hitung r tabel Keterangan

Persepsi Guru terhadap Sertifikasi 0,893 0,239 andal

Sumber: data penelitian diolah

Untuk dapat memberikan interpretasi koefisien korelasi maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel berikut (Sugiyono, 1999; 183).

Tabel 3.3

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

Berdasarkan hasil pengujian, intrepretasi terungkap bahwa persepsi guru terhadap sertifikasi adalah sangat kuat.

H. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Persyaratan Analisis

Untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang tepat, diperlukan analisis

data yang benar, sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dilakukan uji

persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas .

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan

dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui hal

tersebut digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov (Sugiyono 1999; 225)

(50)

Keterangan :

D maksimum = Deviasi maksimum

Sn(x1) = Distribusi kumulatif yang ditentukan

Sn(x2) = Distribusi kumulatif yang diobservasi

Jika nilai asymp. Sig. (2 tailed) > taraf nyata 0,05 maka Ho diterima

atau distribusi data dikatakan normal. Pengujian normalitas data dilakukan

perkelompok sampel.

b.Uji Homogenitas

Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi

yang berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap

populasi. Uji T-Test adalah metode yang dipakai, selain untuk mengetahui

perbedaan persepsi guru terhadap persepsi guru, sekaligus dapat juga

digunakan untuk melihat homogenitasnya.

2. Pengujian Hipotesis

a. Perumusan hipotesis

1) Perbedaan persepsi guru terhadap setifikasi ditinjau dari tingkat

pendidikan.

Ho1: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari

tingkat pendidikan.

(51)

Ha1: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari

tingkat pendidikan.

2) Perbedaan persepsi guru terhadap setifikasi ditinjau dari status guru

Ho2: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari

status guru.

Ha2: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status

guru.

3) Perbedaan persepsi guru terhadap setifikasi ditinjau dari masa kerja guru

Ho3: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari

masa kerja.

Ha3: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa

kerja.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t

tabel dengan taraf signifikan α = 0,05 dengan db = n – 2.

Berikut ditetapkan rumus perhitungan nilai t

r n r thit

− − =

1 2

Pengambilan keputusan :

(52)

LEMBAR KUESIONER

A. BAGIAN I

Berilah tanda lingkaran (o) pada alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan

anda serta isilah pada bagian bertitik-titik.

Nama Responden :………( bila tidak berkeberatan)

Berilah tanda silang (x) pada jawaban anda yang paling sesuai dengan keadaan

anda untuk pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :

1. Tingkat pendidikan terakhir Anda :

a. ≤ D3

b. PT ( D4/S1 - S2 )

2. Status Kepegawaian Anda di Sekolah ini :

a. Guru Tetap

b. Guru Tidak Tetap

3. Lama Anda Bekerja di Sekolah ini :

a. ≤ 20 tahun

(53)

B. BAGIAN II

2. Sertifikasi tidak mensyaratkan tingkat pendidikan sebagai tolok ukurnya.

3.

Dalam sertifikasi bahwa guru dituntut harus mampu membuat rencana pembelajaran adalah tuntutan yang realistis

4.

Dalam sertifikasi bahwa guru dituntut harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi adalah tuntutan yang realistis

5.

Dalam sertifikasi bahwa guru dituntut harus mampu mengevaluasi hasil pembelajaran dengan benar adalah tuntutan yang realistis

6. Sertifikasi diikuti oleh guru-guru yang berkepribadian baik dalam mengajar

7.

Sertifikasi diikuti oleh guru-guru yang yang memiliki perilaku baik dan harus dapat dijadikan teladan bagi anak didiknya

8.

Sertifikasi hanya di peruntukkan bagi guru yang memiliki kemampuan menyampaikan materi secara benar adalah peraturan yang dapat diterima.

9.

(54)

10.

Sertifikasi hanya di peruntukkan bagi guru yang memiliki kemampuan menjawab setiap pertanyaan mengenai materi pelajaran merupakan aturan yang dapat diterima

11.

Sertifikasi hanya diikuti oleh guru – guru yang memiliki wawasan tambahan tentang materi pelajaran selain dari buku pelajaran adalah peraturan yang dapat diterima

12.

Sertifikasi dilaksanakan oleh LPTK (Lembaga Pelatihan Tenaga Kependidikan) tertentu yang ditunjuk pemerintah.

13. Sertifikasi dapat mengukur kemampuan sebenarnya yang dimiliki guru berkaitan dengan profesinya 14. Uji sertifikasi dilaksanakan secara terbuka. 15. Uji sertifikasi tidak memungkinkan praktek KKN.

16.

Hasil uji sertifikasi guru harus dapat dipertanggungjawabkan oleh guru yang memilikinya.

17.

Setiap guru yang memiliki sertifikasi memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu.

18. Dengan sertifikasi, guru memperoleh perlindungan atas kemampuan intelektualnya

19. Guru dalam menjalankan tugasnya akan merasa aman dengan adanya sertifikasi

20.

Pemerintah berkewajiban menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidikan.

(55)
(56)

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi data

1. Deskripsi Responden

a Tingkat Pendidikan

Berikut ini disajikan tabel deskripsi data tingkat pendidikan

responden.

Tabel 4.1

Deskripsi responden dilihat dari tingkat pendidikan guru

Tingkat Pendidikan frekuensi Frekuensi kumulatif (%)

≤ D3 15 20 %

PT (D4 - S2) 60 80 %

Jumlah 75 100 %

Sumber: data penelitian diolah

Dari data responden menunjukkan bahwa sebagian besar

responden tingkat pendidikannya Perguruan Tinggi (D4-S2) sebanyak

60 orang dengan frekuensi kumulatif 80 %.

b Status Guru

Berikut ini disajikan tabel deskripsi data status responden.

Tabel 4.2

Deskripsi responden dilihat dari status guru

Status Guru frekuensi Frekuensi kumulatif (%)

Guru Tidak Tetap 18 24 %

Guru Tetap 57 76 %

Jumlah 75 100 %

(57)

responden status gurunya sebagai guru tetap sebanyak 57 orang

dengan frekuensi kumulatif 76 %.

c Masa Kerja Guru

Tabel 4.3

Deskripsi responden dilihat dari masa kerja guru

Masa Kerja Guru frekuensi Frekuensi kumulatif (%)

≤ 20 Tahun 34 45, 33 % > 20 Tahun 41 54, 67 %

Jumlah 75 100 %

Sumber: data penelitian diolah

Dari data responden menunjukkan bahwa sebagian besar

responden lama bekerja sebagai guru lebih 20 tahun sebanyak 41

orang dengan frekuensi kumulatif 54, 67 %.

2. Deskripsi variabel penelitian

Dalam memberikan penilaian masing-masing variabel digunakan

Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II (Ig Masidjo, 1995:157).

a. Persepsi Guru terhadap sertifikasi

(58)

Skor-Dari data diketahui skor tertinggi = 105 dan skor terendah = 21 dengan

mean = 80,75; median = 81,00; modus = 82; dan standar deviasi = 7,976.

Berdasarkan kategori penilaian diatas maka pada perhitungan 76 – 89

(lihat lampiran 5) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Persepsi

Guru terhadap sertifikasi dikatakan tinggi.

B. Analisis data

a. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau

tidaknya bukti-bukti data variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru,

tingkat pendidikan, status guru dan masa kerja guru. Normalitas dapat dilihat

berdasarkan kelompoknya. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas

berdasarkan uji sampel dari Kolmogorv Smirnov.

1) Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat pendidikan Guru

Tabel 4.4

(59)

lebih besar dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi

data variabel persepsi guru terhadap sertifikasi menurut tingkat

pendidikan rendah maupun tingkat pendidikan tinggi adalah normal.

2) Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru

Tabel 4.5

asymptotics significance = 0,320, kelompok status guru tetap nilai

asymptotics significance = 0,644. Oleh karena kedua nilai tersebut lebih

besar dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data

variabel persepsi guru terhadap sertifikasi menurut status guru tidak tetap

(60)

Tabel 4.6

Pada tabel 4.6 di atas kelompok masa kerja guru kurang dari 20 tahun diperoleh

nilai asymptotics significance = 0,431, kelompok masa kerja guru lebih

dari 20 tahun nilai asymptotics significance = 0,507. Oleh karena kedua

nilai tersebut lebih besar dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa distribusi data variabel persepsi guru terhadap sertifikasi menurut

masa kerja guru kurang dari 20 tahun maupun lebih dari 20 tahun adalah

normal.

b. Pengujian Homogenitas

Uji T-Test adalah metode yang dipakai, selain untuk mengetahui

perbedaan persepsi guru terhadap persepsi guru, sekaligus dapat juga

digunakan untuk melihat homogenitasnya.

1) Persepsi Guru Menurut Tingkat pendidikan Guru

Pada tabel 4.7 hal 39 diperoleh F 0.013 , Sig. (2 tailed) 0.910

Kesimpulan : Oleh karena AsympSig.(2 tailed) 0.910 > 0.05 maka dapat

(61)

Pada tabel 4.8 hal 40 diperoleh F 0.001 , Sig. (2 tailed) 0.982

Kesimpulan : Oleh karena Asymp Sig.(2 tailed) 0.982 > 0.05 maka dapat

disimpulkan varians tidak homogen.

3) Persepsi Guru Menurut Masa Kerja Guru

Pada tabel 4.9 hal 41 diperoleh F 0.943 , Sig. (2 tailed) 0.335

Kesimpulan : Oleh karena Asymp Sig.(2 tailed) 0.335 > 0.05maka dapat

disimpulkan varians tidak homogen.

C. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian hipotesis I

a. Rumusan hipotesis

Ho1 : Tidak ada perbedaan antara persepsi guru terhadap sertifikasi guru

ditinjau dari tingkat pendidikan.

Ha1 : Ada perbedaan antara persepsi guru terhadap sertifikasi guru

ditinjau dari tingkat pendidikan.

b. Hasil pengujian hipotesis

Uji T-Test digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru

terhadap sertifikasi. Namun sekaligus dapat juga untuk melihat

homogenitasnya. Oleh karena tidak ada kesamaan atau tidak homogen

maka membuat penggunaan varians sebaiknya menggunakan equal

variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama). Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat hasil uji T-Test untuk persepsi guru terhadap

(62)

Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Guru

,013 ,910 2,181 73 ,032 4,900 2,246 ,423 9,377

2,161 21,309 ,042 4,900 2,268 ,188 9,612

Equal variances

tingkat pendidikan dengan equal variance not assumed (diasumsikan

kedua varians tidak sama) adalah 2,161 dengan nilai asymp. Sig. (2

tailed) adalah 0,042. Oleh karena asymp. Sig. (2 tailed) < 0,05, maka Ho1

ditolak yang artinya persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari

tingkat pendidikan benar-benar berbeda, dalam arti guru yang

mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi (PT/ D4 – S2) dibandingkan

dengan guru yang mempunyai tingkat pendidikan rendah (< D3)

persepsinya berbeda mengenai sertifikasi. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru

terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.

2. Pengujian hipotesis II

a. Rumusan hipotesis

Ho2 : Tidak ada perbedaan antara persepsi guru terhadap sertifikasi

ditinjau dari status guru.

(63)

b. Hasil pengujian hipotesis

Uji T-Test digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru

terhadap sertifikasi. Namun sekaligus dapat juga untuk melihat

homogenitasnya. Oleh karena tidak ada kesamaan atau tidak homogen

maka membuat penggunaan varians sebaiknya menggunakan equal

variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama). Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat hasil uji T-Test untuk persepsi guru terhadap

sertifikasi ditinjau dari status guru berikut.

Tabel 4.8 Hasil Uji T-Test

Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru

Group Statistics

,001 ,982 2,781 73 ,007 5,743 2,065 1,628 9,858

2,808 29,016 ,009 5,743 2,045 1,561 9,925

Equal variances

dengan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan kedua varians tidak

sama) adalah 2,808 dengan nilai asymp. Sig. (2 tailed) adalah 0,009.

Oleh karena asymp. Sig. (2 tailed) < 0,05, maka Ho2 ditolak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara

(64)

a. Rumusan hipotesis

Uji T-Test digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru

terhadap sertifikasi. Namun sekaligus dapat juga untuk melihat

homogenitasnya. Dan karena tidak ada kesamaan atau tidak homogen

maka membuat penggunaan varians sebaiknya menggunakan equal

variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama). Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat hasil uji T-Test untuk persepsi guru terhadap

sertifikasi ditinjau dari masa kerja guru berikut.

Tabel 4.9 Hasil Uji T-Test

Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Masa Kerja Guru

Group Statistics

,943 ,335 1,248 73 ,216 2,303 1,845 -1,375 5,980

1,221 62,279 ,227 2,303 1,886 -1,467 6,072

Equal variances

Terlihat bahwa t hitung untuk persepsi guru ditinjau dari masa kerja guru

Gambar

Tabel 3.1 Rangkuman hasil pengujian validitas
Tabel 3.2 Rangkuman hasil pengujian reliabilitas
tabel dengan taraf signifikan α  = 0,05 dengan db = n – 2.
Tabel 4.1 Deskripsi responden dilihat dari tingkat pendidikan guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa rapat Panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Jalur Intake DIII universitas Anda-las tanggal 12 Juni 2017,

Dengan pengembangan model yang dilakukan yaitu koordinasi rantai pasok desentralisasi untuk lead time yang terkontrol dengan menggunakan mekanisme revenue sharing akan

[r]

(peNakilan tetap) dari berbagai negara anggota van8 berasal dari organissi ini telah berkenb g Misinisinya, Pada unuhnva, scbagai. p€nghnbug &amp;taJa negara negara

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ethical leadership berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi di panti asuhan yang berada di bawah Dinas Sosial

Model YPR ini pada prinsipnya adalah suatu model keadaan tetap (steady state model), yaitu, model yang menggambarkan keadaan stok dan hasil tangkapan dimana.. pola