PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS,
DAN MASA KERJA GURU
Studi Kasus: Guru-guru SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan
Putri Prasetya Yuwana Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari: tingkat pendidikan, status guru, dan masa kerja guru.
Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Hasil pengujian validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment menunjukkan nilai dari rhitung lebih besar
dari rtabel sedangkan uji reliabilitasnya memakai rumus alpha cronbach menunjukkan nilai
dari rhitung = 0, 893 lebih besar dari rtabel = 0,239. Dari populasi sejumlah 135 guru, diambil
sampel 75 responden dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji T.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan (asymp. Sig. = 0,042), (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru (asymp. Sig = 0,009), (3) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja (asymp. Sig. = 0,227).
TEACHERS PERCEPTION TOWARDS CERTIFICATION VIEWED FROM TEACHERS EDUCATION, STATUS, AND LENGTH OF SERVICE. A Case Study at Senior High School Teacher in SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu,
and SMA N 1 Kasihan
This research aims to know if there was any diference about teacher’s perception on certification, viewed from teacher’s education, ststus, and length of service.
This research was conducted at SMA 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, and SMA N 1 Kasihan. The data were collected by using questionairs. The result of validity testing, using product moment correlation formula, showed that the value of rhitung was higher than rtabel, while the reliability testing, using alpha crobach formula showed that the value of
correlated coefficient value = 0,893 was higher than rtabel, =0,239. The population of
teachers was 135, while the chosen sample was 75 respondents among them, and the sampling tecnique was purposive sampling. The data analysis data used T Test.
DAN MASA KERJA GURU
Studi Kasus: Guru-guru SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan di Kabupaten Bantul
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Putri Prasetya Yuwana
021334110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MATIUST7T:T7T
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan
mendapat; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu
akan dibukakan bagimu.
FILIPIT4:13T
Segala Perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.
FILIPIT4;6T
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepadaNya dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur.
Kupersemb Kupersemb Kupersemb
Kupersembahkan karya ini untuk :ahkan karya ini untuk :ahkan karya ini untuk :ahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga
Cbu dan saudari saudariku terkasih Cbu dan saudari saudariku terkasih Cbu dan saudari saudariku terkasih Cbu dan saudari saudariku terkasih
Orang orang yang selalu dekat dihatiku Orang orang yang selalu dekat dihatiku Orang orang yang selalu dekat dihatiku Orang orang yang selalu dekat dihatiku
Almamaterku Universitas Sanata Dharma Almamaterku Universitas Sanata Dharma Almamaterku Universitas Sanata Dharma
Almamaterku Universitas Sanata Dharma ---- Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta
Puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa di Surga Tuhan Yesus Kristus, karena
berkat kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dan
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Akuntansi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketu Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Trimakasih untuk pelajaran
dan pengalaman hidupnya.
4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan
keterbatasan waktunya selalu berusaha sabar membimbing, memberikan koreksi,
kritikan, masukan dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran dalam melengkapi skripsi ini.
6. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran dalam melengkapi skripsi ini.
7. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. yang selalu tidak bosen memberikan semangat
semua.
9. Mbak Wiwik dan Mbok Yem yang selalu memberikan semangat, doa dan cinta
dengan tulus ikhlas.
10.Buat mbak, mas, -ku gedhe : mbak Agnes, Mas Agus, Mas Antok, yang telah
banyak membantu kelancaran selama penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk
panggilan “Adiknya”, terima kasih untuk semua pengalaman yang boleh aku
dapatkan bersama kalian.
11.Sahabat-sahabatku terutama Sarida Putri dan Esthi yang selalu memberikan
semangat dan membantu di masa-masa sulitku.
12.Teman-teman kuliahku : Nina “Kokom”, Herlina “Cipluk”, Dian “Sastro
Wardoyok”, Thomas ”Tomblok”, Banu juga teman-teman PAK’02 yang selalu
mendukung, menemani, serta memberikan saran dan kritik.
13.Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran
membangun sangat penulis harapkan.Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
dimanfaatkan bagi semua pihak.
Yogyakarta, 12 Oktober 2009
PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS,
DAN MASA KERJA GURU
Studi Kasus: Guru-guru SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan
Putri Prasetya Yuwana Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari: tingkat pendidikan, status guru, dan masa kerja guru.
Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Hasil pengujian validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment menunjukkan nilai dari rhitung lebih besar
dari rtabel sedangkan uji reliabilitasnya memakai rumus alpha cronbach menunjukkan nilai
dari rhitung = 0, 893 lebih besar dari rtabel = 0,239. Dari populasi sejumlah 135 guru, diambil
sampel 75 responden dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji T.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan (asymp. Sig. = 0,042), (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru (asymp. Sig = 0,009), (3) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja (asymp. Sig. = 0,227).
TEACHERS PERCEPTION TOWARDS CERTIFICATION VIEWED FROM TEACHERS EDUCATION, STATUS, AND LENGTH OF SERVICE.
A Case Study at Senior High School Teacher in SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, and SMA N 1 Kasihan
This research aims to know if there was any diference about teacher’s perception on certification, viewed from teacher’s education, ststus, and length of service.
This research was conducted at SMA 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, and SMA N 1 Kasihan. The data were collected by using questionairs. The result of validity testing, using product moment correlation formula, showed that the value of rhitung was higher than rtabel, while the reliability testing, using alpha crobach formula showed that the value of
correlated coefficient value = 0,893 was higher than rtabel, =0,239. The population of
teachers was 135, while the chosen sample was 75 respondents among them, and the sampling tecnique was purposive sampling. The data analysis data used T Test.
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
C. Hipotesis Penelitian ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... 24
A. Jenis Penelitian ………... 24
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….... 24
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 24
D. Populasi dan Sampel Penelitian ...……….... 25
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ………. 26
F. Teknik Pengumpulan Data ………. 28
G. Pengujian Instrumen Penelitian ………. 29
1. Pengujian Prasyarat Analisis ……… 32
a. Uji Normalitas ……… ... 32
b. Uji Homogenitas ………... 33
c. Pengujian Hipotesis... 33
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……… 35
A. Deskripsi Data ……… 35
1. Deskripsi Responden Penelitian ………. 35
a. Tingkat Pendidikan ……….. 35
b. Status Guru ……….. 35
c. Masa kerja Guru ………. 36
2. Deskripsi Variabel Penelitian ……… ……….. 36
B. Analisis Data ………. 37
1. Pengujian Persyaratan Analisis………... 37
a. Uji Normalitas ……… 38
b. Uji Homogenitas……… 39
C. Pengujian Hipotesis ……….. 40
D. Pembahasan ………...….. …… 44
BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. ………..47
B. Keterbatasan Penelitian ……….49
C. Saran-Saran ……… 49
Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Pengujian Validitas ………….……….. 30 Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas……… 32 Tabel 3.3 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Korelasi..………….. 32 Tabel 4.1 Deskripsi Responden Dilihat Dari Tingkat Pendidikan Guru…. 35 Tabel 4.2 Deskripsi Responden Dilihat Dari Status Guru………..…. 35 Tabel 4.3 Deskripsi Responden Dilihat Dari Masa Kerja Guru……….…. 36 Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Menurut Tingkat Pendidikan
Guru...…….…... 37 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Menurut Status
Guru...…….…... 38 Tabel 4.6 Hasil Pengujian Normalitas Menurut Masa Kerja
Guru...…….…... 39 Tabel 4.7 Hasil Uji T-Test Menurut Tingkat Pendidikan
Guru...…….…... 41 Tabel 4.8 Hasil Uji T-Test Menurut Status
Guru...…….…... 42 Tabel 4.9 Hasil Uji T-Test Menurut Masa Kerja
Lampiran I Kuesioner Penelitian ………... 53
Lampiran II Data Validitas dan Reliabilitas ……….. 55
Lampiran III Uji Validitas dan Reliabilitas ………. 56
Lampiram IV Data Induk Penelitian ………. 57
Lampiran V Uji Normalitas………. ……… 60
Lampiran VI Pedoman Acuan Tipe II………… ………. 61
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan Indonesia saat ini memang masih tergolong rendah bila
dibandingkan dengan negara-negara lain. Data menyebutkan, Indonesia
menduduki peringkat ke-112 dari negara-negara di dunia. Realita menunjukkan
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari tingginya angka
ketidaklayakan mengajar oleh guru-guru di tanah air. Hal ini ditunjukkan oleh
data yang menyebutkan bahwa sekitar 916.475 atau 44,07% dari 2.079.348 orang
tenaga guru sekolah negeri dan swasta di Indonesia tidak memiliki kelayakan
mengajar sebagai akibat tingkat pendidikan dan kompetensi yang rendah. (Suara
Pembaharuan : 8 Februari 2006). Oleh karena itu, kualitas utama yang perlu
diperbaharui adalah tingkat kompetensi guru.
Menyikapi hal tersebut, banyak yang telah dilakukan oleh pemerintah,
diantaranya dengan penyempurnaan kurikulum dan pengesahan Undang-Undang
Guru dan Dosen. Lebih dari itu, undang-undang ini sebenarnya mengarahkan
guru menuju ke profesionalitasnya, bukan hanya sekedar pengaturan tunjangan
kesejahteraan saja. Sebenarnya guru pada saat ini sedang memasuki dunia yang
baru dimana semua guru harus meningkatkan kualitas kinerja sehingga mampu
membawa pendidikan Indonesia bangkit dari keterpurukan. Salah satu unsur yang
Sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan
dosen. Sertifikat ini diberikan kepada guru dan dosen sebagai bukti kualitas calon
pendidik, sehingga setiap orang yang memiliki sertifikat pendidik telah dinilai dan
diyakini mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan melatih peserta
didik. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kualitas calon pendidik
tersebut disebut uji sertifikasi. Sertifikat pendidik diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi
yang disebut LPTK (Lembaga Pelatihan Tenaga Kependidikan) dan ditetapkan
oleh Pemerintah. Sertifikasi ini akan menimbulkan dampak yang positif terhadap
profesi guru di tanah air. Selain kualitasnya meningkat, guru juga mendapat
pengakuan dari pemerintah atas profesinya sebagai guru. Sertifikasi mengajar ini
sangat penting dimiliki oleh para pendidik, karena berdasarkan sertifikat ini guru
dan dosen dinyatakan mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan
melatih peserta didik. Namun kondisi nyata di lapangan menunjukkan, dari 1,6
juta guru di Indonesia tidak satupun yang memegang sertifikasi mengajar.
Banjarmasin Post (1 Januari 2006). Upaya yang harus ditempuh guru untuk
mendapatkan sertifikasi ini cukup sulit karena harus memenuhi beberapa
persyaratan.
Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut UU
No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yaitu “setiap guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi profesi keguruan serta memiliki sertifikat
yaitu minimal mempunyai ijasah D4 atau S1 dalam bidangnya, selain kualifikasi
akademis, guru harus mempunyai kompetensi profesi keguruan yang meliputi
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi ini
berkaitan dengan kemampuan mengajar, membantu siswa belajar dan juga
memberikan teladan hidup pada para siswa. Kompetensi profesi diperoleh melalui
pendidikan profesi keguruan yang minimal terdiri dari 36 SKS setara dengan 12
mata kuliah bidang kependidikan. Sertifikat profesi diberikan kepada guru yang
lulus proses sertifikasi tersebut.
Latar belakang pendidikan guru merupakan kualifikasi akademik yang
dimiliki oleh guru. Semakin tinggi pendidikan guru maka semakin luas wawasan
yang dimiliki oleh guru. Tidak semua guru mempunyai latar belakang pendidikan
yang sama, ada yang menjadi guru dengan tingkat pendidikan D2, ada yang lulus
D3 kemudian menjadi guru dan ada pula yang lulusan S1 atau S2 juga berprofesi
sebagai guru. Perbedaan tingkat pendidikan guru akan menimbulkan cara
pandang guru atau persepsi guru terhadap sertifikasi guru yang berbeda-beda. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan latar belakang pendidikan guru
antara lain karena faktor ekonomi atau keterbatasan biaya, segi umur dan
kurangnya pengetahuan akan pentingnya pendidikan. Contoh guru yang tingkat
pendidikannya D1 dengan S1, cara pandang atau persepsinya terhadap sertifikasi
guru tentunya akan berbeda. Hal ini disebabkan antara lain pengetahuan yang
dimiliki antara tingkat pendidikan D1 dengan tingkat pendidikan S1 juga sudah
terhadap persepsi mereka terhadap sertifikasi guru. Selain itu, status guru yakni
guru tetap dan tidak tetap dalam organisasi sekolah juga akan berpengaruh. Pada
umumnya guru yang sudah berstatus tetap menganggap sertifikasi tidak penting
karena mereka sudah berstatus pegawai tetap. Sebaliknya, pegawai tidak tetap
berpikir sertifikasi itu penting karena melalui uji sertifikasi, keprofesionalitasan
mereka sebagai guru akan mendapat pengakuan sehingga mereka berharap ini
bisa menjadi dasar penilaian agar mereka, selain ditingkatkan kesejahteraannya,
mereka juga dapat diangkat menjadi guru tetap di suatu organisasi sekolah.
Di sisi lain, guru dengan masa kerja lama (senior) dan guru baru (yunior)
akan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap serifikasi guru. Guru dengan
masa kerja lama cenderung memiliki pengalaman dan keahlian dalam mendidik
dibandingkan guru yang masih baru.
Berbagai pertimbangan latar belakang tersebut dapat dilihat melalui realita
yang terjadi dilapangan yaitu, sebagian besar guru yang memiliki masa kerja lebih
dari sepuluh tahun justru belum mengantongi gelar sarjana. Mereka umumnya
diangkat menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan ijasah SMA atau Diploma
1. Sebaliknya, ada sebagian guru yang memiliki masa kerja kurang dari sepuluh
tahun justru malah sudah mengantongi gelar sarjana. Seperti yang terjadi pada
guru SMA Negeri 4 Cilegon, Wahyu - seorang guru muda yang baru saja
diangkat menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) setahun yang lalu. (Media
mengambil judul penelitian tentang “Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru
Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan, Status Guru, dan Masa Kerja Guru”.
B. Batasan Masalah
Ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi guru terhadap sertifikasi
guru. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sertifikasi guru juga ada banyak
aspek. Oleh karena pertimbangan tersebut, maka peneliti membatasi penelitian
pada persepsi guru terhadap sertifikasi guru yang ditinjau dari tingkat pendidikan,
status guru, dan masa kerja guru.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan
diteliti,
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari
tingkat pendidikan guru?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau
dari status guru?
3. Apakah ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari
masa kerja guru?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian ini adalah
sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru
2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru
ditinjau dari status guru.
3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru
ditinjau dari masa kerja guru.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan
yang berkaitan dengan profesi guru.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan kepada para guru
dalam usahanya menjadi guru yang professional.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk
menerapkan disiplin ilmu yang telah diterima di kampus dan menjadikan
bekal nantinya sebagai seorang guru.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong bagi peneliti-peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian pengembangan.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
Persepsi pada hakikatnya adalah proses yang dialami oleh setiap orang dalam
informasi tentang lingkungan, baik lewat pendengaran, penglihatan, penghayatan,
perasaan dan penciuman (Thoha, 1998:138). Persepsi adalah proses penginderaan
manusia tentang obyek lingkungannya dimana ia memproses penginderaan itu pada
diri manusia yang bersangkutan (Wirawan, 1992:47). Kartini (1984:57)
mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses yang berlangsung dalam diri
seseorang terhadap dirinya sendiri maupun kenyataan sosial lainnya dan hal ini dapat
diungkapkan keluar melalui proses komunikasi manusiawi. David Krunch (Blanchard
& Harcey, 235; 1992) menyimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif
yang kompleks yang menghasilkan suatu gambar unik tentang pernyataan yang
barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Menurut Wells & Prensky (1996; 257)
persepsi adalah suatu proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data
indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri.
Menurut Davidoff (1981:232) persepsi adalah suatu proses yang terorganisir,
dan menggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan
disekitarnya, hal ini berkaitan dengan persepsi. Jika ada stimulus yang diterimanya,
individu akan mengalami persepsi. Jadi persepsi merupakan sesuatu yang didahului
dengan penginderaan yang merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat reseptornya (Walgito, 1994: 93).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa persepsi adalah proses memahami, menerima dan mengkoordinasikan,
menginterprestasikan rangsangan lingkungan melalui panca indera, sehingga individu
menyadari dan mengerti yang diinderakan.
Adapun hal –hal yang mempengaruhi persepsi (Walgito, 1954:56) antara lain
sebagai berikut.
1. Pada saat kita senang atau murung kita akan menghasilkan suatu persepsi yang
berbeda tergantung kesadaran kita melihat suatu benda.
2. Ingatan
Indera kita secara teratur menyimpan data – data yang kita terima dalam rangka
untuk memberikan arti, secara terus menerus orang cenderung untuk terus
menerus membanding – bandingkan penglihatan, suara dan penginderaan
lainnya dengan ingatan – ingatan dan pengalaman lalu yang mirip.
3. Proses Informasi
Kita sudah dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan dihadapi
berikutnya dibandingkan dengan situasi yang lalu dan saat itu, lalu akan
B. Guru
Menurut Undang – Undang (UU) No. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen, guru adalah pendidik professional dengan tugas Disegala jaman, guru
memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan peserta didiknya.
Tugas guru sangat berat. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Guru adalah orang yang pekerjaannya atau mata
pencahariannya, profesinya mengajar, (kamus besar Bahasa Indonesia, 1990:228).
Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian
sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi
sebagai guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan
dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu, karena guru merupakan salah
satu komponen dalam proses belajar mengajar. Peranan profesional guru dalam
keseluruhan program pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal.
Menurut Undang-Undang (UU) no 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
guru dalah pendidik dan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal; pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Profesional yang dimaksud adalah pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Secara umum pengertian guru adalah orang yang berprofesi di bidang
pendidikan yang bertugas menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa di
kelas dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Profesi guru merupakan jabatan
atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Adapun peranan
profesional menurut pendapat Sucjipto (1999:2) bahwa peranan profesional
mencakup 3 (tiga) bidang layanan, yaitu layanan instruksional, layanan
administrasi, dan layanan bantuan akademik – sosial - pribadi. Ketiga bidang
layanan itu sekaligus menjadi tugas pokok seorang guru. Pertama,
penyelenggaraan proses belajar mengajar, yang menempati porsi terbesar dari
profesi keguruan. Tugas ini menuntut guru untuk menguasai isi atau materi
bidang studi yang diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi itu,
kemampuan mengemas materi sesuai dengan latar belakang perkembangan dan
tujuan pendidikan, serta menyajikan sedemikian rupa sehingga merangsang murid
untuk menguasai dan mengembangkan materi itu dengan menggunakan
kreativitasnya. Kedua, tugas yang berhubungan dengan membantu murid dalam
belajar pada khususnya, dan masalah-masalah pribadi yang berpengaruh terhadap
keberhasilan belajarnya. Ketiga, guru harus memahami bagaimana sekolah itu
dikelola, apa peranan guru di dalamnya, bagaimana memanfaatkan prosedur serta
mekanisme pengelolaan tersebut untuk kelancaran tugas-tugasnya sebagai guru.
Dilain pihak Mulyasa (2005; 37-65) membagi tugas dan tanggung jawab
(b) tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, (c) tanggung jawab dalam
mengembangkan kurikulum, (d) tanggung jawab dalam mengembangkan profesi,
dan (e) tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat. Sudjana
(2000; 15) mengemukakan bahwa ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu;
(a) guru sebagai pengajar, (b) guru sebagai pembimbing, dan (c) guru sebagai
administrator kelas. Guru dikatakan sebagai staf pengajar karena lebih
menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran.
Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan
kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan
aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu
pengetahuan tetapi juga menyangkut perkembangan kepribadian dan
pembentukan nilai-nilai para siswa. Guru sebagai administrator kelas pada
hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan
ketatalaksanaan pada umumnya. Maka tugas pekerjaan guru di kelas adalah
“membantu siswa belajar”, dengan mengatur proses belajar mengajar serta
menyediakan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Jadi guru dapat
disimpulkan; tidak hanya sebagai seorang “pengajar” saja, tetapi lebih-lebih
seorang “pendidik” dan “manajer proses belajar mengajar” di kelas.
C. Sertifikasi
Di dalam Undang-Undang (UU) No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Sertifikasi dalam sistem pendidikan
guru adalah keseluruhan proses pendidikan guru yang mencakup program
diploma, sarjana, dan pendidikan profesi. Pemberian sertifikat inipun hanya
diberikan kepada mereka yng telah menyelesaikan dengan tuntas seluruh proses
pendidikan tersebut. Adapun sertifikat ini terdiri dari diploma, gelar kesarjanaan,
dan kewenangan mengajar.
Menurut Samana (2006:8) sertifikat pendidik adalah bukti formal dari
pemenuhan 2 syarat yaitu kualifikasi akademik dan penguasaan kompetensi
sebagai guru. Sedangkan menurut Trianto (2007:9) sertifikat pendidik adalah
surat keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan
yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memiliki
kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimum sebagai
agen pembelajaran. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan tertentu setelah uji kompetensi
yang telah diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Mulyasa, 2007:34).
Dengan demikian dapat disimpulkan sertifikasi adalah suatu bukti
pengakuan sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki oleh seorang pendidik
dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada suatu satuan pendidikan tertentu,
setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi yang dilakukan oleh
Adapun tujuan sertifikasi menurut Wibowo dan Mulyasa (2007:30)
mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasii adalah (1) melindungi pendidik atas
pendidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten
sehingga tidak merugikan pendidik. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan
Nasional mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasi adalah (1) menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, (2)
meningkatkan proses dan hasil pendidik, (3) mempercepat terwujudnya tujuan
pendidikan nasional.
Manfaat sertifikasi diungkapkan Mulyasa (2007:35) yaitu pengawasan dan
penjaminan mutu tenaga kependidikan dalam rangka pengembangan kompetensi,
pengembangan karir tenaga kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan
program pelatihanyang lebih bermutu.
Dari uraian di atas tampak bahwa kompetensi guru merupakan gambaran
kemampuan guru yang melalui pengetahuan, ketrampilan dan perilaku guru yang
harus dikuasai agar dapat menjalankan tugas secara profesional.
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UU No. 14 pasal 10). Empat
kompetensi tersebut diamanatkan dalam UU merupakan standar kompetensi yang
harus dikuasai guru. Diharapkan dengan kompetensi tersebut guru dapat
melaksanakan tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesional yaitu sebagai
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia. Guru dalam melaksanakan tugasnya misal bersikap terbuka,
kritis untuk mengaktualisasikan penguasaan isi bidang studi.
Kompetensi sosial yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik,
orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar tentang kependidikan.
Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam standar nasional
pendidikan.
D. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dalam bahasa Yunani adalah ‘paedagogie’, yang terdiri dari
kata ‘pais’ yang artinya anak dan ‘again’ diterjemahkan membimbing. Jadi
paedagogie adalah bimbingan yang diberikan kepada anak. Banyak tokoh
pendidikan yang mengartikan kata pendidikan (Ahmadi, 1991:68-72) antara lain
a. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental
secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
b. Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa
anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
c. Ki Hajar Dewantara
Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
d. Driyarkara mengartikan pendidikan sebagai hidup bersama dalam kesatuan
tritunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai dengan mana
dia bisa berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia
purnawan.
Menurut Idris (1981:9) pendidikan adalah serangkaian kegiatan
komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik
secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka
memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam artian
supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi
manusia yang bertanggung jawab.
Pendidikan secara luas dapat didefinisikan sebagai sebuah proses
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai kebutuhan (Syah,1995;10).
Dari definisi ini unsur pokok yang dapat kita simpulkan bahwa, pendidikan
adalah sebuah proses. Oleh karena itu pendidikan akan berlangsung secara
terus menerus selama seseorang itu masih hidup. Artinya seseorang dapat saja
memperoleh pendidikan secara formal, namun ia memperoleh melalui
pengalaman dalam kehidupannya atau secara informal.
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai
dan kemampuan yang dikembangkan. Ada 3 jenis pendidikan dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional ini.
a. Pendidikan formal
Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Misalnya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi
b. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya
berbentuk kursus-kursus.
c. Pendidikan informal
Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai
empat macam program pendidikan guru (Sahertian, 1994 : 68) yaitu
sebagai berikut.
1) Program gelar yang melalui jenjang Sarjana (S1) dengan lama studi
4-7 tahun.
2) Program Pasca Sarjana dengan lama studi 6-9 Tahun (S2)
3) Program Doktor dengan lama studi 8-11 tahun (S3)
4) Program Non Gelar (program diploma) dengan rincian sebagai
berikut :
a) program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun
b) program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun
c) program Diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun
Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada mereka
yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan
mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta mengajar ini terdiri
atas:
1. Akta I sebanyak 20 sks selama dua semester.
2. Akta II sebanyak 20 sks dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah
memperoleh 60 sks dalam bidang non kependidikan.
3. Akta III sebanyak 20 sks yang dapat ditempuh selama dua semester
4. Akta IV dengan beban kredit 20 sks ditempuh selama dua semester setelah
memiliki 120 sks dalam bidang studi non kependidikan.
5. Akta V dengan beban kredit 20 sks bagi mereka yang telah memiliki 160
sks bidang studi di luar kependidikan.
Pendidikan dalam berbagai bentuknya, disadari atau tidak, cenderung akan
mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir maupun bersikap. Selain itu,
sesuai dengan perkembangan zaman, pasar kerja dewasa ini lebih
mendahulukan calon tenaga dengan kualifikasi pendidikan formal yang relatif
tinggi.
E. Status Guru
Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang bertanggung jawab
dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam
hubungannya dengan guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang diberikan
kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta
atas kemampuan mereka dalam melakukannya dan persyaratan kerja, penggajian
serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan kepada mereka
dibandingkan dengan golongan-golongan karya lainnya.
Menurut Sahertian (1994:10) yang dimaksud dengan status guru adalah
kedudukan guru dilihat dari prototipenya dalam suatu sistem sosial. Di dalam
1. Guru Negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi
milik pemerintah, guru yang diperkerjakan di suatu instansi swasta tetapi tetap
digaji oleh negara.
2. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji
oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat dibedakan
menjadi beberapa kelompok seperti :
- Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan atau
lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum mengajar
penuh atau dapat dikatakan sebagai guru Bantu;
- Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan
sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan;
- Guru Tidak Tetap Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh
yayasan tetapi statusnya belum tetap.
F. Masa kerja Guru
Menurut Hasibun (2001:93) kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani dan
pikiran untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa dengan memperoleh
imbalan prestasi tertentu. Masa kerja adalah waktu yang telah ditempuh tenaga
kerja dalam melaksanakan pengorbanan. Menurut Moh. As’ad (1986:5) masa
kerja adalah lamanya waktu seseorang bekerja dalam organisasi atau perusahaan.
sebagai seorang guru. Lama menjalani profesi guru akan menyebabkan
perbedaan kualitas dalam segala hal. Berdasarkan uraian diatas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa, masa kerja adalah lamanya waktu seseorang bekerja
dalam organisasi atau perusahaan.
G. Kerangka Berpikir
1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan
Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima,
mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya
melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa
yang diinderakan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik
untuk guru dan dosen sebagai bukti formal pengakuan sebagai tenaga
profesional.
Tingkat pendidikan masyarakat adalah tingkat pendidikan formal
tertinggi yang dicapai oleh seseorang. Tingkat pendidikan formal yang dicapai
akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang yaitu pengaruh pada
tingkat penguasaan pengetahuan yang berpengaruh pada jenjang pekerjaan
formal dan status sosial dalam masyarakat. Seorang guru yang mempunyai
tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai persepsi terhadap
sertifikasi guru yang berbeda dengan guru yang mempunyai tingkat
2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Status Guru
Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima,
mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya
melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa
yang diinderakan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik
untuk guru dan dosen sebagai bukti formal pengakuan sebagai tenaga
profesional.
Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam hubungannya dengan
guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang diberikan kepada mereka,
sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas
kemampuan mereka dalam melakukannya dan persyaratan kerja, penggajian
serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan kepada mereka.
Status guru yang bekerja di suatu instansi atau sekolah baik negeri maupun
swasta mempunyai status yang berbeda-beda. Ada guru swasta yang berstatus
sebagai guru tetap tetapi ada juga yang berstatus diperkerjakan oleh
pemerintah dan ada guru yang masih berstatus honorer. Demikian juga
guru-guru yang bekerja di sekolah negeri ada yang sudah menjadi guru-guru tetap, ada
yang masih menjadi guru tidak tetap dan ada yang menjadi guru bantu atau
guru honorer. Dari segi inilah persepsi setiap guru ditinjau dari statusnya akan
3. Persepsi guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Masa Kerja Guru.
Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima,
mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya
melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa
yang diinderakan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik
untuk guru dan dosen sebagai bukti formal pengakuan sebagai tenaga
profesional.
Masa kerja guru adalah lamanya seseorang menjalani profesinya
sebagai seorang guru. Tentu saja selama menjalani profesinya itu akan ada
banyak hal yang dihadapinya, dalam hal ini misalnya adanya undang-undang
tentang guru dan dosen. Seseorang yang baru saja menjadi guru dengan
seseorang yang sudah lama menjalani profesinya sebagai seorang guru akan
memiliki perbedaan cara pandang mengenai sertifikasi tersebut.
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan yang didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono, 1999; 51). Dalam penelitian ini dirumuskan
suatu hipotesis sebagai berikut.
1. Ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari
2. Ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari status
guru.
3. Ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari lama
BAB III
METODE PENELITIAN
A Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian tentang subjek
tertentu dimana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya
berlaku pada subjek yang diteliti (Sevilla, 1993:73).
B Tempat Waktu dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan untuk penelitian yaitu SMA N 1 Bantul, SMA N 1
Sedayu dan SMA N 1 Kasihan di Kabupaten Bantul
2. Waktu Penelitian
Waktu untuk penelitian ini yaitu pada bulan Agustus 2007.
C Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah guru-guru SMA Negeri di Kabupaten Bantul
2. Objek Penelitian
D Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan subjek penelitian. (Sugiyono,
2003:55). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua
guru-guru di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan di
Kabupaten Bantul
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah keseluruhan populasi yang dipilih
dan dianggap mewakili keseluruhan. Dalam penelitian ini, teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 1999:78).
Adapun pertimbangan pengambilan sampel penelitian ini adalah responden
yang memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi, berstatus pegawai tetap
dan memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun disekolah negeri. Jumlah sampel
penelitian ini adalah 75 guru.
Peneliti menetapkan sampel penelitian adalah guru di SMA N 1
Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan. Berikut daftar sekolah tempat
Daftar Tempat Penelitian
Variabel adalah suatu karakteristik, ciri, sifat, watak, milik atau
keadaan yang melekat pada beberapa subjek, orang atau barang yang dapat
berbeda-beda intensitas, banyak atau kategorinya. Variabel penelitian adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya (Sugiyono 1999:32). Dalam penelitian ini variabel
yang akan diteliti adalah sebagai berikut.
a. Variabel Terikat adalah persepsi guru mengenai sertifikasi
b. Variabel Kategorial dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, status
dan masa kerja guru
2. Pengukuran Variabel
a. Variabel persepsi guru mengenai sertifikasi digunakan pengukuran berupa
pernyataan - pernyataan tentang sertifikasi dengan menggunakan skala
pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena
sosial. Skala pengukuran dari model likert dengan alternatif jawaban
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS) dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing pertanyaan kemudian
dinyatakan dalam 5 (lima) skala pendapat yaitu pertanyaan positif diberi
skor SS (5), S (4), RR(3). TS (2) dan STS (1) sedangkan untuk pertanyaan
yang bersifat negatif SS (1), S (2), RR (3). TS (4), STS (5). Kuesioner ini
disusun untuk memperoleh informasi persepsi guru mengenai sertifikasi.
Dalam kuesioner variabel tingkat pendidikan, status guru dan masa kerja
guru akan digunakan untuk identitas responden. Variabel persepsi guru
terhadap sertifikasi guru dibuat kisi-kisi kuesioner sebagai berikut.
Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner
Variabel Indikator No Butir
Persepsi
3. Berkepribadian mantap dan dapat menjadi teladan 4. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien
5. Menguasai Materi
6. Sertifikasi dilaksanakan oleh LPTK (Lembaga Pelatihan Tenaga Kependidikan) tertentu yang ditunjuk pemerintah
7. Sertifikasi harus menjelaskan keadaan yang sebenarnya
8. Uji sertifikasi harus terbuka
9. Harus dapat dipertanggungjawabkan oleh guru yang memilikinya
10. Setiap guru yang mempunyai sertifikat mendapat kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu
12. Meningkatkan kompetensi atau pengembangan profesi materi
21
b. Variabel tingkat pendidikan guru
- ≤ D3 Skor 1
- PT (D4 - S2) Skor 2
c. Variabel status guru
- Guru Tidak tetap Skor 1
- Guru Tetap Skor 2
d. Masa Kerja Guru
- ≤ 20 Tahun Skor 1
- > 20 Tahun Skor 2
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan
sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang diberikan pada responden untuk diisi
dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan
dokumen-dokumen tertulis yang tersedia di sekolah sebagai sumber datanya
I. Pengujian Instrumen
1. Pengujian Validitas
Validitas adalah kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid. (Sugiyono, 1997). Pengujian validitas ini menggunakan rumus korelasi
product moment (Arikunto, 2002:146).
X = nilai skor masing-masing item Y = nilai skor seluruh item
Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan
tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya hasil
koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product Moment
pada tabel. Jika hasil rhitung lebih besar dari pada rtabel maka butir soal tersebut
dapat dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya.
Uji validitas ini menggunakan responden 30 diluar sampel penelitian
dimana db = n-2. Derajat kebebasan ini sebesar 28 (30-2) sehingga didapat
program komputer SPSS 12.0 for windows. Adapun rangkuman dari hasil
penelitian validitas adalah sebagai berikut.
a. Hasil pengujian validitas untuk variabel persepsi guru terhadap sertifikasi
tampak pada tabel.
disimpulkan bahwa semua butir soal pernyataan persepsi guru terhadap
2. Pengujian Reliabilitas
Instrumen penelitian yang adalah instrumen bila digunakan
berkali-kali akan menghasilkan data yang sama. (Sugiyono,1997). Uji reliabilitas
digunakan untuk menunjukkan tingkat keandalan kuesioner dalam penelitian.
Yang dicari dengan persamaan Alpha Cronbach:
(
)
k = banyaknya butir pertanyaan
∑
2Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel jika rhitung lebih besar dari rtabel
pada taraf siginifikansi 5%. Sebaliknya suatu instrumen penelitian dikatakan
tidak reliabel jika rhitung lebih kecil dari rtabel. Perhitungan reliabilitas ini
dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 12.0 for windows. Dari
hasil pengujian instrumen diperoleh rhitung variabel persepsi guru mengenai
sertifikasi guru yaitu 0,893 sedangkan rtabel dengan taraf signifikan 5% sebesar
0,239 maka kuesioner tersebut dapat dipercaya dan dapat diandalkan sebagai
alat ukur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rangkuman hasil pengujian
Tabel 3.2
Rangkuman hasil pengujian reliabilitas
Variabel r hitung r tabel Keterangan
Persepsi Guru terhadap Sertifikasi 0,893 0,239 andal
Sumber: data penelitian diolah
Untuk dapat memberikan interpretasi koefisien korelasi maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel berikut (Sugiyono, 1999; 183).
Tabel 3.3
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
Berdasarkan hasil pengujian, intrepretasi terungkap bahwa persepsi guru terhadap sertifikasi adalah sangat kuat.
H. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Persyaratan Analisis
Untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang tepat, diperlukan analisis
data yang benar, sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas .
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui hal
tersebut digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov (Sugiyono 1999; 225)
Keterangan :
D maksimum = Deviasi maksimum
Sn(x1) = Distribusi kumulatif yang ditentukan
Sn(x2) = Distribusi kumulatif yang diobservasi
Jika nilai asymp. Sig. (2 tailed) > taraf nyata 0,05 maka Ho diterima
atau distribusi data dikatakan normal. Pengujian normalitas data dilakukan
perkelompok sampel.
b.Uji Homogenitas
Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi
yang berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap
populasi. Uji T-Test adalah metode yang dipakai, selain untuk mengetahui
perbedaan persepsi guru terhadap persepsi guru, sekaligus dapat juga
digunakan untuk melihat homogenitasnya.
2. Pengujian Hipotesis
a. Perumusan hipotesis
1) Perbedaan persepsi guru terhadap setifikasi ditinjau dari tingkat
pendidikan.
Ho1: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari
tingkat pendidikan.
Ha1: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari
tingkat pendidikan.
2) Perbedaan persepsi guru terhadap setifikasi ditinjau dari status guru
Ho2: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari
status guru.
Ha2: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status
guru.
3) Perbedaan persepsi guru terhadap setifikasi ditinjau dari masa kerja guru
Ho3: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari
masa kerja.
Ha3: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa
kerja.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t
tabel dengan taraf signifikan α = 0,05 dengan db = n – 2.
Berikut ditetapkan rumus perhitungan nilai t
r n r thit
− − =
1 2
Pengambilan keputusan :
LEMBAR KUESIONER
A. BAGIAN I
Berilah tanda lingkaran (o) pada alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan
anda serta isilah pada bagian bertitik-titik.
Nama Responden :………( bila tidak berkeberatan)
Berilah tanda silang (x) pada jawaban anda yang paling sesuai dengan keadaan
anda untuk pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Tingkat pendidikan terakhir Anda :
a. ≤ D3
b. PT ( D4/S1 - S2 )
2. Status Kepegawaian Anda di Sekolah ini :
a. Guru Tetap
b. Guru Tidak Tetap
3. Lama Anda Bekerja di Sekolah ini :
a. ≤ 20 tahun
B. BAGIAN II
2. Sertifikasi tidak mensyaratkan tingkat pendidikan sebagai tolok ukurnya.
3.
Dalam sertifikasi bahwa guru dituntut harus mampu membuat rencana pembelajaran adalah tuntutan yang realistis
4.
Dalam sertifikasi bahwa guru dituntut harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi adalah tuntutan yang realistis
5.
Dalam sertifikasi bahwa guru dituntut harus mampu mengevaluasi hasil pembelajaran dengan benar adalah tuntutan yang realistis
6. Sertifikasi diikuti oleh guru-guru yang berkepribadian baik dalam mengajar
7.
Sertifikasi diikuti oleh guru-guru yang yang memiliki perilaku baik dan harus dapat dijadikan teladan bagi anak didiknya
8.
Sertifikasi hanya di peruntukkan bagi guru yang memiliki kemampuan menyampaikan materi secara benar adalah peraturan yang dapat diterima.
9.
10.
Sertifikasi hanya di peruntukkan bagi guru yang memiliki kemampuan menjawab setiap pertanyaan mengenai materi pelajaran merupakan aturan yang dapat diterima
11.
Sertifikasi hanya diikuti oleh guru – guru yang memiliki wawasan tambahan tentang materi pelajaran selain dari buku pelajaran adalah peraturan yang dapat diterima
12.
Sertifikasi dilaksanakan oleh LPTK (Lembaga Pelatihan Tenaga Kependidikan) tertentu yang ditunjuk pemerintah.
13. Sertifikasi dapat mengukur kemampuan sebenarnya yang dimiliki guru berkaitan dengan profesinya 14. Uji sertifikasi dilaksanakan secara terbuka. 15. Uji sertifikasi tidak memungkinkan praktek KKN.
16.
Hasil uji sertifikasi guru harus dapat dipertanggungjawabkan oleh guru yang memilikinya.
17.
Setiap guru yang memiliki sertifikasi memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu.
18. Dengan sertifikasi, guru memperoleh perlindungan atas kemampuan intelektualnya
19. Guru dalam menjalankan tugasnya akan merasa aman dengan adanya sertifikasi
20.
Pemerintah berkewajiban menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidikan.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data
1. Deskripsi Responden
a Tingkat Pendidikan
Berikut ini disajikan tabel deskripsi data tingkat pendidikan
responden.
Tabel 4.1
Deskripsi responden dilihat dari tingkat pendidikan guru
Tingkat Pendidikan frekuensi Frekuensi kumulatif (%)
≤ D3 15 20 %
PT (D4 - S2) 60 80 %
Jumlah 75 100 %
Sumber: data penelitian diolah
Dari data responden menunjukkan bahwa sebagian besar
responden tingkat pendidikannya Perguruan Tinggi (D4-S2) sebanyak
60 orang dengan frekuensi kumulatif 80 %.
b Status Guru
Berikut ini disajikan tabel deskripsi data status responden.
Tabel 4.2
Deskripsi responden dilihat dari status guru
Status Guru frekuensi Frekuensi kumulatif (%)
Guru Tidak Tetap 18 24 %
Guru Tetap 57 76 %
Jumlah 75 100 %
responden status gurunya sebagai guru tetap sebanyak 57 orang
dengan frekuensi kumulatif 76 %.
c Masa Kerja Guru
Tabel 4.3
Deskripsi responden dilihat dari masa kerja guru
Masa Kerja Guru frekuensi Frekuensi kumulatif (%)
≤ 20 Tahun 34 45, 33 % > 20 Tahun 41 54, 67 %
Jumlah 75 100 %
Sumber: data penelitian diolah
Dari data responden menunjukkan bahwa sebagian besar
responden lama bekerja sebagai guru lebih 20 tahun sebanyak 41
orang dengan frekuensi kumulatif 54, 67 %.
2. Deskripsi variabel penelitian
Dalam memberikan penilaian masing-masing variabel digunakan
Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II (Ig Masidjo, 1995:157).
a. Persepsi Guru terhadap sertifikasi
Skor-Dari data diketahui skor tertinggi = 105 dan skor terendah = 21 dengan
mean = 80,75; median = 81,00; modus = 82; dan standar deviasi = 7,976.
Berdasarkan kategori penilaian diatas maka pada perhitungan 76 – 89
(lihat lampiran 5) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Persepsi
Guru terhadap sertifikasi dikatakan tinggi.
B. Analisis data
a. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau
tidaknya bukti-bukti data variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru,
tingkat pendidikan, status guru dan masa kerja guru. Normalitas dapat dilihat
berdasarkan kelompoknya. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas
berdasarkan uji sampel dari Kolmogorv Smirnov.
1) Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat pendidikan Guru
Tabel 4.4
lebih besar dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi
data variabel persepsi guru terhadap sertifikasi menurut tingkat
pendidikan rendah maupun tingkat pendidikan tinggi adalah normal.
2) Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru
Tabel 4.5
asymptotics significance = 0,320, kelompok status guru tetap nilai
asymptotics significance = 0,644. Oleh karena kedua nilai tersebut lebih
besar dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data
variabel persepsi guru terhadap sertifikasi menurut status guru tidak tetap
Tabel 4.6
Pada tabel 4.6 di atas kelompok masa kerja guru kurang dari 20 tahun diperoleh
nilai asymptotics significance = 0,431, kelompok masa kerja guru lebih
dari 20 tahun nilai asymptotics significance = 0,507. Oleh karena kedua
nilai tersebut lebih besar dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa distribusi data variabel persepsi guru terhadap sertifikasi menurut
masa kerja guru kurang dari 20 tahun maupun lebih dari 20 tahun adalah
normal.
b. Pengujian Homogenitas
Uji T-Test adalah metode yang dipakai, selain untuk mengetahui
perbedaan persepsi guru terhadap persepsi guru, sekaligus dapat juga
digunakan untuk melihat homogenitasnya.
1) Persepsi Guru Menurut Tingkat pendidikan Guru
Pada tabel 4.7 hal 39 diperoleh F 0.013 , Sig. (2 tailed) 0.910
Kesimpulan : Oleh karena AsympSig.(2 tailed) 0.910 > 0.05 maka dapat
Pada tabel 4.8 hal 40 diperoleh F 0.001 , Sig. (2 tailed) 0.982
Kesimpulan : Oleh karena Asymp Sig.(2 tailed) 0.982 > 0.05 maka dapat
disimpulkan varians tidak homogen.
3) Persepsi Guru Menurut Masa Kerja Guru
Pada tabel 4.9 hal 41 diperoleh F 0.943 , Sig. (2 tailed) 0.335
Kesimpulan : Oleh karena Asymp Sig.(2 tailed) 0.335 > 0.05maka dapat
disimpulkan varians tidak homogen.
C. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian hipotesis I
a. Rumusan hipotesis
Ho1 : Tidak ada perbedaan antara persepsi guru terhadap sertifikasi guru
ditinjau dari tingkat pendidikan.
Ha1 : Ada perbedaan antara persepsi guru terhadap sertifikasi guru
ditinjau dari tingkat pendidikan.
b. Hasil pengujian hipotesis
Uji T-Test digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru
terhadap sertifikasi. Namun sekaligus dapat juga untuk melihat
homogenitasnya. Oleh karena tidak ada kesamaan atau tidak homogen
maka membuat penggunaan varians sebaiknya menggunakan equal
variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat hasil uji T-Test untuk persepsi guru terhadap
Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Guru
,013 ,910 2,181 73 ,032 4,900 2,246 ,423 9,377
2,161 21,309 ,042 4,900 2,268 ,188 9,612
Equal variances
tingkat pendidikan dengan equal variance not assumed (diasumsikan
kedua varians tidak sama) adalah 2,161 dengan nilai asymp. Sig. (2
tailed) adalah 0,042. Oleh karena asymp. Sig. (2 tailed) < 0,05, maka Ho1
ditolak yang artinya persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari
tingkat pendidikan benar-benar berbeda, dalam arti guru yang
mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi (PT/ D4 – S2) dibandingkan
dengan guru yang mempunyai tingkat pendidikan rendah (< D3)
persepsinya berbeda mengenai sertifikasi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru
terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.
2. Pengujian hipotesis II
a. Rumusan hipotesis
Ho2 : Tidak ada perbedaan antara persepsi guru terhadap sertifikasi
ditinjau dari status guru.
b. Hasil pengujian hipotesis
Uji T-Test digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru
terhadap sertifikasi. Namun sekaligus dapat juga untuk melihat
homogenitasnya. Oleh karena tidak ada kesamaan atau tidak homogen
maka membuat penggunaan varians sebaiknya menggunakan equal
variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat hasil uji T-Test untuk persepsi guru terhadap
sertifikasi ditinjau dari status guru berikut.
Tabel 4.8 Hasil Uji T-Test
Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru
Group Statistics
,001 ,982 2,781 73 ,007 5,743 2,065 1,628 9,858
2,808 29,016 ,009 5,743 2,045 1,561 9,925
Equal variances
dengan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan kedua varians tidak
sama) adalah 2,808 dengan nilai asymp. Sig. (2 tailed) adalah 0,009.
Oleh karena asymp. Sig. (2 tailed) < 0,05, maka Ho2 ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
a. Rumusan hipotesis
Uji T-Test digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru
terhadap sertifikasi. Namun sekaligus dapat juga untuk melihat
homogenitasnya. Dan karena tidak ada kesamaan atau tidak homogen
maka membuat penggunaan varians sebaiknya menggunakan equal
variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat hasil uji T-Test untuk persepsi guru terhadap
sertifikasi ditinjau dari masa kerja guru berikut.
Tabel 4.9 Hasil Uji T-Test
Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Masa Kerja Guru
Group Statistics
,943 ,335 1,248 73 ,216 2,303 1,845 -1,375 5,980
1,221 62,279 ,227 2,303 1,886 -1,467 6,072
Equal variances
Terlihat bahwa t hitung untuk persepsi guru ditinjau dari masa kerja guru