• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan prestasi belajar IPA tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan menggunakan pendekatan kontekstual bagi siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan prestasi belajar IPA tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan menggunakan pendekatan kontekstual bagi siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

Tujuan penelitian yang peneliti rencanakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK)

adalah untuk meninkatkan prestasi belajar IPA terutama tentang proses pembentukan tanah

karena pelapukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual bagi siswa kelas V SDN

Tamanagung 3 Muntilan, mengingat selama ini hasil nilai rata-rata masih tergolong rendah

yaitu 58, masih dibawah nilai kreteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di SDN

Tamanagung 3 yaitu 65.

Metode yang peneliti terapkan adalah percobaan dan demontrasi dengan menggunakan

pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual diterapkan mengingat SDN Tamanagung 3

berada di kawasan pertanian dan banyak bebatuan yang dapat digunakan sebagai bahan

percobaan dalam pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukan, bahwa penggunaan metode percobaan dan demonstrasi

dengan menggunakan pendekatan kontekstual ternyata pembelajaran lebih bermakna.

Meskipun pada awal pembelajaran siklus I siswa masih mengalami kesulitan karena terbiasa

penggunakan alat peraga hanya diperagakan oleh guru, sehingga hasilnya belum sesuai

harapan, karena perolehan nilai rata-rata baru 71 dan yang mendapat nilai 70 belum mencapai

75%. Pada pembelajaran Siklus II siswa sudah dapat mengadakan percobaan secara kelompok

maupun individu dengan hasil yang meningkat, nilai rata-rata yang diperoleh 76,83 dan yang

mendapat nilai 70 ke atas mencapai 75% Hal itu terjadi karena siswa menentukan alat peraga

sendiri yang diambil dari lingkungan sekitar sesuai dengan materi yang ditentukan oleh guru.

Dengan demikian, penggunaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA tentang proses

pembentukan tanah karena pelapukan bagi siswa kelas V SDN.Tamanagung 3 Muntilan

terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

(2)

ix

ABSTRACT

The purpose of this reaseach in class action reaseach are to increase science

achievement particularly about soil formation process. Because soil moldy uses by contextual

learning for the student in school grade V SDN Tamanagung 3 Muntilan, to remaind the

science average value is still lower that is 58, and still under of the decree minimus decree

criteria (KKM). That are fix in SDN Tamanagung 3 it is 65.

The methods of the reasecher applied are experiment methodology and highly

methodology with the contextual learning. Contextual learning applied to remind SDN

Tamanagung 3 is on the farming area and many flint areas that can be use as the experiment

material on the active learning.

The result of the experiment to show about , that are use experiment methodology and

demonstrate methodology with the contextual learning in foot that active learning are more

sense . Although teaching learning on siclus one the student still finding a difficult because

regularly use the audio visual that are demonstrate by the teacher in fact the result is not in

accordance with the hope because the result of average value is 71 and that are get point 70

are not 75 % present . On siclus II the student are can used the experiment in group and in a

individual with the higher result , the average value are 76,83 and that got 70 more are

increase until 75 present this happened because the student determine of the audio visual that

can be used by them . That can be retaking from the environment around them based on the

material that are given by the teacher. Although , the contextual learning on the scientific

learning about be soil process because of the soil formation process for the student in grade V

SDN Tamanagung 3 proved can be increase the motivation learning .

(3)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA

TENTANG PROSES PEMBENTUKAN TANAH KARENA PELAPUKAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS V

SDN TAMANAGUNG 3 MUNTILAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh

BENEDIKTUS TARYONO NIM: 101132003

PROGRAM SARJANA (S1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO

(7)

v

PERSEMBAHAN

Ya Tuhan, Puji syukur atas segala karunia dan kemudahan yang telah Kau berikan

kepada hambamu ini.

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Kasih, yang senantiasa mengutus Roh Kudus untuk

menerangi, menuntun peneliti, sehingga dapat mengikuti perkuliahan sampai

selesai tiada halangan suatu apapun.

2. Dosen Pembimbing yang dengan sabar menuntun peneliti hingga tersusunnya

skripsi sampai selesai

3. Istri dan anak-anak yang dengan setia memberi dorongan semangat untuk

mengikuti perkuliahan hingga selesai

4. Kepala Sekolah SDN Tamanagung 3 Muntilan, yang telah memberikan ijin

untuk mengikuti program PPKHB.

5. Teman sejawat di SDN Tamanagung 3.

6. Teman-teman peserta PPKHB yang senasib seperjuangan dari UPT Disdikpora

Kecamatan Muntilan

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Skripsi Penelitian Tindakan Kelas Berjudul:

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG PROSES

PEMBENTUKAN TANAH KARENA PELAPUKAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN KONTEKSTUALBAGI SISWA KELAS V SDN TAMANAGUNG

3 MUNTILAN

Adalah benar-benar hasil karya peneliti, sebagai hasil penelitian yang telah

Penelitilaksanankan pada siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan

Yogyakarta, 28 Januari 2013

Peneliti

(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

N a m a : BENEDIKTUS TARYONO

N I M : 101132003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya berikan kepada perpustakaan Universitas

Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG PROSES PEMBENTUKAN

TANAH KARENA PELAPUKAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

KONTEKSTUALBAGI SISWA KELAS V SDN TAMANAGUNG 3 MUNTILAN”

Dengan demikian saya berikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai peneliti.

Demikian, pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 28 Januari 2013

Yang menyatakan

(10)

viii

ABSTRAK

Tujuan penelitian yang peneliti rencanakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK)

adalah untuk meninkatkan prestasi belajar IPA terutama tentang proses pembentukan tanah

karena pelapukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual bagi siswa kelas V SDN

Tamanagung 3 Muntilan, mengingat selama ini hasil nilai rata-rata masih tergolong rendah

yaitu 58, masih dibawah nilai kreteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di SDN

Tamanagung 3 yaitu 65.

Metode yang peneliti terapkan adalah percobaan dan demontrasi dengan menggunakan

pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual diterapkan mengingat SDN Tamanagung 3

berada di kawasan pertanian dan banyak bebatuan yang dapat digunakan sebagai bahan

percobaan dalam pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukan, bahwa penggunaan metode percobaan dan demonstrasi

dengan menggunakan pendekatan kontekstual ternyata pembelajaran lebih bermakna.

Meskipun pada awal pembelajaran siklus I siswa masih mengalami kesulitan karena terbiasa

penggunakan alat peraga hanya diperagakan oleh guru, sehingga hasilnya belum sesuai

harapan, karena perolehan nilai rata-rata baru 71 dan yang mendapat nilai 70 belum mencapai

75%. Pada pembelajaran Siklus II siswa sudah dapat mengadakan percobaan secara kelompok

maupun individu dengan hasil yang meningkat, nilai rata-rata yang diperoleh 76,83 dan yang

mendapat nilai 70 ke atas mencapai 75% Hal itu terjadi karena siswa menentukan alat peraga

sendiri yang diambil dari lingkungan sekitar sesuai dengan materi yang ditentukan oleh guru.

Dengan demikian, penggunaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA tentang proses

pembentukan tanah karena pelapukan bagi siswa kelas V SDN.Tamanagung 3 Muntilan

terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

(11)

ix

ABSTRACT

The purpose of this reaseach in class action reaseach are to increase science

achievement particularly about soil formation process. Because soil moldy uses by contextual

learning for the student in school grade V SDN Tamanagung 3 Muntilan, to remaind the

science average value is still lower that is 58, and still under of the decree minimus decree

criteria (KKM). That are fix in SDN Tamanagung 3 it is 65.

The methods of the reasecher applied are experiment methodology and highly

methodology with the contextual learning. Contextual learning applied to remind SDN

Tamanagung 3 is on the farming area and many flint areas that can be use as the experiment

material on the active learning.

The result of the experiment to show about , that are use experiment methodology and

demonstrate methodology with the contextual learning in foot that active learning are more

sense . Although teaching learning on siclus one the student still finding a difficult because

regularly use the audio visual that are demonstrate by the teacher in fact the result is not in

accordance with the hope because the result of average value is 71 and that are get point 70

are not 75 % present . On siclus II the student are can used the experiment in group and in a

individual with the higher result , the average value are 76,83 and that got 70 more are

increase until 75 present this happened because the student determine of the audio visual that

can be used by them . That can be retaking from the environment around them based on the

material that are given by the teacher. Although , the contextual learning on the scientific

learning about be soil process because of the soil formation process for the student in grade V

SDN Tamanagung 3 proved can be increase the motivation learning .

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia

kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir berupa skrepsi yang

berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Tentang Pembentukan Tanah karena Pelapukan

bagi siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan

Dengan terselesaikannya skripsi ini tepat waktu, peneliti mengucapkan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah

member ijin dalam pelaksanaan skripsi

2. RM. G. Ari Nugrahanta, SJ. BST. MA selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar

3. Bapak YB. Adimassana, MA selaku manager Program SKJJ Program Studi PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku dosen pembimbing, atas pemberian waktu

luangnya mendampingi serta membimbing peneliti dalam menyelesaikan penulisan

skripsi PTK ini.

5. Bapak/ibu dosen dan segenap karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran penyususunan skripsi

6. Ibu Sulistyawati, S.Pd. selaku Kepala SDN Tamanagung 3 yang telah meberikan ijin

kepada peneliti untuk menmpuh perkuliahan dan penelitian.

7. Teman sejawat SDN Tamanagung 3 Muntilan yang telah membantu pelaksanaan

penelitian hingga penyusunan skripsi.

8. Segenap siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan tahun pelajaran 2011/2012 yang

(13)

xi

9. Teman-teman senasib dan seperjuangan mahasiswa PPKHB dari UPT Disdikpora

Kecamatan Muntilan atas kekompakan dan kerjasamanya.

10. Semua fihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penulisan skripsi.

Penulis merasa bahwa skripsi PTK yang peneliti susun ini masih jauh dari sempurna,

maka saran dan kritik membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penelitian

selanjutnya.

Yogyakarta, 28 Januari 2013

Penulis

BENEDIKTUS TARYONO

(14)

xii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

(15)

xiii

B. Seting Penelitian ... 19

C. Rencana Tindakan ... 21

D. Pengumpulan Data ... 25

E. Analisa Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Deskripsi Latar Belakang ... 28

B. Deskripsi Hasil Siklus I ... 32

C. Deskripsi Hasil Siklus II ... 37

D. Pembahasan ... 42

BAB V PENUTUP ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ...48

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 20

2. Pengum pulan Dat a ... 26

3. Analisa Dat a ... 26

4. Daftar Nilai Kondisi Aw al ... 31

5. Daftar Nilai Tes Form at if Pert emuan 1 Siklus I ... 34

6. Daftar Nilai Tes Form at if Pert emuan 2 Siklus I ... 35

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1. Kerangka Berfikir ... 17

2. Diagram Batang Kondisi Awal ... 44

3. Diagram Batang Hasil Nilai Siklus I ... 45

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Permohonan Ijin Penelitian ... 52

2. Surat Keterangan ... 53

3. Silabus Siklus I ... 53

4. RPP Siklus I ... 54

5. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 59

6. Kisi-kisi penulisan Soal Ulangan Siklus I ... 64

7. Lembar evaluasi siklus I ... 66

8. Daftar nilai siklus I ... 70

9. Silabus siklus II ... 71

10.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II ... 72

11.Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 76

12.Kisi-Kisi Penuliasan Soal Evaluasi Siklus II ... 82

13.Daftar Nilai Evaluasi Siklus II ... 89

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan saat ini telah memasuki era baru, sejalan dengan

kemajuaan teknologi. Generasi muda sebagai penerus bangsa dituntut lebih maju.

Peserta didik tidak cukup diberi pelajaran dengan rutinitas akademik, tetapi sudah

mulai merasakan yang terjadi di dalam masyarakat, sehingga mereka bisa

merespon kenyataan empirik yang terjadi dalam masyarakat

Guru adalah pendidik sekaligus pengajar yang mengemban tugas berat

dalam mempersiapkan tunas-tunas bangsa sesuai dengan Undang-undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas UU No. 20 tahun

2003) mengamanatkan bahwa pendidik berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan bangsa. Tuajaunnya untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Guna mewujudkan tujuan tersebut pemerintah melalui dinas terkait

berusaha meningkatkan mutu tenaga pendidik melalui penyempurnaan kurikulum,

penataran-penataran, KKG, penelitian-penelitian dan lain sebagainya.

Dari pengalaman peneliti dalam kegiatan belajar mengajar menjumpai

kendala-kendala terutama dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

(20)

Pada dasarnya pembelajaran IPA berhubungan erat dengan kehidupan

sehari-hari lebih-lebih di lingkungan sekitar kita banyak yang dapat dipelajari apa

yang terkandung di dalamnya, termasuk yang berhubungan dengan proses

pembentukan tanah sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber mata

pencaharian penduduk.

Proses pembentukan tanah ini sangat perlu dipahami oleh siswa, karena

dapat membedakan jenis-jenis tanah yang subur maupun yang gersang dan hanya

dapat ditanami jenis tanaman tertentu. Diharapkan dengan adanya pembelajaran

ini siswa dapat memanfaatkan dengan baik.

Meskipun pembelajaran proses pembentukan tanah karena pelapukan

penting untuk diketahui, namun siswa kelas V SDN Tamanagung 3 belum banyak

yang mengetahui proses pembentukannya. Hal tersebut terbukti dari prestasi

belajar tentang kompetensi dasar (KD 7) dari tahun ketahun belum mencapai nilai

ketuntasan 75 karena nilai rata-rata yang yang dicapai baru 58 sebesar 64 % dari

siswa tidak tuntas. Nilai tersebut belum dapat memuaskan dan masih tergolong

rendah .

Kemungkinan penyebab rendahnya hasil belajar tersebut terdiri dari

beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lain:

1. Penggunaan metode dan pendekatan dalam pembelajaran kurang

inovatif dan tidak bervariasi hanya sebatas metode ceramah dan

pemberian tugas.

(21)

3. Siswa hanya menghafal materi tanpa adanya pemahaman yang konkrit

mengenai materi yang ada. sehingga siswa cenderung bersikap pasif

ketika pembelajaran berlangsung

Dari faktor-faktor tersebut di atas diduga hasil prestasi belajar siswa

rendah. Oleh karena itu peneliti akan berupaya meningkatkan prestasi belajar

dengan metode bervariasi dan penggunaan pendekatan kontekstual, diharapkan

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi kopetensi dasar 7.1 yaitu

Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang tersebut di atas maka

rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah :

 Bagaimanakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan

prestasi belajar IPA tentang Proses pembentukan tanah karena pelapukan

pada siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan?

D. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah yang peneliti gunakan adalah: Peningkatan prestasi

belajar IPA tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan dengan

(22)

E. Batasan Pengertian

Agar tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap judul penelitian ini, maka

perlu penulis sampaikan definisi sebagai berikut:

1. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan melaluai mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai

tes atau nilai yang diberikan oleh guru.

2. Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ilmu pengetahuan tentang alam yang

dapat diperoleh melalui proses ilmiah dan didasari oleh sikap ilmiah. Srini

3. Pelapukan adalah proses penghancuran batuan karena pengaruh atmosfer

di mana bahan yang telah terlepas dari ikatannya hamper-hanpir tidak atau

sangat sedikit terangkut. Proses pelapukan dibedakan disebabkan oleh 3

faktor yaitu:

a. Faktor Fisika: disebabkan oleh faktor alam antara lain air, angin,

perubahan suhu dan gelombang laut

b. Faktor Biologi: disebabkan oeh faktor kegiatan makhluk hidup.

Contohnya tumbuhan lumut.

c. Faktor Kimia: disebabkan adanya oksigen dan uap air di udara yang

mudah bersenyawa dengan berbagai zat. Contohnya besi berkarat dan

hujan asam

Akibat factor-factor di atas maka terbentuklah tanah yang terjadi dalam

waktu jutaan tahun. Di Indonesia yang terletak di daerah tropika basah

pelapukan kimia sangat dominan, karena curah hujan yang sangat tinggi.

(23)

4. Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan

mendorong siswa menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

F. Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA bagi kelas V SDN Tamanagung

3 yang selama ini masih rendah, khususnya KD 7.1 Mendeskripsikan

pembentukan tanah karena pelapukan dengan menggunakan pendekatan

kontekstual. Direncanakan prestasi belajar siswa meningkat, yakni

minimal yang mendapat nilai 70 mencapai 75% dari 12 siswa.

G. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi guru/peneliti

a. Menambah wawasan penggunaan berbagai pendekatan dalam

pembelajaran

b. Dapat menerapkan manfaat tanah dalam kehidupan sehari-hari.

c. Lebih banyak menggunakan alat-alat peraga dan media/model dalam

pembelajaran

2. Bagi Siswa

a. Bagi siswa kelas V SDN Tamanagung 3 dapat meningkatkan prestasi

belajar IPA khususnya proses pembentukan tanah karena pelapukan

b. Dapat menerapkan cara belajar yang tepat untuk mata pelajaran IPA .

(24)

3. Bagi sekolah

a. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA .

b. Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses

pembelajaran yang bermutu .

c. Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif, kreatif dan menyenangkan

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian Prestasi belajar

a. Prestasi

“ Prestasi” adalah keberhasilan uasaha yang didapat atau yang dicapai

(Winkel 1984:162). Menurut Fudyartanto RBS (1973:19) prestasi adalah

suatu taraf kemampuan anak untuk menguasai sejumlah pengetahuan dan

ketrampilan pada seseorang .“Prestasi adalah hasil yang dicapai setelah

seseorang (siswa) melaksanakan kegiatan belajar (Purwadarminta 1982:

649).

Sedang berdasarkan kamus besar Indonesia (2008:1101) menyatakan

bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan,

dikerjakan dan sebagainya.Berdasarkan pengertian prestasi dari keempat

sumber tersebut dapat disampulkan bahwa “Prestasi” didapat setelah

seseorang melakukan usaha atau kegiatan .

b. Belajar

Belajar adalah perbuatan-perbuatan yang menghasilkan

perubahan-perubahan yang menuju kesuatu yang lebih maju dan disengaja (Dakir,

1986:25). Menurut Whihaker, (1970) yang dikutip oleh Westy Sumanto

(1990:90) bahwa belajar adalah merupakan proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar

(26)

dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Syaodih (2005)

menyebutkan bahwa sebagian besar perkembangan individu berlangsung

melalui kegiatan belajar.

Moh Surya (1997) “Belajar dapat diartikan sebagai proses yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

Belajar menurut Slameto (2003:2) adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang memperoleh sesuatu perubahan yang baru sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya .

Sedangkan menurut Darsono (2004:4) belajar adalah suatu aktivitas mental

atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya,

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengakuan, pemahaman,

ketrmpilan dan nilai sikap dari beberapa pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang menghasilkan

perubahan yang disebut hasil belajar.

c. Prestasi belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasialan

siswa. Dalam memperoleh prestasi . Untuk mengetahui berhasil tidaknya

seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan evaluasi, tujuannya untuk

mengetahui prestasi yang diperoleh setelah proses belajar mengajar

berlangsung . Adapun adaptasi prestasi dapat diartikan hasil diperoleh

(27)

belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa

yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan

prestasi hasil dari proses belajar .memahami pengertian belajar secara garis

besar bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri . Untuk itu para

ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda –beda sesuai dengan

pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu

dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi

belajar, Poerwanto (1986:28) memberi pengertian prestasi belajar yaitu

“hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang

dinyatakan dalam raport .” Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan

bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai

dengan bobot yang dicapainya.”Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17)

prestasi belajar adalah: “kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam

berfikir, merasakan, dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna

apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor,

sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum

mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa

prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

(28)

proses belajar mengajar . Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi palajaran yang dinyatakan

dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami

proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah

diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi

atau rendahnya prestasi belajar siswa.

d. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Dilihat dari asal katanya , ilmu Pengetahuan Alam (IPA), berasal

dari bahasa inggris “Natural Science” natural berarti alamiah, berhubungan

dengan alam sedang science artinya ilmu pengetahuan (Srini,1997:2)

secara harfiah, IPA berarti Ilmu pengetahuan yang alamiah atau

berhubungan dengan alam .

Webster new collegiate Dictionary (1981) dalam Srini (1997:2)

mengungkapkan bahwa “Natural science is knowledge concerned whit the

physical world and phenomena” IPA adalah pengetahuan tentang alam

dan gejalanya, kajian yang berhubungan dengan alam merupakan salah

satu obyek kajian dari IPA .

Mursetio Donosepoeno memandang bahwa IPA sebagai proses,

produk, dan prosedur. Trianto (2010:137) IPA sebagai proses artinya

semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam

maupun untuk kegiatan baru sebagai produk artinya sebagai hasil dari

suatu proses, yang berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau

(29)

yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang disebut metode ilmiah.

Didalam bukunya, Trianto (2010:136) mengungkapkan bahwa IPA adalah

suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam

penggunaannya terbatas pada gejala-gejala alam yang lahir dan

berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta

menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan lain

sebagainya .

Menurut Feiser (1975) dalam Amien (1987:4) menyatakan bahwa

IPA adalah salah satu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan

menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi . Masih dalam

bukun yang sama. Carin (1985) mengatakan bahwa IPA adalah suatu

kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang dalam

penggunaannya terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak

hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya

metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Secara umum IPA meliputi tiga ilmu dasar, yaitu Biologi, fisika

dan Kimia. Ketiga bidang tersebut memiliki kajian yang tersendiri.

Meskipun berbeda tetapi saling terkait antara yang satu dengan yang lain.

Menurut Srini IPA adalah suatu ilmu pengetahuan tentang alam yang

dapat diperoleh melalui proses ilmiah dan dilandasi pleh sikap ilmiah.

Srini mengatakan ada tiga hakikat IPA yaitu: IPA sebagai produk, proses,

(30)

e. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning=CTL)

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimiliki dan penerapannya pada kehidupan sehari-hari. Nurhadi dan

Senduk (2004:5) menyatakan pendekatan kontekstual adalah salah satu

pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan

alamiah itu diciptakan dalam proses pembelajaran agar kelas lebih hidup

dan bermakna, karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Johnson (dalam Nurhadi, 2004:12) mengungkapkan system

kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu

peserta didik melihat makna dalam bahan yang mereka pelajari dengan

cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Sementara, The Wasington State Consortium for ContextualTeaching and

Learning (dalam Nurhadi, 2004:12) merumuskan pengajaran kontekstual

adalah pengajaran yang memunkinkan peserta didik memperkuat dalam

berbagai latar di sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan persoalan

ada dalam dunia nyata. Nurhadi (2004:13) menyimpulkan bahwa

pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru

menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan

mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

(31)

Purnomo (2002:10) Mengungkapkan bahwa kontekstual adalah

pembelajaran yang dilakukan secara konteks. Baik konteks linguistic

maupun konteks non linguistic. Sementara Depdiknas (2002:5)

menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang

mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata peserta didik dan

mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan pengetahuan sehari-hari. Selanjutnya dijelaskan pula

bahwa pembelajran kontekstual melibatkan tujuh komponen untuk

pembelajaran efektif yaitu konstrutivisme, bertanya, menemukan,

masyarakat belajar, permodelan, dan penilaian sebenarnya. Menurut Wina

(2005:109) menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh untuk

dapat menemukan materi yang materi yang dipelajari dan menghubungkan

dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

f. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPA

Sesuai dengan komponen yang dimiliki oleh pendekatan

kontekstual, maka pembelajaran IPA di kelas dikatakan menggunakan

pendekatan tersebut jika menerapkan tujuh komponen berikut:

1. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih

bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya

(32)

2. Melaksanankan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetisi

yang diinginkan (Komponen Inkuiri).

3. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya

(Komponen Bertanya)

4. Menciptakan masyarakat belajar, kerja kelompok (Komponen

Masyarakat belajar)

5. Menghadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran (Komponen

Modeling)

6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa

hari ini bisa belajar sesuatu (Komponen Refleksi)

7. Melakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara

(Komponen Asesmen Autentik)

g. Langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran menurut Wina (2005:109) antara lain:

1. Pembelajaran adalah suatu proses pengaktifan pengetahuan yang ada.

2. Belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru

3. Pemahaman pengetahuan

4. Mempraktakan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus

dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tampak

perubahan perilaku siswa.

5 Melakuakan refleksi terhadap terhadap strategi pengembangan

(33)

B. Penelitian Yang relevan

Pakar-pakar IPA dari Unesco (1983) dalam (Kaligis Jenny RE dan

Darmojo Endro 1992:6) pada penelitian ilmiahnya mengatakan bahwa

pendidikan IPA harus dapat menolong anak didik untuk dapat memikir logis

terhadap kejadian sehari-hari dan memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya. Kemampuan berfikir semacam itu dijadikan pengembangan

KTSP sesuai dengan tujuan IPA sendiri.

Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang mengantarkan

siswa untuk dapat berfikir ilmiah. Di dalam pembelajaran IPA siswa dituntut

untuk menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Karena dalam

pembelajaran IPA mencakup materi yang luas,maka seorang guru dituntut

untuk kreatif dalam melakukan pembelajaran serta harus cerdas dalam

memilih metode dan media pembelajaran. Akan tetapi jika pembelajaran

tidak baik tentu akan membawa dampak kurang baik juga. Diantaranya

disebabkan oleh pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran belum

maksimal. sehingga siswa tidak memahami materi dan prestasi belajar yang

baik tidak tercapai.

Berdasarkan penelitian oleh Nugraheni Diah pada tahun 2007

mahasiswa jurusan fisika, FMIPA, UNES Semarang membuktikan bahwa

penggunaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA tentang proses

pembentukan tanah karena pelapukan di kelas V SD.N Kedung Mandu 01

Semarang TH 2006/2007 menunjukkan peningkatan hasil nilai rata-rata dari

(34)

Penelitian oleh Nugraheni Diah telah relevan dengan skripsi yang

telah peneliti tulis pada pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan

kontekstual. Peneliti mengharapkan dalam pembelajaran IPA dengan

menggunakan pendekatan kontekstual bagi siswa kelas V SDN Tamanagung

3 Muntilan dapat meningkat

C. Kerangka Berfikir

Materi kompetensi dasar “ Proses pembentukan tanah karena

pelapukan “ bersifat riil (nyata), artinya dapat dilihat secara langsung dengan

bukti-bukti hasil dari proses pembentukannya, dan lebih mudah untuk

mencari contoh benda-benda yang dibutuhkannya. Oleh karena itu guru selalu

berusaha untuk meyakinkan kepada siswa

tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan, baik secara biologi,

fisika, maupun kimia. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual serta

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan inovatif sehingga menciptakan

(35)

Kondisi akhir

Dari kerangka berfikir di atas dapat disajikan dalam bentuk skema berikut

ini:

Gbr. 1 Kerangka Berfikir

Pendekatan kontekstual dan Penggunaan alat peraga alami dalam

bembelajaran IPA, mempunyai keuntungan antara lain sebagai berikut :

1. .Dapat mengaktifkan siswa. Hal ini disebabkan materi yang disajikan

siswa dapat mencari sendiri wujud benda yang dibutuhkan, seperti

bebatuan, pelapukan-pelapukan baik secara fisika, biologi maupun kimia,

dan jenis-jenis tanah yang semuanya mudah diperoleh.

2. Meningkatkan daya tarik siswa dalam pembelajaran karena siswa terlibat

langsung dalam menemukan dan memecahkan masalah .

Kondisi anak ikut terlibat dalam

pem belajaran

(36)

3. Menumbuhkan pengertian dan rasa suka terhadap pembelajaran IPA

khususnya materi proses pembentukan tanah karena pelapukan, selain itu

siswa akan memanfaatkannya di lingkungannya sebagai sumber

penghasilan.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kajian teori dan merujuk dari pendapat para ahli di

atas tentang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual

prestasi belajar siswa kelas V SD Tamanagung 3 Muntilan dalam pelajaran

IPA tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan diduga dapat

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Jenis Penelitian: Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2. Alur PTK

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan karena:

a. Adanya masalah yang dipicu oleh munculnya kesadaran pada guru

bahwa dalam praktek yang dilakukan selama di kelas mempunyai

masalah.

b. Kumpulan data dari prakteknya sendiri melalui refleksi diri.

c. Dilakukan di dalam kelas sehingga focus pada kegiatan pembelajaran.

d. Bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan bertahap

terus menerus selama penelitian dilakukan.

e. Dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan yang berupa

perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan revisi.

B. Seting penelitian:

1. Tempat penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SDN Tamanagung 3, Muntilan. Jl. Tentara

Pelajar No. 47 A Tamanagung Muntilan.

2. Subyek penelitian

(38)

3. Obyek penelitian.

Obyek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar IPA tentang

proses pembentukan tanah karena pelapukan dengan pendekatan

kontekstual siswa kelas V SDN Tamanagung 3 semester 2 Tahun ajaran

201/2012.

4. Waktu Penelitian

a. Dilakukan antara bulan (April-Desember 2012 s.d Februari 2013).

b. Tabel jadwal penelitian sebagai berikut :

Tabel 1. Jadwal Penelitian

No. Kegiatan

Tahun 2012 2013

Bulan Bulan

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

1 Pengumpulan data

kondisi awal

2 Observasi

3 Ijin pengambilan data

kepada

kepala sekolah

4 Pengambilan data

5 Analisa data

(39)

C. Rencana Tindakan:

Sebelum melakukan tindakan penulisan peneliti mengadakan

langkah-langkah persiapan. Langkah-langkah-langkah ini dilakukan agar peneliti berjalan

sesuai jadwal kegiatan. langkah-langkah tersebut diantaranya :

1. Persiapan

a) Permohonan ijin kepada Kepala SDN Tamanagung 3

b) Menyusun silabus

c) Menyusun RPP Siklus I dan Siklus II

d) Membuat kisi-kisi untuk evaluasi pada akhir siklus I dan siklus II

2. Rencana tindakan setiap siklus

a. Siklus I

1). Rencana Tindakan

A. Kegiatan awal

a) Menata tempat duduk siswa dan berdoa bersama

b) Memotivasi siswa dengan appersepsi

c) Tanya jawab tentang struktur bumi

d) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan disajikan yaitu Proses

(40)

B. Kegiatan Inti:

Eksplorasi:

a) Membimbing siswa untuk memahami pembentukan tanah

b) Mengadakan pengamatan tentang jenis-jenis batuan yang ada di

sekitar sekolah

c) Membimbing siswa untuk mengamati ciri-ciri jenis batuan yang

tersedia

d) Membentuk kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa/kelompok

e) Tiap kelompok mendiskusikan lembar kerja siswa.

Elaborasi:

a) laporan hasil diskusi oleh tiap kelompok, kelompok lain menanggapi.

b) Membimbing siswa untuk menyusun kesimpulan

Konfirmasi:

a) Mengadakan tanya-jawab hal-hal yang belum diketahui siswa

b) Meluruskan kesalah phaman dalam melaporan hasil

C. Kegiatan Akhir:

a) Memberikan tugas mengerjakan evaluasi siklus I

b) Memberikan Penilaian dan tindak lanjut

c) Refleksi:

2. Pelaksanaan tindakan

(41)

3. Refleksi

a) Mengidentifikasi kendala-kendala, kekurangan, dan temuan –temuan

lain selama kegiatan .

b) Membicarakan kendala-kendala, kekurangan dan temuan lain kepada

teman sejawat selama pembelajaran .

c) Membandingkan hasil yang sudah dicapai dengan indikator .

keberhasilan yang deprogram untuk merencanakan siklus II

b. Siklus II

1. Rencana tindakan:

A. Kegiatan Awal:

a) Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa bersama .

b) Mengadakan apersepsi: Tanya jawab tentang pembelajaran yang lalu

untuk memotivasi siswa agar bertambah semangat dalam belajar.

c) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai

B. Kegiatan Inti

Eksplorasi:

a) Membimbing siswa untuk memahami jenis-jenis pelapukan dan

komposisi dan jenis-jenis tanah pendekatan kontekstual

b) Mengadakan tanya jawab tentang benda-benda yang telah tersedia

( bebatuan, batu yang berlumut, besi berkarat, jenis-jenis tanah )

c) Mengadakan pengamatan tentang benda-benda tersebut

(42)

e) Memberi tugas kepada setiap kelompok untuk membahas LKS

Elaborasi:

a) Tiap kelompok membahas LKS

b) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok, kelompok yang lain

menanggapi

c) Menyimpulkan hasil diskusi kelompok

Konfirmasi

a) Tanya-jawab hal-hal yang belum difahami siswa

b) Meluruskan kesalah fahaman pendapat tentang materi yang baru

dipelajari

c) Memberi penguatan

d) Siswa menulis rangkuman kesimpulan

C. Kegiatan Akhir

a) Guru memberi evaluasi

b) Memberi tindak lanjut

c) Refleksi

2. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana tindakan .

3. Refleksi

a) Mengidentifikasi kendala-kendala, kekurangan maupun temuan lain

b) Membicarakan kendala-kendala, kekurangan dan temuan-temuan

(43)

c) Membandingkan hasil yang sudah dicapai pada siklus I dan siklus II

Siklus akan dilanjutkan apabila pada akhir siklus tidak mencapai

target yang direncanakan yaitu nilai minimal 70 mencapai 75% dari

12 siswa.

D. Pengumpulan Data dan Pengumpulannya

1. Peubah

Di dalam penelitian ini peubahnya adalah prestasi belajar IPA tentang

Proses pembentukan tanah karena pelapukan.

2. Indikator

Peningkatan prestasi belajar siswa tentang Proses pembentukan tanah

karena pelapukan.

3. Jenis data kuantitatif

Data yang diperoleh dari skor hasil ulangan (evaluasi)

4. Cara pegumpulan data

Data dikumpulkan dengan mengadakan ulangan tiap akhir siklus .

5. Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah soal-soa

ulangan tentang proses pembentukan tanah baik pada siklus I dan siklus II

dengan jumlah soal 15 terdiri dari: Isian (10 butir soal) dan Uraian(5 butir

soal) serta dideskripsikan dalam kisi-kisi penulisan soal yang sudah

(44)

Tabel 2. Pengumpulan Data

Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen

Prestasi

Kondisi awal prestasi belajar,keterlibatan dalam diskusi, dan kondisi akhir

yang diharapkan.

Tabel 3. Analisa Data

No. Peubah Indikator

Belajar Presentase jumlah siswa 64% 75%

(45)

1. Peningkatan prestasi belajar dinyatakan dengan :

a. Pencapaian nilai rata – rata (N)

Jumlah semua nilai siswa (x)

Jumlah siswa (Y) =

b. Pencapaian nilai rata – rata KKM :

100 %

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Latar Belakang

1. Deskripsi Profil Sekolah:

Sekolah Dasar yang penulis gunakan untuk Penelitian Tindakan

Kelas adalah Sekolah Dasar Negeri Tamanagung 3, UPT Disdikpora

Kecamatan Muntilan, Disdikpora Kabupaten Magelang, adalah SD

bertingkat yang terletak di Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan. Lokasi

SD Tamanagung 3 berada di tepi jalan raya utama dari Magelang ke

Yogyakarta. Suasananya ramai dan bising, karena banyaknya kendaraan

yang melewati depan SDN Tamanagung 3, sehingga agak mengganggu

siswa dalam mengikuti pembelajaran. Akibat dengan ramai dan bisingnya

suara mesin mobil serta jauh dari perkampungan, maka jumlah siswa dari

tahun ke tahun semakin berkurang. Pada tahun pelajaran 2011/2012 jumlah

siswa kelas I sampai dengan Kelas VI hanya 82 siswa.

Alasan orang tua yang berasal dari dusun terdekat tidak

menyekolahkan putranya ke SDN Tamanagung 3, karena kehawatiran

terhadap bahaya lalu lintas yang padat dan ramai, apa lagi anak-anak harus

menyeberang sebanyak dua kali. Meskipun demikian masih ada orang tua

yang menyekolahkan putra-putrinya ke SDN Tamanagung 3, bahkan berasal

(47)

SDN Tamanagung 3 berada di pinggir kota Muntilan sebelah barat,

jarak SDN Tamanagung 3 ke Kota Muntilan lebih kurang 2 km.

2. Deskripsi Siswa

Telah penulis utarakan di atas bahwa jumlah siswa SDN

Tamanagung 3 pada tahun pelajaran 2011/2012 Kelas I sampai dengan

Kelas VI adalah 82 siswa. Kelas yang penulis gunakan untuk Penelitian

Tindakan Kelas adalah kelas V, yang terdiri dari 12 siswa. Yang berjenis

kelamin laki-laki sejumlah 11 siswa dan yang berjenis kelamin perempuan

hanya 1 siswa.

Menurut data keluarga yang tertulis dalam buku Daftar Kelas

pekerjaan orang tua siswa adalah sebagai berikut :

a. Wira swasta : 2 orang = 16,66 %

b. Bakul : 3 orang = 25,00 %

c. Buruh : 3 orang = 25,00 %

d. Pemulung : 4 orang = 33,33 %

Berdasarkan data di tersebut pendapatan dari orang tua tergolong pas-pasan

bahkan dapat dikatakan kurang mampu, sehingga mempengaruhi tingkat

belajar siswa di rumah kurang perhatian dari orang tua.

Kondisi siswa meskipun hanya 12 siswa, penulis merasa kesulitan

meningkatkan prestasi belajarnya, karena siswa hanya dapat belajar dengan

serius selama berada di sekolah, sedangkan di lingkungan masing-masing

siswa cenderung tidak belajar, karena pada umumnya kedua orang tuanya

(48)

begitu diperhatikan. Oleh sebab itu siswa kelas V SDN Tamanagung 3 perlu

ditangani untuk Penelitian Tindakan Kelas.

Telah penulis uraikan secara rinci pada bab I bahwa nilai Ilnu

Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar Negeri Tamanagung 3, khususnya

nilai Ilmu Pengetahuan Alam kelas V masih tergolong rendah, lebih khusus

lagi hasil rata-rata ulangan IPA kelas V pada Kompetensi Dasar 7.1 yaitu

tentang mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

adalah 58 mencapai 64%, hal itu berarti nilai masih tergolong rendah

karena masih di bawah nilai kreteria ketuntasan minimal (KKM) yang

(49)

Berikut peneliti sajikan hasil ulangan dari kompetensi dasar proses

pembentukan tanah karena pelapukan yang penulis gunakan sebagai kondisi

awal pada tahun pelajaran 2010/2011.

Tabel 4.Perolehan nilai tes Kondisi Awal

Kelas V SDN Tamanagung 3 Tahun Pelajaran 2010/2011

NO. NAMA ANAK NILAI

1 Anggita Henggis 40

2 Agil Saputra 50

3 Eko Prasetyo Budi 66

4 Edi Nugroho 36

5 Ahmad Yanuar 66

6 Ivo Arsela 80

7 Lutfita Yuniarochmah 68

8 Mei Anisa Rini 66

9 Cirana Valentina 66

10 Dedek Cerry 48

11 Lilis Wahyuni 50

12 Riska Oktaviana Fajrin 70

13 Fitriyani 66

14 Ardiyanto 40

Jumlah

Rata-rata

812

(50)

B. Deskripsi Hasil Siklus 1

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan penulis mempersiapkan sarana yang

akan digunakan untuk pembelajaran yaitu berupa : Silabus, RPP, Bahan

ajar, Lembar Kerja Siswa, Lembar Evaluasi dan lembar penilaian yang

meliputi : lembar penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu

juga mempersiapkan alat-alat peraga berupa Gambar/skema gunung

berapi, gambar jenis bebatuan dan jenis-jenis batuan yang diambil dari

lingkunagn sekitar.

2. Melakukan tindakan

Tindakan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

a. Pertemuan 1 siklus I, dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 11 Mei

2012. Guru membimbing siswa untuk mengamati gambar gunung api

meletus, kemudian siswa menyebutkan bagian-bagian yang terdapat di

dalam perut gunung, di dalam kawah, dan wujut benda yang keluar dari

dalam kawah.

b. Pertemuan 2 siklus I, dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15 Mei

2012

Pada pembelajaran ini guru membimbing siswa untuk mengamati dan

mengidentifikasi ciri-ciri dari batuan dan jenis-jenis batu, dan cara

(51)

3. Observasi / Pengamatan

Pada saat kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada pertemuan

I guru mengamati kegiatan siswa pada saat berdiskusi kelompok, siswa

masih sulit menyampaikan pendapat, kerja sama, dan keaktifan dalam

diskusi kelompok belum kompak cenderung masih bersifat individu,

kebanyakan hanya mengandalkan kepada teman yang tergolong pandai

untuk penyelesaian masalah. Sehingga hasil dari diskusipun belum

memuaskan. Hal ini bisa terjadi karena pemebelajaran dengan

model diskusi kelompok jarang diberikan oleh guru, sehingga siswa belum

terbiasa memecahkan masalah secara berkelompok.

Dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada pertemuan 2 ( siklus I ),

Guru membimbing siswa untuk lebih berani mengemukakan pendapat.

Pada kegiatan ke dua ini dalam diskusi kelompok siswa semakin berani

mengemukakan pendapat, kerja sama dan keaktifan kelompok sudah

meningkat. Terbukti dalam mengamati dan mengidentifikasi bebatuan

yang disediakan, siswa aktif dan lebih kompak, bahkan sudah berani

mempresentasikan di depan kelas.

4. Refleksi

Pada pertemuan 1 Siklus I, pembelajaran sudah sesuai dengan

perencanaan dan penggunaan alat peraga, karena pembelajaran baru taraf

penjajagan maka hasilnyapun belum sesuai dengan prencanaan.

Pada pertemuan 2 siklus I Pelaksanaan Pembelajaran lebih matang

(52)

diambil dari lingkungan sekitar lebih mudah diamati dan lebih

memperjelas daya tangkap siswa. Siswa lebih cenderung aktif dan antosias

ingin mengerti ciri-ciri dan penggunaan dari jenis-jenis bebatuan.

Pada pertemuan 2 siklus 1 masih terdapat kekurangan tentang

pemanfatan alat peraga, karena penggunaan pendekatan kontekstual belum

sepenuhnya ditangani oleh siswa, masih didominasi oleh guru, sehingga

hasil nilai yang dicapai siswa masih belum memenuhi target nilai minimal

70 mencapai 75% dari 12 siswa, sehingga siklus I harus dilanjutkan ke

siklus II.

5. Hasil penelitian siklus I

 Uraian hasil evaluasi pertemuan 1 siklus I

Tabel 5. Nilai Hasil Tes Formatif pertemuan 1 siklus I

No. Nama Anak Nilai Keterangan 1 Tomi Ade Leswanto 70 Tuntas 2 Ade Tiawan 42 Tak Tuntas 3 Cahyo Novanto 36 Tak Tuntas 4 Jidan Aji wicaksono 66 Tak Tuntas 5 Lingga Pratama 56 Tak Tuntas 6 Tri Hartono 60 Tak Tuntas 7 Wahda Maulana Yusuf 58 Tak Tuntas 8 Aska Ade Wibowo 70 Tuntas 9 Arya Nurverdianto 76 Tak Tuntas 10 Ayu Puryanti 80 Tuntas 11 Rio Adi Saputra 44 Tak Tuntas 12 Wahyuda Novan Ardian 50 Tak Tuntas

Jumlah 708

(53)

Evaluasi tes formatif yang penulis berikan sebanyak 5 butir soal

dengan bentuk tes uraian. Pada tes formatif ini nilai yang diperoleh siswa

baru mencapai rata-rata 59 sehingga belum mencapai KKM yang

direncanakan yaitu nilai 70 mencapai 75 % dari jumlah siswa. Oleh

karena itu tes formatif ini merupakan ukuran yang harus ditingkatkan

hasilnya pada siklus I pertemuan 2.

 Uraian hasil evaluasi pertemuan 2 siklus 1

Tabel 6. Daftar Nilai Diskusi dan Nilai Tes Formatif pertemuan 2

Siklus 1

No. Nama Siswa

Nilai

Ket.

T/TT Diskusi Tes

Rata-rata

1 Tomi Ade Leswanto 68 80 74 T

2 Ade Tiawan 56 50 53 TT

3 Cahyo Novanto 62 50 56 TT

4 Jidan Aji wicaksono 88 60 74 T

5 Lingga Pratama 68 70 69 TT

6 Tri Hartono 81 60 70 T

7 Wahda Maulana Yusuf 56 50 53 TT

8 Aska Ade Wibowo 88 80 84 T

9 Arya Nurverdianto 88 70 79 T

10 Ayu Puryanti 100 90 95 T

11 Rio Adi Saputra 68 70 69 TT

12 Wahyuda Novan Ardian 81 70 73 T

Jumlah 904 800 825

(54)

Evaluasi yang penulis berikan sebanyak 15 butir soal terdiri dari Isian (10

butir soal) dan uraian (5 butir soal). Butir-butir soal diperkuat dengan

kisi-kisi penulisan soal, sehingga soal dapat merata sesuai dengan lingkup

materi pembelajaran.

Adapun hasil penilaian dari nilai kognitif, afektif dan psikomotorik

yang dilaksanakan didapat nilai rata-rata sebagai berikut :

Nilai diskusi (Afektif dan psikomotorik) dari jumlah siswa sebanyak 12

siswa mendapat nilai rata- rata 75.33 dan nilai evaluasi (kognitif) didapat

rata-rata 66,66 . Setelah nilai diskusi dan evaluasi dirata-rata hasilnya

71,00. Meskipun dilihat nilai sudah ada peningkatan dari kondisi awal,

tetapi belum mencapai nilai yang direncanakan yaitu :yang mendapat nilai

70 mencapai 75 % dari jumlah siswa. Sedangkan nilai rata-ratanya

diperoleh menggunakan rumus :

x = ฀ fx

฀ f

Dimana x = nilai rata-rata

฀ = simbul jumlah

f = Frekwensi (banyak siswa yang mendapat nilai)

Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata adalah

852/12 = 71,00

Telah peneliti sampaikan di atas bahwa nilai rata-rata sebelum diadakan

tindakan kelas pada kelas siswa tahun pelajaran 2010/2011 adalah 58 (lima

(55)

satu koma nol nol) . Dengan demikian sudah ada peningkatan nilai yaitu nilai

siklus I dikurangi nilai kondisi awal = 71 – 58 = 13 . Apabila dipresentase

menjadi 13/58 x 100 % = 22,41%

Peningkatan nilai yang hanya 13 atau 22,41% itu merupakan dampak dari

cara pembelajaran yang berbeda dengan cara pembelajaran yang sebelum

diadakan tindakan kelas. Namun demikian cara pembelajaran ini belum

maksimal sebab nilai siklus I belum mencapai target yang diharapkan yaitu

nilai minimal 70 harus mencapai 75 % dari jumlah siswa. Karena dari 12

siswa yang mendapat nilai 70 ke atas baru 7 siswa, dengan presentase 7/12 x

100%= 58,33%. Dengan demikian tindakan kelas perlu dilanjutkan pada

siklus berikutnya yaitu siklus II

C. Deskripsi Hasil Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus II ini penulis mempersiapkan sarana

prasarana yang akan digunakan untuk pembelajaran sebagai berikut:

Silabus, RPP, Bahan Ajar, Lks pertemuan 1 dan 2, Lembar Evaluasi 1

dan 2, Lembar penilaian pengamatan yang meliputi kognitif, afektif,

psikomotorik, dan Lembar penilaian pada Evaluasi. Demikian juga

menyiapkan alat-alat peraga yang berupa: batuan yang berlumut, besi

berkarat, jenis-jenis tanah (tanah humus, tanah liat, tanah pasir dan tanah

(56)

2. Melakuakan Tindakan

Pelaksanaan Pembelajaran siklus II ini terdiri dari 2 pertemuan,

pada pertemuan 1 berlangsung pada hari Selasa, tanggal 22 Mei 2011.

Pada pertemuan ini guru membimbing siswa untuk memahami proses

pembentukan tanah karena pelapukan, dengan pokok materi jenis-jenis

pelapukan (fisika, kimia, dan biologi).

Pada pertemuan 2 yang berlangsung pada hari Jumat, tanggal 25

Mei 2012, kegiatan yang dilakukan guru adalah membimbing siswa untuk

lebih memahami komposisi dan jenis-jenis tanah, serta jenis tanaman yang

tepat ditanam pada jenis-jenis tanah tersebut.

3. Observasi / Pengamatan

Pada Kegiatan Pembelajaran pertemuan 1 siklus II, guru

mengamati siswa dalam diskusi kelompok sudah berjalan lebih baik dari

sebelumnya, terbukti dari permasalahan yang ditugaskan untuk dibahas

yaitu tumbuhan lumut yang menempel pada bebatuan. disisni siswa

mengamati bentuk akar yang bisa memecah bebatuan dalam waktu lama,

selain itu di dalam siswa mempraktekan membakar jenis bebatuan

dapat mengamati jenis batuan yang mudah lapuk, demikian juga dalam

pengamatan jenis paku besi yang berkarat maupun yang bercat siswa dapat

menjelaskan perbedaannya. Pada kegiatan mempresentasikan

hasil/kesimpulan siswa sudah semakin bersaing dan berani menanggapi.

Pada pertemuan 2 Siklus II ini guru membimbing siswa untuk

(57)

tanah dicampur di dalam gelas yang berisi air, kemudian diaduk dengan

sendok, diamkan sampai bening. Dalam kegiatan ini guru mengamati

ketrampilan siswa membedakan jenis-jenis tanah, serta di dalam

melaporkan kesimpulan sudah lebih terperinci, sehingga daya tangkap

siswa semakin bermakna.

4. Refleksi

Pada pertemuan 1 siklus II Pelaksanaan Pembelajaran sesuai

dengan yang penulis rencanakan, tetapi penggunaan peraga belum

maksimal sehingga hasilnyapun masih belum maksimal juga. Pada

umumnya siswa masih merasa kesulitan jika menemui tugas yang

berbentuk uraian agak panjang, apa lagi bentuk soal lisan.

Pada pertemuan 2 Siklus II Pelaksanaan Pembelajaran lebih

maksimal, efektif, dan efisien. Hal ini siswa mempraktekan langsung dari

berbagai bahan dan alat yang disiapkan oleh penulis maupun siswa sendiri,

sehingga siswa lebih cepat menangkap isi dari pembelajaran yang

dihadapi.

Hasil nilai pada pertemuan 2 siklus II sudah mencapai target yang

direncanakan yaitu maksimal nilai 70 mencapai 75% dari 12 siswa, karena

perolehan nilai rata rata 76,83 dan yang mendapat nilai minimal 70

mencapai 9 siswa dari 12 siswa. Oleh karena itu pembelajaran cukup

(58)

5. Hasil evaluasi siswa

Uraian hasil tes formatif pertemuan 1 hanya sebagai penjajagan

saja, sehingga tidak digunakan sebagai hasil evaluasi siklus II, nilai

rata-rata kelas belum ada peningkatan dari siklus I nilai yaitu 71, tetapi secara

keseluruhan belum sesuai target.

Tes pertemuan 2 Siklus II terdiri dari hasil pengamatan diskusi

kelompok dan evaluasi tertulis. Penilaian pada hasil pengamatan dalam

pelaksanaan diskusi terdiri dari beberapa kreteria diantaranya : produk,

kerjasama, keaktifan, menyampaikan pendapat. Setelah diadakan penilaian

siswa mendapatkan nilai yang bervariasi (terlampir) dengan nilai terendah

68 (enam delapan) dan nilai tertinggi 100 (seratus) dengan nilai rata-rata

84 (delapan empat).

Dari hasil nilai evaluasi tertulis yang terdiri dari: Isian 10 butir

soal dengan skor maksimal 1x10=10 dan Uraian 5 butir soal dengan skor

maksimal 5x3=15. Kedua nilai tersebut digabung dengan skor maksimal

25. Penilaian tersebut dengan rumus:

Jumlah skor yang dicapai (x) X 4 atau N = x / y Jumlah skor maksimal (y)

Setelah diadakan koreksi nilai yang didapat siswa adalah sebagai

berikut:

Nilai terendah 50 (lima nol), nilai tertinggi 90 (sembilan nol) dan nilai

(59)

Kedua jenis tes yaitu pengamatan dalam diskusi kelompok dan

evaluasi nilai yang di dapat siswa adalah nilai terendah 59 (lima

sembilan), nilai tertinggi 95 (sembilan lima) dan nilai rata-rata 76,83

(tujuh enam koma delapan tiga) lihat tabel berikut ini :

Nilai rata-ratanya diperoleh menggunakan rumus :

x = ฀ fx

฀ f

Dimana x = nilai rata-rata

฀ = simbul jumlah

f = Frekwensi (banyak siswa yang mendapat nilai)

Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata adalah: 922/12 = 76,83

Nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah 71 (tujuh satu)

sedangkan nilai rata-rata dari hasil tes siklus II adalah 76,83

(tujuh enam koma delapan tiga). Dengan demikian ada peningkatan nilai

dari tindakan pada siklus II dibanding dengan hasil tes siklus I.

Peningkatan itu adalah hasil rata-rata nilai tes siklus II dikurangi

dengan hasil nilai tes siklus I yaitu 76,83 - 71= 5,83 (lima koma delapan

tiga). Apabila dipresentase kenaikan nilai tersebut adalah: 5,83/71 x 100 %

= 8,21%

Disamping itu peningkatan nilai tersebut telah sesuai dengan nilai

yang diharapkan, karena perolehan nilai 70 telah mencapai 75% yaitu

dari siswa yang berjumlah 12 yang mendapat nilai 70 ke atas sejumlah 9

(60)

Tabel 7. Daftar Nilai Diskusi dan Nilai Tes Formatif pertemuan 2

Siklus II

No. Nama Siswa

Nilai

Ket.

T/TT Diskusi Tes

Rata-rata

1 Tomi Ade Leswanto 88 80 84 T

2 Ade Tiawan 68 60 64 TT

3 Cahyo Novanto 68 50 59 TT

4 Jidan Aji wicaksono 88 65 72 T

5 Lingga Pratama 81 70 75 T

6 Tri Hartono 81 70 75 T

7 Wahda Maulana Yusuf 69 65 67 TT

8 Aska Ade Wibowo 100 80 90 T

9 Arya Nurverdianto 100 75 87 T

10 Ayu Puryanti 100 90 95 T

11 Rio Adi Saputra 81 70 75 T

12 Wahyuda Novan Ardian 88 70 79 T

Jumlah 1.012 845 922

Rata-rata 84,33 70,40 76,83 75%

D. Pembahasan

1. Tindakan

Tindakan yang penulis lakukan pada siklus I pembelajaran IPA

tentang Proses Pembentukan tanah karena pelapukan, kegiatan siswa

belum maksimal karena guru masih banyak menggunakan metode

ceramah dan penggunaan alat peraga masih banyak dipraktekan oleh guru.

(61)

Sedangkan pada pembelajaran siklus II siswa lebih siap mebawa alat

peraga sendiri dan didemonstrasikan dengan baik, pembelajaran pada

siklus II guru hanya mefasilitasi dan membimbing siswa yang menemui

kesulitan, sehingga nilai hasil yang dicapai siswa dapat memenuhi kreteria

yang diharapkan.

2. Pembahasan hasil pengamatan

Ternyata setelah diadakan tindakan kelas dengan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan penggunaan alat peraga

meskipun hanya sederhana, dan pembelajaran dengan model Pakem tepat

dilaksanakan dalam pembelajaran, benar-benar menyenangkan dan

hasilnyapun dapat meningkat,

1. Hasil tes kondisi awal tahun lalu adalah sebagai tolok ukur nilai

rendah yaitu 58

2. Hasil tes pada siklus I seperti yang penulis sampaikan di atas adalah

dengan nilai rata-rata 71 (tujuh satu)

3. Sedangkan hasil tes pada siklus II dengan nilai rata-rata 76,83 (tujuh

enam koma delapan tiga)

3. Pembahasan hasil refleksi

Hasil pada siklus I meningkat dari kondisi awal 58 menjadi 71

dengan peningkatan 71-58 = 13 . Sedangkan hasil refleksi pada siklus II

dengan nilai rata-rata 76,83, hal ini menunjukkan peningkatan,

(62)

sangat tepat diadakan tindakan kelas dengan pendekatan kontekstual,

penggunaan peraga, dan model pembelajaran Pakem terbukti hasilnya

akan lebih baik.

Bila dibandingkan dengan nilai ketuntasan yang ingin dicapai oleh

siswa kelas V SDN Tamanagung 3 pada Semester 2 Tahun pelajaran 2010

/ 2011 yaitu 65, maka setelah diadakan tindakan kelas pada siklus II telah

mencapai ketuntasan (KKM) 75, karena nilai rata-rata yang dicapai pada

evaluasi akhir siklus adalah 76,83.

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Nilai Kondisi Awal

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(63)

Gambar 3. Diagram Bat ang Hasil Nlai

Siklus 1

Gambar 4 Diagram Bat ang Hasil Nilai

Siklus 2

0 1 2 3 4 5 6

50 60 70 80 90 100

0 1 2 3 4 5 6 7

(64)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah: Peningkatan prestasi belajar IPA

tentang Proses Pembentukan Tanah karena Pelapukan dengan pendekatan

kontekstual bagi siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan. Setelah

diadakan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA, peneliti dapat

menarik kesimpulan:

Pembelajaran apapun guru harus terlebih dahulu mempersiapkan

dan mefasilitasi kelengkapan pembelajaran, seperti RPP,Lembar Kerja Siswa

(LKS), maupun Lembar Evaluasi (LE). Pada pelaksanaan pembelajaran tiap

siklus peneliti selalu memberi tugas diskusi kelompok yang terdiri dari 3-4

siswa. Pada awalnya diskusi kelompok belum menunjukkan kekompakan,

kebersamaan, dan masih tertumpu pada anak yang pandai saja, sehingga pada

laporan hasil diskusi dan evaluasi individu nilai yang didapat belum ada

kemajuan dari kondisi awal. Pada pembelajaran berikutnya peneliti

menerapkan pendekatan kontekstual dimana alat peraga dipersiapkan oleh

siswa sendiri yang diambil dari lingkungan sekitar, pembelajaran semakin

menarik dan siswa menikmati dan aktif serta terlihat menyenangkan dalam

dalam membahas lembar kerja bersama kelompoknya. Pada pemaparan hasil

diskusi oleh setiap kelompok, kelompok lain sudah berani member

tanggapan, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih

Gambar

Tabel 1. Jadwal Penelitian
Tabel 2. Pengumpulan Data
Tabel 4.Perolehan nilai tes Kondisi Awal
Tabel 5. Nilai Hasil Tes Formatif pertemuan 1 siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan perkembangan kedokteran yang membutuhkan jenis cairan yang lebih beragam contohnya cairan infus yang mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan

 Ada fenomena yang menarik yang dimiliki oleh industri konstruksi, yaitu pertama bahwa jasa industri konstruksi merupakan sebuah industri yang memiliki resiko cukup besar,

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas sistem pencahayaan pada dengan studi kasus Hotel Novotel Yogyakarta pada ruang pertemuan dan lobi dengan tiga metode,

Pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kelas untuk siklus II dilaksanakan sebagai berikut: Pelaksanaan teknik kunjungan kelas diatur dengan tahapan sebagai berikut: (1) Pertemuan

Pesan yang merupakan kompetensi Pemerintah Kota Yogyakarta disampaikan kepada instansi terkait yang diterima oleh operator UPIK di setiap instansi.. Pesan tersebut

This is a soft data book The Evolution Of The Automobile In Scale By Harry Pristovnik, so you could download and install The Evolution Of The Automobile In Scale By Harry Pristovnik

KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA An.K DENGAN DIARE CAIR AKUT (DCA).. DI RUANGAN KANTHIL

Teknologi yang pada saat ini banyak digunakan untuk melayani beban yang bertambah adalah Distributed Generation.Distributed Generator (DG) merupakan pembangkit