viii
ABSTRAK
Tujuan penelitian yang peneliti rencanakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah untuk meninkatkan prestasi belajar IPA terutama tentang proses pembentukan tanah
karena pelapukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual bagi siswa kelas V SDN
Tamanagung 3 Muntilan, mengingat selama ini hasil nilai rata-rata masih tergolong rendah
yaitu 58, masih dibawah nilai kreteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di SDN
Tamanagung 3 yaitu 65.
Metode yang peneliti terapkan adalah percobaan dan demontrasi dengan menggunakan
pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual diterapkan mengingat SDN Tamanagung 3
berada di kawasan pertanian dan banyak bebatuan yang dapat digunakan sebagai bahan
percobaan dalam pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukan, bahwa penggunaan metode percobaan dan demonstrasi
dengan menggunakan pendekatan kontekstual ternyata pembelajaran lebih bermakna.
Meskipun pada awal pembelajaran siklus I siswa masih mengalami kesulitan karena terbiasa
penggunakan alat peraga hanya diperagakan oleh guru, sehingga hasilnya belum sesuai
harapan, karena perolehan nilai rata-rata baru 71 dan yang mendapat nilai 70 belum mencapai
75%. Pada pembelajaran Siklus II siswa sudah dapat mengadakan percobaan secara kelompok
maupun individu dengan hasil yang meningkat, nilai rata-rata yang diperoleh 76,83 dan yang
mendapat nilai 70 ke atas mencapai 75% Hal itu terjadi karena siswa menentukan alat peraga
sendiri yang diambil dari lingkungan sekitar sesuai dengan materi yang ditentukan oleh guru.
Dengan demikian, penggunaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA tentang proses
pembentukan tanah karena pelapukan bagi siswa kelas V SDN.Tamanagung 3 Muntilan
terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
ix
ABSTRACT
The purpose of this reaseach in class action reaseach are to increase science
achievement particularly about soil formation process. Because soil moldy uses by contextual
learning for the student in school grade V SDN Tamanagung 3 Muntilan, to remaind the
science average value is still lower that is 58, and still under of the decree minimus decree
criteria (KKM). That are fix in SDN Tamanagung 3 it is 65.
The methods of the reasecher applied are experiment methodology and highly
methodology with the contextual learning. Contextual learning applied to remind SDN
Tamanagung 3 is on the farming area and many flint areas that can be use as the experiment
material on the active learning.
The result of the experiment to show about , that are use experiment methodology and
demonstrate methodology with the contextual learning in foot that active learning are more
sense . Although teaching learning on siclus one the student still finding a difficult because
regularly use the audio visual that are demonstrate by the teacher in fact the result is not in
accordance with the hope because the result of average value is 71 and that are get point 70
are not 75 % present . On siclus II the student are can used the experiment in group and in a
individual with the higher result , the average value are 76,83 and that got 70 more are
increase until 75 present this happened because the student determine of the audio visual that
can be used by them . That can be retaking from the environment around them based on the
material that are given by the teacher. Although , the contextual learning on the scientific
learning about be soil process because of the soil formation process for the student in grade V
SDN Tamanagung 3 proved can be increase the motivation learning .
i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
TENTANG PROSES PEMBENTUKAN TANAH KARENA PELAPUKAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS V
SDN TAMANAGUNG 3 MUNTILAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh
BENEDIKTUS TARYONO NIM: 101132003
PROGRAM SARJANA (S1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO
v
PERSEMBAHAN
Ya Tuhan, Puji syukur atas segala karunia dan kemudahan yang telah Kau berikan
kepada hambamu ini.
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yang Maha Kasih, yang senantiasa mengutus Roh Kudus untuk
menerangi, menuntun peneliti, sehingga dapat mengikuti perkuliahan sampai
selesai tiada halangan suatu apapun.
2. Dosen Pembimbing yang dengan sabar menuntun peneliti hingga tersusunnya
skripsi sampai selesai
3. Istri dan anak-anak yang dengan setia memberi dorongan semangat untuk
mengikuti perkuliahan hingga selesai
4. Kepala Sekolah SDN Tamanagung 3 Muntilan, yang telah memberikan ijin
untuk mengikuti program PPKHB.
5. Teman sejawat di SDN Tamanagung 3.
6. Teman-teman peserta PPKHB yang senasib seperjuangan dari UPT Disdikpora
Kecamatan Muntilan
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Skripsi Penelitian Tindakan Kelas Berjudul:
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG PROSES
PEMBENTUKAN TANAH KARENA PELAPUKAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN KONTEKSTUALBAGI SISWA KELAS V SDN TAMANAGUNG
3 MUNTILAN
Adalah benar-benar hasil karya peneliti, sebagai hasil penelitian yang telah
Penelitilaksanankan pada siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan
Yogyakarta, 28 Januari 2013
Peneliti
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
N a m a : BENEDIKTUS TARYONO
N I M : 101132003
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya berikan kepada perpustakaan Universitas
Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG PROSES PEMBENTUKAN
TANAH KARENA PELAPUKAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
KONTEKSTUALBAGI SISWA KELAS V SDN TAMANAGUNG 3 MUNTILAN”
Dengan demikian saya berikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai peneliti.
Demikian, pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 28 Januari 2013
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
Tujuan penelitian yang peneliti rencanakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah untuk meninkatkan prestasi belajar IPA terutama tentang proses pembentukan tanah
karena pelapukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual bagi siswa kelas V SDN
Tamanagung 3 Muntilan, mengingat selama ini hasil nilai rata-rata masih tergolong rendah
yaitu 58, masih dibawah nilai kreteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di SDN
Tamanagung 3 yaitu 65.
Metode yang peneliti terapkan adalah percobaan dan demontrasi dengan menggunakan
pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual diterapkan mengingat SDN Tamanagung 3
berada di kawasan pertanian dan banyak bebatuan yang dapat digunakan sebagai bahan
percobaan dalam pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukan, bahwa penggunaan metode percobaan dan demonstrasi
dengan menggunakan pendekatan kontekstual ternyata pembelajaran lebih bermakna.
Meskipun pada awal pembelajaran siklus I siswa masih mengalami kesulitan karena terbiasa
penggunakan alat peraga hanya diperagakan oleh guru, sehingga hasilnya belum sesuai
harapan, karena perolehan nilai rata-rata baru 71 dan yang mendapat nilai 70 belum mencapai
75%. Pada pembelajaran Siklus II siswa sudah dapat mengadakan percobaan secara kelompok
maupun individu dengan hasil yang meningkat, nilai rata-rata yang diperoleh 76,83 dan yang
mendapat nilai 70 ke atas mencapai 75% Hal itu terjadi karena siswa menentukan alat peraga
sendiri yang diambil dari lingkungan sekitar sesuai dengan materi yang ditentukan oleh guru.
Dengan demikian, penggunaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA tentang proses
pembentukan tanah karena pelapukan bagi siswa kelas V SDN.Tamanagung 3 Muntilan
terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
ix
ABSTRACT
The purpose of this reaseach in class action reaseach are to increase science
achievement particularly about soil formation process. Because soil moldy uses by contextual
learning for the student in school grade V SDN Tamanagung 3 Muntilan, to remaind the
science average value is still lower that is 58, and still under of the decree minimus decree
criteria (KKM). That are fix in SDN Tamanagung 3 it is 65.
The methods of the reasecher applied are experiment methodology and highly
methodology with the contextual learning. Contextual learning applied to remind SDN
Tamanagung 3 is on the farming area and many flint areas that can be use as the experiment
material on the active learning.
The result of the experiment to show about , that are use experiment methodology and
demonstrate methodology with the contextual learning in foot that active learning are more
sense . Although teaching learning on siclus one the student still finding a difficult because
regularly use the audio visual that are demonstrate by the teacher in fact the result is not in
accordance with the hope because the result of average value is 71 and that are get point 70
are not 75 % present . On siclus II the student are can used the experiment in group and in a
individual with the higher result , the average value are 76,83 and that got 70 more are
increase until 75 present this happened because the student determine of the audio visual that
can be used by them . That can be retaking from the environment around them based on the
material that are given by the teacher. Although , the contextual learning on the scientific
learning about be soil process because of the soil formation process for the student in grade V
SDN Tamanagung 3 proved can be increase the motivation learning .
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia
kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir berupa skrepsi yang
berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Tentang Pembentukan Tanah karena Pelapukan
bagi siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan
Dengan terselesaikannya skripsi ini tepat waktu, peneliti mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah
member ijin dalam pelaksanaan skripsi
2. RM. G. Ari Nugrahanta, SJ. BST. MA selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
3. Bapak YB. Adimassana, MA selaku manager Program SKJJ Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku dosen pembimbing, atas pemberian waktu
luangnya mendampingi serta membimbing peneliti dalam menyelesaikan penulisan
skripsi PTK ini.
5. Bapak/ibu dosen dan segenap karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran penyususunan skripsi
6. Ibu Sulistyawati, S.Pd. selaku Kepala SDN Tamanagung 3 yang telah meberikan ijin
kepada peneliti untuk menmpuh perkuliahan dan penelitian.
7. Teman sejawat SDN Tamanagung 3 Muntilan yang telah membantu pelaksanaan
penelitian hingga penyusunan skripsi.
8. Segenap siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan tahun pelajaran 2011/2012 yang
xi
9. Teman-teman senasib dan seperjuangan mahasiswa PPKHB dari UPT Disdikpora
Kecamatan Muntilan atas kekompakan dan kerjasamanya.
10. Semua fihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penulisan skripsi.
Penulis merasa bahwa skripsi PTK yang peneliti susun ini masih jauh dari sempurna,
maka saran dan kritik membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penelitian
selanjutnya.
Yogyakarta, 28 Januari 2013
Penulis
BENEDIKTUS TARYONO
xii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
xiii
B. Seting Penelitian ... 19
C. Rencana Tindakan ... 21
D. Pengumpulan Data ... 25
E. Analisa Data ... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28
A. Deskripsi Latar Belakang ... 28
B. Deskripsi Hasil Siklus I ... 32
C. Deskripsi Hasil Siklus II ... 37
D. Pembahasan ... 42
BAB V PENUTUP ... 46
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ...48
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 20
2. Pengum pulan Dat a ... 26
3. Analisa Dat a ... 26
4. Daftar Nilai Kondisi Aw al ... 31
5. Daftar Nilai Tes Form at if Pert emuan 1 Siklus I ... 34
6. Daftar Nilai Tes Form at if Pert emuan 2 Siklus I ... 35
xv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
1. Kerangka Berfikir ... 17
2. Diagram Batang Kondisi Awal ... 44
3. Diagram Batang Hasil Nilai Siklus I ... 45
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Permohonan Ijin Penelitian ... 52
2. Surat Keterangan ... 53
3. Silabus Siklus I ... 53
4. RPP Siklus I ... 54
5. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 59
6. Kisi-kisi penulisan Soal Ulangan Siklus I ... 64
7. Lembar evaluasi siklus I ... 66
8. Daftar nilai siklus I ... 70
9. Silabus siklus II ... 71
10.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II ... 72
11.Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 76
12.Kisi-Kisi Penuliasan Soal Evaluasi Siklus II ... 82
13.Daftar Nilai Evaluasi Siklus II ... 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan saat ini telah memasuki era baru, sejalan dengan
kemajuaan teknologi. Generasi muda sebagai penerus bangsa dituntut lebih maju.
Peserta didik tidak cukup diberi pelajaran dengan rutinitas akademik, tetapi sudah
mulai merasakan yang terjadi di dalam masyarakat, sehingga mereka bisa
merespon kenyataan empirik yang terjadi dalam masyarakat
Guru adalah pendidik sekaligus pengajar yang mengemban tugas berat
dalam mempersiapkan tunas-tunas bangsa sesuai dengan Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas UU No. 20 tahun
2003) mengamanatkan bahwa pendidik berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa. Tuajaunnya untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta tanggung jawab.
Guna mewujudkan tujuan tersebut pemerintah melalui dinas terkait
berusaha meningkatkan mutu tenaga pendidik melalui penyempurnaan kurikulum,
penataran-penataran, KKG, penelitian-penelitian dan lain sebagainya.
Dari pengalaman peneliti dalam kegiatan belajar mengajar menjumpai
kendala-kendala terutama dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pada dasarnya pembelajaran IPA berhubungan erat dengan kehidupan
sehari-hari lebih-lebih di lingkungan sekitar kita banyak yang dapat dipelajari apa
yang terkandung di dalamnya, termasuk yang berhubungan dengan proses
pembentukan tanah sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber mata
pencaharian penduduk.
Proses pembentukan tanah ini sangat perlu dipahami oleh siswa, karena
dapat membedakan jenis-jenis tanah yang subur maupun yang gersang dan hanya
dapat ditanami jenis tanaman tertentu. Diharapkan dengan adanya pembelajaran
ini siswa dapat memanfaatkan dengan baik.
Meskipun pembelajaran proses pembentukan tanah karena pelapukan
penting untuk diketahui, namun siswa kelas V SDN Tamanagung 3 belum banyak
yang mengetahui proses pembentukannya. Hal tersebut terbukti dari prestasi
belajar tentang kompetensi dasar (KD 7) dari tahun ketahun belum mencapai nilai
ketuntasan 75 karena nilai rata-rata yang yang dicapai baru 58 sebesar 64 % dari
siswa tidak tuntas. Nilai tersebut belum dapat memuaskan dan masih tergolong
rendah .
Kemungkinan penyebab rendahnya hasil belajar tersebut terdiri dari
beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lain:
1. Penggunaan metode dan pendekatan dalam pembelajaran kurang
inovatif dan tidak bervariasi hanya sebatas metode ceramah dan
pemberian tugas.
3. Siswa hanya menghafal materi tanpa adanya pemahaman yang konkrit
mengenai materi yang ada. sehingga siswa cenderung bersikap pasif
ketika pembelajaran berlangsung
Dari faktor-faktor tersebut di atas diduga hasil prestasi belajar siswa
rendah. Oleh karena itu peneliti akan berupaya meningkatkan prestasi belajar
dengan metode bervariasi dan penggunaan pendekatan kontekstual, diharapkan
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi kopetensi dasar 7.1 yaitu
Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang tersebut di atas maka
rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah :
Bagaimanakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA tentang Proses pembentukan tanah karena pelapukan
pada siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan?
D. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang peneliti gunakan adalah: Peningkatan prestasi
belajar IPA tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan dengan
E. Batasan Pengertian
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap judul penelitian ini, maka
perlu penulis sampaikan definisi sebagai berikut:
1. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melaluai mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau nilai yang diberikan oleh guru.
2. Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ilmu pengetahuan tentang alam yang
dapat diperoleh melalui proses ilmiah dan didasari oleh sikap ilmiah. Srini
3. Pelapukan adalah proses penghancuran batuan karena pengaruh atmosfer
di mana bahan yang telah terlepas dari ikatannya hamper-hanpir tidak atau
sangat sedikit terangkut. Proses pelapukan dibedakan disebabkan oleh 3
faktor yaitu:
a. Faktor Fisika: disebabkan oleh faktor alam antara lain air, angin,
perubahan suhu dan gelombang laut
b. Faktor Biologi: disebabkan oeh faktor kegiatan makhluk hidup.
Contohnya tumbuhan lumut.
c. Faktor Kimia: disebabkan adanya oksigen dan uap air di udara yang
mudah bersenyawa dengan berbagai zat. Contohnya besi berkarat dan
hujan asam
Akibat factor-factor di atas maka terbentuklah tanah yang terjadi dalam
waktu jutaan tahun. Di Indonesia yang terletak di daerah tropika basah
pelapukan kimia sangat dominan, karena curah hujan yang sangat tinggi.
4. Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
mendorong siswa menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
F. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA bagi kelas V SDN Tamanagung
3 yang selama ini masih rendah, khususnya KD 7.1 Mendeskripsikan
pembentukan tanah karena pelapukan dengan menggunakan pendekatan
kontekstual. Direncanakan prestasi belajar siswa meningkat, yakni
minimal yang mendapat nilai 70 mencapai 75% dari 12 siswa.
G. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi guru/peneliti
a. Menambah wawasan penggunaan berbagai pendekatan dalam
pembelajaran
b. Dapat menerapkan manfaat tanah dalam kehidupan sehari-hari.
c. Lebih banyak menggunakan alat-alat peraga dan media/model dalam
pembelajaran
2. Bagi Siswa
a. Bagi siswa kelas V SDN Tamanagung 3 dapat meningkatkan prestasi
belajar IPA khususnya proses pembentukan tanah karena pelapukan
b. Dapat menerapkan cara belajar yang tepat untuk mata pelajaran IPA .
3. Bagi sekolah
a. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA .
b. Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran yang bermutu .
c. Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif, kreatif dan menyenangkan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar Siswa
1. Pengertian Prestasi belajar
a. Prestasi
“ Prestasi” adalah keberhasilan uasaha yang didapat atau yang dicapai
(Winkel 1984:162). Menurut Fudyartanto RBS (1973:19) prestasi adalah
suatu taraf kemampuan anak untuk menguasai sejumlah pengetahuan dan
ketrampilan pada seseorang .“Prestasi adalah hasil yang dicapai setelah
seseorang (siswa) melaksanakan kegiatan belajar (Purwadarminta 1982:
649).
Sedang berdasarkan kamus besar Indonesia (2008:1101) menyatakan
bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya.Berdasarkan pengertian prestasi dari keempat
sumber tersebut dapat disampulkan bahwa “Prestasi” didapat setelah
seseorang melakukan usaha atau kegiatan .
b. Belajar
Belajar adalah perbuatan-perbuatan yang menghasilkan
perubahan-perubahan yang menuju kesuatu yang lebih maju dan disengaja (Dakir,
1986:25). Menurut Whihaker, (1970) yang dikutip oleh Westy Sumanto
(1990:90) bahwa belajar adalah merupakan proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Syaodih (2005)
menyebutkan bahwa sebagian besar perkembangan individu berlangsung
melalui kegiatan belajar.
Moh Surya (1997) “Belajar dapat diartikan sebagai proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar menurut Slameto (2003:2) adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang memperoleh sesuatu perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya .
Sedangkan menurut Darsono (2004:4) belajar adalah suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengakuan, pemahaman,
ketrmpilan dan nilai sikap dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang menghasilkan
perubahan yang disebut hasil belajar.
c. Prestasi belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasialan
siswa. Dalam memperoleh prestasi . Untuk mengetahui berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan evaluasi, tujuannya untuk
mengetahui prestasi yang diperoleh setelah proses belajar mengajar
berlangsung . Adapun adaptasi prestasi dapat diartikan hasil diperoleh
belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa
yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi hasil dari proses belajar .memahami pengertian belajar secara garis
besar bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri . Untuk itu para
ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda –beda sesuai dengan
pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu
dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi
belajar, Poerwanto (1986:28) memberi pengertian prestasi belajar yaitu
“hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang
dinyatakan dalam raport .” Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan
bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai
dengan bobot yang dicapainya.”Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17)
prestasi belajar adalah: “kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam
berfikir, merasakan, dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna
apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor,
sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum
mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
proses belajar mengajar . Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi palajaran yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami
proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah
diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi
atau rendahnya prestasi belajar siswa.
d. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Dilihat dari asal katanya , ilmu Pengetahuan Alam (IPA), berasal
dari bahasa inggris “Natural Science” natural berarti alamiah, berhubungan
dengan alam sedang science artinya ilmu pengetahuan (Srini,1997:2)
secara harfiah, IPA berarti Ilmu pengetahuan yang alamiah atau
berhubungan dengan alam .
Webster new collegiate Dictionary (1981) dalam Srini (1997:2)
mengungkapkan bahwa “Natural science is knowledge concerned whit the
physical world and phenomena” IPA adalah pengetahuan tentang alam
dan gejalanya, kajian yang berhubungan dengan alam merupakan salah
satu obyek kajian dari IPA .
Mursetio Donosepoeno memandang bahwa IPA sebagai proses,
produk, dan prosedur. Trianto (2010:137) IPA sebagai proses artinya
semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam
maupun untuk kegiatan baru sebagai produk artinya sebagai hasil dari
suatu proses, yang berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau
yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang disebut metode ilmiah.
Didalam bukunya, Trianto (2010:136) mengungkapkan bahwa IPA adalah
suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam
penggunaannya terbatas pada gejala-gejala alam yang lahir dan
berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan lain
sebagainya .
Menurut Feiser (1975) dalam Amien (1987:4) menyatakan bahwa
IPA adalah salah satu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi . Masih dalam
bukun yang sama. Carin (1985) mengatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang dalam
penggunaannya terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak
hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya
metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Secara umum IPA meliputi tiga ilmu dasar, yaitu Biologi, fisika
dan Kimia. Ketiga bidang tersebut memiliki kajian yang tersendiri.
Meskipun berbeda tetapi saling terkait antara yang satu dengan yang lain.
Menurut Srini IPA adalah suatu ilmu pengetahuan tentang alam yang
dapat diperoleh melalui proses ilmiah dan dilandasi pleh sikap ilmiah.
Srini mengatakan ada tiga hakikat IPA yaitu: IPA sebagai produk, proses,
e. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning=CTL)
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dan penerapannya pada kehidupan sehari-hari. Nurhadi dan
Senduk (2004:5) menyatakan pendekatan kontekstual adalah salah satu
pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan
alamiah itu diciptakan dalam proses pembelajaran agar kelas lebih hidup
dan bermakna, karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Johnson (dalam Nurhadi, 2004:12) mengungkapkan system
kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu
peserta didik melihat makna dalam bahan yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Sementara, The Wasington State Consortium for ContextualTeaching and
Learning (dalam Nurhadi, 2004:12) merumuskan pengajaran kontekstual
adalah pengajaran yang memunkinkan peserta didik memperkuat dalam
berbagai latar di sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan persoalan
ada dalam dunia nyata. Nurhadi (2004:13) menyimpulkan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
Purnomo (2002:10) Mengungkapkan bahwa kontekstual adalah
pembelajaran yang dilakukan secara konteks. Baik konteks linguistic
maupun konteks non linguistic. Sementara Depdiknas (2002:5)
menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata peserta didik dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan pengetahuan sehari-hari. Selanjutnya dijelaskan pula
bahwa pembelajran kontekstual melibatkan tujuh komponen untuk
pembelajaran efektif yaitu konstrutivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, permodelan, dan penilaian sebenarnya. Menurut Wina
(2005:109) menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang materi yang dipelajari dan menghubungkan
dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
f. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPA
Sesuai dengan komponen yang dimiliki oleh pendekatan
kontekstual, maka pembelajaran IPA di kelas dikatakan menggunakan
pendekatan tersebut jika menerapkan tujuh komponen berikut:
1. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya
2. Melaksanankan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetisi
yang diinginkan (Komponen Inkuiri).
3. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya
(Komponen Bertanya)
4. Menciptakan masyarakat belajar, kerja kelompok (Komponen
Masyarakat belajar)
5. Menghadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran (Komponen
Modeling)
6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa
hari ini bisa belajar sesuatu (Komponen Refleksi)
7. Melakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara
(Komponen Asesmen Autentik)
g. Langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran menurut Wina (2005:109) antara lain:
1. Pembelajaran adalah suatu proses pengaktifan pengetahuan yang ada.
2. Belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru
3. Pemahaman pengetahuan
4. Mempraktakan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tampak
perubahan perilaku siswa.
5 Melakuakan refleksi terhadap terhadap strategi pengembangan
B. Penelitian Yang relevan
Pakar-pakar IPA dari Unesco (1983) dalam (Kaligis Jenny RE dan
Darmojo Endro 1992:6) pada penelitian ilmiahnya mengatakan bahwa
pendidikan IPA harus dapat menolong anak didik untuk dapat memikir logis
terhadap kejadian sehari-hari dan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Kemampuan berfikir semacam itu dijadikan pengembangan
KTSP sesuai dengan tujuan IPA sendiri.
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang mengantarkan
siswa untuk dapat berfikir ilmiah. Di dalam pembelajaran IPA siswa dituntut
untuk menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Karena dalam
pembelajaran IPA mencakup materi yang luas,maka seorang guru dituntut
untuk kreatif dalam melakukan pembelajaran serta harus cerdas dalam
memilih metode dan media pembelajaran. Akan tetapi jika pembelajaran
tidak baik tentu akan membawa dampak kurang baik juga. Diantaranya
disebabkan oleh pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran belum
maksimal. sehingga siswa tidak memahami materi dan prestasi belajar yang
baik tidak tercapai.
Berdasarkan penelitian oleh Nugraheni Diah pada tahun 2007
mahasiswa jurusan fisika, FMIPA, UNES Semarang membuktikan bahwa
penggunaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA tentang proses
pembentukan tanah karena pelapukan di kelas V SD.N Kedung Mandu 01
Semarang TH 2006/2007 menunjukkan peningkatan hasil nilai rata-rata dari
Penelitian oleh Nugraheni Diah telah relevan dengan skripsi yang
telah peneliti tulis pada pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan
kontekstual. Peneliti mengharapkan dalam pembelajaran IPA dengan
menggunakan pendekatan kontekstual bagi siswa kelas V SDN Tamanagung
3 Muntilan dapat meningkat
C. Kerangka Berfikir
Materi kompetensi dasar “ Proses pembentukan tanah karena
pelapukan “ bersifat riil (nyata), artinya dapat dilihat secara langsung dengan
bukti-bukti hasil dari proses pembentukannya, dan lebih mudah untuk
mencari contoh benda-benda yang dibutuhkannya. Oleh karena itu guru selalu
berusaha untuk meyakinkan kepada siswa
tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan, baik secara biologi,
fisika, maupun kimia. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual serta
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan inovatif sehingga menciptakan
Kondisi akhir
Dari kerangka berfikir di atas dapat disajikan dalam bentuk skema berikut
ini:
Gbr. 1 Kerangka Berfikir
Pendekatan kontekstual dan Penggunaan alat peraga alami dalam
bembelajaran IPA, mempunyai keuntungan antara lain sebagai berikut :
1. .Dapat mengaktifkan siswa. Hal ini disebabkan materi yang disajikan
siswa dapat mencari sendiri wujud benda yang dibutuhkan, seperti
bebatuan, pelapukan-pelapukan baik secara fisika, biologi maupun kimia,
dan jenis-jenis tanah yang semuanya mudah diperoleh.
2. Meningkatkan daya tarik siswa dalam pembelajaran karena siswa terlibat
langsung dalam menemukan dan memecahkan masalah .
Kondisi anak ikut terlibat dalam
pem belajaran
3. Menumbuhkan pengertian dan rasa suka terhadap pembelajaran IPA
khususnya materi proses pembentukan tanah karena pelapukan, selain itu
siswa akan memanfaatkannya di lingkungannya sebagai sumber
penghasilan.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kajian teori dan merujuk dari pendapat para ahli di
atas tentang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual
prestasi belajar siswa kelas V SD Tamanagung 3 Muntilan dalam pelajaran
IPA tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan diduga dapat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Jenis Penelitian: Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
2. Alur PTK
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan karena:
a. Adanya masalah yang dipicu oleh munculnya kesadaran pada guru
bahwa dalam praktek yang dilakukan selama di kelas mempunyai
masalah.
b. Kumpulan data dari prakteknya sendiri melalui refleksi diri.
c. Dilakukan di dalam kelas sehingga focus pada kegiatan pembelajaran.
d. Bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan bertahap
terus menerus selama penelitian dilakukan.
e. Dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan yang berupa
perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan revisi.
B. Seting penelitian:
1. Tempat penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SDN Tamanagung 3, Muntilan. Jl. Tentara
Pelajar No. 47 A Tamanagung Muntilan.
2. Subyek penelitian
3. Obyek penelitian.
Obyek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar IPA tentang
proses pembentukan tanah karena pelapukan dengan pendekatan
kontekstual siswa kelas V SDN Tamanagung 3 semester 2 Tahun ajaran
201/2012.
4. Waktu Penelitian
a. Dilakukan antara bulan (April-Desember 2012 s.d Februari 2013).
b. Tabel jadwal penelitian sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Tahun 2012 2013
Bulan Bulan
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
1 Pengumpulan data
kondisi awal
2 Observasi
3 Ijin pengambilan data
kepada
kepala sekolah
4 Pengambilan data
5 Analisa data
C. Rencana Tindakan:
Sebelum melakukan tindakan penulisan peneliti mengadakan
langkah-langkah persiapan. Langkah-langkah-langkah ini dilakukan agar peneliti berjalan
sesuai jadwal kegiatan. langkah-langkah tersebut diantaranya :
1. Persiapan
a) Permohonan ijin kepada Kepala SDN Tamanagung 3
b) Menyusun silabus
c) Menyusun RPP Siklus I dan Siklus II
d) Membuat kisi-kisi untuk evaluasi pada akhir siklus I dan siklus II
2. Rencana tindakan setiap siklus
a. Siklus I
1). Rencana Tindakan
A. Kegiatan awal
a) Menata tempat duduk siswa dan berdoa bersama
b) Memotivasi siswa dengan appersepsi
c) Tanya jawab tentang struktur bumi
d) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan disajikan yaitu Proses
B. Kegiatan Inti:
Eksplorasi:
a) Membimbing siswa untuk memahami pembentukan tanah
b) Mengadakan pengamatan tentang jenis-jenis batuan yang ada di
sekitar sekolah
c) Membimbing siswa untuk mengamati ciri-ciri jenis batuan yang
tersedia
d) Membentuk kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa/kelompok
e) Tiap kelompok mendiskusikan lembar kerja siswa.
Elaborasi:
a) laporan hasil diskusi oleh tiap kelompok, kelompok lain menanggapi.
b) Membimbing siswa untuk menyusun kesimpulan
Konfirmasi:
a) Mengadakan tanya-jawab hal-hal yang belum diketahui siswa
b) Meluruskan kesalah phaman dalam melaporan hasil
C. Kegiatan Akhir:
a) Memberikan tugas mengerjakan evaluasi siklus I
b) Memberikan Penilaian dan tindak lanjut
c) Refleksi:
2. Pelaksanaan tindakan
3. Refleksi
a) Mengidentifikasi kendala-kendala, kekurangan, dan temuan –temuan
lain selama kegiatan .
b) Membicarakan kendala-kendala, kekurangan dan temuan lain kepada
teman sejawat selama pembelajaran .
c) Membandingkan hasil yang sudah dicapai dengan indikator .
keberhasilan yang deprogram untuk merencanakan siklus II
b. Siklus II
1. Rencana tindakan:
A. Kegiatan Awal:
a) Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa bersama .
b) Mengadakan apersepsi: Tanya jawab tentang pembelajaran yang lalu
untuk memotivasi siswa agar bertambah semangat dalam belajar.
c) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai
B. Kegiatan Inti
Eksplorasi:
a) Membimbing siswa untuk memahami jenis-jenis pelapukan dan
komposisi dan jenis-jenis tanah pendekatan kontekstual
b) Mengadakan tanya jawab tentang benda-benda yang telah tersedia
( bebatuan, batu yang berlumut, besi berkarat, jenis-jenis tanah )
c) Mengadakan pengamatan tentang benda-benda tersebut
e) Memberi tugas kepada setiap kelompok untuk membahas LKS
Elaborasi:
a) Tiap kelompok membahas LKS
b) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok, kelompok yang lain
menanggapi
c) Menyimpulkan hasil diskusi kelompok
Konfirmasi
a) Tanya-jawab hal-hal yang belum difahami siswa
b) Meluruskan kesalah fahaman pendapat tentang materi yang baru
dipelajari
c) Memberi penguatan
d) Siswa menulis rangkuman kesimpulan
C. Kegiatan Akhir
a) Guru memberi evaluasi
b) Memberi tindak lanjut
c) Refleksi
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana tindakan .
3. Refleksi
a) Mengidentifikasi kendala-kendala, kekurangan maupun temuan lain
b) Membicarakan kendala-kendala, kekurangan dan temuan-temuan
c) Membandingkan hasil yang sudah dicapai pada siklus I dan siklus II
Siklus akan dilanjutkan apabila pada akhir siklus tidak mencapai
target yang direncanakan yaitu nilai minimal 70 mencapai 75% dari
12 siswa.
D. Pengumpulan Data dan Pengumpulannya
1. Peubah
Di dalam penelitian ini peubahnya adalah prestasi belajar IPA tentang
Proses pembentukan tanah karena pelapukan.
2. Indikator
Peningkatan prestasi belajar siswa tentang Proses pembentukan tanah
karena pelapukan.
3. Jenis data kuantitatif
Data yang diperoleh dari skor hasil ulangan (evaluasi)
4. Cara pegumpulan data
Data dikumpulkan dengan mengadakan ulangan tiap akhir siklus .
5. Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah soal-soa
ulangan tentang proses pembentukan tanah baik pada siklus I dan siklus II
dengan jumlah soal 15 terdiri dari: Isian (10 butir soal) dan Uraian(5 butir
soal) serta dideskripsikan dalam kisi-kisi penulisan soal yang sudah
Tabel 2. Pengumpulan Data
Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen
Prestasi
Kondisi awal prestasi belajar,keterlibatan dalam diskusi, dan kondisi akhir
yang diharapkan.
Tabel 3. Analisa Data
No. Peubah Indikator
Belajar Presentase jumlah siswa 64% 75%
1. Peningkatan prestasi belajar dinyatakan dengan :
a. Pencapaian nilai rata – rata (N)
Jumlah semua nilai siswa (x)
Jumlah siswa (Y) =
b. Pencapaian nilai rata – rata KKM :
100 %
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Latar Belakang
1. Deskripsi Profil Sekolah:
Sekolah Dasar yang penulis gunakan untuk Penelitian Tindakan
Kelas adalah Sekolah Dasar Negeri Tamanagung 3, UPT Disdikpora
Kecamatan Muntilan, Disdikpora Kabupaten Magelang, adalah SD
bertingkat yang terletak di Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan. Lokasi
SD Tamanagung 3 berada di tepi jalan raya utama dari Magelang ke
Yogyakarta. Suasananya ramai dan bising, karena banyaknya kendaraan
yang melewati depan SDN Tamanagung 3, sehingga agak mengganggu
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Akibat dengan ramai dan bisingnya
suara mesin mobil serta jauh dari perkampungan, maka jumlah siswa dari
tahun ke tahun semakin berkurang. Pada tahun pelajaran 2011/2012 jumlah
siswa kelas I sampai dengan Kelas VI hanya 82 siswa.
Alasan orang tua yang berasal dari dusun terdekat tidak
menyekolahkan putranya ke SDN Tamanagung 3, karena kehawatiran
terhadap bahaya lalu lintas yang padat dan ramai, apa lagi anak-anak harus
menyeberang sebanyak dua kali. Meskipun demikian masih ada orang tua
yang menyekolahkan putra-putrinya ke SDN Tamanagung 3, bahkan berasal
SDN Tamanagung 3 berada di pinggir kota Muntilan sebelah barat,
jarak SDN Tamanagung 3 ke Kota Muntilan lebih kurang 2 km.
2. Deskripsi Siswa
Telah penulis utarakan di atas bahwa jumlah siswa SDN
Tamanagung 3 pada tahun pelajaran 2011/2012 Kelas I sampai dengan
Kelas VI adalah 82 siswa. Kelas yang penulis gunakan untuk Penelitian
Tindakan Kelas adalah kelas V, yang terdiri dari 12 siswa. Yang berjenis
kelamin laki-laki sejumlah 11 siswa dan yang berjenis kelamin perempuan
hanya 1 siswa.
Menurut data keluarga yang tertulis dalam buku Daftar Kelas
pekerjaan orang tua siswa adalah sebagai berikut :
a. Wira swasta : 2 orang = 16,66 %
b. Bakul : 3 orang = 25,00 %
c. Buruh : 3 orang = 25,00 %
d. Pemulung : 4 orang = 33,33 %
Berdasarkan data di tersebut pendapatan dari orang tua tergolong pas-pasan
bahkan dapat dikatakan kurang mampu, sehingga mempengaruhi tingkat
belajar siswa di rumah kurang perhatian dari orang tua.
Kondisi siswa meskipun hanya 12 siswa, penulis merasa kesulitan
meningkatkan prestasi belajarnya, karena siswa hanya dapat belajar dengan
serius selama berada di sekolah, sedangkan di lingkungan masing-masing
siswa cenderung tidak belajar, karena pada umumnya kedua orang tuanya
begitu diperhatikan. Oleh sebab itu siswa kelas V SDN Tamanagung 3 perlu
ditangani untuk Penelitian Tindakan Kelas.
Telah penulis uraikan secara rinci pada bab I bahwa nilai Ilnu
Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar Negeri Tamanagung 3, khususnya
nilai Ilmu Pengetahuan Alam kelas V masih tergolong rendah, lebih khusus
lagi hasil rata-rata ulangan IPA kelas V pada Kompetensi Dasar 7.1 yaitu
tentang mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
adalah 58 mencapai 64%, hal itu berarti nilai masih tergolong rendah
karena masih di bawah nilai kreteria ketuntasan minimal (KKM) yang
Berikut peneliti sajikan hasil ulangan dari kompetensi dasar proses
pembentukan tanah karena pelapukan yang penulis gunakan sebagai kondisi
awal pada tahun pelajaran 2010/2011.
Tabel 4.Perolehan nilai tes Kondisi Awal
Kelas V SDN Tamanagung 3 Tahun Pelajaran 2010/2011
NO. NAMA ANAK NILAI
1 Anggita Henggis 40
2 Agil Saputra 50
3 Eko Prasetyo Budi 66
4 Edi Nugroho 36
5 Ahmad Yanuar 66
6 Ivo Arsela 80
7 Lutfita Yuniarochmah 68
8 Mei Anisa Rini 66
9 Cirana Valentina 66
10 Dedek Cerry 48
11 Lilis Wahyuni 50
12 Riska Oktaviana Fajrin 70
13 Fitriyani 66
14 Ardiyanto 40
Jumlah
Rata-rata
812
B. Deskripsi Hasil Siklus 1
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan penulis mempersiapkan sarana yang
akan digunakan untuk pembelajaran yaitu berupa : Silabus, RPP, Bahan
ajar, Lembar Kerja Siswa, Lembar Evaluasi dan lembar penilaian yang
meliputi : lembar penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu
juga mempersiapkan alat-alat peraga berupa Gambar/skema gunung
berapi, gambar jenis bebatuan dan jenis-jenis batuan yang diambil dari
lingkunagn sekitar.
2. Melakukan tindakan
Tindakan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
a. Pertemuan 1 siklus I, dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 11 Mei
2012. Guru membimbing siswa untuk mengamati gambar gunung api
meletus, kemudian siswa menyebutkan bagian-bagian yang terdapat di
dalam perut gunung, di dalam kawah, dan wujut benda yang keluar dari
dalam kawah.
b. Pertemuan 2 siklus I, dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15 Mei
2012
Pada pembelajaran ini guru membimbing siswa untuk mengamati dan
mengidentifikasi ciri-ciri dari batuan dan jenis-jenis batu, dan cara
3. Observasi / Pengamatan
Pada saat kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada pertemuan
I guru mengamati kegiatan siswa pada saat berdiskusi kelompok, siswa
masih sulit menyampaikan pendapat, kerja sama, dan keaktifan dalam
diskusi kelompok belum kompak cenderung masih bersifat individu,
kebanyakan hanya mengandalkan kepada teman yang tergolong pandai
untuk penyelesaian masalah. Sehingga hasil dari diskusipun belum
memuaskan. Hal ini bisa terjadi karena pemebelajaran dengan
model diskusi kelompok jarang diberikan oleh guru, sehingga siswa belum
terbiasa memecahkan masalah secara berkelompok.
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada pertemuan 2 ( siklus I ),
Guru membimbing siswa untuk lebih berani mengemukakan pendapat.
Pada kegiatan ke dua ini dalam diskusi kelompok siswa semakin berani
mengemukakan pendapat, kerja sama dan keaktifan kelompok sudah
meningkat. Terbukti dalam mengamati dan mengidentifikasi bebatuan
yang disediakan, siswa aktif dan lebih kompak, bahkan sudah berani
mempresentasikan di depan kelas.
4. Refleksi
Pada pertemuan 1 Siklus I, pembelajaran sudah sesuai dengan
perencanaan dan penggunaan alat peraga, karena pembelajaran baru taraf
penjajagan maka hasilnyapun belum sesuai dengan prencanaan.
Pada pertemuan 2 siklus I Pelaksanaan Pembelajaran lebih matang
diambil dari lingkungan sekitar lebih mudah diamati dan lebih
memperjelas daya tangkap siswa. Siswa lebih cenderung aktif dan antosias
ingin mengerti ciri-ciri dan penggunaan dari jenis-jenis bebatuan.
Pada pertemuan 2 siklus 1 masih terdapat kekurangan tentang
pemanfatan alat peraga, karena penggunaan pendekatan kontekstual belum
sepenuhnya ditangani oleh siswa, masih didominasi oleh guru, sehingga
hasil nilai yang dicapai siswa masih belum memenuhi target nilai minimal
70 mencapai 75% dari 12 siswa, sehingga siklus I harus dilanjutkan ke
siklus II.
5. Hasil penelitian siklus I
Uraian hasil evaluasi pertemuan 1 siklus I
Tabel 5. Nilai Hasil Tes Formatif pertemuan 1 siklus I
No. Nama Anak Nilai Keterangan 1 Tomi Ade Leswanto 70 Tuntas 2 Ade Tiawan 42 Tak Tuntas 3 Cahyo Novanto 36 Tak Tuntas 4 Jidan Aji wicaksono 66 Tak Tuntas 5 Lingga Pratama 56 Tak Tuntas 6 Tri Hartono 60 Tak Tuntas 7 Wahda Maulana Yusuf 58 Tak Tuntas 8 Aska Ade Wibowo 70 Tuntas 9 Arya Nurverdianto 76 Tak Tuntas 10 Ayu Puryanti 80 Tuntas 11 Rio Adi Saputra 44 Tak Tuntas 12 Wahyuda Novan Ardian 50 Tak Tuntas
Jumlah 708
Evaluasi tes formatif yang penulis berikan sebanyak 5 butir soal
dengan bentuk tes uraian. Pada tes formatif ini nilai yang diperoleh siswa
baru mencapai rata-rata 59 sehingga belum mencapai KKM yang
direncanakan yaitu nilai 70 mencapai 75 % dari jumlah siswa. Oleh
karena itu tes formatif ini merupakan ukuran yang harus ditingkatkan
hasilnya pada siklus I pertemuan 2.
Uraian hasil evaluasi pertemuan 2 siklus 1
Tabel 6. Daftar Nilai Diskusi dan Nilai Tes Formatif pertemuan 2
Siklus 1
No. Nama Siswa
Nilai
Ket.
T/TT Diskusi Tes
Rata-rata
1 Tomi Ade Leswanto 68 80 74 T
2 Ade Tiawan 56 50 53 TT
3 Cahyo Novanto 62 50 56 TT
4 Jidan Aji wicaksono 88 60 74 T
5 Lingga Pratama 68 70 69 TT
6 Tri Hartono 81 60 70 T
7 Wahda Maulana Yusuf 56 50 53 TT
8 Aska Ade Wibowo 88 80 84 T
9 Arya Nurverdianto 88 70 79 T
10 Ayu Puryanti 100 90 95 T
11 Rio Adi Saputra 68 70 69 TT
12 Wahyuda Novan Ardian 81 70 73 T
Jumlah 904 800 825
Evaluasi yang penulis berikan sebanyak 15 butir soal terdiri dari Isian (10
butir soal) dan uraian (5 butir soal). Butir-butir soal diperkuat dengan
kisi-kisi penulisan soal, sehingga soal dapat merata sesuai dengan lingkup
materi pembelajaran.
Adapun hasil penilaian dari nilai kognitif, afektif dan psikomotorik
yang dilaksanakan didapat nilai rata-rata sebagai berikut :
Nilai diskusi (Afektif dan psikomotorik) dari jumlah siswa sebanyak 12
siswa mendapat nilai rata- rata 75.33 dan nilai evaluasi (kognitif) didapat
rata-rata 66,66 . Setelah nilai diskusi dan evaluasi dirata-rata hasilnya
71,00. Meskipun dilihat nilai sudah ada peningkatan dari kondisi awal,
tetapi belum mencapai nilai yang direncanakan yaitu :yang mendapat nilai
70 mencapai 75 % dari jumlah siswa. Sedangkan nilai rata-ratanya
diperoleh menggunakan rumus :
x = fx
f
Dimana x = nilai rata-rata
= simbul jumlah
f = Frekwensi (banyak siswa yang mendapat nilai)
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata adalah
852/12 = 71,00
Telah peneliti sampaikan di atas bahwa nilai rata-rata sebelum diadakan
tindakan kelas pada kelas siswa tahun pelajaran 2010/2011 adalah 58 (lima
satu koma nol nol) . Dengan demikian sudah ada peningkatan nilai yaitu nilai
siklus I dikurangi nilai kondisi awal = 71 – 58 = 13 . Apabila dipresentase
menjadi 13/58 x 100 % = 22,41%
Peningkatan nilai yang hanya 13 atau 22,41% itu merupakan dampak dari
cara pembelajaran yang berbeda dengan cara pembelajaran yang sebelum
diadakan tindakan kelas. Namun demikian cara pembelajaran ini belum
maksimal sebab nilai siklus I belum mencapai target yang diharapkan yaitu
nilai minimal 70 harus mencapai 75 % dari jumlah siswa. Karena dari 12
siswa yang mendapat nilai 70 ke atas baru 7 siswa, dengan presentase 7/12 x
100%= 58,33%. Dengan demikian tindakan kelas perlu dilanjutkan pada
siklus berikutnya yaitu siklus II
C. Deskripsi Hasil Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II ini penulis mempersiapkan sarana
prasarana yang akan digunakan untuk pembelajaran sebagai berikut:
Silabus, RPP, Bahan Ajar, Lks pertemuan 1 dan 2, Lembar Evaluasi 1
dan 2, Lembar penilaian pengamatan yang meliputi kognitif, afektif,
psikomotorik, dan Lembar penilaian pada Evaluasi. Demikian juga
menyiapkan alat-alat peraga yang berupa: batuan yang berlumut, besi
berkarat, jenis-jenis tanah (tanah humus, tanah liat, tanah pasir dan tanah
2. Melakuakan Tindakan
Pelaksanaan Pembelajaran siklus II ini terdiri dari 2 pertemuan,
pada pertemuan 1 berlangsung pada hari Selasa, tanggal 22 Mei 2011.
Pada pertemuan ini guru membimbing siswa untuk memahami proses
pembentukan tanah karena pelapukan, dengan pokok materi jenis-jenis
pelapukan (fisika, kimia, dan biologi).
Pada pertemuan 2 yang berlangsung pada hari Jumat, tanggal 25
Mei 2012, kegiatan yang dilakukan guru adalah membimbing siswa untuk
lebih memahami komposisi dan jenis-jenis tanah, serta jenis tanaman yang
tepat ditanam pada jenis-jenis tanah tersebut.
3. Observasi / Pengamatan
Pada Kegiatan Pembelajaran pertemuan 1 siklus II, guru
mengamati siswa dalam diskusi kelompok sudah berjalan lebih baik dari
sebelumnya, terbukti dari permasalahan yang ditugaskan untuk dibahas
yaitu tumbuhan lumut yang menempel pada bebatuan. disisni siswa
mengamati bentuk akar yang bisa memecah bebatuan dalam waktu lama,
selain itu di dalam siswa mempraktekan membakar jenis bebatuan
dapat mengamati jenis batuan yang mudah lapuk, demikian juga dalam
pengamatan jenis paku besi yang berkarat maupun yang bercat siswa dapat
menjelaskan perbedaannya. Pada kegiatan mempresentasikan
hasil/kesimpulan siswa sudah semakin bersaing dan berani menanggapi.
Pada pertemuan 2 Siklus II ini guru membimbing siswa untuk
tanah dicampur di dalam gelas yang berisi air, kemudian diaduk dengan
sendok, diamkan sampai bening. Dalam kegiatan ini guru mengamati
ketrampilan siswa membedakan jenis-jenis tanah, serta di dalam
melaporkan kesimpulan sudah lebih terperinci, sehingga daya tangkap
siswa semakin bermakna.
4. Refleksi
Pada pertemuan 1 siklus II Pelaksanaan Pembelajaran sesuai
dengan yang penulis rencanakan, tetapi penggunaan peraga belum
maksimal sehingga hasilnyapun masih belum maksimal juga. Pada
umumnya siswa masih merasa kesulitan jika menemui tugas yang
berbentuk uraian agak panjang, apa lagi bentuk soal lisan.
Pada pertemuan 2 Siklus II Pelaksanaan Pembelajaran lebih
maksimal, efektif, dan efisien. Hal ini siswa mempraktekan langsung dari
berbagai bahan dan alat yang disiapkan oleh penulis maupun siswa sendiri,
sehingga siswa lebih cepat menangkap isi dari pembelajaran yang
dihadapi.
Hasil nilai pada pertemuan 2 siklus II sudah mencapai target yang
direncanakan yaitu maksimal nilai 70 mencapai 75% dari 12 siswa, karena
perolehan nilai rata rata 76,83 dan yang mendapat nilai minimal 70
mencapai 9 siswa dari 12 siswa. Oleh karena itu pembelajaran cukup
5. Hasil evaluasi siswa
Uraian hasil tes formatif pertemuan 1 hanya sebagai penjajagan
saja, sehingga tidak digunakan sebagai hasil evaluasi siklus II, nilai
rata-rata kelas belum ada peningkatan dari siklus I nilai yaitu 71, tetapi secara
keseluruhan belum sesuai target.
Tes pertemuan 2 Siklus II terdiri dari hasil pengamatan diskusi
kelompok dan evaluasi tertulis. Penilaian pada hasil pengamatan dalam
pelaksanaan diskusi terdiri dari beberapa kreteria diantaranya : produk,
kerjasama, keaktifan, menyampaikan pendapat. Setelah diadakan penilaian
siswa mendapatkan nilai yang bervariasi (terlampir) dengan nilai terendah
68 (enam delapan) dan nilai tertinggi 100 (seratus) dengan nilai rata-rata
84 (delapan empat).
Dari hasil nilai evaluasi tertulis yang terdiri dari: Isian 10 butir
soal dengan skor maksimal 1x10=10 dan Uraian 5 butir soal dengan skor
maksimal 5x3=15. Kedua nilai tersebut digabung dengan skor maksimal
25. Penilaian tersebut dengan rumus:
Jumlah skor yang dicapai (x) X 4 atau N = x / y Jumlah skor maksimal (y)
Setelah diadakan koreksi nilai yang didapat siswa adalah sebagai
berikut:
Nilai terendah 50 (lima nol), nilai tertinggi 90 (sembilan nol) dan nilai
Kedua jenis tes yaitu pengamatan dalam diskusi kelompok dan
evaluasi nilai yang di dapat siswa adalah nilai terendah 59 (lima
sembilan), nilai tertinggi 95 (sembilan lima) dan nilai rata-rata 76,83
(tujuh enam koma delapan tiga) lihat tabel berikut ini :
Nilai rata-ratanya diperoleh menggunakan rumus :
x = fx
f
Dimana x = nilai rata-rata
= simbul jumlah
f = Frekwensi (banyak siswa yang mendapat nilai)
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata adalah: 922/12 = 76,83
Nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah 71 (tujuh satu)
sedangkan nilai rata-rata dari hasil tes siklus II adalah 76,83
(tujuh enam koma delapan tiga). Dengan demikian ada peningkatan nilai
dari tindakan pada siklus II dibanding dengan hasil tes siklus I.
Peningkatan itu adalah hasil rata-rata nilai tes siklus II dikurangi
dengan hasil nilai tes siklus I yaitu 76,83 - 71= 5,83 (lima koma delapan
tiga). Apabila dipresentase kenaikan nilai tersebut adalah: 5,83/71 x 100 %
= 8,21%
Disamping itu peningkatan nilai tersebut telah sesuai dengan nilai
yang diharapkan, karena perolehan nilai 70 telah mencapai 75% yaitu
dari siswa yang berjumlah 12 yang mendapat nilai 70 ke atas sejumlah 9
Tabel 7. Daftar Nilai Diskusi dan Nilai Tes Formatif pertemuan 2
Siklus II
No. Nama Siswa
Nilai
Ket.
T/TT Diskusi Tes
Rata-rata
1 Tomi Ade Leswanto 88 80 84 T
2 Ade Tiawan 68 60 64 TT
3 Cahyo Novanto 68 50 59 TT
4 Jidan Aji wicaksono 88 65 72 T
5 Lingga Pratama 81 70 75 T
6 Tri Hartono 81 70 75 T
7 Wahda Maulana Yusuf 69 65 67 TT
8 Aska Ade Wibowo 100 80 90 T
9 Arya Nurverdianto 100 75 87 T
10 Ayu Puryanti 100 90 95 T
11 Rio Adi Saputra 81 70 75 T
12 Wahyuda Novan Ardian 88 70 79 T
Jumlah 1.012 845 922
Rata-rata 84,33 70,40 76,83 75%
D. Pembahasan
1. Tindakan
Tindakan yang penulis lakukan pada siklus I pembelajaran IPA
tentang Proses Pembentukan tanah karena pelapukan, kegiatan siswa
belum maksimal karena guru masih banyak menggunakan metode
ceramah dan penggunaan alat peraga masih banyak dipraktekan oleh guru.
Sedangkan pada pembelajaran siklus II siswa lebih siap mebawa alat
peraga sendiri dan didemonstrasikan dengan baik, pembelajaran pada
siklus II guru hanya mefasilitasi dan membimbing siswa yang menemui
kesulitan, sehingga nilai hasil yang dicapai siswa dapat memenuhi kreteria
yang diharapkan.
2. Pembahasan hasil pengamatan
Ternyata setelah diadakan tindakan kelas dengan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan penggunaan alat peraga
meskipun hanya sederhana, dan pembelajaran dengan model Pakem tepat
dilaksanakan dalam pembelajaran, benar-benar menyenangkan dan
hasilnyapun dapat meningkat,
1. Hasil tes kondisi awal tahun lalu adalah sebagai tolok ukur nilai
rendah yaitu 58
2. Hasil tes pada siklus I seperti yang penulis sampaikan di atas adalah
dengan nilai rata-rata 71 (tujuh satu)
3. Sedangkan hasil tes pada siklus II dengan nilai rata-rata 76,83 (tujuh
enam koma delapan tiga)
3. Pembahasan hasil refleksi
Hasil pada siklus I meningkat dari kondisi awal 58 menjadi 71
dengan peningkatan 71-58 = 13 . Sedangkan hasil refleksi pada siklus II
dengan nilai rata-rata 76,83, hal ini menunjukkan peningkatan,
sangat tepat diadakan tindakan kelas dengan pendekatan kontekstual,
penggunaan peraga, dan model pembelajaran Pakem terbukti hasilnya
akan lebih baik.
Bila dibandingkan dengan nilai ketuntasan yang ingin dicapai oleh
siswa kelas V SDN Tamanagung 3 pada Semester 2 Tahun pelajaran 2010
/ 2011 yaitu 65, maka setelah diadakan tindakan kelas pada siklus II telah
mencapai ketuntasan (KKM) 75, karena nilai rata-rata yang dicapai pada
evaluasi akhir siklus adalah 76,83.
Gambar 2 Diagram Batang Hasil Nilai Kondisi Awal
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 3. Diagram Bat ang Hasil Nlai
Siklus 1
Gambar 4 Diagram Bat ang Hasil Nilai
Siklus 2
0 1 2 3 4 5 6
50 60 70 80 90 100
0 1 2 3 4 5 6 7
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah: Peningkatan prestasi belajar IPA
tentang Proses Pembentukan Tanah karena Pelapukan dengan pendekatan
kontekstual bagi siswa kelas V SDN Tamanagung 3 Muntilan. Setelah
diadakan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA, peneliti dapat
menarik kesimpulan:
Pembelajaran apapun guru harus terlebih dahulu mempersiapkan
dan mefasilitasi kelengkapan pembelajaran, seperti RPP,Lembar Kerja Siswa
(LKS), maupun Lembar Evaluasi (LE). Pada pelaksanaan pembelajaran tiap
siklus peneliti selalu memberi tugas diskusi kelompok yang terdiri dari 3-4
siswa. Pada awalnya diskusi kelompok belum menunjukkan kekompakan,
kebersamaan, dan masih tertumpu pada anak yang pandai saja, sehingga pada
laporan hasil diskusi dan evaluasi individu nilai yang didapat belum ada
kemajuan dari kondisi awal. Pada pembelajaran berikutnya peneliti
menerapkan pendekatan kontekstual dimana alat peraga dipersiapkan oleh
siswa sendiri yang diambil dari lingkungan sekitar, pembelajaran semakin
menarik dan siswa menikmati dan aktif serta terlihat menyenangkan dalam
dalam membahas lembar kerja bersama kelompoknya. Pada pemaparan hasil
diskusi oleh setiap kelompok, kelompok lain sudah berani member
tanggapan, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih