i
ATURAN SINUS KOSINUS DAN LUAS SEGITIGA
SERTA UPAYA REMEDIALNYA
KELAS X SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Di susun oleh :
Vincentia Septi Puspitawati (091414003)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus
2. Kedua orang tuaku;
Agustinus Sutarjana dan
Lucia Tantina
3. Kakak dan adikku;
Anastasya Aprilstyawati,
Christina Putriningsih dan Mas Ari
4. Seseorang spesial :
Georgius Rocki Agasi
5. Sahabat-sahabat saya;
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Agustus 2013
Penulis,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Vincentia Septi Puspitawati
No. Mahasiswa : 091414003
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL-SOAL ATURAN SINUS KOSINUS DAN LUAS SEGITIGA SERTA UPAYA
REMEDIALNYA KELAS X SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan(bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian, pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 30 Agustus 2013
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
Vincentia Septi Puspitawati (091414003). “Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Aturan Sinus Kosinus dan Luas Segitiga serta Upaya
Remedialnya Kelas X SMA Sang Timur Yogyakarta”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Agustus 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiagnosis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tentang aturan sinus dan kosinus serta rumus luas segitiga dari segi faktor kognitif, dan melakukan upaya remedialnya. Kesulitan yang diteliti dalam penelitian ini berupa kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal. Kegiatan remedial pada penelitian ini dilakukan agar dapat mengatasi kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan soal-soal tentang aturan sinus kosinus dan luas segitiga.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksploratif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan dengan instrumen tes awal(tes hasil belajar), tes diagnostik, dan melalui teknik wawancara. Sedangkan pembelajaran remedial yang dilakukan dengan mengajarkan kembali materi aturan sinus dan kosinus serta rumus luas segitiga dengan menjelaskan kembali bagian-bagian yang menjadi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal dan diakhiri dengan dilakukannya tes remedial untuk melihat perkembangan kesulitan siswa setelah mengikuti pembelajaran remedial.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat 11 siswa yang mengalami kesulitan dari 17 siswa (65%). Terdapat 4 jenis kesalahan umum yang dibuat siswa dalam mengerjakan soal-soal tentang aturan sinus kosinus dan rumus luas segitiga, meliputi 1) kesalahan data; 2) kesalahan intepretasi bahasa; 3) kesalahan menggunakan rumus 4) kesalahan teknis 5) penyelesaian tidak dicek kembali. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 7 siswa(64%) yang mengalami keberhasilan/peningkatan setelah mengikuti pembelajaran remedial. Dengan demikian kegiatan remedial cukup membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal tentang aturan sinus dan kosinus serta rumus luas segitiga.
viii
ABSTRACT
Vincentia Septi Puspitawati (091414003). "Diagnosis of Student’s Difficulties in Solving Problems of Sine Cosine Rules and Area of Triangles and the Remedial Efforts for the Student of Class X Sang Timur High School, Yogyakarta". Undergraduate Thesis, Mathematic Education Study Program, Department of Mathematic and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, August 2013.
The purpose of this research was to diagnose student's difficulties in problem solving of the cosine and sine rules formula and the area of a triangle in terms of cognitive factors, and to describe the remedy of the difficulties. Difficulties observed in this research were in the form of errors made by students in solving problems. The remedial activities were done in order to overcome the difficulties experienced in solving questions about the rules of sine cosine and area of a triangle.
The type of research used was exploratory quantitative and qualitative. Data collected by using the initial test instruments (achievement test), diagnostic tests, and through interview techniques. The remedial learning was done by explaining the materials of sine cosine rules and area of a triangle formula and explaining the parts that cause difficulties to students.
The results revealed that there were 11 students who had difficulties among 17 students (65%). There were 4 types of common mistakes that cause students difficulties answering the questions about the rules of sine cosine and area of a triangle formula, including 1) data errors; 2) language interpretation errors; 3) error using the formula; 4) technical errors; 5) the settlement is not rechecked. The results also indicated that there were 7 students (64%) who experienced success after following remedial learning. Thus the remedial activities were sufficient to help students overcome the difficulties in solving the problems of the cosine and sine rules and the formula area of a triangle.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal
Aturan Sinus Kosinus dan Luas Segitiga serta Upaya Remedialnya Kelas X SMA
Sang Timur Yogyakarta” dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat, nasehat,
dukungan, bimbingan, dan motivasi yang penulis dapatkan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pengetahuan Universitas Sanata Dharma
2. Drs. A. Atmadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma
3. Dr. M. Andy Rudhito, S. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma
4. Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, memberikan pengarahan kepada penulisdengan sabar
dan memberikan nasehat serta saran yang berguna dalam penyusunan
skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
5. Para dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan bantuan kepada
x
6. Suster Helaria selaku Kepala Sekolah SMA Sang Timur Yogyakarta
yang telah mengijinkan untuk melakukan penelitian.
7. Bu Lia selaku Guru Bidang Studi Matematika SMA Sang Timur
Yogyakarta yang telah membantu dalam memberikan saran-saran
selama peneliti melakukan penelitian.
8. Siswa-siswi kelas X1 dan X3 SMA Sang Timur Yogyakarta atas
partisipasi dan kerjasamanya selama melaksanakan penelitian
9. Bapak, Ibu, serta seluruh Kkeluarga yang selalu memberikan doa,
dukungan, cinta dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Rocki, Sandhi, Monik dan semua sahabat-sahabatku yang telah
memberi semangat, penghiburan, nasihat, saran dan doa kepada
penulis.
11.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2009 dan
teman-teman Kost Aulia yang telah mendukung serta membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada penyusunan skripsi
ini, oleh sebab itu penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik dari
pembaca. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, 30 Agustus 2013
xi
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN A ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN B ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN C ... xix
DAFTAR LAMPIRAN D ... xx
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
xii
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Pembatasan Masalah ... 6
F. Batasan Istilah ... 7
G. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II : LANDASAN TEORI A. Hakekat Belajar Matematika 1. Hakekat Matematika ... 9
2. Hakekat Belajar Matematika ... 10
B. Menyelesaikan Soal Matematika ... 12
C. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Matematika... 13
D. Diagnosis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal-soal Matematika ... 16
1. Teknik Diagnosis ... 16
2. Alat Diagnosis ... 18
E. Jenis Kesalahan ... 20
F. Remedial ... 25
1. Maksud dan Tujuan Remedial ... 25
2. Karakteristik Pengajaran Remedial ... 26
3. Prosedur Pengajaran Remedial ... 27
G. Aturan Sinus Kosinus dan Luas Segitiga 1. Aturan Sinus ... 31
2. Aturan Kosinus ... 32
3. Luas Segitiga ... 34
xiii
1. Validitas ... 37
2. Reabilitas ... 38
I. Kerangka Berpikir ... 39
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43
B. Subjek, Waktu dan Tempat Penelitian 1. Subjek Penelitian ... 43
2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 44
C. Metode Pengumpulan Data ... 44
1. Metode Tes ... 45
2. Metode Wawancara ... 45
D. Instrumen Penelitian 1. Tes Awal ... 46
2. Tes Diagnostik ... 47
3. Wawancara ... 48
4. Tes Remedial ... 48
E. Teknik Analisis Data 1. Tes Awal ... 49
2. Tes Diagnostik ... 49
3. Wawancara ... 50
4. Tes Remedial ... 50
F. Keabsahan Data ... 51
xiv
1. Tahap Persiapan ... 51
2. Tahap Observasi ... 52
3. Tahap Pengambilan Data ... 52
BAB IV : PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 53
B. Analisis Data ... 59
C. Hasil Penelitian ... 61
1. Mengidentifikasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar ... 61
2. Identifikasi Masalah ... 62
3. Identifikasi Penyebab Masalah ... 67
4. Menentukan Bantuan dengan Pembelajaran Remedial ... 90
5. Tindak Lanjut dari Pembelajaran Remedial ... 91
D. Pembahasan ... 96
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 108
B. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian 1. Kelebihan Penelitian ... 110
2. Keterbatasan Penelitian ... 110
C. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 112
xv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 : Tabel Contoh Kategori Jenis Kesalahan Siswa dalam
Mengerjakan Soal-soal Aturan Sinus Kosinus ... 24
Tabel 2 : Kisi-kisi Soal Uji Coba Tes Awal ... 46
Tabel 3 : Perubahan Soal Pada Uji Coba Tes Awal dengan Tes Awal ... 56
Tabel 4 : Tabel Skor, Nilai dan Kriteria Ketuntasan Tes Hasil Belajar
Siswa Kelas X3 ... 61
Tabel 5 : Tabel Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Soal Aturan Sinus
Kosinus dan Rumus Luas Segitiga ... 64
Tabel 6 : Rekapitulasi dan Prosentase Kesalahan Yang dilakukan Siswa ... 66
Tabel 7 : Perbandingan Kesalahan Siswa pada Tes Diagnostik dan Tes
Remedial ... 92
xvi
DAFTAR GRAFIK
Hal
Grafik 1 : Grafik Hasil Tes Awal Kelas X3 ... 62
Grafik 2 : Grafik Lingkaran Rekapitulasi Prosentase Kesalahan yang
xvii
DAFTAR LAMPIRAN A
Hal
Lampiran A.1 Soal Uji Coba Tes Awal ... 114
Lampiran A.2 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Tes Awal ... 116
Lampiran A.3 Rekap Jawaban Siswa Hasil Uji Coba Tes Awal ... 117
Lampiran A.4 Perhitungan Validitas Soal Uji Coba Tes Awal ... 118
Lampiran A.5 Perhitungan Reabilitas dan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba Tes Awal ... 136 Lampiran A.6 Soal Tes Awal ... 138
Lampiran A.7 Kunci Jawaban Soal Tes Awal ... 140
xviii
DAFTAR LAMPIRAN B
Hal
Lampiran B.1 Soal Tes Diagnostik ... 142
Lampiran B.2 Kunci Jawaban Tes Diagnostik ... 143
Lampiran B.3 Rekap Jawaban Siswa Hasil Tes Diagnostik ... 149
xix
DAFTAR LAMPIRAN C
Hal
Lampiran C.1 Transkrip Wawancara dengan Siswa ... 183
Lampiran C.2 Transkrip Wawancara dengan Guru ... 190
xx
DAFTAR LAMPIRAN D
Hal
Lampiran D.1 Surat Izin Penelitian dari kampus ... 191
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang saat ini telah
berkembang dan dijadikan sebagai salah satu alat ukur keberhasilan proses
belajar mengajar. Dimana matematika termasuk salah satu mata pelajaran
yang ikut dalam Ujian Nasional di tingkat menengah pertama dan atas,
sehingga diharapkan siswa mampu menguasai materi matematika dengan
baik dari awal hingga akhir. Pada tingkat menengah atas, sebagian besar
objek yang dipelajari pada pelajaran matematika bersifat abstrak. Sifat
abstrak inilah yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar
matematika. Dibutuhkan suatu proses agar siswa dapat berfikir secara
abstrak dalam mempelajari matematika, dimana pada tingkat pendidikan
dasar matematika disajikan dalam bentuk kongkrit, kemudian pada tingkat
menengah siswa sudah mulai dilatih berfikir dari hal kongkrit ke abstrak,
karena hampir semua materi matematika yang dipelajari pada tingkat
pendidikan menengah bersifat abstrak.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang mempelajari
banyak konsep, aturan, rumus dan definisi. Rumus-rumus yang dipelajari
dalam matematika cukuplah banyak, dan diharapkan siswa tidak hanya
karakteristik dari rumus-rumus yang ada pada matematika harus dimiliki
oleh siswa, sehingga ketika siswa menemukan soal yang bervariatif
ataupun soal-soal aplikatif siswa tidak mengalami kesulitan dalam
mengerjakannya. Konsep-konsep yang dipelajari dalam matematika saling
terkait satu sama lain, sehingga akan sangat rentan jika siswa memiliki
konsepsi yang menyimpang dari konsep ilmiah yang diakui para ahli.
Penguasaan konsep matematika yang dimiliki siswa di tingkat
pendidikan menengah sangat bergantung pada penguasaan konsep
matematika di tingkat dasar. Memang konsep matematika di tingkat
pendidikan dasar dengan pendidikan menengah itu tidaklah berbeda, tetapi
konsep matematika di tingkat pendidikan menengah lebih luas sesuai
perkembangan kemampuan yang dimiliki siswa. Untuk dapat memahami
konsep matematika di tingkat pendidikan menengah dengan mudah maka
siswa harus benar-benar menguasai materi dasar. Jika pemahaman materi
dasar itu kurang maka siswa akan mengalami kesulitan ketika mempelajari
matematika pada tingkat yang lebih tinggi. Untuk mengetahui kesulitan
yang dialami siswa dalam belajar matematika dapat dilihat dari kesalahan
yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Di
sinilah peran seorang guru sangat dibutuhkan, di mana guru harus
mencermati hasil pekerjaan siswa dengan menganalisis langkah kerja
siswa dalam mengerjakan soal dan menemukan letak kesalahan-kesalahan
dapat memberikan pembelajaran ulang guna memperbaiki kesalahan yang
dilakukan siswa, agar tidak terulang kembali.
Berdasarkan observasi di SMA Sang Timur Yogyakarta, dengan
mengambil subyek penelitian yaitu siswa kelas X, peneliti menemukan
bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar
matematika. Kesulitan tersebut tampak pada hasil ulangan ataupun
latihan-latihan soal yang mendapatkan nilai kurang maksimal. Guru bidang studi
matematika menjelaskan bahwa pemahaman konsep serta pemahaman
rumus siswa kurang, sehingga ketika dihadapkan dengan soal-soal terlihat
siswa malah bingung. Namun, tidak sedikit juga siswa yang mempunyai
kemampuan lebih, sehingga mereka mampu menerima pembelajaran
dengan cepat.
Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika dan
observasi di kelas, diketahui bahwa dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakan selama ini menggunakan metode pemecahan masalah,
diskusi kelompok, dan tanya jawab. Selama pembelajaran berlangsung
terlihat ada siswa yang sibuk sendiri atau kurang memperhatikan, sehingga
pengelolaan kelas cukup terganggu. Sebagai alat evaluasi untuk mengukur
hasil belajar siwa, guru memberikan tugas, PR, dan ulangan harian yang
dibuat sendiri. Guru selalu memeriksa tugas, PR, atau ulangan harian yang
diberikan, dan segera mengembalikan pada siswa, serta memberikan
Aturan sinus kosinus dan luas segitiga adalah salah satu materi yang
terdapat pada trigonometri SMA kelas X. Trigonometri adalah sebuah
cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi
trigonometrik seperti sinus, cosinus dan tangen. Begitu banyaknya fungsi
dan rumus ataupun identitas yang ada pada trigonometri sehingga muncul
berbagai keluhan dari para siswa ketika mempelajari materi trigonometri,
terlebih siswa mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan soal
trigonometri. Begitu pula dengan materi aturan sinus kosinus dan luas
segitiga ini berisikan bermacam rumus, dan diharapkan siswa benar-benar
memahami setiap rumus yang ada. Namun pada kenyataan pemahaman
rumus masih sering diabaikan oleh siswa dan mereka cenderung untuk
menghafal rumus-rumus, sehingga siswa kurang terampil dalam
mengkaitkan berbagai rumus serta kemampuan siswa mengaplikasikan
rumus ke dalam soal-soal juga masih kurang. Hal tersebut mengakibatkan
hasil belajar siswa dikategorikan masih rendah.
Mengetahui keadaan di lapangan seperti itu, perlu dilakukannya
sebuah proses diagnosis kesulitan, maka dari hasil diagnosis tersebut
ditemukan apa yang menjadi kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal
aturan sinus kosinus dan luas segitiga sehingga kedepannya siswa
diharapkan tidak mengalami kesulitan lagi dalam mengerjakan soal-soal
aturan sinus kosinus dan luas segitiga. Upaya remedial juga perlu
dilakukan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
upaya remidial tersebut dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa dan sifatnya memperbaiki kekeliruan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal atau untuk lebih memberikan pemahaman yang lebih bagi siswa
yang mengalami kesulitan.
Berdasarkan uraian di atas, kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa
dan faktor penyebabnya dalam menyelesaikan soal-soal aturan sinus
kosinus dan luas segitiga merupakan hal yang menarik untuk diteliti, dan
sebisa mungkin ditindak lanjuti dengan upaya remedial, agar siswa dapat
mempelajari materi matematika selanjutnya dengan konsep yang benar.
Maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “Diagnosis
Kesulitan Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Aturan Sinus
Kosinus dan Luas Segitiga serta Upaya Remidialnya Kelas X SMA Sang
Timur Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
1. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari
trigonometri terutama pada penyelesaian soal-soal.
2. Kegiatan diagnosis jarang dilakukan di berbagai sekolah, termasuk
SMA Sang Timur Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari identifikasi masalah, peneliti mengangkat
1. Apa saja kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal-soal
aturan sinus dan kosinus serta luas segitiga?
2. Bagaimana hasil upaya remedial yang dilakukan untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal-soal aturan
sinus dan kosinus serta luas segitiga?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan
soal-soal aturan sinus kosinus dan luas segitiga.
2. Mengetahui bagaimana hasil upaya remedial untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal-soal aturan
sinus dan kosinus serta luas segitiga?.
E. Pembatasan Masalah
Dengan memperhatikan keterbatasan kemampuan, pengetahuan,
waktu dan biaya maka dalam penelitian diagnosis kesulitan ini dibatasi
pada mengidentifikasi kesulitan dari aspek kognitif siswa yang
ditunjukkan pada kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
F. Batasan Istilah
1. Kesulitan adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
hambatan dalam mencapai suatu tujuan sehingga hasilnya kurang
maksimal dan dibutuhkan usaha yang lebih untuk mengatasinya.
2. Kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal trigonometri adalah suatu
keadaan dimana siswa mengalami hambatan dalam menyelesaikan
soal-soal trigonometri sehingga hasilnya kurang maksimal dan
dibutuhkan usaha yang lebih untuk dapat menyelesaikan soal-soal
dengan baik.
3. Diagnosis adalah penentuan masalah/kelainan dengan meneliti latar
belakang dan menganalisis gejala yang tampak.
4. Diagnosis kesulitan belajar adalah upaya untuk menemukan kesulitan
yang dialami siswa dalam belajar dengan cara yang sistematis
berdasarkan gejala-gejala yang nampak dan menemukan faktor
penyebabnya baik yang mungkin terletak pada diri siswa atau yang
berasal dari luar diri siswa(M.Entang, 1984:10).
5. Diagnosis kesulitan siswa menyelesaikan soal-soal adalah upaya untuk
menemukan kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
soal-soal dengan cara yang sistematis berdasarkan gejala-gejala yang
nampak dan menemukan faktor penyebabnya.
Dalam penelitian ini, kegiatan diagnosis dibatasi pada menemukan
kesulitan-kesulitan siswa berdasarkan gejala-gejala yang nampak serta
6. Upaya remedial dalam penelitian ini merupakan upaya dalam
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan
soal-soal. (M. Entang, 1981: 7)
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
Peneliti ingin memberikan sumbangan pemikiran bagi guru tentang
berbagai macam kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tentang
aturan sinus kosinus dan luas segitiga, serta upaya remedial sebagai upaya
untuk mengatasi kesulitan siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.
Penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mengenai berbagai macam kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal
trigonometri, terutama tentang aturan sinus dan kosinus serta luas segitiga.
Sehingga kelak jika peneliti ataupun pembaca menjadi guru dapat
meminimalisir munculnya kesulitan yang dihadapi siswa dalam
mengerjakan soal-soal, serta dapat mengetahui langkah-langkah dalam
pelaksanaan pembelajaran remedial sebagai upaya untuk mengatasi
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakekat Belajar Matematika
1. Hakekat Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau
mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika
dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika
adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika
bersifat konsisten.
Sujono (1988:5) mengemukakan beberapa pengertian
matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik, serta
matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang
logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Selain itu
metematika membantu dalam mengintepretasikan secara tepat berbagai
ide dan kesimpulan.
Hudoyo (2001:46) mengemukakan bahwa hakikat matematika
hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika
berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak.
Dari berbagai definisi matematika diatas, dapat disimpulkan
bahwa matematika memiliki karakteristik yang membedakan
matematika terhadap ilmu-ilmu yang lain. Beberapa karakteristik dari
matematika meliputi :
a. Objek yang dipelajari abstrak, meskipun dalam pengajaran di
sekolah siswa diajarkan dengan menggunakan benda kongkrit,
namun siswa tetap didorong untuk melakukan abstraksi;
b. Konsep-konsep matematika yang ada saling berhubungan serta
sangat jelas berjenjang sehingga terjaga konsistennya;
c. Menggunakan penalaran yang logis serta dapat dijelaskan
kebenarannya dalam penarikan kesimpulan;
d. Melibatkan perhitungan (operasi);
e. Dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Hakekat Belajar Matematika
Hudoyo (2001 : 92) mengemukakan bahwa belajar merupakan
suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan
baru sehingga timbul perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar,
seorang mampu mendemonstrasikan dan keterampilan di-mana
Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam siswa banyak
sekali sifat dan jenisnya. Oleh karena itu, tidak semua perubahan
dalam diri siswa. dikatakan perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri
tertentu dari suatu perubahan dalam arti belajar menurut Slameto
(2003:3) menyatakan:
a. Perubahan terjadi secara sadar.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan terarah.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Dalam belajar matematika perlu disesuaikan dengan
perkembangan kognitif siswa, dimulai dari hal yang konkrit menuju
abstrak. Belajar matematika juga melibatkan struktur hierarki yang
mempunyai tingkatan lebih tinggi dan dibentuk atas dasar pengalaman
yang sudah ada sehingga belajar matematika harus terus-menerus dan
berurutan karena belajar matematika yang terputus-putus akan
mengganggu pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Dengan
demikian, penguasaan materi yang tinggi akan dapat dimiliki siswa
dalam mempelajari matematika bila guru tidak hanya menuntut
siswanya untuk menghafal rumus saja, tetapi lebih penting adalah
memberikan pemahaman yang penuh terhadap konsep-konsep yang
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa belajar
matematika adalah proses dalam diri siswa yang hasilnya berupa
perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan untuk menerapkan
konsep-konsep, struktur dan pola dalam matematika sehingga
menjadikan siswa berfikir logis, kreatif, sistematis dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Menyelesaikan Soal Matematika
Dalam pengajaran matematika, pertanyaan yang diharapkan kepada
siswa biasanya di sebut soal. Menurut Hudojo (2001:163) mengatakan
bahwa soal matematika dibedakan menjadi dua bagian. Kedua bagian
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Latihan (soal) yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah
bersifat berlatih agar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian
yang baru saja diajarkan. Soal seperti ini dapat diselesaikan dengan
prosedur rutin yang telah biasa dilakukan oleh siswa.
2. Soal yang berupa masalah tidak hanya seperti latihan tadi,
menghendaki siswa untuk menggunakan sintesis atau analisis.
Untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut harus menguasai
hal – hal yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai
pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman, tetapi dalam hal ini
Selain memperhatikan langkah – langkah penyelesaian tersebut diatas,
siswa juga dituntut lancar membaca dan mampu memahami soal, serta
mampu membuat model atau kalimat matematika. Disamping itu
siswa juga harus dapat memilih rumus yang sesuai jika dibutuhkan serta
trampil melakukan perhitungan, dan yang terakhir mampu menyimpulkan
jawaban yang ditanyakan.
C. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal – Soal Matematika
Tidak selamanya aktivitas belajar siswa dapat berjalan secara wajar.
Terkadang ditemukan berbagai hambatan saat kegiatan belajar itu
berlangsung seperti semangat konsentrasi belajar yang tidak stabil, kurang
bisa menangkap materi yang dipelajari dan sebagainya sehingga ketika
siswa dihadapkan dengan soal akan mengalami kesulitan. Menurut Burton,
siswa diduga mengalami kesulitan belajar, apabila siswa tidak dapat
mencapai ukuran tingkat keberhasilan belajar dalam waktu tertentu, siswa
tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan dan tidak dapat
mencapai tingkat penguasaan materi. (Makmun, 1996 : 207).
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika
merupakan kesulitan belajar siswa yang mengarah pada proses siswa
menyelesaikan suatu permasalahan di dalam soal matematika.
Kesulitan-kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh masalah karakteristik matematika,
a. Karakteristik Matematika
Karakteristik Matematika yaitu objeknya abstrak, konsep
dan prinsipnya berjenjang, dan prosedur pengerjaannya banyak
memanipulasi bentuk-bentuk. Siswa memerlukan waktu dan
peragaan dalam menangkap konsep yang abstrak itu. Siswa akan
mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep berikutnya, jika
konsep yang sebelumnya tidak terbentuk dengan benar.
b. Masalah siswa
Setiap siswa mempunyai kecepatan belajar yang
berbeda-beda dan gaya belajar yang berberbeda-beda pula. Selain itu faktor-faktor
yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal (Soleh, 1998) meliputi :
1) Siswa tidak menangkap konsep matematika dengan benar.
Siswa belum sampai ke proses abstraksi, masih dalam dunia
kongkrit. Siswa baru sampai ke permasalahan instrumen,
yang hanya tahu contoh-contoh tetapi tidak dapat
mendeskripsikannya. Siswa belum sampai ke pemahaman
relasi, yang dapat menjelaskan hubungan antar
konsep-konsep lain yang diturunkan dari konsep-konsep terdahulu yang
belum dipahaminya.
2) Siswa tidak menangkap arti dari lambang-lambang.
Siswa hanya dapat melukiskan atau mengucapkan, tanpa
matematika menjadi tidak berarti baginya, sehingga siswa
memanipulasi sendiri lambang-lambang tersebut.
3) Siswa tidak memahami asal usul suatu prinsip.
Siswa tahu apa rumusnya dan bagaimana menggunakannya,
tetapi tidak tahu mengapa rumus itu digunakan. Akibatnya,
siswa tidak tahu di mana atau dalam konteks apa prinsip itu
digunakan.
4) Siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur.
Ketidaklancaran menggunakan operasi dan prosedur
terdahulu mempengaruhi pemahaman prosedur selanjutnya.
5) Ketidaklengkapan pengetahuan.
Hal ini dapat menghambat kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah matematika. Sementara itu, pelajaran
tersebut berlanjut secara berjenjang.
c. Masalah guru
Setiap guru mempunyai persepsi sendiri tentang
Matematika, hakekat belajar, dan mengajar. Mereka mempunyai
gaya mengajar atau metode mengajar sendiri. Selain itu, mereka
juga mempunyai keterbatasan pengetahuan dan keterampilan
D. Diagnosis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal - Soal Matematika
Diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan
meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis
gejala-gejala yang tampak, sedangkan kesulitan belajar adalah suatu
gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya
prestasi belajar yang rendah atau dibawah nilai/ukuran yang telah
ditetapkan.
Menurut Entang(1984:10), diagnosis kesulitan belajar adalah
upaya untuk menemukan kesulitan yang dialami siswa dalam belajar
dengan cara yang sistematis berdasarkan gejala-gejala yang nampak
dan menemukan faktor penyebabnya baik yang mungkin terletak pada
diri siswa atau yang berasal dari luar diri siswa. Jika kesulitan siswa
mengarah kepada proses mengerjakan soal-soal matematika maka
upaya yang dilakukan adalah menemukan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal – soal matematika dan menemukan faktor
penyebabnya.
1. Teknik Diagnosis
Sasaran dari kegiatan diagnosis pada dasarnya ditujukan untuk
memahami karakteristik dan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kesulitan. Dari pola pendekatan C. Ross dan Julian
Stanley, dapat disimpulkan bahwa teknik diagnosa kesulitan belajar
a. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami
kesulitan
Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
dilakukan dengan:
1) Menganalisis prestasi belajar, dengan melihat prestasi
siswa yang mengalami kesulitan yang menurun dari
sebelumnya dan prestasi yang dicapai berada di bawah
kemampuan sebenarnya
2) Menganalisis perilaku yang berhubungan dengan proses
belajar, dengan membandingkan perilaku siswa yang
mengalami kesulitan terhadap siswa lainnya yang
sekelas.
3) Menganalisis hubungan sosial, dengan mengamati
intensitas interaksi sosial siswa yang mengalami
kesulitan dengan kelompoknya.
b. Mengalokasikan letak kesulitan atau permasalahnnya
Setelah mengetahui siswa yang mengalami kesulitan
belajar, maka langkah selanjutnya adalah mengelompokan
kesulitan belajar siswa, apakah kesulitan yang didapatnya
hanya terjadi pada salah satu mata pelajaran saja atau lebih.
c. Memperkirakan alternatif pertolongan
Setelah mengalokasikan letak kesulitan siswa, maka
pada siswa yang mengalami kesulitan tersebut, serta
menyusun rencana atau kegiatan yang dapat dilakukan dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa.
2. Alat Diagnosis
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan diagnosis dapat
berupa tes seperti tes diagnostik dan non tes seperti observasi dan
wawancara . Tes diagnostik digunakan untuk menemukan
kelemahan siswa sehingga berdasarkan
kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan perlakuan yang tepat
(Arikunto, 2009 : 34) . Fungsi dari tes diagnostik ini adalah untuk
mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa serta
untuk merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan
sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi. Tes
diagnostik ini dikembangkan berdasar analisis terhadap
sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab
munculnya masalah pada siswa. Soal-soal yang disajikan dalam tes
diagnostik ini berbentuk uraian sehingga mampu menangkap
informasi secara lengkap. Menurut Nana Sudjana (1989;35) secara
umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa
menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Adapun kelebihan dari
tes uraian yang meliputi :
a) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek
kognitif tingkat tinggi;
b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik
lisan maupun tulisan , dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa;
c) Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau
penalaran, yakni berpikir logis, analitis dan sistematis;
d) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah
(problem solving);
Secara garis besar langkah-langkah dalam mengembangkan
tes diagnostik (diknas, 2007:5) adalah:
a) Mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai
ketuntasannya.
b) Menentukan kemungkinan sumber masalah
c) Menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai
d) Menyusun kisi-kisi soal
e) Menulis soal
f) Mereview soal
Tes diagnostik ini dapat dilaksanakan pada beberapa
waktu sebelum proses pembelajaran, pada saat proses
pembelajaran dan pada saat akan mengakhiri pembelajaran.
E. Jenis Kesalahan
Menurut Widdiharto (2008), pada langkah-langkah pemecahan
masalah soal matematika yang berbentuk uraian, siswa melakukan
kegiatan intelektual yang dituangkan pada kertas pekerjaan. Dari kertas ini
dapat dilihat jenis kesulitan yang dilakukan siswa. Kesulitan tersebut
tampak pada kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal matematika dengan melihat letak dan bentuk-bentuk kesalahan yang
dilakukan siswa. Bentuk-bentuk kesalahan tersebut dapat diambil sebagai
bahan pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran. Di samping itu,
deskripsi kesalahan juga dapat bermanfaat memotivasi belajar siswa. Oleh
karena itu, analisis kesalahan siswa selama proses penyelesaian soal perlu
dilakukan untuk mengetahui kesulitan siswa. Davis berpendapat bahwa
kesalahan dalam menyelesaikan suatu permasalahan adalah sumber utama
untuk mengetahui kesulitan siswa.
Menurut Polya, kesalahan dalam mengerjakan soal dapat terjadi
pada aspek :
1. Pemahaman soal, apakah peserta didik dapat memahami soal
dilihat dari bagaimana peserta didik menuangkan dari bahasa
2. Penyusunan rencana, dilihat dari peserta didik yang menuliskan
rumus apa saja yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal
tersebut.
3. Pelaksanaan rencana, dilihat dari sistematika pengerjaan soalnya.
4. Pemeriksaan kembali, apakah peserta didik memeriksa kembali
hasil pekerjaannya sebelum dikumpulkan.
Menurut Lerner (Abdurahman, 2003) mengemukakan berbagai
kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam mengerjakan
tugas-tugas matematika,yaitu kurangnya pengetahuan tentang simbol, kurangnya
pemahaman tentang nilai tempat, penggunaan proses yang keliru,
kesalahan perhitungan, dan tulisan yang tidak dapat dibaca sehingga siswa
melakukan kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca tulisannya
sendiri.
Adapun pengelompokan jenis-jenis kesalahan dalam mengerjakan
soal menurut Hadar dkk (1987) , meliputi
1. Kesalahan data
Jenis kesalahan ini meliputi kesalahan-kesalahan yang dapat
dihubungkan dengan ketidaksesuaian antara data yang diketahui
dengan data yang dikutip oleh siswa.
Dalam penelitian ini ditemukan dua tipe jenis kesalahan data, yaitu:
Siswa sudah paham apa yang ditanyakan dalam soal, namun dalam
penyelesaiannya kurang tepat dalam mengartikan apa yang
diketahui.
b. Menggunakan nilai suatu variabel untuk variabel yang lain.
Siswa salah dalam menggunakan variabel yang diketahui ke dalam
rumus.
2. Kesalahan menginterprestasikan bahasa
Yang termasuk dalam kesalahan ini adalah :
1. Mengubah bahasa sehari-hari ke dalam bentuk persamaan
matematika denganarti yang berbeda
2. Menuliskan simbol dari suatu konsep dengan simbol lainnya
yang artinya berbeda
3. Salah mengartikan grafik
4. Kesalahan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan
3. Kesalahan dalam menggunakan definisi atau teorema
Jenis kesalahan ini merupakan penyimpangan dari prinsip,
aturan, teorema, atau definisi pokok yang khas. Dalam penelitian ini
ditemukan dua tipe jenis kesalahan dalam menggunakan definisi atau
teorema, yaitu:
a. Menerapkan suatu teorema pada kondisi yang tidak sesuai.
Siswa tidak sesuai menggunakan atau menerapkan rumus dalam
menyelesaikan soal. Faktor penyebabnya yaitu siswa kurang
b. Menerapkan sifat distributif untuk fungsi atau operasi yang bukan
distributif. Misalnya : sin (α + β) = sin α + cos β.
c. Tidak teliti atau tidak tepat dalam mengutip definisi, rumus, atau
teorema.
4. Penyelesaian tidak diperiksa kembali
Jenis kesalahan ini terjadi jika setiap langkah yang ditempuh oleh
setiap siswa benar, akan tetapi hasil akhir yang diberikan bukan
penyelesaian dari soal yang dikerjakan. Dalam jenis kesalahan ini
siswa sudah tepat setiap langkahnya dalam menyelesaikan soal,
namun jawabannya salah.
5. Kesalahan teknis
Yang termasuk dalam jenis kesalahan ini adalah :
Kesalahan perhitungan.
Kesalahan dalam mengutip data dari tabel atau gambar. Kesalahan dalam memanipulasi simbol-simbol aljabar dasar. Sementara itu, beberapa ahli menggolongkan jenis-jenis kesalahan
yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika
diantaranya : salah dalam kaidah komputasi atau salah pemahaman
konsep, kesalahan penggunaan operasi hitung, algoritma yang tidak
sempurna, serta mengerjakan dengan serampangan (Rachmadi, 2008)
Dengan mempertimbangkan jenis kesalahan dari berbagai sumber,
maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan kategori kesalahan sebagai
Tabel 1
Tabel Contoh Kategori Jenis Kesalahan dalam Mengerjakan Soal-soal
Aturan Sinus Kosinus dan Luas Segitiga
No. Kategori Kesalahan Contoh Kesalahan 1. Kesalahan Data
a. Salah memasukkan data/variabel ke dalam rumus
b. Menambah data yang tidak berhubungan dengan soal
c. Mengabaikan data penting yang diberikan
d. Tidak memahami arti rumus
Diberikan sebuah segitiga FGH. Tuliskan aturan sinus yang berlaku pada segitiga tersebut!
Jawab : = =
Jawaban yang benar :
= =
2. Kesalahan Mengintepretasikan Bahasa, dengan menulis simbol dari suatu konsep dengan simbol lain yang artinya berbeda
Diberikan sebuah segitiga PQR. Tuliskan aturan kosinus yang berlaku pada segitiga tersebut! Jawab : 2= 2+ 2
−2
Jawaban yang benar :
2= ² + 2
−2
3. Kesalahan Menggunakan rumus, seperti kesalahan dalam mengutip rumus.
Diberikan sebuah segitiga ABC. Tuliskan aturan kosinus yang berlaku pada segitiga tersebut! Jawab : 2= 2+ 2+ 2
Jawaban yang benar :
2= ² + ²−2
4. Penyelesaian tidak diperiksa kembali,
a. Siswa tidak bisa menyelesaikan jawaban karena tidak lengkap pengetahuan dalam menyelesaikan persamaan kuadrat.
b. Siswa tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan pada soal.
Diketahui segitiga PQR, dengan q= 4 cm, r = 3 cm dan sudut P = 60⁰. Tentukan nilai p!
Jawab :
2= ² + 2−2
2 = 4² + 32
−2.4.3 60⁰
2 = 16 + 9
−24.1 2 2= 25−12
2 = 13
5. Kesalahan teknis
a. Kesalahan perhitungan b. Kesalahan memanipulasi simbol-simbol aljabar dasar
Diketahui segitiga ABC dengan b= 2 3 cmn, c = 4 cm, a = 2 cm.
2= ² + ² −2
42= 22+ 2 3 2−2.2 3. 2
16 = 4 +4 3−8 3
16 = 16 3−8 3
= 16 + 16 3−8 3
= 3−8 3
F. Remidial
Pada umumnya proses pengajaran bertujuan agar siswa dapat
mencapai hasil belajar yang optimal. Jika ternyata hasil belajar siswa yang
dicapai kurang optimal, belum bisa menuntaskan kompetensi yang sedang
dijalani dan dianggap belum mencapai hasil belajar yang diharapkan maka
diperlukan suatu proses pengajaran yang dapat membantu siswa dapat
mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Oleh karena itu, siswa yang belum mencapai hasil belajar yang
diharapkan perlu mendapat perhatian dari guru dengan pemberian
pengajaran remedial (remedial teaching). Pada proses pengajaran remedial lebih menekankan pada usaha perbaikan keseluruhan proses belajar
mengajar yang meliputi metode mengajar, materi pelajaran, cara belajar,
alat belajar dan lingkungan turut mempengaruhi proses belajar mengajar.
1. Maksud dan Tujuan Remedial (Remedial Teaching)
Rahman Natawijaya(1984,5) mengemukakan bahwa
remedial adalah bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau
membuat menjadi baik. Jika penyembuhan itu diarahkan pada
Pengajaran remedial (remedial teaching) adalah usaha guru untuk menciptakan suatu yang memungkinkan individu atau
kelompok siswa tertentu mampu mengembangkan dirinya
seoptimal mungkin, sehingga dapat memenuhi kriteria
keberhasilan minimal yang diharapkan melalui suatu proses
interaksi yang terencana, terorganisasi, terarah, terkoordinir dan
terkontrol dengan lebih objektif individu dan kelompok siswa yang
bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungan (Abin
Syamsudin Makmun, 2000: 345).
2. Karakteristik Pengajaran Remidial
Pengajaran remedial tentunya berbeda dengan proses
belajar mengajar biasa. M. Entang (1984: 10) perbedaan
pengajaran remedial dengan proses belajar mengajar biasa terletak
pada :
a. Tujuan
Pengajaran biasa diarahkan pada penguasaan bahan
secara tuntas sehingga tujuan instruksional maupun
tujuan pengiring tercapai secara maksimal. Sedangkan
pengajaran remedial lebih diarahkan pada peningkatan
penguasaan bahan sehingga sekurang-kurangnya siswa
yang bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan
b. Strategi
Strategi belajar mengajar pengajaran remedial bersifat
sangat individual dan lebih ditekankan kepada
keragaman siswa baik yang berhubungan dengan
kemampuan umum siswa, kemampuan khusus,
penguasaan bahan dan sebagainya, penyampaian harus
bervariasi serta langkah-langkahnya disusun secara
sistematis. Sedangkan pada pengajaran biasa, strategi
belajar mengajar biasanya lebih diarahkan untuk
kemajuan kelas secara keseluruhan.
c. Bahan
Bahan untuk pengajaran remedial biasanya
dikembangkan dengan penggalan yang lebih kecil-kecil
dari pada bahan yang dikembangkan untuk pengajaran
biasa, dengan demikian siswa yang memerlukan
pengajaran remedial ini dapat menyerap bahan tersebut
dengan kesukaran seminimal mungkin. Sedangkan pada
pengajaran biasa, materi pembelajaran masih bersifat
menyeluruh.
3. Prosedur Pengajaran Remidial
Pengajaran remidial merupakan langkah lanjutan dari
dilandasi dengan kegiatan diagnosis. Dalam melaksanakan
kegiatan pengajaran remidial, guru dituntu untuk :
a. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan
Kegiatan ini dimaksud untuk memperoleh gambaran lebih
definitif tentang permasalahan yang dihadapi siswa,
kelemahan yang dialami siswa, letak kelemahan dan faktor
penyebab kelemahan tersebut.
b. Alternatif tindakan
Alternatif tindakan ini direncanakan sesuai karakteristik
kesulitan yang dihadapi siswa
c. Evaluasi pengajaran remedial
Evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana
pengajaran remedial tersebut dapat meningkatkan prestasi
mereka. Tujuan paling utama adalah dipenuhinya kriteria
keberhasilan minimal yang diharapkan. Bila ternyata masih
belum berhasil maka dilakukan kembali diagnosis dan
pengajaran remidial berikutnya. (Entang,1984)
Adapun metode yang harus dilakukan dalam program remedial teaching adalah :
1) Diskusi
Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi
belajar yang dialami oleh kelompok siswa. Kebaikan metode
ini dalam rangka pengajaran remedial yaitu sebagai berikut :
a. Setiap individu dalam kelompok dapat mengenal diri dan
kesulitannya
b. Interaksi dalam kelompok menumbuhkan sikap percaya diri
c. Mengembangkan kerja sama antar pribadi
d. Menumbuhkan rasa tanggung jawab
2) Tanya jawab
Metode ini digunkan dalam rangka pengenalan kasus untuk
mengetahui jenis dan sifat kesulitannya. Serangkaian tanya jawab
dapat membantu siswa dalam memahami dirinya, mengetahui
kelebihan/kekurangannya, memperbaiki cara-cara belajar. Tanya
jawab dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
Metode ini dalam rangka pengajaran remedial memungkinkan
terjalin hubungan guru dan siswa sehingga dapat:
a. meningkatkan motivasi belajar
b. menciptakan kondisi yang menunjang pelaksanaan
penyuluhan
c. menumbuhkan rasa harga diri
3) Kerja kelompok
Metode ini dapat hampir sama dan dapat bersamaan dengan
interaksi di antara anggota kelompok dengan harapan terjadi
perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar.
4) Tutor sebaya
Tutor adalah siswa sebaya yang ditunjuk/ditugaskan
membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena
hubungan antar teman lebih dekat dibandingkan hubungan guru
dan siswa. Dengan petunjuk dari guru, tutor ini membantu
temannya yang mengalami kesulitan . Pemilihan tutor didasarkan
atas prestasi, punya hubungan sosial baik dan cukup disenangi
teman-teman. Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan
kelompok sebagai pengganti guru. Metode tutor memiliki
kebaikan sebagai berikut :
a. Adanya hubungan dekat dan akrab.
b. Bagi tutor merupakan kegiatan pengayaan.
c. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawan dan kepercayaan
diri.
5) Pengajaran individual
Pengajaran individual adalah interaksi antara guru-siswa
secara individual dalam proses belajar mengajar. Pendekatan
metode ini bersifat individual sesuai dengan kesulitan yang
dihadapi siswa. Materi yang diberikan dapat berupa pengulangan,
Pengajaran individual ini bersifat teaputik, artinya
mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki
cara-cara belajar siswa. Untuk memiliki kemampuan membimbing dan
bersikap sabar, ulet, rela, bertanggung jawab, menerima dan
memahami dan sebagainya.
G. Aturan Sinus Kosinus dan Luas Segitiga
[image:51.595.98.511.229.760.2]
Gambar 2.1
1. Aturan Sinus
Aturan sinus ini merupakan perluasan dari perbandingan trigonometri
yang sebelumnya dibahas menggunakan segitiga siku-siku. Pada
aturan sinus ini akan ditunjukkan perbandingan trigonometri dalam
segitiga sembarang. Untuk penurunan rumus aturan sinus, perhatikan
Δ ABC pada gambar di bawah ini. Garis-garis AP, BQ, dan CR
merupakan garis tinggi pada sisi a, sisi b, dan sisi c.
Gambar 2.2
Perhatikan Δ ARC. Sin A = CR
CR = . Sin A
Keterangan gambar 2.1 :
Perhatikan pula Δ CRB. Sin B = CR
Langkah yang sama dengan menggunakan sisi CB sebagai alas
dan AP sebagai tinggi untuk mencari nilai Sin C. Sehingga persamaan
menjadi :
Persamaan tersebut disebut aturan sinus atau dalil sinus.
Dalam tiap segitiga ABC, perbandingan panjang sisi dengan sinus sudut yang berhadapan dengan sisi itu mempunyai nilai yang sama.
2. Aturan Kosinus
Gambar 2.3
. Aturan kosinus dalam trigonometri adalah aturan yang
memberikan hubungan yang berlaku dalam suatu segitiga yaitu antara
panjang sisi segitiga dan kosinus salah satu sudut dalam segitiga
tersebut. Persamaan dari aturan kosinus : CR = CR
. Sin A = . Sin B
Sin A = Sin B
Penurunan rumus persamaan tersebut menggunakan
perbandingan trigonometri serta menggunakan konsep phytagoras.
Berikut langkah-langkahnya :
Pertama, buat garis tinggi dari salah satu titik, lalu tinggal
[image:53.595.97.508.221.628.2]dibuat seperti gambar di bawah.
Gambar 2.4
Tentunya, jangan bingung dari mana angka itu berasal. Pertama
a cos C dan a sin C dapat dengan mudah ditentukan dengan aturan
trigonometri. Sisanya, seharusnya sudah terjawab.
Maka, untuk menentukan panjang garis c dapat dicari dengan rumus
phytagoras biasa:
Ingat bahwa , maka:
Langkah yang sama dengan menggunakan sisi AB sebagai alas
kemudian buat garis tinggi dari titik sudut C, sehingga mendapatkan
sebagai alas kemudian buat garis tinggi dari titik sudut A, sehingga
mendapatkan persamaan
3. Luas Segitiga
a) Luas Segitiga yang Diketahui Dua Sisi dan Sudut yang Diapitnya
Rumus di atas didasarkan pada rumus luas segitiga yang
diketahui alas dan tingginya. Coba perhatikan segitiga di bawah
[image:54.595.97.512.208.651.2]ini.
Gambar 2.5
Segitiga di atas memiliki alas=c dan tinggi=t, sehingga luasnya
adalah sebagai berikut.
Jika t tidak diketahui, kita bisa mendapatkannya dengan
menggunakan perbandingan trigonometri.
Sin A = t
t = . Sin A sehingga menjadi :
Rumus yang lainnya bisa didapat dengan cara yang sama untuk
sisi-sudut-sisi yang berbeda.
b) Luas segitiga yang diketahui dua sudut dan satu sisi diketahui
Rumus di atas didapat dari rumus luas segitiga yang diketahui
dua sisi dan sudut yang diapitnya salah satu sisinya diubah menjadi
rumus aturan sinus.
[image:55.595.99.513.211.736.2]c) Luas segitiga yang diketahui ketiga sisinya
Gambar 2.6
Rumus luas segitiga di atas adalah sebagai berikut.
Berikut adalah penurunan dari rumus luas segitiga yang diketahui
ketiga sisinya :
1. Gunakan identitas trigonometri :
sin2 A + cos2 A = 1
sin2 A = 1 – cos2 A
sin2 A = (1 + cos A) (1 – cos A )
2. Kita ganti cos A dengan aturan cosinus:
3. Ingat jika s = ½ (a + b + c) , maka :
(a + b + c) = 2s
(b + c - a) = (a + b + c) - 2a = 2s - 2a = 2 (a - s)
(a + b - c) = (a + b – c) - 2c = 2s - 2c = 2 (s - c)
(a + c - b) = (a + c – b) - 2b = 2s - 2b = 2 (s - b)
4. Ingat jika Luas Segitiga :
H. Validitas dan Reabilitas
1. Validitas
a. Pengertian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan
suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur
apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika
hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran
antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999: 65).
b. Cara menentukan validitas
Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada
pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor
tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan sebagai
diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari
indeks validitasnya (Arikunto, 1999: 78)
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi
product moment dengan angka kasar, yaitu:
dengan rxy merupakan koefisien korelasi antara variabel X dan
variabel Y, N merupakan jumlah siswa uji coba, X adalah skor-skor
tiap butir soal 2 untuk setiap individu atau siswa uji coba, dan Y
adalah skor total tiap siswa uji coba.
Kemudian hasil diatas dibandingkan dengan nilai r dari tabel
pada taraf kepercayaan 95% dan derajat kebebasan (dk) = N–2. Jika
rhitung > rtabel maka soal dinyatakan valid, namun jika rhitung <
rtabel maka soal dinyatakan tidak valid.
2. Reliabilitas
a. Pengertian
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes,
yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan
skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi
yang berbeda-beda. Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana
suatu tes mampu menunjukkan konsisten hasil pengukurannya yang
diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Reliabel tes
berhubungan dengan ketetapan hasil tes.
Reliabilitas tes dapat juga ditentukan dengan menggunakan
persamaan K-R 20 sebagai berikut.
dengan r11 merupakan reliabilitas tes, p adalah proporsi subjek yang
menjawab item dengan benar, q adalah proporsi subjek yang
menjawab item dengan salah; n adalah banyaknya item, dan s adalah
standar deviasi.
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas
instrumen yang diperoleh sesuai dengan tabel berikut.
I. Kerangka Berpikir
Aturan sinus kosinus dan luas segitiga adalah salah satu materi yang
terdapat pada pelajaran matematika pada pokok bahasan trigonometri.
Begitu banyaknya rumus yang ada pada materi ini sehingga kebanyakan
siswa menganggap materi ini sulit, serta pemahaman siswa akan
mengalami kebingungan ketika mengaplikasikan rumus tersebut ke dalam
soal. Tentunya rumus itu ada bukan hanya untuk dihafalkan, namun akan
lebih baik jika siswa mampu memahami betul konsep dari rumus-rumus
yang ada pada aturan sinus kosinus dan luas segitiga serta pada materi
trigonometri yang lain. Karena jika siswa mampu memahami dengan baik
maka rumus itu selalu hafal di ingatan siswa serta siswa mampu
mengaplikasi rumus tersebut ke dalam penyelesaian soal.
Siswa yang mengalami kesulitan dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Faktor dari dalam siswa seperti tingkat intelegensi yang dimiliki
serta faktor dari luar siswa seperti motivasi. Motivasi belajar siswa sangat
berpengaruh pada hasil belajar. Siswa dengan motivasi belajar yang tinggi
akan sangat giat berusaha untuk selalu belajar dan pantang menyerah
meskipun materi yang dipelajari tersebut sulit. Sebaliknya siswa dengan
motivasi belajar yang rendah terlihat sangat bermalas-malasan saat belajar
dan cepat menyerah apabila mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal-soal harus
segera ditangani oleh guru yang berguna untuk meminimalisir timbulnya
kesulitan yang sama saat mengerjakan soal aturan sinus kosinus dan luas
segitiga ataupun pada materi selanjutnya yang berkaitan. Untuk itu perlu
dilakukan diagnostik kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal serta
upaya pemberian remedial bagi siswa yang mengalami kesulitan.
Diagnosis kesulitan siswa menyelesaikan soal-soal aturan sinus kosinus
kesalahan yang dilakukan saat menyelesaikan soal. Langkah awal dalam
proses diagnosis ini adalah melakukan tes awal untuk mengidentifikasi
siswa yang mengalami kesulitan. Setelah diperiksa dan dikoreksi
kemudian guru menentukan siswa yang mengalami kesulitan dengan
melihat nilai dari total skor yang didapat siswa dari hasil mengerjakan dan
mempertimbangkan nilai ketentuan batas tuntas. Siswa yang mengalami
kesulitan tersebut mengikuti tes diagnostik dan kemudian guru memeriksa
hasil pekerjaan siswa sekaligus menganalisis jenis-jenis kesalahan yang
dialami siswa ketika menyelesaikan soal trigonometri tentang aturan sinus
kosinus serta rumus luas segitiga.
Upaya remedial dilakukan dengan cara melakukan pengajaran
remedial. Siswa yang termasuk mengalami kesulitan, kemudian mengikuti
pengajaran remedial yang dilaksanakan selama 1 jam pelajaran dan
diakhiri dengan tes remedial. Sebelum pengajaran remedial siswa yang
mengalami kesulitan diwawancara oleh peneliti agar dapat diketahui
penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal
trigonometri, khususnya aturan sinus kosinus dan luas segitiga.
Dalam pengajaran remidial penyampaian materi untuk siswa harus
benar-benar menyentuh pada kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam
mengerjakan soal-soal. Sehingga siswa menjadi mengerti bagaimana
penyelesaian yang tepat dalam mengerjakan soal aturan sinus kosinus dan
luas segitiga serta pada tes selanjutnya, yaitu tes remedial siswa
Pada penelitian ini peneliti menemukan jenis kesulitan yang dialami
siswa dari segi kognitif dilakukan dengan cara menganalisis kesalahan
yang dilakukan siswa, karena dalam topik matematika kesalahan yang
dilakukan oleh siswa merupakan sumber utama untuk mengetahui
kesulitan siswa dalam memahami matematika.
Dengan demikian, nantinya seorang guru dapat mengambil langkah
dalam mengatasi kesulitan siswa dalam mengerjakan soal aturan sinus
kosinus dan luas segitiga. Dan untuk pembelajaran selanjutnya jumlah
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengungkap secara luas dan mendalam tentang
sebab-sebab dan hal-hal yang mempengaruhi suatu fenomena. Dalam penelitian
ini fenomena yang sedang terjadi adalah kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal aturan sinus kosinus dan luas segitiga. Pada
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif karena
prosedur penelitian ini menggunakan ukuran kuantitatif dalam
menentukan siswa yang mengalami kesulitan dan menghasilkan data
deskriptif dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan kemudian
dianalisis.
B. Subjek, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian
1. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa
dan siswi kelas X-3 dari SMA Sang Timur Yogyakarta. Untuk
ketentuan yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin (Entang, 1984) yaitu
dengan PAP (Criterion-Referenced) dengan langkah sebagai berikut :
a. Peneliti menetapkan angka kualifikasi minimal yang digunakan
sekolah sebagai batas lulus.
b. Peneliti memberi skor pada hasil tes awal siswa. Untuk jawaban
benar siswa mendapat nilai 1 sedangkan untuk jawaban salah siswa
mendapat skor 0. Setelah menentukan nilai tes awal siswa, kemudian
peneliti membandingkan nilai tes awal siswa dengan nilai batas
lulus.
c. Peneliti mencatat siswa yang memiliki nilai tes awal dibawah batas
tuntas. Dalam menentukan tes awal digunakan rumus:
Nilai : � �� � � ℎ � � � � x 10
Nilai batas ketuntasan minimal yang telah ditentukan sekolah adalah
72.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran
2012/2013 pada bulan Mei-Juni. Tempat penelitian dilaksanakan di
SMA Sang Timur Yogyakarta.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan
peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan. Metode
tes yang berupa tes awal, tes diagnostik dan tes remedial serta metode
wawancara.
1. Metode Tes
Yang meliputi :
a) Tes awal, digunakan untuk memperoleh nilai hasil belajar
siswa serta untuk menentukan siswa-siswa yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal aturan sinus
kosinus dan luas segitiga.
b) Tes diagnostik, digunakan untuk mengetahui letak
kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal.
Kesalahan-kesalahan tersebut menunjukan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa yang kemudian
dikelompokan berdasarkan kategori yang telah ditentukan
oleh peneliti.
c) Tes Remedial, digunakan untuk melihat hasil yang
diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran rememdial,
apakah mengalami peningkatan atau tidak.
2. Metode Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mencari
tahu bagaimana cara berfikir siswa dalam menyelesaikan soal-soal
aturan sinus kosinus dan luas segitiga. Peneliti berusaha untuk