• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR NELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK GUNUNG PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK MINGGIRAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR NELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK GUNUNG PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK MINGGIRAN YOGYAKARTA."

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

i

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK GUNUNG PADA ANAK

KELOMPOK B TK PKK MINGGIRAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Rita Nurhayati NIM 12111241009

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

Bermain permainan Engklek Gunung adalah gambaran semangat hidup

seseorang. Dimana kita akan mencoba melangkah lalu terjatuh kemudian bangkit lagi dan mencoba melangkah kembali untuk mencapai finish. itulah sebuah

proses”

(5)

v

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak Casman dan Ibu Aswati yang selalu mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(6)

vi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR NELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK GUNUNG PADA ANAK

KELOMPOK B TK PKK MINGGIRAN YOGYAKARTA Oleh

Rita Nurhayati NIM 12111241009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui permainan tradisional engklek gunung pada anak kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah anak kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta dengan jumlah 18 anak yaitu 9 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Data dikumpulkan melalui observasi dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dalam dua 2 siklusdengan setiap siklusnya terdapat 3 pertemuan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak meningkat melalui permainan tradisional engklek gunung. Yakni kemampuan motorik kasar anak sebelum diadakan tindakan dengan kriteria baik terdapat 7 anak (38,9%). Pada siklus I peneliti memperkenalkan permainan tradisional

engklek gunung terlebih dahulu kepada anak, kemudian memberikan contoh cara

bermain engklek gunung dengan benar kepada anak, sehingga anak dapat memahami kegiatan pembelajaran meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui permainan tradisiona engklek gunung tersebut. Pada siklus II pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan pada pemecahan permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus I yaitu peneliti memberi pengawasan khusus pada anak, peneliti sering memberikan reward pada anak agar anak termotivasi dan semangat. Pada siklus II permainan engklek gunung dibuat semacam unjuk kebolehan agar anak lebih tertantang dan semangat dalam bermain. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan yang terlihat pada siklus I kemampuan motorik kasar anak yang mendapat kriteria baik terdapat 11 anak (61,1%), dan pada siklus II kemampuan motorik kasar anak meningkat sangat baik yaitu 89% atau sebanyak 16 anak yang mendapat kriteria baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah permainan tradisional engklek gunung dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehdirat Allah SWT atas karunia yang telah di limpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak UsiaDini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang telah berkenan memberikan izin penelitian.

4. Bapak Drs. Sudarmanto, M. Kes, dan Bapak Joko Pamungkas, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(8)
(9)

ix DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMANPERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G.Definisi Operasional... 8

BAB II KAJIAN TEORI A.Tinjauan Kemampuan Motorik ... 10

1. Pengertian Perkembangan Motorik ... 10

2. Prinsip Perkembangan Motorik ... 11

3. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik ... 11 4. Pengertian Kemampuan ...

5. Perkembangan Motorik Kasar ...

(10)

x

6. Unsur-unsur Motorik Kasar ... 14

B.Tinjauan Tentang Bermain .... ... 15

1. Pengertian Bermain... 15

2. Macam Permainan... 16

3. Permainan Tradisional “Engklek Gunung” ... 18

4. Cara Bermain Engklek Gunung ... 21

5. Alasan Menggunakan Permainan Tradisional Engklek Gunung ... 24

6. Keunggulan Permainan Tradisional Engklek Gunung ... 25

7. Karakteristik Anak Usia Dini ... 26

C.Kerangka Berpikir ... 30

D.Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 33

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

C.Subjek Penelitian ... 34

D.Desain Penelitian ... 34

E. Rancangan Tindakan ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G.Instrumen Penelitian ... 39

H.Teknik Analisis Data ... I. Indikator Keberhasilan 43 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 46

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

2.Deskripsi Awal Sebelum Tindakan ... 48

3.Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 51

4.Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ... 64 B.Pembahasan...

C.Keterbstasan Penelitian ...

(11)

xi BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan ... B.Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

85 86

(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Penilaian Permainan Tradisional Engkle .... 40

Tabel 2. Rubrik Penilaian Mengenai Keseimbangan ... 41

Tabel 3. Rubrik Penilaian Tentang Kekuatan ... 42

Tabel 4. Rubrik Penilaian Mengenai Kelincahan ... 43

Tabel 5. Hasil Observasi Kondisi Awal Keseimbangan Anak ... 48

Tabel 6. Hasil Observasi Kondisi Awal Kekuatan Anak ... 49

Tabel 7. Hasil Observasi Kondisi Awal Kelincahan Anak ... 49

Tabel 8. Hasil Observasi Kondisi Awal Motorik Kasar Anak ... Tabel 9. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus I Pertemuan ... 50 53 Tabel 10. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus I Pertemuan I ... 53

Tabel 11. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus I Pertemuan I ... 54

Tabel 12. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak pada Siklus I Pertemuan I ... 54

Tabel 13. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus I Pertemuan II .... Tabel 14. Hasil Observasi Kekuatann Anak Siklus I Pertemuan II ... 56 56 Tabel 15. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus I Pertemuan II ... Tabel 16. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus I Pertemuan II .... Tabel 17. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus I Pertemuan III .. 57 57 59 Tabel 18. Hasil Observasi Kekuatann Anak Siklus I Pertemuan II ... 60 Tabel 19. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus I Pertemuan III ...

Tabel 20. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus I Pertemuan III ...

60 60 Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Motorik Kasar Anak Siklus I .

Tabel 22. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus II Pertemuan I .... Tabel 23. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus II Pertemuan I ... Tabel 24. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus II Pertemuan I ... Tabel 25. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus II Pertemuan ...

61 66 66 67 67 Tabel 26. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus II Pertemuan II ..

Tabel 27. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus II Pertemuan II ... Tabel 28. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus II Pertemuan II ...

(13)

xiii

Tabel 29. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus II Pertemuan II ... Tabel 30. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus II Pertemuan III . Tabel 31. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus II Pertemuan III ... Tabel 32. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus II Pertemuan III ... Tabel 33. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus II Pertemuan III . Tabel 34. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Motorik Kasar Anak Siklus II.

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Contoh permainan Engklek Gunung ...

Gambar 2. Contoh permainan Engklek Gunung ... Gambar 3. Rancangan Penelitian Perencanaan Kemmis dan Mc Taggart. Gambar 4. Grafik Peningkatan Motorik Kasar Anak Pra Tindakan ... Gambar 5. Grafik Peningkatan Motorik Kasar Siklus I ... Gambar 6. Grafik Peningkatan Motorik Kasar Siklus II ...

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 89

Lampiran 2. RKH (Rencana Kegiatan Harian) ... 93

Lampiran 3. Hasil Penelitian... 118

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak Usia Dini dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia enam tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7).

Anak Usia Dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (http: www. Naeyc.org). pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992: 18) dalam Yuliani Nurani Sujiono (2012: 6).

(17)

2

harus memperhatikan seluruh potensi yanag dimiliki setiap anak untuk dikembangkan secara optimal melalui cara yang menyenangkan, bergembira, penuh perhatian dan kasih sayang, sabar dan ikhlas (Harun, 2009: 48).

Corbin (1990) mengemukakan bahwa perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi (dalam Sumantri, 2005: 48). Perkembangan fisik adalah situasi dimana kemampuan tubuh seseorang mengalami peningkatan dan performanya menjadi lebih kompleks. Ada dua bidang utama yaitu Fine Motor Skills (keterampilan motorik halus) dan Gross Motor Skills (keterampilan motorik

kasar).

Perkembangan fisik/motorik akan mempengaruhi kehidupan anak baik secara langsung ataupun tidak langsung (Hurlock, 1978: 114). Hurlock menambahkan bahwa secara langsung, perkembangan fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.

(18)

3

gerakan yang lebih spesifik seperti menulis, melipat, menggunting, mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu.

Perkembangan motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar. Guru maupun pendidik dapat mengoptimalkan kemampuan motorik kasar untuk anak usia dini melalui berbagai aktivitas yang menarik dan menyenangkan. Salah satu aktivitas yang dapat diberikan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak yaitu melalui aktivitas yang melibatkan kaki, tangan, dan keseluruhan anggota badan (Hurlock, 1978: 151).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot untuk melakukan suatu aktivitas tubuh. Aktivitas motorik kasar misalnya: berlari, melompat, mendorong, melempar, menangkap, menendang, dan lain sebagainya, kegiatan ini memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang.

(19)

4

Minggiran. Ada pula sarana seperti tipe, televisi, kipas, serta permainan out door seperti perosotan, ayunan, jungkat-jungkit, bola dunia dan papan titian.

Berdasarkan wawancara peneliti di TK PKK Minggiran ini terdapat dua guru, yaitu guru kelompok A dan guru kelompok B. Sedangkan guru kelompok B merangkap sebagai kepala sekolah dan juga guru di kelompok B, jumlah murid pada kelompok B di TK PKK Minggiran sebanyak 18 anak yaitu perempuan 9 anak dan laki-laki 9 anak. Disini ada beberapa anak yang motorik kasarnya berkembang dengan baik, dan ada juga yang belum berkembang dengan baik. Yang sudah berkembang dengan baik yaitu ada 7 anak sekitar 38,9% dan yang belum berkembang dengan baik ada 11 anak yaitu sekitar 61,1%. Metode pembelajaran yang digunakan di TK PKK Minggiran adalah pembelajaran kooperatif atau cooperative learning yaitu melibatkan murid dalam kelompok kecil, sedangkan pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

(20)

5

guru tidak mengawasi ataupun memperhatikan anak-anak yang sedang bermain menggunakan alat permainan tersebut.

Sehingga di TK PKK Minggiran ini guru kurang mengetahui seberapa jauh peningkatan motorik kasar yang dimiliki oleh anak tersebut. Dan guru di TK PKK Minggiran juga belum pernah menerapkan permainan tradisional sebagai media meningkatan motorik kasar pada anak kelompok B. Oleh karena itu peneliti ingin meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui Permainan Tradisional

Engklek Gunung pada anak kelompok B. Harapan peneliti yaitu dapat

meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B melalui Permainan Tradisional Engklek Gunung, agar dapat menarik perhatian anak pada kelompok B dan juga Guru di TK PKK minggiran.

(21)

6

Salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan motorik kasar anak yaitu dengan Permainan Tradisional Engklek Gunung, menurut Rahmawati (2009: 10) Engklek atau sondah adalah permainan meloncati garis dengan satu kaki, permainan ini di daerah Jawa Barat dan luar Jawa. Sedangkan menurut Sukirman Dharmamulya (2008: 145) permainan ini dinamakan juga Engklek Gunung atau ingkling. Dinamakan demikian karena dilakukan dengan melakukan Engklek, yaitu berjalan melompat dengan satu kaki. Oleh sebab itu, Permainan Tradisional Engklek ini akan diterapkan di TK PK K Mingiran.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “ MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK

KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK GUNUNG PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK MINGGIRAN YOGYAKARTA ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Kurangnya pemanfaatan media yang sudah ada di dekolah. Misalnya seperti bola, bowling, keranjang, bakiak dan hulahup.

2. Kurangnya pemahaman pentingnya peningkatan kemampuan motorik kasar, sehingga anak kurang mendapatkan perkembangan motorik kasar secara maksimal.

(22)

7

4. Guru kurang dapat menarik perhatian anak dan terkesan membosankan (monoton).

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti ini membatasi masalah agar mendapat fokus penelitian. Pembatasan penelitian tersebut adalah Meningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Engklek Gunung pada Anak Kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Meningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Engklek

Gunung pada Anak Kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Engklek Gunung pada Anak Kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pendidik dan penulis:

a. Bagi Guru

(23)

8 b. Bagi Anak

Memberikan pengalaman, pengetahuan baru pada anak dalam meningkatkan keterampilan mengasah motorik kasar melalui permainan tradisional Engklek Gunung.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dalam pertimbangan serta masukan untuk menentukan kebijakan dan program dalam meningkatkan kualitas perkembangan fisik pada anak kelompok B.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional pada peneliti ini bertujuan untuk membatasi dari kemungkinan meluasnya pengertian dan pemahaman terhadap permasalahan yang akan diselesaikan dari teori yang akan dikaji, yaitu:

1. Kemampuan Mororik Kasar

Kemampuan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot-otot untuk melakukan suatu aktivitas tubuh. Aktivitas motorik kasar melibatkan: Keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Kegiatan itu memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang. 2. Permainan Tradisional Engklek Gunung

(24)

9

(25)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Kemampuan Motorik 1. Pengertian Perkembangan Motorik

Yudha M dan Rudyanto (2005: 114) Perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam perilaku motorik yang memperlihatkan interaksi dari kematangan mahluk dan lingkungannya. Pada manusia perkembangan motorik merupakan perubahan kemampuan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Corbin (Sumantri, 2005: 48) perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi.

(26)

11 2. Prinsip Perkembangan Motorik

Yudha M dan Rudyanto (2005: 114) prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangan dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan motorik yang sesuai dengan masa perkembangannya.

Sumantri (2005: 48-49) Prinsip perkembangan motorik adalah terjadinya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan stimulasi aktivitas gerak yang sesuai dengan masa perkembangannya.

3. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik

Sumantri (2005: 49) Tujuan dan fungsi pengembangan motorik adalah upaya dalam meningkatkan penguasaan keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu. Kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Jika tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas motorik tinggi, berarti motorik yang dilakukan efektif dan efisien.

Yudha M dan Rudyanto (2005: 115) pada dasarnya tujuan dari pengembangan motorik pada anak, yaitu pengembangan pada motorik kasar dan halus.

a. Tujuan Pengembangan Motorik Kasar

1) Mampu meningkatkan keterampilan gerak.

2) Mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani. 3) Mampu menanamkan sikap percaya diri.

4) Mampu bekerjasama.

(27)

12 b. Tujuan Pengembangan Motorik Halus

1) Mampu memfungsikan otot-otot kecilseperti gerakan jari tangan. 2) Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata. 3) Mampu mengendalikan emosi.

Yudha M dan Rudyanto (2005: 115-116) Setelah anda mengetahui tujuan dari pengembangan motorik, maka anda harus mengetahui fungsi dari pengembangannya.

a. Fungsi Pengembangan Motorik Kasar

1) Sebagai alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, dan kesehatan untuk anak.

2) Sebagai alat untuk membentuk, membangun serta memperkuat tubuh anak.

3) Untuk melatih keterampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak. 4) Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan emosional.

5) Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan sosil.

6) Sebagai alat untuk menumbuhkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi.

b. Fungsi Pengembangan Motorik Halus

1) Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan. 2) Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan

gerakan mata.

3) Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. 4. Pengertian Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesi, 1989: 552-553). Kemampuan (ability) berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Stephen P. Robbins & Timonthy A Judge, 2009: 57).

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

(28)

13 5. Perkembangan Motorik Kasar

Hurlock (1978: 150) Perkembangan motorik berarti pengembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya.

Yudha M dan Rudyanto (2005: 117) Motorik kasar adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besarnya. Kemampuan menggunakan otot-otot besar ini bagi anak tergolong pada kemampuan gerak dasar. Kemampuan ini bisa anak lakukan guna meningkatkan kualitas hidup.

Secara garis besar, pembelajaran motorik di sekolah meliputi pembelajaran motorik kasar dan halus. Decaprio (2013: 18) motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan diri. Sedangkan pembelajaran motorik kasar yang diadakan di sekolah merupakan pembelajaran gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi anggota tubuh, sebagian, atau seluruh nggota tubuh. Contohnya berlari, berjalan, melompat, menendang dan lain-lain.

(29)

14

keterampilan menguasai bola seperti melempar, menendang, dan memantulkan bola.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot untuk melakukan suatu aktivitas tubuh. Aktivitas motorik kasar melibatkan: Keseimbangan, Kekuatan dan Kelincahan. Kegiatan itu memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang.

6. Unsur-unsur Motorik Kasar

Toho Cholik Mutohir dan Gusril (2004: 50-51) mengatakan bahwa unsur-unsur keterampilan motorik di antaranya:

a. Kekuatan adalah keterampilan sekelompok otot untuk menimbulkan tenaga sewaktu kontraksi. Kekuatan otot harus dimiliki anak sejak dini. Apabila anak tidak memiliki kekuatan otot tentu anak tidak dapat melakukan aktivitas bermain yang menggunakan fisik seperti: berlari, melompat, melempar, memanjat, bergantung, dan mendorong.

b. Koordinasi adalah keterampilan untuk mempersatukan atau memisahkan dalam satu tugas yang kompleks. Dengan ketentuan bahwa gerakan koordinasi meliputi kesempurnaan waktu antara otot dengan sistem syaraf. Sebagai contoh: anak dalam melakukan lemparan harus ada koordinasi seluruh anggota tubuh yang terlibat. Anak dikatakan baik koordinasi gerakannya apabila anak mampu bergerak dengan mudah, lancar dalam rangkaian dan irama gerakannya terkontrol dengan baik.

c. Kecepatan adalah sebagai keterampilan yang berdasarkan kelenturan dalam satuan waktu tertentu. Misal: berapa jarak yang ditempuh anak dalam melakukan lari empat detik, semakin jauh jarak yang ditempuh anak, maka semakin tinggi kecepatannya.

d. Keseimbangan adalah keterampilan seseorang untuk mempertahannkan tubuh dalam berbagai posisi. Keseimbangan dibagi menjadi dua bentuk yaitu: keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis merujuk kepada menjaga keseimbangan tubuh ketika berdiri pada suatu tempat. Keseimbangan dinamis adalah keterampilan untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Ditambahkannya bahwa keseimbangan statis dan dinamis adalah penyederhanaan yang berlebihan. Ditambahkan kedua elemen keseimabangan kompleks dan sangat spesifik dalam tugas dan gerak individu.

(30)

15

bermain menjala ikan, bermain kucing dan tikus, bermain hijau hitam semakin cepat waktu yang ditempuh untuk menyentuh maupun kecepatan untuk menghindar, maka semakin tinggi kelincahannya. Dengan demikian unsur-unsur yang diterampkan dalam kegiatan bermain engklek gunung meliputi: keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Unsur-unsur tersebut dibutuhkan anak pada saat melakukan aktivitas engklek gunung dari petak satu ke petak selanjutnya.

B. Tinjauan Tentang Bermain a. Pengertian Bermain

Sofia Hartati (2005: 85) Bermain adalah sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Sebab bermain berfungsi sebagai kekuatan, pengaruh terhadap perkembangan, dan lewat bermain pula didapat pengalaman yang penting dalam dunia anak. Hal inilah yang menjadi dasar dari inti pembelajaran pada anak usia dini. Permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya. Permainan memberikan anak-anak kebebasan untuk imajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk mengembangkn kreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka sendiri; mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka,untuk merasakan bahwa mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat. Baik yang telah mereka ketahui sebelumnya maupun hal-hal yang baru (Rogers C.S dan Sawyers, 1988).

(31)

16

Jadi, bermain ada yang dapat dilakukan secara sendiri dan ada pula yang dapat dilakukan secara berkelompok.

Hurlock mengartikan bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kajian. Bargen dalam Soemiarti (2000) bermain terdiri dari beberapa jenis, yaitu bermain bebas, bermain dengan bimbingan, dan bermain dengan arahan. Ada juga pembagian bermain ditinjau dari jumlah anak yang terlibat. Ada jenis yang bermain sendiri, berdua atau beramai-ramai. Bentuk-bentuk bermain tersebut dapat diterapkan dalam pendidikan anak termasuk kegiatan pendidikan di TK sebagai kegiatan belajar.

Jhonson et Al (1999) mengemukakan bahwa ada 116 definisi tentang bermain. Salah satu diantaranya mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan. Jadi apapun kegiatannya, apabila dilakukan dengan senang bisa dikatakan bermain.

Dalam hal ini bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan anak, sendirian atau berkelompok, menggunakan alat atau tidak, dengan rasa gembira. b. Macam Permainan

(32)

17

bertambah banyak. Dari berbagai macam jenis permainan itu pada dasarnya dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis yaitu:

1) Permainan fisik

Permainan seperti kejar-kejaran, Go bag so dor (Go back trough door), Ci, dan Sunda Mandah (Sondah, Sonlah). Misalnya, menggunakan banyak kegiatan fisik. Anak usia 5-7 tahun sering bermain kejar-kejaran, menangkap temannya, dan jatuh bergulingan (Rough and tumble play). Permainan seperti itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Jadi dengan bermain, maka fisik anak akan tumbuh menjadi sehat dan kuat untuk melakukan gerakan dasar.

2) Lagu anak-anak

Lagu anak-anak biasanya dinyanyikan sambil bergerak, menari, atau berpura-pura menjadi sesuatu atau seseorang. Dari sifatnya ada lagu yang humoris, ada yang mengandung teka-teki, dan adapula yang mengandung nilai-nilai ajaran yang luhur. Unsur lagu yang menarik adalah adanya rhyme atau bunyi akhir yang sama.

3) Teka-teki, berpikir logis, dan berpikir matematis

Berbagai permainan mengembangakan kemampuan berpikir logis dan matematis. Lowok, suatu permainan dengan karet gelang anak-anak belajar tentang ganjil dan genap, lebih banyak dan lebih sedikit. Begitu pula permainan benthik dan dakon.

4) Bermain dengan benda-benda

(33)

18

benda-benda tersebut. Misalnya saat bermain air anak dapat mengenal sifat-sifat air, air juga dapat digunakan untuk belajar konservasi volume zat cair, dan belajar matematika. Balok dapat digunakan untuk membentuk berbagai macam bentuk bangunan, untuk belajar klasifikasi, dan mengembangkan imajinasi.

5) Bermain peran (pretend play)

Jenis permainan ini antara lain meliputi sandiwara, drama, atau bermain peran, dan jenis permainan lain dimana anak memainkan peran sebagai orang lain. Permainan ini sangat baik untuk mengembangkan kemampuan bahasa, komunikasi, dan memahami peran-peran dalam masyarakat. Biasanya di TK ada pojok keluarga atau pojok bermain peran (socio-dramatic play center). Misalnya anak bermain peran menjadi penjual dan pembeli. Anak-anak diberi model uang, lalu ada anak yang berperan menjadi penjual dan pembeli. Anak-anak belajar bahasa, yaitu komunikasi antara penjual dan pembeli, seperti menjajakan dagangan, menanyakan harga, dan menawar. Mereka juga belajar matematika melalui menimbang, mengukur, dan mnghitung uang.

c. Permainan Tradisional “Engklek Gunung”

(34)

19

Sri Mulyani (2013: 46) Engklek pada tahun 1970an juga menjadi permainan favorit di kalangan anak-ank dan remaja. Dinamakan Engklek karena cara bermainnya menggunakan satu kaki yang dalam bahasa Jawa artinya ‘engklek’. Anak yang menyukai permainan sederhana ini biasanya perempuan.

Tetapi anak laki-laki pun begitu melihat bisa ikut bergabung bermain. Jumlah pemain Engklek bebas, biasanya 2 sampai 5 anak. Tempat bermain tidak memerlukan pekarangan luas tetapi datar sehingga bisa dilakukan di halaman rumah. Sebelum bermain terlebih dahulu dibuat gambar di tanah dengan cara membuat garis dengan pecahan genting atau batu. Jika dilantai bisa menggunakan kapur.

Sukirman Dharmamulya (2008) mengungkapkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional yaitu: (a) melatih sikap mandiri; (b) berani mengambil keputusan; (c) penuh tanggung jawab; (d) jujur; (e) sikap dikontrol oleh lawan; (f) kerja sama; (g) saling membantu dan menjaga; (h) membela kepentingan kelompok; (i) berjiwa demokratis; (j) patuh terhadap peraturan; (k) penuh perhitungan; (l) ketepatan berfikir dan bertindak; (m) tidak cengeng; (n) berani; (o) bertindak sopan; (p) bertindak luwes.

(35)

20

satu lawan satu, ada satu lawan kelompok, ada yang keompok lawan kelompok, ada yang perorangan dalam satu kelompok ada pula yang dilakukan bersama dalam satu kelompok.

Sukirman Dharmamulya (2008: 27) Permainan tradisional termasuk kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya. Di Indonesia banyak sekali jenis permainan tradisional, yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia ini. Dari yang dimainkan sendiri sampai yang dimainkan bersamaan atau kelompok, dari permainan yang menggunakan alat sampai tidak menggunakan alat permainan. Selain sebagai hiburan atau wadah untuk bersenang-senang, permainan tradisional dapat juga digunakan sebagai media pengemangan berbagai aspek perkembangan. Permainan tradisional anak-anak banyak mengandung nilai-nilai budaya tertentu serta mempunyai fungsi melatih pemainnya melakukan hal-hal yang akan penting nantinya bagi kehidupan mereka ditangan masyarakat.

(36)

21

Salah satu permainan yang terkenal di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu engklek. Permainan ini dinamakan engklek atau ingkling karena dilakukan dengan

melakukan engklek, yaitu berjalan melompat dengan satu kaki. Permainan ini dilaksanakan menurut keinginan para pemainnya. Engklek Gunung dapat dimainkan pada pagi, siang, maupun sore hari. Selain itu permainan ini dapat dilakukan dimana saja, dihalaman rumah, teras rumah, lapangan, halaman sekolah, baik pelataran tanah, semen atau aspal, dan lain sebagainya. Lama permainan tidak mengikuti sesuai dengan kesepakatan bersama sebelum permainan dilakukan. Bentuk bidang permainan engklek memiliki bentuk yang bermacam-macam, namun pada dasarnya cara bermain sama. Permainan engklek gunung ini termasuk dalam permainan fisik karena banyak melibatkan banyak

kegiatan fisik.

Jika diamati dari kegiatan yang dilakukan anak permainan tradisional mengandung keterampilan dan kecekatan kaki dan tangan, menggunakan kekuatan tubuh, menirukan alam lingkungan, memadukan gerak irama, lagu dan kata-kata yang sesuai dengan arti dan geraknya.

d. Cara Bermain Engklek Gunung

(37)

22

kotak 6 dan brok di kotak 5 dan 4. Lalu, kembali ke start dan engkleng lagi di kotak 3, 2, 1.

Engklek Gunung mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, bagi pemain yang berhasil menyelesaikan seluruh tahapan, sebaiknya mendapatkan reward dari lawan maninnya. Misalnya, pemain menjadi ratu 1 menit dan boleh meminta satu permintaan kepada pemain lawan. Misalnya minta gendong atau yang lainnya.

9

7 8

6

4 5

3

2

1

Gambar 1. Contoh permainan Engklek Gunung (Aisyah Fad, 2014: 70)

(38)

23

Mereka kemudian menentukan urutan bermain dengan melakukan undian. Undian dilaksanakan dengan cara Hompimpah atau Sut. Pemenang undian main diurutan pertama, sedangkan yang kalah jatuh pada urutan terbelakang. Misalkan menurut hasil undian urutannya adalah A, B kemudian C. Setiap pemmain harus memiliki Gacuk. Secara fisik Gacuk tersebut harus berbeda satu dengan yang lainnya. Gunanya untuk menghindari kekeliruan kepemiikan Gacuk.

Pemain A mulai bermain dengan cara melempar Gacuk ke petak satu (lihat gambar 1). Kemudian A Engklek (melompat dengan satu kaki digantung) dari pentasan langsung menginjak petak-petak 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Khusus pada petak 5, 6, 8 dan 9 harus melakukan Obrog (kedua kaki menginjak tanah). Kemudian kembali lagi kepementasan dengan jalan menginjak petak 8, 7, 6, 5, 4, 3 dan 2. Ketika sampa di petak 2, A harus jongkok dan mengambil Gacuk yang ada di petak 1. Terus kembali ke pementasan, demikian seterusnya. Apabila saat bermain Gacuk keluar dari petak, mengenai garis, ataupun waktu mengambil gacuk salah satu tangannya digunakan sebagai penahan, maka matilah permainan tersebut. Bila seorang pemain mati maka diganti oleh pemain urutan berikutnya.

Bila gacuk telah berhasil sampai ke petak 10, maka sipemain melakukan Engklek melalui petak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 lalu keluar mengambil gacuk dari

(39)

24 10

8 9

7

5 6

4

3

2

1

Gambar 2. Contoh permainan Engklek Gunung (Sukirman Dharmamulya, 2008: 147)

e. Alasan Menggunakan Permainan Tradisional Engklek Gunung

Sukirman Dharmamulya (2008: 145) Karena permainan ini dilaksanakan menurut keinginan para pemainnya. Engklek Gunung dapat dimainkan pada pagi, siang, maupun sore hari. Selain itu permainan ini dapat dilakukan dimana saja, di halaman rumah, emperan rumah, lapangan, halaman sekolah dan lain sebagainya. Permainan Engklek Gunung ini bersifat kompetitif, tetapi tidak ada hukuman bagi yang kalah. Atas dasar itu maka pemain-pemainnya pun tidak memiliki rasa takut bila kalah, paling-paling malu.

Engklek Gunung mengandung unsur-unsur melatih keterampilan dan

(40)

25

Gunung berguna untuk memupuk persahabatan antar sesama anak-anak. Dalam

permainan ini dikenal istilah permainan bawang kothong, yaitu pemain yang tidak mempunyai hak dan kewajiban, tetapi diizinkan mengikuti permainan.

f. Keunggulan Permainan Tradisional Engklek Gunung

Marnes Kliker (2015) Bermain Engklek Gunung dapat membantu mengembangkan kecerdasan majemuk anak apabila dikaitkan dengan Multiple Intelegensis (kecerdasan majemuk), permainan engklek gunung dapat mengembangkan beberapa kecerdasan majemuk, antara lain:

1. Kecerdasan Bodily (kinestetik jasmani)

Pada permainan engklek gunung banyak terdapat gerakan-gerakan, dengan kata lain dengan melakukan permainan engklek gunung, anak-anak telah melakukan olahraga, meningkatkan koordinasi dan keseimbangan tubuh, serta mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak. Hal ini dapat membantu untuk perkembangan kecerdasan kinestetik anak.

2. Kecerdasan Interpersonal

Ada beberapa keterampilan sosial yang dapat dipelajari anak ketika anak bermain engklek gunung, yaitu kompetisi, negosiasi, komunikasi dan empati. Hal ini dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak untuk bersosialisasi dengan orang-orang disekitar.

3. Kecerdasan Intrapersonal

(41)

26

menghadapi masalah. Hal ini bisa meningkatkan kecerdasan intrapersonal pada anak.

4. Kecerdasan Naturalis

Engklek adalah permainan yang biasanya dimainkan di alam terbuka. Hal ini dapat meningkatkan kecerdasan naturalis anak-anak karena dapat mengenal bentuk-bentuk alam sekitarnya, merasakan keadaan alam dan meyakini bahwa adanya pencipta alam yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Itulah beberapa manfaat atau keunggulan dari permainan engklek gunung untuk kecerdasan majemuk anak, sehingga orang tua dapat mendukung anak untuk melakukan permainan tradisional tersebut.

g. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah tak pernah berhentibelajar.

(42)

27 a. Anak bersifat Egoisentris

Pada umumnya anak masih bersifat egoisentris. Ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari perilakunya seperti masih berebut alat-alat mainan, menangis bila menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya, atau memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Karakteristik seperti ini terkait dengan perkembangan kognitif yang menurut Piaget disebutkan bahwa anak usia dini sedang berada pada fase transisi dari fase praoperasional (2-7 tahun) ke fase operasional konkret (7-11 tahun). Pada fase praoperasional pola berpikir anak bersifat egosentrik dan simbolik, sementara pada fase operasional konkret anak sudah mulai menerapkan logika untuk memahami presepsi-presepsi. Menurut Berk (1988) anak yang berada pada masa transisi ini masih berpikir menurut kedua pola tersebut diatas secara bergantian atau kadang-kadang secara simultan. Misalnya ia mengetahui jawaban yang benar untuk sesuatu, tetapi tidak memahami makna logika dibalik jawaban itu. Dalam memahami sebuah fenomena, anak sering memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri sehingga seringkali ia merasa asing dalam lingkungannya. Oleh karena tugas guru adalah membantu anak dalam mengurangi egosentris di antaranya adalah dengan mengajarkan anak untuk mendengarkan orang lain, serta dengan cara memahami dan berempati pada anak.

b. Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar

(43)

28

menarik perhatiannya. Sebagai contoh, anak lebih tertarik dengan benda yang menimbulkan akibat dari pada benda yang terjadi dengan sendirinya. Dalam Brooks and Brooks (1993: 29) dikemukakan, bahwa keuntungan yang dapat diambil dari rasa keingintahuannya adalah dengan menggunakan fenomena atau kejadian yang tidak biasa. Kejadian yang tidak biasa tersebut dapat menimbulkan ketidakcocokan kognitif, sehingga dapat memancing keinginan anak untuk tekun untuk memecahkan permasalahan atau ketidakcocokan tersebut. Meskipun terkadang sulit dikenali hubungan diantara ketidaksesuaian tersebut, namun hal ini dapat membantu mengembangkan motivasi anak untuk belajar sains. Untuk membantu mengembangkan kemampuan anak dalam mengelompokkan dan memahami dunianya sendiri, guru perlu untuk membantu untuk menemukan masalahnya.

c. Anak adalah Mahluk Sosial

(44)

29 d. Anak Bersifat Unik

Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki baawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Disamping memiliki kesamaan, Bredekamp (1987), anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangannya dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.

e. Anak Umumnya Kaya Dengan Fantasi

Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya ia kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalaman-pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Sebagai contoh, ketika anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya berkembang bagaimana robot itu berjalan dan bertempur dan seterusnya. Jika dibimbing dengan beberapa pertanyaan, maka ia dapat menceritakan melebihi apa yang mereka dengar dan lihat sesuai dengan imajinasi yang sedang berkembang pada pikirannya. Cerita atau dongeng merupakan kegiatan yang banyak digemari oleh anak sekaligus dapat melihat mengembangkan imajinasi dan kemampuan bahasa anak.

f. Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek

(45)

30

lain, kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga bervarisai dan tidak membosankan. Berg (1988) disebutkan bahwa sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat ia masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama, kecuali terhadap hal-hal yang menyenangkan. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bervariasai dan menyenangkan, sehingga tidak membuat anak terpaku di tempat dan menyimak dalam jangka waktu lama. g. Anak merupakan masa belajar yang paling potensial

Masa anak usia dini disebut sebagai masa Golden age atau magic years. NAEYC (1992) mengemukakan bahwa masa-masa awal kehidupan tersebut sebagai masa-masanya belajar dengan slogannya sebagai berikut: “Early Years are Learning Years”.Hal ini disebabkan bahwa selama rentang waktu usia dini,

anak mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dan pesat pada berbagai aspek. Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh karena itu, pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya. Pembelajaran pada periode ini merupakan wahana yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai harapan sesuai dengan tugas perkembangannya.

C. Kerangka Berpikir

(46)

31

manusia perkembangan motorik merupakan perubahan perkembangan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Aspek perilaku dan perkembangan motorik tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Dalam perkembangan motorik terdapat dua macam motorik yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah keterambilan yang melibatkan koordinasi otot-otot besar seperti melompat, berlari, berjalan dan lain sebagainya. Motorik halus adalah keterampilan yang melibatkan koordinasi otot-otot kecil seperti meronce, menggunting, menempel dan lain sebagainya. Dalam perkembangan motorik kasar anak terdapat unsur-unsur motorik kasar yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur motorik kasar adalah seperti kekuatan, koordinasi, kecepatan, keseimbangan dan kelincahan.

(47)

32

Dalam penelitian ini peneliti fokus pada kemampuan motorik kasar anak. Kemampuan motorik kasar tersebut yaitu mengenai keseimbangan, kekuatan dan kelincahan anak dalam gerak dasar melompat melalui permainan tradisional Engkelk Gunung.

Harapan peneliti yaitu dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B melalui Permainan Tradisional Engklek Gunung, agar dapat menarik perhatian anak pada kelompok B dan juga Guru di TK PKK minggiran. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya permainan tradisional Engklek

Gunung sebagai media dapat meningkatan motorik kasar pada anak kelompok B

dan juga dapat memotivasi guru di TK PKK Minggiran.

D. Hipotesis

(48)

33

BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk

penelitian yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas umumnya dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, di sekolah dan atau di tempat ia mengajar untuk tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran (Jasa Ungguh Muliawan, 2010: 1).

Dalam Suharsimi, dkk (2006: 2-3) dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.

1). Penelitian: menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2). Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

(49)

34

Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain, dilengkapi dengan fakta-fakta dan mengembangkan kemampuan analisis (Hermawati, dkk 2011: 1).

B. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelompok B di TK PKK Minggiran yang beralamat di Jl. Minggiran No. 23, Jogokaryan, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September dan November 2016.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelompok B TK PKK Minggiran yang berjumlah 18 anak, laki-laki 9 anak dan perempuan 9 anak.

D. Desain Penelitian

(50)

35

Gambar 3. Rancangan Penelitian Perencanaan Kemmis dan Mc Taggart ( Suharsimi Arikunto, 2006: 93)

Keterangan Gambar :

a. Perencanaan (Plan)

b. Tindakan dan Observasi (Act & Observe) c. Refleksi (Reflect)

E. Rancangan Tindakan

Berikut dijelaskan prosedur penelitian yang dilakukan: 1. Pra Tindakan

Sebelum melakukan rencana tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa langkah pra tindakan agar dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan adapun langkah-langkah tersebut:

a) Peneliti berdiskusi dengan guru kelas di TK PKK Minggiran mengidentifikasi masalah motorik kasar anak kemudian membuat kesepakatan untuk melakukan tindakan.

(51)

36 2. Siklus

a. Perencanaan

1) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) tentang materi yang akan diajarkan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. RKH disusun oleh guru kelas B dan peneliti. RKH ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

2) Peneliti mempersiapkan tempat yang akan digunakan sebagai tempat pelaksanaan penelitian.

3) Peneliti menyiapkan pedoman observasi untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

4) Peneliti berkoordinasi dengan guru kelas tentang penyampaian materi.

5) Peneliti mempersiapkan materi atau media pembelajaran yang akan digunakan dalam tindakan pembelajaran.

b. Tindakan dan observasi

1) Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti membangun komunikasi awal dengan siswa agar tidak tegang dalam mengikuti pembelajaran yang baru. 2) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran atau rancangan harian yang akan

dilakukan pada saat itu, yang salah satunya menggunakan media pembelajaran permainan engklek gunung.

(52)

37 c. Pengamatan

Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan catatan mengenai perkembangan siswa, yaitu mengenai motorik kasar anak. Peneliti mencatat dengan cermat apa yang terjadi selama proses pembelajaran agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Peneliti melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran sehingga bisa diketahui keberhasilan dan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan. Dilakukan dengan menganalisis hasil observasi serta berdiskusi dengan guru kelas yang bersangkutan. Jika dalam siklus ini peneliti sudah yakin dengan tindakan yang diberikan dan sudah mengalami peningkatan mengenai kemampuan motorik kasar anak berdasarkan kriteria dalam perencanaan maka peneliti selesai, namun jika belum akan diadakan siklus 2.

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi.

1. Observasi

(53)

38

a) Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah observasi sistematis, yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi dilakukan pada subjek yang dikenai tindakan.

2. Dokumentasi

(54)

39 G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi serta dokumentasi sebagai instrumen pendukung.

1. Lembar observasi

(55)

40

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Penilaian Permainan Tradisional Engklek

No. Variabel TPP Aspek Yang

Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

keseimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi.

Kekuatan Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot dalam menjalankan aktivitas.

(56)

41

Tabel 2. Rubrik Penilaian Mengenai Keseimbangan

NO. KRITERIA SKOR DESKRIPSI

1. Seimbang 3 Anak berdiri dengan mempertahankan posisi kaki serta badannya agar tidak keluar dan tidak terjatuh didalam petak dengan cara engklek untuk bisa sampai pada petak ke tujuh hingga ke sembilan.

2. Kurang Seimbang 2 Anak berdiri dengan mempertahankan posisi kaki serta badannya agar tidak terjatuh dengan cara engklek untuk bisa sampai pada petak empat hingga ke enam tetapi kelur dari petak.

(57)

42 Tabel 3. Rubrik Penilaian Tentang Kekuatan

NO. KRITERIA SKOR DESKRIPSI

1. Kuat 3 Anak mampu melakukan engklek dengan tidak terjatuh dan tidak keluar garis petak saat melompat, untuk bisa mencapai petak ke tujuh hingga petak ke sembilan.

2. Kurang Kuat 2 Anak mampu melakukan engklek dengan tidak terjatuh tetapi keluar garis petak saat melompat, dari petak ke empat hingga petak ke enam. 3. Belum Kuat 1 Anak mampu melakukan engklek tetapi masih

(58)

43 Tabel 4. Rubrik Penilaian Mengenai Kelincahan

NO. KRITERIA SKOR DESKRIPSI

1. Lincah 3 Anak dapat berbalik arah dengan cepat dan tepat pada saat samapi di petak ke delapan hingga petak ke sepuluh, kemudian melakukan engklek kembali dengan tidak terjatuh dan tidak keluar dari petak.

2. Kurang Lincah 2 Anak dapat berbalik arah dengan cepat pada saat sampai petak ke enam hingga petak ketujuh, kemudian melakukan engklek kembali dengan tidak terjatuh tetapi keluar dari petak.

3. Belum Lincah 1 Anak dapat berbalik arah dari petak satu sapai petak ke empat tetapi belum cepat dan tepat.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan instrumen yang memperkuat dalam penelitian. Dalam penelitian ini berupa data anak dan foto anak saat penelitian berlangsung.

H. Teknik Analisis Data

(59)

44

media pembelajaran permainan engklek gunung. Sedangkan deskriptif kuantitatif untuk mengetahui presentase kemampuan motorik kasar anak dengan media permainan engklek gunung menggunakan statistik. Kemampuan motorik kasar anak ditingkatkan melalui permainan engklek gunung dengan membandingkan hasil observasi sebelum tindakan dan sesudah tindakan, dengan demikian akan diketahui hasilnya.

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar anak digunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (2011: 116), sebagai berikut:

Persentase (%)= �x 100% Keterangan:

N= jumlah siswa yang memiliki kemampuan motorik kasar baik n= jumlah siswa keseluruhan

Apabila kriteria mengenai kemampuan motorik kasar anak, yaitu anak dapat dikatakan memiliki kemampuan motorik kasar:

Baik: Apabila anak mendapatkan skor 3 pada aspek kekuatan, keseimbangan, dan kelincahan; Kurang Baik: Apabila anak mendapatkan skor 2 pada aspek kekuatan, keseimbangan, dan kelincahan; Kurang Sekali: Apabila anak mendapatkan skor 1 pada aspek kekuatan, keseimbangan, dan kelincahan.

I. Indikator Keberhasilan

(60)

45

anak, sehingga meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dengan menggunakan media pembelajaran permainan engklek gunung dapat tercapai. Kriteria keberhasilan penelitian ini apabila sekurang-kurangnya 81% dari jumlah semua anak yaitu 18 anak dengan kategori baik.

Kriteria tesebut sama dengan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2005: 44), yang memiliki persentase sebagai berikut:

(61)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK PKK Minggiran, yang terletak di Kelurahan Suryodiningratan, Kecamatan Mantrijeron, Jalan Minggiran No 23 Yogyakarta. TK PKK Minggiran didirikan pada tahun 1957 oleh yayasan kampung Minggiran, tetapi pada saat ini TK PKK Minggiran berada di naungan PKK Kota Yogyakarta. TK PKK Minggiran ini terletak di komplek perumahan Minggiran. TK PKK Minggiran ini mempunyai dua ruang kelas, yaitu ruang pertama untuk kelompok A dan ruang kedua untuk kelompok B. Adapun penelitian ini berada di kelompok B, yang berjumlah 18 anak yaitu Perempuan 9 anak dan Laki-laki 9 anak. Letak TK PKK Minggiran ini sangat strategis karena berada di depan jalan komplek Minggiran.

Sedangkan sarana dan prasarana yang dimiliki TK PKK Minggiran ini masih belum memadai.

1) Ruangan

(62)

47

Untuk desain ruang kelas juga belum menarik, ini terlihat dari kurangnya cat yang berwarna-warni diruangan kelas, tidak ada tempelan hasil karya anak, kurangnya manik-manik yang digantung di ruang kelas serta gambar-gambar yang unik pada dinding kelas. Hal ini bertujuan agar anak tidak bosan ketika berada di dalam kelas dan menambah anak semangat dalam belajar. Masing-masing kelas sudah dilengkapi meja, kursi, papan tulis serta alat permainan edukatif. Untuk Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, serta Ruang Tamu jadi satu dalam satu ruangan yaitu di ruangan kelas B. Karena ruangan tersebut menggunakan sekatan, sehingga ruangan-ruangan tersebut berukuran kecil.

2) Sarana Pendukung

(a) Toilet hanya ada satu, tetapi dengan kondisi baik.

(b) Tempat cuci tangan hanya ada satu, masih bisa digunakan dengan baik.

(c) Halaman untuk bermain anak kurang luas, karena di TK PKK Minggiran ini sudah mempunyai permainan yang cukup banyak. Yaitu ada jungkat-jungkit, bola dunia, papan titian, ayunan, perosotan dan masih ada beberapa permainan yang ukurannya kecil yang ada di halaman depan sekolah seperti kuda-kudaan dan mibil-mobilan.

3) Sumber Daya Manusia

(63)

48

2. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum Tindakan

Kondisi awal anak sebelum dilakukan tindakan penelitian menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak terbilang rendah seperti pada aspek keseimbangan, kekuatan, dan kelincahan. Ini terlihat dari kurangnya antusias anak dalam pembelajaran khususnya pada motorik kasar. Ini dikarenakan guru yang kurang memperhatikan pembelajaran mengenai perkembangan motorik kasar anak, ini juga dapat dilihat dari kurangnya pemanfaatan alat permainan edukatif yang ada di TK yang dapat meningkatkan kemampuan keterampilan motorik kasar anak. Untuk mengetahui peningkatan motorik kasar pada anak dalam aspek keseimbangan, kekuatan dan kelincahan, kegiatan awal yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian yaitu melakukan observasi terhadap anak pada proses pembelajaran mengenai keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Tindakan awal ini sangat penting untuk meningkatkan hasil yang baik.

Berdasarkan observasi awal pada tanggal 29 Agustus 2016 yang diperoleh dari pengamatan pelaksanaan proses Engjlek Gunung pada kelompok B diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Observasi Kondisi Awal Keseimbangan Anak

No. Kriteria Jumlah Anak Persentase

1. Seimbang 4 22,2%

2. Kurang Seimbang 7 38,9%

3. Belum Seimbang 7 38,9%

(64)

49

Tabel 6. Hasil Observasi Kondisi Awal Kekuatan Anak

No. Kriteria Jumlah Anak Persentase

1. Kuat 4 22,2%

2. Kurang Kuat 7 38,9%

3. Belum Kuat 7 38,9%

Jumlah 18 100%

Pada kondisi awal keseimbangan dan kekuatan anak sebagian besar anak pada kriteria kurang seimbang dan belum seimbang dengan jumlah 7 anak atau 38,9% dari jumlah siswa keseluruhan. Anak yang memiliki keseimbangan dan kekuatan yang baik hanya terdapat 4 anak atau 22,2% dari jumlah keseluruhan anak.

Tabel 7. Hasil Observasi Kondisi Awal Kelincahan Anak

No. Kriteria Jumlah Anak Persentase

1. Lincah 3 16,7%

2. Kurang Lincah 6 33,3%

3. Belum Lincah 9 50%

Jumlah 18 100%

(65)

50

Tabel 8. Hasil Observasi Kondisi Awal Motorik Kasar Anak

No. Kriteria Jumlah Anak Persentase

1. Sangat Baik 0 0

Gambar 4. Grafik Peningkatan Motorik Kasar Anak Pra Tindakan

Dari hasil keseimbangan, kekuatan dan kelincahan anak, dapat dirata-rata kemampuan motorik kasar anak pada kondisi awal ini yang memiliki kriteria baik hanya 7 anak saja dengan presentase 38,9% dari jumlah keseluruhan anak.

Berdasarkan data sebelum tindakan tersebut dapat dilihat kurang optimalnya kemampuan motorik kasar anak dalam aspek keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Terbukti dengan presentase siswa yang masih rendah dalam memperoleh kriteria baik. Hal tersebut kurangnya program yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

(66)

51

3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I 1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan tindakan siklus I, peneliti dan kolaborator (guru) melakukan kegiatan antara lain:

a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian

Rencana Kegiatan Harian disusun oleh peneliti bekerjasama dengan guru kelas B. RKH disusun dengan indikator yang sesuai berdasarkan dengan tema yaitu Lingkunganku. Setelah dikonsultasikan kepada guru kelas B, dapat kesepakatan bahwa materi yang diajarkan pada siklus I pertemuan I adalah belajar seperti biasa hanya saja kegiatan awal pembelajaran diawali dengan kegiatan keluar kelas yaitu permainan Engklek Gunung.

b) Menyiapkan bahan-bahan mengajar dan kapur putih atau berwarna untuk membuat garis Engklek Gunung.

c) Menyiapkan lembar observasi

d) Pendokumentasian proses belajar anak, pelaksanaan pendokumentasian dilakukan ketika pembelajaran berlangsung.

2. Pelaksanaan Tindakan

a) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Pertemuan I

(67)

52 (1) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini pertama berdoa sebelum belajar, setelah itu anak diperkenalkan hari, tanggal, bulan dan tahun dengan cara guru menulis dipojok kiri atas papan tulis dan setelah itu anak disuru membacanya bersama-sama. Selanjutnya membicarakan tema hari itu juga dan mengulas tema sebelumnya atau pembelajaran hari sebelumnya. Pada penelitian ini aspek yang akan dikembangkan adalah motorik kasar sehingga kegiatan dilaksanakan pada awal kegiatan.

Setelah bercakap-cakap tentang tema, guru dan anak melakukan tanya jawab mengenai nama benda di sekitar (sapu, sulak, tong sampah, dll), dan setelah kegiatan tanya jawab selesai guru mengajak anak keluar kelas dan menuju halaman depan sekolah untuk bermain Engklek Gunung. Sampai di halaman, anak-anak membuat lingkaran sambil bernyanyi “Lingkaran besar lingkaran kecil”. Setelah anak sudah membentuk lingkaran guru memberikan pemanasan

terlebih dahulu kepada anak yaitu dengan bernyanyi menggunakan gaya. Kemudian setelah pemanasan, guru mulai membuat petak Engklek Gunung menggunakan kapur. Anak satu persatu maju bermain Engklek sesuai absen. (2)Kegiatan Inti

(68)

53

secara berkelompok, yang kedua mengenal kata rumah dengan menulis kata RUMAH, dan yang ketiga mengenal alat pertukangan dengan memainkan alat pertukangan.

(3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup dilaksanakan dengan kegiatan Menyanyi “Rumah Kami Kecil”, Menceritakan dan menunjukkan hasil karya, dan dilanjutkan penguatan

pengetahuan yang di dapat anak atau tanya jawab tentang kegiatan dalam satu hari. Anak-anak sangat senang dengan kegiatan pada hari itu, terlihat dari semangat anak dari awal sampai akhir pembelajaran. Kemudian berdoa bersama, pesan-pesan yang diberikan guru untuk anak, kemudian berdoa mau pulang. Tabel 9. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus I Pertemuan I

No. Kriteria Jumlah Anak Persentase

1. Seimbang 5 27,8%

2. Kurang Seimbang 8 44,4%

3. Belum Seimbang 5 27,8%

Jumlah 18 100%

Pada siklus I pertemuan I belum terjadi banyak perubahan pada keseimbangan anak, tetapi pada kriteria Kurang Seimbang menurun menjadi 8 anak atau 44,4% dari jumlah anak keseluruhan.

Tabel 10. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus I Pertemuan I

No. Kriteria Jumlah Anak Persentase

1. Kuat 4 22,2%

2. Kurang Kuat 8 44,5%

3. Belum Kuat 6 33,3%

(69)

54

Kekuatan pada anak siklus I pertemuan I masih belum terjadi banyak perubahan, karena di kriteria Kurang Kuat menurun menjadi 8 anak atau 44,4% dari jumlah anak keseluruhan.

Tabel 11. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus I Pertemuan I

No. Kriteria Jumlah Anak Persentase

1. Lincah 5 27,8%

Tabel 12. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak pada Siklus I Pertemuan I No. Kriteria Jumlah Anak Persentase

1. Sangat Baik 0 0%

(70)

55

b) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Pertemuan II

Siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari Jumat 23 September 2016 dengan tema lingkungan. Berikut ini deskripsi langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan pembelajaran fisik motorik kasar melalui permainan Engklek Gunung.

(1) Kegiatan Awal

Pada hari jumat seluruh anak kelas B berkumpul diaula kelas A, karena kelas B akan melakukan senam. Anak-anak dikondisikan terlebih dahulu membentuk lingkaran dengan bernyanyi menyanyikan lagu “Naik-naik ke puncak gunung” sambil menggunakan gerakan. Setelah anak sudah dikondisikan dan

membentuk lingkaran besar, anak-anak kelas B mulai melakukan kegiatan senam yang dipandu oleh guru. Setelah kegiatan senam selesai anak-anak kembali ke kelas B.

(2) Kegiatan Inti

(71)

56 (3) Kegiatan Akhir

Setelah istirahat, kegiatan akhir pada hari itu adalah bercakap-cakap mengenai kegiatan yang dilakukan pada hari itu. Seperti tanya jawab macam-macam peralatan masak ada apa saja, fungsi peralatan masak dan pengalaman anak-anak apakah anak-anak pernah belajar masak atau tidak. Setelah itu guru mengevaluasi kegiatan pada hari itu, lalu bernyanyi “ Gelang si patu gelang “,

berdoa, guru memberikan pesan-pesan pada anak lalu pulang.

Tabel 13. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus I Pertemuan II

No. Kriteria Jumlah Anak Persentase

1. Seimbang 6 33,3%

2. Kurang Seimbang 7 38,9%

3. Belum Seimbang 5 27,8%

Jumlah 18 100%

Pada siklus I pertemuan II mulai ada sedikit peningkatan pada keseimbangan anak yaitu pada kriteria Seimbang saat pertemuan pertama 5 anak menjadi 6 anak atau 33,3% dan pada kriteria Kurang Seimbang pada pertemuan pertama 8 anak menjadi 7 anak atau 38,9% dari jumlah anak keseluruhan.

Tabel 14. Hasil Observasi Kekuatann Anak Siklus I Pertemuan II

No. Kriteria Jumlah Anak Persentase

1. Kuat 5 27,80%

2. Kurang Kuat 6 33,30%

3. Belum Kuat 7 38,90%

Gambar

Gambar 1. Contoh permainan Engklek Gunung
Gambar 2. Contoh permainan Engklek Gunung
Gambar 3. Rancangan Penelitian Perencanaan Kemmis dan Mc Taggart ( Suharsimi Arikunto, 2006: 93)
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Penilaian Permainan Tradisional Engklek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan motorik kasar anak kelompok B di TK Pertiwi Planggu 2 Klaten Tahun 2012/2013 dengan menggunakan permainan tradisional

Sehingga berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan permainan kreatif dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B TK Az

engklek terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 5- 6 tahun ?”.

Berdasarkan hasil perhitungan tiap siklus tentang kemampuan motorik kasar anak melalui permainan encrak diperoleh hasil pada prasiklus 43,5% (4 siswa dapat

Dari data observasi, hasil dari kemampuan motorik kasar anak setelah tindakan pada siklus I menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak masih kurang berkembang

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penelitian menggunakan permainan dengan simpai ini dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B, hal tersebut dapat

aspek perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini salah satunya fisik motorik (kasar dan halusnya). Sesungguhnya Permainan tradisional memiliki banyak manfaat bagi

Permainan engklek dapat mengembangkan beberapa kecerdasan, di antaranya sebagai berikut. 1) Linguistik, permainan engklek dilakukan secara berkelompok sehingga anak dilatih